Anda di halaman 1dari 5

Laporan

(Tugas Individu)
Strategic Leadership

Oleh :
Erika Fajar Subhekti
225231035

PROGRAM STUDI S2 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
TAHUN 2023
PEMBAHASAN
Kuliah Tamu by Irjen Pol (Purn) Dr. Juansih, Dra., S.H., M.Hum

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DALAM PENEGAKAN HUKUM


(KEKERASAN BERBASIS GENDER)

Karakteristik gaya kepemimpinan transformasional dinilai efektif apabila :

1. Bisa menunjukkan rasa percaya diri kepada orang lain dan juga dapat
menghargai anggota ke bawah-nya maksudnya yaitu tidak semena-mena
kepada anggota ke bawah.
2. Mampu menciptakan serta menjaga semangat kerja para anggota-nya.
3. Memandang masalah dari perspektif yang berbeda, maksudnya adalah dapat
melihat dari berbagai sisi dan sudut pandang, yaitu harus belajar untuk dapat
mendengar dan melihat. Artinya, harus membiasakan diri untuk dapat
mendengar dan menghargai pendapat orang lain, dan menganggap bahwa
setiap apa yang disampaikan oleh orang lain adalah suatu kebenaran awal bagi
orang tersebut. Selain itu, harus dapat melihat dengan penuh kesabaran dan
ketelitian dari setiap objek permasalahan yang dihadapi.
4. Dan mampu memahami permintaan khusus terhadap kebutuhan anggota,
maksudnya adalah misalkan jika anggota membutuhkan sesuatu yang dapat
membantu mereka menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan cepat, maka
kenapa tidak dipenuhi agar dapat menunjang kegiatan dalam bekerja.

Komponen Kepemimpinan Transformasional, dapat dilihat di bawah ini yaitu :

1. Motivasi Inspirasional, yaitu mampu menggerakkan orang lain untuk bergerak


dengan mengkomunikasikan visi seseorang dengan semangat, optimism, dan
antusiasme.
2. Pengaruh yang Teridealisasi (Keteladanan), yaitu mampu memberikan model
perilaku yang menempatkan kebaikan kelompok ketimbang kebutuhan-
kebutuhan pribadi seseorang dengan mencerminkan standar-standar etika
yang tinggi.
3. Pertimbangan Individu, yaitu mampu mendukung, melatih, serta mendorong
warga untuk tetap beraktivitas dalam kegiatan-kegiatan positif.
4. Stimulasi Intelektual, yaitu mampu menyelesaikan masalah dengan warga
menggunakan cara yang kolaboratif dan inovatif. Kolaboratif disini yaitu
dapat bekerja sama dalam menyelesaikan masalah. Dan Inovatif disini yaitu
mampu menemukan solusi dari sebuah masalah tersebut.

Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan

Masalah ini tidak dapat dihindari dari kehidupan kita setiap harinya.

Dapat dilihat pada tabel diatas yaitu data kasus kekerasan terhadap perempuan
yang terjadi pada tahun 2018 sampai dengan 2022, tidak dialami saja oleh perempuan
dewasa, tetapi juga kepada anak-anak dibawah umur sehingga meninggalkan trauma
mendalam yang membuat anak tersebut kesulitan bersosialisasi lagi dengan orang
lain diluar dari lingkungan, atau bahkan pelaku juga bisa dari lingkungan didalam
rumah.

Jenis-Jenis Kekerasan, yaitu :


1. Kekerasan Fisik, yaitu terjadi sentuhan fisik antara pelaku dengan korbannya.
Contohnya seperti menampar, menimpuk, menginjak kaki, menjegal,
meludahi, memalak, melempar dengan barang, dan lain sebagainya.
2. Kekerasan Psikologi, seperti melontarkan ucapan yang menyakitkan hati,
melakukan penghinaan terhadap seseorang maupun kelompok, melakukan
ancaman, dan sebagainya.
3. Kekerasan Seksual, seperti menyentuh, mengusap, meraba, memegang, dan
sebagainya.
4. Eksploitasi Ekonomi, maksudnya adalah tindakan tidak bertanggung jawab
yang dilakukan oleh seseorang dalam hal ekonomi.

Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Kekerasan Seksual, yaitu :


1. Pelecehan Seksual Fisik
2. Pelecehan Seksual Non-Fisik
3. Perbudakan Sosial
4. Kekerasan Seksual Berbasis Elektronik
5. Pemaksaan Kontrasepsi
6. Pemaksaan Sterilisasi
7. Pemaksaan Perkawinan
8. Penyiksaan Seksual
9. Ekploitasi Seksual

Beberapa Contoh Kekerasan Seksual Berbasis Gender yang dialami Wanitra


dan Anak Perempuan, yaitu :
1. Kekerasan dalam Rumah Tangga, sebuah penelitian pada tahun 2005 oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan bahwa di kebanyakan
Negara antara 29% sampai dengan 62% wanita pernah mengalami kekerasan
fisik atau seksual oleh orang tedekatnya.
2. Perdagangan Manusia, Setiap tahun 500.000 hingga 700.000 wanita dan anak
perempuan diperdagangkan melintasi perbatasan antar Negara yang ada.
3. Kekerasan Seksual, tiap tahunnya selalu mengalami peningkatan laporan
kekerasan seksual sebelum, selama, dan setelah konflik.
4. Penyunatan Terhadap Wanita, menurut UNFPA, United Nations population
Fund ,terdapat 130 juta anak perempuan dan wanita yang telah mengalami
penyunatan, dan 2 juta anak perempuan mengahadapu risiko penyunatan
setiap tahunnya.

Pelaku-pelaku Kekerasan Seksual ini siapa saja?, yaitu bisa saja keluarga,
pasangan, pendidik, teman, atasan, oknum tokoh agama atau tokoh masyarakat, serta
orang yang tidak di kenal melalui media sosial.

Tempat-tempat terjadinya Kekerasan Seksual, yaitu di tempat publik atau


transportasi umum, lembaga pendidikan atau perusahaan, di media sosial, serta di
rumah yang seharusnya menjadi tempat paling aman ternyata bisa menjadi tempat
terjadinya kekerasan seksual ini.

Kesimpulan dari ini adalah, fungsi utama dari kepemimpinan transformasional yaitu
memberikan pelayanan sebagai katalisator dari perubahan (catalyst of change), serta
pada saat bersamaan sebagai seorang pengawas dari perubahan. Dan diharapkan
pemimpin mampu melakukan kolaborasi dengan berbagai instansi terkait dalam
menyelesaikan masalah kekerasan berbasis gender ini.

Anda mungkin juga menyukai