INTEGRITAS ANTIKORUPSI
A. Hakikat Integritas
Pendidikan dan pengajaran integritas pada tingk guruan tinggi di Indonesia masih
memiliki banyak tantangan . Pergeseran kondisi sosial, ekonomi, dan politik baik di daerah
maupun nasional dan bahkan global sudah mewarnai pergerakannya. Berbagai kasus korupsi
yang terungkap dalam pembicaraan publik juga ikut membentuk persepsi umum tentang
integritas Hal ini, di satu sisi menunjukan tantangan yang maha berat. Di sisi yang lain
menunjukan peluang yang besar untuk mempromosikan isu integritas sebagai salah satu
solusi dengan pendekatan perbaikan sistem yang belum berintegritas.
Untuk mendorong pendidikan integritas, tantangan utama perguruan tinggi adalah
minimnya pengayaan bahan ajar. Perlu adanya promosi untuk memproduksi lulusan sarjana
yang memiliki integritas tinggi yang nanti nya akan terjun ke berbagai jenis profesi. Kampus
diharapkan tidak hanya menjadi embrio tumbuhnya pendidikan integritas, melainkan juga
memiliki peran signifikan dalam memberikan tawaran perbaikan sistemik di sekitar
kebijakan publik. Oleh karena itu diperlukan aktor-aktor potensial yang berkiprah didunia
perubahan kebijakan seperti NGO, Parlemen dan Pemerintahan.
Intergrity berasal dari kata lain “integer” yang berarti whole atau complete. Integritas
merujuk pada kualitas karakter seseorang. Kualitas yang berkaitan dengan komitmen
individu yang memilki integritas dalam relasinya kepercayaan (trust) dan harapan
(expecations). integritas sebagai kebijaksanaan dan hendak dipoles dan kualitas individu
sebagai kebijaksanaan intelektual memiliki cakupan yaitu kejujuran keberanian dan keadilan.
Dalam buku “The Integrity Advantage” karakteristik integritas meliputi:
1. Menyadari bahwa hal-hal kecil itu penting
2. Menemukan yang benar (saat orang lain hanya melihat warna abu-abu)
3. Bertanggung jawab
4. Menciptakan budaya kepercayaan
5. Menepati janji
6. Peduli terhadap kebaikan yang lebih besar
7. Jujur namun rendah hati
8. Bertindak bagaikan tengah diawasi
9. Memperkerjakan integritas
10. Konsisten
Integritas dapat dikemukakan pertama, integritas mencangkup keseluruhan
pembentukan karakter individu yang mengutamkan kejujuran sebahai tulang punggng
integritas individu. Kedua, integritas memuat komitmen individu dalam menolak budaya
korupsi yang terdapat di masyarakat. Komitmen sebagai bentuk persuasi moral dalam
berperang melawan korupsi. Ketiga, kekomplitan integritas dalam makna kejujuran terjadi
ketika berpadu padan dengan keberanian dan keadilan dalam aktualisasi perilaku inividu.
Ketiga hal ini yang menginspirasi pendidikan integritas dalam membangun budaya
antikorupsi di Indonesia.
Para mahasiswa suatu saat akan menjadi penentu faktor institutional, sosial, politik, dan
ekonomi. Oleh karena itu, gerakan penegakan integritas dengan bentuk dan konteksnya yang
sekarang selain memahami keberhasilan dan kegagalan yang telah dicapai.
Ibrahim Fahmi Badoh menunjukkan indikasi hilangnya integritas yang ditandai dengan
munculnya fenomena:
1. Situasi tertutup (Remang –remang/ gelap)
2. Rendahnya kapasitas dan kompetensi
3. Hilangnya tanggung jawab dan amanah
4. Lemahnya perangkat dan penegakan aturan
5. Lemahnya control/ pengawasan baik internal maupun eksternal
Untuk menguatkan system integritas dilakukan dengan cara:
1. Meningkatkan akuntabilitas institusi (improvement institutional
accountability)
2. Memahami peran dan nilai utama institusi ( understanding of
institusional core value)
3. pemguatan kompetensi sumber daya dan kunci di tingkat daerah (Key
local competences)
4. mendorong pengukuran tingkat korupsi( corruption control measure)
B. Hakikat Antikorupsi
Korupsi merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh berbagai negara di
dunia dan juga Indonesia zaman ini. Tidak ada jawaban yang tunggal dan sederhana untuk
menjawab mengapa korupsi timbul dan berkembang demikian masif di suatu Negara. Sampai
pada tingkatan tertentu, korupsi akan selalu ada dalam suatu negara atau masyarakat.
Lembaga pendidikan dan tingkat yang terendah sampai tingkat universitas merupakan
bagian dari masyarakat sipil yang memillki peran strategis dalam mengupayakan
pemberantasan korupsi. Salah satu cara yang dapat dilakukan lembaga pendidikan tinggi
adalah dengan terus mempromosikan pentingnya pemberantasan korupsi dengan
mengembangkan kurikulum dan pembelajaran Pendidikan Antikorupsi dan Pendidikan
Integntas. Urgensi untuk menyelenggarakannya juga didorong adanya Surat Keputusan
Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI No.
1016/ E/ T/ 2012 tanggal 30 Juli 2012 yang mewajibkan Perguruan Tinggi untuk
mengimplementasikan Pendidikan Antikorupsi dan/ atau Pendidikan Integritas dalam
kurikulum Pendidikan Tinggi.
Korupsi yang terjadi di negara ini harus diberantas jika tidak, maka akan
menghancurkan sendi-sendi kehidupan yang seharusnya sejahtera dengan memanfaatkan
kekayaan alam yang ada. Di dunia internasional, bangsa Indonesia sebagai bagian dan
masyarakat dunia, mendapat citra buruk akibat korupsi dan menimbulkan kerugian. Kesan
buruk ini menyebabkan rasa rendah diri saat berhadapan dengan orang Iain dan kehilangan
kepercayaan pihak lain. Ketidakpercayaan pelaku bisnis dunia pada birokrasi mengakibatkan
investor luar negeri berpihak ke negara-negara tetangga yang dianggap memiliki iklim lebih
baik.
Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak
buruk luar biasa pada hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah menghancurkan sistem
perekonomian,sistem demokrasi, sistem politik. sistem hukum, sistem pemerintahan dan
tatanan sosial kemasyarakatan di negeri ini. Di lain pihak, upaya pemberantasan korupsi yang
telah dilakukan ini belum menunjukan hasil yang optimal. Korupsi dalam berbagai tingkatan
tetap saja banyak terjadi dan seolah-olah menjadi hal yang biasa. Korupsi harus dipandang
sebagai kejahatan luar biasa yang oleh karena itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk
mem- berantasnya. Antikorupsi merupakan kebijakan untuk mencegah dan menghilangkan
peluang bagi berkembangnya korupsi (Maheka, t.th: 31). Pencegahan yang dimaksud adalah
bagaimana meningkatkan kesadaran individu untuk tidak melakukan korupsi.
Menurut Maheka (t.th:3 1), peluang bagi berkembangnya korupsi dapat dihilangkan
dengan cara melakukan perbaikan sistem (hukum dan kelembagaan) dan perbaikan
manusianya. Dalam hal perbaikan sistem, langkah-langkah antikorupsi mencakup:
1. Memperbaiki peraturan perundangan yang berlaku untuk mengantisipasi perkembangan
korupsi dan menutup celah hukum atau pasal-pasal karet yang sering digunakan
koruptor melepaskan diri dan jerat hukum
2. Memperbaiki cara kerja pemerintahan (birokrasi) menjadi sederhana (simpel) dan
efisien
3. Memisahkan secara tegas kepemilikan negara dan kepemilikan pribadi serta
memberikan aturan yang jelas tentang penggunaan fasilitas negara untuk kepentingan
umum dan penggunaannya untuk kepentingan pribadi
4. Menegakkan etika profesi dan tata tertib lembaga dengan pemberian sanksi secara tegas
5. Menerapan prinsip-prinsip Good Governance
6. mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dan memperkecil terjadinya human error (Eko
Handoyo. 2009:24).
Berkaitan dengan perbaikan manusia, langkah-langkah antikorupsi meliputi :
1. Memperbaiki moral manusia sebagai umat beriman, yaitu dengan mengoptimalkan peran
agama dalam memberantas korupsi
2. Memperbaiki moral bangsa, yakni mengalihkan loyalitas keluarga, klan, suku, dan etnik
ke loyalitas bangsa
3. Meningkatkan kesadaran hukum individu dan masyarakat melalaui sosialisasi dan
pendidikan antikorupsi
4. Mengentaskan kemiskinan melalui peningkatan kesejahtenaan
5. Memilih pemimpin (semua level) yang bersih. jujur, antikorupsi, peduli, eepat tanggap
(responsif) dan dapat menjadi teladan bagi yang dipimpin (Eko Handoyo. 2009: 25).