Anda di halaman 1dari 13

MAFHUM DAN MASHADAQ

Makalah ini Dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Ilmu Mantiq

Oleh:
Kelompok 5

Nopri Susandi :11511101413


Raudatul Mardiah
:11511201437

Dosen Pengampu
H. Saifuddin Yuliar, Lc. M. Ag

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SULTAN SYARIF KASIM
RIAU

Ilmu Mantiq (Mafhum Dan Mashadaq) 1


2017

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan segala


puji dan syukur kepada Allah Swt. atas berkat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Tugas ini untuk
memenuhi Mata Kuliah Ilmu Mantiq dengan judul MAFHUM DAN
MASHADAQ

Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik


dari segi penulisan, isi, dan lain sebagainya. Maka, kami sangat mengharapkan
saran dan kritik guna perbaikan untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini diterima dan bermanfaat bagi para pembaca, khususnya dalam
menambah wawasan dan pengetahuan di bidang Ilmu Mantiq. Atas perhatian
dan kerja samanya kami mengucapkan Terima kasih.

Pekanbaru, Maret 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................1

Ilmu Mantiq (Mafhum Dan Mashadaq) 2


C. Tujuan Pembahasan..............................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................2
A. Mafhum dan Mashadaq........................................................2
B. Taqabul al-Alfazh (Perlawanan Kata)....................................3
1) Taqabul as-Salab wal Ijab (Negatif dan Positif)..................3
2) Taqabul Dhiddain...............................................................4
3) Taqabul Mutadhayifain.......................................................5
C. Nisbah baina Kulliyain (Hubungan antara Dua Lafazh Kulli). 6
1) Mutaradifain/Sinonim........................................................6
2) Mutasawiyain.....................................................................6
3) Mutabayinain.....................................................................6
4) Umum Khusus Mutlak........................................................7
5) Umum Khusus Wajhi..........................................................7
BAB III KESIMPULAN.................................................................9
DAFTAR KEPUSTAKAAN...........................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Telah diketahui bersama bahwa dalam ilmu manthiq, salah
satu pembahasan yang harus diketahui dalam hubungannya
dengan ilmu manthiq adalah adanya lafadz-lafadz kully yang
memiliki munasabah (keterkaitan/pertalian hubungan) diantara
satu dengan yang lain, baik dalam makna pada lafadz-lafadznya
maupun antara lafadz satu dengan lafadz lainnya.
Ilmu mantiq adalah ilmu yang mempelajari tentang
pembincaraan yang masuk akal sehingga tidak terlepas dari
definisi baik yang global maupun yang definisi dimana objeknya
adalah alam semesta. Misalnya: saya adalah bagian dari “hewan
yang berakal”.

Ilmu Mantiq (Mafhum Dan Mashadaq) 3


Dari contoh tersebut dalam ilmu mantiq disebut masduq
karena mempunyai arti yang terperinci. Sementara itu Mafhum
adalah definisi secara global dari keduanya terdapat hubungan
yang akan dibahas selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan mafhum dalam ilmu mantiq?
2) Apa yang dimaksud dengan masduq dalam ilmu mantiq?
3) Bagaimana hubungannya antara mafhum dan masduq?

C. Tujuan Pembahasan
1) Untuk memahami pengertian mafhum.
2) Untuk memahami pengertian masduq.
3) Untuk memahami hubungan antara mahfum dan masduq.

Ilmu Mantiq (Mafhum Dan Mashadaq) 4


BAB II

PEMBAHASAN

A. Mafhum dan Mashadaq


Setiap lafazh kulli selalu memberi dua dilalah (petunjuk):
Pertama, dilalah yang menunjuk kepada makna, konsep atau pengertian. Seperti
lafazh insan, yang memberi dilalah bahwa manusia adalah hayawanun-nathiq.
Kedua, dilalah yang tercakup pada makna tersebut, yaitu yang terkena atau
dikenai konsep atau pengertian di atas. Seperti anak kecil dan orang gila, itu
tercakup pada makna insan, karena masih disebut sebagai seorang manusia.

(‫ظ ال لك كل للل(ى‬
‫فلل ك‬
‫ل ع لل لي لهل الل ل ل‬
‫معللن(ى ال لذ ل ى ي لد ك ل‬
‫)ال ل ل‬makna
yang ditunjukkan oleh lafazh kulli, itulah yang dinamakan Mafhum atau disebut

juga ‫ الحقيقة‬atau ‫الماهية‬.


‫ل‬
‫ك ال ل ل‬
‫معللنلل(ى‬ ‫صللد كقك ع لل لليللهل ذ للللل ل‬
‫))ا للللفلللراد ك ال للتلل(ى ي ل ل‬
sedangkan afrad (bagian-bagian) yang tercakup atau dikenai
oleh makna itu adalah Mashadaq.1
Adapun beberapa contoh lain di bawah ini, yaitu:
a) Jika Anda menyebutkan lafazh nahr (sungai), maka mafhum-
nya adalah air yang mengalir di permukaan tanah sejak dari
hulunya di gunung sampai ke muaranya di laut luas. Sedang
mashadaq-nya adalah setiap yang bernama sungai di
permukaan bumi, contohnya seperti sungai Nil.
b) Jika kita memerhatikan mafhum dari lafazh kulli, misalnya
samak (ikan) maka akan terlihat bahwa mashadaq-nya
adalah semua ikan, baik di laut maupun di sungai dan di
kolam. Tetapi, bila Anda menambahkan konsep bahri kepada

1 A. Zakaria, ‘Ilmu al-Mantiq (Garut: Pesantren Persatuan Islam, 1999)


cet. I, hal. 14-15.

Ilmu Mantiq (Mafhum Dan Mashadaq) 5


samak sehingga menjadi samak bahri (ikan laut) maka
mashadaq-nya hanyalah ikan laut. Ikan sungai dan ikan
kolam tidak tergabung lagi ke dalamnya. Lebih-lebih lagi,
mashadaq-nya akan semakin sedikit, jika Anda
menambahkan konsep yang lainnya lagi, misalnya samak
bahri mulawwan (ikan laut yang berwarna).2
Maka, dari uraian di atas, dapat dipahami, bahwa:

‫صد لقل ك‬
‫ه‬ ‫ما ل‬
‫ص ل‬ ‫م ال لك كلل(ى ن ل ل‬
‫ق ل‬ ‫فهكول ك‬ ‫ا للذالزاد ل ل‬
‫م ل‬
Apabila mafhum kulli bertambah, maka mashadaq akan
berkurang.
Kaidah yang semakna dengan kaidah tersebut dalam bentuk
redaksi lainnya adalah:
‫صاد للقات‬ ‫ل ال ل ل‬
‫ما ل‬ ‫قل ل ل‬ ‫ك لث للرة ك ال ل ك‬
‫قي كولد ل ت ل ل‬
Banyaknya ikatan mafhum akan menyempitkan mashadaq-nya.

B. Taqabul al-Alfazh (Perlawanan Kata)


Dalam Ilmu Mantik, lafazh-lafazh (kata-kata) yang berlawanan
diistilahkan dengan taqabul al-alfazh.

‫التقابل هو أل يجتمع لفظان ف(ى موضوع‬


‫واحد ف(ى زمان واحد‬
Yang dimaksudkan dengan kata-kata berlawanan adalah bahwa dua kata
tidak dapat berkumpul pada satu benda atau objek, dan dalam satu waktu. Seperti:
Ada dan tidak ada, Hitam dan Putih, Hidup dan Mati.
Dua lafazh ini dinamai dengan Mutaqabilain.3
Taqabul ini terbagi menjadi tiga bagian:
2 Baihaqi A.K, Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik (Bandung: Darul
Ulum Press, 1996) Cet. I, hal. 29.

3 A. Zakaria, ‘Ilmu al-Mantiq (Garut: Pesantren Persatuan Islam, 1999)


cet. I, hal. 15.

Ilmu Mantiq (Mafhum Dan Mashadaq) 6


1) Taqabul as-Salab wal Ijab (Negatif dan Positif)
Lafazh yang berlawanan secara ijab dan salab (positif dan negatif) adalah
dua lafazh (kata) yang tidak bisa dikumpulkan sekaligus pada satu benda dan
tidak bisa pula dipisahkan sekaligus dari benda itu, mesti ada salah satunya.
Dan disebut juga dua taqabul ini dengan Naqidhaen, atau Mani’ah al-Jama’
wal Khuluw. Contoh:
a) Manusia dan bukan manusia.
Tidak mungkin kita mengatakan kepada orang lain:
Anda adalah manusia dan bukan manusia (ijab).
Atau, tidaklah Anda manusia dan bukan manusia (salab).
b) Hewan dan bukan hewan.
Tidak mungkin kita mengatakan kepada sesuatu, bahwa:
Dia itu hewan dan dia bukan hewan (ijab).
Atau, tidaklah dia itu hewan dan bukan hewan (salab).
c) Laptop dan bukan laptop.
Tidak mungkin kita mengatakan pada suatu barang, bahwa:
Barang itu adalah laptop dan bukan laptop (ijab).
Atau, tidaklah barang itu laptop dan bukan laptop (salab).
2) Taqabul Dhiddain
Yaitu dua lafazh yang keduanya tidak bisa bersatu, berkumpul dalam satu
objek dan satu waktu. Tapi terkadang bisa menghilang keduanya bersama-
sama. Contoh:
a) Hitam dan putih
Tidak bisa putih itu berkumpul dengan hitam dalam satu waktu,
tapi dapat menghilang keduanya bersamaan, dengan artian keadaan suatu
benda itu misalnya berwarna merah.
Masing-masing dari lafazh berlawanan itu tidak bisa dikumpulkan
sekaligus dalam satu waktu pada satu benda. Kita tidak bisa mengatakan:
Perempuan itu hitam dan putih (ijab);

Ilmu Mantiq (Mafhum Dan Mashadaq) 7


Pernyataan itu tidak bisa dibenarkan, tetapi, bisa saja ditidakkan, dengan
mengatakan:
Perempuan itu tidak hitam dan tidak putih (salab);
Pernyataan itu menjadi benar karena mungkin sekali perempuan yang
dimaksud tidak hitam dan tidak putih, tetapi kuning langsat.
b) Tinggi dan rendah
Kayu itu tinggi dan rendah.
Kalimat tersebut merupakan pernyataan yang tidak mungkin bisa terjadi.
Namun pernyataan itu akan menjadi benar, jika diucapkan dalam bentuk
negatif, seperti:
Kayu itu tidak tinggi dan tidak rendah (pertengahan).
c) Besar dan kecil.
Anak itu besar dan kecil (ijab).
Kalimat tersebut merupakan pernyataan yang tidak mungkin bisa terjadi.
Namun pernyataan itu akan menjadi benar, jika diucapkan dalam bentuk
negatif, seperti:
Anak itu tidak besar dan tidak kecil (pertengahan).
d) Pahit dan manis.
Makanan itu manis dan pahit.
Kalimat tersebut merupakan pernyataan yang tidak mungkin bisa terjadi.
Namun pernyataan itu akan menjadi benar, jika diucapkan dalam bentuk
negatif, seperti:
Makanan itu tidak manis dan tidak pahit; bisa jadi asam, asin, ataupun
pedas.

3) Taqabul Mutadhayifain
Berlawanan tapi terikat, yaitu dua kata berlawanan yang tidak bisa
dikumpulkan pada sesuatu di satu waktu, tetapi yang satu terikat dengan yang
lainnya. Dengan kata lain, dikatakan bahwa perlawanan dua kata yang tidak
mungkin dapat dipahami salah satunya tanpa adanya yang lain. Contoh:

Ilmu Mantiq (Mafhum Dan Mashadaq) 8


a) Ayah dan anak
b) Suami dan istri
c) Guru dan murid
Contoh itu menampilkan tiga pasang kata yang berlawanan, tetapi yang
satu terikat dengan lawannya. Seseorang tidak terterima oleh akal sebagai
suami, jika ia tidak memiliki seorang istri. Tetapi dikumpulkan suami dan istri
sekaligus dalam satu waktu pada seseorang adalah hal tidak mungkin.
Demikian juga dengan contoh yang lainnya.4
C. Nisbah baina Kulliyain (Hubungan antara Dua Lafazh Kulli)
Dilihat dari segi hubungan (nisbah) antara satu makna lafazh kulli dan makna
kulli lainnya, terdapat lima macam;
1) Mutaradifain/Sinonim
Yaitu dua lafazh kulli yang sama mafhum dan mashadaqnya (dalam
pengertian dan bukti). Contoh:
1) Asadun dan ghadhanfarun (binatang buas)
2) Insanun dan basyarun (hewan berpikir)
3) Baitun dan manzilun (bahasa Arab: rumah)
4) Nar dan Sa’ir (bahasa Arab: neraka)
5) Jannah dan ‘adn (bahasa Arab: surga)
2) Mutasawiyain
Dua lafazh yang satu dalam buktinya (mashadaq), tetapi tidak satu dalam
pengertiannya (mafhum). Contoh:
“nathiq” dengan “qabil li al-ta’lim al-raqi”. Mashadaqnya satu, yaitu
manusia. Akan tetapi, pengertian “nathiq” berbeda dengan pengertian “qabil
li al-ta’lim al-raqi”. Yang pertama artinya ‘berpikir’, dan yang kedua artinya
dapat ‘dididik’, mampu menerima pengajaran tinggi.5
3) Mutabayinain

4 Baihaqi A.K, Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik (Bandung: Darul
Ulum Press, 1996) Cet. I, hal. 30-32.

Ilmu Mantiq (Mafhum Dan Mashadaq) 9


Perbandingan tabayun, adalah perbandingan dua lafazh kulli yang
berbeda, baik mafhum maupun mashadaq-nya. Atau yang berbeda dalam
pengertian dan buktinya; bukti yang satu tidak sama dengan bukti yang
lainnya.6 Perbandingan yang semacam ini adalah yang terbanyak. Contoh:
a) Gunung dan laut,
b) Rumah dan sungai,
c) Anjing dan merpati,
d) Kuda dengan pohon,
e) Insan dan jin,
f) Sunnah dan bid’ah, dan sebagainya.
4) Umum Khusus Mutlak
Dua kata yang salah satu dari keduanya lebih umum dan mencakup individu
yang lainnya.
Contoh;
a) Buku-kertas7
b) Ma’dan (barang tambang) dengan nuhas (perunggu).
Barang tambang itu lebih umum daripada perunggu, sebab emas dan
perak pun termasuk barang tambang.8
c) Ibadah dan shalat
d) Tumbuh-tumbuhan dan jeruk
e) Bunga-bungaan dan mawar, dan yang semacamnya.9
5) Umum Khusus Wajhi
5 Syukriadi Sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islam (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009) cet. V, hal. 54.

6 Imas Masaroh Amien, Ilmu Mantiq Pengantar Praktis Menuju Berpikir


Islam (Tasikmalaya, 2011) hal. 24.

7 Ibid., hal. 24.

8 Syukriadi Sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islam (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2009) cet. V, hal. 55.

Ilmu Mantiq (Mafhum Dan Mashadaq) 10


Sebagian bukti dan salah satu bukti terdapat pada bukti individu yang lain.
Keduanya dapat berkumpul pada satu benda, tetapi keduanya dapat pula
berpisah pada benda yang lain. Contoh:
a) Antara “manusia” dan “putih” bisa ada pada benda lain; seperti “kapur”
juga putih.10
b) Bunga dan merah
c) Obat dan pahit
d) Api dan panas
e) Lapangan dan luas

9 Baihaqi A.K, Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik (Bandung: Darul
Ulum Press, 1996) Cet. I, hal. 34.

10 Syukriadi Sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islam, hal. 55-56.

Ilmu Mantiq (Mafhum Dan Mashadaq) 11


BAB III

KESIMPULAN

Jadi dari pembahasan di atas dapat kita ambil beberapa


kesimpulan yaitu,

Ilmu Mantiq (Mafhum Dan Mashadaq) 12


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Aceng Zakaria. 1999. ‘Ilmu al-Mantiq. Garut

Baihaqi, A. K. 1996. Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik.


Bandung: Darul Ulum Press

Cholil Bisri Mustofa. 1987. Ilmu Mantiq Tarjamahan assulamul


munauroq. Rembang: PT. Al-Ma’arif. Penerbit. Percetakan.
Offset

Imas Masaroh. 2011. Ilmu Mantiq Pengantar Praktis Menuju


Berpikir Islam. Tasikmalaya

Syukriadi Sambas. 2009. Mantik Kaidah Berpikir Islam. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Ilmu Mantiq (Mafhum Dan Mashadaq) 13

Anda mungkin juga menyukai