Anda di halaman 1dari 42

Subyek, Obyek, Tarif PPh serta

Pengecualian, Biaya yang Boleh dan

Tidak Boleh Dibiayakan, Faktor

Pengurang, Cara Penentuan Harga

Perolehan Harta, Metode Penilaian

Persediaan, NPPN dan Ketentuan

Khusus untuk Pengusaha Tertentu


KELOMPOK 3
PRESENTATION TEMPLATE

ANGGOTA

Hafizhah Hasna Putri (042111233060)


Davina Yuan Nugrahaningtyas (042111233218)
Elisha Samantha Dewi Manurung (042111233117)
Ganendra Permata Danysa (042111233242)
Michelle Sebastiani Chang (042111233118)
Elnatan Yuniyanto (042111233171)
Verdy Aryaputra (042111233107)
Pengertian PPh
PPh (Pajak Penghasilan) adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak (WP) yang bersifat tetap
dan/atau tidak tetap. Penghasilan yang dimaksud meliputi usaha, gaji, hadiah, honorarium, dan lain sebagainya.
Dasar hukum PPh adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Dalam perkembangannya, udang-undang ini
telah mengalami 4 (empat) kali perubahan, yaitu:
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 mengenai Pajak Penghasilan;
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 mengenai Pajak
Penghasilan;
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 mengenai Pajak
Penghasilan;
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 mengenai Pajak
Penghasilan;
Selain itu, ketentuan terbaru tentang PPh telah disempurnakan dan diatur dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja, serta Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).
Kemudian, sebagaimana telah diubah dalam Pasal 17 ayat (1) UU HPP bahwa besarnya tarif pajak yang berlaku bagi Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri (PPh 21) adalah sebagai berikut:
5% untuk penghasilan tahunan sampai dengan Rp 60.000.000.
15% untuk penghasilan diatas Rp 60.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000.
25% untuk penghasilan di atas Rp 250.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000.
30% untuk penghasilan di atas Rp 500.000.000 sampai dengan Rp 5.000.0000.0000 Sumber:
35% untuk penghasilan di atas Rp 5.000.000.000 https://www.pajakku.com/read/5da034
Bagi penerima penghasilan yang tidak memiliki NPWP dikenakan dengan tarif yang lebih tinggi. e6b01c4b456747b723/Pengertian-
Pajak-Penghasilan
Subjek Pajak Penghasilan
Merujuk pada UU PPh, subjek pajak penghasilan terbagi menjadi beberapa jenis, di
antaranya:
Subjek PPh Orang Pribadi
Wajib Pajak Orang pribadi adalah subjek pajak penghasilan bagi yang mencakup
orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia maupun di luar
Indonesia.
Subjek PPh OP Dalam Negeri Subjek PPh OP Luar Negeri
Subjek PPh OP Dalam Negeri ini Subjek PPh OP Luar Negeri ini berlaku
berlaku bagi yang telah menerima bagi yang menerima atau memperoleh
atau memperoleh penghasilan yang penghasilan yang bersumber dari
besarnya melebihi Penghasilan Tidak Indonesia maupun melalui bentuk usaha
Kena Pajak (PTKP) tetap di Indonesia.

Sumber:https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-jenis-pph-objek-subjek-tarif-perhitungan/
Subjek Pajak Penghasilan
Subjek PPh Warisan yang belum terbagi
merujuk pada UU PPh No. 36/2008, pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal warisan
tersebut tetap dilaksanakan.

warisan tersebut menggantikan kewajiban ahli waris yang berhak. Jika warisan itu telah dibagi,
maka kewajiban perpajakannya beralih kepada ahli waris.

Sedangkan warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh orang pribadi sebagai subjek
pajak luar negeri yang tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk
usaha tetap di Indonesia, maka tidak dianggap sebagai subjek pajak pengganti.

Sumber:https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-jenis-pph-objek-subjek-tarif-perhitungan/
Subjek Pajak Penghasilan
Subjek PPh Badan
Subjek PPh Badan adalah sebagai subjek pajak penghasilan ini terdiri dari:
Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Subjek PPh Badan Usaha Tetap (BUT)


Subjek PPh Bentuk Usaha Tetap adalah subjek pajak penghasilan yang perlakuan
perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak padan badan dalam negeri.

pengenaan pajaknya dilaksanakan atas penghasilan kena pajak dengan menggunakan tarif
pajak BUT umum sebesat 25% seperti yang berlaku pada subjek pajak badan dalam negeri.

Sumber:https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-jenis-pph-objek-subjek-tarif-perhitungan/
Objek Pajak Penghasilan
Secara garis besar, objek pajak penghasilan di sini dikelompokkan menjadi tiga kategori, yang akan mengarah pada
jenis-jenis PPh yang menjadi kewajiban wajib pajak, yakni

Penghasilan sebagai Objek Pajak


Penggantian atau imbalan Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, Keuntungan karena pembebasan utang
dan penghargaan Keuntungan selisih kurs mata uang asing
Laba usaha Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
Keuntungan karena penjualan atau karena Premi asuransi
pengalihan harta Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
Penerimaan kembali pembayaran pajak yang anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak
telah dibebankan sebagai biaya Tambahan kekayaan neto yang berasal dari
Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan penghasilan yang belum dikenakan pajak
Dividen Penghasilan dari usaha berbasis industri
Royalti atau imbalan atas penggunaan hak Imbalan bunga
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan Surplus Bank Indonesia
penggunaan harta
Sumber:https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-jenis-pph-objek-subjek-tarif-perhitungan/
Objek Pajak Penghasilan
Secara garis besar, objek pajak penghasilan di sini dikelompokkan menjadi tiga kategori, yang akan mengarah pada
jenis-jenis PPh yang menjadi kewajiban wajib pajak, yakni

Penghasilan yang Dikenakan PPh Final


penghasilan yang dapat dikenakan pajak penghasilan bersifat final adalah:

Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga
simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi
Penghasilan berupa hadiah undian
Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi industri yang diperdagangkan di bursa, dan
transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima
oleh perusahaan modal ventura
Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real
estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan
Penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah

Sumber:https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-jenis-pph-objek-subjek-tarif-perhitungan/
Tarif Pajak Penghasilan
Tarif PPh 21
1. Tarif PPh 21 memiliki NPWP
Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh No. 36/2008, perhitungan tarif pajak pribadi menggunakan tarif progresif. Atau sama halnya
dengan tarif PPh Pasal 21 dengan ketentuan besar tarif adalah:
5% untuk penghasilan sampai dengan Rp50.000.000 per tahun
15% untuk penghasilan Rp50.000.000 – Rp250.000.000 per tahun
25% untuk penghasilan Rp250.000.000 – Rp500.000.000 per tahun
30% untuk penghasilan Rp500.000.000 – Rp5.000.000.000 per tahun
35% untuk penghasilan di atas Rp5.000.000.000 per tahun (aturan terbaru dalam UU HPP)
Untuk WP yang tidak memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), dikenakan tarif 20% lebih tinggi dari mereka yang memiliki NPWP

2. Tarif PPh 21 tanpa NPWP


Bagi wajib pajak yang menerima penghasilan namun tidak memiliki NPWP, maka tarif pajak penghasilannya dikenakan 20% lebih tinggi dari tarif
yang ditetapkan terhadap yang memiliki NPWP, yakni:
Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar 20% lebih tinggi dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya dipotong dalam hal
yang bersangkutan memiliki NPWP.
Ketentuan di atas diterapkan untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final.
Dalam hal pegawai tetap atau penerima pensiun berkala sebagai penerima penghasilan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif yang
lebih tinggi mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dalam tahun kalender yang bersangkutan paling lama sebelum pemotongan PPh
Pasal 21 untuk Masa Pajak Desember, selisih pengenaan tarif sebesar 20% lebih tinggi tersebut diperhitungkan untuk bulan-bulan selanjutnya
setelah memiliki NPWP.

Sumber:https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-jenis-pph-objek-subjek-tarif-perhitungan/
Tarif Pajak Penghasilan
Tarif PPh 22
1. Atas impor
Bagi yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% x nilai impor
Bagi non-API = 7,5% x nilai impor
Bagi yang tidak dikuasai = 7,5% x harga jual lelang

2. Atas pembelian barang


Pembelian barang ini dilakukan oleh DJPB, Bendahara Pemerintah, BUMN/BUMD, yakni:
= 1,5% x harga pembelian (tidak termasuk PPN dan tidak final)

3. Atas penjualan hasil produksi


Penjualan hasil produksi ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak, yaitu:
Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)
Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)
Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)
Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)

4. Atas penjualan hasil produksi


Penjelasan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas adalah sebagai berikut:
Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final
Selain penyalur/agen bersifat tidak final

Sumber:https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-jenis-pph-objek-subjek-tarif-perhitungan/
Tarif Pajak Penghasilan
Tarif PPh 22
5. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri
Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang pengumpul ditetapkan, yaitu:
= 0,25 % x harga pembelian (tidak termasuk PPN)

6. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir


Impor beberapa komoditas tersebut bagi importir yang menggunakan API, dengan tarif sebesar:
= 0,5% x nilai impor.

7. Atas penjualan
Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp20 miliar
Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp10 miliar
Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp10 miliar dan luas bangunan lebih dari 500 m2.
Apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp10 miliar dan/atau luas bangunan lebih dari 400
m2.
Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, sport utility vehicle(suv), multi purpose vehicle
(mpv), minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp5 miliar dan dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga
jual tidak termasuk PPN dan PPnBM.

Sumber:https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-jenis-pph-objek-subjek-tarif-perhitungan/
Tarif Pajak Penghasilan
Tarif dan Objek PPh 23

A. Sebesar 15% dari jumlah bruto atas:


Dividen;
Bunga;
Royalti;
Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21;

B. Sebesar 2% dari jumlah bruto atas:


Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
yang telah dikenai Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2);
Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak
Penghasilan Pasal 21.

Dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, besarnya tarif pemotongan adalah
lebih tinggi 100%.

UU NO 36 TAHUN 2008
Tarif Pajak Penghasilan
Tarif dan Objek PPh 26
No Penghasilan Tarif

Penghasilan yang dibayarkan berupa:


1. Deviden;
2. Bunga termasuk Premium,Diskonto dan Imbalan jaminan pengembalian hutang;
3. Royalty;
4. Sewa;
1. 5. Penghasilan penggunaan harta 20% x penghasilan bruto atau Tax Treaty (P3B)
6. Imbalan sehubungan dengan jasa pekerjaan dan kegiatan
7. Hadiah & penghargaan;
8. Pensiun & pembayaran berkala lainnya;
9. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/ atau
10. Keuntungan karena pembebasan utang.

Penjualan atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia, yang
diperoleh WP Luar Negeri. Harta yang dimaksud berupa: perhiasan mewah, berlian, emas,
20% x perkiraan neto Perkiraan Neto = 25% x
intan, jam tangan mewah, barang antik, lukisan, mobil, motor, kapal pesiar, dan/atau
2. harga jual Sehingga tarif efektif: 20% x 25% x
pesawat terbang ringan. Dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 26 adalah: WP OP Luar
harga jual = 5% x harga jual Bersifat final
Negeri yang memperoleh penghasilan tidak melebihi Rp 10 Juta untuk setiap jenis
transaksi.

UU NO 36 TAHUN 2008
Tarif Pajak Penghasilan
Tarif dan Objek PPh 26
No Penghasilan Tarif

Penjualan Saham
Saham yang diperjualbelikan adalah saham dari PT di Dalam Negeri
dan tidak berstatus sebagai emiten atau perusahaan publik.
penjualan/pengalihan saham perusahaan antara (special purpose 20% x perkiraan neto Perkiraan Neto = 25% x harga jual Sehingga tarif efektif: 20% x
3.
company atau conduit company), yang didirikan di Tax Haven Country 25% x harga jual = 5% x harga jual Bersifat final
dan mempunyai hubungan istimewa dengan WPDN Indonesia atau BUT
di Indonesia, dapat ditetapkan sebagai penjualan/ pengalihan saham
WP Badan Dalam Negeri.

20% x perkiraan neto Besarnya perkiraan penghasilan neto adalah sebagai berikut :
Atas premi dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik
secara langsung maupun melalui pialang, sebesar 50% dari jumlah premi yang
dibayar
Pembayaran premi asuransi dan premi reasuransi kepada perusahaan Atas premi yang dibayar oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan di
4.
asuransi di luar negeri Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung
maupun melalui pialang, sebesar 10% dari jumlah premi yang dibayar;
Atas premi yang dibayar oleh perusahaan reasuransi yang berkedudukan di
Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung
maupun melalui pialang, sebesar 5% dari jumlah premi yang dibayar.

UU NO 36 TAHUN 2008
Tarif Pajak Penghasilan
Dikecualikan dari Pengenaan PPh Pasal 26

Dalam hal Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi Pajak Penghasilan dari suatu Bentuk Usaha Tetap
ditanamkan kembali di Indonesia, penghasilan dimaksud dikecualikan dari pengenaan Pajak Penghasilan.

Pengecualian dari pengenaan Pajak Penghasilan diberikan apabila seluruh Penghasilan Kena Pajak
sesudah dikurangi Pajak Penghasilan dari suatu Bentuk Usaha Tetap ditanamkan kembali di Indonesia
dalam bentuk:
1. Penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri
atau peserta pendiri;
2. Penyertaan modal pada perusahaan yang sudah didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai
pemegang saham;
3. Pembelian aktiva tetap yang digunakan oleh Bentuk Usaha Tetap untuk menjalankan usaha Bentuk
Usaha Tetap atau melakukan kegiatan Bentuk Usaha Tetap di Indonesia; atau
4. Investasi berupa aktiva tidak berwujud oleh Bentuk Usaha Tetap untuk menjalankan usaha Bentuk
Usaha Tetap atau melakukan kegiatan Bentuk Usaha Tetap di Indonesia
UU NO 36 TAHUN 2008
Pajak Penghasilan
Biaya yang boleh dan tidak boleh dikurangkan

Termuat dalam Pasal 6 dan Pasal 9 dan UU Nomor 36 Tahun


2008 (berlaku sejak 1 Januari 2009) tentang perubahan
keempat atas UU Nomor 7 Tahun 1983 mengenai biaya yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Ketika ingin melakukan perhitungan Pajak Penghasilan (PPh)
yang dikenakan, besarnya Penghasilan Kena Pajak ditentukan
berdasarkan penghasilan bruto yang didapati, lalu dikurangi
biaya.
Biaya Yang Boleh Dikurangan Dalam Perhitungan PPh:
Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1):
Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha,
antara lain:
1. biaya pembelian bahan; 5. premi asuransi;
2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
6. biaya promosi dan penjualan yang
termasuk upah, gaji, honorarium, bonus,
diatur dengan atau berdasarkan
gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam
Peraturan Menteri Keuangan;
bentuk uang; 3. bunga, sewa, dan royalti; 7. biaya administrasi; dan
3. biaya perjalanan; 8. pajak kecuali Pajak Penghasilan;
4. biaya pengolahan limbah;
Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal
11A;
Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;
Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan;
Biaya Yang Boleh Dikurangan Dalam Perhitungan PPh:
Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1):
kerugian selisih kurs mata uang asing;
biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; dan
Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur
yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau
khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan
untuk jumlah utang tertentu;
Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan
piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf k;
Biaya Yang Boleh Dikurangan Dalam Perhitungan PPh:
Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1):
Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah;
Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia
yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangan Dalam Perhitungan PPh:
Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1):
Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi;
Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota;
Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk
oleh badan penyelenggara jaminan sosial;
Cadangan penjaminan untuk lembaga penjamin simpanan;
Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah
industri untuk usaha pengolahan limbah industri,
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangan Dalam Perhitungan PPh:
Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1):
Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa,
yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut
dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura
dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK 83/PMK.03/2009);
Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;
Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i
sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk
agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP 18 Tahun
2009 dan SE-80/PJ/2010)
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangan Dalam Perhitungan PPh:
Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1):
Pajak Penghasilan;
Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi
pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan
perundang-undangan di bidang perpajakan;
FAKTOR PENGURANG
ZAKAT
Zakat dan sumbangan keagamaan bisa menjadi pengurang pajak
penghasilan (PPh). Hal ini pun telah diatur dalam Undang-Undang (UU)
No.23/2011 tentang pengelolaan zakat.
Kebijakan ini memiliki syarat. Pertama, dibayarkan kepada badan amil
zakat, lembaga amil zakat dan lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan pemerintah.
Kedua, melampirkan fotokopi bukti pembayaran pada SPT Tahunan Pajak
Penghasilan Tahun Pajak dilakukannya pengurangan zakat atau
sumbangan keahamaan yang sifatnya wajib.
FAKTOR PENGURANG
KOMPENSASI KERUGIAN
Kompensasi kerugian fiskal merupakan sebuah skema untuk ganti rugi
yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan
yang mengalami kerugian dalam hal pembukuannya.
Pasal 6 ayat (2) UU No. 36 Tahun 2008, Apabila penghasilan bruto setelah
pengurangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didapat kerugian,
maka kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai
tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.
FAKTOR PENGURANG
PTKP
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) merupakan besaran penghasilan
yang menjadi acuan tidak kena pajak untuk Wajib Pajak kategori orang
pribadi. Jadi, jika penghasilan neto Wajib Pajak pribadi yang menjalankan
usaha maupun kerja bebas berjumlah di bawah PTKP, maka yang
bersangkutan tidak dikenakan pajak.
Akan tetapi, bila status Wajib Pajak ini adalah seorang pegawai maupun
menerima penghasilan tetap sebagai objek dari peraturan pasal 21, maka
penghasilan tersebut tidak dikenai pemotongan PPh 21.
HARGA PEROLEHAN/HARGA
PENJUALAN DALAM HAL TERJADI
JUAL BELI
PASAL 10
(1) Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta yang tidak dipengaruhi
hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) adalah jumlah yang
sesungguhnya dikeluarkan atau diterima, sedangkan apabila terdapat hubungan istimewa adalah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima.

Contoh kasus

CV BULAN menjual mobil kepada CV BINTANG dengan harga Rp100.000.000,-, tetapi harga pasar
wajar dari mobil tersebut adalah Rp150.000.000,-. Nilai buku mobil tersebut bagi CV BULAN adalah
Rp90.000.000,-. Jika antara CV BULAN dan CV BINTANG ada hubungan istimewa, harga penjualan
adalah harga pasar wajar sebesar Rp150.000.000,-, sehingga keuntungan yang diperoleh oleh CV
BULAN sebesar Rp50.000.000,-
UU NO 10 TAHUN 1994
HARGA PEROLEHAN/NILAI
PENJUALAN DALAM HAL TUKAR-
MENUKAR
PASAL 10
(2) Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar menukar harta adalah jumlah yang
seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.

Contoh kasus
CV LALALA menukarkan Mobil merk A (Nilai Buku Rp100.000.000,-; Harga Pasar
Rp150.000.000,-) dengan Mobil merk B (Nilai Buku Rp80.000.000,-; Harga Pasar
Rp150.000.000,-) milik CV YEYEYE. Dari transaksi tersebut, CV LALALA memperoleh
keuntungan sebesar Rp50.000.000,- dan CV YEYEYE memperoleh keuntungan sebesar
Rp70.000.000,-.

Sehingga harga perolehan Mobil merk A dan Mobil merk B dari pertukaran tersebut adalah sebesar
harga pasarnya, yaitu Rp150.000.000,-
UU NO 10 TAHUN 1994
HARGA PEROLEHAN/NILAI
PENJUALAN DALAM HAL TUKAR-
MENUKAR
PASAL 10
(3) Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan,
peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha adalah jumlah yang seharusnya
dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.

Contoh kasus
PT KERAMAT menggabungkan usaha dengan PT BANGET. Pada saat penggabungan, Mobil
yang dimiliki PT KERAMAT memiliki nilai buku Rp150.000.000,-, sedangkan harga pasarnya
adalah Rp175.000.000,-. Maka PT KERAMAT memperoleh keuntungan sebesar Rp25.000.000,-.

UU NO 10 TAHUN 1994
Pasal 10

Bantuan, Sumbangan, Hibah, dan Warisan


(4) Apabila terjadi pengalihan harta :

a. yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, maka
dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai sisa buku dari pihak yang
melakukan pengalihan atau nilai yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak;

Contoh kasus:
PT HAHA menghibahkan mobil kepada Yayasan Panti Jompo. Nilai buku mobil tersebut bagi PT
HAHA adalah Rp100.000.000,- dan harga pasarnya Rp150.000.000,-. Harga pengalihan mobil
tersebut adalah sebesar nilai bukunya Rp100.000.000,-, sehingga tidak ada keuntungan yang diakui
oleh PT HAHA. Demikian juga bagi Yayasan Panti Jompo, harga perolehan mobil adalah sebesar
Rp100.000.000,-

Bu Aya mewariskan mobil kepada Pak Iya. Nilai buku mobil tersebut bagi Bu Aya adalah
Rp100.000.000,- dan harga pasarnya Rp150.000.000,. Harga pengalihan mobil tersebut adalah
sebesar nilai bukunya Rp100.000.000,-.
UU NO 10 TAHUN 1994
Pasal 10

b. yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a, maka dasar
penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai pasar dari harta tersebut.

Contoh kasus:
PT HIHI menghibahkan mobil kepada Pak Budi yang merupakan salah satu mitra bisnis PT HIHI.
Nilai buku mobil tersebut bagi PT HIHI adalah Rp100.000.000,- dan harga pasarnya
Rp150.000.000,-. Mobil tersebut bagi Pak Budi merupakan objek pajak, karena antara PT HIHI dan
Pak Budi terdapat hubungan usaha. Harga pengalihan mobil tersebut adalah sebesar harga
pasarnya Rp150.000.000,-, sehingga keuntungan yang diakui oleh PT HIHI sebesar Rp50.000.000,-.
Bagi Pak Budi, harga perolehan mobil adalah sebesar Rp150.000.000,-.

UU NO 10 TAHUN 1994
Pasal 10

Penyertaan Modal
(5) Apabila terjadi pengalihan harta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf c, maka
dasar penilaian harta bagi badan yang menerima pengalihan sama dengan nilai pasar dari harta
tersebut.

Contoh kasus:
Tutu menyerahkan sebuah mobil sebagai penyertaan modal pada PT Spontan. Mobil tersebut
sebelumnya digunakan untuk usaha rental milik Tutu. Harga pasar mobil adalah Rp100.000.000,-,
sedangkan nilai bukunya adalah Rp80.000.000,-. Dari transaksi tersebut keuntungan atas
pengalihan mobil bagi Tutu sebesar Rp20.000.000,- dan harga perolehan mobil bagi PT Spontan
sebesar Rp100.000.000.
Perhitungan PPh bagi

Pengusaha Tertentu
Tarif PPh Pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah sebesar
0,75% dari jumlah peredaran bruto per bulan dari masing-masing tempat usaha. Pajak
ini bersifat tidak final sehingga dapat dikreditkan pada akhir tahun pajak.
Kode akun pajak yang digunakan untuk penyetoran adalah 411125 dengan kode jenis
setor 101. Jatuh tempo pembayaran PPh Pasal 25 adalah paling lama tanggal 15
bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Tujuan dari pengenaan PPh 25 untuk
Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah untuk simplifikasi.

Sumber: Pajak.go.id
Perhitungan PPh bagi Pengusaha

Tertentu
Tempat Tinggal dan Tempat Usaha Berada dalam Satu KPP
Tuan Ninu mempunyai tempat tinggal sekaligus tempat usaha. Omset usahanya sebesar Rp50.000.000,00 pada

bulan Juni 2019. Terhadap Tuan Ninu hanya diterbitkan NPWP domisili.
0,75% x Rp50.000.000 = Rp375.000,00.
Tempat Tinggal dan Tempat Usaha Berbeda KPP
Tn. Nana mempunyai tempat tinggal di wilayah KPP A dan tempat usaha sebagai Pedagang Pengecer di wilayah

KPP B. Maka, Tn. Nana wajib mendaftarkan NPWP di KPP A sebagai NPWP domisili dan juga mendaftarkan

NPWP di KPP B sebagai NPWP Cabang/ NPWP Lokasi. Omset usaha Tn. Nana di wilayah KPP B adalah sebesar

Rp100.000.000,00.
0,75%x Rp100.00.000 = Rp750.000,00.
Tempat Tinggal dan Tempat Usaha di Lebih dari Satu KPP
Tn. Thor mempunyai tempat tinggal di KPP A, mempunyai 2 tempat usaha sebagai Pedagang Pengecer di KPP B

dan 1 tempat usaha di wilayah KPP C. Maka di KPP A, Tn Thor diterbitkan NPWP Domisili, di KPP B diterbitkan 2

NPWP Cabang atas masing-masing tempat usaha.

Sumber: Pajak.go.id
PRESENTATION TEMPLATE

EDUCATION
BACKGROUND
AVERY DAVIS

2017 2019 2020


Presentation are Presentation are Presentation are
communication tools that communication tools that communication tools that
can be used as can be used as can be used as
demontrations, lectures, demontrations, lectures, demontrations, lectures,
reports, and more.. reports, and more.. reports, and more..
METODE PENILAIAN
PERSEDIAAN
METODE FIFO
Jika mengacu pada Undang Undang FIFO merupakan metode penilaian
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak pemakaian persediaan untuk penghitungan
Penghasilan, dalam pasal 6 metode harga pokok yang dilakukan dengan cara
persediaan yang diperkenalkan dalam mendahulukan persediaan yang didapat
perpajakan, hanya terdapat 2 metode pertama. Hal ini berarti apabila memilih
yang dapat digunakan yaitu metode FIFO sebagai cara penilaian persediaannya,
rata-rata (average) maupun FIFO (First wajib pajak harus menggunakan metode
In First Out). tersebut untuk tahun-tahun berikutnya.

Sumber: ddtc.co.id
METODE PENILAIAN
PERSEDIAAN
METODE AVERAGE
Jika mengacu pada Undang Undang Metode average atau metode rata-rata
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak tertimbang menilai persediaan dengan
Penghasilan, dalam pasal 6 metode membagi harga pokok barang yang tersedia
persediaan yang diperkenalkan dalam untuk dijual dengan jumlah barang, sehingga
menghitung biaya rata-rata. Metode average
perpajakan, hanya terdapat 2 metode
merupakan titik tengah atau perpaduan dari
yang dapat digunakan yaitu metode
metode FIFO dan LIFO. Metode ini
rata-rata (average) maupun FIFO (First menggunakan persediaan barang yang ada di
In First Out). gudang tanpa memperhatikan barang mana
yang masuk pertama atau terakhir.

Sumber: ddtc.co.id
CARA PERHITUNGAN
PPH DENGAN NPPN
Budi berprofesi sebagai penulis novel yang berada di Kawasan Penghasilan Neto = 50% × 1.000.000.0000
Bandung, asumsikan Budi telah menikah dan memiliki 2 orang
anak. Peredaran bruto yang diterima Budi dari hasil royalty = 500.000.000
bukunya adalah sebesar Rp1.000.000.000 di tahun 2019. Dalam PTKP (k/2) = 67.500.000
hal ini, Budi menggunakan perhitungan dengan norma
PKP = 500.000.000 - 67.500.000
penghitungan penghasilan neto., maka berapa PPh 21
terutangnya. = 432.500.000
PPH 21 Terutang:
Jawab:
Berdasarkan pernyataan tersebut, Budi masuk ke dalam 5% x 50.000.000 = 2.500.000
klasifikasi lapangan usaha (KLU) Kegiatan Pekerja Seni. Menurut 15% x 200.000.000 = 30.000.000
PER-17/2015 tarif yang berlaku untuk penghitungan penghasilan
25% x 182.500.000 = 45.625.000
neto dari KLU Kegiatan Pekerja Seni di Kota Bandung adalah
50%. Maka penghitungan penghasilan neto dan pajak Total = 78.125.000
penghasilannya:
PRESENTATION TEMPLATE

AVERY DAVIS
PROJECT
Project 01
PORTFOLIO
Presentation are communication tools that can
be used as demontrations, lectures, reports,
and more. it is mostly presented before an
audience.

Project 02
PRESENTATION TEMPLATE

AVERY DAVIS

PORTFOLIO 01
Presentation are communication tools that
can be used as demontrations, lectures,
reports, and more. it is mostly presented
before an audience.
PRESENTATION TEMPLATE

AVERY DAVIS

PORTFOLIO 02
Presentation are communication tools that
can be used as demontrations, lectures,
reports, and more. it is mostly presented
before an audience.
PRESENTATION TEMPLATE

AVERY DAVIS
NOTABLE
PORTFOLIO
Presentation are communication tools
that can be used as demontrations,
lectures, reports, and more.

Project 01 Project 02
PRESENTATION TEMPLATE

LET'S WORK
TOGETHER

www.reallygreatsite.com

Anda mungkin juga menyukai