Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang atas berkah dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang bertema “KONFLIK DAN
KEKERASAN”
Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada kedua orangtua dan berbagai pihak yang membantu terkait dalam penulisan
makalah ini. Makalah ini disusun untuk para pembaca agar dapat memperluas pengetahuan
tentang “KONFLIK DAN KEKERASAN”. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dari makalah ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya
pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.
Terima kasih.
Kotamu, 6 Januari 2016

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... .... i


KATA PENGANTAR..................................................................................... .... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Pengetian Konflik dan Kekerasan.................................................................... .... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
C. Tujuan.................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Konflik.................................................................................................... 2
B. Definisi Kekerasan................................................................................................ 3
C. Penyebab Konflik dan Kekerasan.................................................................... 3
D. Akibat Konflik dan Kekerasan......................................................................... 4
E. Contoh Konflik dan Kekerasan............................................................................ 5

BAB III
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 6
B. Saran ..................................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Konflik dan Kekerasan


1) Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih
(bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial,
2) Kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993). Berdasarkan defenisi ini maka
perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan fisik
(Keltner et al, 1995)
B. Rumusan Masalah
1) Apa itu konflik dan kekerasan?
2) Apa saja penyebab Konflik dan Kekerasan?
3) Bagaimana dampak Konflik dan Kekerasan?
C. Tujuan
1) Mengetahui definisi Konflik dan Kekerasan.
2) Mengetahui penyebab Konflik dan Kekerasan
3) Menambah pengetahuan mengenai dampak Konflik dan Kekerasan dalam kehidupan
sosial.

4)
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Konflik
BACA JUGA

MAKALAH BAHAYA NARKOBA BAGI REMAJA


 MAKALAH PABP Berbusana Muslim & Muslimah Merupakan Cerminan
Kepribadian & Keindahan Diri
 Contoh Daftar Isi Makalah
Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.
1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan
kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada
berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua
pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama,
hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing –
masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan
tidak bekerja sama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi
ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya
konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada.
Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik
maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada
tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas,
1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya
dengan stres.
5. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih
pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh
perbedaan tujuan.
6. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang
sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak
mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif
(Robbins, 1993).

B. Definisi Kekerasan
Kekerasan berasal dari (bahasa Latin: violentus yang berasal dari
kata vī atau vīs berarti kekuasaan atau berkuasa) adalah dalam prinsip dasar
dalam hukum publik dan privat Romawi yang merupakan sebuah ekspresi baik yang
dilakukan secara fisikataupun secara verbal yang mencerminkan pada
tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang yang
dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang umumnya berkaitan
dengan kewenangannya yakni bila diterjemahkan secara bebas dapat diartinya bahwa
semua kewenangan tanpa mengindahkan keabsahan penggunaan atau tindakan
kesewenang-wenangan itu dapat pula dimasukan dalam rumusan kekerasan ini.

C. Penyebab Konflik dan Kekerasan


Faktor penyebab konflik dan kekerasan adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan
perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan
akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik
sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan
kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman,
tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu
karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang


berbeda Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan
pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan
menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok Manusia memiliki perasaan,


pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam
waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan
yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi
untuk tujuan yang berbeda-beda.

4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.


Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses
industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama
pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah
menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai
kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan
menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan
struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan
berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung
tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan
istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau
mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan
akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap
mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.

D. Akibat Konflik dan Kekerasan


Hasil dari sebuah konflik dan kekerasan adalah sebagai berikut :
 meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik
dan kekerasan dengan kelompok lain.
 keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
 perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling
curiga dll.
 kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
 dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat
memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian
terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini
akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:
 Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan
untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
 Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan
untuk "memenangkan" konflik.
 Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang
memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut

E. Contoh Konflik dan Kekerasan


Ada beberapa contoh konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia antara lain:

 Konflik Vietnam berubah menjadi perang.


Konflik Timur Tengah merupakan contoh konflik yang tidak terkontrol, sehingga timbul
kekerasan. hal ini dapat dilihat dalam konflik Israel dan Palestina.-
 Konflik Katolik-Protestan di Irlandia Utara memberikan contoh konflik bersejarah
lainnya.
 Banyak konflik yang terjadi karena perbedaan ras dan etnis. Ini termasuk konflik Bosnia-
Kroasia (lihat Kosovo), konflik di Rwanda, dan konflik di Kazakhstan.

BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologiskonflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa
juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Sedangkan kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993). Berdasarkan defenisi ini
maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan
fisik (Keltner et al, 1995). Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah
lebih menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya
disebut dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993).
B. Saran
Sebagai penyusun, saya akui tidak terlepas dari kesalahan dan keterbatasan. Karena
itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
penulisan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya untuk kemajuan
bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

http://andrie07.wordpress.com/2009/11/25/faktor-penyebab-konflik-dan-strategi-
penyelesaian-konflik/
http://psychochanholic.blogspot.com/2008/03/teori-teori-konflik.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
Materi Sosiologi SMA Kelas XI: KONFLIK, KEKERASAN,
DAN UPAYA PENYELESAIANNYA
Pengaruh Diferensiasi Sosial dan Stratifikasi Sosial
Secara umum, diferensiasi dan stratifikasi sosial memberikan pengaruh positif dan negative pada
masyarakat. Pengaruh positifnya, diferensiasi dan stratifikasi sosial dapat mendorong terjadinya integrase
sosial, sedangkan pengaruh negatifnya adalah terjadinya disintegrasi sosial. Diferensiasi sosial dapat
menimbulkan primordialisme, etnosentrisme, politik aliran, dan terjadinya proses konsolidasi.

 Primordialisme
Salah satu konsekuensi dari adanya diferensiasi sosial adalah terjadinya primordialisme. Primordialisme
merupakan pandangan atau paham yang menunjukkan sikap berpegang teguh pada hal-hal yang sejak
semula melekat pada diri individu, seperti suku bangsa, ras, dan agama. Istilah primordialisme berasal
dari kata Bahasa Latin “primus” yang artinya pertama dan “ordiri” yang artinya tenunan atau ikatan.
Dengan demikian, kata primordial(isme) dapat berarti ikatan-ikatan utama seseorang dalam kehidupan
sosial, dengan hal-hal yang dibawanya sejak lahir seperti suku bangsa, ras, klan, asal usul kedaerahan,
dan agama.

 Etnosentrisme
Primordialisme yang berlebihan juga akan menghasilkan sebuah pandangan subjektif yang disebut
etnosentrisme atau fanatisme suku bangsa. Etnosentrisme adalah suatu sikap menilai kebudayaan
masyarakat lain dengan menggunakan ukuran-ukuran yang berlaku di masyarakatnya. Karena yang
dipakai adalah ukuran-ukuran masyarakatnya, maka orang akan selalu menganggap kebudayaannya
memiliki nilai lebih tinggi daripada kebudayaan masyarakat lain.

 Politik Aliran (Sektarian)


Politik aliran merupakan keadaan dimana sebuah kelompok atau organisasi tertentu dikelilingi oleh
sejumlah organisasi massa (ormas), baik formal maupun informal. Tali pengikat antara kelompok dan
organisasi-organisasi massa ini adalah ideologi atau aliran (sekte) tertentu. Contohnya, partai politik PKB
yang dikelilingi oleh ormas-ormas NU.

 Konsolidasi
Berasal dari kata “consolidation” yang berarti penguatan atau pengukuhan. Konsolidasi memiliki dua sisi,
yaitu sisi ke dalam dan sisi keluar. Konsolidasi dengan sisi kedalam akan memperkuat solidaritas
kedalam suatu organisasi atau himpunan. Sebaliknya, konsolidasi dengan sisi keluar dapat menimbulkan
sikap antipati dan kecurigaan terhadap organisasi lain.

Konflik Sosial
1. Pengertian Konflik
Kata “konflik” berasal dari bahasa Latin “configure” yang artinya saling memukul. Dalam kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), konflik didefinisikan sebagai percekcokkan, perselisihan, atau pertentangan.
Dengan demikian, secara sederhana, konflik merujuk pada adanya dua hal atau lebih yang
bersebrangan, tidak selaras, dan bertentangan.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (atau juga
kelompok) yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak
berdaya.
Konflik lahir dari kenyataan akan adanya perbedaan-perbedaan, misalnya perbedaan ciri badaniah,
emosi, kebudayaan, kebutuhan, kepentingan, atau pola-pola perilaku antarindividu atau kelompok dalam
masyarakat.
2. Faktor-Faktor Penyebab Konflik
Soerjono Soekanto mengemukakan empat faktor yang dapat menyebabkan terjadinya konflik dalam
masyarakat, yakni perbedaan antarindividu, perbedaan antarkebudayaan, perbedaan kepentingan, dan
perubahan sosial

3. Bentuk-Bentuk Konflik
Lewis A. Coser membedakan konflik atas dua bentuk.

1. Konflik realistis berasal dari kekecewaan individu atau kelompok terhadap sistem dan tuntutan-
tuntutan yang terdapat dalam hubungan sosial.
2. Konflik nonrealistic adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan persaingan yang antagonistis
(berlawanan), melainkan dari kebutuhan pihak-pihak tertentu untuk meredakan ketegangan.
Contohnya pembalasan dendam lewat ilmu gaib yang dilakukan dalam masyarakat tradisional.
Contoh lain adalah upaya mencari kambing hitam yang terjadi dalam masyarakat telah maju.
Soerjono Soekanto menyebutkan lima bentuk khusus konflik atau pertentangan yang terjadi dalam
masyarakat.

1. Konflik pribadi
2. Konflik rasial
3. Konflik antara kelas-kelas sosial
4. Konflik politik
5. Konflik internasional
Dari sudut psikologi sosial, Ursula Lehr mengemukakan bentuk-bentuk konflik

1. Konflik dengan orang tua sendiri


2. Konflik dengan anak-anak sendiri
3. Konflik dengan keluarga
4. Konflik dengan orang lain
5. Konflik dengan suami istri
6. Konflik di sekolah
7. Konflik dalam pemilihan pekerjaan
8. Konflik agama
9. Konflik pribadi
10. Dampak Sebuah Konflik
Konflik dapat memiliki dampak atau akibat positif maupun negative
Segi positif konflik adalah sebagai berikut.

1. Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau masih belum tuntas
ditelaah.
2. Konflik memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma, nilai-nilai, serta hubungan-
hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan individu atau kelompok
3. Konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (in-group solidarity) yang sedang
berkonflik dengan kelompok lain.
4. Konflik merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu dan kelompok
5. Konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma
baru
6. Konflik dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan
yang ada di dalam masyarakat
7. Konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik berada dalam kekuatan
yang seimbang
8. Segi negative suatu konflik adalah sebagai berikut.
9. Keretakan hubungan antar individu dan persatuan kelompok
10. Kerusakan harta benda dan jatuhnya korban manusia
11. Berubahnya sikap kepribadian para individu, baik yang mengarah pada hal-hal positif atau negative
12. Munculnya dominasi kelompok pemenang atas kelompok yang kalah
Kekerasan
Kekerasan adalah bentuk lanjutan dari konflik sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
kekerasan didefinisikan sebagai perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau
matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari, kekerasan identik dengan tindakan melukai orang lain dengan sengaja,
membunuh, atau memperkosa. Kekerasan seperti itu sering disebut sebagai kekerasan langsung (direct
violence). Kekerasan juga menyangkut tindakan-tindakan seperti mengekang, mengurangi atau
meniadakan hak seseorang, mengintimidasi, memfitnah, dan menteror orang lain. Jenis kekerasan yang
terakhir disebut kekerasan tidak langsung (indirect violence)
 Teori-Teori tentang Kekerasan
1. Teori Faktor Individual
Agresivitas perilaku seseorang dapat menyebabkan timbulnya kekerasan. Faktor penyebab perilaku
kekerasan adalah faktor pribadi dan faktor sosial. Faktor pribadi meliputi kelainan jiwa, seperti psikopat,
psikoneurosis, frustasi kronis, serta pengaruh obat bius. Faktor yang bersifat sosial, antara lain konflik
rumah tangga, faktor budaya, dan media massa.

2. Teori Faktor Kelompok


Terjadi karena benturan identitas kelompok yang berbeda. Contohnya konflik antarsupoter bola

3. Teori Dinamika Kelompok


Kekerasan yang timbul karena adanya deprivasi relative (kehilangan rasa memiliki) yang terjadi dalam
kelompok atau masyarakat. Artinya, perubahan-perubahan sosial yang terjadi demikian cepat dalam
sebuah masyarakat dan tidak mampu ditanggapi dengan seimbang oleh sistem sosial dan nilai
masyarakatnya.

Cara Pengendalian Konflik dan Kekerasan


Konflik merupakan gejala sosial yang senantiasa melekat dalam kehidupan setiap masyarakat. Sebagai
gejala sosial, konflik hanya akan hilang bersama hilangnya masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, yang
dapat kita lakukan adalah mengendalikan agar konflik tersebut tidak berkembang menjadi kekerasan
(violence).
Pada umumnya masyarakat memiliki sarana atau mekanisme untuk mengendalikan konflik di dalam
tubuhnya. Beberapa sosiolog menyebutnya sebagai katup penyelamat (safety valve), yaitu mekanisme
khusus yang dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik. Lewis A. Coser melihat
katup penyelemat sebagai jalan keluar yang dapat meredakan permusuhan antara dua pihak yang
berlawanan.
Secara umum, ada tiga macam bentuk pengendalian konflik sosial:
1. Konsiliasi
Bentuk pengendalian konflik yang dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan
diskusi dan pengambilan keputusan yang adil di antara pihak-pihak yang bertikai.
2. Mediasi
Pengendalian konflik dengan cara mediasi dilakukan apabila kedua pihak yang berkonflik sepakat
untuk menunjuk pihak ketiga sebagai mediator. Pihak ketiga ini akan memberikan pemikiran atau
nasihat-nasihatnya tentang cara terbaik dalam menyelesaikan pertentangan mereka.
3. Arbitrasi
Arbitrasi atau perwasitan umumnya dilakukan apabila kedua belah pihak yang berkonflik sepakat
untuk menerima atau terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan keputusan
tertentu untuk menyelesaikan konflik.Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2014. Sosiologi:Kelompok
Pemintan Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta. Esis Erlangga
daftar pustaka:

Anda mungkin juga menyukai