Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH

AKUNTANSI SYARIAH

Islam dan Syariat Islam

Dosen Pengampu : Meko Nanda Tejakesuma, S.E., M.Ak.

Disusun Oleh :
Ayu Suci Maharani - 8413121002
Nidaul Farrah - 8413121015

PROGRAM STUDI AKUNTANSI REGULER


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS INSAN CENDEKIA MANDIRI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Islam dan Syariat Islam” dengan tepat
waktu.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah, juga untuk
memberikan tambahan wawasan mengenai “Islam dan Syariat Islam” untuk para pembaca
sekaligus kami yang menyusun makalah ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Meko Nanda Tejakesuma, S.E., M.Ak
selaku dosen mata kuliah Akuntansi Syariah yang telah memberikan kesempatan untuk kami
menyusun makalah berjudul “Islam dan Syariat Islam”. Serta kami ucapkan terimakasih pada
semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu , kritik dan saran
yang membangun di harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung , 17 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN........................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................................ 1
BAB II .......................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 3
2.1 Konsep Islam dan Syariah Islam ..................................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian ................................................................................................................................... 3
2.1.2 Tujuan ......................................................................................................................................... 5
2.1.3 Karakteristik .............................................................................................................................. 6
2.1.3 Fungsi .......................................................................................................................................... 7
2.2 Dasar – Dasar Ajaran Islam ............................................................................................................. 8
2.3 Hukum Islam ................................................................................................................................... 12
BAB III....................................................................................................................................................... 15
PENUTUP.................................................................................................................................................. 15
Kesimpulan ............................................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam merupakan agama samawi yang memiliki ajaran yang sangat sempurna. Semua masalah
diatur dalam Islam, sehingga tidak ada satu pun masalah yang tidak ada ketentuannya dalam Islam.
Kesempurnaan Islam ini ditunjang oleh ketiga sumber ajarannya, yakni al-Quran dan Sunnah
sebagai sumber ajaran pokoknya serta ijtihad sebagai sumber pelengkapnya. Untuk memahami
ajaran Islam secara keseluruhan memang dibutuhkan waktu yang tidak sebentar. Tidak banyak
umat Islam yang mengetahui ajaran Islam secara menyeluruh, bahkan masih banyak umat Islam
yang hanya menganut Islam secara formal saja dan sama sekali tidak mengetahui ajaran Islam.
Jadi, Islam adalah sebuah pedoman hidup dan berkehidupan yang dikeluarkan langsung oleh Allah
swt sebagi pencipta, pemilik, pemelihara, dan penguasa tunggal alam semesta, agar manusia
tunduk, patuh, dan pasrah kepada ketentuanNya untuk meraih derajat kehidupan lebih tinggi yaitu
kedamaian, kesejahteraan, dan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Secara etimologis,
syariah berarti jalan ke sumber air atau jalan yang harus di ikuti, yakni jalan ke arah sumber pokok
bagi kehidupan. Orang-orang Arab menerapkan istilah ini khususnya pada jalan setapak menuju
palung air yang tetap dan diberi tanda yang jelas terlihat mata. Adapun secara terminologis syariah
berarti semua peraturan agama yang ditetapkan oleh Allah untuk kaum Muslim baik yang
ditetapkan dengan al-Quran maupun Sunnah Rasul.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep islam dan syariat islam ?
2. Apa pengertian dari islam dan syariat islam ?
3. Apa tujuan dari syariat islam ?
4. Apa fungsi dari syariat islam ?
5. Bagaimana dasar – dasar ajaran islam ?
6. Apa saja hukum islam ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dari islam dan syariat islam.
2. Untuk memahami pengertian dari islam dan syariat islam.

1
3. Untuk mengetahui tujuan dari syariat islam.
4. Untuk memahami fungsi dari syariat islam.
5. Untuk mempelajari dasar – dasar ajaran islam.
6. Untuk mengetahui hukum islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Islam dan Syariah Islam
2.1.1 Pengertian

Islam berasal dari kata “salima” artinya selamat sejahtera dan “aslama” artinya patuh dan
taat. Ada juga yang berpendapat bahwa Islam berasal dari kata “as-salmu”, “as-silmu”, “as-
salamu”, dan “as-salamatu” yang berarti bersih dan selamat dari kecacatan lahir dan batin, aman
dan damai, tunduk dan taat. Sementara itu Maulana Muhammad Ali mengatakan bahwa kata salima
yang selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian.
dapat disimpulkan bahwa defenisi Islam dari segi kebahasaan yakni patuh, tunduk, taat serta
berserah diri kepada Tuhan Sang Maha Pencipta dalam upaya untuk mencari keselematan dan
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Hal demikian dilakukan atas kesadaran dan kemauan dari
diri sendiri, bukan disebabkan karena paksaan atau berpura-pura, namun sebagai panggilan hati dari
fitrahnya diri sebagai makhluk Allah SWT yang sejak dalam kandungan ibu sudah menyatakan
untuk patuh dan tunduk kepada Allah SWT.

Syariat adalah segala hal yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
dalam bentuk wahyu yang ada dalam al-Qur’an dan sunah. Semula kata ini berarti “jalan menuju
kesumber air”, yakni jalan kearah sumber kehidupan. Kata kerjanya adalah syara’a yang berarti
“menandai atau mengambar jalan yang jelas menuju sumber air”. Semula kata syariat diartikan
dengan agama, dan pada akhirnya syariat ditunjukkan khusus untuk praktek agama. Penujukan ini
dimaksudkan untuk membedakan antara agama dan syariat. Pada akhirnya, agama itu satu dan
berlaku secara universal, sedangkan syariat berbeda antara umat yang satu dengan umat lainnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, kata syariat digunakan untuk menunjukkan hukum-hukum
Islam, baik yang ditetapkan langsung oleh alQur’an dan Sunnah, maupun yang telah dicampuri
oleh pemikiran manusia (ijtihad). Kata syariat sering diungkapkan dengan syariat Islam, yaitu
syariat penutup untuk syariat agama-agama sebelumnya, karena itu syariat Islam adalah syariat
yang paling lengkap dalam mengatur kehidupan keagamaan dan kemasyarakatan, melalui ajaran
Islam tentang akidah, ibadah, muamalah dan akhlak. Pengertian syariat Islam ini dapat dibagi

3
menjadi dua pengertian: pertama dalam pengertian luas, kedua dalam pengertian sempit, dalam
pengertian luas syariat Islam ini meliputi semua bidang hukum yang telah disusun dengan teratur
oleh para ahli fiqih dalam pendapat-pendapat fiqihnya mengenai persoalan dimasa mereka, atau
yang mereka perkirakan akan terjadi kemudian, dengan mengambil dalil-dalilnya langsung dari
al-Qur’an dan al-Hadith, atau sumber pengambilan hukum seperti: ijma’, qiyas, istihsan, istish-
hab, dan mashlahlh mursalah. Sedangkan syariat Islam dalam pengertian sempit adalah hukum-
hukum yang berdalil pasti dan tegas, yang tertera dalam al-Qur’an, hadis yang sahih, atau yang
ditetapkan oleh ijma’.

Akuntansi Islam adalah proses yang memberikan informasi yang tepat dari suatu entitas
tidak harus terbatas pada data keuangan kepada pemangku kepentingan untuk memastikan entitas
tersebut terus menjalankan operasi dalam batas syariat Islam dan mencapai tujuan sosial
ekonominya.

Pengertian Hukum Islam Menurut Ulama dan Ahli

Pengertian hukum islam menurut beberapa tokoh, dapat diartikan sebagai berikut :

1. Abdul Ghani Abdullah

Menurut Abdul Ghani Abdullah dalam bukunya yang diterbitkan di Gema Insani Press
mengungkapkan bahwa hukum islam sebagai hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari
agama islam. Ia pun juga menyebutkan bahwa konsepsi hukum islam sebagai dasar dan kerangka
hukum yang ditetapkan oleh Allah.

Hukum islam menurut Abdul Ghani Abdullah, tidak hanya mengatur antara manusia dengan
Tuhannya saja. tetapi juga mengatur hubungan antara manusia dengan manusia. Juga mengatur
antara hubungan manusia dengan alam semesta.

2. Amir Syarifuddin

Beda lagi dengan pendapat Amir Syarifuddin, hukum islam menurutnya sebagai perangkat
peraturan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukalaf yang diakui dan
diyakini.

4
3. Eva Iryani

Hukum islam menurut Eva Iryani adalah syariat islam yang berisi sistem kaidah-kaidah yang
didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rosul mengenai tingkah laku orang yang sudah
dapat dibebani kewajiban, yang diakui dan diyakini, yang mengikat semua pemeluknya.

Eva Iryani menjelaskan bahwa tingkah laku yang dimaksud adalah mengacu pada segala perilaku
dan sikap Rasulullah. Disebutkan pula syariat diambil berdasarkan pada istilah yang merunut pada
hukum-hukum yang diperintahkan Allah Swt untuk umat-Nya dengan amaliyah.

2.1.2 Tujuan

Tujuan Syariat Islam

Diturunkannya Syariat Islam kepada manusia tentu memiliki “tujuan” yang sangat mulia. Paling
tida, ada “delapan” tujuan :

Pertama, memelihara atau melindungi agama dan sekaligus memberikan hak kepada setiap orang
untuk memilih antara beriman atau tidak, karena, “Tidak ada paksaan dalam memeluk agama
Islam” (QS. Al Baqaarah, 2:256). Manusia diberi kebebasan mutlak untuk memilih, “…Maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah
ia kafir” (QS. Al Kahfi, 18:29). Pada hakikatnya, Islam sangat menghormati dan menghargai hak
setiap manusia, bahkan kepada kita sebagai mu’min tidak dibenarkan memaksa orang-orang kafir
untuk masuk Islam.

Yang kedua, “melindungi jiwa”. Syariat Islam sangat melindungi keselamatan jiwa seseorang
dengan menetapkan sanksi hukum yang sangat berat. Kalau seorang pencuri terbukti benar bahwa
dia mencuri, maka hukuman yang dijatuhkannya adalah potong tangan, maka seumur hidup orang
akan mengetahui kalau dia mantan pencuri. Demikian pula, kalau seorang perampok dijatuhi
hukuman potong tangan kanan dan kaki kiri secara bersilang, maka dia seumur hidupnya tidak
akan dapat membersihkan dirinya bahwa dia mantan perampok. Dampak dari hukuman ini akan
dapat membawa ketenangan dan kenyamanan hidup bermasyarakat dan bernegara.

5
Yang ketiga, “perlindungan terhadap keturunan”. Islam sangat melindungi keturunan di antaranya
dengan menetapkan hukum “Dera” seratus kali bagi pezina ghoiru muhshon (perjaka atau gadis)
dan rajam (lempar batu) bagi pezina muhshon (suami/istri, duda/jand) (Al Hadits).

Yang keempat, “melindungi akal”. Permasalahan perlindungan akal ini sangat menjadi perhatian
Islam. Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah Saw menyatakan, “Agama adalah akal, siapa yang
tiada berakal (menggunakan akal), maka tiadalah agama baginya”. Oleh karenanya, seseorang
harus bisa dengan benar mempergunakan akalnya.

Yang kelima, “melindungi harta”. Yakni dengan membuat aturan yang jelas untuk bisa menjadi
hak setiap orang agar terlindungi hartanya di antaranya dengan menetapkan hukum potong tangan
bagi pencuri.

Yang keenam, “melindungi kehormatan seseorang”. Termasuk melindungi nama baik seseorang
dan lain sebagainya, sehingga setiap orang berhak dilindungi kehormatannya di mata orang lain
dari upaya pihak-pihak lain melemparkan fitnah, misalnya. Kecuali kalau mereka sendiri
melakukan kejahatan.

Yang ketujuh, “melindungi rasa aman seseorang”. Dalam kehidupan bermasyarakat, seseorang
harus aman dari rasa lapar dan takut. Sehingga seorang pemimpin dalam Islam harus bisa
menciptakan lingkungan yang kondusif agar masyarakat yang di bawah kepemimpinannya itu
“tidak mengalami kelaparan dan ketakutan”. Allah SWT berfirman: “Yang telah memberi
makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan”
(QS. Al Quraisy, 106:4).

Yang kedelapan, “melindugi kehidupan bermasyarakat dan bernegara”. Islam menetapkan


hukuman yang keras bagi mereka yang mencoba melakukan “kudeta” terhadap pemerintahan yang
sah yang dipilih oleh ummat Islam “dengan cara yang Islami”. Bagi mereka yang tergolong Bughot
ini, dihukum mati, disalib atau dipotong secara bersilang supaya keamanan negara terjamin (QS.
Al Maa-idah, 5:33).

2.1.3 Karakteristik
Sedikitnya terdapat lima karakteristik syariat Islam. Hal ini ditulis oleh Wael Hamzah,
seorang penulis sekaligus pemikir dan tokoh Muslim yang aktif di Muslim American Society
(MAS) Amerika Serikat.

6
1. Berasal dari Allah

Meski hal ini suatu yang sangat jelas, tapi kerap dilupakan. Hamzah mengatakan syariat tidak
dibuat oleh orang dan bukan pula pengalaman orang. "Petunjuk, aturan, dan ajarannya berasal dari
Allah," kata Hamzah.

2. Komprehensif

Syariat memberikan pedoman dimanapun kita berada. Entah itu di rumah, di masjid, ataupun di
tempat kerja. Syariat membimbing kita dalam menata hubungan dengan Allah maupun dengan
manusia lainnya. Baik itu dalam dimensi tindakan, ucapan, maupun perasaan.

3. Seimbang dan moderat

Syariat memberikan pedoman yang menyimbangkan antara tubuh dan jiwa, antara akal dan emosi,
antara kehidupan sekarang dan kehidupan akhirat. Syariat menyeimbangkan antara teori dan
kenyataan, antara berpikir dan bertindak, antara yang tak terlihat dan yang tampak. Syariat juga
mempromosikan kebebasan, namun memerintahkan tanggung jawab.

4. Membebaskan dari beban

Salah satu atribut penting dari syariat adalah ia datang untuk mempermudah dan menghilangkan
beban.

5. Sinergis

Syariat menciptakan sinergi antara orang-orang, di mana mereka saling membantu untuk
mempromosikan yang baik dan menghapus yang jahat. Syariat juga membangun sinergi antara
orang dan kepemimpinan mereka di semua tingkatan.

2.1.3 Fungsi
Fungsi syariah dalam lingkup hukum Islam adalah sebagai jalan atau jembatan bagi umat
manusia dalam berpijak dan berpedoman. Selain itu, syariah juga menjadi media dalam
menjalankan kehidupan di dunia agar sampai pada tujuan akhir dengan selamat.

Dengan kata lain, supaya manusia dapat membawa dirinya di atas jalur syariah sehingga bisa hidup
dengan teratur, tertib dan tentram. Ini bisa digambarkan dalam menjalin hubungan baik dengan

7
Sang Khalik yang disebut habluminallah dan hubungan dengan sesama manusia atau
hablumminannas.

Hubungan yang baik ini akan bernilai ibadah dan dianggap baik oleh Allah SWT. Hingga pada
akhirnya, seorang Muslim mampu mencapai tujuan hidup hasanah fi dunya dan hasanah fil
akhirat.

2.2 Dasar – Dasar Ajaran Islam


Dasar-dasar ajaran Islam pada hakikatnya yaitu berbicara tentang kerangka umum dari
ajaran agama Islam itu sendiri. Seluruh dasar-dasar atau pokok-pokok ajaran Islam adalah sangat
penting serta tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Dasar - dasar ajaran Islam
dijelaskan secara sederhana dengan bahasa yang logis serta mencantumkan pendapat-pendapat
ulama yang sangat moderat. Dasar-dasar ajaran Islam yang dijelaskan ole M. Quraish Shihab
dalam bukunya dasar – dasar ajaran Islam ada tiga, yaitu akidah, syariah, dan akhlak. Akidah
(rukun iman) terdiri atas 6 pilar keimanan. Dalam bidang akidah ini, M. Quraish Shihab
mengambil pandangan dari Imam Abu al- Hasan al-Asy‟ari (873-935 M). Selanjutnya, syariah
(rukun islam) terdiri atas 5 asas keislaman. Dalam bidang syariah ini, M. Quraish Shihab mengikuti
pandangan Imam Muhammad bin Idris asySyafi‟i. Terakhir akhlak, M. Quraish Shihab
menjelaskan bahwa ajaran Islam adalah akhlak dan budi pekerti. Ini sejalan dengan misi yang
dibawakan ole Nabi Muhammad SAW. Dalam bidang akhlak, M. Quraish Shihab mengambil
pandangan Imam Muhammad bin Muhammad al-Gazaly.

Oleh karena itu, ketiga kerangka dasar – dasar ajaran islam harus terintegrasi dalam diri
seorang Muslim. Integrasi ketiga komponen tersebut dalam ajaran Islam ibarat sebuah pohon,
akarnya adalah aqidah, sementara batang, dahan, dan daunya adalah syariah, sedangkan buahnya
adalah akhlak.

1. Aqidah

Pengertian Aqidah Akidah berakar dari kata yang berarti tali pengikat sesuatu dengan yang
lain, sehingga menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Jika masih dapat dipisahkan
berarti belum ada pengikat dan sekaligus berarti belum ada akidahnya. Dalam pembahasan yang
masyhur akidah diartikan sebagai iman, kepercayaan atau keyakinan. Akidah adalah ikatan dan

8
perjanjian yang kokoh. Manusia dalam hidup ini terpola kedalam ikatan dan perjanjian baik
dengan Allah, dengan sesama manusia maupun dengan alam lainnya. Ruang Lingkup kajian
akidah berkaitan erat dengan rukun iman. Adapun kata iman, secara etimologis, berarti percaya
atau membenarkan dengan hati. Sedang menurut istilah syara’, iman berarti membenarkan dengan
hati, mengucapkan dengan lidah, dan melakukan dengan anggota badan. Dengan pengertian ini,
berarti iman tidak hanya terkait dengan pembenaran dengan hati atau sekedar meyakini adanya
Allah saja. Misalnya, Iman kepada Allah berarti meyakini bahwa Allah itu ada; membuktikannya
dengan ikrar syahadat atau mengucapkan kalimat-kalimat dzikir kepada Allah; dan mengamalkan
semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Inilah makna iman yang sebenarnya,
sehingga orang yang beriman berarti orang yang hatinya mengakui adanya Allah (dzikir hati),
lidahnya selalu melafalkan kalimat- kalimat Allah (dzikir lisan), dan anggota badannya selalu
melakukan perintah-perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya (dzikir perbuatan).

Tujuan Aqidah Islam:

a) Untuk mengikhlaskan niat dan ibadah hanya kepada Allah. Karena Allah adalah
Pencipta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, maka tujuan dari ibadah haruslah diperuntukkan hanya
kepada-Nya .

b) Membebaskan akal dan pikiran dari kegelisahan yang timbul dari lemahnya akidah.
Karena orang yang lemah akidahnya, adakalanya kosong hatinya dan adakalanya terjerumus pada
berbagai kesesatan dan khurafat.

c) Ketenangan jiwa dan pikiran tidak cemas. Karena akidah ini akan memperkuat hubungan
antara orang mukmin dengan Allah, sehingga ia menjadi orang yang tegar menghadapi segala
persoalan dan sabar dalam menyikapi berbagai cobaan.

2. Syariah

Syariah Secara bahasa, syariah artinya jalan lurus menuju mata air digambarkan sebagi
sumber kehidupan. Syariah berarti jalan lurus menuju sumber kehidupan yang sebenarnya. Sumber
hidup manusia sebenarnya adalah Allah. Untuk menuju Allah Ta’ala, harus menggunakan jalan
yang dibuat oleh Allah tersebut (syariah). Syariah ini menjadi jalan lurus yang harus di tempuh
seorang muslim. Tidak ada jalan lain bagi orang muslim kecuali menggunakan syariah Islam Allah
Swt. Berfirman dalam QS. Al-Jaatsiyah [45]: 18;

9
Artinya : Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari
agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak
mengetahui.

Secara istilah, syariah adalah hukum-hukum yang ditetapkan Allah untuk mengatur
manusia baik hubungannya dengan Allah Swt., dengan sesama manusia, dengan alam semesta,
dan dengan makhluk ciptaan lainnya. Para fuqaha (ahli fiqih) menjelaskan syariah untuk
menunjukkan hukum yang ditetapkan oleh Allah untuk para hamba-Nya dengan perantara Rasul-
Nya, supaya para hamba-Nya itu melaksanakannya dengan dasar iman, baik hukum itu mengenai
hukum formal maupun hukum etika (akhlak). Allah adalah pembuat hukum yang tertinggi. Syariah
islam adalah penjelmaan konkret kehendak Allah ditengah manusia hidup bermasyarakat. Syariah
merupakan prinsip yang tercantum dalam Al-Qur’an dan prinsip Al-Qur’an itu sendiri. Agar
prinsip tersebut dapat diwujudkan dengan baik, tentu memerlukan contoh. Dalam hal ini,
dibutuhkan contoh-contoh dari Nabi. Melalui perilaku dan ucapan Nabi tersebut, manusia dapat
memahami apa yang menjadi kehendak Allah SWT itu. Oleh karena itu, Nabi dan rasul patut
dicontoh dalam melaksanakan syariah.

Fungsi Syariah hukum-hukum Allah jauh lebih efektif untuk mencegah segala bentuk
kejahatan yang merajalela. Disamping itu, bukan hanya mencegah kejahatan melainkan
mengarahkan pada kebaikan. Berikut ini beberapa fungsi syariah, yaitu :

a) Menghantarkan manusia sebagai hamba Allah yang mukhlis. Syariah adalah aturan-
aturan Allah yang berisi perintah Allah untuk ditaati dan dilaksanakan, serta aturan-aturan tentang
larangan Allah untuk dijauhi dan dihindarkan. Ketaaatan terhadap aturan menunjukkan
ketundukan manusia terhadap Alah dan penghambaan manusia kepada-Nya. Tanpa melaksanakan
Syariah, maka manusia tidak akan sampai pada posisi sebagai hamba Allah yang baik dan benar.

b) Menghantarkan manusia sebagai khalifah Allah SWT. Manusia sebagai khalifah Allah
harus mengikuti hukum Allah yang diwakilinya. Kalau melampau batas bukan lagi wakil. Maka
dari itu, syariah islam memberikan batasan yang jelas dari kebebasan yang dimiliki manusia.
Dengan demikian, kekhalifahan manusia diatur dalam tatanan pencapaian kesejahteraan lahir-
batin manusia dan terhindar dari kesesatan sejalan dengan kehendak Allah SWT.

10
3. Akhlak

Akhlak Secara bahasa kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlak, yang merupakan
bentuk jamak dari kata khuluq atau al-khaliq yang berarti:

a) Tabiat, budi pekerti.

b) Kebiasaan atau adat.

c) Keperwiraan, kesatriaan, kejantanan.

Sedangkan secara istilah, akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia,
yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan
atau penelitian. Jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut
pandangan akal dan hukum Islam, disebut akhlak yang baik. Jika perbuatan-perbuatan yang timbul
itu tidak baik, dinamakan akhlak yang buruk.

Namun berdasarkan beberapa pendapat dari ulama, akhlak adalah sifat yang sudah
tertanam dalam jiwa yang mendorong perilaku seseorang dengan mudah sehingga menjadi
perilaku kebiasaan. Jika sifat tersebut melahirkan suatu perilaku yang terpuji menurut akal dan
agama dinamakan akhlak baik (akhlak mahmudah). Sebaliknya, jika ia melahirkan tindakan yang
jahat, maka disebut akhlak buruk (akhlak mazmumah). Karena akhlak merupakan suatu keadaan
yang melekat di dalam jiwa, maka perbuatan baru disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat,
yaitu:

a. Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang. Kalau perbuatan itu dilakukan hanya sesekali
saja, maka tidak dapat disebut akhlak. Misalnya, pada suatu saat, orang yang jarang berderma tiba-
tiba memberikan uang kepada orang lain karena alasan tertentu. Tindakan seperti ini tidak bisa
disebut murah hati berakhlak dermawan karena hal itu tidak melekat di dalam jiwanya.

b. Perbuatan itu timbul mudah tanpa dipikirkan atau diteliti terlebih dahulu sehingga benar-
benar merupakan suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa atau setelah dipikirkan
dan dipertimbangkan secara matang tidak disebut akhlak. Akhlak menempati posisi yang sangat
penting dalam Islam, sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada
pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut al-akhlak al-karimah.

11
2.3 Hukum Islam
5 Hukum dalam Islam dan contohnya :
1.Wajib

Merupakan suatu perintah yang harus dikerjakan, di mana orang yang meninggalkannya akan
mendapat dosa. Hukum wajib terbagi menjadi empat jenis berdasarkan bentuk kewajibannya,
yakni kewajiban waktu pelaksanaannya, kewajiban bagi orang melaksanakannya, kewajiban bagi
ukuran atau kadar pelaksanaannya, dan kandungan kewajiban perintahnya.
Waktu pelaksanaannya :

• Wajib muthlaq, wajib yang tidak ditentukan waktu pelaksanaannya. Seperti, meng-qadha
puasa Ramadan yang tertinggal atau membayar kafarah sumpah
• Wajib muaqqad, wajib yang pelaksanaannya ditentukan dalam waktu tertentu dan tidak sah
dilakukan di luar waktu yang ditentukan.

Orang yang melaksanakannya

• Wajib aini, kewajiban secara pribadi yang tidak mungkin dilakukan atau diwakilkan orang
lain. Misalnya, puasa dan salat.
• Wajib kafa'i atau kifayah, kewajiban bersifat kelompok apabila tidak seorang pun
melakukannya maka berdosa semuanya dan jika beberapa melakukannya maka gugur
kewajibannya. Contohnya, sholat jenazah.

Ukuran atau kadar pelaksanaannya

• Wajib muhaddad, kewajiban yang harus sesuai dengan kadar yang sesuai ketentuan,
contohnya zakat.
• Wajib ghairu muhaddad, kewajiban yang tidak ditentukan kadarnya, misalnya menafkahi
kerabat.

Kewajiban perintahnya

• Wajib mu'ayyan, kewajiban yang telah ditentukan dan tidak ada pilihan lain. Contohnya,
membayar zakat dan salat lima waktu.
• Wajib mukhayyar, kewajiban yang objeknya boleh dipilih antara beberapa alternatif.
Seperti, kafarat pelanggaran sumpah.
12
2. Sunah

Orang yang melaksanakan berhak mendapat ganjaran (pahala), namun tidak akan dosa bila
ditinggalkan. Pembagian hukum sunnah berdasarkan tuntutan untuk melakukannya di antaranya,

• Sunah muakkad adalah perbuatan yang selalu dilakukan oleh nabi, di samping ada
keterangan yang menunjukkan bahwa perbuatan itu bukanlah sesuatu yang fardhu.
Contohnya, sholat witir.
• Sunah ghairu mu'akad adalah sunnah yang dilakukan oleh nabi, tetapi tidak tidak
dilazimkan untuk berbuat demikian. Contohnya, sunah 4 rakat sebelum dzuhur dan
sebelum ashar.

3. Makruh

Makruh secara bahasa artinya mubghadh (yang dibenci). Jumhur ulama mendefinisikan makruh
sebagai larangan terhadap suatu perbuatan. Namun, larangan tidak bersifat pasti, lantaran tidak ada
dalil yang menunjukkan haramnya perbuatan tersebut.
Artinya, orang yang meninggalkan larangan tersebut akan mendapat ganjaran berupa pahala.
Sebaliknya, orang tersebut tidak akan mendapat apa-apa bila tidak meninggalkannya.
Para ulama membagi makruh ke dalam dua bagian, yakni:

• Makruh tahrim adalah sesuatu yang dilarang oleh syariat secara pasti. Contohnya larangan
memakai perhiasan emas bagi laki-laki.
• Makruh tanzih adalah sesuatu yang diajurkan oleh syariat untuk meninggalkannya, tetapi
larangan tidak bersifat pasti. Contohnya memakan daging kuda saat sangat butuh waktu
perang.

4. Mubah

Hukum mubah memberikan pilihan bagi seseorang untuk mengerjakan atau meninggalkannya.
Bila dikerjakan, orang tersebut tidak dijanjikan ganjaran pahala. Tetapi, tidak pula dilarang dalam
mengerjakannya.
Artinya jika sesuatu bersifat mubah, maka tidak ada pahala atau dosa jika dilakukan.
Ulama ushul fiqih membagi mubah dalam tiga jenis, di antaranya:
- Tidak mengandung mudharat (bahaya) apabila dilakukan atau tidak. Contohnya, makan, minum,

13
dan berpakaian
- Tidak ada mudharat bila dilakukan, sementara perbuatan itu pada dasarnya diharamkan.
Misalnya, makan daging babi saat keadaan darurat.
- Sesuatu yang pada dasarnya bersifat mudharat, tetapi Allah SWT memaafkan pelakunya. Contoh,
mengerjakan pekerjaan haram sebelum Islam.

5. Haram

Secara terminologi, haram adalah sesuatu yang dilarang Allah SWT dan rasulNya. Orang yang
melanggar mendapat dosa, sementara orang yang meninggalkannya dijanjikan pahala.
Menurut madzhab hanafi, hukum haram harus didasarkan dalil qathi yang tidak mengandung
keraguan sedikitpun. Sehingga kita tidak mempermudah dalam menetapkan hukum haram.
Ada beberapa jenis haram yang dikelompokkan oleh jumhur ulama, yaitu:

• Al Muharram li dzatihi, sesuatu yang diharamkan oleh syariat karena esensinya


mengandung kemadharatan bagi kehidupan manusia. Contoh makan bangkai, minum
khamr, berzina.
• Al Muharram li ghairihi, sesuatu yang dilarang bukan karena kandungannya, tetapi karena
faktor eksternal. Misalnya, jual beli barang secara riba.

14
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Islam berasal dari kata “salima” artinya selamat sejahtera dan “aslama” artinya patuh dan
taat. Ada juga yang berpendapat bahwa Islam berasal dari kata “as-salmu”, “as-silmu”, “as-
salamu”, dan “as-salamatu” yang berarti bersih dan selamat dari kecacatan lahir dan batin, aman
dan damai, tunduk dan taat. Sementara itu Maulana Muhammad Ali mengatakan bahwa kata salima
yang selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian.
dapat disimpulkan bahwa defenisi Islam dari segi kebahasaan yakni patuh, tunduk, taat serta
berserah diri kepada Tuhan Sang Maha Pencipta dalam upaya untuk mencari keselematan dan
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Syariat adalah segala hal yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
dalam bentuk wahyu yang ada dalam al-Qur’an dan sunah. Semula kata ini berarti “jalan menuju
kesumber air”, yakni jalan kearah sumber kehidupan. Kata kerjanya adalah syara’a yang berarti
“menandai atau mengambar jalan yang jelas menuju sumber air”. Semula kata syariat diartikan
dengan agama, dan pada akhirnya syariat ditunjukkan khusus untuk praktek agama. Penujukan ini
dimaksudkan untuk membedakan antara agama dan syariat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Detik Jabar. (2022). “5 Hukum dalam Islam dan Contohnya, Muslim Harus Tahu!”, dalam laman
www.detik.com. Diakses dari https://www.detik.com/jabar/berita/d-6181547/5-hukum-
dalam-islam-dan-contohnya-muslim-harus-tahu

Digilib. “Pengertian Syariat Islam dan Metodologi”, dalam laman digilib.uinsa.ac.id. Diakses melalui
https://digilib.uinsa.ac.id/6372/5/Bab%202.pdf

Febryan. (2022). Lima Karakteristik Syariat Islam. Diakses dari


https://islamdigest.republika.co.id/berita/r72pbu366/lima-karakteristik-syariat-islam

Karim, N. (2022). Kerangka Dasar Agama Islam tentang Aqidah, Syariah, dan Akhlak. Diakses
dari https://mahasiswa.ung.ac.id/411422016/home/2022/10/11/kerangka-dasar-agama-
islam-tentang-aqidah-syariah-dan-akhlak.html

Karim, R. (2022). Pengertian Hukum Islam: Sumber, Pembagian, Tujuan dan Contoh Hukum.
Diakes dari https://deepublishstore.com/materi/pengertian-hukum-islam/

Kumparan. (2021). “Pengertian Syariah Lengkap dengan Fungsi dan Kegunaannya”, dalam laman
kumparan.com. Diakses dari https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-syariah-lengkap-
dengan-fungsi-dan-kegunaannya-1wZVXLvdmgA/full

Republika. (2003). “Tujuan Syariat Islam”, dalam laman www.republika.co.id. Diakses dari
https://www.republika.co.id/berita/47171/tujuan-syariat-islam

16

Anda mungkin juga menyukai