Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN KONSEP DASAR

TUJUAN DAN PRINSIP PENGORGANISASIAN

Guna untuk memenuhi tugas Manajemen Keperawatan

Disusun Oleh Kelompok 3:

1. Lailatun Nur (920173119)


2. M. Ali Fauzi (920173112)
3. Nabela Bintan Nafi’a (920173124)
4. Nafi’un Ni’am (920173126)
5. Nur Cholifah (920173127)
6. Nurfaiz Najunda Sari (920173128)
7. Rachmandani Lilik N (920173131)
8. Riki Puspita Sari (920173132)
9. Rini Putri Oktaviani (920173133)
10. Rizqi Lutfi Al Hakim (920173134)
11. Sigit Wahyudi (920173135)

KELAS : 4C

JURUSAN: S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2019/2020


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................

DAFTAR ISI ......................................................................................................................

KATA PENGANTAR ......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Apa Saja Konsep Dasar, Tujuan dan Prinsip Pengorganisasian.................


B. Apa Saja Jenis Struktrur Organisasi dalam Keperawatan...........................
C. Bagaimana Perbedaan Budaya dan Iklim Organisasi.................................
D. Bagaimana Implementasi Pengorganisasian Keperawatan Diruang Rawat
dan Puskesmas: Kewenangan Klinik Perawat ...........................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
KATA PENGANTAR
 
Puji syukur penulis panjatkan atas ke-hadirat Allah SWT yang mana atas berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik. Adapun tujuan penulis
menyelesaikan karya tulis ini adalah untuk memenuhi tugas Manajemen Keperawatan dengan
judul Makalah Manajemen Keperawatan Konsep Dasar,Tujuan dan Prinsip Pengorganisasian
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penulisan ini. Semoga Allah membalas
kebaikan semua pihak yang terlibat. Amin yaa robbal’alamin.

Kudus, 10 Maret 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengorganisasian adalah hal penting untuk dipelajari, pengorganisasian
mencakup hal-hal yang diatur untuk mencapai sebuah tujuan bersama. Antara
pimpinan dan bawahan, atau antara ketua dan staf memiliki saling keterkaitan
tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama. Pengorganisasian adalah fungsi
manajemen yang juga mempunyai peranan penting seperti halnya fungsi perencanaan.
Dengan fungsi pengorganisasian, seluruh sumber daya yang dimiliki oleh intitusi
pelayanan kesehatan (manusia dan bukan manusia) diatur penggunaannya secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan institusi.
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang
dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf untuk mencapai tujuan
organisasi. Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan kesehatan profesional
yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan
lainnya. Suatu rumah sakit memerlukan pengorganisasian untuk melancarkan suatu
tujuan dengan sukses. Organisasi rumah sakit memiliki pemimpin dan staf-staf
yang bergerak dibidangnya agar organisasi di rumah sakit mampu mejalankan
pelayanan yang optimal. Pengorganisasian dalam manajemen keperawatan
mempunyai banyak aktifitas penting, antara lain bagaimana asuhan keperawatan
dikelola secara efektif dan efisien untuk sejumlah pasien di rumah sakit dengan
jumlah staf keperawatan dan fasilitas yang ada.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Konsep Dasar, Tujuan dan Prinsip Pengorganisasian
2. Apa Saja Jenis Struktrur Organisasi dalam Keperawatan
3. Bagaimana Perbedaan Budaya dan Iklim Organisasi
4. Bagaimana Implementasi Pengorganisasian Keperawatan Diruang Rawat dan
Puskesmas: Kewenangan Klinik Perawat
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep dasar, tujuan dan prinsip
pengorganisasian?
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis struktrur organisasi dalam
keperawatan
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan perbedaan budaya dan iklim
organisasi
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan implementasi pengorganisasian
keperawatan diruang rawat dan puskesmas: kewenangan klinik perawat
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Organisasi


1. Konsep Dasar
Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,
dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasikan untuk mencapai tujuan.
Akibat terjadinya interaksi dengan karakteristik masing-masing serta banyak
kepentingan yang membentuk gaya hidup, pola perilaku, dan etika kerja, yang
semuanya akan mencirikan kondisi suatu organisasi. (Marquis & Huston, 2010).
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan
mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan yang
dicapai. Peran manajer dalam fungsi pengorganisasian adalah menentukan, tugas
yang akan dikerjakan, individu yang akan mengerjakan, pengelompokkan tugas,
struktur pertanggungjawaban, dan proses pengambilan keputusan. Manajer
bertanggung jawab juga dalam merancang pekerjaan staf yang digunakan untuk
mencapai sasaran organisasi (Robins & Coulter, 2007).
Fungsi pengorganisasian akan dapat dilaksanakan dengan baik kalau manajer
pelayanan kesehatan memahami prinsip-prinsip pengorganisasian.
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan
wewenang dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf untuk
mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan batasan tersebut maka fungsi organisasi ialah alat untuk
memadukan dan mengatur semua kegiatan yang ada kaitannya dengan personel,
finansial, material dan tata cara pencapaian tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Berdasarkan pandangan tersebut maka organisasi dipandang sebagai
wadah kerjasama antar orang-orang (organisasi bersifat statis). Organisasi juga
dapat ditinjau dari kerjaan dan pembagian tugas para staf untuk mencapai tujuan
(organisasi bersifat dinamis). Organisasi dapat juga dilihat dari strategi pimpinan
untuk mengelolah organisasi (organisasi sebagai instrument pimpinan).
2. Tujuan organisasi
Tujuan dari pengorganisasian adalah sebagai berikut:
a. Mempermudah pelaksanaan tugas.
b. Mempermudah pimpinan melakukan pengendalian
c. Agar kegiatan-kegiatan para bawahan terarah ke satu tujuan yang telah
ditentukan.
d. Agar dapat menentukan orang-orang yang tepat untuk tugas-tugas yang ada.
3. Prinsip-Prinsip Pengorganisasian
Beberapa prinsip pokok dari pengorganisasian adalah sebagai berikut:
a. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf
b. Membagi habis pekerjaan kedalam kegiatan pokok untuk mencapai tujuan
c. Mengolompokkan kegiatan pokok ke dalam satuan kegiatan yang lebih
operasional (elemen kegiatan)
d. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan fasilitas
pendukungnya.
e. Penugasan personil yang cakap.
f. Mendelegasikan wewenang
g. Dalam pembagian tugas harus diperhatikan keseimbangan antara wewenang
dan tanggung jawab. Wewenang yang terlalu besar pada staf mendorong
terjadinya kasus korupsi akibat peluang yang besar tetapi pengawasan yang
kurang.
B. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi (Organizational Structure) menentukan bagaimana
pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. Struktur
organisasi sebagai penentuan bagaimana pekerjaan dibagi-ibagi, dan dikelompokkan
secara formal (Robbins,2007)
Menurut Robbins (2007) ada elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh para
manager ketika mereka hendak mendesain struktur organisasi. Keenam elemen
tersebut adalah spesialisasi kerja, departementalisasi, rantai komando, rentang
kendali, sentralisasi, desentralisai dan formalisasi.
1. Spesialisasi Kerja
Spesialisasi pekerjaan (work specialization), atau pembagian kegiatan dalam
organisasi dibagi-bagi menjadi beberapa pekerjaan tersendiri. Hakikat dari
spesialisasi pekerjaan adalah bahwa ketimbang seluruh pekerjaan dilakukan oleh
seorang individu, pekerjaan itu dipecah-pecah menjadi sejumlah tahap, dengan
masing-masing tahap diselesaikan oleh seorang individu tersendiri. Intinya,
individu mengkhususkan diri dalam melakukan bagian dari suatu kegiatan
ketimbang seluruh kegiatan.
2. Departementalisasi
Setelah memecah pekerjaan melalui spelisasi, langkah selanjutnya yaitu
mengelompokkannya bersama sehingga tugas-tugas yang sama dapat
dikoordinasikan dalam satu basis. Dasar pengelompokan bersama pekerjaan ini
disebut Departementalisasi (departementalizational).
Departementalisasi berdasarkan fungsi dapat digunakan di semua jenis organisasi,
hanya saja fungsi tersebut bisa berubah guna mencerminkan tujuan dan aktivitas
organisasi. Contohnya sebuah rumah sakit mungkin memiliki departemen yang
dikhususkan untuk penelitian, perawatan pasien, pembukuan, dan sebagainya.
3. Rantai Komando
Rantai komando (chain of command) adalah suatu garis wewenang tanpa
putus dari puncak organisasi ke eselom paling bawah dan menjelaskan siapa
bertanggung jawab kepada siapa. Jika membahas rantai komando ada dua konsep
lain yang harus dibahas agar saling melengkapi yaitu:
a. Wewenang (authority)
Wewenang ini mengacu pada hak-hak yang melekat dalam sebuah
posisi manajerial untuk memberikan perintah dan berharap bahwa perintah itu
dapat dipatuhi. Untuk memfasilitasi koordinasi, tiap posisi manajerial diberi
sebuah tempat dalam rantai komando, dan tiap manajer diberi tingkat
wewenang untuk memenuhi tanggung jawabnya.
b. Kesatuan komando (unity of command)
Prinsip kesatuan komando yaitu membantu melanggengkan konsep
garis wewenang yang tidak terputus. Prinsip ini menyatakan bahwa seseorang
hanya mempunyai satu dan satu-satunya atasan, yang kepadanya ia
bertanggung jawab secara langsung. Jika kesatuan komando putus, seorang
karyawan mungkin harus menghadapi berbagai permintaan atau prioritas yan
saling bertentangan dari beberapa atasan.
4. Rentang kendali
Rentang kendali adalah berapa banyak bawahan yang dapat diatur oleh
seorang manajer secara efektif dan efisien. Lingkup kendali sangat penting karena
menentukan tingkatan struktur dan berapa orang manajer yang dibutuhkan sebuah
organisasi. Semakin luas lingkupnya, semakin efisien organisasi tersebut. Namun,
dalam keadaan tertentu, rentang yang lebih lebar bisa mengurangi keefektifan. Itu
terjadi jika rentang tersebut menjadi terlalu lebar, kinerja karyawan memburuk
karena penyelia tidak lagi memiliki waktu untuk memberikan kepemimpinan dan
dukungan yang diperlukan.
Sedangkan untuk rentang yang sempit atau kecil dengan membatasi rentang
kendali pada lima atau enam karyawan, seseorang manajer dapat mempertahankan
kendalinya secara baik. Tetapi rentang yang sempit juga memiliki tiga kelemahan
diantaranya:
a. Rentang yang sempit, memiliki biaya yang mahal karena memperbanyak
tingkatan manajemen.
b. Membuat komunikasi vertical dalam organisasi lebih rumit. Tingkat hirarki
tambahan tersebut memperlambat pengambilan keputusan dan cenderung
mengisolasi manajemen atas.
c. Rentang kendali yang sempit mendorong supervise yang terlalu ketat,
sehingga menghambat otonomi karyawan
5. Sentralisasi dan Desentralisasi
Sentralisasi mengacu pada derajat mana pembuatan keputusan
dikonsentrasikan pada satu titik dalam organisasi. Sentralisasi juga berlaku tatkala
manajemen puncak membuat keputusan kunci organisasi dengan sedikit atau
bahkan tanpa masukan dari tingkatan yang lebih rendah. Sebaliknya,
desentralisasi adalah jika level lebih bawah diberi kesempatan untuk memberi
masukan bagi pengambilan keputusan atau bahkan diberi kewenangan untuk
membuat keputusan. (Ivancevich, Konopaske, & Matteson, 2008)
Menurut (Huber, 2000; Marquis & Huston, 2003) dalam (Jones, 2007)
Pengambilan keputusan desentralisasi terjadi ketika keputusan dibuat di seluruh
organisasi, pada tingkat terendah dalam organisasi. Dalam pengambilan keputusan
desentralisasi, wewenang, tanggung jawab, dan akuntabilitas yang diberikan
kepada orang yang paling dekat dengan masalah untuk menyelesaikan masalah.
Metode ini meningkatkan semangat kerja karyawan dan kepuasan kerja.
Karyawan diberi kewenangan tersebut cenderung lebih termotivasi dan merasa
dihargai sebagai anggota organisasi.
6. Formalisasi
Formalisasi mengacu sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi
dibakukan. Jika sebuah pekerjaan sangat formal, pemangku organisasi pekerjaan
akan memiliki sedikit sekali kebebasan untuk memiliki apa yang harus dikerjakan,
kapan harus dikerjakan, dan bagaimana dikerjakan. Karyawan diharapkan untuk
selalu menangani output yang konsisten dan seragam.
Organisasi yang tingkat formalisasinya tinggi, memiliki deskripsi tugas yang
jelas, beragam aturan organisasi dan prosedur yang didefinisikan secara tegas.
Sedangkan organisasi yang tingkat formalisasinya rendah memiliki perilaku
pekerjaan yang relative tidak terprogram dan karyawannya memiliki banyak
kebebasan untuk menjalankan diskresi mereka terkait pekerjaan. Karena
kebebasan seorang individu atas pekerjaan berbanding terbalik dengan jumlah
perilaku dalam pekerjaan yang diprogram sebelumnya oleh organisasi, semakin
besar standarisasi semakin kecil input yang dimiliki karyawan mengenai
bagaimana suatu pekerjaan harus dijalankan.
C. Perbedaan Budaya dan Iklim Organisasi
Istilah budaya berasal dari bahasa Latin yaitu colere yang berarti mengolah,
mengerjakan, terutama mengolah tanah atau bertani. Kemudian dalam bahasa Inggris
menjadi culture. Menurut Kotter dan Hasket (1992:3), perhatian masyarakat akademik
terhadap budaya berasal dari studi antropologi sosial yang pada akhir abad ke-19
melakukan studi terhadap masyarakat “primitif”, seperti Eskimo, Afrika dan
penduduk asli Amerika. Studi tersebut mengungkapkan bahwa cara hidup anggota-
anggota masyarakat ini tidak hanya berbeda cara hidup masyarakat maju di Eropa dan
Amerika Utara tetapi juga berbeda di antara masing-masing masyarakat primitif
tersebut.
Budaya organisasi mengacu pada norma prilaku, asumsi, dan keyakinan dari
suatu organisasi, sementara dalam iklim organisasi mengacu pada persepsi orang-
orang dalam organisasi yang merefleksikan norma-norma, asumsi-asumsi dan
keyakinan. Sedangkan Sonhadji dalam Soetopo (2010) mengatakan bahwa budaya
organisasi adalah proses sosialisasi anggota organisasi untuk mengembangkan
persepsi, nilai dan keyakinan terhadap organisasi untuk mengembangkan persepsi,
nilai, dan keyakinan terhadap organisasi. Sementara Soetopo (2010) mengatakan
bahwa budaya organisasi berkenaan dengan keyakinan, asumsi, nilai, norma-norma
prilaku, ideology, sikap, kebiasaan dan harapan-harapan yang dimiliki oleh organisasi
(dalam hal ini termasuk organisasi universitas swasta).
Gibson, Ivanichevich & Donelly dalam Soetopo (2010) berpendapat bahwa
budaya organisasi adalah “kepribadian organisasi yang mempengaruhi cara bertindak
individu dalam organisasi”. Budaya mengandung pola eksplisit dan implisit dari dan
untuk prilaku yang dibutuhkan dan diwujudkan hasil kelompok manusia secara
berbeda termasuk benda-benda ciptaan manusia. Budaya organisasi pada dasarnya
merupakan nilai dan norma yangdianut dan dijalankan oleh organisasi terkait dengan
lingkungan tempat organisasi tersebut menjalankan kegiatannya. (Simamora,2012)
Dari semua definisi tentang budaya organisasi diatas, secara umum dapat
ditetapkan bahwa budaya organisasi berkaitan dengan makna bersama, nilai, sikap
dan keyakinan. Dapat dikatakan bahwa jantung dari suatu organisasi adalah sikap,
keyakinan, kebiasaan dan harapan dariseluruh individu anggota organisasi mulai dari
manajemen puncak hingga manajemen yang paling rendah, sehingga tidak ada
aktifitas manajemen yang dapat melepaskan diri dari budaya.Komponen-komponen
budaya organisasi Robbins dalam Soetopo 2010 mengemukakan tujuh karakteristik
budaya organisasi yaitu"
1. Otonomi individu yaitu kadar kebebasan, tanggung jawab dankesempatan
individu untuk berinisiatif dalam organisasi
2. Struktur yaitu kadar peraturan dan ketetapan yang digunakan untuk mengontrol
prilaku pegawai
3. Dukungan yaitu kadar bantuan dan keramahan manajer kepada pegawai
4. Identitas yaitu kadar kenalnya anggota terhadap organisasinya secara keseluruhan,
terutama informasi kelompok kerja dan keahlian profesionalnya
5. Hadiah performansi yaitu kadar alokasi hadiah yang didasarkan padacriteria
performansi pegawai
6. Toleransi konflik yaitu kadar konflik dalam hubungan antar sejawatdan kemauan
untuk jujur dan terbuka terhadap perbedaan
7. Toleransi resiko yaitu kadar dorongan terhadap pegawai untuk agresif,inovatif dan
berani menanggung resiko.
 Iklim organisasi
Owens 1991 menyatakan bahwa “organizational climate is thestudy of perceptions
that individual have of various aspect of theenvironment in the organization”.Dengan
demikian pengkajian iklim organisasi dapat dilakukan dengan menggali data dari
persepsi individu yang ada dalam organisasi. Taguiri dan Litwin dalam Soetopo
(2010) mengartikan iklim organisasi adalah suatu kualitas lingkungan internal
organisasi yang dialami oleh anggotanya, mempengaruhi prilakunya dandapat
dideskripsikan dengan nilai-nilai karakteristik organisasi. Dengan pengertian ini,
Miner menyarikan aspek-aspek definisi iklim organisasi sebagai berikut:
1. Iklim organisasi berkaitan dengan unit yang besar yang mengandungcirri
karakteristik tertentu.
2. Iklim organisasi lebih mendiskripsikan suatu unit organisasi dari pada
menilainya.
3. Iklim organisasi berasal dari praktik organisasi.
4. Iklim organiasasi mempengaruhi prilaku dan sikap aggota organisasi.

Dalam kaitannya dengan iklim organisasi, Steers dalam Soetopo 2010


menyatakan bahwa iklim organisasi dapat dilihat dari dua sisi pandang yaitu (1) iklim
organisasi di lihat dari persepsi para anggota terhadap organisasinya, (2) iklim
organisasi dilihat dari hubungan antara kegiatan-kegiatan organisasi dan perilaku
manajemennya.

D. Implementasi pengorganisasian keperawatan diruang rawat dan puskesmas:


kewenangan klinik perawat

Manajemen Keperawatan di Puskesmas Melalui Manajemen Kinerja Klinik


Manajemen menurut Gillies (1986) yang diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika
WidyaSukmana (1996) adalah suatu proses dalam menyelesaikan pekaryaan melalui
orang lain,sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota stafkeperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
Manajerkeperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasikan, memimpin
dan mengevaluasisarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan
keperawatan yangseefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan
masyarakat.Selama ini manajemen keperawatan tidak dijalankan dengan baik di
Puskesmas. Berbedadengan di Rumah Sakit atau klinik swasta. Memang manajemen
Puskesmas secara umumtelah diatur oleh pemerintah termasuk pencatatan dan
pelaporannya. Namun tugas pokok danfungsi perawat sebagai pelaksana asuhan
keperawatan sangat jarang tersentuh padaaplikasinya. Oleh karena itu tidak
mengherankan bila Institusi pendidikan lebih memilihRumah Sakit sebagai lahan
praktik manajemen keperawatan. Tentunya adalah sebuahkerugian besar apabila
tenaga profesional dengan gelar Profesi (Ners) kurang tahu langkahapa yang harus
dilakukan untuk manajerial keperawatan di Puskesmas.Departemen (sekarang
Kementerian)Kesehatan pada tahun 2005 mengeluarkan keputusanMenteri Kesehatan
RI Nomor 836 tahun 2005 tentang pedoman pengembangan manajemenkinerja
perawat dan bidan. Hal ini seharusnya menjadi jalan terbaik agar
manajemenkeperawatan bisa diaplikasikan dengan baik dan menghasilkan pelayanan
keperawatan yang bermutu.Manajemen keperawatan dan manajemen kinerja klinis
pada dasarnya sama dan hanyamempunyai perbedaan dalam istilah yang
dipakai.manajemen keperawatan sama dengan manajemen kinerja klinis baik dalam
tahapan maupununsur yang menjadi bagian – bagiannya. Manajemen keperawatan
terdiri dari 3 tahapan yaitumasukan (input), proses (process) dan keluaran
(output).Dalam manajemen kinerja klinik terdapat standar, hal ini mencakup standar,
sistem, prosedur,anggaran, peralatan, persediaan yang merupakan bagian – bagian
dari pengumpulan dan perencanaan. Dalam manajemen kinerja klinik juga terdapat
uraian tugas, hal ini mencakup personalia, organisasi, deskripsi kerja, kerjasama tim
dalam manajemen keperawatan.Indikator kinerja mencakup evaluasi tugas,
pengambilan keputusan, mempengaruhikeputusan, mempengaruhi perubahan, audit
pasien, penilaian prestasi. Khusus untuk diskusirefleksi kasus, mempunyai istilah
yang dikenal sebagai Nursing Round (ronde keperawatan). Namun sebenarnya diskusi
refleksi kasus mencakup organisasi, evaluasi tugas, kerjasamatim, pemecahan
masalah, pengembangan staf dan penelitian. Monitoring mencakup evaluasitugas,
minimalisasi ketidakhadiran, penurunan pergantian, pemecahan masalah,
menanganikonflik, komunikasi dan analisis transaksional, sistem informasi
komputer.Dalam manajemen kinerja klinis ada beberapa keterampilan dan teknik
yang harus dikuasaiyaitu learning organisation dan coaching. Learning organisation
adalah suatu kemampuanyang harus dimiliki oleh perawat primer. Dengan learning
organisation perawat primer akanmampu mengorganisir perawat asociated yang
dipimpinnya. Coaching adalah kemampuanyang sudah seharusnya dimiliki oleh
semua perawat, karena salah satu peran perawat adalah sebagai educator atau
pendidik. Jadi selain mendidik mahasiswa keperawatan, perawat juga memberikan
pendidikan kepada perawat yang lebih junior dan kepada tenaga kesehatan lainnya.
Dari kerangka konsep manajemen kinerja klinik dan manajemen keperawatan hampir
semua bagiannya sama.Jadi pada dasarnya manajemen klinik dan manajemen
keperawatan dan hal ini merupakan peluang bagi perawat untuk meningkatkan kinerja
dalam bekerja.
A. Penutup
Kesimpulan
Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,
dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasikan untuk mencapai tujuan.
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan
mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan yang
dicapai. Peran manajer dalam fungsi pengorganisasian adalah menentukan, tugas
yang akan dikerjakan, individu yang akan mengerjakan, pengelompokkan tugas,
struktur pertanggungjawaban, dan proses pengambilan keputusan. Manajer
bertanggung jawab juga dalam merancang pekerjaan staf yang digunakan untuk
mencapai sasaran organisas
Daftar pustaka
Marquis, B.L. & Huston, C.J. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen.
Keperawatan : Teori dan Aplikasi. Edisi keempat. Jakarta: EGC
Robbins, S dan Coulter, M. 2007, Manajemen. Edisi Kedelapan, Jakarta : PT
Indeks.
Gibson, James., L., Jhon M., Ivancevich., dan H., Donnelly., Jr. 2010: Organisasi
dan Manajemen, Perilaku, Struktur, dan proses, terjemahan oleh Joerban Wahid,
Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai