Anda di halaman 1dari 6

BAB VII P

INTEGRITAS ANTIKORUPSI

A. Hakikat Integritas

Pendidikan dan pengajaran integritas pada tingk guruan tinggi di Indonesia masih
memiliki banyak tantangan . Pergeseran kondisi sosial, ekonomi, dan politik baik di daerah
maupun nasional dan bahkan global sudah mewarnai pergerakannya. Berbagai kasus korupsi
yang terungkap dalam pembicaraan publik juga ikut membentuk persepsi umum tentang
integritas Hal ini, di satu sisi menunjukan tantangan yang maha berat. Di sisi yang lain
menunjukan peluang yang besar untuk mempromosikan isu integritas sebagai salah satu
solusi dengan pendekatan perbaikan sistem yang belum berintegritas.
Untuk mendorong pendidikan integritas, tantangan utama perguruan tinggi adalah
minimnya pengayaan bahan ajar. Perlu adanya promosi untuk memproduksi lulusan sarjana
yang memiliki integritas tinggi yang nanti nya akan terjun ke berbagai jenis profesi. Kampus
diharapkan tidak hanya menjadi embrio tumbuhnya pendidikan integritas, melainkan juga
memiliki peran signifikan dalam memberikan tawaran perbaikan sistemik di sekitar
kebijakan publik. Oleh karena itu diperlukan aktor-aktor potensial yang berkiprah didunia
perubahan kebijakan seperti NGO, Parlemen dan Pemerintahan.
Intergrity berasal dari kata lain “integer” yang berarti whole atau complete. Integritas
merujuk pada kualitas karakter seseorang. Kualitas yang berkaitan dengan komitmen
individu yang memilki integritas dalam relasinya kepercayaan (trust) dan harapan
(expecations). integritas sebagai kebijaksanaan dan hendak dipoles dan kualitas individu
sebagai kebijaksanaan intelektual memiliki cakupan yaitu kejujuran keberanian dan keadilan.
Dalam buku “The Integrity Advantage” karakteristik integritas meliputi:
1. Menyadari bahwa hal-hal kecil itu penting
2. Menemukan yang benar (saat orang lain hanya melihat warna abu-abu)
3. Bertanggung jawab
4. Menciptakan budaya kepercayaan
5. Menepati janji
6. Peduli terhadap kebaikan yang lebih besar
7. Jujur namun rendah hati
8. Bertindak bagaikan tengah diawasi
9. Memperkerjakan integritas
10. Konsisten
Integritas dapat dikemukakan pertama, integritas mencangkup keseluruhan
pembentukan karakter individu yang mengutamkan kejujuran sebahai tulang punggng
integritas individu. Kedua, integritas memuat komitmen individu dalam menolak budaya
korupsi yang terdapat di masyarakat. Komitmen sebagai bentuk persuasi moral dalam
berperang melawan korupsi. Ketiga, kekomplitan integritas dalam makna kejujuran terjadi
ketika berpadu padan dengan keberanian dan keadilan dalam aktualisasi perilaku inividu.
Ketiga hal ini yang menginspirasi pendidikan integritas dalam membangun budaya
antikorupsi di Indonesia.
Para mahasiswa suatu saat akan menjadi penentu faktor institutional, sosial, politik, dan
ekonomi. Oleh karena itu, gerakan penegakan integritas dengan bentuk dan konteksnya yang
sekarang selain memahami keberhasilan dan kegagalan yang telah dicapai.

NILAI INTEGRITAS ATURAN TERKAIT


Kejujuran/AntiKorupsi UUD,TAP MPR,UU Anti Korupsi

Keterbukaan / Transparansi UUD,UU Anggaran Negara,UU Anti


Korupsi,,UU MD3,UU Pemda,UU KIP

BertanggungJawab (Amanah/Akuntabilitas) UUD,UU Anggaran Negara,UU Anti


Korupsi,UU BPK,UU MD3,UU Pemda

Taat Hukum (Pertanggung gugatan) UUD,KUHP,UU AntiKorupsi

Korupsi Keadilan( Fairness,Kesaamaan di SEMUA ATURAN


mata hokum)
Rjin (Profesionalisme ,Kinerja) UUD,UU Anggaran Negara ,UU
Pelayanan Publik,UU Ombudsman

Ibrahim Fahmi Badoh menunjukkan indikasi hilangnya integritas yang ditandai dengan
munculnya fenomena:
1. Situasi tertutup (Remang –remang/ gelap)
2. Rendahnya kapasitas dan kompetensi
3. Hilangnya tanggung jawab dan amanah
4. Lemahnya perangkat dan penegakan aturan
5. Lemahnya control/ pengawasan baik internal maupun eksternal
Untuk menguatkan system integritas dilakukan dengan cara:
1. Meningkatkan akuntabilitas institusi (improvement institutional
accountability)
2. Memahami peran dan nilai utama institusi ( understanding of
institusional core value)
3. pemguatan kompetensi sumber daya dan kunci di tingkat daerah (Key
local competences)
4. mendorong pengukuran tingkat korupsi( corruption control measure)

B. Hakikat Antikorupsi

Korupsi merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh berbagai negara di
dunia dan juga Indonesia zaman ini. Tidak ada jawaban yang tunggal dan sederhana untuk
menjawab mengapa korupsi timbul dan berkembang demikian masif di suatu Negara. Sampai
pada tingkatan tertentu, korupsi akan selalu ada dalam suatu negara atau masyarakat.
Lembaga pendidikan dan tingkat yang terendah sampai tingkat universitas merupakan
bagian dari masyarakat sipil yang memillki peran strategis dalam mengupayakan
pemberantasan korupsi. Salah satu cara yang dapat dilakukan lembaga pendidikan tinggi
adalah dengan terus mempromosikan pentingnya pemberantasan korupsi dengan
mengembangkan kurikulum dan pembelajaran Pendidikan Antikorupsi dan Pendidikan
Integntas. Urgensi untuk menyelenggarakannya juga didorong adanya Surat Keputusan
Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI No.
1016/ E/ T/ 2012 tanggal 30 Juli 2012 yang mewajibkan Perguruan Tinggi untuk
mengimplementasikan Pendidikan Antikorupsi dan/ atau Pendidikan Integritas dalam
kurikulum Pendidikan Tinggi.
Korupsi yang terjadi di negara ini harus diberantas jika tidak, maka akan
menghancurkan sendi-sendi kehidupan yang seharusnya sejahtera dengan memanfaatkan
kekayaan alam yang ada. Di dunia internasional, bangsa Indonesia sebagai bagian dan
masyarakat dunia, mendapat citra buruk akibat korupsi dan menimbulkan kerugian. Kesan
buruk ini menyebabkan rasa rendah diri saat berhadapan dengan orang Iain dan kehilangan
kepercayaan pihak lain. Ketidakpercayaan pelaku bisnis dunia pada birokrasi mengakibatkan
investor luar negeri berpihak ke negara-negara tetangga yang dianggap memiliki iklim lebih
baik.
Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak
buruk luar biasa pada hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah menghancurkan sistem
perekonomian,sistem demokrasi, sistem politik. sistem hukum, sistem pemerintahan dan
tatanan sosial kemasyarakatan di negeri ini. Di lain pihak, upaya pemberantasan korupsi yang
telah dilakukan ini belum menunjukan hasil yang optimal. Korupsi dalam berbagai tingkatan
tetap saja banyak terjadi dan seolah-olah menjadi hal yang biasa. Korupsi harus dipandang
sebagai kejahatan luar biasa yang oleh karena itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk
mem- berantasnya. Antikorupsi merupakan kebijakan untuk mencegah dan menghilangkan
peluang bagi berkembangnya korupsi (Maheka, t.th: 31). Pencegahan yang dimaksud adalah
bagaimana meningkatkan kesadaran individu untuk tidak melakukan korupsi.
Menurut Maheka (t.th:3 1), peluang bagi berkembangnya korupsi dapat dihilangkan
dengan cara melakukan perbaikan sistem (hukum dan kelembagaan) dan perbaikan
manusianya. Dalam hal perbaikan sistem, langkah-langkah antikorupsi mencakup:
1. Memperbaiki peraturan perundangan yang berlaku untuk mengantisipasi perkembangan
korupsi dan menutup celah hukum atau pasal-pasal karet yang sering digunakan
koruptor melepaskan diri dan jerat hukum
2. Memperbaiki cara kerja pemerintahan (birokrasi) menjadi sederhana (simpel) dan
efisien
3. Memisahkan secara tegas kepemilikan negara dan kepemilikan pribadi serta
memberikan aturan yang jelas tentang penggunaan fasilitas negara untuk kepentingan
umum dan penggunaannya untuk kepentingan pribadi
4. Menegakkan etika profesi dan tata tertib lembaga dengan pemberian sanksi secara tegas
5. Menerapan prinsip-prinsip Good Governance
6. mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dan memperkecil terjadinya human error (Eko
Handoyo. 2009:24).
Berkaitan dengan perbaikan manusia, langkah-langkah antikorupsi meliputi :
1. Memperbaiki moral manusia sebagai umat beriman, yaitu dengan mengoptimalkan peran
agama dalam memberantas korupsi
2. Memperbaiki moral bangsa, yakni mengalihkan loyalitas keluarga, klan, suku, dan etnik
ke loyalitas bangsa
3. Meningkatkan kesadaran hukum individu dan masyarakat melalaui sosialisasi dan
pendidikan antikorupsi
4. Mengentaskan kemiskinan melalui peningkatan kesejahtenaan
5. Memilih pemimpin (semua level) yang bersih. jujur, antikorupsi, peduli, eepat tanggap
(responsif) dan dapat menjadi teladan bagi yang dipimpin (Eko Handoyo. 2009: 25).

C. Pendidikan Integritas Antikorupsi


Pendidikan Integritas Antikorupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya, baik aspek kognisi, afeksi, dan konasinya sesuai dengan
nilai-nilai Integritas antikorupsi (Sukron Kamil, 2010: I).
Pendidikan Antikorupsi dapat dipahami juga sebagai usaha sadar dan sistematis yang
diberikan kepada peserta didik berupa pengetahuan, nilai-nilai, sikap dan keterampilan yang
dibutuhkan agar mereka mau dan mampu mencegah dan menghilangkan peluang
berkembangnya korupsi. Sasaran akhir bukan hanya menghilangkan peluang, tetapi juga
peserta didik sanggup menolak segala pengaruh yang mengarah pada perilaku koruptif (Eko
Handoyo, 2009:33). Kerangka dasar filosofis pendidikan integritas untuk antikorupsi adalah
memberikan transfer pembelajaran (transfer of learning), transfer nilai (transfer of values),
dan transfer prinsip- prinsip (transfer of principles) integritas yang terkait dengan antikorupsi
secara simultan. Karena itu, Pendidikan Integritas Antikorups dilakukan dengan
menggunakan dua pendekatan (1) pembentukan kebiasaan (habit formation) dan (2)
pemodelan (role model).
Dalam role model dan habit formation ini: (1) Pendidik harus menjadi seorang model
nilai, sekaligus menjadi mentor nilai. (2) pendidikan harus menjadi melting pot bagi
terintregasinya tungsi tri pusat pendidikan nilai: keluarga, sckolah, dan masyarakat; (3)
pendidikan nilai tidaklah berhenti hanya sebagai Pendidikan wacana, tetapi ia harus menjadi
pendidikan yang berorientasi pada praktek; (4) proses pendidikan harus dimaknai sebagai
modus transmisi kebudayaan melalui mekanisme imitasi, identifikasi, dan sosialisasi
(disseminasi) (Sukron Kamil, 2010:3).
Menurut Sukron Kamil (2010:3) Pendidikan Integntas untuk Antikorupsi ini
bertujuan:
l. Membenkan pengetahuan tentang nilai-nilai Integritas untuk antikorupsi
2. Mendorong terjadinya diseminasi wacana integritas untuk antikorupsi sehingga korupsi
dipandang sebagai common enemv
3. Menumbuhkan komitmen moral antikorupsi
4. Membentuk cara pandang yang kritis pada struktur, sistem dan status quo di lingkungan
yang koruptif dan tidak transparan
5. Mendorong inisiasi terhadap lahirnya political will antikorupsi di lingkungan civitas
akdemika dan pemerintahan
6. Menciptakan character building kewarganegaraan yang memiliki dedikasi dan sensivitas
terhadap pencegahan korupsi demi terwujudnya good governance
7. Memiliki kesadaran hukum dan mendorong terjadinya law enforcement yang adil,
transparan. dan akuntabel.
Mata kuliah Pendidikan Antikorupsi ini tidak berlandaskan pada salah satu perspektif
keilmuan secara khusus, namun berlandaskan pada fenomena permasalahan serta pendekatan
budaya. Mata kuliah ini lebih menekankan pada pembangunan karakter antikorupsi
(anticorruption character building) pada diri ndividu mahasiswa, dosen, dan tenaga
kependidikan. Dengan demikian tujuan mata kuliah Antikorupsi adalah membentuk
kepribadian antikorupst pada diri pribadi membangun semangat dan kompetensinya sebagai
agent of change bagt kehidupan bcrnusyarakat dan bernegara yang bersih dan bebas dan
ancaman korupsi (Dirjen Pendidikan Tinggi 2011:15).
Membangun Integritas diperlukan suatu pilar yang bersifat nasional. Adapun pilar-
pilar kelembagaan sistem integritas nasional secara umum meliputi bhl-hal sebagai berikut:
1. Legtslatif yang Terpilih
2. Peranan Eksekutif
3. Sistem Peradilan yang Independen
4. Auditor Negara
5. Ombudsman
6. Badan Antikorupsi Independen
7. Media yang Bebas dan Independen
8. Masyarakat Sipil
9. Sektor Perusahaan swasta
Penandatanganan Pakta Integritas Antikorupsi adalah langkah menuju Wilayah
Bebas Korupsi. Adapun isi Pakta Integritas Antikorupsi adalah sebagai berikut:
1. Berperan secara pro-aktif dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi
sesuai dengan Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2011
2. Tidak meminta atau menerima pemberian secara langsung atau tidak langsung
berupa suap, hadiah, bantuan, atau bentuk lainnya, yang tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
3. Bersikap transparan, jujur, objektif, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas,
4. Menghindari pertentangan kepentifigan dalam melaksanakan tugas
5. Melaksanakan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam
melaksanakan tugas di lingkungan kerja secara konsisten.
6. Menyampaikan informasi penyimpangan integritas di Sekretariat Jenderal dan
Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan HAM, serta turut menjaga
kerahasiaan saksi atas pelanggaran peraturan yang dilaporkannya.

Upaya meningkatkan integritas tersebut secara khusus difokuskan pada beberapa


komponen utama. Ada enam pilar utama integritas nasional sebagai berikut.
1. Masyarakat Madani, Informasi Publik & Media
2. Pemilihan Umum
3. Akuntabihtas Pemerintah
4. Administrasl Birokrasi
5. Pengawasan dan Peraturan
6. Antikorupsi & Peraturan/ Perundangan

Anda mungkin juga menyukai