Anda di halaman 1dari 10

Makalah Evaluasi Dan Etos Kerja Masyarakat Indonesia

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Pelajaran: Ppkn
Pengampu: Ariani Umi Hastuti, S.Pd

Disusun Oleh :

 M.Rizki Febrianto (24)


 M.Santoso Wibowo(25)
 M.Salsa Badawi(26)
 Nor Afrida Aulia(27)
 Refi Mariska Sari(28)

KELAS XII TKJ 4


SMK NEGERI 2 DEMAK
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ketertinggalan Indonesia saat ini membuat kita bertanya, apakah
orang Indonesia tidak punya semangat kerja seperti bangsa lain?. Jika
punya, mengapa negara kita " bernasib " seperti sekarang ini ? Studi-studi
sosiologi dan manajemen dalam beberapa dekade belakangan bermuara
pada satu kesimpulan yang mengaitkan antara etos kerja manusia dengan
keberhasilannya.
Dikatakan bahwa keberhasilan di berbagai wilayah kehidupan ditentukan
oleh sikap, perilaku dan nilai-nilai yang diadopsi individu-individu
manusia di dalam komunitas atau konteks sosialnya. Pertanyaannya
kemudian adalah seperti apa etos kerja masyarakat Indonesia? Apakah etos
kerja kita menjadi penyebab dari rapuh dan rendahnya kinerja sistem
sosial, ekonomi, dan kultural bangsa Indonesia?
Ataukah etos kerja yang kita miliki sekarang ini merupakan bagian
dari politik republik tercinta? Karateristik bangsa Indonesia digambarkan
sebagai seorang yang munafik, tidak bertanggung jawab, feodal, percaya
pada takhayul dan lemah wataknya. Sejumlah pemikir dan budayawan lain
menyebutkan bahwa bangsa I
ndonesia memiliki 'budaya loyo', ' budaya instant ' dan banyak lagi.
Hasil pengamatan para cendikia tersebut tentu ada kebenarannya, tetapi
tentunya bukan maksud mereka untuk membuat final judgement terhadap
bangsa kita. Pernyataan-pernyataan mereka perlu disikapi sebagai suatu
teguran dan peringatan yang serius. Jika ciri-ciri etos kerja sebagaimana
diungkapkan dalam " Manusia Indonesia" tidak kita sosialisasikan, tumbuh
kembangkan dan pelihara maka berarti kita bergerak mundur beberapa
abad kebelakang.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud etos kerja?
2. Apa yang dimaksud tenaga kerja?
3. Apa ciri-ciri etos kerja?
4.faktor-faktor apa yang mempengaruhi etos kerja?
5.Bagaimana cara mengetahui etos kerja tinggi dan etos kerja rendah?
BAB II
ISI
I. Apa yang dimaksud dengan etos ?
Etos kerja adalah sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran
sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai budaya terhadap kerja
(Sukardewi, 2013:3). Etos berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang
artinya sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu.
Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok
bahkan masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh
budaya, serta sistem nilai yang diyakininya (Tasmara, 2002:15).

Berikut beberapa pengertian etos kerja dari beberapa sumber:

 Menurut Sinamo (2011:26), etos kerja adalah seperangkat perilaku


positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai
komitmen total pada paradigma kerja yang integral.
 Menurut Panji Anoraga (2001:29), etos kerja adalah pandangan dan
sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja, oleh karena itu
menimbulkan pandangan dan sikap yang menghargai kerja sebagai
suatu yang luhur, sehingga diperlukan dorongan atau motivasi. 
 Menurut Madjid (2000:410), etos kerja ialah karakteristik dan sikap,
kebiasaan, serta kepercayaan dan seterusnya yang bersifat khusus
tentang seseorang individu atau sekelompok manusia. 
II. Apa yang dimaksud dengan tenaga kerja ?
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja.
Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga
kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah
memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah
berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang
mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat
mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas
17 tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang
menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk
tenaga kerja.

Klasifikasi Tenaga Kerja


Berdasarkan penduduknya

 Tenaga kerja

Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat


bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut
Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai
tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64
tahun.

 Bukan tenaga kerja

Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak
mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang
Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia,
yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun.
Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan
anak-anak.

Berdasarkan batas kerja


 Angkatan kerja

Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun
yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun
yang sedang aktif mencari pekerjaan.

 Bukan angkatan kerja

Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang
kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya.
Contoh kelompok ini adalah:

1. anak sekolah dan mahasiswa/mahasiswi


2. para ibu rumah tangga dan orang cacat.

Berdasarkan kualitasnya

 Tenaga kerja terdidik

Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian
atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan
formal dan nonformal. Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.

 Tenaga kerja terlatih

Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam
bidang tertentudengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini
dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai
pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-
lain.

 Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih

Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar
yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut,
pembantu rumah tangga, dan sebagainya
III. Apa ciri-ciri dari etos kerja
Ciri-ciri Etos Kerja 
Seseorang yang memiliki etos kerja, akan terlihat pada sikap dan
tingkah lakunya dalam bekerja. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri etos
kerja:

1. Kecanduan terhadap waktu. Salah satu esensi dan hakikat dari


etos kerja adalah cara seseorang menghayati, memahami, dan
merasakan betapa berharganya waktu. Dia sadar waktu adalah netral
dan terus merayap dari detik ke detik dan dia pun sadar bahwa
sedetik yang lalu tak akan pernah kembali kepadanya. 
2. Memiliki moralitas yang bersih (ikhlas). Salah satu kompetensi
moral yang dimiliki seorang yang berbudaya kerja adalah nilai
keihklasan. Karena ikhlas merupakan bentuk dari cinta, bentuk kasih
sayang dan pelayanan tanpa ikatan. Sikap ikhlas bukan hanya output
dari cara dirinya melayani, melainkan juga input atau masukan yang
membentuk kepribadiannya didasarkan pada sikap yang bersih. 
3. Memiliki kejujuran. Kejujuran pun tidak datang dari luar, tetapi
bisikan kalbu yang terus menerus mengetuk dan membisikkan nilai
moral yang luhur. Kejujuran bukanlah sebuah keterpaksaan,
melainkan sebuah panggilan dari dalam sebuah keterikatan.
4. Memiliki komitmen. Komitmen adalah keyakinan yang mengikat
sedemikian kukuhnya sehingga terbelenggu seluruh hati nuraninya
dan kemudian menggerakkan perilaku menuju arah tertentu yang
diyakininya. Dalam komitmen tergantung sebuah tekad, keyakinan,
yang melahirkan bentuk vitalitas yang penuh gairah. 
5. Kuat pendirian (konsisten). Konsisten adalah suatu kemampuan
untuk bersikap taat asas, pantang menyerah, dan mampu
mempertahankan prinsip walau harus berhadapan dengan resiko
yang membahayakan dirinya. Mereka mampu mengendalikan diri
dan mengelola emosinya secara efektif.
IV.Apa Faktor-faktor yang mempengaruhi Etos Kerja 
Etos kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu
(Anoraga, 2001:52):

1. Agama Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai yang


akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup para penganutnya.
Cara berpikir, bersikap dan bertindak seseorang tentu diwarnai oleh
ajaran agama yang dianut jika seseorang sungguh-sungguh dalam
kehidupan beragama. 
2. Budaya. Sikap mental, tekad, disiplin, dan semangat kerja
masyarakat juga disebut sebagai etos budaya dan secara operasional
etos budaya ini juga disebut sebagai etos kerja. Kualitas etos kerja
ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat yang
bersangkutan.
3. Sosial Politik. Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat
dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang mendorong
masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja
keras dengan penuh. 
4. Kondisi Lingkungan/Geografis. Lingkungan alam yang
mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya
melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat,
dan bahkan dapat mengundang pendatang untuk turut mencari
penghidupan di lingkungan tersebut. 
5. Pendidikan. Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas
sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia akan
membuat seseorang mempunyai etos kerja keras. 
6. Struktur Ekonomi. Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat
dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur ekonomi, yang mampu
memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk bekerja keras
dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh. 
7. Motivasi Intrinsik Individu. Individu yang akan memiliki etos
kerja yang tinggi adalah individu yang bermotivasi tinggi. Etos kerja
merupakan suatu pandangan dan sikap yang didasari oleh nilai-nilai
yang diyakini seseorang.
V. Bagaimana cara mengetahui etos kerja tinggi dan etos
kerja rendah?
Dalam tulisannya, Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman
bahwa etos kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki dua
alternatif, positif dan negatif. Suatu individu atau kelompok
masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi apabila
menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:
1. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja
manusia,
2. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang
amat luhur bagi eksistensi manusia,
3. Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi
kehidupan manusia,
4. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan
ketekunan dan sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan
cita-cita,
5. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.
Bagi individu atau kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja
yang rendah, maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya
(Kusnan, 2004), yaitu :
1. Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri,
2. Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia,
3. Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh
kesenangan,
4. Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan,
5. Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.
  Dari berbagai aspek yang telah disebutkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki etos kerja tinggi akan
terus berusaha untuk memperbaiki dirinya, sehingga nilai pekerjaannya
bukan hanya bersifat produktif materialistik tapi juga melibatkan
kepuasaan spiritualitas dan emosional.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwa Etos kerja adalah sikap yang
muncul atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh
sistem orientasi nilai budaya terhadap kerja (Sukardewi, 2013:3).
Dan etos kerja yang dimiliki penduduk Indonesia sebagai
berikut :
1) Munafik atau hipokrit. Suka berpura-pura, lain di mulut
lain di hati;
2) Enggan bertanggung jawab. Suka mencari kambing
hitam;
3) Berjiwa feodal. Gemar upacara, suka dihormati
daripada menghormati dan lebih mementingkan status
daripada prestasi;
4) Percaya takhyul. Gemar hal keramat, mistis dan gaib;
5) Berwatak lemah. Kurang kuat mempertahankan
keyakinan, plinplan, dan gampang terintimidasi. Dari
kesemuanya, hanya ada satu yang positif, yaitu (6)
Artistik; dekat dengan alam. Dengan melihat keadaan
saat ini, ini merupakan kenyataan pahit, yang memang
tidak bisa kita pungkiri, dan memang begitu adanya.

B. DAFTAR PUSTAKA

 Toto Tasmara. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islam. Jakarta: Gema


Insani Press.
 Sinamo, Jansen. 2011. Delapan Etos Kerja Profesional. Jakarta: Institut
Mahardika.
 Sukardewi, Nyoman, et. all. 2013. Kontribusi Adversity Quotient (AQ)
Etos Kerja dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Guru SMA Negeri
di Kota Amlapura. Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah
Kuala, volume 4.
 Panji Anaraga. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
 Madjid, N. 2000. Masyarakat Religius. Jakarta: Pavamadina.

Anda mungkin juga menyukai