Anda di halaman 1dari 55

HUKUM

PERKAWINAN
KOMPILASI HUKUM ISLAM

Buku I Buku II Buku III

• Hukum • Hukum • Hukum


Perkawina Pewarisan Perwakafa
n n
BUKU I HUKUM PERKAWINAN
BAB I KETENTUAN UMUM
BAB II DASAR-DASAR PERKAWINAN
BAB III PEMINANGAN
BAB IV RUKUN DAN SYARAT
PERKAWINAN
BAB V MAHAR
BAB VI LARANGAN KAWIN
BAB VII PERJANJIAN KAWIN
BAB VIII KAWIN HAMIL
BAB IX BERISTRI LEBIH DARI SATU
ORANG
BAB X PENCEGAHAN PERKAWINAN
BAB XI BATALNYA PERKAWINAN
BAB XII HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI
ISTERI
BAB XIII HARTA KEKAYAAN DALAM
PERKAWINAN
BAB XIV PEMELIHARAAN ANAK
BAB XV PERWALIAN
BAB XVI PUTUSNYA PERKAWINAN
BAB XVII AKIBAT PUTUSNYA
PERKAWINAN
BAB XVIII RUJUK
BAB XIX MASA BERKABUNG
BUKU II KEWARISAN
BAB I KETENTUAN UMUM
BAB II AHLI WARIS
BAB III BESARNYA BAHAGIAN
BAB IV AUL DAN RAD
BAB V WASIAT
BAB VI HIBAH
BUKU III PERWAKAFAN
BAB I KETENTUAN UMUM
BAB II FUNGSI, UNSUR-UNSUR DAN
SYARAT-SYARAT WAKAF
BAB III TATA CARA PERWAKAFAN DAN
PENDAFTARAN BENDA WAKAF
BAB IV PERUBAHAN, PENYELESAIAN,
DAN PENGAWASAN BENDA
WAKAF
BAB V KETENTUAN PERALIHAN
PERKAWINAN

 Syarat sahnya perkawinan menurut hukum Islam


Menurut Pasal 4 KHI, Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai
dengan pasal 2 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Pasal 2 ayat 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan bahwa
perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan
kepercayaannya itu.
TUGAS

1. Analisis perkawinan beda agama dalam hukum Islam !


2. Berikan argumentasi saudara mengenai beristri lebih dari satu orang ditinjau dari hukum Islam!
3. Bagaimanakah akibat hukum dari hal tersebut? (ditinjau dari KHI maupun UU No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan)

- Analisis terlebih dahulu dari Rukun dan Syarat Perkawinan dalam KHI
PERKAWINAN BEDA AGAMA

Pasal 44 KHI:
Seorang wanita islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang pria yang tidak
beragama Islam.
Pasal 40 KHI:
Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dan wanita karena keadaan tertentu:
3. Seorang yg tidak beragama islam
• Larangan melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang perempuan yang diatur
dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam didasarkan pada :
a. Qs, al Baqarah (2): 221
“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik , sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik daripada wanita musyrik, walaupun dia
menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita
mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang
musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka sedang Allah mengajak ke
surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-
perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.
PERKAWINN BEDA AGAMA

• 1. Menikah di luar negeri


Melangsungkan perkawinan diluar negeri berarti tunduk pada hukum di luar neger. Pasangan
tersebut mendapat akte dari negara itu, kemudian akte di bawa pulang untuk dicatatkan saja
BERISTRI LEBIH DARI SATU ORANG

• Poligami dalam istilah fikih disebut dengan ta’ addud al-zawaj (seorang suami yang
mempunyai istri lebih dari satu orang)
UU PERKAWINAN MENGANUT ASAS
MONOGAMI
• UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menganut asas monogami seperti yang terdapat
dalam Pasal 3 yang menyatakan bahwa:

Seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri, dan seorang wanita hanya boleh
mempunyai seorang suami, namun dalam bagian lain dinyatakan dalam keadaan tertentu
poligami dibenarkan.
ALASAN POLIGAMI

• Alasan-alasan kebolehan poligami terdapat dalam Pasal 57 KHI yang berbunyi sebagai berikut:
Pertama, istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri
Kedua, istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan
Ketiga, tidak dapat melahirkan keturunan
SYARAT POLIGAMI DALAM UU
PERKAWINAN
Pasal 5 ayat (1) UU Perkawinan
a. Adanya persetujuan dari istri/istri-istri
b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak
mereka.
c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri dan anak-anak mereka
Pasal 4 merupakan syarat alternatif yang artinya salah satu harus ada dan dapat mengajukan
permohonan poligami
Adapun Pasal 5 adalah persyaratan kumulatif di mana seluruhnya harus dapat dipenuhi suami
yang akan melakukan poligami
PROSEDUR POLIGAMI DLM UU
PERKAWINAN
• Prosedur Poligami menurut PP No. 9 Tahun 1975 :
1. mengajukan permohonan tertulis ke Pengadilan
2. Pengadilan kemudian memeriksa mengenai
a. ada atau tidaknya yang memungkinkan seorang suami kawin lagi
b. ada atau tidaknya persetujuan istri, baik persetujuan lisan maupun tertulis, apabila
persetujuan itu merupakan persetujuan lisan, persetujuan itu harus diucapkan di depan sidang
perkawinan
c. Ada atau tidaknya kemampuan suami untuk menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-
anak, dengan memperlihatkan :
• surat keterangan mengenai penghasilan suami yang ditandatangani oleh bendahara tempat
bekerja; atau
• Surat keterangan pajak penghasilan
• Surat keterangan lain yang dapat diterima ooleh pengadilan
d. Ada atau tidaknya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-isstri dan anak-anak
mereka dengan penyataan atau janji dari suami yang dibuat dalam bentuk yang ditetapkannya
untuk itu.
3. Apabila pengadilan berpendapat bahwa cukup alasan bagi pemohon untuk beristri lebih dari
seorang, maka pengadilan memberi putusannya yang berupa ijin untuk beristri lebih dari
seorang
4. Pegawai pencatat dilarang untuk melakukan pencatatan perkawinan seorang suami yang akan
beristri lebih dari seorang sebelum adanya ijin pengadilan
POLIGAMI DALAM KHI

1. Maksimal empat istri


2. Suami harus mampu berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya
3. Suami yang hendak beristri lebih dari satu orang harus mendapat ijin dari Pengadilan Agama.
Pengajuan permohonan ijin tersebut dilakukan melalui tata cara sebagaimana diatur dalam
Bab VIII PP No. 9 Tahun 1975. Perkawinan yang dilakukan dengan istri kedua, ketiga dan
keempat tanpa ijin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai kekuatan hukum
4. Pengadilan Agama hanya memberikan ijin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari
seorang apabila:
Pertama, istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri
Kedua, istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan
Ketiga, tidak dapat melahirkan keturunan
5. Untuk memperoleh ijin Peradilan Agama, harus pula dipenuhi syarat-syarat yg ditentukan
Pasal 5 UU No. 1 Tahun 1974 yaitu;
a. Adanya persetujuan dari istri/istri-istri
b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak
mereka.
c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri dan anak-anak mereka
6. Persetujuan tersebut tidak diperlukan lagi bagi seorang suami apabila istri atau istri-istrinya
tidak mungkin diminta persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian atau
apabila tidak ada kabar dari istri atau istri-istrinya sekurang-kurangnya 2 tahun atau karena
sebab lain yang perlu mendapat penilaian hakim.
7. Dalam hal istri tidak mau memberikan persetujuan dan permohonan ijin untuk beristri lebih
dari satu orang berdasarkan atau salah satu alasan yg tersebut diatas, Pengadilan Agama, dan
terhadap penetapan ini istri atau suami dapat mengajukan banding atau kasasi.
AKIBAT HUKUM TERHADAP PERKAWINAN POLIGAMI
YANG BEKUM MENDAPAT IZIN PENGADILAN

1. Keabsahan perkawinan yaitu perkawinan yang dilakukan menjadi tidak sah dimata hukum
2. Kedudukan anak yaitu anak yang dilahirkan dari perkawinan yang tidak sah maka akan
berakibat pula pada status anak menjadi tidak sah.
AKTA NIKAH

• Pasal 44 PP no 9 Tahun 1975 menyatakan bahwa “Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dilarang
untuk melakukan pencatatan perkawinan seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang
sebelum adanya izin pengadilan seperti yang dimaksud dalam Pasal 43.
AKIBAT HUKUM LAINNYA

a. Tidak mempunyai kedudukan hukum , karena perkawinan tersebut tidak pernah ada
b. Tidak dapat dijadikan dasar kepentingan hukum secara legal formal atas segala yang
menyangkut hubungan hukum dari perkwainan itu
c. Tidak dapat dijadikan dasar untuk semua tuntutan hukum ke Pengadilan atas sengketa yangg
timbul dari perkawinan itu dikemudian hari
d. Tidak dapat dijadikan dasar untuk menuntut hak-hak suami isteri termasuk anak mereka
secara legal formal
Pasal 14
Untuk melaksanakan perkawinan harus ada:
a. Calon suami
b. Calon Isteri
c. Wali Nikah
d. Dua Orang Saksi
e. Ijab dan Kabul
• Pasal 56 :
Suami yg hendak beristri lebih dari satu orang harus mendapan izin dari Pengadilan Agama
ANALISIS

1. Dampak negatif/akibat hukum dari perkawinan yang tidak tercatat!


2. Analisis putusnya perkawinan menurut KHI!
3. Batalnya perkawinan dalam Hukum Islam (Analisis dari UU Perkawinan dan KHI)

Dikerjakan secara berkelompok


Dikumpul hari ini juga
Ditulis dikertas dengan nama lengkap anggota kelompok!

JANGAN RIBUT
Minggu depan di diskusikan
ANALISIS

1. Analisis putusnya perkawinan menurut KHI!


2. Batalnya perkawinan dalam Hukum Islam
(Analisis dari UU Perkawinan dan KHI)

Dikerjakan perseorangan ( isi identitas nama dan npm)


Dikumpulkn hari ini juga!

JANGAN RIBUT
Minggu depan di diskusikan
PUTUSNYA PERKAWINAN

Putusnya Hubungan Perkawinan Menurut UU Perkawinan diatur dalam Pasal 38 s/d 40

Pasal 38
Perkawinan dapat putus karena :
a. Kematian
b. Perceraian
c. Atas Keputusan Pengadilan
• Pasal 39 UU No. 1 Tahun 1974
(1) Perceraian hanya dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang
bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.
(2) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara suami istri itu tidak akan
dapat rukun sebagai suami isteri
PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT
KHI
• Diatur dalam Pasal 113 s/d 128:

Pasal 113
Perkawinan dapat putus karena:
a. Kematian
b. Perceraian
c. Putusan Pengadilan

Pasal 114
Putusnya perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan perceraian.
Pasal 115
Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan
Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.
PASAL 117

Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab
putusnya perkawinan
TALAK?

Secara etimologis, talak mempunyai arti membuka ikatan, melepaskannya dan menceraikan.

Sayid Sabiq
Talak adalah melepaskan ikatan perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri
Ibrahim Muhammad al-Jamal :
Talak adalah memutuskan tali perkawinan yang sah, baik seketika atau dimasa mendatang
dengan menggunakan kata-kata tertentu atau cara lain yang menggantikan kedudukan kata-kata
tersebut.
MASA IDDAH

Iddah adalah masa menunggu bagi perempuan yang di ceraikan oleh suaminya.

Iddah adalah masa menunggu bagi wanita dengan jangka waktu tertentu menurut ketentuan
syariat dan menahan diri untuk tidak kawin setelah bercerai dengan suaminya.
Iddah diwajibkan untuk memastikan apakah perempuan tersebut rahimnya sedang mengandung
anak atau tidak, hal tersebut adalah penyebab kenapa seorang perempuan harus menunggu
dalam masa yang telah ditentukan.
TATA CARA PERCERAIAN

-Suami yg mentalak
istrinya Mengajukan Pengadilan Agama
permohonan secara dapat mengabulkan
-Istri yang lisan maupun tertulis atau menolak
mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama permohonan tersebut.
perceraian

Sesuai dengan alasan


Putusan Pengadilan Upaya Perdamaian perceraian (Pasal 116
KHI)
BATALNYA PERKAWINAN

Perkawinan dapat dibatalkan apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk
melangsungkan perkawinan (Pasal 22 UU No.1 Tahun 1974)
JENIS PERKAWINAN YANG DAPAT
DIBATALKAN
Nikah Fasid adalah nikah yang tidak memenuhi salah satu dari syarat-syaratnya, sedangkan
nikah batil adalah apabila tidak memenuhi rukunnya.
BATALNYA PERKAWINAN (PASAL 70
KHI)
a. Sudah memiliki empat orang istri
b. Menikah bekas istrinya yg telah di li’annya
c. Menikahi bekas istrinya yg pernah dijatuhi tiga kali talak olehnya, kecuali bila bekas istri
tersebut pernah menikah dengan pria lain kemudian bercerainya
d. Perkawinan dilakukan antara dua orang yg mempunyai hub darah.
• Pasal 70
Perkawinan batal apabila :
a. Suami melakukan perkawinan, sedang ia tidak berhak melakukan akad nikah karena sudah
mempunyai empat orang isteri sekalipun salah satu dari keempat isterinya dalam iddah talak
raj`i;
b. seseorang menikah bekas isterinya yang telah dili`annya;
c. seseorang menikah bekas isterinya yang pernah dijatuhi tiga kali talak olehnya, kecuali bila
bekas isteri tersebut pernah menikah dengan pria lain kemudian bercerai lagi ba`da al dukhul
dan pria tersebut dan telah habis masa iddahnya;
• d. perkawinan dilakukan antara dua orang yang mempunyai hubungan darah; semenda dan sesusuan
sampai derajat tertentu yang menghalangi perkawinan menurut pasal 8 Undang-undang No.1 Tahun
1974, yaitu :
1. berhubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah ataukeatas.
2. berhubungan darah dalam garis keturunan menyimpang yaitu antara saudara, antara seorang dengan
saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya.
3. berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu atau ayah tiri.
4. berhubungan sesusuan, yaitu orng tua sesusuan, anak sesusuan dan bibi atau paman sesusuan.
e. isteri adalah saudara kandung atau sebagai bibi atau kemenakan dari isteri atau isteri-isterinya.
• Pasal 71
• Suatu perkawinan dapat dibatalkan apabila:
a. seorang suami melakukan poligami tanpa izin Pengadilan Agama;
b. perempuan yang dikawini ternyata kemudian diketahui masih menjadi isteri pria lain yang mafqud.
c. perempuan yang dikawini ternyata masih dalam iddah dan suami lain;
d. perkawinan yang melanggar batas umur perkawinan sebagaimana ditetapkan dalam pasal 7
Undang-undang-undang No.1. tahun 1974;
e. perkawinan dilangsungkan tanpa wali atau dilaksanakan oleh wali yang tidak berhak;
f. perkawinan yang dilaksanakan dengan paksaan.
• Pasal 72
(1)Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan apabila
perkawinan dilangsungkan dibawah ancaman yang melanggar hukum.
(2) Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan apabila pada
waktu berlangsungnya perkawinan terjadi penipuan atau salah sangka mengenai diri suami atau
isteri
(3) Apabila ancaman telah berhenti, atau yang bersalah sangka itu menyadari keadaanya dan dalam
jangka waktu 6 (enam) bulan setelah itu masih tetap hidup sebagai suami isteri, dan tidak dapat
menggunakan haknya untuk mengajukan permohonan pembatalan, maka haknya gugur.
• Pasal 73
• Yang dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan adalah :
a. para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah dari suami atau isteri;
b. Suami atau isteri;
c. Pejabat yang berwenang mengawasi pelaksanaan perkawinan menurut Undang-undang.
d. para pihak yang berkepentingan yang mengetahui adanya cacat dalam rukun dan syarat
perkawinan menurut hukum Islam dan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana tersebut
dalam pasal 67.
• Analisis PUMK No. 46 / PUU-VIII/2010
Pasal 43 ayat (1) UU No 1 Tahun 1974
Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya”
adalah bertentangan dengan UUD 1945 secara bersyarat (conditionally unconstitutional ) yakni
inkonstitusional sepanjang ayat tersebut dimaknai menghilangkan hubungan perdata dengan
laki-laki yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/ atau alat
bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah sebagai ayahnya.
Menurut pertimbangan MK, hukum harus memberi perlindungan dan kepastian hukum yang
adil terhadap status seorang anak yang dilahirkan dan hak-hak yang ada padanya, termasuk
terhadap anak yang dilahirkan meskipun keabsahan perkawinannya masih disengketakan.
Putusan MK membuka kemungkinan hukum bagi ditemukannya subyek hukum yang harus
bertanggungjawab terhadap anak luar kawin untuk bertindak sebagai bapaknya melalui
mekanisme hukum dengan menggunakan pembuktian berdasarkan ilmu pengetahuan dan
teknologi mutakhir dan/atau hukum.
Dalam PMK ini hubungan keperdataan tidak boleh ditafsirkan seluas-luasnya, hubungan
keperdataan ini yakni sepanjang tidak melanggar atau tidak bertentangan dengan hukum islam.
Putusan MK harus di pahami sepanjang yang diperbolehkan oleh hukum Islam. Hubungan
keperdataan itu terbatas dan waris tidak boleh karena harus memiliki hhubungan nasab dan
hubungan perkawinan.

Anda mungkin juga menyukai