Anda di halaman 1dari 7

Temukan Jati Diri dengan Memahami

Uqdatul Kubro
Riannisa Riu
8 April 2022

Porosmedia.com – Islam merupakan agama yang sangat sempurna.


Allah Taala telah menciptakan agama ini bagi seluruh manusia. Saat
ini, banyak sekali orang yang mengakui Islam sebagai agamanya.
Sayangnya, akibat sistem kapitalisme yang diterapkan hampir di
seluruh dunia saat ini, Islam telah menjadi agama ritual saja.
Masyarakat tetap melaksanakan ibadah mahdoh di masjid dan musala,
namun membuang aturan Islamnya ke tempat sampah. Inilah
sekularisme, pemisahan yang nyata antara agama dan kehidupan.

Kaum muslimin sendiri pun banyak yang tidak memahami agamanya


sendiri. Remaja muslim tumbuh dengan bertanya-tanya mengenai jati
diri mereka sebab merasa bingung akan keberadaannya di dunia.
Sekali dalam seumur hidup, pastilah manusia memiliki pertanyaan
seperti ini kepada dirinya, “Mengapa aku harus hidup di dunia? Untuk
apa aku dilahirkan ke dunia ini? Apa sebenarnya tujuan keberadaan
diriku di dunia ini?”

Sesungguhnya Islam telah menyediakan jawaban pertanyaan tersebut


secara lengkap dan jelas di dalam Al-Qur’an. Sebab pertanyaan
semacam ini merupakan bagian dari Uqdatul Kubro. Namun saat ini,
interaksi kaum muslimin dengan Al-Qur’an menjadi sesuatu yang
jarang terjadi, apalagi mereka yang mencoba memahami dan
mengamalkannya. Alhasil, tidak jarang umat muslim terjerumus ke
dalam kemaksiatan meski tidak sedikit yang telah menuai pendidikan
islam.

Karena itulah, amat penting bagi umat untuk senantiasa


mengokohkan aqidah Islam. Sungguh-sungguh memahami alasan
terbesar di dalam diri untuk menjadikan Islam bukan saja sebagai
agama, namun juga sebagai aturan hidup. Sehingga wajib bagi kita
sebagai umat muslim untuk mengkaji kembali uqdatul qubro, yakni tiga
pertanyaan besar yang mampu menjawab keresahan utama umat
manusia.

Apa Itu Uqdatul Kubro?

Uqdatul kubro adalah aqidah dasar dalam mengkaji Islam. Inilah tiga
pertanyaan yang akan selalu terlintas di benak manusia selama
mereka tidak tahu jawabannya. Mengetahui jawaban pertanyaan ini
bisa mengubah tindakan dan perilaku seorang manusia. Karena
seperti telah disebutkan oleh Syaikh Taqiyuddin An Nabhani dalam
kitabnya Nizhamul Islam, “kebangkitan seorang manusia itu tergantung
pada pemikirannya.”

Tiga pertanyaan dalam uqdatul kubro itu sederhana. Pertama, dari


mana aku (manusia) berasal? Kedua, untuk apa aku (manusia) hidup di
dunia ini? mengapa aku ditakdirkan untuk hidup di dunia? apa
tujuanku sebenarnya? Ketiga, ke mana aku (manusia) akan pergi
setelah aku mati?

Islam telah menjawab ketiga pertanyaan ini dengan sempurna, sebab


Allah Taala sendiri yang telah menyediakan jawaban untuk ketiga
pertanyaan tersebut. Namun terkadang manusia masih saja ada yang
tidak puas serta tidak menerima akan jawaban tersebut. Wajar saja,
sebab untuk memahami dan menerima jawabannya pun
membutuhkan akal pikiran yang telah tunduk pada iman dalam diri.
Tanpa iman, maka tidak akan mampu menerima pemahaman yang
benar.

Manusia Berasal dari Allah


Jawaban ketiga pertanyaan tersebut pun sederhana. Pertama, Allah
telah menciptakan manusia, sehingga manusia berasal dari Allah.
Sebagai manusia yang mengaku beriman kepada Allah Taala, maka
wajib bagi seorang muslim untuk mengakui Allah sebagai Tuhannya
yang Haq. Satu-satunya Tuhan yang layak disembah. Jika masih ada
yang mempertanyakan jawaban ini, maka bagaimana cara
membuktikan keberadaan Allah sebagai pencipta?

Cara membuktikan Allah ada itu mudah. Memang benar, kita tidak bisa
mengindera Allah. Sebab Allah bukan makhluk, dan pola pikir makhluk
tidak akan pernah bisa menjangkau pencipta. Namun kita bisa melihat
jejak ciptaan Allah di dunia. Seekor unta yang melintasi padang pasir,
tentu jejaknya akan tampak meskipun si unta tak ada lagi di sana. Hal
itu telah membuktikan bahwa pernah ada seekor unta yang melintas
di sana.

Membuktikan keberadaan Allah pun dilakukan berdasarkan bukti-


bukti ciptaannya. Manusia adalah bukti nyata keberadaan Allah yang
tak mampu disangkal. Begitu pun dengan hujan, petir dan tanaman-
tanaman yang tumbuh. Bagaimana bisa ada air di dalam buah kelapa?
Siapa yang memasukkan air ke dalamnya? Bagaimana cara tomat dan
apel memerah ketika matang? Siapa yang mengubah warnanya dari
hijau menjadi merah? Mengapa ada cacing parasit pada kutu kucing?
Siapa yang mampu menciptakan parasit sekecil itu? Bagaimana sistem
peredaran darah manusia bisa bekerja dengan begitu sempurna?
Siapa yang mampu menciptakannya kalau bukan Allah?

Orang yang beriman tentunya akan segera menyadari bahwa


keberadaan Allah itu adalah sebuah keniscayaan yang tak dapat
disangkal. Bukti konkrit lainnya terletak pada Al-Qur’an. Kitab mukjizat
ini adalah Kalamullah. Kalimat-kalimat yang berasal langsung dari
Allah. Allah Taala sendiri telah menantang siapa pun yang berani
mencoba untuk membuat yang semisal Al-Qur’an dalam Q.S Al-
Baqarah ayat 23. Hingga saat ini, tidak ada seorang pun yang mampu
memenuhi tantangan Allah tersebut.

Manusia Terlahir ke Dunia Untuk Beribadah kepada Allah

Selanjutnya, jawaban pertanyaan kedua adalah Al Qur’an surat Adz


Dzariyat ayat 56 :
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku.”

Ayat ini menegaskan bahwa keberadaan manusia di dunia memiliki


tujuan yang jelas dan nyata. Yakni untuk beribadah menggapai
keridhaan Allah Taala. Bukan untuk tujuan lain. Beribadah kepada
Allah bukan hanya melakukan ibadah-ibadah wajib seperti shalat,
puasa, zakat dan naik haji. Akan tetapi juga melaksanakan perintah
Allah dan menjauhi laranganNya dalam setiap kegiatan yang kita
lakukan. Sejak dari bangun tidur hingga tidur kembali.

Muslimin adalah umat yang mulia sebab memiliki perintah untuk


melanjutkan tugas para Nabi dan Rasul, yakni amar ma’ruf nahi
mungkar. Kewajiban ini termasuk dalam pelaksanaan ibadah manusia.
Inilah satu-satunya ibadah yang mampu menjadi pahala investasi
manusia di akhirat kelak. Luar biasa, bukan?

Namun tentu saja, kewajiban ibadah dan dakwah datang bersama


ujian dan kesulitan yang tidak sedikit. Karena itulah manusia di dunia
harus senantiasa berdoa agar Allah senantiasa mengistiqamahkannya
dalam dakwah dan ibadah di jalan Nya yang lurus. Jangan sampai kita
salah melaksanakan tujuan utama kita di dunia. Apalagi di dalam
sistem kapitalis sekuler seperti saat ini. Alih-alih memenuhi hidup
dengan ibadah kepada Allah, malah bertujuan untuk mengejar materi
atau kesenangan ragawi semata. Na’udzubillahi min dzalik.

Manusia Akan Kembali Kepada Allah

Pertanyaan ketiga dan terakhir amat berkaitan dengan pertanyaan


pertama. Siapapun yang beriman dan meyakini bahwa dirinya berasal
dari Allah Sang Pencipta, maka akan yakin pula dengan keberadaan
akhirat. Sebab jawaban pertanyaan ketiga adalah bahwa setelah mati,
manusia akan dikumpulkan kembali di alam akhirat untuk
mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya selama di dunia.

Sehingga kesempatan kita untuk hidup sebagai manusia di dunia ini


bukanlah kesempatan yang layak disia-siakan dengan perbuatan
maksiat dan dosa.
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alayhi
wasallam bersabda, “Dunia adalah penjara bagi orang yang beriman dan
surga bagi orang kafir,” (HR. Muslim no. 2392).

Maka wajar ketika kita sebagai manusia merasa bahwa hidup di dunia
itu melelahkan dan seperti terpenjara. Sebab memang demikianlah
dunia bagi orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah
membeli jiwa-jiwa orang yang beriman dengan syurga, dan syurga itu
mahal. Maka akankah kita tetap menjadi manusia yang tak jelas jati
dirinya dan tak punya tujuan? Itu adalah pilihan kita. Pilihlah pilihan
yang takkan membuat kita menyesal di akhirat kelak. Wallahu’alam
bisshawwab.

Sumber: https://porosmedia.com/temukan-jati-diri-dengan-memahami-uqdatul-
kubro/3/
‫‪QS. Az-Zariyat Ayat 56‬‬

‫ت ْال ِجنَّ َوااْل ِ ْن َ‬


‫س ِااَّل لِ َيعْ ُب ُد ْو ِن‬ ‫َو َما َخ َل ْق ُ‬

‫‪QS. Al Baqarah Ayat 23‬‬

‫ب ِّم َّما نَ َّز ۡلنَا َع ٰلى َع ۡب ِدنَا فَ ۡاتُ ۡوا‬


‫َواِ ۡن ُک ۡنتُمۡ فِ ۡى َر ۡي ٍ‬
‫بِس ُۡو َر ٍة ِّم ۡن ِّم ۡثلِ ٖه َو ۡاد ُع ۡوا ُشهَ َدٓا َء ُكمۡ ِّم ۡن ُد ۡو ِن هّٰللا ِ اِ ۡن‬
‫ص ِدقِ ۡي َن‬ ‫ُك ۡنتُمۡ ٰ‬

Anda mungkin juga menyukai