Puji syukur kami Panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena telah melimpahkan
rahmatnya berupa kesempatan dan Pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah sosiologi Yang berjudul " Konflik Antar "
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Makalah Sosiologi Semester II dangan
guru mata Pelajaran sosiologi
Kami Sampaikan terima kasih atas Parhatiannya terhadap makalah ini, dan kami berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan khususnya para pembaca, dengan Segala
Kerendahan hati, Saran dan kritiks yang membangun Sangat kami harapkan dari Pembaca.
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konflik didefinisikan sebagai percekcokan, perselisihan, atau
pertentangan. Dengan demikian, secara sederhana, konflik merujuk pada adanya dua hal atau
lebih yang berseberangan, tidak selaras, dan bertentangan. (Kun Maryati, 2014 : 117)
Pada tahun 1998, Indonesia mengalami krisis ekonomi yang parah. Krisis ekonomi ini membuat
masyarakat kehilangan pekerjaan dan penghasilan mereka. Pada saat yang sama, ada
ketegangan politik yang terjadi antara kelompok-kelompok etnis di Jakarta. Ketegangan tersebut
disebabkan oleh kesenjangan ekonomi dan politik antara kelompok etnis Tionghoa dan pribumi.
Selain itu, ada isu-isu agama dan sosial yang memperburuk situasi.
Ketegangan ini memuncak pada 13-15 Mei 1998, ketika kerusuhan dan pembakaran terjadi di
berbagai wilayah Jakarta. Ribuan toko dan gedung milik etnis Tionghoa dibakar dan dirusak oleh
para penjarah. Banyak orang tewas, terluka, atau kehilangan tempat tinggal dan pekerjaan.
Konflik ini menyebabkan kerugian materi dan psikologis yang besar bagi masyarakat Jakarta dan
Secara keseluruhan, konflik sosial di Jakarta pada tahun 1998 merupakan hasil dari
ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan ekonomi dan politik yang tidak merata serta
partisipasi politik untuk menghindari konflik sosial dan memperkuat stabilitas politik dan sosial
di Indonesia.
3.Apa yang dilakukan pemerintah untuk menangani konflik sosial Jakarta tahun 1998?
1.3.1 Tujuan
Tujuan penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui apa faktor-faktor penyebab konflik sosial Jakarta tahun 1998
3.Untuk mengetahui Apa yang dilakukan pemerintah untuk menangani konflik sosial Jakarta
tahun 1998
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan siswa SMA Negeri 1 Toili mengenai konflik
sosial Jakarta tahun 1998 serta memperkaya khazanah ilmu sosiologi itu sendiri
b.Manfaat Praktis :
penanganan konflik sosial yang efektif dapat membantu memulihkan keamanan dan stabilitas
sosial.
Menurut Taquiri dan Davis, konflik adalah warisan kehidupan sosial yang terjadi dalam berbagai
keadaan sebagai akibat dari bangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi, dan pertentangan di
sosial yang dimulai dari individu atau kelompok yang tidak setuju dengan pendapat dan pihak
lainnya sehingga mendorong terjadinya perubahan sikap, perilaku, dan tindakan atas dasar
ketidaksetujuannya.
Menurut Robbins, konflik adalah proses sosial dalam masyarakat yang terjadi antara pihak berbeda
kepentingan untuk saling memberikan dampak negatif, artinya pihak-pihak yang berbeda tersebut
Konflik dalam pandangan Karl Marx merupakan suatu bentuk pertentangan kelas. Ia juga
ketimpangan (inequality) yang mampu memicu konflik dan perubahan sosial. Marx melihat konflik di
masyarakat berkaitan dengan adanya kelompok yang berkuasa dan dikuasai. Konflik kelas timbul
Lewis A. Coser berpendapat bahwa konflik memiliki fungsi positif jika mampu dikelola dan
diekspresikan sewajarnya. Teori konflik yang dikemukakakn oleh Lewis A. Coser mempengaruhi
sosialogi konflik pragmatis atau multidisipliner, yang digunakan untuk mengelola konflik dalam
perusahaan ataupun organisasi modern lainnya. Teori ini memandang sistem sosial memiliki sifat
fungsional. Konflik tidak selalu bersifat negative. Ia juga dapat mempererat hubungan antarindividu
itu, konflik tidak mungkin melibatkan individu ataupun kelompok yang tidak terhubung dalam
sistem. Teori Dahrendorf memaparkan jika relasi-relasi di struktur sosial ditentukan oleh kekuasaan.
Adapun kekuasaan yang dimaksud adalah kekuasaan atas kontrol dan sanksi yang memungkinkan
pemilik kekuasaan memberikan perintah dan meraih keuntungan dari mereka yang tidak berkuasa
Dalam pandangan Dahrendorf, konflik kepentingan menjadi sesuatu yang tidak dapat terhindarkan
dari relasi antara pemilik kekuasaan dan mereka yang tidak berkuasa. Awalnya, Dahrendorf
merumuskan teori konflik sebagai teori parsial yang diterapkan untuk menganalisis fenomena sosial.
Kemudian, ia melihat masyarakat memiliki dua sisi yang berbeda, yakni kerja sama dna konflik.
kebudayaan yang berbeda akan menimbulkan pola-pola kepribadian dan pola-pola perilaku uang
berbeda di kalangan khalayak kelompok yang luas. Tidak hanya itu, perbedaan kebudayaan akan
mengakibatkan adanya sikap etnosentrisme, yakni sikap yang ditunjukkan kepada kelompok lain
bahwa kelompoknya merupakan yang paling baik. Jika masing-masing kelompok memiliki sikap
Kemajemukan vertikal, yang artinya struktur masyarakat yang terpolarisasi berdasarkan kekayaan,
pendidikan, dan kekuasaan. Kemajemukan vertikal dapat menimbulkan konflik sosial kerena ada
sekelompok kecil masyarakat yang memiliki kekayaan, pendidikan yang mapan, kekuasaan dan
kewenangan yang besar.Sementara beberapa di antaranya tidak atau kurang memiliki kekayaan,
pendidikan rendah, dan tidak memiliki kekuasaan dan kewenangan. Pembagian masyarakat seperti
simbolik atau melenyapkan pikiran-pikiran lawan yang tidak sependapat. Dalam realitas sosial, tidak
ada satu pun individu yang memiliki karakter yang sama. Sehingga, perbedaan pendapat, tujuan,
Konflik destruktif merupakan konflik yang terjadi karena adanya perasaan tidak senang, dendam,
benci dari seseorang atau suatu kelompok kepada pihak lain. Misalnya kasus konflik Poso, Ambon,
Kupang, dan sebagainya yang terjadi karena bentrokan fisik sehingga menyebabkan hilangnya nyawa
Konflik konstruktif merupakan konflik yang sifatnya fungsional. Ia akan muncul jika terjadi perbedaan
pendapat dari kelompok-kelompok yang menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini akan
menghasilkan suatu konsesnsus dari berbagai pendapat tersebut dan menghasilkan suatu perbaikan.
dampak positif dari konflik di masyarakat antara lain adalah Menggugah masyarakat yang pasif untuk
menjadi aktif dalam berperan di lingkungannya dan Bertambahnya rasa soilidaritas suatu kelompok
dampak negatif dari adanya konflik di masyarakat Dapat menghancurkan kesatuan kelompok karena
konflik yang terjadi tidak mendapatkan solusi penyelesaiannya, Hancurnya nilai-nilai dan norma sosial
yang ada karena ketidakpatuhan anggota masyarakat yang sedang berkonflik dan Adanya perubahan
kepribadian individu yang semula pendiam dan penyabar menjadi beringas, agresif, dan mudah
marah.
Pada dasarnya, konflik dan kekerasan merupakan dua konsep yang berbeda yang keduanya
mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Konflik dapat menjadi faktor yang menyebabkan kekerasan
begitu pula sebaliknya, kekerasan dapat menjadi faktor yang menyebabkan konflik. Dengan begitu,
konflik dapat diartikan sebagai sebuah pertentangan dalam suatu masyarakat yang tidak selalu
muncul dalam bentuk kekerasan. Karena dalam konflik itu sendiri kekerasan tak selalu berada dalam
posisi yang disebabkan oleh konflik. Dalam hal ini, kekerasan juga bisa menyebabkan konflik.
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Bagaimana Sejarah Terjadi nya Konflik sosial Jakarta tahun 1998
Pada tahun 1997, Indonesia mengalami krisis ekonomi yang signifikan akibat krisis finansial global yang
melanda Asia. Krisis ini memicu penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, inflasi yang tinggi, dan
meningkatnya pengangguran. Akibat dari krisis ini, banyak perusahaan yang bangkrut, orang kehilangan
pekerjaan dan kemiskinan semakin meningkat.Krisis ini juga memunculkan ketidakpuasan politik dan
kecurigaan terhadap pemerintah yang dianggap tidak mampu menangani krisis dengan baik dan
menyejahterakan rakyat. Pemerintah mengambil kebijakan yang tidak populer seperti pemangkasan
subsidi, pemotongan belanja publik, dan peningkatan pajak. Semua kebijakan ini berdampak negatif
pada masyarakat, terutama pada mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan. Ketidakpuasan
masyarakat terhadap pemerintah yang tidak mampu menangani krisis ekonomi secara efektif, serta
ketidakadilan sosial dan politik yang terjadi di masyarakat, menjadi pemicu utama terjadinya konflik
sosial Jakarta tahun 1998. Terlebih lagi, pada waktu itu, Indonesia masih diperintah oleh Presiden
Soeharto yang telah memerintah selama lebih dari tiga dekade, sehingga muncul ketidakpuasan politik
dan keinginan untuk perubahan. Konflik sosial Jakarta tahun 1998 dimulai pada 12 Mei 1998, ketika
sebuah demonstrasi mahasiswa terjadi di Jakarta untuk menuntut reformasi politik dan ekonomi.
Demonstrasi ini diikuti oleh lebih dari 10.000 orang, dan berakhir dengan bentrokan dengan aparat
keamanan. Beberapa mahasiswa dan demonstran tewas atau luka-luka dalam insiden tersebut.
Peristiwa ini memicu protes dan kerusuhan di seluruh Jakarta, yang melibatkan sejumlah kelompok etnis
yang berbeda. Sejumlah toko dan properti milik etnis Tionghoa dijarah dan dibakar oleh para pengunjuk
rasa yang marah dan frustrasi dengan krisis ekonomi dan ketidakpuasan politik. Bentrokan antara
kelompok etnis menjadi semakin parah dan berlangsung selama beberapa hari. Tidak hanya etnis
Tionghoa yang menjadi korban, tetapi juga etnis Jawa, Betawi, dan lainnya. Peristiwa ini menyebabkan
kehancuran dan kerusakan yang signifikan pada properti dan infrastruktur, serta menyebabkan banyak
orang tewas dan luka-luka. Setelah berbulan-bulan terjadi, konflik sosial Jakarta tahun 1998 akhirnya
berakhir dengan adanya pengunduran diri Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998. Hal ini terjadi setelah
tekanan dari berbagai pihak, termasuk mahasiswa, aktivis, dan masyarakat yang mengadakan
demonstrasi massal di berbagai kota di Indonesia. Meskipun demikian, pengunduran diri Soeharto tidak
serta merta mengakhiri konflik sosial di Indonesia. Sejumlah kerusuhan dan konflik sosial terjadi di
berbagai kota di Indonesia, termasuk Jakarta, pasca pengunduran diri Soeharto.Namun, dengan adanya
upaya yang serius dari pemerintah dan masyarakat sipil, konflik sosial ini dapat diredam dan stabilitas
politik dan sosial dapat dipulihkan. Sejak itu, Indonesia terus bergerak maju dalam memperkuat
demokrasi dan hak asasi manusia, serta mengembangkan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
3.2 Apa Dampak Yang ditimbulkan dari konflik sosial Jakarta tahun 1998
Konflik sosial Jakarta tahun 1998 memiliki dampak yang signifikan pada masyarakat Indonesia.
Kerusuhan dan kekerasan menyebabkan banyak orang tewas dan luka-luka, serta menyebabkan
kehancuran dan kerusakan yang signifikan pada properti dan infrastruktur. Selain itu, konflik sosial
Jakarta tahun 1998 juga meninggalkan dampak jangka panjang pada masyarakat Indonesia. Peristiwa
tersebut mengguncang stabilitas politik dan sosial negara, serta menghasilkan perubahan besar dalam
pemerintahan Indonesia. konflik sosial Jakarta tahun 1998 juga menghasilkan dampak pada hubungan
internasional Indonesia dengan negara-negara lain. Pada saat itu, sejumlah negara mengekspresikan
keprihatinan mereka atas keadaan di Indonesia dan menyerukan pemerintah Indonesia untuk
mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengendalikan kerusuhan dan kekerasan. Beberapa negara
bahkan menghentikan bantuan ekonomi dan pembangunan mereka terhadap Indonesia sebagai
tanggapan atas kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilaporkan terjadi selama konflik.
Dampak ini berdampak pada ekonomi Indonesia yang sedang dalam krisis, membuat krisis ekonomi
semakin parah.Konflik tersebut memaksa Presiden Soeharto untuk mengundurkan diri dari jabatannya
dan membuka jalan untuk reformasi politik yang lebih besar di Indonesia. Proses reformasi politik
menghasilkan perubahan besar dalam sistem politik Indonesia, termasuk reformasi konstitusional,
pemilihan presiden dan parlemen yang bebas dan adil, serta peningkatan hak asasi manusia dan
kebebasan sipil. Reformasi politik juga memungkinkan munculnya partai politik baru dan memperkuat
demokrasi di Indonesia. Selain itu, konflik sosial Jakarta tahun 1998 juga memicu perubahan dalam
kebijakan ekonomi Indonesia. Pemerintah Indonesia terpaksa melakukan reformasi ekonomi yang
signifikan untuk mengatasi krisis ekonomi dan memperbaiki keadaan sosial dan ekonomi masyarakat.
Reformasi ekonomi menghasilkan liberalisasi pasar dan investasi, deregulasi sektor ekonomi, dan
penghapusan monopoli dan oligopoli yang menguasai ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru.
Reformasi ekonomi ini membuka peluang untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan
berkelanjutan di Indonesia.
3.3 Apa yang dilakukan pemerintah untuk menangani konflik sosial Jakarta tahun 1998
Pemerintah Indonesia pada saat itu melakukan berbagai upaya untuk menangani konflik sosial yang
terjadi di Jakarta pada tahun 1998. Beberapa tindakan dan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah di
antaranya:
Tindak Pidana Ekonomi dan Menjaga Stabilitas Keuangan, yang telah menjadi pemicu utama kerusuhan.
2. Membebaskan tahanan politik dan memberikan amnesti kepada para aktivis yang telah ditahan dan
3. Membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan yang dipimpin oleh Presiden B.J. Habibie, yang
bertujuan untuk memperbaiki tata kelola pemerintahan, mempromosikan reformasi politik dan
4. Membentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) pada tahun 1998 untuk memantau
5. Menyelenggarakan pemilu umum pada tahun 1999 sebagai bentuk pemulihan demokrasi di Indonesia
6. Menggelar sidang khusus Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 1999 yang
menghasilkan reformasi konstitusi, termasuk penegasan kembali hak-hak sipil dan politik, serta
7. Memperkuat kebijakan dan program yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pengambilan keputusan, memperkuat hak asasi manusia, memperkuat demokrasi dan keadilan,
4.1 Kesimpulan
Konflik sosial Jakarta tahun 1998 merupakan peristiwa yang sangat penting dalam sejarah Indonesia.
Konflik tersebut menunjukkan bahwa krisis ekonomi dapat memengaruhi stabilitas politik dan sosial
negara, serta menyoroti masalah ketimpangan sosial dan politik yang masih ada di Indonesia. juga
menghasilkan dampak yang signifikan pada masyarakat Indonesia, termasuk kerusakan properti dan
infrastruktur, kehilangan nyawa dan luka-luka, serta dampak jangka panjang pada hubungan
4.2 Saran
Pentingnya Keadilan Sosial: Konflik tersebut dipicu oleh ketidakpuasan rakyat atas kesenjangan sosial
yang semakin meningkat dan merasa bahwa pemerintah tidak adil dalam memperhatikan kepentingan
rakyat. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk memastikan adanya keadilan sosial dan
menyelesaikan kesenjangan sosial untuk mencegah terjadinya konflik sosial di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompas.com/tren/read/2022/05/12/093000965/sejarah-tragedi-penembakan-mahasiswa-
trisakti-12-mei-1998
https://p2k.unkris.ac.id/id3/2-3073-2962/Tragedi-Trisakti_30049_p2k-unkris.html
https://perpustakaan.komnasperempuan.go.id/web/index.php?
p=show_detail&id=3576#:~:text=Kerusuhan%20Mei%201998%20adalah%20kerusuhan,terjadi%20di
%20beberapa%20daerah%20lain.
https://nasional.tempo.co/read/1462239/kerusuhan-mei-1998-sejarah-kelam-pelanggaran-ham-di-
indonesia
https://library.unpar.ac.id/index.php?p=show_detail&id=189577
https://www.merdeka.com/sumut/penyebab-kerusuhan-mei-1998-pelanggaran-ham-yang-belum-
tuntas-hingga-sekarang-kln.html
DAFTAR ISI
Halaman judul.......................................................................................................................................
Kata pengantar.......................................................................................................................................
Daftar isi..................................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................................
1.2 Rumusan
Masalah............................................................................................................................................
1.3.1 Tujuan..........................................................................................................................................
3.1 Bagaimana Sejarah Terjadi nya Konflik sosial Jakarta tahun 1998..............................................
3.2 Apa Dampak Yang ditimbulkan dari konflik sosial Jakarta tahun 1998......................................
3.3 Apa yang dilakukan pemerintah untuk menangani konflik sosial Jakarta tahun 1998...............
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................................
4.2 Saran..................................................................................................................................................