yang mencari selain Islam sebagai agama, sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) darinya, dan di akhirat ia termasuk orang orang yang merugi. (QS: Ali imran: 85). Disini jelas sekali bahwa Islam ialah agama yang sudah sempurna, disempurnakan oleh Allah sendiri dan benar-benar meliputi aspek duniawi dan akhirat dari umat manusia.
Sebagai penjelasan tambahan, agama dan mabda yang ada didunia ini, hanya sebagian tersudut pada Ruhiyyah (aspek spiritual) saja dan sebagian lain tersudut pada Syasiyyah (aspek duniawi) saja. Inilah yang menyebabkan bahwa agama selain Islam, dan mabda yang ada didunia ini, selain mabda Islam, tidaklah sempurna, inti dari hal ini ialah jelas, tegas, dan bias dibuktikan bahwa Islam ialah agama penyempurna dan penutup agama agama lain, dan benar-benar telah di-Ridhai Allah. Ini sudah dibuktikan dengan Islam benar-benar menjelaskan aspek spiritual dan aspek duniawi secara komprehensif, tepat sasaran, jelas, tegas, dan terproteksi. Kembali kepada kufur, maka dapat disimpulkan bahwa kufur ada dua. Yaitu kufur dari segi agama, yaitu terbagi dua lagi menjadi kufur Ahli Kitab, meliputi Yahudi dan Nasrani dan kufur musyrik, ialah meliputi agama selain Yahudi dan Nasrani, baik Hindu, Budha, Konghucu, Sintoisme, dan lain-lain. Kufur dari segi mabda , meliputi mabda Kapitalisme dan Sosialisme.
Subhannallahu Wataala, dimana perbedaannya hanya terletak pada susunan teks, dan gaya bahasa yang dipergunakan. Sungguh dalam AlQuran sendiri dibuktikan dalam ayat, aku tidak sekali-kali mengikuti selain apa yang diwahyukan kepadaku (QS: Al- Anam: 50). 2. kedudukan nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul, apakah diizinkan untuk ber-ijtihad? Tidak diizinkan karena apa yang selama Nabi Muhammad Salallahualaihi Wassalam lakukan ialah hanya menerapkan hukum yang sudah ada dan kemudian penerapan itu disempurnakan oleh Allah Subhannallahu wataala dengan menurunkan hukum yang lebih mendetail.
Kedua, secara historis , semenjak khilafah Rasulullah hingga khilafah uthmaniyyah di turki, dan dalam buku sejarah sirah dan tarikh, dan sejarah pula mencatat selama 1300 tahun lebih, menunjukkan bahwa islam, pemikiran dan metodenya, telah membuat masyarakat dunia mengerti dan memahami bahwa ketakwaan yang timbul dari pemikiran dan metode islam telah menjadi kunci utama pengendalian individu dalam kehidupan. Melakukan amar maruf dan nahy munkar sebagai kontrol sosial agar berada
didalam jalan islam yang lurus. Ketiga secara empiris dalam buku Taqiyuddin an-Nabhani, ada gambaran khas tentang aspek yang ada dalam islam sebagai agama dan mabda yang jelas mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, yaitu lembaga pengadilan dan institusi pemerintahan. Dalam ilmu fiqih dan sumber-sumber buku fiqih, struktur pemerintahannya ialah : 1. Khilafah, 2. Wakil Khilafah, 3. Pembantu Administratif Khalifah, 4. Penguasa Wilayah dan Daerah, 5. Biro Administratif Umum, 6. Panglima Perang, 7. Majilis Ummat, dan 8. Pengadilan
Hanya ada dua aspek dari standar kebenaran agama dan Mabda yaitu keserasian kaidah berfikirnya dengan fitrah manusia, dimana banyak agama selain islam dan mabda selain apabila dilihat dengan standar ini memang hanya menyangkut spiritual saja namun tidak mengatur duniawi dimana disebutkan sebelumnya, agama seharusnya mengatur hubungan antara manusia dengan penciptanya, dengan dirinya, dan dengan sesamanya. Islam menjawab semua hubungan ini. Yang kedua ialah asas yang menjadi landasannya, banyak agama dan Mabda yang ada selain islam menggambarkan hal-hal yang justru tidak masuk akal, misalkan penggambaran Tuhan dalam berbagai agama yang malah justu lebih menggambarkan bahwa pencipta jumlahnya ada banyak (terutama hindu budha), dan bahkan mampu (dengan mengada-ada dan kesalahan pemahaman, kekeliruan) menggambarkan wujud Tuhan tersebut. Juga perlu dipertimbangkan bahwa banyak agama dan mabda selain islam hanya setengah-setengah dalam mengatur manusia sehingga banyak yang akhirnya meninggalkan agama dan mabda tersebut.
pasti membutuhkan sesuatu untuk dikultuskan, disucikan, dan diagungagungkan. Sesuatu tersebut haruslah tidak memerlukan kepada yang lain dan tidak mempunyai keterbatasan. Meskipun kalangan Yahudi dan Nasrani menganggap bahwa konsepsi perwujudan Tuhan dalam anak/ putra Allah itu benar menurut mereka, tetap dapat disimpulkan satu kesimpulan yaitu, mereka keliru atas hal tersebut, manusia yang mereka sebut, sebagai putra Allah tak lain ialah hanya sebagai penyampai wahyu dari Allah. Disinilah penyebab utama kekeliruan para Yahudi dan Nasrani yang menganggap perwujudan tersebut. Yang kedua ialah asas pemikirannya, disini dapat disimpulkan sebuah kekeliruan. Penjelasan atas kekeliruannya dalam memahami posisi sebenar-benarnya dari manusia manusia tersebut yang dianggap putra Allah, melainkan mereka sekali lagi hanya penyampai wahyu dari Allah Subhannallahu Wataala. Mereka keliru dalam memahami konteks penyampai dan kemudian mereka kemudian beranggapan bahwa penyampai itulah wujud dari Allah. Kemudian. Masalah lain ialah kedua agama ini hanya mengatur aspek spiritual individu dan tidak ada aspek duniawi yang diatur, yang menyebabkan mereka ada yang mengambil mabda kapitalisme dan ada yang mengambil mabda sosialisme dan akhirnya banyak yang menjadi ateis dan sekuler karena ketimpangan yang mereka dapatkan.
dalam urusan manusia dengan manusia. Untuk merealisasikan hal ini maka kapitalisme menurunkan suatu turunan yaitu kebebasan. Masalahnya ialah banyak hal-hal terutama segi ekonomi misalkan, akibat dari sistem ini banyak terjadi ketimpangan sosial karena semua hal diatur berdasarkan hawa nafsu manusia dan bukan dari pertimbangan, pemikiran yang benar. bahkan apabila melihat mazhab ekonomi mulai dari Adam Smith hingga Neo-Klasik, jelas sekali dapat ditarik kesimpulan bahwa mabda ini hanya membuat manusia tidak jelas dalam aspek duniawi karena hanya berasaskan kompromi yang menimbulkan manfaat yang bersifat lemah, jangka pendek, berubah ubah, dan terbatas.
Sosialisme kemudian berpendapat bahwa agama ialah candu, agama mengurangi produktivitas, agama hanya akan membuat malas orang orang yang menganutnya, dan dalam Sosialisme, yang berasaskan materialis, mereka melihat bahwa sebenarnya materi, benda mati ialah asal segala wujud dan tidak ada yang lain. Mereka beranggapan bahwa makhluk hidup muncul dari materi, dan itu otomatis. Mabda ini memposisikan bahwa Allah Subhannallahu Wataala itu tidak ada, disinilah letak kelemahan mabda ini. Kedua mabda ini jelas sekali bertentangan dengan fitrah manusia dan asas pola pemikirannya. Kedua Mabda ini hanya mengatur duniawi saja tanpa memerhatikan aspek spiritual dimana pastinya sengala apa yang manusia perbuat pasti memperoleh balasan. Kedua mabda ini jelas-jelas menolak fitrah manusia dan akal manusia. Ini menjelaskan bahwa terlihat, mabda ini ialah hanya berasaskan ketidaktahuan, kompromi, pemisahan dan bersifat lemah, kacau, dan terbatas.