Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN


KONSEP DAN FUNGSI PENGORGANISASIAN
DOSEN PENGAMPU : Dr. Dra. Ayun Sriatmi, MKes

Disusun oleh :

1. Revi Nabil Deliananda


2. Karista Tiezha Mahera
3. Ihdah Rizkillah S. U.
4. Ghania Afifa Nabil H.
5. Hasna Rufaidah
6. Safira Dian Amalia
7. Shelia Marsauli Basa Panjaitan

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. Adapun judul dari makalah
ini adalah “Konsep dan Fungsi Pengorganisasian”.

Pada kesempatan ini tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran,
dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan makalah ini kami telah berupaya optimal, walaupun masih banyak kendala
dalam penyusunannya,. Oleh karena itu, kami berharap masukan dan saran yang konstruktif untuk
perbaikan serta penyempurnaan. Dengan dibuatnya makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Semarang, 18 Oktober 2022

i
Daftar isi

Kata Pengantar .................................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan .............................................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang....................................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
I.3 Tujuan ..................................................................................................................... 1
Bab II Pembahasan ............................................................................................................. 2
II.1 Pengorganisasian dan Organisasi .......................................................................... 2
II.2 Prinsip Fungsi Pengorganisasian........................................................................... 3
II.3 Tujuan dalam Pengorganisasian ............................................................................ 5
II.4 Pilar Pengorganisasian .......................................................................................... 6
II.5 Pembagian Kerja ................................................................................................... 6
II.6 Pengelompokkan Pekerjaan .................................................................................. 7
II.7 Hubungan antar bagian (Hirarki) dalam Organisasi ............................................. 8
II.8 Koordinasi ............................................................................................................. 10
II.9 Kebutuhan Koordinasi .......................................................................................... 10
II.10 Langkah-Langkah Pengorganisasian .................................................................. 11
Bab III Penutup ................................................................................................................... 12
III.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 12
III.2 Saran .................................................................................................................... 12
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 13

ii
Bab I
Pendahuluan
I.1 Latar belakang

Setelah perencanaan telah dilakukan atau telah selesai, maka langkah selanjutnya yang harus
dilakukan dalam proses administrasi dalam organisasi kesehatan masyarakat adalah
pengorganisasian, upaya memperjelas proses pencapaian tujuan. Hal ini dapat dimulai dengan
memahami tujuan kemudian terjemahkan dengan mengembangkan berbagai aktivitas yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Aktivitas ini kemudian dapat dikelompokkan menjadi
peran, tugas, dan fungsi yang akan dijadikan sebagai dasar membangun struktur organisasi dan
penempatan sumber daya serta SDM yang akan melaksanakannya atau mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan.

I.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat kami rumuskan masalah dalam bentuk
pertanyaan, antara lain:
1. Apa Pengertian dan Prinsip Organisasi dan Pengorganisasian.
2. Apa Tujuan dan Fungsi Pengorganisasian.
3. Apa saja Pilar Pengorganisasian dan Penjelasannya.
4. Apa saja Kebutuhan Koordinasi dan Langkah Pengorganisasian.

I.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian, Prinsip Organisasi Pengorganisasian.
2. Mengetahui Tujuan dan Fungsi Pengorganisasian.
3. Mengetahui Pilar Pengorganisasian Lengkap dengan Penjelasannya.
4. Mengetahui Kebutuhan Koordinasi dan Langkah Pengorganisasian.

1
Bab II
Pembahasan

II.1 Pengorganisasian dan Organisasi


Menurut konsepnya, terdapat dua batasan yang perlu dipaparkan yaitu istilah "organizing"
sebagai kata benda dan organizing (pengorganisasian) sebagai kata kerja, menunjukan kegiatan
yang harus dilakukan, dimana pengertian organizing ini sangat luas.
Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian pengorganisasian :
1. Stoner dan Walker (1986) : Pengorganisasian merupakan satu proses di mana aktivitas
kerja disusun dan dialihkan kepada sumber tenaga untuk mencapai tujuan sebuah
organisasi.
2. Jaafar Muhammad (1992) : Pengorganisasian adalah penyusunan sumber-sumber
organisasi dalam bentuk kesatuan dengan cara yang berkesan agar tujuan dan objektif
organisasi yang dirancang dapat dicapai.
3. Gatewood, Taylor, dan Farell : Pengorganisasian adalah aktivitas yang terlibat dalam
suatu struktur organisasi yang sesuai, memberi tugas kepada pekerja serta membentuk
hubungan yang berguna di antara pekerja dan tugas-tugas.
4. Certo (1997) :
Fokus pertama pengorganisasian adalah menentukan aktivitas yang akan dilakukan oleh
sumber daya manusia dalam organisasi dan bagaimana SDM tersebut dapat diselaraskan
atau digabungkan dengan cara yang terbaik untuk mencapai tujuan organisasi.
Jadi dapat disimpulkan Pengorganisasian adalah kegiatan pengelompokkan orang-orang, alat-
alat, tugas, tanggung jawab atau wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi
yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan batasan tersebut diatas dimana pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan
(sinkronisasi) semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material, dan tata cara dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Organization (Organisasi)
Robbins (1990) menyebutkan bahwa organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang
dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat didefinisikan, yang
bekerja atas dasar aturan formal, relative, dan terus menerus mencapai suatu tujuan bersama atau

2
tujuan kelompok (Robbins, 1990). Koontz dan O'Donnel (1977) menjelaskan bahwa fungsi
pengorganisasian manajer meliputi penentuan penggolongan kegiatan-kegiatan yang diperlukan
untuk tujuan tujuan perusahaan, pengelompokan kegiatan-kegiatan tersebut kedalam suatu
bagian yang dipimpin oleh seorang manajer, serta melimpahkan wewenang untuk
melaksanakannya (Koontz, 1977).

II.2 Prinsip fungsi Pengorganisasi :


menurut A.M. Williams (1965) yang mengemukakan mengenai prinsip prinsip organisasi
meliputi (Williams AM, 1965):

1.Organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas


Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan demikian tidak
mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya, organisasi pelayanan kesehatan seperti
rumah sakit dan puskesmas sebagai suatu organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai
antara lain, memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan lain lain.
2. Prinsip skala hirarki
Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu
pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam pendelegasian wewenang dan
pertanggungjawaban, dan akan menunjang efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.
3. Prinsip kesatuan perintah (Unity Of Command)
Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab kepada seorang
atasan saja. Jika tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan kepada karyawan diberikan oleh
lebih dari satu manajer, ini dapat menyebabkan kebingungan yang dapat menyebabkan konflik
bagi karyawan. Dengan menggunakan prinsip ini, tanggung jawab agar terhindar dari kesalahan
akan bisa diminimalisir.
4. Prinsip pendelegasian wewenang
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga
perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang
harus dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang
dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan

3
orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih dahulu kepada atasannya
lagi.Prinsip wewenang dan tanggung jawab
Merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi, karena dalam suatu
organisasi setiap pegawai telah dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan
setiap wewenang melekat serta diikuti pertanggung jawaban. Wewenang dan tanggung jawab
harus seimbang.
5.Prinsip pertanggung jawaban
Dalam menjalankan tugasnya setiap anggota harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada
atasan.
6. Prinsip pembagian pekerjaan
Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan. Agar
kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan pekerjaan yang didasarkan kepada
kemampuan dan keahlian dari masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian
tugas, akan memperjelas dalam pendele gasian wewenang, pertanggungjawaban, serta
menunjang efektivitas jalannya organisasi.
7. Prinsip rentang pengendalian
Bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi
secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi, semakin besar
suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup banyak, semakin kompleks rentang
pengendaliannya.
8. Prinsip fungsional
Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas tugas dan
wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari pekerjaannya.
9. Prinsip pemisahan Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung
jawabnya kepada orang lain.
10. Prinsip keseimbangan
Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Dalam hal ini,
penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan
organisasi tersebut akan diwujudkan melalui aktivitas/kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi
yang aktivitasnya sederhana (tidak kompleks) contoh koperasi di suatu desa terpencil, dan
lainnya

4
11. Prinsip fleksibilitas Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan
sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena adanya pengaruh di
luar organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam
mencapai tujuannya.
12.Prinsip kepemimpinan
Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau dengan kata lain
organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses kepemimpinan yang
digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut.

II.3 Tujuan Fungsi Pengorganisasian


Dalam fungsi pengorganisasian pasti memiliki tujuan yang harus dituju, antara lain:
1. Memperjelas pembagian tugas dan kegiatan untuk perorangan dan kelompok
Pada dasarnya, sebuah organisasi terdiri atas bagian-bagian tertentu yang masing-masing
memiliki tanggung jawab. Oleh karena itu, harus ada pembagian kerja yang jelas antara
tiap-tiap bagian. Pembagian tugas dan kegiatan yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok dilaksanakan secara terstruktur sehingga terciptanya efisiensi dan efektivitas
organisasi.
2. Memperjelas hubungan organisatoris antara orang di dalam organisasi tersebut melalui
kegiatan yang dilakukannya
Komunikasi dan kolaborasi yang dilakukan antara organisatoris dengan SDMnya dapat
terjalin dengan baik apabila penerapan dari fungsi pengorganisasia berjalan dengan baik
dan sesuai. Organisator dapat dengan mudah membagi tugas dan kegiatan yang tepat dan
sesuai dengan kepada masing-masing SDMnya. Tidak hanya itu saja, tetapi juga hubungan
organisatoris dengan SDMnya, meliputi mekanisme kerja, pertanggungjawaban, dan
pelaporan.
3. Pendelegasian wewenang
Menurut Stoner, pendelegasian wewenang adalah pelimpahan wewenang formal dan
tanggung jawab kepada seorang bawahan untuk menyelesaikan aktivitas tertentu.
Pendelegasian wewenang ada karena semakin besarnya organisasi. Apabila atasan
menghadapi banyak pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan oleh satu orang, maka ia
perlu melakukan delegasi. Pendelegasian juga dilakukan agar pimpinan dapat

5
mengembangkan bawahan sehingga lebih memperkuat organisasi. Pendelegasian
wewenang sangat penting agar setiap elemen dalam organisasi memiliki rasa tanggung
jawab. Di samping itu, pendelegasian wewenang sangat penting fungsinya dalam
komando.
4. Pemanfaatan staf, fasilitas fisik (bahan & alat), dana, dan lain sebagainya
Segala kebutuhan atau sumber daya dapat dimanfaatkan dengan tepat, baik, dan maksimal
sehingga organisasi lebih efektif dan efisien.

II.4 Pilar Pengorganisasian


Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), terdapat empat pilar (building blocks) yang menjadi
dasar untuk melakukan proses pengorganisasian, yaitu :
1. Pembagian kerja (division of work)
Dalam suatu organisasi, semua kegiatan dan pekerjaan yang direncanakan harus
disederhanakan untuk memudahkan pelaksanaannya. Masing-masing ditempatkan dan
ditugaskan untuk setiap aktivitas berdasarkan kriteria tertentu yang lebih spesifik.
2. Pengelompokan pekerjaan (departmentalization)
Setelah pekerjaan dispesifikasikan, kemudian pekerjaan tersebut dikelompokan
berdasarkan kriteria tertentu yang sejenis.
3. Hubungan dan hirarki kerja dalam organisasi (hierarchy)
Terdapat 2 konsep dalam proses penentuan hierarki, antara lain:
1) Span of management control.
2) Chain of command
.
4. Koordinasi (coordination)
Koordinasi menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995) adalah “The process of integrating
the activities of separate departments in ordercto pursue organizational goals effectively”,
yaitu proses mengintegrasikan seluruh aktivitas dari berbagai departemen atau bagian dalam
organisasi agar tujuan organisasi bisa tercapai secara efektif.

II.5 Pembagian Kerja


Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja untuk meraih tujuan bersama. Namun, pada
dasarnya, sebuah organisasi terdiri atas bagian-bagian tertentu yang masing-masing memiliki

6
tanggung jawab. Oleh karena itu, harus ada pembagian kerja yang jelas antara tiap-tiap bagian.
Prinsip-prinsip organisasi berupa pembagian kerja akan memberi pengaruh positif pada efisiensi
dan efektivitas organisasi. Pembagian itu menghindarkan sekelompok orang terkonsentrasi pada
pekerjaan tertentu, sementara pekerjaan yang lain terbengkalai.
Organisasi dapat dikatakan baik apabila setiap tugas yang ada dapat dibagi habis antar para
pendukung organisasi dan selanjutnya para pendukung organisasi tersebut mengetahui serta
memahami tugas dan juga tanggung jawabnya masing-masing.

II.6 Pengelompokan Pekerjaan


Pengelompokan pekerjaan atau departementalisasi pada dasarnya adalah Proses pengelompokkan
dan penamaan bagian atau kelompok pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu. Dalam arti yang
lain, departementalisasi adalah upaya membagi-bagikan pekerjaan secara fungsional yang
mempunyai spesifikasi tertentu, sifat dan batasan wewenang serta sarana dan prasarana yang
digunakan kelompok dalam satu kesatuan kelompok aktivitas untuk mencapai suatu tujuan
tertentu yang telah ditentukan sebelumnya. Departementalisasi juga dilakukan agar kegiatan
yang sejenis dan saling berhubungan dapat dikerjakan bersama.

Beberapa bentuk departementalisasi sebagai berikut :


● Departementalisasi Fungsional, departementalisasi yang mengelompokkan fungsi –
fungsi yang sama atau kegiatan – kegiatan sejenis untuk membentuk suatu satuan
organisasi.
● Departementalisasi Divisional, departementalisasi berdasarkan pembagian divisi-divisi
dalam struktur organisasi.
● Departementalisasi Produk, departementalisasi yang menentukan bagian-bagian dalam
organisasi berdasarkan jenis produk yang dibuat oleh organisasi.
● Departementalisasi pelanggan, departementalisasi ini menentukan bagian-bagian dalam
organisasi berdasar karakteristik pelanggan yang menjadi sasaran pelanggan dari
organisasi.
● Departementalisasi wilayah atau disebut juga departementalisasi daerah, regional atau
geografis, adalah pengelompokkan kegiatan-kegiatan menurut tempat dimana operasi
berlokasi atau dimana satuan-satuan organisasi menjalankan usahanya.

7
● Departementalisasi matriks,merupakan proses departementalisasi yang menggabungkan
antara pendekatan fungsional dengan pendekatan lain, misalnya berdasarkan proyek
tertentu, produk tertentu, ataupun berdasarkan pendekatan lainnya.

II.7 Hubungan antar bagian (Hirarki) dalam Organisasi


Hierarki merupakan bagian dari pilar ketiga dari proses pengorganisasian yang
dikemukakan oleh Stoner, Fereeman, dan Gilbert (1995) yaitu pada pilar Penentuan Relasi
antarbagian dalam Organisasi. Hierarki sendiri dalam KBBI memiliki arti urutan tingkatan
atau jenjang jabatan (pangkat kedudukan). Terdapat dua konsep penting dalam proses
penentuan hirarki ini, yaitu span of management control dan chain of command.

Span of management control berhubungan dengan hierarki otoritas organisasi, yang


menggambarkan sistem pelaporan (chain of command) dan rentang kendali setiap manajer.
Rentang kendali atau rentang manajemen menerangkan tentang banyaknya jumlah bawahan
yang berada dalam pengawasan seorang manajer atau berkaitan dengan jumlah orang atau
bagian di bawah suatu departemen yang akan bertanggung jawab kepada departemen tertentu.
Konsep ini mengacu pada berapa banyak anak buah yang dapat diawasi secara efektif dan
efisien oleh seorang manajer. Asas rentang kendali (span of control) mensyaratkan berapa
orang setepat-tepatnya harus berada di bawah kekuasaan pimpinan sehingga mampu
dilakukan pengawasan. Hal ini penting karena menyangkut efektivitas pengendalian anggota
dalam sebuah organisasi. Di dalamnya memuat juga banyaknya hubungan yang terdapat
dalam organisasi untuk menunjang efisiensi sistem perintah.

Karakter Struktur Organisasi berdasarkan Span of Management Control terbagi menjadi dua
cakupan, dalam rentang lebar dan rentang kecil. Dalam rentang lebar konsep spaon of
Management ini lebih efisien dalam hal biaya, mempercepat pengambilan keputusan,
memberdayakan karyawan, dan mengurangi keefektifan kinerja karyawan dirugikan karena
para penyelia tidak lagi mempunyai cukup waktu untuk memberikan kepemimpinan dan
dukungan yang diperlukan. Sedangkan dalam rentang yang kecil, konsep ini dapat
mempertahankan kontrol yang akrab, cenderung lebih mahal (karena menambah tingkat-
tingkat manajemen), membuat komunikasi vertikal dalam organisasi menjadi lebih rumit,

8
tingkat hierarki tambahan dapat memperlambat pengambilan keputusan, mendorong
penyeliaan ketat yang berlebihan dan tidak mendorong otonomi karyawan.

Konsep yang kedua yaitu, Chain of Command (Rantai komando) adalah garis otoritas yang
tidak boleh dilanggar mulai dari manajemen puncak hingga level manajemen yang paling
bawah, menjelaskan siapa melapor ke siapa dan pertanggungjawaban, seperti halnya garis
laporan adalah bentuk yang ada di bagan organisasi. Chain of Command juga menunjukkan
garis perintah dalam sebuah organisasi dari hierarki yang paling tinggi ke paling rendah.
Terdapat 2 konsep utama dalam chain of command, yaitu otoritas (hak untuk memerintah dan
mengharapkan kepatuhan bawahan) serta unity of command (bahwa seseorang harus dan
hanya memiliki satu atasan langsung untuk melapor).

Dalam menentukan hierarki organisasi melalui penentuan Span of Management Control dan
Chain of Command, seorang manajer perlu mempertimbangkan apakah akan menggunakan
jenis hierarki yang bersifat horizontal (flat hierarchy) atau vertikal (tall hierarchy). Hierarki
horizontal adalah bentuk struktur organisasi yang meminimalkan jumlah sub bagian atau
departemen, dimana subbagian dari organisasi bersifat melebar ke samping secara horizontal.
Kelebihan dari jenis ini yaitu menutupi kelemahan atau keterbatasan pada hierarki vertikal.
Pengambilan keputusan dapat dilakukan lebih cepat karena proses identifikasi masalah relatif
memerlukan waktu lebih singkat, karena tingkatan hierarki tidak terlalu banyak. Namun,
pengambilan keputusan juga belum tentu dilakukan dengan cepat jika subbagian horizontal
tidak memiliki kapabilitas. Bentuk hierarki ini sangat bersifat kondisional, tergantung faktor
internal dan eksternal.

Sedangkan hierarki vertikal meminimalkan bagian-bagian organisasi dan memperbanyak sub


bagian atau departemen secara vertikal. Dalam hierarki vertikal, setiap bagian memiliki
kewenangan dan tanggung jawab relatif terbatas pada bagian tertentu yang telah ditentukan,
dan tanggung jawab yang banyak cenderung didelegasikan pada bagian di bawahnya,
begitupun untuk bagian di bawahnya. Kelebihan dari hierarki vertikal ini adalah para
penanggung jawab di setiap departemen tidak terlalu terbebani sub departemen karena
jumlahnya sedikit, sehingga koordinasi dapat dilakukan lebih cepat. Namun, hierarki ini
memiliki kelemahan dalam pengambilan keputusan yang bersifat keseluruhan. Untuk bisa

9
mengambil keputusan dari bagian paling bawah sebuah organisasi, akan memerlukan proses
yang lama. Karena harus melewati beberapa tingkat.

II.8 Koordinasi
Koordinasi merupakan pilar terakhir dari proses pengorganisasian. Koordinasi merupakan
proses dalam mengintegrasikan seluruh aktivitas dari berbagai departemen atau bagian dalam
organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan dengan terarah. Koordinasi
ditempatkan sebagai elemen yang sangat penting bagi keefektifan operasi atau proses yang
dijalankan organisasi. Keefektifan koordinasi dinilai sebagai faktor yang mempengaruhi
kinerja Organisasi. Dalam jurnal milik Gittell (2000) yang berjudul ”Paradox of Coordination
and Control”, menyoroti pentingnya koordinasi horizontal ketika berhadapan dengan
ketidakpastian, dimana respon yang cepat atas perubahan yang tidak dapat diduga merupakan
keharusan. Dalam setiap organisasi, baik pada perusahaan yang memproduksi barang maupun
yang memberikan layanan, koordinasi di antara para pegawai membantu organisasi untuk
mencapai kinerja tinggi. Melalui koordinasi, permasalahan dapat diselesaikan di tempat secara
kolaboratif dan tepat waktu.
Koordinasi antar fungsi menjadi penting dikarenakan pengetahuan merupakan realitas
yang senantiasa berubah. Untuk memperbarui pengetahuan, diperlukan aktivitas saling
membagi informasi, interaksi dengan lingkungan, dan menyesuaikan sistem kepercayaan.
Pengetahuan yang dibagi dan pembelajaran yang terjadi terkait dengan koordinasi antar fungsi
dapat menghasilkan keunggulan kompetitif. Pada gilirannya, pembelajaran yang didasarkan
pada penyebaran pengetahuan menjadi sumberdaya yang perlu dikembangkan, dilindungi,
dan dimanfaatkan seperti sumberdaya lain. (Marsick dan Watkins, 1999).

II.9 Kebutuhan Koordinasi,


Koordinasi merupakan usaha untuk menciptakan keadaan yang tercantum dalam tiga S,
yaitu serasi, selaras, dan seimbang. Kebutuhan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan
komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam macam satuan
pelaksanaanya. Bila tugas-tugas tersebut memerlukan informasi antar satuan, maka derajat tinggi
adalah yang paling baik. Derajat koordinasi yang tinggi bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak
rutin dan tidak dapat diperkirakan.

10
Rentang manajemen dan koordinasi saling berkaitan dikarenakan prinsip rentang manajemen
berkaitan erat dengan jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh manajer atau
atasan. Sebagaimana anggapan yang mengatakan bahwa semakin besar jumlah rentang semakin
sulit untuk mengkoordinasikan kegiatan bawahan secara efektif.
Menurut James D. Thompson, ada tiga macam saling ketergantungan diantara satuan-satuan
organisasi.
1. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence)
Bila satuan-satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan lainnya dalam
melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja setiap satuan yang
memuaskan untuk suatu hasil akhir.
2. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential independance)
dimana suatu satuan organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih dahulu sebelum
satuan yang lain dapat bekerja.
3. Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence)
merupakan hubungan memberi dan menerima antar satuan organisasi.
II.10 Langkah - Langkah pengorganisasian
Langkah-langkah perorganisasian secara garis besar dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,dan
pemantauan. Menurut Umar H (2003) sebagai berikut:
1. Merinci semua pekerjaan yang ingin dilaksanakan organisasi agar sesuai dengan visi dan
misinya.
2. Membagi beban kerja kepada aktifitas-aktifitas secara logis dan memadai dapat dilakukan
oleh seseorang atau kelompok
3. Mengkombinasikan pekerjaan anggota organisasi dengan cara yang logis dan efisien
4. Menetapkan mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan anggota organisasi dalam
kesatuan yang harmonis
5. Memantau efektivitas organisasi dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk
mempertahankan dan meningkatkan efektifitas.

11
Bab III
Penutup
III.1 Kesimpulan
Pengorganisasian adalah kegiatan pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas, tanggung
jawab atau wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi. Pengorganisasian
merupakan sebuah proses, sedangkan organisasi adalah output dari sebuah proses itu sendiri.
Terdapat dua konsep dalam organisasi, yaitu statis dan dinamis. Konsep statis dimana wadah
yang menghimpun atau tempat berkumpulnya sejumlah orang, atau bisa disebut dengan
organisasi. Konsep dinamis adalah sistem atau cara sejumlah orang bekerja sama untuk
mencapai suatu tujuan selalu dapat berubah dan berkembang. Tujuan pengorganisasian
disini yaitu untuk memperjelas pembagian tugas dan kegiatan bagi perorangan dan
kelompok, memperjelas hubungan organisatoris antar orang di dalam organisasi tersebut
melalui kegiatan yang dilakukannya, pendelegasian wewenang, Pemanfaatan staf, fasilitas
fisik (bahan & alat), dana, dan lain sebagainya. Dalam pengorganisasian terdapat penentuan
relasi antarbagian atau hierarki. Agar hierarki yang telah ditentukan berjalan secara efektif
dan efisien, diperlukan adanya koordinasi yang merupakan usaha untuk menciptakan
keadaan yang serasi, selaras, dan seimbang.

III.2 Saran
Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini, pembaca terkhususnya kita sebagai calon
tenaga kesehatan dapat memahami tentang konsep dan fungsi perorganisasian sebagai dasar
pembangun Struktur organisasi serta penempatan sumber daya yang terbatas secara tepat dan
maksimal dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tentunya kami menyadari jika dalam penyusunan makalah ini, masih banyak terdapat
kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya kami akan segera melakukan
perbaikan susunan makalah ini dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik
yang bisa membangun para pembaca

12
Daftar Pustaka

(n.d.). All about management. Retrieved October 16, 2022, from

https://blog.ub.ac.id/shantyzoe/

Arifin, S., Rahman, F., Wulandari, A., & Anhar, V. Y. (2019). BUKU AJAR : Dasar-

Dasar Manajemen Kesehatan. Pustaka Banua.

http://eprints.ulm.ac.id/1149/1/Buku_Ajar_DD_Mankes_fix.pdf

BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Pengertian Koordinasi Dalam sebuah organisasi setiap

pimpinan perlu untuk mengkoordinasikan kegiatan k. (n.d.). Repository UIN Suska.

Retrieved October 15, 2022, from https://repository.uin-

suska.ac.id/17167/7/7.%20BAB%20II%20%281%29.pdf

Darmawan, E. S., & Sjaaf, A. C. (2016). Administrasi kesehatan masyarakat : teori dan

praktik. Rajawali Pers.

Juliawati, N. (2012). Koordinasi dan Usaha Koordinasi dalam Organisasi : Sebuah

Kerangka Studi. Jurnal Administrasi Bisnis, 8, 202.

https://www.academia.edu/9445856/Chain_of_Command_Span_of_Management_Contro

l_dan_Departementalisasi

Pengantar Manajemen 5 - Pengorganisasian Dan Struktur Organisasi. (n.d.). NUWUN

SEWU. Retrieved October 13, 2022, from

https://dykaandrian.blogspot.com/2014/12/pengantar-manajemen-5-

pengorganisasian.html?m=1

PENGERTIAN ORGANISASI STATIS DAN DINAMIS. (n.d.). Karya Tulis Ilmiah.

Retrieved October 12, 2022, from https://karyatulisilmiah.com/pengertian-organisasi-

statis-dan-dinamis/

13

Anda mungkin juga menyukai