Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR

“Kerawanan Sosial di Indonesia”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 11 KELAS A2

Caesar Rani Batavia 2011211042


Dini Nur Annisa 2011212028
Frisnaini Ayuputi Ratnaningtyas 2011212044
Ghefira Vania Saldha 2011211052
Saidati ‘Ashfi Dzakiya Henda 2011211020

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :


Dr. Muhammad Nur, M.S.

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya Kami dapat menyelesaikan makalah
tentang ”Kerawanan Sosial di Indonesia” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Kelompok sebelas mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini
khususnya kepada dosen Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar Universitas Andalas
yaitu Bapak Dr. Muhammad Nur, M.S. yang bersedia mengampu kelompok
dalam penyusunan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Kerawanan Sosial di
Indonesia”. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah Kami buat di
masa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan berguna bagi siapapun
yang membacanya. Sebelumnya Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan. Atas perhatian Bapak Kami ucapkan terima
kasih.

Padang, 05 April 2021

Kelompok Sebelas

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Konflik..........................................................................................3
2.2. Bentuk - Bentuk Konflik Sosial................................................................. 4
2.3. Faktor - Faktor Terjadinya Konflik............................................................ 6
2.4. Dampak Konflik Sosial.............................................................................. 8

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan...............................................................................................10
3.2. Saran......................................................................................................... 10

Daftar Pustaka........................................................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi problema yang sangat
besar, yakni masalah kerukunan nasional dan kerawanan sosial yang sangat
memprihatinkan, bahkan mengkhawatirkan persatuan dan keutuhan negara
Indonesia. Kenyataan empiris di beberapa wilayah Indonesia akhir-akhir ini
menunjukkan banyak aksi-aksi kekerasan di tengah-tengah masyarakat
melibatkan berbagai unsur dan kelompok, baik etnis maupun agama.
Tampak gejala sebagian masyarakat Indonesia telah kehilangan pegangan
dan norma hidup berbangsa dan bernegara yang majemuk. Karena sebagian
masyarakat cenderung mempraktekkan kehidupan bebas dan bringas,
menonjolkan budaya kekerasan untuk menghancurkan lawan dalam mencari
solusi suatu permasalahan. Keteladanan pemimpin juga hampir tidak terlihat,
khususnya di tengah-tengah masyarakat yang sedang bertikai. Sementara
masyarakat di tingkat bawah semakin menggelorakan fanatisme kesukuan,
kedaerahan dan keagamaan. Kondisi ini oleh sebagian kalangan
mengindikasikan kerukunan nasional bangsa Indonesia sedang menurun pada
titik yang cukup rendah, dan sekaligus menunjukkan kerawanan sosial
semakin mengkhawatirkan. Oleh karenanya perlu dikaji secara serius dan
mendalam untuk dijadikan bahan antisipasi ke depan.
Kerukunan nasional yang dimaksud bukanlah terbentuknya suatu
masyarakat yang bersih dari perbedaan-perbedaan sosial dan sateril dari
gesekangesekan antar kelompok. Kerukunan nasional justru diharapkan
tercipta pada segenap masyarakat di seluruh wilayah Indonesia yang memang
majemuk (multi etnik dan multi agama) yang ditandai oleh kesadaran dan
sikap masing-masing pihak untuk menerima perbedaan-perbedaan, bukan
hanya sebagai realitas objektif, tetapi mampu mengembangkannya sebagai
potensi dinamik yang memberikan peluang dan harapan kemajuan bersama
dan sekaligus kemajuan bangsa Indonesia.

1
Dalam kaitan di atas, sepertinya perlu dibangun suatu masyarakat yang
berwawasan multikulturalisme yang tidak hanya tumbuh kesadaran untuk
saling mengakui perbedaan, tetapi juga saling menghargai dan menghormati
secara tulus, komunikatif dan terbuka, tidak saling curiga, memberi tempat
terhadap keragaman keyakinan, tradisi, adat maupun budaya, dan yang
terpenting berkembang sikap tolong menolong sebagai perwujudan rasa
kemanusiaan yang dalam. Ke arah seperti inilah kerukunan nasional bangsa
Indonesia yang hendak dikembangkan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari konflik kerawanan sosial di Indonesia ?
2. Bagaimana konflik sosial dan pertikaian kerawanan sosial di Indonesia ?
3. Apa saja faktor-faktor konflik pada kerawanan sosial di Indonesia ?
4. Apa dampak dari konflik sosial yang terjadi ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk memahami dan mengetahui definisi dari konflik kerawanan sosial
di Indonesia.
2. Untuk memahami dan mengetahui bagaimana konflik sosial dan pertikaian
kerawanan sosial di Indonesia.
3. Untuk memahami dan mengetahui faktor-faktor konflik pada kerawanan
sosial di Indonesia.
4. Untuk memahami dan mengetahui dampak dari konflik sosial yang terjadi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Konflik


Menurut definisi, kerawanan sosial adalah suatu keresahan sosial yang
berkepanjangan, yang diakibatkan oleh proses konflik yang ditimbulkan dari
perbedaan pendapat suatu masyarakat/kelompok golongan tertentu.
Environmental Vulnerability Index (EVI) menyebutkan bahwa kerawanan
sosial adalah struktur sosial dari suatu komunitas atau masyarakat terkena
shock atau stres yang biasanya disebabkan oleh perselisihan ekonomi,
perubahan lingkungan, kebijakan pemerintah atau bahkan disebabkan oleh
kejadian internal dan kekuatan yang dihasilkan dari kombinasi beberapa
faktor. Struktur sosial yang dimaksud adalah relasi-relasi sosial yang penting
dalam menentukan tingkah laku manusia, dan jika relasi sosial itu tidak
dilakukan dalam suatu masyarakat, maka masyarakat tersebut tidak terwujud
lagi.
Lain lagi dengan pendapat Ballesteros yang menyebutkan bahwa
kerawanan sosial adalah ketidakmampuan seseorang, kelompok, organisasi,
dan masyarakat dalam menghadapi dampak negatif dari resiko berbagai
tekanan (ekonomi, politik, lingkungan, dan sebagainya). Dampak negatif ini
sebagian diakibatkan oleh karakteristik-karakteristik yang ada di dalam
interaksi sosial, institusi, dan sistem nilai-nilai budaya.
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia lebih rinci memberikan
penjelasan tentang kerawanan sosial, yaitu suatu keresahan sosial yang
berkepanjangan, yang diakibatkan oleh proses konflik yang ditimbulkan oleh
perbedaan pendapat suatu masyarakat atau kelompok golongan tertentu,
dengan pemecahan dan penyelesaian masalah yang tidak memuaskan
masyarakat atau kelompok golongan tertentu.
Dari beberapa definisi diatas maka penyebab kerawanan sosial bisa
disebabkan oleh dampak negatif berbagai tekanan ekonomi, politik, budaya
maupun lingkungan. Kerawanan sosial ini menjadi ancaman serius bagi

3
keutuhan bangsa dan Negara. Penanggulangan dan penyelesaian kerawanan
sosial yang tidak mungkin penyelesaiannya secara normal, diperlukan
keterpaduan dari semua aparat pemerintah dan masyarakat secara
bersama-sama menghadapi krisis tersebut.

2.2. Bentuk - Bentuk Konflik Sosial


Secara garis besar berbagai konflik dalam masyarakat dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk konflik berikut ini :
1. Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, konflik dapat dibedakan menjadi konflik
destruktuif dan konflik konstruktif.
a. Konflik Destruktif
Merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak
senang, rasa benci dan dendam dari seseorang ataupun kelompok
terhadap pihak lain. Pada konflik ini terjadi bentrokan-bentrokan fisik
yang mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda seperti konflik
Poso, Ambon, Kupang, Sambas, dan lain sebagainya.
b. Konflik Konstruktif
Merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul
karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam
menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan
suatu konsensus dari berbagai pendapat tersebut dan menghasilkan
suatu perbaikan. Misalnya perbedaan pendapat dalam sebuah
organisasi.

2. Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik


a. Konflik Vertikal
Merupakan konflik antar komponen masyarakat di dalam satu
struktur yang memiliki hierarki. Contohnya, konflik yang terjadi
antara atasan dengan bawahan dalam sebuah kantor.

4
b. Konflik Horizontal
Merupakan konflik yang terjadi antara individu atau kelompok
yang memiliki kedudukan yang relatif sama. Contohnya konflik yang
terjadi antar organisasi massa.
c. Konflik Diagonal
Merupakan konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan
alokasi sumber daya ke seluruh organisasi sehingga menimbulkan
pertentangan yang ekstrim. Contohnya konflik yang terjadi di Aceh.

Soerjono Soekanto membagi konflik sosial menjadi lima bentuk yaitu:


1. Konflik atau pertentangan pribadi, yaitu konflik yang terjadi antara dua
individu atau lebih karena perbedaan pandangan dan sebagainya.
2. Konflik atau pertentangan rasial, yaitu konflik yang timbul akibat
perbedaan-perbedaan ras.
3. Konflik atau pertentangan antara kelas-kelas sosial, yaitu konflik yang
terjadi disebabkan adanya perbedaan kepentingan antar kelas sosial.
4. Konflik atau pertentangan politik, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya
kepentingan atau tujuan politis seseorang atau kelompok.
5. Konflik atau pertentangan yang bersifat internasional, yaitu konflik yang
terjadi karena perbedaan kepentingan yang kemudian berpengaruh pada
kedaulatan negara.

Sementara itu, Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik dapat


dibedakan atas empat macam, yaitu sebagai berikut :
1. Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau biasa disebut
dengan konflik peran. Konflik peran adalah suatu keadaan di mana individu
menghadapi harapanharapan yang berlawanan dari bermacam-macam
peranan yang dimilikinya.
2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial.
3. Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisir dan tidak
terorganisir.

5
4. Konflik antara satuan nasional, seperti antar partai politik, antar negara,
atau organisasi internasional.

2.3. Faktor - Faktor Terjadinya Konflik


Faktor Penyebab Konflik Faktor penyebab atau akar-akar pertentangan
atau konflik (Soerjono Soekanto, 2006: 91-92), antara lain:
1. Perbedaan antara individu-individu
Perbedaan pendirian dan perasaan mungkin akan melahirkan bentrokan
antara mereka, terutama perbedaan pendirian dan perasasaan diantara
mereka.
2. Perbedaan kebudayaan
Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula dari
pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta
perkembangan kepribadian, yang sedikit banyak akan mempengaruhi
kepribadian seseorang dalam kebudayaan tersebut
3. Perbedaan kepentingan
Perbedaan kepentingan antara individu maupun kelompok merupakan
sumber lain dari pertentangan baik kepentingan ekonomi, politik, dan
sebagainya.
4. Perubahan sosial
Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara waktu
akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat yang dapat
menyebabkan munculnya golongan-golongan yang berbeda pendiriannya.

Menurut Hocker dan Wilmot, konflik terjadi karena pihak-pihak yang


terlibat konflik mempunyai tujuan yang berbeda. Konflik bisa juga terjadi
karena tujuan pihak yang terlibat konflik sama, tetapi cara untuk mencapainya
berbeda. Hal seperti ini banyak terjadi dalam dunia politik dan
bisnis(Wirawan; 2010: 8). Sebab- sebab terjadinya konflik antara lain (Diana
Francis: 2006: 29):

6
1. Komunikasi Salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa
yang sulit dimengerti dan informasi yang tidak lengkap.
2. Struktur. Pertarungan kekuasaan antara pemilik kepentingan atau sistem
yang bertentangan, persaingan untuk merebutkan sumberdaya yang
terbatas, atau saling ketergantungan dua atau lebih kelompok-kelompok
kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.
3. Pribadi. Ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi dengan
perilaku yang diperankan mereka, dan perubahan dalam nilai-nilai
persepsi.

Konflik sering kali merupakan salah satu strategi para pemimpin untuk
melakukan perubahan. Jika tidak dapat dilakukan secara damai, perubahan
diupayakan dengan menciptakan konflik. Pemimpin menggunakan
faktor-faktor yang dapat menimbulkan konflik untuk menggerakan perubahan.
Akan tetapi, konflik dapat terjadi secara alami karena adanya kondisi obyektif
yang dapat menimbulkan terjadinya konflik.
Berikut ini adalah kondisi obyektif yang bisa menimbulkan
konflik(Wirawan;2010: 7-13).
1. Tujuan yang berbeda dkemukakan oleh Hocker dan Wilmot, konflik
terjadi karena pihak-pihak yang terlibat konflik mempunyai tujuan yang
berbeda.
2. Komunikasi yang tidak baik, komuikasi yang tidak baik seringkali
menimbulkan konflik dalam organisasi. Faktor komunikasi yang
menyebabkan konflik misalnya,distorsi, informasi yang tidak tersedia
dengan bebas, dan penggunaan bahasa yang tidak dimengerti oleh
pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
3. Beragam karakteristik sosial, konflik dimasyarakat sering terjadi karena
anggotanya mempunyai karakteristik yang beragam; suku, agama, dan
ideologi. Karakteristk ini sering diikuti dengan pola hidup yang eksklusif
satu sama lain yang sering menimbulkan konflik.

7
4. Pribadi orang, dalam hal ini konflik terjadi karena adanya sikap curiga
dan berpikiran negatif kepada orang lain, egois, sombong, merasa selalu
paling benar, kurang dapat mengendalikan emosinya, dan ingin menang
sendiri.
5. Kebutuhan, orang yang memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain
atau mempunyai kebutuhan yang sama mengenai sesuatu yang terbatas
jumlahnya. Kebutuhan merupakan pendorong terjadinya perilaku manusia.
Jika kebutuhan orang terhambat, maka bisa memicu terjadinya konflik
(Wirawan:2010: 7-13).

2.4. Dampak Konflik Sosial


Tak perlu diragukan lagi, proses sosial yang namanya konflik itu adalah
suatu proses yang bersifat disosiatif. Namun demikian, sekalipun sering
berlangsung dengan keras dan tajam, proses-proses konflik itu sering pula
mempunyai akibat-akibat yang positif bagi masyarakat. Konflik-konflik yang
berlangsung dalam diskusi misalnya, jelas akan unggul, sedangkan
pikiran-pikiran yang kurang terkaji secara benar akan tersisih. Positif atau
tidaknya akibat konflik-konflik memang tergantung dari persoalan yang
dipertentangkan, dan tergantung pula dari struktur sosial yang menjadi ajang
berlangsungnya konflik. Oleh karena itu ada dua dampak dari adanya konflik
terhadap masyarakat yaitu:
1. Dampak Positif Adanya Konflik
a. Bertambahnya solidaritas intern dan rasa in-group suatu kelompok.
Apabila terjadi pertentangan antara kelompok-kelompok, solidaritas
antar anggota di dalam masing-masing kelompok itu akan meningkat
sekali. Solidaritas di dalam suatu kelompok, yang pada situasi normal
sulit dikembangkan, akan langsung meningkat pesat saat terjadinya
konflik dengan pihak-pihak luar.
b. Konflik di dalam masyarakat biasanya akan menggugah warga
masyarakat yang semula pasif menjadi aktif dalam memainkan
peranan tertentu di dalam masyarakat.

8
2. Dampak Negatif Adanya Konflik
a. Hancurnya kesatuan kelompok. Jika konflik yang tidak berhasil
diselesaikan menimbulkan kekerasan atau perang, maka sudah barang
tentu kesatuan kelompok tersebut akan mengalami kehancuran.
b. Adanya perubahan kepribadian individu. Artinya, di dalam suatu
kelompok yang mengalami konflik, maka seseorang atau sekelompok
orang yang semula memiliki kepribadian pendiam, penyabar menjadi
beringas, agresif dan mudah marah, lebih-lebih jika konflik tersebut
berujung pada kekerasan.
c. Hancurnya nilai-nilai dan norma sosial yang ada. Antara nilai-nilai
dan norma sosial dengan konflik terdapat hubungan yang bersifat
korelasional, artinya bisa saja terjadi konflik berdampak pada
hancurnya nilai-nilai dan norma sosial akibat ketidak patuhan anggota
masyarakat akibat dari konflik.

9
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kerawanan Sosial ialah suatu keresahan sosial yang berkepanjangan,
yang diakibatkan oleh proses konflik yang ditimbulkan dari perbedaan
pendapat suatu masyarakat/kelompok golongan tertentu, dengan pemecahan
dan penyelesaian masalah yang tidak memuaskan masyarakat/kelompok
golongan tersebut. penyebab kerawanan sosial bisa disebabkan oleh dampak
negatif berbagai tekanan ekonomi, politik, budaya maupun lingkungan.
Kerawanan sosial ini menjadi ancaman serius bagi keutuhan bangsa dan
Negara. Penanggulangan dan penyelesaian kerawanan sosial yang tidak
mungkin penyelesaiannya secara normal, diperlukan keterpaduan dari semua
aparat pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama menghadapi krisis
tersebut.

3.2. Saran
Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan dan sasarannya.
Kami selalu membuka diri untuk menerima kritik dan saran dari semua pihak
yang sama-sama bertujuan membangun makalah ini demi perbaikan dan
penyempurnaan dalam pembuatan makalah kami kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ilahi, Kurnial, dkk. “Pemetaan Kerukunan dan Kerawanan Sosial Kehidupan


Umat Beragama di Kabupaten Kuantan Singingi”. Diakses melalui
https://media.neliti.com/media/publications/40250-ID-pemetaan-kerukunan-d
an-kerawanan-sosial-kehidupan-umat-beragama-di-kabupaten-kua.pdf pada
Minggu, 11 April 2021 pukul 13.28 WIB

Kardina, Ari Setiarsi. (2012). “Konflik Perebutan Lahan Antara Masyarakat


Dengan TNI Periode Tahun 2002-2011 (Studi Kasus di Desa Setrojenar,
Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen).” Diakses melalui
http://eprints.uny.ac.id//3/BAB%20II.pdf pada Minggu, 11 April 2021 pukul
11.00 WIB

Muarofah, Lailatul. (2014). “Konflik dalam Lembaga Pendidikan : Studi Konflik


Antara Dua Pengelola Madrasah Di Desa Pesanggrahan Kabupaten
Lamongan”. Diakses melalui http://digilib.uinsby.ac.id/314/5/Bab%202.pdf
pada Minggu, 11 April 2021 pukul 17.30 WIB

Saleh, Syamsudhuha, dkk. (2015). “Pemetaan Kerukunan dan Kerawanan Sosial


Umat Beragama di Kelurahan Gunung Sari Kota Makassar”. Diakses melalui
http://portalriset.uin-alauddin.ac.id/bo/upload/penelitian/tema/PEMETAAN%
20KERUKUNANAN%20DAN%20KERAWANAN%20SOSIAL.pdf pada
Minggu, 11 April 2021 pukul 13.55 WIB

Wahyono, Setyawan. (2012). “Konflik Antara Masyarakat Dengan Penambang


Pasir Besi”. Diakses melalui
https://eprints.uny.ac.id//3/BAB%202%20-%2008413244025.pdf pada Selasa,
13 April 2021 pukul 19.00 WIB

11

Anda mungkin juga menyukai