Anda di halaman 1dari 97

PPh Pemotongan & Pemungutan

Materi :
PPh Pasal 22
PPh Pasal 23
PPh Pasal 26
PPh Pasal 4
ayat (2)
PPh Pasal 15

Dimodifikasi dan disampaikan oleh: Haris Budi


Setiawan

JENIS-JENIS PPh PEMOTONGAN &


PEMUNGUTAN
PPh Pasal 22

Tentang PPh yang dipungut atas transaksi/ kegiatan tertentu oleh


pemungut PPh Pasal 22 yang ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan/Dirjen Pajak

PPh Pasal 23

Tentang PPh yang dipotong atas penghasilan sehubungan dengan


penggunaan harta/modal (sewa, royalty, bunga, dan dividen) serta jasa atau kegiatan kepada
subjek pajak dalam negeri

Jenis
PPh

Pemotongan
&
Pemungutan

PPh Pasal 26

Tentang PPh yang dipotong atas penghasilan yang diterima/


diperoleh subjek pajak luar negeri selain Bentuk Usaha Tetap (BUT) dari indonesia

PPh Pasal 4 ayat (2)

Tentang Pajak yang bersifat final, jenis penghasilan yang


dikenakan PPh ini ditetapkan sesuai Peraturan Pemerintah

PPh Pasal 15

Tentang PPh untuk wajib pajak tertentu yang penghitungan penghasilan


netonya menggunakan norma perhitungan khusus. Besarnya norma penghitungan ditetapkan
oleh menteri keuangan

Pajak
Penghasilan
Pajak
Penghasilan
dikenakan terhadap Subjek
Pajak atas Penghasilan yang
diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak.
3

Objek Pajak
Objek Pajak adalah Penghasilan, yaitu:
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
(Pasal 4 ayat (1) UU PPh)

Definisi penghasilan tersebut mencakup elemen-elemen sbb:


1. Semua jenis penghasilan dalam pengertian ekonomis, (Global
income taxation: semua jenis penghasilan juridis)
2. Semua saat pengakuan (cash basis atau accrual basis),
3. Semua sumber geografis penghasilan (worldwide income),
4. Semua jenis cara pemanfaatannya,
5. Menerapkan konsep substance over form.
4

Kewajiban Pajak PPh


KEWAJIBAN PAJAK
AKHIR TAHUN

TAHUN BERJALAN
MEMOTONG/MEMUNGUT
PAJAK PIHAK LAIN

MEMBAYAR PAJAK

SETOR SENDIRI

PPh Pasal 25
Fiskal LN
PPHTB

DIPOTONG/DIPUNGUT
PIHAK LAIN

PPh Pasal 21
PPh Pasal 22
PPh Pasal 23
PPh Pasal 26
PPh Final

PPh Pasal 21
PPh Pasal 22
PPh Pasal 23
PPh Pasal 26
PPh Final

SPT 1771/1770

PPh Non Final


Diperhitungkan Ulang
Sebagai Kredit Pajak

PENGHASILAN

OBYEK PAJAK

TDK FINAL

FINAL

PEMOTONGAN

BUKAN OBJEK PAJAK

DIBAYAR SENDIRI

Th Berjalan = Pelunasan Pajak

PEMOTONGAN

DIBAYAR SENDIRI

Th Berjalan = Kredit Pajak


Akhir Tahun = PPh Dihitung
Kembali atas seluruh
pengh setahun.

KEWAJIBAN PAJAK THN BERJALAN


(CURRENT PAYMENT)

ESTIMATED TAX

WITHHOLDING TAX

TUJUAN:
-KELANCARAN KAS NEGARA
-MERINGANKAN BEBAN WAJIB PAJAK

SELF
ASSESSMENT

SISTEM
PEMBAYARAN
PAJAK

OFFICIAL
ASSESSMENT

WITHHOLDING
SYSTEM

Witholding Tax System


Salah satu cara pemungutan
pajak oleh DJP, dimana pajak
dipungut,
disetorkan,
dan
dilaporkan oleh pihak lain.
Azas Convenience, Taxation at
the sources

10

WITHHOLDING
SYSTEM

PEMOTONGAN

Pengh yang diterima


subjek pajak
Berkurang sebesar
Pajak yg dipotong

PPh Pasal 21/23/26/15/


Final 4(2)/Sebagian Pasal 22

PEMUNGUTAN

Pengeluaran oleh
subjek pajak
Bertambah sebesar
Pajak yg dipungut

Sebagian PPh Pasal 22

11

Perbedaan Istilah
Pemotongan dan Pemungutan

Pemotongan

Pemungutan

Pemotong adalah pihak


yang melakukan
pembayaran

Pemungut adalah
pihak yang
menerima
pembayaran
12

asal 22

Dasar Hukum
Pemungut PPh Pasal 22

Objek PPh Pasal 22


Saat Terutang & Tarif

Tata Cara Pembayaran, Pelaporan

13

Dasar Hukum
1. Pasal
22
Undang-Undang
Pajak
Penghasilan
2. PMK-107/PMK.010/2015 tentang perubahan
ke 4 PMK Nomor 154/PMK.03/2010 tentang
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
Sehubungan
Dengan
Pembayaran
atas
Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang
lmpor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain
Berlaku Sejak 8 Agustus 2015
3. PER-31/PJ/2015 tentang Perubahan ke-3
PER-57/PJ/2010 tentang tata cara dan
prosedur Pemungutan PPh Pasal 22
sehubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang dan kegiatan dibidang
impor atau kegiatan usaha di bidang lain
mulai berlaku sejak 08 Agustus 2015
14

PEMUNGUT & OBJEK PPH PASAL 22

Pemungut

Objek Pungutan

Bank
Devisa
dan Impor
Barang
dam
Direktorat Jenderal Bea Ekspor
komoditas
dan Cukai
Tambang
batubara,
mineral
logam
dan
mineral bukan logam
Bendahara Pemerintah dan Pembelian Barang
Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA)
Bendahara Pengeluaran

Pemungut dan Objek


Bagian 1

Pembelian Barang dengan


mekanisme
uang
persediaan (UP)
15

Badan Usaha
Pembelian barang dan/atau
- BUMN
bahan-bahan untuk keperluan
- Badan Usaha tertentu kegiatan usahanya;
yang
dimiliki
secara
langsung oleh BUMN
PT Pupuk Sriwidjaja Palembang,
PT Petrokimia Gresik,
PT Pupuk Kujang,
PT Pupuk Kalimantan Timur,
PT Pupuk Iskandar Muda,
PT Telekomunikasi Selular,
PT Indonesia Power,
PT Pembangkitan Jawa-Bali,
PT Semen Padang,
PT Semen Tonasa,
PT Elnusa Tbk,
PT Krakatau Wajatama,
PT Rajawali Nusindo,
PT Wijaya Karya Beton Tbk,
PT Kimia Farma Apotek,
PT Kimia Farma Trading & Distribution,
PT Badak Natural Gas Liquefaction,
PT Tambang Timah,
PT Petikemas Surabaya,
PT Indonesia Comnets Plus, PT Bank
Syariah Mandiri, PT Bank BRI Syariah,
dan PT Bank BNI Syariah

Pemungut dan Objek

16

Badan usaha yang bergerak Penjualan hasil produksinya


dalam
bidang
usaha kepada distributor di dalam
industri semen, industri negeri
kertas,
industri
baja,
industri
otomotif,
dan
industri farmas
Agen Tunggal Pemegang Merek Penjualan kendaraan bermotor di
(ATPM), Agen Pemegang Merek dalam negeri
(APM), dan importir umum
kendaraan bermotor
Produsen atau importir bahan Penjualan bahan bakar minyak,
bakar minyak, bahan bakar bahan bakar gas, dan pelumas;
gas, dan pelumas
Industri
dan
eksportir
yang Pembelian
bergerak dalam sektor kehutanan, keperluan
perkebunan,
pertanian, ekspornya.
peternakan, dan perikanan
Industri atau badan usaha

bahan-bahanuntuk
industrinya
atau

Pembelian komoditas tambang


batubara, mineral logam, dan
Pemungut
danlogam,
Objek dari badan
mineral
bukan
17

Pemungutan Bendaharawan Pemerintah

18

PERHITUNGAN PPh PASAL 22 BUMN


PMK- BUMN
107/PMK.010/2015

- Badan Usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh


BUMN
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT

Pupuk Sriwidjaja Palembang,


Petrokimia Gresik,
Pupuk Kujang,
Pupuk Kalimantan Timur,
Pupuk Iskandar Muda,
Telekomunikasi Selular,
Indonesia Power,
Pembangkitan Jawa-Bali,
Semen Padang,
Semen Tonasa,
Elnusa Tbk,
Krakatau Wajatama,
Rajawali Nusindo,
Wijaya Karya Beton Tbk,
Kimia Farma Apotek,
Kimia Farma Trading & Distribution,
Badak Natural Gas Liquefaction,
Tambang Timah,
Petikemas Surabaya,
Indonesia Comnets Plus, PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BRI Syariah, dan PT Bank BNI Syariah

1,5% x
Harga
pembelian
tidak
termasuk
PPN

Per tanggal
08 Agustus
2015

Berkenaan dengan pembayaran atas pembelian


barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan
kegiatan usahanya.

19

PERHITUNGAN PPh PASAL 22 IMPOR


Atas Impor :

Barang
tertentu
sebagaimana
tercantum
dalam
lampiran I PMK-107/PMK.010/2015, sebesar 10% dari
nilai impor
Barang tertentu lainnya sebagaimana tercantum dalam
lampiran II PMK-107/PMK.010/2015, sebesar 7,5% dari
nilai impor
Selain barang tertentu dan barang tertentu lainnya,
yang menggunakan angka pengenal impor (API),
sebesar 2,5% dari nilai impor, kecuali atas impor
kedelai, gandum, dan tepung terigu sebesar 0,5% dari
nilai impor;
Selain barang tertentu dan barang tertentu lainnya,
yang tidak menggunakan angka pengenal impor (API),
sebesar 7,5% dari nilai impor; dan/atau
Barang yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% dari harga jual
lelang.

20

PERHITUNGAN PPh PASAL 22 IMPOR


Atas
Ekspor
: komoditas tambang batubara, mineral
ekspor
logam, dan mineral bukan logam, sesuai
uraian barang dan pos tarif/Harmonized
System (HS) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III PMK-107/PMK.010/2015, oleh
eksportir kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak
yang
terikat
dalam
perjanjian
kerjasama
pengusahaan pertambangan dan Kontrak Karya,
sebesar 1,5% dari nilai ekspor sebagaimana
tercantum dalam Pemberitahuan Ekspor
Barang.
21

Ketentuan Penting terkait


Ekspor Impor
Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar
penghitungan Bea Masuk yaitu Cost Insurance and Freight
(CIF) ditambah dengan Bea Masuk dan pungutan lainnya
yang
dikenakan
berdasarkan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan kepabeanan di bidang impor.
Nilai
ekspor
sebagaimana
tercantum
dalam
Pemberitahuan Ekspor Barang adalah nilai Free on Board
(FOB).
Pemungutan PPh Pasal 22 ini bersifat tidak final dan
dapat diperhitungkan sebagai pembayaran PPh
dalam tahun berjalan bagi Wajib Pajak yang
dipungut.
Besarnya pungutan PPh Pasal 22 yang diterapkan terhadap
WP yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 100% (seratus
persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap WP
yang dapat menunjukkan NPWP

22

PERHITUNGAN PPH PASAL 22 BBM, GAS & PELUMAS


JE N IS P R O D U K S I

P E R T A M IN A

S W A S T A N IS A S I

0 ,2 5 % X
P E N JU A L A N

0 ,3 % X
P E N JU A L A N

M IN Y A K T A N A H

0 ,3 % X P E N J U A L A N

0 ,3 % X
P E N JU A L A N

G A S L P G

0 ,3 % X P E N J U A L A N

0 ,3 % X
P E N JU A L A N

P E L U M A S

0 ,3 % X P E N J U A L A N

0 ,3 % X
P E N JU A L A N

P R E M IU M
S O L A R
- P R E M IX / S U P E R T T

D ip u n g u t p a d a s a a t p e n e r b it a n S P P B ( d e liv e r y o r d e r )
P e m u n g u t a n & p e n y e t o r a n o le h P e m u n g u t P a ja k a .n p e m b e li k e
b a n k p e r s e p s i/ k a n t o r p o s
P P h 2 2 p e n y a lu r / a g e n b e r s if a t f in a l & s e la in p e n y a lu r / a g e n
b e r s if a t t id a k f in a l
23

PERHITUNGAN PPH PASAL 22 Badan Usaha Industri

IN D U S T R I S E M E N

0 ,2 5 % x D P P P P N

T ID A K F IN A L

IN D U S T R I K E R T A S

0 ,1 % x D P P P P N

T ID A K F IN A L

IN D U S T R I B A JA

0 ,3 % x D P P P P N

T ID A K F IN A L

IN D U S T R I O T O M O T IF

0 ,4 5 % x D P P P P N

T ID A K F IN A L

Industri Farmasi
(Obat)

0,3% x DPP PPN

Tidak Final

Terutang atas Penjualan kepada Distributor Dalam Negeri


dan dipungut pada saat penjualan
Pemungutan & penyetoran oleh Pemungut Pajak a.n WP ke bank
persepsi/ kantor pos
24

25

Pemungutan PPh PASAL 22


Industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan
perikanan
Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri dan eksportir yang
bergerak dalam sektor :

- Perhutanan
- Perkebunan
- Pertanian
- dan perikanan

PPh Pasal 22 = 0,25% x Harga Pembelian (tidak termasuk PPN)

Pemungutan & penyetoran oleh Pemungut Pajak a.n WP ke bank


persepsi/ kantor pos
Contoh pemungut:
- industri tepung tapioka,
- industri kayu gelondongan, dsb.
26

Pemungutan PPh Pasal


22
Industri
Pembelian
1.5 % dari harga
atau badan komoditas tambang pembelian
tidak
usaha
batubara,
mineral termasuk PPN

logam, dan mineral


bukan logam, dari
badan atau orang
pribadi
pemegang
izin
usaha
pertambangan;
Badan
Penjualan
usaha yang batangan
memproduk negeri.
si
emas
batangan

di

emas 0.45% dari harga jual


dalam emas batangan

27

PEMUNGUTAN PPH PASAL 22 Barang SANGAT Mewah

Harga Jual (Tidak Termasuk PPN dan PP


Barang tergolong sangat mewah :
No
1
2
3
4

Jenis Barang
Pesawat udara pribadi,
helikopter pribadi
Kapal
pesiar,
yacht
sejenisnya

PMK-253/PMK.03/2008 s.t.d.t.d. PMK-90/PMK.03/2015


Harga Jual atau Harga Pengalihan
dan
dan

lebih dari Rp 5.000.000.000,00 atau


Luas bangunan lebih dari 400 M2
Apartemen, kondominium, dan lebih dari Rp 5.000.000.000,00 atau
sejenisnya
Luas bangunan lebih dari 150 M2
Kendaraan
bermotor
roda
empat
pengangkutan
orang
kurang dari 10 (sepuluh) orang, lebih dari Rp 2.000.000.000,00 atau
berupa
sedan,
jeep,
sport dengan kapasitas silinder lebih dari
utility
vehicle
(suv),
multi 3.000 cc.
purpose vehicle (mpv), minibus
dan sejenisnya
Lebih dari Rp300.000.000,00 atau
Kendaraan Bermotor Roda Dua
dengan kapasitas silinder lebih 28
dari
Rumah beserta tanahnya

Ringkasan Tarif dan DPP


PPh Pasal 22 Impor

2,5% (dg. API),


7,5% (tanpa API),
0,5%(kedelai,gandum,
terigu dg. API)

Nilai Impor

7,5% (yg. tidak dikuasai)

Harga Jual Lelang

PPh Pasal 22 Bendahara


dan BUMN

1,5%

PPh Pasal 22
Industri dan Eksportir Hasil Pertanian

0,25%

Harga Beli

PPh Pasal 22 Migas

-0,25% (BBM bagi SPBU Pertamina)


-0,3% (BBM bagi SPBU non Pertamina
& Non SPBU )
-0,3% (BBG & Pelumas)

PPh Pasal 22 Industri

- 0,25% (Semen)
- 0,1% (Kertas)
- 0,3% (Baja)
- 0,45% (Otomotif)
-0.3% (Farmasi)

PPh Pasal 22 Barang sangat


Mewah

5%

Penjualan/
DPP PPN/
Harga Jual

29

Ringkasan Saat Terutang


PPh Pasal 22 Impor

Saat Pembayaran Bea Masuk/


Saat Penyelesaian Dokumen PIB

PPh Pasal 22 Bendahara

Saat Pembayaran

PPh Pasal 22 Industri

Saat Penjualan

PPh Pasal 22 Migas

Saat Penerbitan delivery order

PPh Pasal 22
Industri dan Eksportir Hasil Pertanian

Saat Pembelian

PPh Pasal 22 Barang Mewah

Saat Penjualan

30

Ringkasan Tata Cara Pembayaran


& Pelaporan
PPh Pasal 22 Impor

PPh Pasal 22 Bendahara

Pembayaran dan Bukti Pungut:


- Penyetor: WP setor sendiri atau DJBC
SSP a.n. Wajib Pajak (yg. Dipungut)
- SSP sekaligus sbg. Bukti Pungut

Pembayaran dan Bukti Pungut:


- Penyetor: Pemungut Pajak
- SSP a.n. Wajib Pajak (yg. Dipungut)
- SSP sekaligus sbg. Bukti Pungut

PPh Pasal 22 Migas


PPh Pasal 22
Industri dan Ekportir Hasil Pertanian

PPh Pasal 22 Barang Mewah


PPh Pasal 22 Industri tt

Pembayaran dan Bukti Pungut:


- Penyetor: Pemungut Pajak
- SSP Kolektif a.n. Pemungut
- Bukti Pungut a.n. Wajib Pajak
- Bukti Pungut tiga lembar:
1-pembeli/penjual (Pengumpul)
2-KPP
3-pemungut

31

Ringkasan Jatuh Tempo Setor


oleh Pemungut
PPh Pasal 22 Impor

PPh Pasal 22 Bendahara

Sehari setelah pemungutan dilakukan


(untuk DJBC sebagai Pemungut)

Hari yang sama dg. saat pembayaran

PPh Pasal 22 Industri


PPh Pasal 22 Migas

Tanggal 10 bulan takwim berikutnya

PPh Pasal 22
Industri dan Ekportir Hasil Pertanian

PPh Pasal 22 Barang Mewah

32

Ringkasan Jatuh Tempo Pelaporan


oleh Pemungut
PPh Pasal 22 Impor

PPh Pasal 22 Bendahara

7 hari setelah batas waktu penyetoran berakhir


(untuk DJBC sebagai pemungut)

14 hari setelah Masa Pajak berakhir

PPh Pasal 22 Industri


PPh Pasal 22 Migas

20 hari setelah Masa Pajak berakhir

PPh Pasal 22
Pedagang Pengumpul
PPh Pasal 22 Barang Mewah

33

34

37

38

Pemotongan penghasilan tertentu dengan nama


dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan atau
terutang oleh badan pemerintah, subjek pajak
badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan,
bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan
luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam
negeri atau bentuk usaha tetap

39

PPh Pasal 23
Dasar Hukum
Pemotong

Yang dipotong

Objek Pajak
Sifat

Peraturan Perpajakan
WP Badan DN
Orang Pribadi yang ditunjuk
dan OP usaha pembukuan
(khusus sewa)

WP OP DN: Passive Income


WP Badan DN: Passive +
Active Income
Passive Income: WPBdan +
WPOP DN
Active Income : WP Badan
Tidak Final

40

DASAR HUKUM
PEMOTONGAN PPh PASAL 23
UU

UU No.6/ 1983 sebagaimana telah diubah


terakhir dengan UU No.19/2009
UU No.7/ 1983 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan UU No.36/2008

PP

PP No.94/2010

KEP
MENKEU

KEP
DIRJEN
SE
DIRJEN

No.624/KMK.04/1994
No.434/KMK.04/1999
No.541/KMK.04/2000
PMK No. 244/PMK.03/2008
PMK No. 141/PMK.03/2015
KEP-50/PJ./1994
PER-33/PJ./2009
SE-53/PJ/2009 (Definisi Penghasilan
Bruto)
SE-35/PJ/2010 (Pengertian sewa dan
Jasa)

41

PIHAK YANG BERKEWAJIBAN MEMOTONG PENGHASILAN


YANG MERUPAKAN OBJEK PPh PASAL 23
1.
1.
2.
2.
3.
3.
4.
4.
5.
5.
6.
6.

Badan
BadanPemerintah;
Pemerintah;
Subjek
SubjekPajak
PajakBadan
BadanDalam
DalamNegeri;
Negeri;
Penyelenggara
Kegiatan;
Penyelenggara Kegiatan;
Bentuk
BentukUsaha
UsahaTetap;
Tetap;
Perwakilan
Perusahaan
Perwakilan PerusahaanLuar
LuarNegeri
NegeriLainnya;
Lainnya;
Orang
OrangPribadi
PribadiYang
YangDitunjuk
DitunjukSebagai
SebagaiPemotong
Pemotong
(Akuntan,Dokter,Konsultan
(Akuntan,Dokter,KonsultanArsitek,Notaris,Pengacara,PPAT);
Arsitek,Notaris,Pengacara,PPAT);
Khusus
Objek
:
Sewa
Khusus Objek : Sewa
7.
Orang
7. OrangPribadi
PribadiYang
YangMenjalankan
MenjalankanUsaha
UsahaDan
DanMenyelenggarakan
Menyelenggarakan
Pembukuan
;
Khusus
Objek
:
Sewa.
Pembukuan ; Khusus Objek : Sewa.

Yang
Yang memberikan
memberikan penghasilan
penghasilan yang
yang berasal
berasal dari
dari

MODAL
MODAL

PENYERAHA
PENYERAHA
N
N JASA
JASA

PENYELENGGARAA
PENYELENGGARAA
N
N KEGIATAN
KEGIATAN selain
selain
yang
yang telah
telah
dipotong
dipotong PPh
PPh Ps.
Ps.
42

PPh PASAL 23/26


HADIAH DAN PENGHARGAAN SEHUBUNGAN DENGAN
KEGIATAN SELAIN YANG TELAH DIPOTONG PPh. 21
SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN
DENGAN PENGGUNAAN HARTA
IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN:
JASA TEKNIK;
JASA MANAJEMEN;
JASA KONSULTAN HUKUM,
JASA KONSULTAN PAJAK,
JASA LAIN SELAIN JASA YG TELAH DIPOTONG PPh PSL 21
YANG BERASAL DARI MODAL :
DEVIDEN
BUNGA
ROYALTI

44

WAJIB PAJAK

ORANG PRIBADI /
BADAN

YG DAPAT MENUNJUKKAN
SKB PEMOTONGAN
PPh PASAL 23/26

YG MELAKSANAKAN
PROYEK PEMERINTAH YG
DIDANAI HIBAH ATAU
PINJAMAN LN

45

DIKECUALIKAN DARI PEMOTONGAN PAJAK


PENGHASILAN PASAL 23
a. Penghasilan Yang Dibayar Atau Terutang Kepada
Bank;
b. Sewa Yang Dibayarkan Atau Terutang Sehubungan
Dengan Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi;
c. Deviden Atau Bagian Laba Yang Diterima Atau
Diperoleh Perseroan Terbatas Sebagai Wajib Pajak
Dalam Negeri, Koperasi, BUMN/D, dari
Penyertaan
Modal Pada Badan Usaha Yang Didirikan Dan
Bertempat
Kedudukan Di Indonesia dengan
syarat :
1) Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;
2) Bagi Perseroan Terbatas, BUMN/D yang menerima
dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25 persen dari
jumlah modal yang disetor
- Dividen Yang Diterima Oleh Orang Pribadi (PPh
46
Final 10%)

d.
e.

DIKECUALIKAN DARI PEMOTONGAN PAJAK


PENGHASILAN PASAL 23

Bunga Obligasi yang diterima atau diperoleh Perusahaan


Reksa Dana;-> Dicabut sejak 2009
Bagian Laba yang diterima atau diperoleh anggota dari
Perseroan Komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham, Persekutuan, Perkumpulan, Firma dan Kongsi,

termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi


kolektif
f.

Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi yang dibayarkan kepada


anggotanya;

g. bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan


dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dibayarkan oleh
koperasi kepada anggotanya -> Dicabut sejak 2009 karena
masuk ke PPh final
h. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan
usaha atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur
pinjaman dan/atau pembiayaan yang diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan
Cont

47

PPh PASAL 23/26

BUDIROHS
AJA

BUNGA, DIVIDEN,
ROYALTI DAN HADIAH DAN
PENGHARGAAN,.
(BUDIROH)

TARIF
15 %

SEWA
DAN
JASA LAINNYA
(SAJA)

TARIF
2%

PENGHASILAN BRUTO
Rincia
n

DASAR PEMOTONGAN

JIKA REKANAN TDK MEMILIKI NPWP MAKA


TARIFNYA 100% LEBIH TINGGI

48

No

Objek

Tarif

Dasar
Penghitungan

Sifat

1.

Dividen,
Bunga,
Royalti, Hadiah

15%

Jumlah
Bruto*

Tida
k
Fina
l

10 bln
berikutnya

20 bln
berikutnya

2.

Sewa
dan
penghasilan
lain
sehubungan dengan
penggunaan
harta
kecuali Sewa Tanah
dan/atau Bangunan

2%

Jumlah
Bruto*

Tida
k
Fina
l

10 bln
berikutnya

20 bln
berikutnya

3.

Imbalan Jasa Lain

2%

Jumlah
Bruto*

Tida
k
Fina
l

10 bln
berikutnya

20 bln
berikutnya

Rincian Jasa
Lainnya

Batas waktu
penyetoran

Batas waktu
pelaporan

Jumlah Bruto
*tidak termasuk PPN

49

DILAKUKAN PADA SAAT MEMBAYARKAN


PENGHASILAN

BUKTI PEMOTONGAN

1
2
3

UNTUK REKANAN
LAMPIRAN SPT MASA PPh
PASAL 23/26
ARSIP PEMOTONG

50

JUMLAHKAN PPh PSL 23/26 DALAM


BUKTI PEMOTONGAN
SELAMA SATU BULAN TAKWIM

DISETOR KE BANK PERSEPSI /KANTOR POS DAN GIRO


DGN MENGGUNAKAN SSP
(ATAS NAMA & DI TTD OLEH PEMOTONG)

PALING LAMBAT TGL 10 BULAN TAKWIM


BERIKUTNYA SETELAH BULAN SAAT
TERUTANGNYA PAJAK

2%
a
g
n
u
pa b TONG
u
r
e
M O Ph 23/
mb
E
d
a
P
i
a
P
s
il
Sank an apab etorkan pungut
y
l
i
Sebu bat Men otong / d
m
p
Terla telah Di
26 yg

APABILA TGL 10 JATUH PD HARI LIBUR,


MAKA PENYETORAN DILAKUKAN PADA
HARI KERJA BERIKUTNYA

51

n
orka
p
a
l
b Me suatu
i
j
a
ak W ila dlm an
d
i
T
P
ab
p
W
/
a
tong
G
o
6
N
2
m
/
O
e
23
tp
OT
PEM asa PPh terdapa
k
M
SPT /bulan td
a
mas 3/26
2
PPh

SPT MASA PPh PSL 23/26

LAMPIRAN
* LEMBAR KE-3 SSP BUKTI SETORAN PPh PSL 23/26
* DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PPh PSL 23/26
* LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN

KE KPP/
KP2KP
PD HARI KERJA
BERIKUTNYA

PLG LAMBAT
20 HARI SETELAH
BLN TAKWIM BERAKHIR

0
0.00 t
0
1
a
Rp
a
d
lamb
n
r
e
e
t
d
rupa PT Masa tuan
e
b
adm abila S ai keten
i
s
k
San akan ap an sesu
n
k
Dike dilapor
k
/ tida

JIKA JATUH PD
HARI LIBUR

52

Pelunasan Pajak atas penghasilan


yang
diterima
WPLN
dari
Indonesia yang dilakukan melalui
pemotongan oleh pihak yang
membayarkan penghasilan
53

DASAR HUKUM
PEMOTONGAN PPh PASAL 26

UU

PP

KEP
MENKEU

PerDirjen

UU
UUNo.6/
No.6/1983
1983sebagaimana
sebagaimanatelah
telah
diubah
diubahterakhir
terakhirdengan
dengan UU
UU
No.16/2009
No.16/2009
UU
UUNo.7/
No.7/1983
1983sebagaimana
sebagaimanatelah
telah
diubah
terakhir
dengan
UU
diubah terakhir dengan UU
No.36/2008
No.36/2008
PP
PPNo.94/2010
No.94/2010
KMK
KMKNo.624/KMK.04/1994
No.624/KMK.04/1994
KMK
KMKNo.434/KMK.04/1999
No.434/KMK.04/1999
PMK
No.184/PMK.03/2007
PMK No.184/PMK.03/2007Jo
JoPMK
PMK
No.80/PMK.03/2010
No.80/PMK.03/2010
PMK
PMKNo.257/PMK.03/2008
No.257/PMK.03/2008
PMK
PMKNo.
No.82/PMK.03/2009
82/PMK.03/2009
PER-61/PJ/2009
PER-61/PJ/2009Jo
JoPERPER24/PJ/2010
24/PJ/2010
PER-62/PJ/2009
PER-62/PJ/2009Jo
JoPERPER25/PJ/2010
25/PJ/2010

54

SAAT TERHUTANG PPh PASAL 26


CASH BASIS :
PADA AKHIR BULAN DILAKUKAN PEMBAYARAN
ACCRUAL BASIS :
PADA AKHIR BULAN TERUTANGNYA PENGHASILAN

Umum:
Akhir bulan pembayaran atau terutangnya
penghasilan, mana yang lebih dulu.
Khusus:
Saat jatuh tempo bunga dan sewa
Saat tersedia untuk dibayarkan dividen
Saat yang ditentukan dalam kontrak/
perjanjian atau faktur royalti, jasa
55

PELAKSANAAN
PELAKSANAAN PEMOTONGAN
PEMOTONGAN PPh
PPh
PASAL
PASAL 26
26
PRINSIP DESENTRALISASI :
DI T4 TERJADINYA PEMBAYARAN ATAU TERUTANGNYA
OBJEK PPh 23/26; (KANTOR PUSAT ATAU CABANG)
KEWAJIBAN PEMOTONG :

MEMOTONG PPh 23/26 Sesuai Saat Terutang PPh 23/26


dgn membuat BUKTI PEMOTONGAN;
MEMBERIKAN BUKTI PEMOTONGAN PPh 23/26 Kepada
PENERIMA PENGHASILAN
MENYETOR PPh 23/26 Dg. SSP P.l. Tgl 10 Bulan Berikut
setelah Bulan Saat Terutang PPh 23/26;
MELAPOR PPh 23/26 Dg. SPT Masa P.l. Tgl 20 Bulan
Berikut setelah Bulan Saat Terutang PPh 23/26 ;

56

ALIRAN PEMBAYARAN KEPADA


WPLN

DN

LN
WPLN

WPDN

BUT

57

WP Luar Negeri

58

Tax Treaty
(Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda/P3B)
Perjanjian pajak antara dua negara yang
mengatur mengenai pembagian hak
pemajakan
atas
penghasilan
yang
diterima atau diperoleh oleh penduduk
salah satu atau kedua negara pihak pada
persetujuan (both contracting state),
dimana pembagian hak pemajakan
tersebut diatur dengan tujuan untuk
mencegah seminimal mungkin terjadinya
pengenaan pajak berganda.
59

PIHAK YANG BERKEWAJIBAN MEMOTONG


PENGHASILAN YANG MERUPAKAN
OBJEK PPh PASAL 26

Badan Pemerintah;
Subjek Pajak Badan Dalam
Negeri;
Penyelenggara Kegiatan;
Bentuk Usaha Tetap;
Perwakilan Perusahaan Luar
Negeri Lainnya;

60

OBJEK PPh PASAL 26


DEVIDEN
BUNGA,TERMASUK PREMIUM, DISKONTO, DAN IMBALAN KARENA
JAMINAN PENGEMBALIAN HUTANG
ROYALTY, SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DNG
PENGGUNAAN HARTA
IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN JASA PEKERJAAN DAN KEGIATAN

HADIAH DAN PENGHARGAAN


PENSIUN DAN PEMBAYARAN BERKALA LAIN
PREMI ASURANSI
PENGHASILAN KENA PAJAK DIKURANGI PAJAK DARI BUT, KECUALI
DITANAMKAN KEMBALI DI INDONESIA

61

Penghasilan Usaha
Pekerjaan Bebas
Laba
Honorarium
Gaji / Komisi
Jenis Pembayaran

Penghasilan Modal
Deviden
Bunga
Royalti
62

PRINSIP PEMUNGUTAN PPh PASAL


26
SE 03/PJ.101/1996

1. Tidak ada Tax Treaty


dikenakan PPh Pasal 26 sebesar 20% atas pembayaran
penghasilan modal maupun penghasilan usaha

2. Ada Tax Treaty


a. Penghasilan modal
- Tidak ada BUT = sesuai tarif tax treaty
- Ada BUT = Dipotong PPh Pasal 23
b. Penghasilan Usaha/Pekerjaan Bebas
- Tidak ada BUT/tidak melebihi time test = Bebas PPh
- Ada BUT/melebihi time test = Dipotong PPh 23

63

Time Test BUT


Batas waktu yang digunakan untuk
menentukan apakah suatu WPLN
berhak untuk dikenakan pajak di
Indonesia, atau hanya membayar
pajak di negaranya masing masing.
Lamanya time test ditentukan dalam
Tax Treaty masing masing negara.

64

TARIF & DPP PPh PASAL 26

20% DARI
BRUTO
- Pasal 26 (1)
20% DARI PERK. PH NETO
- Pasal 26 (2)
- Pasal 26 (2a)
20% DARI PKP SETELAH PAJAK
- Pasal 26 (4)
65

PPh PASAL 26 (1)


OBJEK Pajak :
HADIAH DAN PENGHARGAAN

PENSIUN DAN PEMBAYARAN BERKALA LAIN


PREMI SWAP DAN TRANSAKSI LINDUNG NILAI LAINNYA
KEUNTUNGAN KARENA PEMBEBASAN UTANG

66

PPh PASAL 26 (1)


PPh Pasal 26 terutang

20% X JML BRUTO


atau
Tax Treaty
FINAL
67

PPh PASAL 26 (2)

Penghasilan dari penjualan atau


pengalihan harta di Indonesia,
kecuali yang diatur dalam Pasal 4
ayat (2) UU PPh

Penghasilan dari penjualan saham di dalam negeri


yang diperoleh atau diterima WPLN

Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan


asuransi di luar negeri

68

PPh PASAL 26 (2)


1

Final

Jo PMK-82 /PMK.03/ 2009

Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di


Indonesia, kecuali yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2) UU
PPh, terdiri dari:
- Perhiasan mewah
- Berlian
- Emas
- Intan
New
- Jam tangan mewah
- Barang antik
- Lukisan
- Mobil
- Kapal pesiar, dan/atau
- Pesawat terbang ringan

Kecuali yang diterima/diperoleh oleh WPOP Luar


Negeri yang nilainya tidak melebihi Rp 10.000.000
(Sepuluh juta rupiah) untuk setiap transaksi
Tarif = 20% dari perkiraan penghasilan neto
Perkiraan penghasilan neto = 25% x harga jual
Tarif efektif = 5% x harga jual
Dipotong oleh Pembeli (yang ditunjuk)

69

PPh PASAL 26 (2)


Jo KMK-434/KMK.04/ 1999

Penghasilan dari penjualan


saham di dalam negeri yang
diperoleh atau diterima WPLN

Tarif = 20% dari perkiraan penghasilan neto


Perkiraan penghasilan neto = 25% x harga jual
Tarif efektif = 5% x harga jual
70

PPh PASAL 26 (2)


Jo KMK -624/ KMK.04/1994

Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan


asuransi di luar negeri (baik secara langsung
maupun melalui pialang)

20% X Perkiraan Ph. Neto ;


1. Pembayar /Pemotong ->Tertanggung : 20% x 50% = 10 %
Tarif efektif
2. Pembayar /Pemotong ->Perush.Asuransi : 20% x 10% = 2 %
Tarif efektif
3. Pembayar/Pemotong-> Perush.ReAsuransi :20% x 5% = 1 %
Tarif efektif

71

PPh PASAL 26 (4)


LABA NETO SETELAH PAJAK DARI SUATU
BUT DI INDONESIA ( BRANCH PROFIT
TAX )

20% X PKP Minus PPh BUT ;

FINAL,
Kecuali Ditanamkan kembali (Reinvest)
di Indonesia
75

al
Fi
n

PPh PASAL 26 (4)

DIKENAKAN TARIF 20% DR LABA SETELAH PAJAK BUT


Contoh:
PKP BUT di Indonesia dalam tahun 2009
Rp17.500.000.000,00
Pajak Penghasilan:
28% x Rp17.500.000.000,00
Rp
4.900.000.000,00 (-)
----------------------------Penghasilan Kena Pajak setelah pajak
Rp12.600.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 26 yang terutang
20% x Rp12.600.000.000 = Rp2.520.000.000,00
Apabila penghasilan setelah pajak sebesar
Rp12.600.000.000,00 (dua belas miliar enam ratus juta
rupiah) tersebut ditanamkan kembali di Indonesia
76

DPP PPh PASAL 26


PENGH.
BRUTO

20 %

PENGH.
NETO

FINAL
1.
DIVIDEN
2.
BUNGA (PREMIUM,
DISKONTO, IMBALAN
KARENA JAMINAN
PENGEMBALIAN
HUTANG
3.
ROYALTI
4.
HADIAH /
PENGHARGAAN
5.
IMBALAN
SEHUBUNGAN DNG
JASA,PEKERJAAN,
KEGIATAN
6.
PENSIUN DAN
PEMBAYARAN
BERKALA LAIN
7.
PREMI SWAP/LINDUNG
NILAI

HARTA
PREMI ASURANSI
SAHAM

PKP
MINUS
TAX
20 %
FINAL
ATAS BUT, KECUALI PENGHASILAN
TERSEBUT DITANAMKAN
KEMBALI DI INDONESIA

78

PRINSIP PEMUNGUTAN PPh


PASAL 26
Tidak ada Tax Treaty, dikenakan PPh Pasal 26
sebesar 20% atas pembayaran penghasilan
modal maupun penghasilan usaha (jika belum lewat
time test)

Ada Tax Treaty :


- Pembayaran penghasilan modal, sesuai tarif tax
treaty, kecuali punya BUT dipungut PPh pasal 23.
- Pembayaran pekerjaan bebas, bebas PPh pasal
26 sepanjang tidak punya BUT di Indonesia atau
tidak melebihi time test

79

KEWAJIBAN PEMOTONG PPh PASAL 26

1. MEMBUAT BUKTI POTONG (RANGKAP 3)


2. MENYETORKAN TGL 10 BULAN BERIKUTNYA
SEJAK SAAT TERUTANGNYA PAJAK
3. MELAPORKAN SPT MASA TGL 20 BULAN
BERIKUTNYA

83

85

86

87

PAJAK FINAL
Jenis pajak yang memiliki sifat final, dimana
si pembayar pajak tidak lagi dikenai kewajiban
untuk memasukkan obyek pajak dan pajak
yang bersangkutan kedalam perhitungan pajak
akhir tahun, karena pajak dan obyek pajak
tersebut sudah dianggap rampung, tuntas,
atau pasti.
lebih pada konteks Pajak Penghasilan (PPh),
karena dalam PPh ada Perampungan yang
dilakukan setiap akhir tahun
88

Kalau Sudah Kena Pajak


Final ??
Tidak
Dapat
Dikreditkan
Terhadap Total PPh Terutang
Pengeluaran
dalam
memperoleh
penghasilan
(obyek
PPh
Final)
yang
bersangkutan
tidak
boleh
dibiayakan secara fiskal

89

Kenapa Harus Pajak


Final ??
perlu adanya dorongan dalam rangka
perkembangan investasi dan tabungan
masyarakat;
kesederhanaan dalam pemungutan pajak;
berkurangnya beban administrasi baik
bagi Wajib Pajak maupun Direktorat
Jenderal Pajak;
pemerataan dalam pengenaan pajaknya;
dan
memperhatikan perkembangan ekonomi
dan moneter.

90

PENGHASILAN TERTENTU YANG PENGENAAN PAJAKNYA


TELAH DIATUR DGN PERATURAN PEMERINTAH (PP)
1. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK
2. PENGHASILAN PENJUALAN SAHAM MILIK PERUSAHAAN MODAL VENTURA

3. PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN


4. PENGHASILAN DARI BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO
SBI
5. PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
6. PENGHASILAN BERUPA BUNGA/DISKONTO OBLIGASI YANG
DIPERDAGANGKANNYA DI BURSA EFEK
7. PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI

91

92

15%/20% x Ph Bruto

January 29, 2017

94

95

Merupakan PPh yang dihitung dengan norma


penghitungan khusus untuk wajib pajak
tertentu, dimana pajaknya dihitung dengan
tarif efektif tertentu dari penghasilan bruto
Tujuan :
Untuk menghindari kesukaran dalam menghitung
besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi golongan
Wajib Pajak tertentu tersebut

96

PPH PASAL 15
TARIF DAN OBYEK PEMOTONGAN

Tarif 2,64% x Peredaran Bruto bagi Perusahaan Pelayaran / Penerbangan Luar Negeri (Final)
Tarif 1,8% x Jumlah Bruto dari perjanjian charter bagi
Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri (Tidak Final)

Tarif 1,2% x Peredaran Bruto bagi Perusahaan Pelayaran


Dalam Negeri (Final)
Tarif 0,44% x Nilai Ekspor Bruto bagi Kantor Perwakilan
Dagang Asing (Final)
97

JUMLAHKAN PPh PSL 15 DALAM


BUKTI PEMOTONGAN
SELAMA SATU BULAN TAKWIM

DISETOR KE BANK PERSEPSI /KANTOR POS DAN GIRO


DGN MENGGUNAKAN SSP
(ATAS NAMA & DI TTD OLEH WP Pemotong)

PALING LAMBAT TGL 10 BULAN TAKWIM


BERIKUTNYA SETELAH BULAN SAAT
TERUTANGNYA PAJAK

APABILA TGL 10 JATUH PD HARI LIBUR,


MAKA PENYETORAN DILAKUKAN PADA
HARI KERJA BERIKUTNYA

2%
a
g
n
u
pa b motong
u
r
e
mb
P Pe PPh 15
d
a
W
i
a
s
il
Sank an apab etorkan gut
y
l
n
Sebu bat Men ng / dipu
m
o
Terla ah Dipot
l
yg te

Menyetor sendiri
Paling Lambat Tgl
15 bulan
berikutnya

98

SPT MASA PPh PSL 15

LAMPIRAN
* LEMBAR KE-3 SSP BUKTI SETORAN PPh PSL 15
* DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PPh PSL 15
* LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN

KE KPP/
KP2KP
PD HARI KERJA
BERIKUTNYA

PLG LAMBAT
20 HARI SETELAH
BLN TAKWIM BERAKHIR

0
0.00 t
0
1
a
Rp
a
d
lamb
n
r
e
e
t
d
rupa PT Masa tuan
e
b
adm abila S ai keten
i
s
k
San akan ap an sesu
n
k
Dike dilapor
k
/ tida

JIKA JATUH PD
HARI LIBUR

99

10

10

10

Pelayaran/Penerbangan
LN

PT. Bekasi Raya mencarter pesawat


US Airlines (maskapai internasional)
untuk mengangkut barang barang
hasil produksinya ke Amerika, ongkos
yang harus dibayar PT. Bekasi Raya
sebesar Rp 150 juta

10

Penerbangan DN
PT. Bekasi Raya juga mencarter
pesawat dari Emprit Airlines (maskapai
dalam negeri) untuk mengangkut
barang barang ke daerah daerah
lain di Indonesia, dengan ongkos carter
Rp 100 juta

10

Pelayaran DN
Untuk menghemat biaya tinggi PT.
Bekasi Raya mencarter kapal dari
Gabus Lines (maskapai pelayaran
nasional), dengan ongkos carter yang
harus dibayar sebesar Rp 50 juta

10

PEMOTONGAN PAJAK bagi WP LUAR NEGERI YANG


MEMPUNYAI KANTOR PERWAKILAN DAGANG DI
INDONESIA

Penghasilan neto sebesar 1% (satu persen) dari


nilai ekspor bruto.
Pelunasan Pajak Penghasilan adalah sebesar
0,44% (empat puluh empat per seribu) dari nilai
ekspor bruto dan bersifat final.
nilai ekspor bruto adalah semua nilai pengganti
atau imbalan yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak luar negeri yang mempunyai kantor
perwakilan dagang di Indonesia dari penyerahan
barang kepada orang pribadi atau badan yang
berada atau bertempat kedudukan di Indonesia.
10

PEMOTONGAN PAJAK bagi WP LUAR NEGERI YANG


MEMPUNYAI KANTOR PERWAKILAN DAGANG DI
INDONESIA

BUT
Sharaps
adalah
kantor
perwakilan
dagang
WPLN
di
Indonesia. Pada bulan Maret 2008,
nilai ekspor brutonya adalah sebesar
Rp. 5 milyar. Berapa PPh pasal 15
terutang dan bagaimana mekanisme
administrasinya?

10

111

11

Anda mungkin juga menyukai