Anda di halaman 1dari 38

Makalah Sosilogi "Konflik"

MAKALAH SOSIOLOGI

“KONFLIK”

Disusun Oleh :

Vivie Alfiah

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah pada bidang Pelajaran Sosiologi yang berjudul “Konflik”.

Tantangan zaman yang menghadang bangsa kita sekarang banyak yang berkaitan dengan
masalah-masalah sosial-politik yang di dalamnya sering terjadi suatu konflik. Sehubungan dengan itu,
dalam kedudukannya sebagai sebuah makalah yang mengandung banyak kajian mengenai definisi,
asal muasal, serta rentetan kejadian suatu konflik, diharapkan dapat memberikan edukasi lebih,
mengenai cara menghindari dan mengatasi suatu konflik yang terjadi pada beberapa aspek, seperti
pada bidang sosial-politik, ras, agama, serta individu.
Sebagai bentuk upaya partisipasi serta pemenuhan tugas dari mata pelajaran Sosiologi,
penulis berupaya menyusun makalah ini, yang bersumber dari beberapa buku bacaan yang penulis
dapatkan dari perpustakaan sekolah. Besar harapan penulis, makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca khususnya bagi penulis sendiri.

Penulis menyadari bahwasannya makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, dari
pembahasan sampai dari ejaan bahasanya. Oleh karena itu penulis mengaharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun, guna terciptanya suatu koreksi yang baik untuk dapat di jadikan acuan di
kemudian hari.

Penulis
VIVIE ALFIAH

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………….. i

Daftar Isi …………………………………………………………... ii


BAB I Pendahuluan ………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………… 1

1.2 Identifikasi Masalah …………………………………….. 1

1.3 Pembatasan Masalah …………………………………….. 1

1.4 Perumusan Masalah ……………………………………… 1

1.5 Kegunaan Penelitian ……………………………………… 2

1.6 Tujuan Penulisan ………………………………………… 2

BAB II Pembahasan ……………………………………………… 3

2.1 Definisi Konflik ………………………………………… 3

2.2 Bentuk-bentuk Konflik ………………………………… 4

2.3 Penyebab Terjadinya Konflik …………………………… 5

2.4 Dampak-dampak Konflik ……………………………… 7

2.5 Contoh Konflik Sosial di Indonesia ……………………… 8

2.6 Cara Mengatasi Konflik ………………………………… 10

BAB III Penutup …………………………………………………… 13

3.1 Kesimpulan ……………………………………………… 13

3.2 Saran …………………………………………………… 13

Daftar Pustaka …………………………………………………14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia yang memiliki keragaman etnis, budaya, dan latar belakang, sangat
berpontrensi untuk terlibat konflik. Oleh sebab itu, dibutuhkan kesadaran dan kemampuan
untuk dapat mengelola konflik menjadi suatu yang positif, yaitu dengan cara
mengendalikan dan menjaga intergrasi sosial yang harmonis. Namun demikian, kadangkala
pertentangan-pertentangan tidak bisa dihindari. Pertentangan yang timbul dari
perbedaan-perbedaan tersebut bisa mendatangkan konflik. Pertentangan ini bisa saja
disebabkan oleh perbedaan tata cara, adat istiadat, suku bangsa, dan bahkan agama yang
seharusnya tidak perlu dibesar-besarkan. Padahal, apabila dikelola dan ditangai dengan
baik, bisa mendatangkan kemanfaatan bai masyarakat.

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam hal ini dapat disimpulkan beberapa kemungkinan terjadinya sebuah konflik,
yang terjadi pada beberapa aspek kehidupan bermasyarakat.

1. Perbedaan individu

2. Perbedaan latar belakang kebudayaan

3. Perbedaan kepentingan

4. Perubahan nilai-nilai yang cepat

5. Serta kurangnya komunikasi yang baik, yang terjadi antar perbedaan yang ada.

1.3 Pembatasan Masalah

Karena cangkupan dari suatu konflik begitu luas, meliputi definisi konflik, macam-
macam pendapat tentang konflik menurut para ahli, macam-macam jenis konflik yang
terjadi, serta beberapa upaya penanganan konflik yang ada.

1.4 Perumusan Masalah

Atas dasar penentuan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka saya dapat
mengambil perumusan masalah sebagai berikut:

”Apa itu konflik?. Apa penyebab terjadinya suatu konflik, serta bagaimana pengananan
dan pengelolaan konflik agar dapat terselesaikan dengan baik dan dapat menjadi manfaat
pada masyarakat yang ada di dalamnya”.

1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan pembahasan ini adalah sebagai informasi bagi pembaca serta penulis sendiri,
untuk dapat memahami apa itu konflik, penyebab terjadinya suatu konflik, serta
bagaimana cara menyelesaikan suatu konflik yang mungkin terjadi pada kehidupan sehari-
hari.

1.6 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah yang berjudul “Konflik”, adalah sebagai pemenuhan tugas
dari mata pelajaran Sosiologi. Diharapkan makalah ini dapat diterima oleh Guru
Pembimbing sebagi suatu pemenuhan tugas.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Konflik

Pengertian konflik yang paling sederhana adalah “saling memukul” atau dalam
bahasa latin disebut juga “Configere”. Sedangkan Istilah konflik menurut kamus besar
Bahasa Indonesia (KBBI) berarti percekcokan, perselisihan, pertentangan yang terjadi pada
dua kubu atau lebih. Ada pula pengertian lain mengenai konflik, yaitu salah satu bagian
dalam interaksi sosial yang berbentuk disosiatif.

Beberapa ahli memberikan definisitentang konflik dari sidit pandang masing-


masing. Berikut ini adalah pendapat mereka tentang pengertian konflik.
a. Berstein (1965)

Menurut Berstein, konflik merupakan suatu pertentangan atau perbedaan yang tidak dapat
dicegah. Konflik ini mempunyai potensi yang memberikan pengaruh positif dan negative
dalam interaksi manusia.

b. Robert M.Z Lawang

Menurut lawang, konflik adalah perjuangan memperoleh status, nilai, kekuasaan, dimana
tujuan mereka yang berkonflik hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk
menundukan saingannya.

c. Ariono Suyono

Menurut Ariono Suyono, konflik adalah proses atau keadaan di mana dua pihak berusaha
menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing disebabkan adanya perbedaan pendapat,
nilai-nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.

d. James W. Vander Zanden

Menurut Zanden dalam bukunyaSociology, konflik diartikan sebagai suatu pertentangan


mengenai nilai atau tuntutan hak atas kekayaan, kekuasaan, status atau wilayah tempat
yang saling berhadapan, bertujuan untuk menetralkan, merugikan ataupun menyisihkan
lawan mereka.

e. Soerjono Soekanto

Menurut Soerjono Soekanto, konflik merupakan suatu proses sosial di mana orang per
orang atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan disertai ancaman atau kekerasan.

2.2 Bentuk-bentuk Konflik

Konflik dalam masyarakat dibedakan menjadi macam-macam bentuk konflik.


Diantaranya:

a. Konflik Pribadi/ Individu

Konflik ini terjadi antara orang per orang. Masalah yang melandasi konflik pribadi/
individu ini adalah masalah pribadi. Konflik ini bisa terjadi jika sejak awal dinatara mereka
sudah tidak ada rasa simpati dan tidak saling menyukai. Namun bisa juga terjadi pada
orang yang sudah lama saling kenal dan menjalin hubungan baik. Dalam perjalanan
persahabatan itu terjadi konflik yang tidak bisa disatukan.

b. Konflik Rasial

Konflik Rasial adalah pertentangan kelompok ras yang berbeda karena kepentingan dan
kebudayaan yang saling bertabrakan. Konflik Rasial umumnya terjadi karena salah satu ras
merasa sebagai golongan yang paling unggul dan paling sempurna di antara ras lainnya.
c. Konflik Politik

Masalah politik sering mengakibatkan terjadinya konflik diantara masyarakat. Konflik


politik merupakan konflik yang menyangkut golongan-golongan dalam masyarakat maupun
dinatara negara-negara yang berdaulat.

d. Konflik Antar Kelas Sosial

Konflik antarkelas social merupakan pertentangan antara dua kelas social. Konflik itu
terjadi umumnya dipicu oleh perbedaan kepentingan antara kedua golongan tersebut.

e. Konflik Internasional

Konflik internasional, yaitu pertentangan yang melibatkan beberapa kelompok Negara


(blok), karena perbedaan kepentingan. Banyak kasus terjadinya konflik internasional
sebenarnya bermula dari konflik dua Negara karena masalah politik dan ekonomi. Konflik
berkembang menjadi konflik internasional karena masing-masing pihak mencari kawan
atau sekutu yangmemiliki kesamaan visi atau tujuan terhadap masalah yang
dipertentangkan.

f. Konflik Antar Kelompok

Konflik antarkelompok terjadi karena persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian


hidup yang sama atau karena pemaksaan unsure-unsur budaya asing. Selain itu, karena ada
pemaksaan agama, dominasi politik, atau adanya konflik tradisional yang terpendam.

g. Konflik Antar Generasi

Konflik antar generasi adalah konflik yang terjadi karena adanya mobilitas social yang
menyebabkan pergeseran hubungan antara generasi satu dengan generasi lain. Dengan
demikian, terjadilah suatu permasalahan, yang satu ingin mempertahankan nilai yang
sama, sedangkan yang lain ingin mengubahnya.

h. Konflik Antar Penganut Agama

Dengan dijiwai toleransi dan saling menghormati, kehidupan beragama di Indonesia dapat
dikatakan rukun. Meskipun demikian, dalam hubungan antar penganut agama, mungkin
saja timbul kesalahpahaman karena sikap prasangka negatife dari penganut agama yang
satu terhadap yang lain.

2.3 Penyebab Terjadinya Konflik


Interaksi social yang bersifat disosiasif mengarah kepada bentuk-bentuk
pertentangan atau konflik, yang berwujud persaingan (Competition) dan kekerasan.
Konflik atau pertentangan adalah suatu proses yang terjadi apabila individu atau kelompok
berusaha mencapai tujuan dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau
kekerasan.

Jenis konflik cukup banyak, mulai dari perang terbuka, revolusi, pemogokan
buruh, kerusuhan rasial, sampai dengan perkelahian antar individu. Pada umumnya, para
sosiolog berpendapat bahwa sumber konflik social adalah hubungan-hubungan social,
politik dan ekonomi. Mereka jarang menyoroti sifat dasar biologis manusia sebagai
penyebabnya. Kebanyak teoritisi konflik berpendapat bahwa konflik bersumber dari
perebutan atas suatu hal yang terbatas, namun ada pula yang melihatnya sebagai
ketimpangan. Banyak konflik yang diakibatkan oleh perbedaan tujuan ataupun nilai-nilai.

Selain hal-hal diatas, ada beberapa faktor lain yang dapat memicu terjadinya
konflik, antara lain sebagai berikut:

a. Perbedaan Individu

Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat
menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan social, seseorang
tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.

b. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan

Dalam lingkup yang lebih luas, masing-masing kelompok kebudayaan memiliki nilai-nilai
dan norma-norma sosial yang berbeda-beda ukurannya sesuai dengan kebutuhan
masyarakat setempat. Perbedaan-perbedaan inila yang dapat mendatangkan konflik sosial,
sebab kriteria tentang baik-buruk, sopan-tidak sopan, pantas-tidak pantas, atau bahkan
berguna atau tidak bergunanya sesuatu, baik itu benda fisik ataupun nonfisik, berbeda-
beda menurut pola pemikiran masing-masingyang didasarkan pada latar belakang
kebudayaan masing-masing.

c.

Perbedaan Kepentingan

Manusia memiliki perasaan, pendirian, maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda-
beda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok
memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang
sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.

Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi,
sosial, dan budaya. Begitu pula dapat etrjadi antar kelompok atau antara kelopok dengan
individu.

d. Perubahan-perubahan Nilai yang Cepat


Perubahan adalah susuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, akan menyebabkan konflik sosial. Misalnya
pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan
memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang
biasanya bercocok tanam, berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai
kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan
menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan structural
yang disusun dalam organisasi formal perusahaan.

Perubahan-perubahan ini, jika terjadi secara cepat dan mendadak, akan membuat
kegoncangan dalam prose-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya
penolakan terhadap semua bentuk perubahan tadi karena dianggap dapat mengacaukan
tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.

2.4 Dampak-dampak Konflik

Suatu konflik tidak selalu mendatangkan hak yang buruk, tetapi kadang-kadang mendatangkan
sesuatu yang positif. Segi positif suatukonflik adalah sebagai berikut:

a. Memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelasatau masih belum tuntas ditelaah.

b. Memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma dan nilai serta hubungan sosial dalam
kelompok bersangkutan sesuai dengan kebutuhan individu atau kelompok.

c. Jalan mengurangi ketergantungan antarindividu dan kelompok.

d. Dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru.

e. Dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam
masyarakat.

Hasil dari suatu konflik sosial adalah sbagai berikut:

a. Meningkatkan solidaritas sesame anggota kelompok (in-group solidarity) yang sedang mengalami
konflik dengan kelompok lain.

b. Keretakan hubungan antarindividu atau kelompok.

c. Perubahan kepribadian antarindividu

d. Kerusakan harta benda dan bahkan kehilangan nyawa manusia.

e. Akomodasi, dominasi, bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam pertikaian.
2.5 Contoh Konflik Sosial di Indonesia Tahun 1995-2000

No. Peristiwa Waktu Sebab-sebab Jumlah Korban

4 orang meninggal

16 luka-luka
Ketersinggungan
Kerusuhan
1. 20 Maret 1996 etnis, agama, dan 11 rumah hancur
Abepura
hubungan rasial

Kaca-kaca took dan

perkantoran hancur

orang meninggal
Kerusuhan
2. 24 April 1996 Ekonomi
Makasar 1 mobil hancur

5 orang meninggal

23 orang hilang

149 luka-luka
Insiden 27 Juli di
3. Jalan Diponogoro 27 Juli 1996 Politik 56 bangunan dibakar
Jakarta

197 sepeda motor dibakar

Perkiraan total kerugian 100

miliar rupiah

4. Peristiwa, 10 Oktober Persoalan 5 orang meninggal


Situbondo, Jawa 1996 ketersinggungan
Timur etnis, agama, dan
23 gereja dirusak/dibakar
hubungan rasial
habis
2 bangunan dibakar habis
1 sekolah dibakar habis

Pengadilan dibakar habis

1 restoran dibakar

1 mini market dibakar habis

4 mobil dibakar

3 oarng meninggal

89 toko dijarah

43 toko dibakar habis

Persoalan 60 mobil dibakar habis


Kerusuhan 26 Desember ketersinggungan
5.
Tasikmalaya 1996 etnis, agama, dan
12 gereja dibakar/rusak
hubungan rasial

6 bank swasta

dibakar/dirusak
3.340 karyawan kehilangan

pekerjaan

1.720 orang meninggal

Persoalan ± 14.000 penduduk


29 Desember
Kerusuhan ketersinggungan
6. 1996 – 2
Sanggau Ledo etnis, agama, dan dievakuasi
Januari 1997
hubungan rasial
Ratusan rumah

dirusak/dibakar

7. Kerusuhan 23 Mei 1997 Politik 133 orang meninggal


Banjarmasin
80 orang luka-luka
130 rumah dibakar habis

10 kantor/hotel dibakar

habis
21 mobil dibakar

12 mobil dirusak

60 sepeda motor dibakar

4 sepeda motor dirusak

3 supermarket dibakar

habis
1 mall dibakar habis

13-15 Mei 4 orang meninggal


8. Tragedi Trisakti Politik
1998

100 orang luka-luka

Persoalan
25-28
ketersinggungan 3 sepeda motor dibakar
9. Kerusuhan Poso Desember
etnis, agama, dan
1998
hubungan rasial
10 rumah rusak

4.000 orang meninggal

2.242 rumah dan rumah


Persoalan
19-25 Maret
Kerusuhan Ambon ketersinggungan
10. 1999 - Juli ibadah rusak dan dibakar
II etnis, agama, dan
2000
hubungan rasial 5.556 keluarga (terdiri atas

22.500 jiwa) menjadi


pengungsi
2.6 Cara Mengatasi Konflik

Usaha manusia untuk meredakan pertikaian atau konflik dalam mencapai


kestabilan dinamakan “akomodasi”. Pihak-pihak yang berkonflik kemudian saling
menyesuaikan diri pada keadaan tersebut dengan cara bekerja sama. Bentuk-bentuk
akomodasi :

A. Gencatan senjata, yaitu penangguhanpermusuhan untuk jangka waktu tertentu, guna


melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya : untuk
melakukan perawatan bagi yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau mengadakan
perundingan perdamaian, merayakan hari suci keagamaan, dan lain-lain.

B. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang
memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti
ini terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan
dan informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk
pengadilan.

C. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan
yang mengikat. Contoh : PBBmembantu menyelesaikan perselisihan
antara Indonesia dengan Belanda.

D. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih


sehingga tercapai persetujuan bersama. Misalnya : Panitiatetap penyelesaikan perburuhan
yang dibentuk Departemeapai kestabilan n Tenaga Kerja. Bertugas menyelesaikan
persoalan upah, jam kerja, kesejahteraan buruh, hari-hari libur, dan lain-lain.

E. Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan
yang seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi
karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai
contoh : adu senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang dingin.

F. Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.

Adapun cara-cara yang lain untuk memecahkan konflik adalah :

A. Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik, yang
diungkapkan dengan ucapan antara lain : kami mengalah, kami keluar, dan sebagainya.

B. Subjugation atau domination, yaitu orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar
untuk dapat memaksa orang atau pihak lain menaatinya. Sudah barang tentu cara ini
bukan suatu cara pemecahan yang memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat.
C. Majority rule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil
keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi.

D. Minority consent, yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima dengan senang hati
oleh kelompok minoritas. Kelompok minoritas sama sekali tidak merasa dikalahkan dan
sepakat untuk melakukan kerja sama dengan kelompok mayoritas.

E. Kompromi, yaitu jalan tengah yang dicapai oleh pihak-pihak yang terlibat di
dalam konflik.

F. Integrasi, yaitu mendiskusikan, menelaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-


pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konflik merupakan salah satu bagian dalam interaksi sosial yang berbentuk
disosiatif. Dari beberapa pendapat para ahli, konflik dapat digaris bawahi sebagai suatu
tindakan pertentangan, penolakan dan perbedaan yang tidak dapat dicegah.

Beberapa faktor dianggap sangat berpengaruh akan terjadinya suatu konflik, baik
konflik secara individual, rasial, politik, antarkelas sosial, Internasional, antarkelompok,
antar generasi, hingga antar penganut agama, penyebabnya diantara lain,

a. Perbedaan Individu

b. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan

c. Perbedaan Kepentingan

d. Perubahan-perubahan Nilai yang Cepat

Konflik selalu melahirkan dampak kepada pihak-pihak yang menjadi pelaku konflik itu
sendiri. Selain dampak negatif seperti korban jiwa, kerusakan, hingga kehilangan tempat
tinggal, konflik juga dapat mendatangkan dampak positifnya diantaranya, memperjelas
aspek-aspek kehidupan, memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma dan nilai-nilai,
hingga berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan
dalam masyarakat.

3.2 Saran

Diharapkan sebagai generasi penerus yang memiliki wawasan pendidikan yang jauh
lebih baik, akan memudahkan para penerus bangsa dalam menghadapi suatu konflik dan
memecahkannya dengan cara yang lebih baik dan bijaksana sesuai dengan porsi dari
konflik itu sendiri.

Daftar Pustaka
-·Budiyono. 2009. Sosiologi 2 Untuk SMA/ MA Kelas XI. Jakarta. Pusat Perbukuan, Departemen
Nasional

-·Muin, Idianto. 2007. Sosiologi SMA/ MA Jilid 2 Untuk Kelas XI. Jakarta. Penerbit Erlangga

-Sulasmono, Suteng, Bambang. 2007. Sosiologi SMA Jilid 2 Untuk Kelas XI. Jakarta. PT Phibeta
Aneka Gama

-Syatra, Khafi, Abdul. 2010. Buku Pintar Sosiologi Untuk SMA dan Sederajat. Yogyakarta.
Penerbit Garailmu.

http://id.wikipedia.org/wiki/Penyelesaian_konflik

Skip to main content

 LOG IN

 SIGN UP

MAKALAH PENDEKATAN KONFLIK DALAM SISTEM SOSIAL


AUTHORS

L. Suliyatiningrum + 4

MAKALAHPENDEKATAN KONFLIK DALAM SISTEM SOSIAL


Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem SosialProgram Studi : PGSDSe
mester : 6Disusun Oleh:
Chrysna Raeny 158610006Dara Rosalina 158610040Eni Nuraeni 158610009Leni Sri
Wahyuni 158610390Lily Suliyatiningrum 178610041SEKOLAH TINGGI KEGURUAN D
AN ILMU PENDIDIKAN(STKIP) ARRAHMANIYAH DEPOKJl. Mesjid Al-Ittihad No. 35 Kel. Boj
ong Pondok TerongCipayung – Kota Depok 164312018
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-
Nyakepada Kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PENDEKATANKONFLIK DALAM SISTEM SOSIAL”
ini tepat pada waktunya.Serta tidak lupa kami haturkan rasa hormat dan ucapka
n terima kasih banyakkepada Bapak Taufik Lubis, M.Pd., selaku Dosen Mata Kulia
h Sistem Sosial di STKIPArrahmaniyah.Kami menyadari bahwa dalam proses penu
lisan makalah ini masih jauh dari katasempurna baik secara materi maupun penu
lisannya, mengingat akan kemampuan yangdimiliki oleh tim penulis. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak sangatdiperlukan tim penulis untuk penye
mpurnaan makalah.Tim Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.Depok, April 2018Penulisi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
...................................................................................... i
DAFTAR ISI
..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 11.2 Rum
usan Masalah ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Konflik .......................................................................... 32.2 Peng
ertian Pendekatan Konflik ........................................................ 52.3. Pendekatan K
onflik dalam Sistem Sosial ....................................... 72.4. Faktor Penyebab Konfli
k ................................................................ 122.5. Tahapan Terjadi Konflik .............
.................................................... 132.6. Dampak Konflik .......................................
....................................... 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 17
Daftar Pustaka
............................................................................................... 18ii
BAB IPENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Konflik merupakan kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebihmenganggap a
da perbedaan yang tidak selaras, tidak cukup sumber dan tindakansalah satu pih
ak menghalangi, atau mencampuri atau dalam beberapa hal membuattujuan pih
ak lain kurang berhasil. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernahmengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya.Konflik hany
a akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.Konflik dilatar
belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatuinteraksi.Per
bedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,kepandaian
, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Oleh karenaitu dip
erlukanya pendekatan Konflik dalam sistem sosial agar konflik itu sendiridapat te
rselesaikan.1

GET PDF

 Find new research papers in:

 Physics

 Chemistry

 Biology

 Health Sciences

 Ecology

 Earth Sciences

 Cognitive Science

 Mathematics

 Computer Science
Pemetaan Konflik Sosial
Amr Abdalla, seorang sosiolog dari United Nations University for Peace, mengembangkan
model pemetaan konflik yang disebut SIPABIO (2002), yaitu sebagai berikut:

a. Source (Sumber Konflik)


Konflik disebabkan oleh sumber-sumber yang berbeda sehingga melahirkan tipe-tipe konflik
yang berbeda pula. Sumber konflik tersebut bisa muncul dari hubungan sosial, nilai-nilai
seperti identitas dan agama, ataupun dominasi struktural. Dengan mengenali sumber
konflik, akan lebih mudah untuk merumuskan langkahlangkah penyelesaiannya.
b. Issues (Isu-Isu)
Isu menunjuk pada saling keterkaitan tujuan-tujuan yang tidak sejalan di antara pihak
bertikai. Isu ini dikembangkan oleh semua pihak bertikai dan pihak lain yang tidak
teridentifikasi tentang sumber-sumber konflik.
c. Parties (Pihak)
Pihak berkonflik adalah kelompok yang berpartisipasi dalam konflik, baik pihak konflik utama
yang langsung berhubungan dengan kepentingan, pihak sekunder yang tidak secara
langsung terkait dengan kepentingan, dan pihak tersier yang tidak berhubungan dengan
kepentingan konflik. Pihak tersier ini yang sering dijadikan sebagai pihak netral untuk
mengintervensi konflik.
d. Attitudes/Feelings (Sikap)
Sikap adalah perasaan dan persepsi yang memengaruhi pola perilaku konflik. Sikap bisa
muncul dalam bentuk yang positif maupun negatif bagi konflik.
e. Behaviour (Perilaku/Tindakan)
Perilaku adalah aspek tindak sosial dari pihak berkonflik, baik muncul dalam tindakan tanpa
kekerasan (non-coercive action) maupun penggunaan kekerasan (coercive action).
f. Intervention (Campur Tangan Pihak Lain)
Intervensi adalah tindakan sosial dari pihak netral yang ditujukan untuk membantu pihak-
pihak yang terlibat dalam konflik agar dapat segera menemukan penyelesaian terbaik.
g. Outcome (Hasil Akhir)
Outcome adalah dampak dari berbagai tindakan pihak-pihak berkonflik dalam bentuk situasi.
Pemetaan Konflik

Pemetaan konflik merupakan salah satu teknik dari sederetan teknik dan alat,
sebagaimana telah disebutkan dalam pendahuluan, yang sangat membantu dalam
menganalisa dan memecahkan konflik. Perlu diketahui bahwa masing-masing alat analisis
itu memiliki ketepatan angle bidikan yang berbeda antara satu dengan yang lain dalam
menerangkan atau memotet suatu konflik. Melalui pemetaan konflik maka dapat diketahui
secara lebih mudah dan akurat hal-hal sebagai berikut :
1. Identitas para pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam konflik
2. Jenis relasi para pihak yang terlibat dalam konflik
3. Berbagai kepentingan yang terlibat dalam konflik
4. Berbagai isu yang terlibat dalam konflik
5. Pihak yang dapat didorong dalam melakukan resolusi konflik

Pemetaan adalah suatu teknik yang dipakai untuk merepresentasikan konflik dalam bentuk
gambar (grafis) dengan menempatkan para pihak yang terlibat dalam konflik baik dalam
hubungannya dengan masalah maupun antar para pihak sendiri. Ketika orang dengan titik
pandang yang berbeda memetakan situasi mereka bersama-sama, mereka belajar tentang
pengalaman dan persepsi orang lain. Melalui teknik ini, konflik yang sudah dinarasikan
tetapi masih sangat abstrak gambarannya dapat dengan mudah untuk diketahui dan
dibaca. Teknik ini merupakan peminjaman dari teknik dalam membaca serta memahami
suatu wilayah yang sangat luas dan kompleks dengan melalui gambar peta wilayah.

Adapun pemetaan konflik itu memiliki beberapa tujuan. Pertama, yaitu untuk memahami
situasi konflik secara lebih baik. Dengan menghadirkan hal-hal yang terkait dengan konflik
-seperti para pihak yang terlibat dalam konflik (baik pihak utama maupun pihak di lingkar
berikutnya (termasuk pihak ketiga yang berusaha menangani konflik), bagaimana relasi
antara para pihak tersebut, apa yang menjadi issu yang dikonflikkan, mana atau siapa dari
para pihak itu yang memiliki potensi lebih besar untuk menyelesaikan konflik, dll.- dalam
bentuk simbol misalnya garis lurus, garis lurus tebal, garis bergelombang, tanda panah,
gambar empat persegi panjang, atau simbol lainnya maka gambaran dan pemahaman
tentang konflik akan mudah ditangkap.

Kedua, yaitu untuk melihat dengan lebih jelas hubungan antara para pihak yang terlibat
atau terkait, baik langsung maupun tidak langsung dalam konflik, bahkan di mana posisi
kita (pihak ketiga) yang berusaha untuk melakukan mediasi berada, dll. Karena keadaan
dan sifat hubungan antara para pihak yang terlibat dalam konflik itu beragam, maka
pembacaan terhadap hubungan tersebut melalui visualisasi simbol akan mudah ditangkap
dan diingat dibandingkan bila hanya diterangkan secara naratif. Di samping itu, sejalan
dengan sifat konflik yang selalu bergerak atau berubah (dynamic and changing), maka peta
hubungan yang direpresentasikan dalam simbol tertentu (sesuai dengan keterangan
tentang seluruh simbol yang dipakai dalam peta konflik yang dibuat) akan dengan mudah
diganti atau disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan aktual yang terjadi pada
konflik. Bagaimana perkembangan dan perubahan konflik yang terjadi di lapangan dapat
diikuti dengan mudah oleh pihak ketiga yang menangani konflik. Dengan demikian kondisi
terkini (up to date) dari konflik selalu berada dalam pengamatannnya.

Ketiga, yaitu untuk mengklarifikasi dimana kekuatan (utama) itu terletak. Maksudnya,
dengan terpetakannya para pihak dan hubungan antara mereka dalam peta konflik, maka
secara mudah pula diketahui kekuatan masing-masing pihak di dalam mempengaruhi (baik
positif maupun negatif) terhadap keadaan dan perkembangan konflik.

Keempat, yaitu untuk mengecek sendiri keseimbangan aktifitas atau kontak seseorang.
Melalui peta konflik yang menghadirkan juga bagaimana hubungan antara para pihak yang
terlibat dalam konflik, maka frekuensi dan intensitas komunikasi dan aktivitas antar para
pihak (termasuk pihak ketiga yang menangani konflik) dapat dipantau. Hal ini akan
membantu juga bagi pihak ketiga untuk menemukan celah dan jalur yang dapat dilalui dan
digunakan secara tepat untuk memaksimalkan usaha pengambilan tindakan dalam
penangan konflik dari sudut lalu lintas hubungan antar para pihak yang berkonflik
tersebut.

Kelima, yaitu untuk melihat dimana sekutu atau aliansi atau sekutu potensial berada.
Tergambarkannya bagaimana sifat dan keadaan hubungan antar para pihak yang terlibat
dalam konflik, secara otomatis akan mempermudah pemetakan para pihak dalam
kelompok-kelompok atau kategori-kategori tertentu, misalnya mana sekutu dan mana
lawan dari para pihak yang terlibat dalam konflik. Penemuan mana sekutu dan mana
”lawan” dalam konteks ini, akan memudahkan kerja praktisi yang yang menangani
konflik untuk ”memanfaatkan” mereka dalam penanganan konflik sesuai dengan
kedudukan dan potensinya masing-masing dalam hubungan antar mereka.

Keenam, yaitu untuk mengidentifikasi pembukaan untuk intervensi atau pengambilan


tindakan. Kapan waktu untuk melakukan intervensi dan darimana intervensi itu dilakukan
juga akan dapat diketahui dengan lebih simple melaui peta konflik ini. Sebagaimana yang
dipraktekkan dalam dunia militer, penentuan strategi dan serangan terhadap posisi musuh
berikut dengan segala antisipasi akan respon musuh dapat dirancang dengan mudah
melalui visualisasi dalam gambar peta.

Terakhir, yaitu untuk mengevaluasi apa yang telah dilakukan. Segala hal yang telah
dilakukan oleh pihak yang menangani konflik menyangkut konflik yang ditanganinya juga
akan terpantau lewat simbol yang diberikan dalam peta konflik. Dengan demikian
evaluasinya juga dapat dilakukan dengan tepat.

Sedangkan kapan waktu yang tepat untuk menggunakan mapping conflict ini ada dua
kemungkinan. Pertama, ia dapat digunakan pada awal proses bebarengan dengan alat-alat
analisis konflik lainnya. Di sini, pemetaan konflik dan alat-alat analisis lainnya akan
berfungsi secara kombinatif. Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya, bahwa masing-
masing alat analisis tersebut memiliki angle tertentu untuk menangkap realitas konflik
yang tidak dimiliki oleh alat lainnya. Perpaduan dari beberapa alat analisis termasuk
mapping conflict akan membantu memberikan analisis yang lebih memadai terhadap
konflik yang dianalisis.

Kedua, mapping conflict dapat digunakan pula pada waktu kemudian, yakni untuk
mengidentifikasi entry point yang mungkin untuk suatu tindakan atau untuk membantu
proses pembangunan strategi (strategy building).

Bagaimana cara membuat peta situasi konflik? Untuk membuat peta konflik yang baik,
maka ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu:

Tentukan apa konflik yang mau dipetakan, kapan dan dari sudut pandang apa. Pilihlah
momen khusus dalam suatu situasi khusus. Jika seseorang hendak memetakan seluruh
konflik politik regional secara detail, hasilnya mungkin sangat menyita waktu, sangat luas
dan sangat kompleks sehingga peta konflik itu tidak banyak bermanfaat. Sering lebih
bermanfaat untuk membuat beberapa peta mengenai situasi yang sama dari berbagai titik
pandang dan bagaimana berbagai pihak yang terlibat dalam konflik mempersepsinya.
Ringkasnya, lakukanlah pemetaan terhadap sudut pandang, momen dari konflik yang
memang feasible.

Jangan lupa menempatkan diri anda dan lembaga atau organisasi dimana anda berkiprah
dalam penanganan konflik dalam peta konflik yang anda buat. Tujuannya yaitu untuk
mengingatkan bahwa anda dan organisasi anda adalah bagian dari situasi, bukan di
atasnya.

Pemetaan itu bersifat dinamis. Ini merefleksikan titik tertentu mengenai mengenai situasi
yang berubah dan titik menuju aksi. Tawarkan kemungkinan-kemungkinan baru, apa yang
bisa dilakukan? Siapa yang piawai melakukannya? Kapan waktu yang tepat untuk
melakukannya? Apa yang harus dipersiapkan sebelumnya? Struktur seperti apa yang perlu
dikembangkan ke depan?

Penting juga dipertanyakan, apa yang menjadi objek konflik dari para pihak?

Dalam prakteknya, pembuatan peta konflik hendaknya mengikutsetakan dan menghadirkan


di dalamnya (1) peta gambar (geographical maps) yang menunjukkan wilayah-wilayah dan
pihak-pihak yang terlibat dalam konflik; (2) gambar masalah yang diperselisihkan (mapping
of issue); (3) mapping kekuatan (mapping of power alignment) yang menggambarkan peta
kekuatan para pihak.; (4) mapping kebutuhan dan ketakutan (mapping of needs and
fears), yaitu menggambarkan apa yang diinginkan dan dihindari oleh para pihak. (Fisher
and Co., 2000:23).

Definisi Konflik Sosial

Konflik berasal dari bahasa Latin yaitu conflitus (saling berbenturan, bertentangan,
berlawanan, ketidaksesuaian). Menururt M.Z. Lawang, konflik adalah perjuangan
untuk memperoleh nilai, status, dan kekuasaan ketika tujuan pihak-pihak yang
berkonflik tidak hanya mendapatkan keuntungan, tapi juga untuk menundukkan
saingannya. Selain itu, menurut Soerjono Soekanto konflik yaitu suatu proses sosial
orang per orang atau kelompok manusia yang berusaha memenuhi tujuannya
dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau
kekerasan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa konflik merupakan suatu
bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, paham, dan kepentingan
diantara dua pihak atau lebih, dimana pertentangan tersebut dapat berbentuk fisik
dan nonfisik.
Kriteria Konflik Sosial

Kriteria konflik menurut Marck, Syinder, dan Gurr yaitu :


 Melibatkan dua pihak atau lebih.

 Pihak-pihak tersebut saling tarik-menarik dalam aksi-aksi saling memusuhi.

 Cendering menjalankan perilaku koersif.

 Dapat dideskripsikan dengan mudah oleh para pengamat sosial yang tidak terlibat dalam
pertentangan.

Sebab Konflik Sosial

Suatu konflik sudah tentu tidak muncul begitu saja. Banyak faktor-faktor yang
memengaruhi terjadinya konflik sosial. Apa saja faktor penyebab konflik sosial? Ini
dia :
 Adanya perbedaan kepentingan dan tujuan dari kedua belah pihak yang bertentangan.
 Perbedaan latarbelakang kebudayaan yang berkaitan dengan individu atau kelompok.

 Perbedaan ras, yaitu segolongan manusia yang memiliki ciri fisik yang sama.

 Perbedaan individu menyangkut perasaan, pendirian, gagasan, ide yang berkaitan


dengan harga diri, kebanggaan, dan identitas diri.

 Perbedaan kepentingan antarindividu atau kelompok terutama dalam kehidupan ekonomi


dan politik.

 Perubahan sosial yang berlangsung cepat sehingga mengganggu keseimbangan sistem


nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

Bentuk Konflik Sosial

Konflik sosial sendiri terdiri dari beberapa bentuk, berikut ini penjelasan lebih lanjut
mengenai bentuk-bentuk konflik sosial dan contohnya dalam masyarakat.
Bentuk Konflik Sosial Secara Umum

Secara umum, bentuk konflik sosial terdiri dari tujuh bentuk, yaitu :
1. Konflik Pribadi

Konflik ini terjadi dikarenakan ada dua individu yang mana sedang mengalami
sebuah masalah pribadi dan saling tidak ingin menyadari kesalahan masing-masing.
Dalam konflik pribadi, biasanya masing-masing individu akan berusaha untuk
mengalahkan lawannya. Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah perselisihan
paham, tawuran pelajar, dan lainnya.
2. Konflik Antar Kelas

Konflik yang terjadi antar kelompok ataupun individu yang memiliki masalah dengan
individu lainnya yang berada di kelompok (kelas) lainnya. Yang dimaksud kelas disini
dapat diartikan sebagai kedudukan seseorang ataupun kelompok di dalam
lingkungan masyarakat secara vertikal (kelas atas atau kelas bawah). Contoh yang
sering terjadi misalnya saja ketika buruh mengadakan unjuk rasa kepada pimpinan
perusahaan untuk bisa menaikkan gaji. Yang mana buruh disini dapat diartikan kelas
bawah sedangkan pimpinan perusahaan merupakan kelas atas.
3. Konflik Politik

Konflik sosial yang terjadi pada dua kelompok atau individu yang satu sama lainnya
memiliki perbedaan serta pandangan berbeda mengenai prinsip dari masalah
ketatanegaraan yang akhirnya berdampak pada perselisihan pandangan. Konflik
politik ini bisa mengaitkan beberapa golongan-golongan tertentu dalam masyarakat
hingga negara. Contoh konflik politik misalnya terjadi perselisihan antara partai
politik dengan partai politik lainnya saat merumuskan undang-undang.
4. Konflik Rasial

Konflik rasial merupakan konflik yang terjadi diantara kelompok ras yang berbeda
dikarenakan adanya kepentingan serta kebudayaan yang bertabrakan satu sama
lainnya.. Konflik ini biasanya terjadi karena salah satu ras yang merasa lebih unggul
dibandingkan dengan ras lainnya. Salah satu contoh yang cukup populer dari konflik
rasial ini adalah yang terjadi di Afrika Selatan, yaitu Politik Apartheid. Konflik ini
terjadi pada ras kulit putih yang merupakan penguasan dengan ras kulit hitam yang
menjadi golongan mayoritas yang ingin dikuasai.
5. Konflik Internasional

Konflik internasional merupakan konflik yang terjadi dengan melibatkan beberapa


kelompok negara dikarenakan adanya perbedaan kepentingan di dalamnya. Banyak
sekali kasus konflik internasional yang terjadi berawal dari konflik dua negara yang
mana dikarenakan adanya masalah ekonomi dan politik. Lambat laun, konflik yang
terjadi diantara kedua negara ini berkembang dan menjadi konflik internasional. Hal
ini terjadi karena masing-masing negara mencari kawan sekutu yang memiliki visi
serta tujuan yang sama mengenai masalah yang sedang terjadi. Contoh dari konflik
internasional misalnya saja pada Negara Indonesia dan Malaysia yang
memperebutkan perbatasan wilayah diantara kedua negara.
6. Konflik Antar Suku Bangsa

Konflik yang terjadi karena adanya perbedaan di dalam kehidupan masyarakat,


antara suku bangsa yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan yang dimaksud
adalah mulai dari abhasa daerah, adat istiadat, kesenian daerah, seni bangunan
rumah, serta tata susunan kekerabatan. Contohnya saja, adat pernikahan suku
Jawa dengan Suku Minang yang berbeda satu sama lainnya. Sehingga saat dua
orang yang berasal dari suku yang berbeda menikah, tentu saja terkadang terjadi
perdebatan mengenai adat yang akan digunakan.
7. Konflik Antar Agama

Bentuk-bentuk konflik sosial antara agama ini merupakan konflik yang terjadi pada
pemeluk agama satu sama lainnya. Contohnya saja cara berpakaian, cara
bersosialisasi, corak kesenian, penerapan hukum warisan, dan lainnya.
Bentuk Konflik Sosial Berdasar Sifat

1. Konflik Konstruktif

Konflik yang memiliki sifat fungsional yang terjadi dikarenakan adanya perbedaan
pemahaman dari individu ataupun kelompok saat menghadapi sebuah
permasalahan yang terjadi. Konflik konstruktif ini nantinya dapat menimbulkan
konsensus dari berbagai pemahaman serta mencitakan sebuah perbaikan.
Sehingga konflik ini nantinya akan memberikan nilai positif pada pengembangan
organisasi atau komunitas. Misalnya saja, di dalam sebuah organisasi atau
komunitas akan terjadi perbedaan pemahaman diantara anggota satu sama lainnya.
2. Konflik Destruktif

Konflik destruktif merupakan konflik yang terjadi karena adanya perasaan yang
kurang senang, benci, bahkan dendam dari indvidu atau kelompok kepada pihak-
pihak lainnya. Konflik destruktif menciptakan bentrokan-bentrokan fisik yang
membuat hilangnya harta benda hingga nyawa orang lain. Misalnya saja seperti
bentrok yang terjadi di Sambas, Ambon, Kupang, dan lainnya.
Bentuk Konflik Sosial Berdasar Posisi Pelaku Yang Terkait Konflik
Berdaasr dari posisi pelaku yang melakukan atau terkait dengan konflik, maka
konflik sosial dibagi menjadi 3 bentuk yaitu :
1. Konflik Vertikal

Konflik vertikal adalah konflik yang terjadi diantara komponen masyarakat yang
berada di dalam sebuah pimpinan dengan karyawan yang ada di dalam kantor.
Konflik ini terjadi karena adanya jabatan yang berbeda. Contoh nya saja karyawan
yang berdebat dengan atasan/kepala mengenai sebuah permasalah di kantor.
2. Konflik Horizontal

Konflik horizontal merupakan konflik yang terjadi diantara individu ataupun kelompok
yang memiliki kedudukan yang hampir atau bahkan sama. Contoh konflik horizontal
ini biasanya konflik yang terjadi pada anggota-anggota di dalam sebuah organisasi.
3. Konflik Diagonal

Konflik diagonal merupakan konflik yang muncul karena adanya pengalokasian


sumber daya yang tidak adil pada semua organisasi yang akhirnya menyebabkan
terjadinya pertentangan yang cukup ekstrim. Contoh konflik diagonal misalnya saja
konflik GAM yang terjadi di Nangroe Aceh Darussalam.
Bentuk Konflik Sosial Berdasar Sifat Pelaku Yang Berkaitan Dengan Konflik

Bentuk konflik sosial yang berdasar pada sifat belaku yang ikut dan berkaitan
dengan konflik dibedakan menjadi dua bentuk yaitu :
1. Konflik Terbuka

Konflik terbuka merupakan konflik yang kejadiannya diketahui oleh banyak pihak
bahkan masyarakat umum. Contoh dari konflik terbuka ini adalah konflik yang
sedang terjadi pada Negara Israel dan Palestina.
2. Konflik Tertutup

Konflik tertutup merupakan konflik yang terjadi dan hanya diketahui oleh beberapa
pihak saja, yaitu individu atau kelompok yang terlibat dalam konflik tersebut.
Contohnya saja konflik yang terjadi di dalam keluarga, tentu saja pihak lain di luar
keluarga tersebut tidak mengetahui hal tersebut.
Bentuk Konflik Sosial Berdasar Dengan Bentuk

Berdasarkan dari bentuk, konflik sosial terdiri menjadi beberapa bentuk yaitu :
1. Konflik Realistis

Merupakan konflik yang terjadi karena adanya rasa kekecewaan dari individu atau
kelompok tentang perkiraan keuntungan atau tuntutan yang ada dalam sebuah
lingkungan sosial. Contoh dari konflik realistis ini misalnya saja karyawan yang
melakukan mogok bersama karena adanya ketidaksetujuan dengan pihak
perusahaan mengenai sebuah kebijakan tertentu.
2. Konflik Nonrealistis
Merupakan konflik yang didasarkan pada sebuah kebutuhan yang digunakan untuk
meredakan ketegangan, setidaknya dari salah satu pihak yang berkaitan. Contoh
dari konflik non realistis ini adalah penggunaan jasa ilmu-ilmu gaib yang digunakan
untuk membalas dendam terhadap perilaku orang lain terhadap kita.
Bentuk Konflik Sosial Berdasar Pendapat Ralf Dahrendorf

Menurut pendapat Ralf Dahrendorf, konflik sosial terbagi menjadi 4 bentuk yaitu :
1. Konflik Peran, konflik yang terjadi di dalam sebuah peranan sosial. Konflik peran ini
merupakan kondisi dimana seseorang menghadapi berbagai harapan berbeda dengan
peranan yang dimilikinya.

2. Konflik antara kelompok sosial

3. Konflik antara kelompok yang sudah tergorganisis dengan kelompok yang tidak
terorganisi

4. Konflik antara satuan nasional, misalnya saja antara partai politik, antara negara, antar
organisasi internasional, dan lainnya.

Hasil Konflik Sosial

Ada tiga hasil konflik, yaitu :


1. Konflik Kalah-Kalah

2. Konflik Menang-Kalah

3. Konflik Menang-Menang

Pengendalian Konflik (Akomodasi)

Akomodasi merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan pertentangan, baik


dengan cara menghargai kepribadian yang berkonflik atau bisa juga dengan cara
paksaan atau tekanan. Bentuk-bentuk akomodasi antara lain sebagai berikut:
1. Koersi merupakan akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu
terhadap pihak lain yang lebih lemah.

2. Kompromi merupakan bentuk akomodasi ketika pihak-pihak yang terlibat perselisihan


saling mengurangi tuntutan agar tercapai suatu penyelesaian

3. Arbitrasi merupakan bentuk akomodasi apabila pihak-pihak yang berselsisih tidak


sanggup mencapai kompromi sendiri sehingga mengundang pihak ketiga yang berhak
memberikan keputusan.

4. Mediasimerupakan bentuk akomodasi yang hampir sama dengan arbitrasi. Namun pihak
ketiga yang diundang tidak berhak memberikan keputusan.

5. Konsiliasi merupakan bentuk akomodasi dengan mempertemukan keinginan-keinginan


dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.

6. Toleransi merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang resmi

7. Stalematemerupakan bentuk akomodasi ketika kelompok-kelompok yang terlibat


pertentangan mempunyai kekuatan seimbang, sehingga pertentangan antara keduanya
akan berhenti dengan sendirinya.
8. Ajudikasi merupakan penyelesaian masalah atau sengketa melalui jalur hukum.

Akibat Terjadinya Konflik Sosial

Suatu konflik sosial sudah pasti menimbulkan dampak bagi kehidupan masyarakat
disekitarnya, baik dampak positif maupun negatif. Berikut penjelasannya :
1. Dampak Positif

Bertambahnya solidaritas dalam kelompok sendiri, munculnya pribadi-pribadi yang


kuat atau tahan uji menghadapi berbagai situasi politik, serta munculnya kompromi
baru jika pihak yang berkonflik dalam kekuasaan seimbang.
2. Dampak Negatif

Retaknya persatuan kelompok, hancurnya harta benda dan jatuhnya korban


manusia, berubahnya sikap dan kepribadian individu yang mengarah pada hal yang
bersifat negatif, serta munculnya dominasi kelompok yang menang terhadap
kelompok yang salah.
Nah, untuk mengecek pemahaman kamu pada materi ini, yuk jawab pertanyaan
berikut ini.
1. Jelaskan sebab-sebab konflik konflik yang terjadi dalam masyarakat!

2. Bagaimana pendapatmu tentang konflik antarpribadi!

3. Sebutkan dan jelaskan beberapa contoh konflik yang terjadi di lingkunganmu!

4. Bacalah artikel berikut


ini! http://nasional.kompas.com/read/2017/09/03/18404621/konflik-politik-dan-ekonomi-
di-balik-tragedi-kemanusiaan-rohingya. Setelah membacanya, sekarang coba analisislah
penyebab, bentuk, dan akomodasi atas konflik yang terjadi!

Sumber :

Arsal, Thriwaty. 2012. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Maryati, Kun, Juju Suryawati. 2006. Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta:
ESIS.
http://blog.unnes.ac.id/rarassantikadewi/

PEMETAAN KONFLIK
Pemetaan konflik merupakan hal yang sangat penting dalam upaya penyelesaian
konflik. Ada beberapa pendapat ahli terkait pemetaan konflik seperti Fisher (2001), Miall,
Romsbotham dan Wood (2003), Coser (1957), wehr dan Bartos (2003) dan Amr Abdalla
(2002), seperti yang dikutip Susan (2009).

Menurut Fisher, pemetaan konflik memberi gambaran awal mengenai berbagai sikap,
perilaku dan situasi yang berkembang dalam dinamika konflik. Pemetaan konflik ini meliputi
pemetaan pihak berkonflik dan berbagai aspirasi dari pihak-pihak yang ada. Pemetaan
merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menggambarkan konflik secara grafis,
menghubungkan pihak-pihak dengan masalah dan dengan pihak lainnya. Ketika masyarakat
yang memiliki sudut pandang berbeda memetakan situasi mereka secara bersama, mereka
saling memperlajari pengalaman dan pandangan masing-masing.

Sementara itu, Miall, Romsbotham dan Wood memetakan konflik berdasarkan pihak-
pihak yang terkait konflik dan persoalan-persoalan terkait pula. Ada beberapa pertanyaan
yang diajukan dalam melakukan pemetaan model ini, yaitu:
a. Siapa yang menjadi inti pihak terkait ? Apa subkelompok internal mereka dan pada apa
mereka bergantung ?

b. Apa yang menjadi persoalan konflik ? Apa mungkin membedakan antar posisi, kepentingan
(kepentingan materi, nilai, hubungan), dan kebutuhan ?

c. Apa hubungan antara pihak-pihak yang terkait ? Apakah ada ketidaksimetrisan kualitatif dan
kuantitatif ?

d. Apa persepsi penyebab dan sifat konflik di antara pihak-pihak yang bertikai?

e. Apa perilaku pihak-pihak bertikai akhir-akhir ini ? (Apakah konflik dalam fase eskalasi atau
fase deeskalasi) ?

f. Siapa pemimpin pihak-pihak yang bertikai ? Pada tingakt elit atau individu ? Apa tujuan,
kebijakan, kepentingan, kekuatan, dan kelemahan relatif mereka ?

Sementara itu, Wehr dan Bartos dalam Susan (2009) juga mengemukakan teknik
pemetaan konflik sebagai berikut:

a. Specify the context. Langkah pertma, seseorang yang melakukan pemetaan konflik harus
menelusuri informa mengenai sejarah konflik dan bentuk fisik dan tata organisasi yang
berkonflik. Konflik bisa berada pada berbagai konteks seperti, politik negara, keluarga,
perusahaan, dan komunitas etnis serta agama.

b. Identify the parties. Dalam hal ini seorang pemeta konflik harus mengidentifikasi pihak-pihak
yang terkait konflik. Ada pihak utama dan pihak sekunder. Pihak utama adalah mereka yang
menggunakan tindakan koersif dan memiliki arah kepentingan dari hasil konflik. Sedangkan
pihak sekunder merupakan pihak yang memiliki kepentingan tidak langsung terhadap hasil
konflik.

c. Separates causes from consequences. Pada tahap ini, seorang pemeta konflik harus
memisahkan apa yang menjadi sebab akar konflik dan akibat-akibat sampingan dari konflik.
Contoh, sebab konflik suami-istri adalah masalah ekonomi.

d. Separate goals from interest goals. Tapah ini menghendaki agar dilakukan pemisahan tujuan
dan kepentingan konflik, misalnya pada kasus Aceh, Pemerintah Indonesia meminta agar
GAM meletakkan senjata agar tidak perlu ada kekerasan. Sementara GAM berharap agar
setelah konflik maka GAM bisa merdeka.

e. Undestand the dynamics. Dalam hal ini, harus dipahami betul tentang dinamika konflik yang
mencakup situasi-situasi sebagai bentukan dari berbagai model tindak para pihak yang
berkonflik.

f. Search for positive functions.Pada tahap ini, perlu ditemukan bentuk-bentuk perilaku yang
bisa mengarah pada penyelesaian konflik.

g. Understand the regulation potentials. Hal ini terkait dengan potensi-potensi hukum yang ada
dimana regulasi tersebut bisa mengintervensi atau mengawasi proses konflik.

Melengkapi teknik-teknik pemetaan ini, adalah penting untuk memperhatikan teknik


pemetaan konflik multidisipliner yang dikenal dengan singkatan SIPABIO (Amr Abdalla, 2002
dalam Susan, 2009), sebagai berikut:
a. Source (sumber koflik).

b. Issues (isu-isu).

c. Parties (pihak-pihak yang berkonflik).

d. Attitude/feelings (sikap; perasaan dan persepsi).

e. Behavior (perilaku/tindakan).

f. Intervention (intervensi/campur tangan pihak lain).


g. Outcome (hasil akhir/dampak dari konflik).

GUDANG ILMU SOSIOLOGI


Home About Me MATERI Evaluasi ▼
Jumat, 19 Oktober 2012

BENTUK-BENTUK KONFLIK

Secara garis besar berbagai konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam
beberapa bentuk konflik berikut ini :

a. Berdasarkan sifatnya
Berdasarkan sifatnya, konflik dapat dibedakan menjadi konflik destruktuif dan konflik
konstruktif
1. Konflik Destruktif

Merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak senang, rasa benci dan
dendam dari seseorang ataupun kelompok terhadap pihak lain. Pada konflik ini terjadi bentrokan-
bentrokan fisik yang mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda seperti konflik Poso, Ambon,
Kupang, Sambas, dan lain sebagainya.

2. Konflik Konstruktif

Merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul karena adanya perbedaan
pendapat dari kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini akan
menghasilkan suatu konsensus dari berbagai pendapat tersebut dan menghasilkan suatu perbaikan.
Misalnya perbedaan pendapat dalam sebuah organisasi.

b. Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik


1. Konflik Vertikal

Merupakan konflik antarkomponen masyarakat di dalam satu struktur yang memiliki hierarki.
Contohnya, konflik yang terjadi antara atasan dengan bawahan dalam sebuah kantor.

2. Konflik Horizontal

Merupakan konflik yang terjadi antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang
relatif sama. Contohnya konflik yang terjadi antarorganisasi massa.

3. Konflik Diagonal

Merupakan konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan alokasi sumber daya ke seluruh
organisasi sehingga menimbulkan pertentangan yang ekstrim. Contohnya konflik yang terjadi di Aceh.

c. Berdasarkan Sifat Pelaku yang Berkonflik

1. Konflik Terbuka

Merupakan konflik yang diketahui oleh semua pihak. Contohnya konflik Palestina dengan
Israel.

2. Konflik Tertutup

Merupakan konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau kelompok yang terlibat
konflik.
d. Berdasarkan Konsentrasi Aktivitas Manusia di Dalam Masyarakat

1. Konflik Sosial

Merupakan konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan sosial dari pihak yang
berkonflik. Konflik sosial ini dapat dibedakan menjadi konflik sosial vertikal dan konflik sosial
horizontal. Konflik ini seringkali terjadi karena adanya provokasi dari orang-orang yang tidak
bertanggungjawab.

 Konflik Sosial Vertikal

Yaitu konflik yang terjadi antara masyarakat dan negara. Contohnya kemarahan massa yang berujung
pada peristiwa Trisakti (12 Mei 1998)

 Konflik Sosial Horizontal

Yaitu konflik yang terjadi antaretnis, suku, golongan, atau antarkelompok masyarakat. contohnya
konflik yang terjadi di Ambon.

2. Konflik Politik

Merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan yang berkaitan
dengan kekuasaan. Contohnya konflik yang terjadi antarpendukung suatu parpol.

3. Konflik Ekonomi

Merupakan konflik akibat adanya perebutan sumber daya ekonomi dari pihak yang
berkonflik. Contohnya konflik antar pengusahaketika melakukan tender.

4. Konflik Budaya

Merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan budaya dari pihak
yang berkonflik. Contohnya adanya perbedaan pendapat antarkelompok dalam menafsirkan RUU
antipornografi dan pornoaksi.

5. Konflik Ideologi

Konflik akibat adanya perbedaan paham yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok
orang. contohnya konflik yang terjadi pada saat G 30 S/PKI

e. Berdasarkan Ciri Pengelolaannya

1. Konflik anterindividu
Merupakan tipe yang paling erat kaitannya dengan emosi individu hingga tingkat keresahan
yang paling tinggi. Konflik dapat muncul dari dua penyebab, yaitu karena kelebihan beban atau
karena ketidaksesuaian seseorang dalam melaksanakan peranan. Dalam kondisi pertama seseorang
mendapat beban berlebihan akibat status yang dimiliki, sedang dalam kondisi yang kedua seseorang
memang tidak memiliki kesesuaian yang cukup untuk melaksanakan peranan sesuai dengan
statusnya. Perspektif konflik interindividu mencakup tiga macam situasi alternatif berikut :

 Konflik pendekatan-pendekatan; seseorang harus memilih diantara dua buah alternatif behavoir yang
sama-sama atraktif.

 Konflik ,enghindari-menghindari; seseorang dipaksa untuk memilih antara tujuan-tujuan yang sama-
sama tidak atraktif dan tidak diinginkan.

 Konflik pendekatan-menghindari multipel; seseorang menghadapi kemungkinan pilihan kombinasi


multipel.

2. Konflik antarindividu

Merupakan konflik yang terjadi anatr seseorang dengan satu orang atau lebih, sifatnya kadang-
kadang substantif, menyangkut perbedaan gagasan, pendapat, kepentingan, atau bersifat emosional,
menyangkut perbedaan selera, dan perasaan like/ dislike. Setiap orang pernah mengalami situasi
konflik semacam ini, ia bnayak mewarnai tipe-tipe konflik kelompok maupun konflik organisasi.
Karena konflik tipe ini berbentuk konfrontasi dengan seseorang atau lebih, maka konflik antar
individu ini juga merupakan target yang perlu dikelola secara baik.

3. Konflik Antarkelompok

Merupakan konflik yang banyak dijumpai dalam kenyataan hidup manusia sebagai makhluk sosial,
karena mereka hidp dalam kelompok-kelompok. contohnya, konflik antar kampung.

Dibawah ini merupakan bentuk-bentuk konflik lainnya menurut beberapa tokoh :

Soerjono Soekantomenyebutkan ada lima bentuk khusus konflik yang terjadi dalam
masyarakat. Kelima bentuk itu adalah konflik pribadi, konflik politik, konflik sosial, konflik antarkelas
sosial, dan konflik yang bersifat internasional.

1. Konflik pribadi, yaitu konflik yang terjadi di antara orang perorangan karena masalah-masalah
pribadi atau perbedaan pandangan antarpribadi dalam menyikapi suatu hal. Misalnya individu yang
terlibat utang, atau masalah pembagian warisan dalam keluarga.

2. Konflik politik, yaitu konflik yang terjadi akibat kepentingan atau tujuan politis yang berbeda antara
seseorang atau kelompok. Seperti perbedaan pandangan antarpartai politik karena perbedaan
ideologi, asas perjuangan, dan cita-cita politik masing-masing. Misalnya bentrokan antarpartai politik
pada saat kampanye.

3. Konflik rasial, yaitu konflik yang terjadi di antara kelompok ras yang berbeda karena adanya
kepentingan dan kebudayaan yang saling bertabrakan. Misalnya konflik antara orang-orang kulit
hitam dengan kulit putih akibat diskriminasi ras (rasialisme) di Amerika Serikat dan Afrika Selatan.

4. Konflik antarkelas sosial, yaitu konflik yang muncul karena adanya perbedaan-perbedaan
kepentingan di antara kelaskelas yang ada di masyarakat. Misalnya konflik antara buruh dengan
pimpinan dalam sebuah perusahaan yang menuntut kenaikan upah.

5. Konflik yang bersifat internasional, yaitu konflik yang melibatkan beberapa kelompok negara (blok)
karena perbedaan kepentingan masing-masing. Misalnya konflik antara negara Irak dan Amerika
Serikat yang melibatkan beberapa negara besar.

Sementara itu, Ralf Dahrendorfmengatakan bahwa konflik dapat dibedakan atas empat
macam, yaitu sebagai berikut :

1. Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau biasa disebut dengan konflik peran.
Konflik peran adalah suatu keadaan di mana individu menghadapi harapanharapan yang berlawanan
dari bermacam-macam peranan yang dimilikinya.

2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial.

3. Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisir dan tidak terorganisir.

4. Konflik antara satuan nasional, seperti antarpartai politik, antarnegara, atau organisasi internasional.

Sedangkan Lewis A. Cosermembedakan konflik atas bentuk dan tempat terjadinya konflik.

1. Konflik Berdasarkan Bentuk

Berdasarkan bentuknya, kita mengenal konflik realistis dan konflik nonrealistis.

a. Konflik realistis adalah konflik yang berasal dari kekecewaan individu atau kelompok atas tuntutan-
tuntutan maupun perkiraan-perkiraan keuntungan yang terjadi dalam hubungan-hubungan sosial.
Misalnya beberapa orang karyawan melakukan aksi mogok kerja karena tidak sepakat dengan
kebijakan yang telah dibuat oleh perusahaan.

b. Konflik nonrealistis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan saingan yang bertentangan,
tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Misalnya
penggunaan jasa ilmu gaib atau dukun dalam usaha untuk membalas dendam atas perlakuan yang
membuat seseorang turun pangkat pada suatu perusahaan.
2. Konflik Berdasarkan Tempat Terjadinya

Berdasarkan tempat terjadinya, kita mengenal konflik in-group dan konflik out-group.

a. Konflik in-group adalah konflik yang terjadi dalam kelompok atau masyarakat sendiri. Misalnya
pertentangan karena permasalahan di dalam masyarakat itu sendiri sampai menimbulkan
pertentangan dan permusuhan antaranggota dalam masyarakat itu.

b. Konflik out-group adalah konflik yang terjadi antara suatu kelompok atau masyarakat dengan suatu
kelompok atau masyarakat lain. Misalnya konflik yang terjadi antara masyarakat desa A dengan
masyarakat desa B.

Masih ada lagi ahli sosiologi yang memberikan klasifikasi mengenai bentuk-bentuk konflik
yang terjadi dalam masyarakat, yaituUrsula Lehr. Ursula Lehr membagi konflik dari sudut pandang
psikologi sosial. Menurutnya, apabila dilihat dari sudut pandang psikologi sosial, maka konflik itu
dapat dibedakan atas konflik dengan orang tua sendiri, konflik dengan anak-anak sendiri, konflik
dengan sanak saudara, konflik dengan orang lain, konflik dengan suami atau istri, konflik di sekolah,
konflik dalam pekerjaan, konflik dalam agama, dan konflik pribadi. Perhatikan bagan berikut ini :

 Konflik dengan orang tua sendiri, terjadi akibat situasi hidup bersama antara anak dan orang
tua, di mana antara perbuatan anak dengan keinginan orang tua terkadang tidak sejalan. Contohnya
anak yang tidak mengikuti kehendak ibunya untuk masuk jurusan Ilmu Alam pada kelas XI ini, dan dia
lebih memilih masuk jurusan Ilmu Sosial, karena bakat dan minatnya menunjukkan ke Ilmu Sosial.

 Konflik dengan anak-anak sendiri, terjadi sebagai reaksi atas perilaku anak yang tidak sejalan
dengan keinginan orangtuanya. Pada umumnya orang tua akan memberikan tanggapan secara
berlebihan atas perlawanan yang dilakukan si anak. Misalnya dengan menghukum dan mengurangi
hakhak si anak. Apabila anak memberikan reaksi negative terhadap tanggapan tersebut, maka
terjadilah konflik antara orang tua dengan anak.

 Konflik dengan sanak keluarga, dapat terjadi dalam seluruh perkembangan seseorang.
Dalam konflik bentuk ini, seseorang akan mengalami konflik dalam rentang masa sesuai dengan usia
dan tingkatan kehidupannya. Misalnya, di waktu kanak-kanak atau masa remaja, biasanya konflik
terjadi dengan keluarga terdekat, seperti dengan orang tua atau saudara kandung. Begitu menginjak
masa perkawinan dan keluarga, konflik akan meluas dan melibatkan keluarga dari istri atau suami.

 Konflik dengan orang lain,muncul dalam hubungan social dengan lingkungan sekitarnya,
seperti tetangga, teman kerja, teman sekolah atau yang lainnya.

 Konflik dengan suami atau istri, umumnya timbul sebagai akibat adanya kesulitan yang
dihadapi dalam perkawinan atau rumah tangga. Misalnya masalah keuangan, pembagian tugas
mengatur rumah tangga, dan lain sebagainya.
 Konflik di sekolah,umumnya terjadi akibat tidak dapat mengikuti pelajaran, tidak lulus
sekolah, konflik yang terjadi karena hubungan yang tidak harmonis antara guru dengan murid, dan
lain sebagainya.

 Konflik dalam pekerjaan,timbul karena pekerjaan itu sendiri, seperti membosankan atau
terlalu berat. Atau bisa juga karena terjadi konflik dengan teman sekerja, pimpinan, dan lain
sebagainya.

 Konflik dalam agama,umumnya berhubungan dengan perilaku-perilaku, hakikat, dan tujuan


hidup menurut kaidah-kaidah agama. Misalnya perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran-
ajaran agama seperti memfitnah, berdusta, mencuri, dan lain-lain.

 Konflik pribadi, dapat muncul karena minat yang berlawanan, tidak ada keuletan, atau tidak
memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri.

Anda mungkin juga menyukai