Anda di halaman 1dari 19

IBNU THUFAIL

FAHRUDDIN FAIZ
• ABU BAKAR MUHAMMAD IBN ABD AL-MALIK IBN MUHAMMAD IBN
MUHAMMAD IBN THUFAIL AL-QAISYI (ABUBACER)
– Lahir: Granada, 1105
– Wafat: Marokko, 1185
– Karya yang tersisa:
• Risalah Hayy Bin Yaqzan
• Muraja’at wa Mabahis
• Al-Arjuzah fi al-Tib
Hayy Ibn Yaqzan
• Seorang bayi, Hayy, terlantar di sebuah pulau terpencil;
• Fase Pertama :Hayy dipelihara seekor kijang, hingga ia dapat
belajar tindak tanduk dan bahasa hewan sekelilingnya. Ia mulai
menutupi tubuhnya, membuat tempat berteduh, dan
mempersenjatai dirinya. Bahkan, ia mulai menyimpan bahan
makanan untuk persiapan.
• Fase Kedua : Kijang yang memeliharanya mati. Hayy berusaha
untuk mengetahui penyebab kematian kijang ini dan kematian
binatang-binatang yang lainnya. Hasil penyelidikannya
menyimpulkan adanya jiwa (roh) yang merupakan daya sentral
dan bersifat immateri. Jiwa tersebut berfungsi sebagai penggerak
jasad binatang-binatang. Hayy menemukan hal itu setelah
melakukan pembedahan terhadap mayat-mayat binatang. Pada
tahap ini pula ia mengetahui fungsi anggota badan dan daya yang
menggerakannya. 4
Hayy Ibn Yaqzan
• Hayy mulai mengetahui api, kegunaan dan sumbernya. Dari
pemikirannya tentang itu, ia sampai kepada kesimpulan tentang
adanya kausalitas yang menyebabkan adanya tertib alam dan
akal budi.
• Hayy mulai mengetahui kesatuan dan keberagaman pada jasad
dan jiwa yang telah diamatinya. Pada tahap ini, ia telah sampai
kepada generalisasi dan klasifikasi berdasarkan kesatuan dan
keberagaman itu.
• Hayy melihat ke atas dan memperhatikan benda-benda langit.
Dari pengamatannya itu ia mengetahui astronomi. Namun, yang
lebih penting lagi, dengan melihat ketertiban dan keteraturan
serta pergerakan dan perubahannya, ia memikirkan kesamaan
dengan bumi atau makhluk bumi dan menyimpulkan kepastian
adanya penggerak tertentu yang sama untuk semuanya.
5
Hayy Ibn Yaqzan

• Hayy menegaskan bahwa perbedaan perjalanan antara jasad yang


materi dengan jiwa yang immateri, di samping manemukan kepastian
adanya penggerak yang disebut wajib al-wujud. Menurutnya asal
alam materi itu tidak mungkin materi lagi. Karena jiwa demikian,
tentulah ada rangkaian materi yang tidak pernah berujung (tasalsul).
Jadi, asal pertama ini haruslah immateri dan wajib al-wujud. Jasad itu
berneda perjalanannya dengan jiwa. Jiwa yang immateri itulah yang
dapat mengetahui wajib al-wujud, dan selalu tunduk kepada-Nya.
• Hayy berkesimpulan bahwa Tuhan itu pasti baik dan bijaksana,
sempurna, penuh rahmat, dan menjadi tujuan setiap manusia.
Karena itu, puncak kebahagiaan menurutnya hanya dapat dicapai bila
seseorang selalu berhubungan jiwanya dengan Tuhan tanpa henti,
selalu merenungkan dan memikirkannya serta melepaskan diri dari
dunia materi.

6
Hayy Ibn Yaqzan
• Hayy berjumpa Absal (seorang Ulama yang suka bertafakkur)
dari pulau terdekat– yang ingin uzlah
• Absal mengajar Hayy tentang konsepsi Quran mengenai
Tuhan, para malaikatnya, para rasulNya, dan lain sebagainya.
• Hayy menerima penjelasan dan kebenaran Absal karena
secara umum sama dengan hasil refleksinya.
• Hayy mengikuti Absal ke pulaunya untuk mendakwahkan
hasil refleksinya. Di sini mereka bertemu tokoh agama
bernama Salaman.
• Hayy berusaha untuk menjelaskan kepada banyak orang
kebenaran yang ditemukannya; tetapi ternyata tidak mudah
bagi masyarakan umum untuk memahami dan menerima
kebenarannya.
7
ROMAN HAYY IBN YAQZAN: INTISARI
1
• Urutan-urutan pengetahuan yang ditempuh oleh akal, yang
dimulai dari obyek inderawi yang khusus hingga kepada
pemikiran Universal.
• Manusia dapat mengetahui wujud Tuhan lewat akal tanpa
pengajaran dan petunjuk, yaitu pengetahuan lewat perantaraan
tanda-tanda-Nya pada makhluk-Nya.
• Akal manusia tidak mampu menmengungkapkan dalil-dali
pemikiran yang berhubungan dengan ke-Azali-an Mutlak, qadim,
huduts, ke-akhir-an zamanm dan segala yang behubungan dengan
hal tersebut.
• Meskipun akal mampu menembus qadim dan hududstnya alam,
ROMAN HAYY IBN YAQZAN: INTISARI
2
• Manusia dengan akalnya dapat mengetahui dasar-dasar akhlak yang
bersifat amaliyah dan sosial.
• Pengetahuan Akal yang sehat terhadap kebenaran, kebaikan dan
keindahan dan Perintah Syariat Islam keduanya dapat dipertemukan
tanpa harus diperselisihkan lagi.
• Pokok dari semua hikmah adalah apa yang telah ditetapkan oleh
Syara’, yaitu dengan mengarahkan manusia berdasarkan
kesanggupan akal masyarakat. Dan pangkal dari segala kebaikan
adalah menepati batasan syariat dan meninggalkan pendalaman
sesuatu yang tidak dapat diraba oleh akal.
EPISTEMOLOGI
• Tahap pertama jiwa bukanlah suatu tabularasa atau papan tulis kosong,
imaji Tuhan telah tersirat di dalamnya sejak awal, tapi untuk
menjadikannya tampak nyata, kita perlu memulai dengan pikiran yang
jernih tanpa prasangka.
• Pendidikan indra dan akal yang diperlukan untuk mendapatkan visi
semacam itu. Kesesuaian antara pengalaman dan nalar, disatu pihak, dan
kesesuaan antara nalar dan intuisi.
• Dalam taraf selanjutnya, kebenaran tidak lagi dicapai lewat proses deduksi
atau induksi, tapi dapat dilihat secara langsung dan intiutif lewat caHayya
yang ada didalamnya. Jiwa menjadi sadar diri dan mengalami apa yang tak
pernah dilihat mata atau didengar telinga atau dirasa hati orang manapun.
PERKEMBANGAN AKAL MENUJU KEBENARAN
• Memperhatikan perkembangan alam ini, bahwa tiap-tiap kejadian mesti ada yang
menyebabkannya.
• Memikirkan peredaran benda-benda besar  di langit seperti bulan, bintang dan
matahari.
• Memikirkan bahwa puncak kebahagiaan seseorang itu ialah mempersaksikan adanya
wajibul wujud yang Maha Esa.
• Memikirkan bahwa manusia ini adalah sebagian saja dari makhluk hewani, tetapi
dijadikan Tuhan untuk kepentingan-kepentingan yang lebih tinggi dan utama
daripada hewan.
• Memikirkan bahwa kebahagiaan manusia dan keselamatannya dari kebinasaan
hanyalah terdapat pada pengekalan penyaksiannya terhadap Tuhan.
• Mengakui bahwa manusia dan alam makhluk ini fana dan semua kembali kepada
Tuhan.
AKAL DAN WAHYU
 Disamping akal, wahyu juga bisa dipakai sebagai satu cara untuk mencapai
pengetahuan akan kebenaran. Dalam kitab suci inilah terkandung kebenaran,
baik tentang Tuhan, manusia ataupun tentang dunia.
 Seorang filosof tidak harus memakai wahyu untuk mencapai hikmah-hikmah
falsafati, bahkan lebih jauh wahyu bisa dijadikan bahan penelitian atau kajian
seorang filosof. Hal ini tergambar dari kepergian Hayy ke pulau tempat Absal
dan Salman tinggal untuk mempelajari bagaimana mereka menjalankan isi
yang dibawa oleh wahyu.
 Meskipun pada hakikatnya apa yang dicapai oleh akal dan wahyu itu sama,
namun Nabi sebagai pembawa wahyu menyampaikannya tidak sebagaimana
adanya. Nabi menyampaikan wahyu melalui simbol-simbol, perumpamaan-
perumpamaan, metafor-metafor ataupun gambaran-gambaran. Hal ini
tujuannya adalah untuk menyesuaikan dengan kemampuan akal atau daya
tangkap sebagian besar manusia yang masih rendah.
PENDAYAGUNAAN AKAL
• Mereka yang hidupnya ditujukan untuk selalu
mencari kebenaran-kebenaran yang sesungguhnya
dan mampu mencapainya (Hayy)
• Mereka yang dengan cara menginterpretasikan
wahyu mampu memahami makna kebenaran yang
terkandung di dalamnya (Absal)
• Mereka yang hanya mampu berpegang kepada
makna literal dari wahyu (Salman).
JIWA
 JIWA: jiwa tumbuhan (al-nafs al-nabatiyyat), jiwa hewan
(al-nafs al-hayawaniyyat), jiwa manusia (al–nafs al-
natiqat).
 KEADAAN jiwa :
 Jiwa yang sebelum mengalami kematian jasad telah mengenal
Allah, mengagumi kebesaran dan keagunganNya dan selalu ingat
kepadaNya, maka jiwa seperti ini akan kekal dalam kebahagiaan.
 Jiwa yang telah mengenal Allah tetapi melakukan maksiat dan
melupakan Allah, jiwa seperti ini akan abadi dalam kesengsaraan.
 Jiwa yang tidak pernah mengenal Allah dalam hidupnya, jiwa ini
akan berakhir seperti hewan.
ETIKA
Manusia: tubuh, jiwa hewani dan esensi non-
bendawi, (binatang, benda angkasa dan Tuhan).
Karena itu pendakian jiwanya terletak pada
pemuasan ketiga aspek sifatnya, Dengan cara
meniru tindakan-tindakan hewan, benda-benda
angkasa dan Tuhan.
MEMBUKTIKAN ALLAH: ARGUMEN
GERAK
 Gerak alam ini menjadi bukti tentang Adanya Allah, baik bagi orang
yang meyakini alam baharu maupun bagi orang yang meyakini alam
qadim.
 Bagi orang yang meyakini alam baharu ( hadits ), berarti alam ini
sebelumnya tidak ada, kemudian menjadi ada. Untuk menjadi ada
mustahil dirinya sendiri mengadakan. Oleh karena itu, mesti ada
penciptanya. Sementara itu, bagi orang yang meyakini alam kadim,
Adanya gerak ini menunjukkan secara pasti adanya penggerak (Allah),
penggerak ini berfungsi mengubah materi di alam dari potensial ke
aktual, arti kata mengubah satu bentuk ada kepada bentuk ada yang lain.
MEMBUKTIKAN ALLAH: ARGUMEN
MATERI DAN BENTUK
 Segala yang ada ini tersusun dari materi dan bentuk.
 Setiap materi membutuhkan bentuk.
 Bentuk tidak mungkin bereksistensi penggerak.
 Segala yang ada ( maujud ) untuk bereksistensi membutuhkan pencipta.
 Dengan argumen diatas dapat dibuktikan adanya Allah sebagai pencipta
alam ini. Ia maha kuasa dan bebas memilih serta tidak berawal dan tidak
berakhir.
 Bagi orang yang meyakini alam qadim, pencipta ini berfungsi
mengeksistensikan wujud dari satu bentuk pada bentuk yang lain.
sementara itu, bagi orang yang meyakini alam baharu, pencipta ini
berfungsi menciptakan alam dari tidak ada menjadi ada.
MEMBUKTIKAN ALLAH: ARGUMEN
GHAIYYAT DAN INAYAT ILAHIYYAH
 Menurut Ibnu Thufail, alam ini tersusun sangat rapi dan sangat teratur.
Semua planet: matahari, bulan, bintang, dan lainnya berbeda secara
teratur. Begitu juga jenis hewan, semuanya dilengkapi dengan anggota
tubuh yang begitu rupa. Semua anggota tubuh tersebut mempunyai
tujuan-tujuan tertentu yag sangat efektif kemanfaatannya bagi hewan
yang bersangkutan. Tampaknya, tidak satupn ciptaan Allah ini dalam
keadaan percuma.
 Ilustrasi diatas dapat dijadikan bukti bahwa terciptanya kerapian alam
ini berdasarkan rahman dan rakhim  Allah SWT.
“If there is a Being Whose Perfection is infinite, then
to lose hold of such a Being, must mean infinite
torture”

19

Anda mungkin juga menyukai