MAKALAH
DISUSUN OLEH :
Balqis Sausan
(C1C019040)
DOSEN PENGAMPU :
R09
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang disusun dengan judul “Islam dan
Syariah Islam”.
Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Akuntansi Syariah Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.
Banyak hambatan yang dihadapi dalam penyusunannya, namun berkat kehendak-Nya
sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, dengan penuh
kerendahan hati, pada kesempatan ini, patutlah kiranya penulis mengucapkan terimakasih
kepada Bapak Dr. Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si., CIQnR. Selaku dosen pada Mata Kuliah
Akuntansi Syariah serta teman-teman yang selalu mendukung saya.
Penulis berharap makalah ini menjadi kontribusi serta dapat menambah wawasan dan
referensi bagi pihak yang membutuhkannya. Saran dan masukkan dari para pembaca untuk
perbaikan ketidaksempurnaan makalah ini sangat diperlukan.
Balqis Sausan
i
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................................
KATA PENGANTAR .........................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1 Makna Islam ................................................................................................................. 3
2.2 Dasar – Dasar Ajaran Islam .......................................................................................... 4
2.3 Hukum Islam................................................................................................................. 6
2.4 Klasifikasi Hukum Islam .............................................................................................. 7
2.5 Sasaran Hukum Islam ................................................................................................... 7
2.6 Tujuan Syariah .............................................................................................................. 8
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
6. Apa saja tujuan syariah?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dengan enam prinsip yang dijelaskan di atas kita dapat memahami kemuliaandan
keagungan ajaran agama Allah ini. Nabi Muhammad saw bersabda, “Islam itu tinggi dan
tidak ada kerendahan di dalamnya”. Sebagai ajaran, Islam tidak terkalahkan oleh agama
lain. Maka, setiap muslim wajib meyakini kelebihan Islam dari agama lain atau ajaran
hidup yang lain. Allah sendiri memberi jaminan
4
meliputi ibadah mahdhah dan ibadah muamalah. Ibadah mahdhah mengatur
mengenai hubungan antara manusia dengan Allah Swt. seperti salat, puasa, haji, dan
lainnya. Sedangkan ibadah muamalah mengatur mengenai hubungan antara sesama
manusia serta antara manusia dengan makhluk atau ciptaan Allah Swt. lainnya,
termasuk alam semesta. Hukum asal ibadah mahdhah adalah bahwa segala sesuatu
dilarang untuk dikerjakan, kecuali dibolehkan dalam Alquran atau dicontohkan Nabi
Muhammad saw. melalui sunah. Sebaliknya, hukum asal ibadah muamalah adalah
bahwa segala sesuatu dibolehkan untuk dikerjakan, kecuali ada larangan dalam
Alquran atau sunah.
c. Akhlak
Akhlak sering juga disebut sebagai ihsan (dari kata Arab 'hasan', yang berarti
baik). Definisi Ihsan menurut Nabi Muhammad saw.: "Ihsan adalah engkau beribadat
kepada Tuhanmu seolah-olah engkau melihat-Nya sendiri, kalaupun engkau tidak
melihat-Nya, maka la melihatmu." (HR. Muslim).
Melalui ihsan, seseorang akan selalu merasa bahwa dirinya dilihat oleh Allah
Swt. yang mengetahui, melihat, dan mendengar sekecil apa pun perbuatan yang
dilakukan seseorang, walaupun dikerjakan di tempat tersembunyi. Bahkan Allah Swt.
mengetahui segala pikiran dan lintasan hati makhluknya. Dengan memiliki kesadaran
seperti ini, seorang mukmin akan selalu terdorong untuk berperilaku baik, dan
menjauhi perilaku buruk.
Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlaq yang
merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku, atau tabiat. Sinonim dari kata akhlak ini adalah etika, moral, dan
karakter. Sedangkan secara terminologis, akhlak berarti keadaan gerak jiwa yang
mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran. Inilah
pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Maskawaih. Sedang al-Ghazali
mendefinisikan akhlak sebagai suatu sifat yang tetap pada jiwa yang daripadanya
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan
kepadapikiran. Adapun ilmu akhlak oleh Dr. Ahmad Amin didefinisikan suatu ilmu
yangmenjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan
oleh sebagian manusia kepada sebagian lainnya, menyatakan tujuan yang harusdituju
oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa
yang harus diperbuat.
5
2.3 Hukum Islam
Hukum Islam, secara istilah disebut juga hukum syara' adalah hukum Allah yang
mengatur perbuatan manusia yang di dalamnya mengandung tuntutan untuk dikerjakan
atau ditinggalkan, atau pilihan antara dikerjakan atau ditinggalkan oleh para mukalaf.
Hukum syara' hanya dapat diambil dari sumber-sumber hukum Islam, yaitu Alquran,
sunah, ijmak, dan qiyas. Hukum atau norma perbuatan yang tidak diambil dari sumber-
sumber tadi tidak disebut sebagai hukum syara'. Misalnya kaidah-kaidah (norma) adat-
istiadat, undang-undang, atau hukum lainnya selain Islam.
Secara terminologis, syariah didefinisikan sebagai aturan-aturan yang ditetapkan oleh
Allah agar digunakan oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhannya, dengan
saudaranya sesama Muslim, dengan saudaranya sesama manusia, dengan alam, dan
dalam kaitannya dengan kehidupannya. Syariah juga dapat diartikan sebagai semua
peraturan agama yang ditetapkan oleh Allah untuk kaum Muslim baik yang ditetapkan
dengan al-quran maupun dengan Sunnah Rasul. Dari dua definisi syariah di atas dapat
dipahami bahwa syariah adalah aturan-aturan Allah dan Rasulullah yang mengatur
manusia dalam berhubungandengan Tuhan- nya maupun dengan sesamanya.
Adapun istilah hukum Islam berasal dari dua kata dasar, yaitu “hukum‟ dan “Islam”.
Hukum bisa diartikan dengan peraturan dan undang-undang. Secara sederhana hukum
dapat dipahami sebagai peraturan-peraturan atau norma-norma yang mengatur tingkah
laku manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan atau norma itu berupa kenyataan
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat maupun peraturan atau norma yang
dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa (Ali, 1996: 38). Adapun kata
yang kedua, yaitu “Islam‟, adalah agama Allah yang diamanatkan kepada Nabi
Muhammad Saw.
Untuk mengajarkan dasar-dasar dan syariatnya dan juga mendakwahkannya kepada
semua manusia serta mengajak mereka untuk memeluknya (Syaltut, 1966:9). Dengan
pengertian yang sederhana, Islam berarti agama Allah yang dibawa oleh Nabi
Muhammad Saw. untuk disampaikan kepada umat manusia untuk
mencapaikesejahteraan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dari
gabungandua kata “hukum‟ dan “Islam” itulah muncul istilah hukum Islam. Dengan
kalimat yang lebih singkat, hukum Islam dapat diartikan sebagai hukum yang bersumber
dari ajaran Islam.
6
2.4 Klasifikasi Hukum Islam
Empat Mazhab Fiqh yang bersumber dari para ahli fikih seperti Al-Imam Abu
Hanifah, Al-Imam Malik, Al-Imam As-Syafi‟i, dan Al-Imam Ahmad bin Hanbali,
mengklasifikasikan hukum Islam menjadi lima (5) yaitu:
1. Wajib, kadang disebut Fardlu. Keduanya sinonim. Yakni sebuah tuntutan yang pasti
(thalab jazm) untuk mengerjakan perbuatan, apabila dikerjakan mendapatkan pahala,
sedangkan bila ditinggalkan maka berdosa (mendapatkan siksa). Wajib terbagi
menjadi dua yakni :
a. Wajib „Ain yaitu kewajiban bagi setiap individu.
b. Wajib Kifa‟i (kifayah) yaitu kewajiban yang dibebankan pada sekelompok orang
mukalaf.
2. Mandub/Sunah ialah perbuatan yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala
namun apabila ditinggalkan tidak berdosa.
3. Haram ialah perbuatan yang apabila ditinggalkan akan mendapatkan pahala namun
apabila dikerjakan akan mendapat dosa.
4. Makruh ialah perbuatan apabila ditinggalkan akan mendapat pahala namun apabila
dikerjakan tidak mendapat dosa.
5. Mubah ialah suatu perbuatan yang bila dikerjakan tidak mendapatkan pahala dan bila
ditinggalkan tidak mendapat dosa.
Hukum Islam tidak hanya mengatur pelaksanaan dalam ibadah mahdhah saja seperti
kewajiban shalat, puasa, zakat, haji. Tetapi juga mengatur pelaksanaan amalan-amalan
lain yang bersifat "duniawi" seperti melakukan jual beli, sewamenyewa, belajar, menikah,
mendidik anak, bersikap dengan orang tua dan lain sebagainya karena Islam tidak
memisahkan agama dengan urusan dunia, semua urusan telah diatur dalam Islam. Pada
dasarnya, tujuan dari hukum Islam adalah untuk menjadi rahmat bagi semesta alam (QS
21:107).
8
1. Menjaga Agama
Dalam konteks ini, agama tidak pernah melakukan pemaksaan kehendak.
Syari‟ah Islam menjaga kebebasan berkeyakinan dan beribadah, tidak boleh ada
tekanan dalam beragama sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 256
yang artinya, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat”. Menjaga agama dalam
maqashid syariah juga bisa dimaknai sebagai upaya untuk menjaga amalan ibadah
seperti shalat, zikir dan sebagainya serta bersikap melawan ketika agama Islamdihina
dan dipermalukan.
2. Menjaga Jiwa
Jiwa yang di dalamnya terdapat ruh sebagai amanah dari Allah Swt,
merupakan kendali yang sesungguhnya dari seluruh pergerakan lahir dan batin
manusia. Hal itulah yang menjadi alasan betapa penting dan mendesaknya menjaga
jiwa tetapsehat, suci dan fungsional dengan baik.
3. Menjaga Akal
Akal adalah sesuatu yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Inilah salah satu yang menyebabkan manusia menjadi makhluk dengan penciptaan
terbaik dibandingkan yang lainnya. Akal akan membantu manusia untuk menentukan
mana yang baik dan buruk.
Penghargaan Islam terhadap peran akal terdapat pada orang yang berilmu,
yang mempergunakan akal-nya untuk memikirkan ayat-ayat Allah.
Sebagaimanafirman Allah, SWT dalam QS. Ali-Imran ayat 190-191 yang artinya,
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (190), (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, MahaSuci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka).”
4. Menjaga Harta
Menjaga harta adalah dengan memastikan bahwa harta yang kamu miliki tidak
bersumber dari yang haram. Serta memastikan bahwa harta tersebut didapatkan
dengan jalan yang diridhai Allah bukan dengan cara bathil sebagaimana difirmankan
Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 188 yang artinya, “Dan janganlah sebahagian
kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil
9
dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda oranglain itu dengan (jalan berbuat) dosa,
padahal kamu mengetahui.”
5. Menjaga Keturunan
Salah satu poin penting dalam sebuah pernikahan adalah lahirnya
generasipenerus yang diharapkan dapat berkontribusi lebih baik. Keturunan
menjadipenting, salah satu yang mencelakai penjagaan keturunan adalah dengan
melakukan zina. Dalam Qur‟an, Allah berfirman secara tegas mengenai zina yaitu
pada QS. An-Nur ayat 2 yang artinya, “Pezina perempuan dan pezina laki-laki,
deralah masing-masing dari keduanya seratus kali, dan janganlah rasa belas kasihan
kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama (hukum) Allah, jika
kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian; dan hendaklah (pelaksanaan)
hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman.”
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Dari sisi bahasa, kata "Islam" berasal dari kata "aslama, yuslimu, islaman" yang
artinya "tunduk, patuh, dan selamat". Jadi, seorang yang tunduk dan patuh kepada
kepala negara, secara bahasa, bisa dikatakan "aslama li-rais ad-daulah". Inilah makna
generik atau makna bahasa dari kata Islam.
2. Dengan enam prinsip yang dijelaskan, kita dapat memahami kemuliaandan
keagungan ajaran agama Allah ini. Nabi Muhammad saw bersabda, “Islam itu tinggi
dan tidak ada kerendahan di dalamnya”. Sebagai ajaran, Islam tidak terkalahkan oleh
agama lain. Maka, setiap muslim wajib meyakini kelebihan Islam dari agama lain
atau ajaran hidup yang lain. Allah sendiri memberi jaminan.
3. Islam sebagai pedoman hidup dan kehidupan, yang dikeluarkan langsung oleh
pemegang otoritas tunggal, Allah Swt., mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu akidah,
syariah, dan akhlak yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.
4. Istilah hukum Islam berasal dari dua kata dasar, yaitu “hukum‟ dan “Islam”. Hukum
bisa diartikan dengan peraturan dan undang-undang. Secara sederhana hukum dapat
dipahami sebagai peraturan-peraturan atau norma-norma yang mengatur tingkah laku
manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan atau norma itu berupa kenyataan
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat maupun peraturan atau norma yang
dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa (Ali, 1996: 38). Adapun
kata yang kedua, yaitu “Islam‟, adalah agama Allah yang diamanatkan kepada Nabi
Muhammad Saw.
5. Empat Mazhab Fiqh yang bersumber dari para ahli fikih seperti Al-Imam Abu
Hanifah, Al-Imam Malik, Al-Imam As-Syafi‟i, dan Al-Imam Ahmad bin Hanbali,
mengklasifikasikan hukum Islam menjadi lima (5) yaitu: Wajib, Mandub/Sunah,
Haram, Makruh, Mubah.
6. Hukum Islam memiliki 3 (tiga) sasaran, yaitu: penyucian jiwa, penegakan keadilan
dalam masyarakat, dan perwujudan kemaslahatan manusia (Zahroh dan Muhammad,
1999).
7. Secara umum, maqashid syariah memiliki tujuan untuk kebaikan atau kemashlahatan
umat manusia. Tujuan ini sejalan dengan tujuan dari hukum Allah yaitu kebaikan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Khaddafi. 2017. Meletakkan Nilai-Nilai Syariah Islam dalam Ilmu Akuntansi.
Medan: Madenatera.
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam5. Terj. Abdul Hayyie, dkk, Fiqih Islam Wa Adillatuhu jilid 5
(Jakarta: Gema Insani, 2011), hlm. 25