Ketika seorang manusia menganut suatu mabda, maka ketika itu berarti dia telah
memiliki pemikiran yang mendasar yang merupakan landasan bagi pemikiran lain setelahnya,
maka ketika itu pula dia akan melangkah dalam kehidupannya dengan jelas dan terarah sesuai
dengan arahan dari mabdanya. Mabda yang dianutnya akan melahirkan aturan kehidupan,
sehingga akan terpecahkan seluruh problematika kehidupannya. Maka mabda adalah
pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan kehidupan (aqidah aqliyah) yang
memancarkan sistem aturan kehidupan (nidzhom). Pada saat permasalahan kehidupan
manusia dapat terjawab, dengan sendirinya manusia ini akan maju dan bangkit. Jadi mabda
adalah satu-satunya pengikat antar manusia yang dapat mengantarkan mereka pada kemajuan
hidup dan kebangkitannya.
Sebagai sebuah mabda, yang dia merupakan pemikiran universal serta melahirakn
aturan-aturan kehidupan, dapat dijadikan pengikat antar manusia sehingga dapat membawa
mereka kepada kemajuan dan kebangkitan dalam kehidupannya. Namun demikian, tidak
setiap mabda dapat membawa manusia kepada kebangkitan dan kemajuan yang benar
(shahih), karena tergantung pada aqidahnya, jika benar aqidahnya maka benarlah mabdanya
benar pula kebangkitan yang dihasilkannya. Sebaliknya jika salah aqidahnya, maka salah
pula mabdanya sehingga salahlah kebangkitan yang dihasilkannya.
Mabda yang shahih (benar), haruslah sesuai fitrah, meuaskan akal dan menentramkan
hati. Adapun sesuai fitrah maksudnya adalah sesuai dengan gharizah taddayun, yaitu
mengakui bahwa manusia itu lemah dan sangat membutuhkan kepada penciptanya.
Sedangkan memuaskan akal berarti dia dibangun berdasarkan akal sehat manusia bukan
didasarkan pada materi atau selain dari itu.
Dari tiga mabda ini, hanya mabda Islamlah yang merupakan mabda yang shahih,
karena sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal serta menentramkan hati. Adapun
Kapitalisme dan Sosialisme adalah mabda yang lahir akibat kezaliman manusia. Mabda ini
lahir setelah terjadinya penindasan Gereja pada abad pertengahan. Dorongan yang lahir
waktu itu menolak intervensi agama sama sekali atau menerima dengan syarat. Dari sinillah,
sejarah Kapitalisme dan Sosialisme sebagai mabda kemudian bermuara dan berkembang.
Dari segi sumber ajaran, masing-masing mabda tersebut bersumber dari akal. Akallah yang
menentukan segalanya, baik yang berkaitan dengan akidah maupun sistemnya. Semuanya
ditentukan oleh akal manusia.
Dari segi akidah, Kapitalisme dibangun berdasarkan ide pemisahan antara agama
dengan kehidupan (fashl ad-din 'an al-hayat) atau yang popular dengan istilah Sekulerisme.
Kapitalisme masih mengakui eksistensi agama, tetapi agama tidak boleh mengatur urusan
kehidupan manusia. Agama hanya diberi otoritas untuk mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan dalam masalah ritual dan spiritual, sedangkan masalah kehidupan, manusialah yang
berhak mengatur sendiri urusannya. Sebab ini merupakan urusan manusia dengan manusia,
bukan manusia dengan Tuhan. Karen akidahnya seperti ini, maka pandangan hidupnya
menjadi pragmatis, yang melakukan dan meninggalkan sesuatu berdasarkan asa manfaat
(pertimbangan untung rugi), artinya, jika ada keuntungan akan dilakukan, tetapi kalau
menyebabkan kerugian akan ditinggalkan. Inilah asas manfaat yang menjadi pandangan
orang Kapitalis. Agar pandangan tersebut bisa direalisasikan, orang Kapitalis menetapkan
Liberalis (kebebasan) sebagai metodenya.
Dengan kedua standar diatas, kesalahan Kapitalisme dapat dijelaskan, anatara lain:
Pertama, dari segi kesesuaiannya dengan fitrah manusia, dapat dijelaskan, bahwa
manusia mempunyai fitrah beragama yang dengan fitrah tersebut dia memerlukan Dzat Yang
Maha Agung dan itulah Tuhan. kebut uhan manusia pada Tuhan sesungguhnya tidak terbatas
pada waktu ibadah, sebab diluar ibadah pun manusia tetap manusia, yang memepunai
kelemahan, kekurangan dan karena itu memerlukan Dzat Yang Maha Agung. Kabutuhan
manusia kepada Dzat Yang Maha Agung ini merupakan fitrah. Meskipun ketika keperluan
ini tidak dipenuhi tidak akan menyebabkan kematian. Namun harus difahami, bahwa
kelemahan dan kekurangan manusia mengharuskan adanya kebutuhan manusia pada Dzat
Yang Maha Agung. Hal ini memustahilkan fitrah manusia terpuaskan oelh sesamanya.
Karena itu, jika konsepsi mabda ini mengajarkan pamisahan agama dari kehidupan, artinya
akidah tersebut bertentangan dengan fitrah manusia yang lemah, yang seakan-akan manusia
mempunyai fitrah Maha Kuasa, termasuk kekuasaan mengatur kehidupannya. Belum lagi
akal yang menghasilkan mabda ini cenderung berubah, mempunyai keterbatasan dan tidak
konsisten. Jika sumber mabda tersebut seperti ini, berarti produk mabdanya juga sama, yakni
sama-sama kacau, lemah dan terbatas.
Kedua, kesalahan mabda tersebut dilihat dari segi asas karena tidak dibangun
berdasarkan akal, dapat difahami, bahwa Kapitalisme adalah mabda yang dibangun
berdasarkan prinsip kompromi (al-hall al-wasath) antara tokoh gereja dengan filsuf. Bukan
karena pertimbangan logis menurut akal. Artinya, mereka menetapakan langkah kompromi
untuk mendamaikan konflik yang terjadi antara pihak gereja dengan kaum intelektual. Maka,
dalam berbagai aspek mabda ini telah mengkompromikan antara yang haq dengan yang
bathil, antara Islam dengan kekufuran, dan antara petunjuk dengan kesesatan. Karena itu,
kapitalisme yang dibangun berdasarkan ide pemisahan antara agama dengan kehidupan itu
bukan karena pertimbangan rasional, melainkan karena unsaha untuk mendamaikan konflik
yang terjadi.
Dari uraian diatas, kesalahan Sosialisme dapat difahami, antara lain: Pertama,
berdasarkan standar ketidaksesuaiannya dengan fitrah manusia, yang dapat disimpulkan,
bahwa fitrah manusia memerlukan agama dan lemah itu telah dinafikan oleh Sosialisme.
Alasannya karena agama telah dianggap sebagai candu bagi masyarakat. Dengan begitu,
naluri beragama manusia telah dibunuh dan dikubur hidup-hidup. Ini jelas bertentangan
dengan fitrah manusia.
Kedua, dilihat dari segi akidah Sosialisme yang tidak dibangun berdasarkan akal,
sebaliknya berdasarkan materi. Ini artinya, bahwa materi dalam pandangan Sosialisme adalah
azali. Tentu ini sangat bertentangan dengan akal, karena dzat yang azali seharusnya tidak
memerlukan kepada yang lain dan tidak terbatas. Sebagai contoh, materi dianggap sebagai
sumber kehidupan, sedangkan materi itu sendiri tidak dapat melahirkan dirinya sendiri.
Disamping itu, materi mempunyai kelemahan dan keterbatasan. Matahari, misalnya ketika
terbit dari timur ke barat dan terus-menerus secara konsisten, tentu memerlukan garis orbit
yang sekaligus merupakan sistem bagi terbit dan tenggelamnya matahari. Pertanyaannya
adalah benarkah matahari mengikuti garis orbitnya tanpa ada yang mengatur? Tentu mustahil.
Maka, benarkah matahari yang memerlukan garis orbit itu disebut tidak memerlukan apapun
atau memerlukan siapapun? Tentu tidak masuk akal. Ini adalah salah satu contoh. Dengan
demikian, Sosialisme telah gagal menjelaskan, bahwa materi bersifat azali.
Perbandingan Mabda
Jika diperhatikan secara teliti dan mendalam, di dunia ini hanya terdapat tiga mabda
yaitu: Islam, kapitalisme dan sosialisme. Mabda kapitalisme sekarang menjadi kekuatan
tunggal di dunia, dan dia diemban oleh kebanyakan negara Barat serta belahan dunia lain
meskipun tidak sepenuhnya diterapkan. Sedangkan sosialisme dan Islam, tidak ada satu
negara pun yang mengembannya, akan tetapi Islam masih eksis dalam diri individu-individu
di dunia.
Mabda Islam sangat berlainan dengan kedua mabda yang lainnya. Sedangkan
sosialisme dan kapitalisme, meskipun memiliki perbedaan dari berbagai segi, akan tetapi
masih memiliki kesamaan-kesamaan. Secara garis besar, perbandingan ketiga mabda tersebut
akan diuraikan dalam bentuk bagan di bawah ini:
Melihat pada keadaan dunia sekarang ini, dimana mabda yang eksis dan berkuasa
adalah mabda kapitalisme, ternyata membuat kaum muslimin seperti tidak berdaya
menghadapinya. Seluruh roda kehidupan beserta kebijakan-kebijakan internasional berada di
tangan Amerika sebagai penguasa tunggal, dan sebagai polisi dunia yang akan mengadili
segala permasalahan dengan kacamata mabda mereka. Dan hal ini telah semakin
mempurukkan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia ke jurang kehinaan mereka yang
seolah-olah sulit untuk diselamatkan. Sebagai sifat suatu mabda selalu ingin disebarkan dan
ingin dianut oleh seluruh manusia, maka demikian pulalah kapitalisme, dengan metode
bakunya-menjajah- Amerika akan memaksa ide-idenya supaya dianut oleh seluruh manusia
di seluruh negara lewat demokrasinya, HAM, teori pembangunan berjangka, pluralisme, dan
banyak lagi sarana-sarana yang dipergunakannya. Dan mereka akan dengan segera bereaksi
keras manakala mereka melihat tanda-tanda adanya kebangkitan Islam, sehingga keadaan
kaum muslimin sekarang ini sungguh telah jauh dari kejayaan yang pernah diraihnya selama
hampir tiga belas abad.
Untuk kembali pada kemuliaan Islam seperti dahulu, maka yang harus dilakukan oleh
seluruh kaum muslimin adalah mengembalikan tegaknya daulah Islam dengan menegakkan
seluruh sistem pemerintahan dan perundangan dengan berlandaskan kepada mabda Islam.
Hanya dengan cara itulah, kemuliaan Islam akan dapat kembali diraih oleh kaum muslimin.