Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ISLAM & SYARIAH ISLAM, SUMBER HUKUM ISLAM,


SISTEM KEUANGAN SYARIAH
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi syariah)
Dosen Pengampu
Bpk. Agus Kurniawan M.S, A.K

Disusun oleh
Kelompok 9
Inayatuss’adah 2251030059
Livia Herta 2251030203
Nursyifa Eka Putri 2251030227

JURUSAN AKUNTANSI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2024 M/1946 H

1
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga kita masih bisa menikmati alam ciptaan-Nya. Sholawat serta
salam tak lupa kita sanjungkan kepada nabi besar Muhammad SAW, yang telah
membimbing kita kepda jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam.

Kami sebagai penulis bersyukur karena telah menyelesaikan makalah kami


yang berjudul “ ISLAM & SYARIAH ISLAM, SUMBER HUKUM ISLAM,
SISTEM KEUANGAN SYARIAH ” sebagai tugas dari dosen mata kuliah
akuntansi syariah . Dalam makalah ini kami mencoba untuk menjelaskan sumber
hukum islam, syariat islam, siatem keuangan syariah.

Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan yang jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun senantiasa
kami terima, semoga makalah ini dapat berguna khususnya bagi kelompok kami
dan juga kelompok lain. Kami sebagai penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada pihak yang telah membantu kami dalam penulisan makalah ini.

Bandar Lampung, 10 Maret 2024

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 3


PENDAHULUAN ............................................................................................................. 5
A. Latar Belakang ................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 5
BAB II ............................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN.............................................................................................................. 6
A. ISLAM DAN SYARIAH ISLAM ..........................Error! Bookmark not defined.
a. Makna Islam ........................................................Error! Bookmark not defined.
b. Dasar-Dasar Ajaran Islam .................................Error! Bookmark not defined.
c. Hukum Islam .......................................................Error! Bookmark not defined.
d. Tujuan Syariah....................................................Error! Bookmark not defined.
B. SUMBER HUKUM ISLAM...................................Error! Bookmark not defined.
a. Al-quran ..............................................................Error! Bookmark not defined.
b. As-sunah...............................................................Error! Bookmark not defined.
c. SISTEM KEUANGAN SYARIAH ....................Error! Bookmark not defined.
BAB III............................................................................................................................. 16
PENUTUP ........................................................................................................................ 16
B. Kesimpulan .......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 17

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menginjak era informasi dan teknologi yang semakin menyatuh dengan diri
manusia, perlu dikembangkan dan dipertahankan sistem akuntansi yang relevan
dengan perkembangan zaman dan tidak melenceng dari koridor-koridor syari’ah
Islam. Dalam beberapa tahun terakhir ini, dunia akuntansi digegerkan oleh beberapa
kasus diluar konsep akuntansi yang ada dan merugikan orang banyak. Keberadaan
akuntansi konvensioanal yang beraliansi komunis dan sosialis diadopsi dari nilai-nilai
barat mulai beberapa abad silam.

Untuk mengimbangi perkembangan zaman dalam dunia akuntansi dan nilai-nilai


syari’ah Islam agar tetap kokoh, maka perlu kiranya untuk dikembangkannya
akuntansi syari’ah dalam mengatasi permasalahan yang dalam perkembangannya
mengalami banyak hambatan dan permasalahan. Adanya akuntansi syari’ah menjadi
salah-satu pendobrak sistem ekonomi kapitalis, dimana banyak diantara mereka yang
percaya dengan sistem yang ada dalam dunia Islam, yaitu system syari’ah salah
satunya sistem akuntansi syari’ah.

Sistem akuntansi syari’ah sendiri memiliki prinsip-prinsip dan ciri-ciri khas


tersendiri dalam aplikasi akuntansi di lembaga keuangan syari’ah dan selalu
menjungjung tinggi nilai-nilai syari’ah Islam yang berasaskan Al-Qur’an. Al-Qur’an
sendiri banyak meyinggung tentang perlakuan dan aplikasi akuntansi secara wajar,
benar dan akurat. Sehingga diharapkan dengan adanya akuntansi syari’ah dapat
meninggakatkan kualitas sebagai pengendali keuangan perusahaan atau sejenisnya
sehingga berdampak pada terciptanyan masyarakat yang adil dan makmur serta
terwujudnya baldatun thoyyibatun warobbun ghafur.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Islam dan syariah Islam?
2. Apa yang di maksud dengan sumber hukum Islam?
3. Bagaimana system keuangan syariah?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Islam dan syariah Islam
2. Untuk mengetahui sumber hukum Islam
3. Untuk mengetahui system keuangan syariah

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Islam dan syariah Islam

a) Makna Islam
Islam merupakan agama samawi yang memiliki ajaran yang sangat sempurna.
Semua masalah diatur dalam Islam, sehingga tidak ada satu pun masalah yang tidak
ada ketentuannya dalam Islam. Kesempurnaan Islam ini ditunjang oleh ketiga
sumber ajarannya, yakni al-Quran dan Sunnah sebagai sumber ajaran pokoknya
serta ijtihad sebagai sumber pelengkapnya.
Secara terminologi, makna Islam digambarkan oleh Nabi Muhammad SAW
dalam sabda beliau: “Islam adalah bahwasannya engkau bersaksi bahwa
sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad
adalah utusan Allah, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan
shaum Ramadan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah jika engkau
berkemampuan melaksanakannya.” (HR Muslim). Berikut beberapa makna Islam,
antara lain:
1. Islam adalah ketundukan
2. Islam adalah wahyu Allah
3. Islam adalah agama ara Nabi dan Rasul
4. Islam adalah hukum-hukum Allah di dalam Alquran dan Sunnah
5. Islam adalah jalan Allah yang lurus
6. Islam pembawa keselamatan dunia dan akhirat

Dengan enam prinsip yang dijelaskan di atas kita dapat memahami kemuliaa
dan keagungan ajaran agama Allah ini. Nabi Muhammad saw bersabda, “Islam itu
tinggi dan tidak ada kerendahan di dalamnya.” Sebagai ajaran, Islam tidak
terkalahkan oleh agama lain. Maka, setiap muslim wajib meyakini kelebihan Islam
dari agama lain atau ajaran hidup yang lain. Allah sendiri memberi jaminan.

b) Dasar-dasar Ajaran Islam

Ajaran Tentang Aqidah

Secara etimologis, aqidah berarti ikatan, sangkutan, keyakinan. Aqidah secara


teknis juga berarti keyakinan atau iman. Dengan demikian, Aqidah merupakan asas
tempat mendirikan seluruh bangunan (ajaran) Islam dan menjadi sangkutan semua

6
hal dalam Islam. Aqidah juga merupakan sistem keyakinan Islam yang mendasar
seluruh aktivitas umat Islam dalam kehidupannya. Aqidah atau sistem keyakinan
Islam dibangun atas dasar enam keyakinan atau yang biasa disebut dengan rukun
iman yang enam.

Ajaran Tentang Syariah

Secara etimologis, syariah berarti jalan ke sumber air atau jalan yang harus
diikuti, yakni jalan ke arah sumber pokok bagi kehidupan. Orang-orang Arab
menerapkan istilah ini khususnya pada jalan setapak menuju palung air yang tetap
dan diberi tanda yang jelas terlihat mata. Adapun secara terminologis syariah berarti
semua peraturan agama yang ditetapkan oleh Allah untuk kaum Muslim baik yang
ditetapkan dengan al-Quran maupun Sunnah Rasul.

Ajaran Tentang Akhlak

Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlaq yang merupakan
bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku,
atau tabiat. Sinonim dari kata akhlak ini adalah etika, moral, dan karakter.
Sedangkan secara terminologis, akhlak berarti keadaan gerak jiwa yang mendorong
ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran. Inilah pendapat
yang dikemukakan oleh Ibnu Maskawaih. Sedang al-Ghazali mendefinisikan
akhlak sebagai suatu sifat yang tetap pada jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-
perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan kepada pikiran. Adapun
ilmu akhlak oleh Dr. Ahmad Amin didefinisikan suatu ilmu yang menjelaskan arti
baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian
manusia kepada sebagian lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa
yang harus diperbuat.

Hubungan antara Aqidah, Syariah, dan Akhlak

Aqidah, syariah, dan akhlak mempunyai hubungan yang sangat erat, bahkan
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Meskipun demikian,
ketiganya dapat dibedakan satu sama lain. Aqidah sebagai konsep atau system
keyakinan yang bermuatan elemen-elemen dasar iman, menggambarkan sumber
dan hakikat keberadaan agama. Syariah sebagai konsep atau sistem hukum berisi
peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Sedangkan akhlak sebagai system
nilai etika menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai oleh agama. Oleh
karena itu, ketiga kerangka dasar tersebut harus terintegrasi dalam diri seorang
Muslim. Integrasi ketiga komponen tersebut dalam ajaran Islam ibarat sebuah
pohon, akarnya adalah aqidah, sementara batang, dahan, dan daunnya adalah
syariah, sedangkan buahnya adalah akhlak.

7
c) Hukum Islam
Secara terminologis, syariah didefinisikan sebagai aturan-aturan yang
ditetapkan oleh Allah agar digunakan oleh manusia dalam hubungannya dengan
Tuhannya, dengan saudaranya sesama Muslim, dengan saudaranya sesame
manusia, dengan alam, dan dalam kaitannya dengan kehidupannya. Syariah juga
dapat diartikan sebagai semua peraturan agama yang ditetapkan oleh Allah untuk
kaum Muslim baik yang ditetapkan dengan al-quran maupun dengan Sunnah Rasul.
Dari dua definisi syariah di atas dapat dipahami bahwa syariah adalah aturan-aturan
Allah dan Rasulullah yang mengatur manusia dalam berhubungan dengan Tuhan-
nya maupun dengan sesamanya.
Adapun istilah hukum Islam berasal dari dua kata dasar, yaitu „hukum‟
dan „Islam‟. Hukum bisa diartikan dengan peraturan dan undang-undang. Secara
sederhana hukum dapat dipahami sebagai peraturan-peraturan atau norma-norma
yang mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan atau
norma itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang dalam Masyarakat
maupun peraturan atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh
penguasa (Ali, 1996: 38). Adapun kata yang kedua, yaitu „Islam‟, adalah agama
Allah yang diamanatkan kepada Nabi Muhammad Saw.

d) Tujuan Syariah
Secara bahasa, kata maqashid sendiri berasal dari kata maqshad yang berarti
tujuan atau target. Berangkat dari arti tersebut, beberapa ulama memiliki pengertian
atau definisi mengenai maqashid syariah yang berbeda. Al-Fasi misalnya,
menurutnya, maqashid syariah merupakan tujuan atau rahasia Allah yang ada dalam
setiap hukum syariat. Sedangkan ar-Risuni berpendapat bahwa maqashid syariah
adalah tujuan yang ingin dicapai oleh syariat agar kemashlahatan manusia bisa
terwujud. Secara umum, maqashid syariah memiliki tujuan untuk kebaikan atau
kemashlahatan umat manusia. Tujuan ini sejalan dengan tujuan dari hukum Allah
yaitu kebaikan.

8
B. SUMBER HUKUM ISLAM
Sumber hukum islam merupakan dasar atau referensi untuk menilai apakah
perbuatan manusia sesuai dengan syariha (ketentuan yang telah digariskan oleh
ALLAH SWT) atau tidak. Sumber hukum islam yang telah disepakati jumhur
(kebanyakan) ulama ada 4 (empat), yaitu Al-Quran, As-Sunnah, Ijmak, dan Qiyas,
sebagaimana tertuang dalam (Qs 4:59).

“Hai orang-orang beriman taatlah Allah dan taatilah rasul dan ulil amri
(pemegang kekuasaan). Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunahnya) jika kamu
beriman kepada allah dan hari kemudian, yang demikian itu, lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya.”

Urutan prioritas pengambilan sumber hukum antara Al-Quran, As-Sunnah,


Ijmak, dan Qiyas ialah apabila terdapat suatu kejadian memerlukan ketetapan
hukum, pertama-tama hendaklah dicari terlebih dahulu di dalam Al-Quran. Kalau
ketetapan hukumnya sudah ada di dalam al-quran, ditetapkanlah hukumnya sesuai
dengan ketentuan dalam Al-Quran tersebut.

Apabila rujukan untuk ketetapan hukum itu tidak ditemukan dalam Al-Quran,
barulah beralih meneliti As-Sunah. Bila rujukan ditemukan di dalam As-Sunah,
maka hukum ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam As-Sunah itu.

AL-QURAN

Al-Quran ialah kalam Allah (kalaamullah – QS 53:4) dalam bahasa arab


sebagai sebuah mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui
utusan Allah Malaikat Jibril a.s untuk digunakan sebagai pedoman hidup bagi
manusia dalam menggapai kebahagian hidup di dunia dan di akhirat. Kalam adalah
sarana untuk menerangkan sesuatu berupa ilmu pengetahuan, nasihat, atau berbagai
kehendak, lalu memberitahukan perkara itu kepada orang lain.

Ayat-ayat yang turun di Madinah, mengandung hukum-hukum fikih, aturan


pemerintahan, aturan keluarga, serta aturan tentang hubungan antara orang-orang
muslim dan non muslim yang menyangkut perjanjian dan perdamaian. Saat itu,
Daulah Isalamiyah telah terbentuk lengkap dengan aparat pemerintahannya,
sehingga masyarakat siap dan mampu untuk memfungsikan hukum-hukum
tersebut.

Berdasarkan keterangan diatas, maka kita ketahui bahwa Al-Quran tidak turun
secara lengkap melainkan secara berangsur-angsur. Ada dua alasan mengapa Al-
Quran diturunkan secara berangsur-angsur, yaitu :

9
1. Untuk meguatkan hati, berupa kesenangan rohani agar Nabi selalu tetap
merasa senang dalam berkomunikasi dengan Allah, dan menghujamkan Al-
Quran serta hukum-hukumnya di dalam jiwa Nabi dan jiwa manusia
umumnya, sekaligus menjelaskan jalan untuk memahaminya. Disebut
menguatkan hukum, karena Al-Quran diturunkan tepat pada waktu
diperlukannya keterangan hukum. Ketika terjadi kasus/permasalahan, pada
saat itu pula Al-Quran turun menerangkan hukumnya, sehingga kehadiran
hukum di sini tepat pada saat-saat dibutuhkan.
2. Untuk menartilkan (membaca dengan benar dan pelan0 Al-Quran, kondisi
untuk saat Al-Quran diturunkan adalah ummiy, yaitu tidak dapat membaca
dan menulis, sementara Allah SWT menghendaki Al-Quran dapat dihafal
dan diresapi agar secara berkesinambungan tetap terpelihara keasliannya
sampai hari kiamat.

Al-Quran sebagai sumber hukum

Al-Quran dijadikan sebagai sumber hukum yang utama, karena Al-Quran


berasal dari Allah SWT yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi manusia
dalam menata kehidupannya sehingga selamat di dunia dan akhirat. Al-Quran
memuat seluruh aspek hukum terkait dengan akidah, syariah dan akhlak serta
terjaga keaslian dan keotentikannya.

Al-Quran menyuruh untuk menghadirkan saksi yang jujur pada akad transaksi
(QS 2:282) dan jika akad tersebut ditangguhkan pembayarannya maka hendaklah
ditulis untuk menghindarkan perselisihan di kemudian hari.

Al-Quran juga mengattur mengenai hukum keluarga antara lain berupa


penjelasan tentang pernikahan, mahram, perceraian, macam-macam ‘iddah dan
tempatnya, pembagian harta pusaka dan sebagainya.

Pengaturan mengenai hukum pidana juga diatur dalam Al-Quran. Hukum


pidana atas kejahatan yang menimpa seseorang adalah dalam bentuk qishash yang
didasarkan atas persamaan antara kejahatan dan hukuman. Diantara jenis hukum
qishash pembunuh, qishash anggota bidan dan qishash dari luka. Dalam
menetapkan hukum pidana. Al-Quran senantiasa memerhatikan empat hal, yaitu:
(Abu Zahroh, 1909)

10
1. Melindungi jiwa, akal, harta benda dan keturunan;
2. Meredam kemarahan orang yang terluka, lantaran ia dilukai;
3. Memberikan ganti rugi kepada orang yang terlukan atau keluarganya;
4. Menyesuaikan hukuman denga pelaku kejahatan, yakni bila pelaku
kejahatan tersebut orang yang terhormat, maka hukumannya menjadi berat,
dan jika pelaku kejahatan tersebut orang rendahan, maka hukumannya
menjadi ringan.

Bahkan pengaturan dalam melakukan muamalah dengan nonmuslin juga diatur


dalam Al-Quran. Al-Quran membagi orang kafir menjdai tiga bagian (Abu Zahroh,
1999), yaitu:

1. Kafir dzimmy dan mu’ahad yaitu kafir yang telah mengikat perjanjian,
sehingga Allah SWT memerintahkan untuk bergaul dengan mereka sebagai
sesama muslim;
2. Kafir musta’mam yaitu kafir yang dianggap aman/tidak membahayakan,
sehingga darah dan harta benda mereka haram sepanjang mereka masih
tetap memegang teguh perjanjian;
3. Kafir harby(musuh), dimana Allah SWT tetap memberikan hak-hak yang
harus dihormati atas harkat dan martabat kemanusiaan, hak persaudaraan
kemanusiaan (ukhuwah insaniyah), hak keadilan, hak perlakuan sepadan
dengan memerhatikan keutamaan/kemasalahan.

Dari tuntunan tersebut diketahui bahwa Islam memperlakukan nonmuslim


sangatlah adil. Sekaligus juga membuktikan Al-Quran memang seuatu bentuk
pedoman yang sangat lengkap dan bersifat universal.

AS-SUNAH

As-Sunah ialah ucapan, perbuatan serta ketetapan-ketetapan Nabi Muhammad saw


yang merupakan sumber hukum islam kedua setelah Al-Quran. Dalam banyak hal,
Al-Quran baru menjelaskan prinsip-prinsip umum bersifat global dan universal.
Oleh karena itu, salah satu fungsi As-Sunah adalah untuk menjelaskan dan
menguraikan secara lebih terinci prinsip-prinsip yang telah disebutkan dalam Al-

11
Quran dengan contoh-contoh aplikatif. Selain itu As-Sunah bisa juga membatasi
ketentuan Al-Quran yang bersifat umum dan bahkan bisa menetapkan hukum yang
tidak ada dalam Al-Quran. Berita tentang ucapan, perbuatan serta ketetapan-
ketetapan Nabi Muhammad saw disebut hadist. Sebuah hadist= mengandung 3
(tiga) elemen yaitu rawi, sanad, matan. Rawi adalah orang yang menyampaikan
atau menuliskan hadis yang didengarnya dari seorang atau dari gurunya. Sanad
adalah urutan para rawi yang menyampaikan hadis, mereka yang mengantarkan kita
sampai kepada matan atau teks hadis. Berbeda dengan Al-Quran yang telah ditulis
pada masa Nabi, hadis lebih banyak dihafal daripada ditulis.

Bahkan pada awalnya, rasul melarang para sahabat untuk mencatat hadis,
karena khawatir tercampur dengan Al-Quran. Izin penulisan hadis hanya diberikan
kepada sahabat tertentu seperti Abdullah bin Amr, Rasul juga meminta orang yang
mendengarkan hadis untuk menyampaikna dengan teliti dan jujur kepada orang
lain. Kendati sudah ada catatan-catatan hadis yang ditulis beberapa sahabat,
penulisan hadis secara khusus baru dimulai pada awal abad ke 2 H. Untuk menjaga
hadis dari kebohongan dan pemalsuan dalam periwayatannya para ulama
merumuskan syarat-syarat penerimaaan hadis, baik yang berhubungan denga
riwayatnya maupun isi hadis itu sendiri.

As-Sunah sebagai sumber hukum

Ketaatan kepada Allah SWT harus diikuti dengan ketaatan kepada Rasul.
Sebaliknya, ketaatan kepada Rasul harus diikuti pula dengan ketaatan kepada Allah
SWT, sehingga keduanya merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Rasulullah saw telah memberikan contoh dan teladan, bagaimana cara shalat
yang benar, bagaimana masuk kamar mandi, bagaimana keluar kamar mandi,
bagaimana bergadang, bagaimana makan, bagaimana memimpin perang,
bagaimana menjadi kepala negara yang baik bahkan juga bagaimana menjadi suami
dan kepala rumah tangga yang baik.

Konsekuensi ketaatan kepada Rasul adalah dengan mengimani dan


membenarkan apa yang dikabarkannya, mengagungkan dan membelanya,
memperbanyak shalawat, serta menghidupkan sunahnya. Oleh karena itu, seorang

12
muslim perlu melengkapi rujukan sumber hukum Al-Quran sebagai rujukan utama
dengan As-Sunah.

IJMAK

Ijmak adalah kesempatan para mujtahid dalam suatu masa setalah wafatnya
Rasulullah saw, terhadap hukum syara’ yang bersifat praktis, dan merupakan
sumbee hukum isalam ketiga setelah Al-Quran dan As-Sunah. Dalil yang menjadi
dasar Ijmak adalah sabda Rasulullah saw yang berbunyi:

“apa yang dipandang oleh kaum muslimin baik, maka menurut pandangan Alllah
SWT juga baik”.

“umatku tidak akan bersepakat atas perbuatan yang sesat”.

“ingatlah barangsiapa yang ingin menempati surga, maka bergabunglah (ikutilah)


jama’ah. Karena syaithan adalah bersama orang-orang yang menyendiri. Ia akan
lebih jauh dari dua orang daripada dari seorang yang menyendiri”. (H.R. Umar bin
Khatthab)

Jumhur ulama berpendapat, bahwa alasan dapat ddipergunakannya Ijmak sebagai


sumber hukum Islam adalah sebagai berikut (Abu Zahrah, 1999):

1. Hadis-hadis yang menyatakan bahwa umat Muhammad tidak akan


bersepakat terhadap kesesatan, apa yang menurut pandangan kaum
muslimin baik, maka menurut Allah SWT juga baik, oleh karena itu, amal
perbuatan para sahabat yang telah disepakati dapat dijadikan argumentasi
(hujjah).
2. Mengikuti jalan akidah orang bukan mukmin adalah haram, karena
menentang Allah SWT dan Rasul dan diancam neraka jahanam. Mengikuti
pendapat orang mukmin berati mengikuti sesuatu yang ditetapkan
berdasarkan ijmak. Dengan demikian, ijmak dapat dijadikan hujjah yang
dapat digunakan untuk menggali hukum syara’ dari nash-nash syara’.

13
C. SISTEM KEUANGAN SYARIAH
Sistem keuangan syariah termasuk sistem bank syariah adalah sistem keuangan
yang berprinsipkan kepada syariah yakni berpegang teguh kepada Al-quran dan
hadits. Sistem ini merupakan tata perekonomian yang diciptakan oleh Allah SWT
dan dijalankan serta dicontohkan oleh Rasul dan sahabatnya.
Menurut Wiroso (2009)3Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah,
antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan
berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang
dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain
(ijarah wa iqtina). Adapun sistem keuangan syariah yang dikenal dengan prinsip-
prinsip syariah akan diuraikan sebagai berikut :
1. Prinsip bagi hasil (Investasi mudharabah)
Di dalam buku “Sistem Keuangan & Investasi Syariah”Oleh Muhammad Firdaus
dkk (2005)4 :Pada prinsip bagi hasilinvestasi mudharabah ini bahwa nasabah harus
sersikap jujur, amanah dan transparansi dari usaha yang dikelolanya, karena pihak
bank hanya diperkenankan untuk melakukan pengawasan usaha dan tidak
diperkenankan ikut campur dalam pengelolaan dana.Pihak pertama (shahibul
maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi
pengelola. Keuntungan usaha akan dibagi berdasarkan kesepakatan sesuai kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan
akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena
kecurangan atau kelalaian sipengelola, si pengelola harus bertanggungjawab atas
kerugian tersebut. Mudharabah merupakan keunikan bank syariah, oleh karena itu
bagi bank syariah atau lembaga keuangan syariah lain tidak banyak melakukan
transaki jenis ini, maka kehilangan keunikan bank syariah yang berarti kehilangan
nilai lebih dari bank syariah itu sendiri.
2. Prinsip penyertaan modal (musyarakah)

14
Di dalam buku “Bank Syariah : dari teori ke Praktik” oleh Muhammad Syafi’i
antonio (2001)5 : Prinsip penyertaan modal (musyarakah) adalah akad kerja sama
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu Dimana masing-masih pihak
memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko
akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Akad musyarakah ini
merupakan akad kerjasama yang dilakukan antara dua belah pihak untuk suatu
usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan nisbah yang disepakati,
sedangkan kerugian ditanggung oleh para pihak sebesar partisipasi modal yang
disertakan dalam usaha.
3. Prinsip jual beli (murabahah)
Prinsip jual beli dengan akad murabahah ini adalah salah satu transakti yang paling
banyak dilakukan oleh Bank Syariah saat ini. Salah satu alasannya adalah dalam
murabahah ini risiko bagi bank syariah adalah kecil. Contohnya transaksi dalam
pembelian kenderaan bermotor. Bank sebagai penjual harus menyediakan
kenderaan bermotor untuk dilakukan jual beli dengan nasabah, jadi yang diterima
oleh nasabah adalah kenderaan bermotor dari jual beli yang dilakukan.
4. Prinsip sewa (ijarah)
Pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya
terletak pada obyek transaksinya, bila padajual beli objek transaksinya adalah
barang, maka pada ijarah obyektransaksinya jasa. Menurut Muhammad Rawas
Qal’aji (1987) 6 : Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau
jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hukum Islam berasal dari dua kata dasar, yaitu „hukum‟ dan „Islam‟. Hukum bisa
diartikan dengan peraturan dan undang-undang. Secara sederhana hukum dapat
dipahami sebagai peraturan-peraturan atau norma- norma yang mengatur tingkah
laku manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan atau norma itu berupa
kenyataan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat maupun peraturan atau
norma yang dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa. Adapun kata
yang kedua, yaitu „Islam‟, adalah agama Allah yang diamanatkan kepada Nabi
Muhammad Saw. Untuk mengajarkan dasar- dasar dan syariatnya dan juga
mendakwahkannya kepada semua manusia serta mengajak mereka untuk
memeluknya.

Akuntansi syariah dapat diartikan sebagai proses akuntansi atas transaksi-transaksi


yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Sehingga ketika
mempelajari akuntansi syariah dibutuhkan pemahaman yang baik, mengenai
akuntansi sekaligus tentang syariah islam. Ada 2 alasan utama mengapa akuntansi
syariah diperlukan, yaitu tuntutan untuk pelaksanaan syariah dan adanya kebutuhan
akibat pesatnya perkembangan transaksi syariah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Az-Zuhaili, W., & Hayyie, A. (2011). Fiqih Islam Wa Adillatuhu jilid 5. Jakarta: Gema Insani
.

Khaddafi, M. (2017). Meletakkan Nilai-Nilai Syariah Islam dalam Ilmu Akuntansi. Medan:
Madenatera.

Muhammad. (2002). Pengantar Akuntansi Syariah . Jakarta: Salemba Empat.

Wasilah. (208). Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

17

Anda mungkin juga menyukai