Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

AKUNTANSI SYARI’AH
“TEORI AKUNTANSI ISLAM”

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 1:

DEVIE NURSAFITRI B1C1 18 162


RIZKA AMALIA B1C1 18 174
WA ODE UMI KALSUM B1C1 18 178
RIAN HIDAYAT B1C1 18 179
LUSI NASRAH B1C1 18 180
ARUM VACHRA AL-NISA B1C1 18 187
ERA FAZIRA B1C1 18 193
EVA SRI WULANDARI B1C1 18 201
NUR HADIRA B1C1 18 210
FIRAWATI B1C1 18 214

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa atas kasih dan
sayangnya memberikan pengetahuan, kemampuan dan kesempatan kepada kelompok kami
sehingga mampu meyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini ditulis sebagai tugas
mata kuliah AKUNTANSI SYARI’AH dengan materi TEORI AKUNTANSI ISLAM.

Kami meyadari, dalam penulisan makalah ini masih ada kemukinan kekurangan-
kekurangan karena keterbatasan kemampuan penyusunan. Untuk itu, masukan yang bersifat
membangun akan sangat membantu penyusunan untuk semakin mengurangi kekuragannya

Ucapan terima kasih tidak lupa kami haturkan kepada dosen mata kuliah ini untuk
teman teman dan semua pihak yang telah membantu kami, semoga makalah ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi pembaca.

Kendari, Oktober 2020


Penulis

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Dimensi Akuntansi Menurut Al-Quran, Ilahiyah, Sejarah Islam, Dan Kini.............3


B. Prinsip-Prinsip Akuntansi Islam...............................................................................6
C. Perubahan Revolusi Kuhn Dan Perkembangan Akuntansi Islam.............................7
D. Akuntansi Islam : Munculnya Era Epistemologi Islam............................................8
E. Akuntansi Sosial Ekonomi Dan Akuntansi Islam.....................................................9
F. Perumusan Kerangka Teori Akuntansi Islam...........................................................12
G. Perbedaan Akuntansi Islam Dan Akuntansi Konvensional......................................12
H. Riset Akuntansi Islam...............................................................................................14

BAB III PENUTUP.........................................................................................................................15

A. Kesimpulan...........................................................................................................................15
B. Saran.....................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Akuntansi syariah adalah kuntansi dalam bahasa  Arabnya adalah AL-Muhasabah


berasal bersal dari kata masdar  hasaba-yuhasbu yang artinya “menghitung”  atau
“mengukur”. secara istilah, Al-Muhasabah berbagai asal kata yaitu tahsaba yang berarti
“menjaga” atau “mencoba mendapatkan”. Akuntansi syariah yang yang secara nyata telah
diterapkan pada era dimana masyarakat menggunakan sistem nilai Islami khususnya pada era
Nabi SAW, Khulaurrasyidiin, dan pemerintah Islam lainnya.

Pemikiran mengenai akuntansi syari’ah ini yang merupakan akuntansi berbasis Islam
semakin berkembang pesat dan semakin meluas baik dikalangan masyarakat umum maupun
pemerintah. Dan sampai saat ini, perkembangan ekonomi islam telah berkembang dengan
cepat, sistem ekonomi islam mulai diakui diberbagai negara. Sistem  ekonomi yang
menerapkan nilai-nilai syari’ah dalam konsep maupun prakteknya selama beberapa tahun
terakhir mampu menunjukan dampak positif bagi perekonomian diberbagai negara. Dalam
perekonomiannya  Pakistan, Arab Saudi, Bahrain, Malaysia dan negara-negara yang ada
dikawasan Timur Tengah telah menjadikan Ekonomi Islam sebagai sistem perekonomiannya.
Dalam perkembangan praktik  lembaga keuangan syari’ah saat ini telah berjalan cukup cepat
baik di level Internasional maupun level nasional. Hal ini terbukti dari kenaikan aset berbagai
lembaga keuangan syariah seperti perbankan, asuransi dan pasar modal berkembang dengan
pesat.

      Akuntansi syari’ah pada dasarnya sama saja dengan akuntansi  pada umumnya, hanya
saja dalam akuntansi syari’ah terdapat beberapa hal yang membedakannya  dengan akuntansi
konvensional. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari segi modal, prinsip, konsep,  karakteristik
serta tujuannya. Dengan lahirnya akuntansi syari’ah sebagai salah satu cabang ilmu dari
akuntansi sangat baik karena banyak membawa dampak positif khususnya dalam bidang
perekonomian dalam suatu negara yang menganutnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dimensi Akuntansi Menurut Al-Quran, Ilahiyah, Sejarah Islam, dan Kini


a. Dimensi Akuntansi menurut Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 282 yang merupakan ayat terpanjang
dalam Al-Qur’an merujuk sebagai salah satu ayat yang berbicara tentang pencatatan
atau Akuntansi. Dari ayat ini dapat di ketahui bahwa sejak munculnya peradaban
Islam sejak Nabi Muhammad SAW, telah ada perintah untuk melakukan sistem
pencatatan dengan tekanan untuk tujuan kebenaran, kepastian, keterbukaan, keadilan
antara dua belah pihak yang mempunyai hubungan muamalah. Tekanan islam dalam
melakukan kewajiban pencatatan adalah :
1. Menjadi bukti dilakukannya transaksi (muamalah) yang menjadi dasar nantinya
dalam menyelesaikan persoalan selanjutnya.
2. Menjaga agar tidak terjadi manipulasi atau penipuan, baik dalam transaksi
maupun hasil dari transaksi tersebut (laba).
Dijelaskan juga dalam surat al-Isra’ disebutkan bahwa Allah mengajarkan kepada
manusia menggunakan pena dan diajarkan ilmu yang tidak diketahui. Yang
mengajarkan dengan pena mengajarkan manusia tanpa pena apa yang tidak
diketahuinya (ayat 4 & 5). Ayat ini menunjukkan modal awal dari eksistensi adanya
sistem akuntansi.
b. Dimensi Akuntansi menurut Ilahiyah
Akuntansi sistem Ilahiyah sangatlah komprehasif bukan hanya berfokus pada
data kuantitatif tetapi juga data non-kuantitatif. Bahkan catatan yang diperihala Allah
menyangkut penilaian prestasi “Performance Evaluation” seseorang sebagai dasar
nantinya untuk menentukan apakah seseorang diberi reward masuk surga atau justru
penalty masuk neraka. Sehingga kita dapat sebut bidangnya adalah Akuntansi Amal.
Berdasarkan penuturan Allah dalam Al-Qur’an ternyata pengelolaan sistem
jagad dan manejemen alam ternyata peran dan fungsi akuntansi sangat besar. Allah
tidak membiarkan kita bebas tanpa monitoring dan objek pencatatan Allah. Allah
memiliki akuntan, yaitu malaikat yang sangat canggih yaitu Rakib dan Atib, malaikat
yang menuliskan/menjurnal transaksi yang dilakukan manusia, yang menghasilkan
buku atau neraca yang disebut “Sijjin” (Laporan Amal Baik) dan “Illyin” (Laporan
Amal Buruk) yang nanti akan dilaporkan kepada kita (aktor, pelaku) di akhirat.
Sehingga dalam proses pertanggung jawaban kita dihadapan Allah SWT kita sudah
menerima laporannya sebagai dasar menentukan apa yang kita terima sebagai balasan
dari prestasi yang kita capai pada masa kita didunia.
Pembuktian cukup sah dan adil, mulut kita tidak akan berbicara lagi, yang
menjadi saksi adalah anggota badan kita sebagai pelaku perbuatan yang
dilakukan.Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa manusia nanti akan tercengang,
dengan semua kelakuan kita dapat direkam ditunjukan kepada kita tanpa
menginggalkan satu sub episode sekalipun.
Al-Qur’an hanya menjelaskan tentang perihal yang berkaitan dengan manusia
sedangkan “internal accounting system” yang dimiliki Allah SWT dalam pengelolaan
atau manajemen jagad raya ini tidak dapat kita ketahui karena tidak dijelaskan dalam
Al-Qur’an. Kita hanya tahu misalnya bahwa ada Arsy dimana Allah bersemayam dan
mengatur semuanya. Allah memiliki berbagai Malaikat dengan pembagian tugas.
Malaikat menjaga jiwa manusia dan dikanan kiri mencatat amalnya. Allah tidak
pernah mengantuk, tidur, dan mengawasi kita 24 jam, semua yang terjadi atas
izinnya. Semua urusan ada ketetapan dari Allah. Bagi kita beberapa masalah ini
merupakan bagian yang gaib dan ilmu Allah maha luas meliputi semua itu, manusia
hanya diberikan ilmu yang sangat sedikit.
c. Dimensi Akuntansi menurut Sejarah Islam
Di dalam hipotesa Gambling dan Karim (1986) tentang ideologi yang
menentukkan sistem ekonomi, sosial, dan juga akuntansi pada era kedaulatan Islam
sejak Rasulullah mempimpin kedaulatan islamiyah sampai zaman kekhalifan di
Banghdad atau turki pada sistem Akuntansi Islam. Periode ini penting karena kalau
kita meneliti periode atau kurun aktu sekarang dimana cara hidup yang mendominasi
dunia saat ini adalah falsafat kapitalis atau materialisme maka sistem apapun yang
ada di berbagai negara baik yang menamakan dirinya Islam maupun yang jumlah
penduduknya dominan atau mayoritas Islam belum tentu menggambarkan praktek
akuntansi yang di kehendaki oleh nilai-nilai islam. (Thurow, 1996).
Namun bukan berarti tidak bermanfaat sama sekali praktek yang ada di Saudi
Arabia, misalnya dapat dijadikan rujukan karena pengaruh kerajaan islam dahulu
kala bisa saja masih tersisa dalam praktek ekonomi, bisnis dan kenegaraannya.
Namun yang dapat di garis bawahi bahwa sistem apaun yang berlaku di negara
seperti itu tidak bisa otomatis dapat di klaim sebagai Sistem Akuntansi Islam.
Akuntansi di Timur Tengah maupun negara Islam misalnya selama ini masih
dikuasai sistem akuntansi Barat. Dibawah ini akan dibahas praktek yang ada di
negara Islam dan dalam berbagai catatan sejarah.
1. Muhasib
Menurut Hayashi (Hayashi 1989, Harahap 1999) akuntansi dalam bahasa Arab
disebut “Muhasabah” yang artinya akuntansi. Sedangkan akar katanya H.S.B.
Pengertian HSB dalam bahasa Arab adalah :
1) Selesaikan tanggung jawab
2) Agar netral, independen tidak memihak, objektif
3) Menjaga atau mencoba mendapatkan
4) Mengharapkan pahala diakhirat dengan menambahnya dalam kita oleh
seseorang oleh Tuhan
5) Menjadikan perhatian
Pengertian Hasaba atau akuntansi dalam bahasa Arab ini menggambarkan
fungsi akuntansi pada era kebudayaan Islam waktu itu. Disini yang dicatat bukan
saja aspek materil, ekonomi, kuantitatif, tetapi juga moralitas, etika, kualitatif
disamping kuantitatif. Berarti bahwa dalam Islam ternyata jauh lebih luas dari
pengertian akuntansi dalam budaya Barat yang hanya mengukur dengan angka
dan transaksi ekonomi yang mempengaruhi posisi keuangan perusahaan.
2. Muhtasib
Muhtasib adalah orang yang bertanggung jawab atas lembaga Al-Hisba,
menyangkut juga pengawasan pasar yang bertanggung jawab tidak hanya
menyangkut masalah ekonomi tetapi juga masalah ibadah.
Muhtasib memiliki kekuasaan yang luas, termasuk pengawasan harta,
kepentingan sosial, pelaksanaan ibadah pribadi, pemeriksaan transaksi bisnis.
Akram Khan memeiliki 3 kewajiban muhtasib yaitu :
1) Pelaksanaan hak Allah termasuk kegiatan ibadah; semua jenis shalat,
pemeliharaan masjid.
2) Pelaksanaan hak masyarakat; prilaku dipasar, kebenaran timbangan
kejujuran bisnis
3) Pelaksanaan yang berkaitan dengan keduanya; menjaga kebersihan jalan,
lampu jalan, bangunan yang menggangu masyarakat dan sebagainya.
Disisi lain ada juga fungsi muhtasib yang bukan dalam bidang moral dan
agama tetapi dalam bidang pelayanan umum misalnya memeriksa kesehatan
supply air, memastikan orang miskin mendapatkan tunjangan, bangunan yang
mau ubuh, memeriksa kelayakan pembangunan rumah, ketidak nyamanan berlalu
lintas, menjaga keamanan dan kebersihan pasar. Dapat disimpulkan bahwa fungsi
utamanya adalah untuk mencegah terhadap pelanggaran hukum baik hukum sivil
maupun hukum agama.

B. Prinsip-Prinsip Akuntansi Islam


Adapun prinsip akuntansi syariah yang diperkenalkan oleh Islam secara garis
besarnya adalah sebagai berikut:
a. Transakasi yang menggunakan prinsip bagi hasil seperti mudharabah dan musyarakah.
b. Transaksi yang menggunakan prinsip jual beli seperti murabahah, salam dan istishna.
c. Transaksi yang menggunakan prinsip sewa, seperti ijarah.
d. Transaksi yang mengunakan prinsip titipan, seperti wadiah.
e. Transaksi yang menggunakan prinsip penjaminan, seperti rahn.

Prinsip Umum Akuntansi Islam, Berdasarkan Surat Al Baqarah 282 :


1. Pertanggungjawaban (Accountability)
Prinsip pertanggungjawaban (accountability), merupakan konsep yang tidak asing
lagi dikalangan masyarakat muslim. Pertanggungjawaban selalu berkaitan dengan
konsep amanah. Bagi kaum muslim, persoalan amanah merupakan hasil transaksi
manusia dengan Sang Khalik mulai dari alam kandungan. Manusia dibebani oleh
Allah SWT. Untuk menjalankan fungsi kekhalifahan di muka bumi. Inti kekhalifahan
adalah menjalankan atau menunaikan amanah. Banyak ayat Al-Qur’an yang
menjelaskan tentang proses pertanggungjawaban manusia sebagai pelaku amanah
Allah dimuka bumi. Implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu
yang terlibat dalam praktik bisnis harus selalu melakukan pertanggung jawaban apa
yang telah diamanatkan dan diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait.
2. Prinsip Keadilan
Menurut penasiran Al-Qur’an surat Al-Baqarah; 282 terkandung prinsip keadilan
yang merupakan nilai penting dalam etika kehidupan sosial dan bisnis, dan nilai
inheren yang melekat dalam fitrah manusia. Hal ini berarti bahwa manusia itu pada
dasarnya memiliki kapasitas dan energi untuk berbuat adil dalam setiap aspek
kehidupannya. Pada konteks akuntansi, menegaskan kata adil dalam ayat 282 surat
Al-Baqarah, dilakukan oleh perusahan harus dicatat dengan benar. Misalnya, bila
nilai transaksi adalah sebesar Rp. 265 juta, maka akuntan (perusahaan) harus
mencatat dengan jumlah yang sama dan sesuai dengan nominal transaksi. Secara
sederhana dapat berarti bahwa setiap transaksi yang dengan kata lain tidak ada
window dressing dalam praktik akuntansi perusahaan.
3. Prinsip Kebenaran
Prinsip ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadilan. Sebagai
contoh, dalam akuntansi kita selalu dihadapkan pada masalah pengakuan,
pengukuran laporan. Aktivitas ini akan dapat dilakukan dengan baik apabila
dilandaskan pada nilai kebenaran. Kebenaran ini akan dapat menciptakan nilai
keadilan dalam mengakui, mengukur, dan melaporkan tansaksi-transaksi dalam
ekonomi. Maka, pengembangan akuntansi Islam, nilai-nilai kebenaran, kejujuran dan
keadilan harus diaktualisasikan dalam praktik akuntansi. Secara garis besar,
bagaimana nilai-nilai kebenaran membentuk akuntansi syari’ah dapat diterangkan.

C. Perubahan Revolusi Kuhn dan Perkembangan Akuntansi Islam


Perkembangan ilmu pengetahuan ternasuk sistem pencatatan pada dinasti
Abbasiah (750-1258 M) sudah maju, sementara pada kurun waktu yang hampir
bersamaan, Eropa masih berada dalam periode The Dark Ages. Dari sini dapat dilihat
hubungan antara Luca Paciolli dan Akuntansi Islam.
Luca Paciolli adalah ilmuwan sekaligus juga seorang pengajar di universitas Italia
seperti Venice, Milan, Florence, dan Roma. Beliau telah banyak membaca buku yang
diterjemahkan, dibuktikan sejak tahun 1202 M dengan banyaknya buku-buku para
ilmuwan muslim/arab telah banyak yang diterjemahkan ke negara Eropa seperti yang
dilakukan oleh Leonardo Fibonacci of Pisa. Beliau banyak belajar mengenai angka dan
bahasa Arab, sehingga dalam bukunya disebutkan bahwa ia menyarankan dan
menerangkan manfaat mengenai angka Arab termasuk dalam pencatatan transaksi.
Pada tahun 1429 M, angka Arab dilarang untuk digunakan oleh pemerintah Italia
Luca Paciolli selalu tertarik untuk belajar tentang hal tersebut serta belajar dari Alberti
seorang ahli matematika yang belajar ari pemikiran Arab dan selalu menjadikan karya
Pisa sebagai rujukan. Tahun 1484 M Paciolli pergi dan bertemu dengan temannya
Onofrio Dini Florence seorang pedagang yang suka bepergian ke Afrika Utara dan
Konstatinopel, sehingga diduga bahwa Paciolli mendapat ide tentang double entry
tersebut dari temannya ini.
Alasan teknis yang mendukung ialah Luca Paciolli mengatakan bahwa setiap
transaksi harus dicatat dua kali disisi sebelah kredit dan disisi sebelah debit, bahwa
pencatatan harus diawali dengan menulis sebelah kredit kemudian kemudian disebelah
debit. Muncul dugaan bahwa Luca Paciolli menerjemahkan hal tersebut dari bahasa Arab
yang memang menulis dari sebelah kanan.
Pada tahan 1494 M menerangkan mengenai double entry book keeping sehingga
ditetapkan sebagai penemu Akuntasi Modern, walaupun ia mengatakan bahwa hal
tersebut telah dilakukan lebih dari satu abad yang lampau. Dari hasil penelusuran
pemikir Islam, ditemukan bahwa ada hubungan antara para pedagang Italia dan pedagang
muslim, yang membuka kemungkinan bahwa akuntansi modern tersebut diperoleh
Paciolli dari hubungannya dengan pedagang muslim.
Bukti-bukti dan istilah yang digunakan Paciolli juga sama dengan apa yang dilakukan
oleh para pedagang muslim, selain itu ketika Daula Islam mulai berkembang, telah
dikembangkan juga sistem akuntansi yang cukup maju dan dapat dijadikan dasar bahwa
klaim muslim turut dalam pengembangan akuntansi modern.
Tetapi pemikiran itu masih dipertanyakan oleh beberapa pihak termasuk para
pemikir modern sendiri, sehingga penelitian akan hal tersebut masih harus dilakukan
dimasa depan termasuk membuktikan bahwa akuntansi syariah bukanlah hal baru dan
aneh dibandingkan dengan akuntansi konvensional yang berkembang dewasa ini.

D. Akuntansi Islam : Munculnya Era Epistemologi Islam


Akibat epistemology barat yang mengistimewakan peranan manusia dalam
memecahkan “segala sesuatu” dan dalam waktu yang bersamaan menentang dimensi
spiritual yang kemudian menjadi sumber utama krisis epistemology yang berimplikasi
pada krisis ilmu pengetahuan, maka ada upaya untuk mencari memecahkan dan
mempertimbangkan epistimologi yang lain.
Didalam epistemology Islam menekankan totalitas pengalaman dan kenyataan
serta menganjurkan berbagai cara dalam mempelajari alam. Sehingga ilmu bias didapat
dan dikembangkan dari wahyu maupun akal, dari observasi maupun intuisi, dari tradisi
maupun spekulasi teoritis. Sehingga epistemoogi Islam menempuh langkah ganda. Dari
uraian tersebut, maka akuntansi sebenarnya haruslah memadukan unsur lahiriah dan
unsur batiniah. Yang mana hal ini dapat memunculkan peluang akuntansi syariah yang
menggunakan epistemologi Islam.
Akuntansi sebenarnya domain kepada kemampuan akal pikiran manusia untuk
mengembangkannya. Namun karena pentingnya permasalahan ini maka Allah swt.
Menurunkan QS. Al-Baqarah ayat 282. Penempatan surat ini relevan dengan sifat
akuntansi, yang mana ditempatkan sebagai lambang komoditi ekonomi, yang dapat
dianalogikan dengan “double entry”. Yang menggambarkan angka keseimbangan atau
neraca.
Bahkan jika dikaji sistem jagad dan manajemen alam ternyata fungsi akuntansi
sangat besar. Bukti yang sering dikenal dimana satupun tidak aka nada transaksi yang
dilupakan sebesar zarrah seperti yang dilihat terjemahan QS. Al-Zalzalah ayat 7-8
sebagai berikut:
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya (7). Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula (8).”
Etika dan perilaku bisnis didasarkan pada tradisi dan filosofi barat. Menurut
Toshikabu Hayashi akuntansi Islam sesuai dengan kecenderungan manusia yang
menuntutb agar perusahaan memiliki etika dan tanggung jawab social. Beliau juga
menjelaskan bahwa konsep akuntansi sudah ada dalam sejarah islam yang mana
sangatlah berbeda dari konsep konvensional sekarang. Beliau menjelaskan bahwa dalam
konsep Islam ada pertanggung jawaban di akhirat, yang mana setiap manusia akan
mempertanggung jawabkan tindakannya di hadapan Allah.

E. Akuntansi Sosial Ekonomi dan Akuntansi Islam


1. Akuntansi Sosial Ekonomi
Akuntansi Social Ekonomi (ASE) menurut Belkaoui (1984) lahir dari anggapan
bahwa akuntansi sebagai alat manusia dalam kehidupannya harus juga sejalan dengan
tujuan social hidup manusia. ASE berfungsi untuk memberikan informasi “social
report” tentang sejauh mana unit organisasi, Negara dan dunia memberikan kontribusi
yang positive dan negative terhadap kualitas hidup manusia. ASE sebagai suatu
penerapan akuntansi di bidang ilmu social termasuk bidang sosiologi, politik
ekonomi.
Ada juga yang memberikan istilah lain dari ASE yaitu Akuntansi Sosial yang terdiri
dari Akuntansi Mikro Sosial dan Akuntansi Makro Sosial.

a) Faktor Penyebab munculnya ASE :


Kesadaran masyarakat akan perlunya dijaga kelestarian lingkungan untuk
kelangsungan hidup manusia dan penekanan pada kelestarian hidup dan
kesejahteraan sosial semakin tinggi menjadi pendorong munculnya ASE.

Faktor pendorong munculnya ASE adalah:


a. Adanya kesadaran dan komitmen terhadap kesejahteraan social tidak hanya
mengejar pertumbuhan ekonomi.
b. Adanya paradigma kesadaran lingkungan tidak seperti selama ini lingkungan
diabdikan untuk perusahaan, untuk mengejar keuntungannya.
c. Munculnya perspektif ecosystem, dimana system global tidak bisa berjalan
sendiri sendiri tanpa memperhatikan system lain. Sistem ekonomi harus
berjalan
d. Munculnya perhatian terhadap perlindungan kepentingan social. Dengan
gencarnya pertumbuhan ekonomi maka sering melupakan kepentingan social
yang merugikan masyarakat, namun lama kelamaan muncul kesadaran akan
pentinganya diperhatikan kepentingan social tidak hanya kepentingan
ekonomi.
b) Perkembangan Akutansi Sosial Ekonomi
Pemikiran ASE dapat dirujuk ke Pasca Perang Dunia ke II dimana semakin
dituntut kualitas hidup tidak saja pertumbuhan ekonomi. Tahun 1960an sudah
muncul beberapa pengembangan indikator social, akutansi sosial, pengukuran
kualitas hidup, monitoring perubahan social, dan pelaporan social. Pelaporan ASE
ini sudah mulai diikuti dan menjadi lazim bagi beberapa perusahaan besar
khususnya di Negara- Negara maju baik karena kebijakan untuk mengambil hati
Publik atau secara sukarela maupun karena rekomendasi atau saran-saran atau
kewajiban dari regulator (SEC, BAPEPAM).
Di Indonesia menunjukan bahwa perusahaan masih sangat rendah dalam
melakukan pengungkapan aspek social.

c) Bentuk Laporan ASE


Pelaporan dalam ASE berarti memuat informasi yang menyangkut dampak
positif atau negative yang ditimbulkan oleh perusahaan. Pelaksanaan ASE masih
banyak kendala dan keterbatasan terutama dalam hal pengukuran dan pelaporan.
Dimata Islam pengungkpan aspek social melalui laporan keuangan bukan
hanya berdimensi dunia, investor saja tetapi juga berdimensi akhirat bahkan harus
memperhatikan tanggung-jawabnya kepada komunitas, social, makhluk alam
lainnya serta Allah SWT.
2. Akuntansi Islam
Akutansi Islam atau Akutansi Syariah pada hakekatnya adalah penggunaan
akutansi dalam menjalankan syariah Islam. Shahata (Harahap, 1997:272) misalnya
mendefinisikan Akutansi Islam sebagai berikut:
“Postulat, standar, penjelasan dan prinsip akutansi yang menggambarkan semua hal…
sehingga akutansi Islam secara teoritis memiliki konsep, prinsip, dan tujuan Islam
juga. Semua ini secara serentak berjalan bersama bidang ekonomi, social, politik,
idiologi, etika, kehidupan, keadilan dan hukum Islam. Akutansi dan bidang lain itu
adalah satu paket dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain,.”
Sesuai dengan penjelasan Hayashi (1989) Akutansi dalam bahasa Arab disebut
Muhasabah terdapat 48 kali disebut dalam Alquran.
Kata Muhasabah memiliki 7 pengertian menurut Hayashi (1989):
e. Yahsaba yang berarti menghitung, to compute, atau mengukur atau to mensure.
f. pencatatan dan perhitungan perbuatan seseorang secara terus menerus
g. Hasaba adalah selesaikan tanggung jawab
h. Tahasaba berarti menjaga
i. Mencoba mendapatkan
j. Mengharapkan pahala diakhirat.
k. Menjadikan perhatian atau mempertanggungjawabkan
3. Akuntansi Sosial Ekonomi Islam dalam Konteks Kekinian
Akuntansi Islam dam konteks kekinian diartikan sebagai akuntansi dalam
perspektif Islam yang mampu menjawab bagaimana seharusnya profil akuntansi Islam
dalam situasi saat ini dimana system ekonomi, politik, ideology, hukum dan etika
masih didominasi system lain yaitu system kapitalis yang dasar filosofinya berbeda
bahkan bertolak belakang dengan system nilai Islam.
Akutansi Islam terpaksa mengadopsi berbagai jargon kapitalis tetapi secara
pelan pelan tapi pasti dikonversi dengan teknik dan prinsip nilai Islam sibisanya
sesuai konteksnya.
Dalam konteks kekinian respons kita terhadap ASE adalah menerima dan
mendorongnya untuk diterapkan sehingga pada suatu saat disadari keterbatasan
akuntansi kapitalis ini dan pada akhirnya kita menerapkan Akuntansi Islam secara
Kaffah atau secara menyeluruh dan terpadu.

F. Perumusan Kerangka Teori Akuntansi Islam


Hanfiffa dan Hudaib (2000)mengemukakan bahwa kerangka konsep teori Akuntansi
syariah itu terdiri dari beberapa level yang saling mempengaruhi:
1) Level I : Al-quran dan Hadist,qiyas,Ijtihad dan Ijma
2) Level II : Syariat Islam. Tujuan dari syariat ini adalah
a. Menciptakan keadilan sosial dan kebaikan,
b. Merealisir kebaikan kepada masyarakat baik di dunia maupun di akhirat (al-falah)
3) Level III : Etika dan Moralitas. Ini terdiri dari :
c. Iman
d. Taqwa
e. Kebaikan
f. Ibadah
g. Kewajiban
h. Ikhtiar
i. Hubungan dengan Allah
j. Hubungan dengan Manusia
k. Berkah
4) Level IV : Bangunan Politik, Ekonomi dan Sosial
l. Politik berdasarkan musyawarah dan tanggung jawab
m. Ekonomi yang halal, tanpa riba, menunaikan zakat
n. Sosial menekankan kepentingan publik dan amanah.

G. Perbedaan Akuntansi Islam dan Akuntansi Konvensional


1. Perbedaan dari segi pengertian, yaitu:
Akuntansi islam lebih mengarah pada pembukuan, pendataan, kerja dan usaha,
kemudian juga perhitungan dan perdebatan (Tanya jawab) berdasarkan syarat-syarat
yang telah disepakati dan selanjutnya penentuan imbalan atau balasan yang meliputi
semua tindaktanduk danpekerjaan, baik yang berkaitan dengan keduniaan maupun
yang berkaitan dengan keakhiratan.
Akuntansi konvensional ialah seputar pengumpulan dan pembukuan,
penelitian tentang keterangan-keterangan dari berbagai macam aktivitas.
2. Perbedaan dari segi tujuan, yaitu:
Akuntansi islam bertujuan menjaga harta yang merupakan hujjah atau bukti
ketika terjadi perselisihan, membantu mengarahkan kebijaksanaan, merinci hasil-
hasil usaha untuk perhitungan zakat, penentuan hak-hak mitra bisnis dan juga
membantu menetapkan imbalan dan hukuman serta penilaian evaluasi kerja dan
motivasi.
Akuntansi konvensional menjelaskan utang piutang, untung rugi, sentral
moneter dan membantu dalam mengambil ketetapan-ketetapan manajemen.
3. Perbedaan dari segi karakteristik, yaitu:
Akuntansi islam berdasarkan pada nilai-nilai akidah dan akhlak, maka sudah
menjadi tugas seorang akuntan untuk memberikan data-data dalam membantu
orang-orang yang bersangkutan tentang sejauh mana hubungan kesatuan ekonomi
dengan kaidah-kaidah dan hukum-hukum syariat islam dalam bidang muamalah.
Seorang akuntan muslim selalu sadar bahwa ia harus bertanggung jawab dihadapan
Allah tentang pekerjaannya, dan ia tidak boleh menuruti keinginan pemilik modal
(pemilik proyek) kalau ada langkah-langkah penyelewengan dari hukum Allah serta
memutarbalikkan fakta (data yang akurat).
Akuntansi konvensional didasarkan pada ordonasi atau peraturan-peraturan
dan teori-teori yang dibuat oleh manusia yang memiliki sifat khilaf, lupa,
keterbatasan ilmu dan wawasan. Maka konsep itu labil dan tidak permanen. Konsep,
system, dan teknikakuntansi yang membantu suatu lembaga atau organisasi untuk
menjaga agar tujuan fungsi dan operasionalnya berjalan sesuai dengan ketentuan
syariah, dapat menjaga hak hal stakeholders yang ada didalamnya, dan mendorong
menjadi lembaga yang dapat mencapai kesejahteraan hakiki dunia dan akhirat.

Menurut Husein Syahatah, dalam buku Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam,


antara lain, terdapat pada hal-hal sebagai berikut:
 Akuntansi konvensional :
a. Konsep modal pokok (capital) belum ditentukan, sehingga cara menentukan
nilai/harga untuk melindungi modal pokok sering berbeda pendapat
b. Modal terbagi 2, yakni modal tetap (aktiva tetap) dan modal yg beredar (aktiva
lancar)
c. Mempraktekkan teori pencadangan & ketelitian dari menanggung semua
kerugian dalam perhitungan
d. Mengeyampingkan laba yg bersifat mungkin
e. Menerapkan prinsip laba universal, mencakup laba dagang, modal pokok,
transaksi, juga uang dari sumber yg haram
f. Laba hanya ada ketika adanya jual beli
 Akuntansi Islam :
a. Konsep modal pokok dalam islam berdasarkan nilai tukar yang berlaku,
dengan tujuan melindungi modal pokok dari segi kemampuan produksi di
masa yg akan datang dlm ruang lingkup perusahaan yg kontinuitas
b. Barang-barang pokok dibagi menjadi harta berupa uang (cash) dan harta
berupa barang (stock), dst barang dibagi menjadi barang milik dan barang
dagang
c. Mata uang (emas, perak, dll) bukan tujuan segalanya, melainkan hanya sebagai
perantara utk pengukuran & penentuan nilai/harga (sebagai sumber
harga/nilai)
d. Penentuan nilai dan harga berdasarkan nilai tukar yg berlaku
e. Membentuk cadangan untuk kemungkinan bahaya dan resiko
f. Membedakan laba dari aktivitas pokok dan laba yg berasal dari capital/modal
pokok dengan yang berasal dari transaksi dan wajib menjelaskan pendapatan
dari sumber yang haram jika ada, serta berusaha menghindari & menyalurkan
pada tempat-tempat yg tlh ditentukan oleh para ulama fiqh
g. Laba dari sumber yang haram tidak boleh dibagi untuk mitra
usaha/dicampurkan pada pokok modal
h. Laba akan ada ketika adanya perkembangan dan pertambahan pada nilai
barang, baik yg telah terjual/belum. Akan tetapi jual beli adalah suatu
keharusan utk menyatakan laba, dan laba tidak boleh dibagi sebelum nyata
laba itu diperoleh.

Dengan demikian, dapat diketahui, bahwa perbedaan antara sistem Akuntansi


Syariah Islam dengan Akuntansi Konvensional adalah menyentuh soal-soal inti dan
pokok, sedangkan segi persamaannya hanya bersifat aksiomatis.

H. Riset Akuntansi Islam


Riset akuntansi adalah upaya yang dilakukan untuk mencari kebenaran di bidang
akuntansi. Hasil riset ini merupakan penyambungan antara fenomena social di bidang
akuntansi dengan struktur teori akuntansi. Fenomena social itu dituangkan dalam
berbagai bentuk “statement ilmiah” sehingga menjadi teori. Teori ini biasa menjelaskan
tentang kebenaran yang sudah ada (deskriptif), mendukung teori yang ada, mengingkari
kebenaran yang sudah lama, ataupun ingin melahirkan teori baru.
Pada awalnya proses mencari kebenaran dimulai dengan cara dogmatis, dimana
kebenaran itu berasal dari pihak yang diberi dan diyakin memiliki otoritas menetapkan
kebenaran. Kemudian berkembang menggunakan cara normative dengan menggunakan
metode empiris dengan titik berat kenyataan yang ada. Ada beberapa metode penelitian
yang dipakai dalam suatu penelitian. Dalam ilmu sosial itu sendiri, metode penelitian
yang digunakan memiliki perbedaan misalnya ilmu antropologi dengan ekonomi, dengan
sosiologi, dengan manajemen, dan sebagainya.secara garis besar, ada tiga cara yang
dipilih, yaitu:
1) Metode kuantitatif, yaitu metode yang menggunakan rumus statistic dalam
mengidentifikasi dan mengolah variable yang muncul dari problem yang akan
dijawab. Metode ini sangatlah tepat jikia variable atau permasalahan yang akan
diteliti dapat diukur, dikuantitatifkan, data yang diperlukan tersedia dan dapat
dibuktikan.
2) Metode kualitatif, yaitu metode yang menggunakan narasi dan penguraian tentang
variable yang akan dibahas tanpa harus melakukan pengukuran. Hal ini cocok
untuk topic yang sulit menentukan indicator kuantitatif atau mengukur variabelnya,
data yang belum tersedia dan teorinya belum dapat dibuktikan.
3) Campuran, yaitu metode yang menggabungkan dua metode sebelumnya, yaitu
metode kuantitatif dan metode kualitatif.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan materi maka dapat di simpulkan bahwa akuntansi syari’ah


pada dasarnya sama saja dengan akuntansi kovensional, namun tetap ada beberapa hal yang
membedakan keduanya. Perbedaan tersebut dapat ditinjau dari segi pengertian, konsep,
prinsip. Dalam konsep akuntansi syari’ah terdapat bahasan mengenai pengertian dari
akuntansi syari’ah, tujuan, dasar hukum, cirri-ciri, serta karakteristik dalam
pengimplementasian transaksi. Mengenai paradigma pemikiran teori dan konsep akuntansi
Islam sudah berkembang cukup pesat. Akuntansi syari’ah dapat dikategorikan sebagai
pengetahuan ilmu dalam bidang akuntansi yang memiliki karakteristik, kebenaran dan nilai-
nilai Islami, yang digali menggunakan epistimologi Islam. Kerangka konseptual akuntansi
syari’ah dikembangkan menggunakan prinsip dasar paradigma syari’ah.

           Prinsip dasar adalah individu yang beriman kepada Allah SWT (tauhid) serta mentaati
segala aturan dan larangan yang tertuang dalam Al-Qur’an,Al Hadits, Fiqh, dan hasil ijtihad.
Dimensi makro prinsip syari’ah adalah meliputi wilayah politik,ekonomi dan sosial. Nilai-
nilai dan etika orang Muslim adalah syari’ah, maka alternatif terbaik pengembangan
akuntansi syari’ah adalah menggunakan pemikiran yang sesuai dengan syariah.
DAFTAR PUSTAKA

Syafri Harahap, Sofyan. 2004. Akuntansi Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Syahatah, Husein. 2001. Pokok-pokok Akuntansi Islam. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana.
Khaddafi, Muammar. 2016”Akuntansi Syariah”.Medan: Madenatera.

Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Diakses pada http://bloggsumum.blogspot.com/2016/11/akuntansi-syariah.html

Diakses pada https://media.neliti.com/media/publications/154360-ID-beberapa-dimensi-


akuntansi-menurut-alqur.pdf

Anda mungkin juga menyukai