TENTANG “PENDIDIKAN ANTI KORUPSI” (Dosen Pengampu: Johan Musthafa Kamal SE.MM.)
OLEH: AKMAL HAFIZIN
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL MAARIF ANGKASATU BUNCALANG LOMBOK TENGAH 2022 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Korupsi merupakan ancaman global di dunia dikarenakan adanya penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah atau pihak-pihak terkait untuk kepentingan pribadi yang sangat merugikan. Indonesia merupakan negara yang identik dengan tindakan korupsi , hal ini disebabkan karena buruknya moral para pemimpin bangsa yang melakukan penyimpangan terhadap kepercayaan masyarakat. Tindakan korupsi dirasakan semakin buruk di negara kita ini, maka dari itu banyak dilakukan upaya-upaya pemberantasan korupsi tetapi faktanya masih banyak ditemukan para pejabat yang melakukan tindakan tersebut. Salah satu upaya yang memang sedang gencar-gencarnya dilakukan adalah melalui pendidikan, hal ini mengarah pada pokok pembahasan kita yaitu “Pendidikan Anti Korupsi” Pendidikan anti korupsi ini dimaksudkan untuk membentuk moral yang lebih baik bagi para generasi muda agar mereka tidak menjadi bibit-bibit koruptor di negara kita. seharusnya memulai pendidikan anti korupsi sedini mungkin agar mereka mengerti bagaimana dampak besar korupsi di indonesia. Jadi, kita dapat melakukan. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian korupsi ? 2. Mengapa diadakannya pendidikan anti-korupsi ? 3. Apa nilai dan prinsip anti-korupsi ? 4. Bagaimana upaya pemberantasan korupsi dan penanganannya? 5. Siapa yang berperan untuk pencegahan korupsi ? 6. Bagaimana tindak pidana korupsi dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia ? 7. Bagaimana peranan mahasiswa dalam pencegahan korupsi ? BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Korupsi Korupsi merupakan penyalahgunaan kewenangan oleh pihak pribadi maupun kelompok. Dari segi hukum memandang bahwa korupsi merupakan kejahatan (crime), koruptor oleh karenanya yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah menindak para koruptor dengan jerat-jerat hukum serta memberantas korupsi dengan memperkuat perangkat hukum seperti undang-undang dan aparat hukum. Segi politik memandang bahwa korupsi cenderung terjadi di ranah politik, khususnya korupsi besar (grand corruption) dilakukan oleh para politisi yang menyalahgunakan kekuasaan mereka. Segi sosiologi memandang bahwa korupsi adalah sebuah masalah sosial. Korupsi terjadi di semua sektor dan dilakukan oleh sebagian besar lapisan masyarakat, maka dianggap sebagai penyakit sosial. Segi agama memandang bahwa korupsi terjadi sebagai dampak dari lemahnya nilai-nilai agama dalam diri individu, dan oleh karenanya upaya yang harus dilakukan adalah memperkokoh nilai-nilai keagamaan dalam diri individu dan masyarakat. B. Faktor Penyebab Korupsi Korupsi akan terus berlangsung selama masih terdapat kesalahan tentang cara memandang kekayaan. Semakin banyak orang salah dalam memandang kekayaan, semakin besar pula kemungkinan orang melakukan kesalahan dalam mengakses kekayaan. Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi menurut pandangan Arifin adalah aspek perilaku individu, aspek organisasi, dan aspek masya-rakat tempat individu dan organisasi berada (Arifin: 2000). Selain itu, faktor penyebab korupsi antara lain : a. sifat tamak manusia, b. moral yang kurang kuat menghadapi godaan, c. gaya hidup konsumtif, d. tidak mau (malas) bekerja keras (Isa Wahyudi : 2007). Terdapat juga faktor lain menurut Erry Riyana Hardjapamekas (2008) menyebutkan tingginya kasus korupsi di negeri ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: a. kurang keteladanan dan kepemimpinan elite bangsa, b. rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil, c. lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum dan peraturan perundangan, d. rendahnya integritas dan profesionalisme, e. mekanisme pengawasan internal di semua lembaga perbankan, keuangan, dan birokrasi belum mapan, f. kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan masyarakat, dan g. lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan etika. Secara umum faktor penyebab korupsi adalah faktor politik, faktor hukum, faktor ekonomi dan birokrasi serta faktor transnasional. (ICW:2000) Faktor internal, merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri, yang dapat dirinci menjadi: 1. Aspek perilaku individu : sifat tamak/rakus manusia, moral yang kurang kuat, gaya hidup yang konsumtif. 2. Aspek sosial Faktor eksternal, pemicu perilaku korupsi yang disebabkan oleh faktor di luar diri pelaku. a. Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi b. Aspek ekonomi c. Aspek politis Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dapat dilihat ketika terjadi instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang kekuasaan, bahkan ketika meraih dan mempertahankan kekuasaan. d. Aspek organisasi : kurang adanya sikap keteladanan pimpinan, tidak adanya kultur organisasi yang benar, kurang memadainya sistem akuntabilitas, kelemahan sistim pengendalian manajemen, lemahnya pengawasan. C. Nilai dan Prinsip Anti-Korupsi Nilai-nilai anti korupsi meliputi kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, pertanggungjawaban, kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. a. Kejujuran Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong, dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting bagi kehidupan mahasiswa, tanpa sifat jujur mahasiswa tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya (Sugono: 2008). b. Kepedulian Menurut Sugono definisi kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan (Sugono : 2008). c. Kemandirian Kondisi mandiri bagi mahasiswa dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini penting untuk masa depannya dimana mahasiswa tersebut harus mengatur kehidupannya dan orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya sebab tidak mungkin orang yang tidak dapat mandiri (mengatur dirinya sendiri) akan mampu mengatur hidup orang lain. Dengan karakter kemandirian tersebut mahasiswa dituntut untuk mengerjakan semua tanggung jawab dengan usahanya sendiri dan bukan orang lain (Supardi : 2004). d. Kedisiplinan Menurut Sugono definisi kata disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (Sugono: 2008). Dalam mengatur kehidupan kampus baik akademik maupun sosial mahasiswa perlu hidup disiplin. Hidup disiplin tidak berarti harus hidup seperti pola militer di barak militier namun hidup disiplin bagi mahasiswa adalah dapat mengatur dan mengelola waktu yang ada untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas baik dalam lingkup akademik maupun sosial kampus. e. Tanggung Jawab Menurut Sugono definisi kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan) (Sugono : 2008). f. Kerja Keras Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata ”kemauan” menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan, kelaki-lakian dan pantang mundur. g. Sederhana Gaya hidup mahasiswa merupakan hal yang penting dalam interaksi dengan masyarakat di sekitarnya. Gaya hidup sederhana sebaiknya perlu dikembangkan sejak mahasiswa me-ngenyam masa pendidikannya. Dengan gaya hidup sederhana, setiap mahasiswa dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi semua kebutuhannya. h. Keberanian Rasa percaya kepada diri sendiri adalah mutlak perlu, karena mahasiswa harus memelihara rasa percaya kepada diri sendiri secara terus menerus, supaya bisa memperkuat sifat-sifat lainnya. Jika mahasiswa percaya kepada diri sendiri, maka hal ini akan terwujud dalam segala tingkah laku mahasiswa. Seorang mahasiswa perlu mengenali perilakunya, sikap, dan sistem nilai yang membentuk kepribadiannya. Pengetahuan mengenai kepribadian dan kemampuan sendiri perlu dikaitkan dengan pengetahuan mengenai lingkungan karena mahasiswa senantiasa berada dalam lingkungan kampus yang merupakan tempat berinteraksi dengan mahasiswa lainnya. Di lingkungan tersebut mahasiswa akan mendapat sentuhan kreativitas dan inovasi yang akan menghasilkan nilai tambah dalam masa perkuliahannya (Sjaifudin : 2002). i. Keadilan Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak. Bagi mahasiswa karakter adil ini perlu sekali dibina sejak masa perkuliahannya agar mahasiswa dapat belajar mempertimbangkan dan mengambil keputusan secara adil dan benar. D. Tindak Pidana Korupsi dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia 1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 2. Peraturan penguasa militer nomor:prt/PM-06/1957,tanggal 9 April 1957 3. Undang-undang nomor 3 tahun 1971 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi 4. Undang-undang nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas korupsi,kolusi dan nepotisme 5. Undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan tindak pidana korupsi 6. Peraturan penguasa perang pusat angkatan darat nomor:prt/perpu/013/1958,tanggal 16 April 1958,tentang pengusutan,penuntutan,dan pemeriksaan perbuatan korupsi pidana,dan pemilikan harta benda(BN Nomor 40 Tahun 1958) 7. Peraturan pemerintah pengganti Undang-undang nomor 24 prp Tahun 1960 tantang pengusutan,penuntutan,pemeiriksaan tindak pidana korupsi (LN Nomor 72 tahun 1960) 8. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998 Tentang penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi,Kolusi,dan Nepotisme 9. Undang-Undang nomor 31 tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 10. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. E. Peranan Mahasiswa dalam Pencegahan Korupsi a. Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus Hal ini terutama dimulai dari kesadaran masing-masing mahasiswa yaitu menanamkan kepada diri mereka sendiri bahwa mereka tidak boleh melakukan tindakan korupsi walaupun itu hanya tindakan sederhana, misalnya terlambat datang ke kampus, menitipkan absen kepada teman jika tidak masuk atau memberikan uang suap kepada para pihak pengurus beasiswa dan macam-macam tindakan lainnya. Memang hal tersebut kelihatan sepele tetapi berdampak fatal pada pola pikir dan dikhawatirkan akan menjadi kebiasaan bahkan yang lebih parah adalah menjadi sebuah karakter. b. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi Upaya mahasiswa ini misalnya memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai bahaya melakukan tindakan korupsi karena pada nantinya akan mengancam dan merugikan kehidupan masyarakat sendiri. Serta menghimbau agar masyarakat ikut serta dalam menindaklanjuti (berperan aktif) dalam memberantas tindakan korupsi yang terjadi di sekitar lingkungan mereka. Selain itu, masyarakat dituntut lebih kritis terhadap kebijakan pemerintah yang dirasa kurang relevan. Maka masyarakat sadar bahwa korupsi memang harus dilawan dan dimusnahkan dengan mengerahkan kekuatan secara massif, artinya bukan hanya pemerintah saja melainakan seluruh lapisan masyarakat. c. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen pengontrol dalam pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat perlu untuk dikontrol dan dikritisi jika dirasa kebijakan tersebut tidak memberikan dampak positif pada keadilan dan kesejahteraan masyarakat dan semakin memperburuk kondisi masyarakat. Misalnya dengan melakukan demo untuk menekan pemerintah atau melakukan jajak pendapat untuk memperoleh hasil negosiasi yang terbaik. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Gerakan anti-korupsi pada dasarnya adalah upaya bersama seluruh komponen bangsa untuk mencegah peluang terjadinya perilaku koruptif. Dengan kata lain gerakan anti-korupsi adalah suatu gerakan yang memperbaiki perilaku individu (manusia) dan sistem untuk mencegah terjadinya perilaku koruptif. Diyakini bahwa upaya perbaikan sistem (sistem hukum dan kelembagaan serta norma) dan perbaikan perilaku manusia (moral dan kesejahteraan) dapat menghilangkan, atau setidaknya memperkecil peluang bagi berkembangnya korupsi di negeri ini. Upaya perbaikan perilaku manusia antara lain dapat dimulai dengan menanamkan nilai-nilai yang mendukung terciptanya perilaku anti-koruptif. Nilai- nilai yang dimaksud antara lain adalah kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggungjawab, kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. Penanaman nilai-nilai ini kepada masyarakat dilakukan dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan kebutuhan. Penanaman nilai-nilai ini juga penting dilakukan kepada mahasiswa. Pendidikan anti- korupsi bagi mahasiswa dapat diberikan dalam berbagai bentuk, antara lain kegiatan sosialisasi, seminar, kampanye atau bentuk- bentuk kegiatan ekstra kurikuler lainnya. Pendidikan anti korupsi juga dapat diberikan dalam bentuk perkuliahan, baik dalam bentuk mata kuliah wajib maupun pilihan. DAFTAR PUSTAKA https://www.academia.edu/27358522/ Makalah_Pendidikan_Anti_Korupsi_di_Perguruan_Tinggi
Albert Bandura dan faktor efikasi diri: Sebuah perjalanan ke dalam psikologi potensi manusia melalui pemahaman dan pengembangan efikasi diri dan harga diri