FUTUHAT ISLAMIYAH
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh : (1) Moh.Thoriqul Hidayat (131611010)
: (2) Egi prasteyo (131611014)
Alhamdulilah atas nikmat yang allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat.
Segala puji bagi allah atau segala rahmat, taufik, dan hidayahnya yang tiada terkira besarnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah futuhat islamiyah
Dalam penyusunanya, kami mengucapkan terima kasih pada dosen agama yang telah
membantu serta mengarahkan kami dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga
semuai bisa memberikan sedikit kebahagian dan menentun kelangkah yang lebih baik lagi
Meskipun kami berharap isi dan laporan praktikum ini bebas dari kesalahan, namun
selalu ada yang salah. Oleh karena itu kami mengahrapkan kritik dan saran yang sebangun
agar hasil makalah ini dapat lebih baik lagi
Akhir kata kami megucapkan banyak terima kasih, semoga hasil laporan ini bermanfaat.
Penyusun
DAFTAR ISI
Futuhat islamiyah adalah perluasan wilayah islam.Sejak masa kepemimpinan Umar bin
Khatab,wilayah islam semakin meluas.Buktinya,wilayah islam meluas sampai
mesir,irak,suriah Futuhat Islamiyah di Masa Kepemimpinan Umar bin Khattab (634-644
M/13 - 24 H) Nama lengkapnya adalah Umar bin Khattab bin Nufal bin Abd Uzza bin
Raba’ah bin Abdillah bin Qurth bin Huzail bin Ady bin Ka’ab bin Luway bin Fihr bin
Malik. Beliau lahir pada tahun 513 M. Umur beliau adalah 63 tahun dan beberapa bulan.
Salah satu gelar pujian beliau adalah al-Faruq (elang) yang diberikan oleh Rasulullah saw.
Selama menjabat khalifah (10 tahun enam bulan), Umar bin Khattab banyak melakukan
ijtihad atau terobosan berupa langkah konkret untuk memajukan rakyatnya dalam
penegakkan keadilan, penegakan hukum, pendidikan, ekonomi, politik, serta peningkatan
kualitas keimanan dan ketakwaan rakyatnya.
Umar bin Khattab bin Nufal bin Abd Uzza bin Raba’ah bin Abdillah bin Qurth bin
Huzail bin Ady bin Ka’ab bin Luway bin Fihr bin Malik. Beliau lahir pada tahun 513 M.
Umur beliau adalah 63 tahun dan beberapa bulan. Khalifah ke dua ini sangat selektif dalam
memilah pejabatnya. Pejabat yang diangkat harus memiliki integritas, kemampuan, dan
keahlian di bidangnya. Yang tidak kalah penting adalah memiliki semangat, keberanian
moral, serta komitmen tinggi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang dilakukan
secara profesional juga ikhlas semata-mata mencari ridha Allah SWT.
Kebijaksanaan lain yang dilakukan Umar adalah mendaftar seluruh kekayaan pejabat
yang akan dilantik. Ini ditempuh untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan wewenang
dan tindakan korupsi.
Adapun rangkaian penaklukan wilayah yang terjadi pada masa Umar bin Khattab adalah:
1. Penaklukkan Syam (13 H), meskipun memang awal serangan dimulai pada masa Abu
Bakar, akan tetapi kota ini baru bisa ditaklukkan pada masa awal pemerintahan Umar bin
Khattab. Penaklukan ini dipimpin oleh Khalid bin Walid, yang kemudian dipecat oleh Umar
bin Khattab r.apada hari kemenangannya.
2. Penaklukkan Damasqus oleh Abu Ubaidah yang diteruskan ke Baalbek, Homs dan Hama
(13 H).
3. Yerussalem (638).
4. Caesaria (640) yang berlanjut ke Selatan Syiria, Harran, Edessa dan Nabisin.
5. Mesir oleh Amr bin Ash (641 H/20 H) termasuk Heliopolis dan Babylonia, sedangkan
Alexandria baru ditaklukkan pada tahun (643).
7. serangkaian penaklukan lainnya adalah Mosul (641 M/16 H), Nihawan, Hamadazan (21
H), Rayy (22 H), Isfahan dan kota-kota Utama Iran Barat (644 M), Khurasan (22 H).
Maka wilayah kekuasaan Umar bin Khattab pada saat itu meliputi: benua Afrika hingga
Alexandria, Utara hingga Yaman dan Hadramaut, Timur hingga Kerman dan Khurasan,
Selatan hingga Tabristan dan Haran.Selain itu pada masa Umar bin Khattab r.a juga tercatat
ijtihad-ijtihad baru. Beberapa sebab-sebab munculnya ijtihad baru di masa awal Islam
berkataitan dengan Alquran maupun sunnah. Di dalam Alquran pada saat itu sudah mulai
ditemukan kata-kata yang musytarak, makna lugas dan kiasan, adanya pertentangan nash,
juga makna tekstual dan makna kontekstual. Sedangkan tentang sunnah itu sendiri, karena
ternyata para sahabat tidak mempunyai pengetahuan yang merata tentang sunnah nabi, karena
kehati-hatian para sahabat untuk menerima suatu riwayat, terjadinya perbedaan nilai hadist,
dan adanya sunnah yang bersifat kondisional.
Selain beberapa alasan diatas, tentu saja faktor lainnya ikut mewarnai beberpa
kemunculan ijtihad pada masa Umar bin Khattab, seperti faktor militer, yakni dengan
meluasnya wilayah kekuasaan Islam, faktor sosial yang semakin heterogennya rakyat negara
Islam, dan faktor ekonomi.
Pada masa itu perluasan islam terjadi secara besar-besaran dan dikenal sebagai
periode Futuhat Al Islamiyah. Secara berturut-turut, pasukan islam berhasil menguasai
Suriah, Persia, dan Mesir. Wilayah Suriah memiliki beberapa kota yg menjadi pusat
kekuasaan Romawi Timur (Bizamtium) yang beragama kristen (Damaskus, Yordania,
Yerussalem, Hims, & Antiokia). Pada tahun 639 M pada bulan Desember, pasukan Islam
menyerbu Mesir yang dipinpim oleh Amru bin Ash. Atas perintah khalifah Umar bin Khatab
berangkatlah 4.000 pasukan islam ke Mesir, mula-mula Amru bin Ash merebut kota Al-
Farama (Mesir Timur) kemudian sampai ke Benteng Babilon (pusat kekuatan kekaisaran
Bizamtium). Setelah bertempur kaum muslimin berhasil menguasai Benteng Babilon dan
wilyah Mesir lainnya.
Kemenangan-kemenangan umat islam menjadikan wilayah islam semakin meluas hingga
sampai Afrika Utara, Armenia, dan sebagian wilayah Eropa Timur. Untuk memudahkan
jalannya pemerintahan, khlifah Umar bin Khattab membagi beberapa provinsi serta
menunjuk seorang gubernur untuk memerintah wilayah tersebut. Misalnya: Sa’ad bin Abi
Waqqas menjadi gubernur di Kuffah, Amru bin Ash di Mesir, dan Mu’awiyah bin Sufyan di
Damaskus.
[2] Tsini, Walijah, dan Allais adalah kota-kota kecil yang didalamnya terdapat minoritas
Arab.
[3] Hirah adalah kota kerajaan Persia didirikan Malik Amru ibn Uday al-Lakhmi pada
pertengahan tahun 200 SM. Kerajaan itu dikelilingi benteng bebatuan, pohon palem dan
kurma. Ada beberapa istana didalamnya, juga gereja-gereja dan akademi. Ia merupakan
kerajaan Arab di perbatasan Irak Arab yang kemudian menjadi protektorat imperium Persia.
Mayoritas penduduknya memeluk Kristen Nestorian. Kerajaan ini tunduk tanpa perlawanan
dan memilih membayar jizyah sebagai jaminan keamanan
[4] Kota berpenduduk mayoritas Arab yang terletak tak jauh dari seberang bekas reruntuhan
situs kuno Babilonia.
[5] Kota oasis yang dirimbuni ladang kurma, sekaligus benteng terdepan bagi pertahanan dan
perbatasan imperium Persia dengan imperium Bizantium.
[6] Sebuah kota tua yang kaya akan gandum, juga pusat aktivitas politik. Di kota itu berdiri
sebuah bangunan mirip Colosseum di Roma.
[7] Yordania, Palestina, Pesisir Laventina, dan Suriah. Wilayah yang berpemandangan elok,
bertanah hijau, berpegunungan tinggi, berlapis salju, berlahan subur dengan hasil bumi yang
kaya; memiliki kota-kota yang indah dan megah; memiliki legenda, tradisi, sejarah, dan
peradaban yang sangat tinggi. Penduduknya adalah orang-orang kulit putih, baik dari ras asli
Suryani (Suriah Aramaic), Ibrani, Piniki (Pheonician), Nabatea, atau ras pendatang Yunani
dan Latin.
[8] Fihl adalah kota kecil di Lembah Baisan, beberapa kilometer di selatan Danau Tiberias;
dilewati aliran sungai Yordan.
[9] Kota terbesar Suriah di sebelah Utara, di perbatasan Suriah dan Asia Minor.
[10] Emesa adalah kota tua yang banyak memiliki kuil kuno—yang terbesar adalah
Heliogabulus.
[11] Daerah subur dan hijau di perbukitan Bek (Biqa), di tepian sungai Litani; ia adalah kota
kuno yang telah ada sejak masa pendudukan bangsa Pheonician pada 2000 SM. Di sana
terdapat beberapa kuil peninggalan bangsa Pheonician dan Yunani. Salah satu kuil yang
tersohor dan terbesar adalah kuil Bacchus dan Jupiter yang arsitekturnya persis dengan kuil-
kuil Phartenon di Athena.
[12] Kota ini berdiri di atas bukit tinggi dan terjal, dikelilingi benteng yang kukuh. Aleppo
dibangun oleh kerajaan Amoria pada 1600 SM, sekaligus menjadi ibu kota. Setelah kejatuhan
Amoria, Aleppo kemudian dikuasai secara bergantian oleh Suriah, Persia, Yunani, dan
Romawi.
[13] Antiokia adalah kota terbesar di seluruh Suriah. Dahulu, dinasti Seluicids (305 – 67
SM), dinasti penerus kaisar Alexander the Great menguasai Suriah, menjadikan Antiokia
sebagai ibu kota kerajaan. Sewaktu emperor Roma, Julius Caesar (100 – 44 SM),
menaklukkan Suriah, Antiokia juga menjadi ibu kota Romawi untuk wilayah kekuasaan
timur. Ibu kota tersebut akhirnya pindah ke Konstantinopel (Istambul) sejak masa didirikan
oleh Kaisar Konstantin pada 330 M. Bagi Kristen generasi awal, Antiokia menjadi salah satu
pusat dakwah agama masihi, bahkan menjadi kota suci kristen kedua setelah Yerusalem.
Petrus salah seorang hawari al-Masih datang ke kota itu dan mendirikan gereja pada 34 M.
Pada 290 M, pendeta Lusianus mendirikan sekolah teologi yang berkembang menjadi
mazhab teologi kristen yang mengusung penafsiran harfiyah atas kitab suci Injil, juga
pemahaman al-Masih sebagai manusia biasa, bukan sebagai Tuhan. Gereja ini menjadi cikal
bakal lahirnya mazhab Ariusian dan Nestorian dalam tradisi Kristen abad pertengahan.