Materi :
PPh Pasal 22
PPh Pasal 23
PPh Pasal 26
PPh Pasal 4
ayat (2)
PPh Pasal 15
PPh Pasal 23
Jenis
PPh
Pemotongan
&
Pemungutan
PPh Pasal 26
PPh Pasal 15
Pajak
Penghasilan
Pajak
Penghasilan
dikenakan terhadap Subjek
Pajak atas Penghasilan yang
diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak.
3
Objek Pajak
Objek Pajak adalah Penghasilan, yaitu:
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
(Pasal 4 ayat (1) UU PPh)
TAHUN BERJALAN
MEMOTONG/MEMUNGUT
PAJAK PIHAK LAIN
MEMBAYAR PAJAK
SETOR SENDIRI
PPh Pasal 25
Fiskal LN
PPHTB
DIPOTONG/DIPUNGUT
PIHAK LAIN
PPh Pasal 21
PPh Pasal 22
PPh Pasal 23
PPh Pasal 26
PPh Final
PPh Pasal 21
PPh Pasal 22
PPh Pasal 23
PPh Pasal 26
PPh Final
SPT 1771/1770
PENGHASILAN
OBYEK PAJAK
TDK FINAL
FINAL
PEMOTONGAN
DIBAYAR SENDIRI
PEMOTONGAN
DIBAYAR SENDIRI
ESTIMATED TAX
WITHHOLDING TAX
TUJUAN:
-KELANCARAN KAS NEGARA
-MERINGANKAN BEBAN WAJIB PAJAK
SELF
ASSESSMENT
SISTEM
PEMBAYARAN
PAJAK
OFFICIAL
ASSESSMENT
WITHHOLDING
SYSTEM
10
WITHHOLDING
SYSTEM
PEMOTONGAN
PEMUNGUTAN
Pengeluaran oleh
subjek pajak
Bertambah sebesar
Pajak yg dipungut
11
Perbedaan Istilah
Pemotongan dan Pemungutan
Pemotongan
Pemungutan
Pemungut adalah
pihak yang
menerima
pembayaran
12
asal 22
Dasar Hukum
Pemungut PPh Pasal 22
13
Dasar Hukum
1. Pasal
22
Undang-Undang
Pajak
Penghasilan
2. PMK-107/PMK.010/2015 tentang perubahan
ke 4 PMK Nomor 154/PMK.03/2010 tentang
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
Sehubungan
Dengan
Pembayaran
atas
Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang
lmpor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain
Berlaku Sejak 8 Agustus 2015
3. PER-31/PJ/2015 tentang Perubahan ke-3
PER-57/PJ/2010 tentang tata cara dan
prosedur Pemungutan PPh Pasal 22
sehubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang dan kegiatan dibidang
impor atau kegiatan usaha di bidang lain
mulai berlaku sejak 08 Agustus 2015
14
Pemungut
Objek Pungutan
Bank
Devisa
dan Impor
Barang
dam
Direktorat Jenderal Bea Ekspor
komoditas
dan Cukai
Tambang
batubara,
mineral
logam
dan
mineral bukan logam
Bendahara Pemerintah dan Pembelian Barang
Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA)
Bendahara Pengeluaran
Badan Usaha
Pembelian barang dan/atau
- BUMN
bahan-bahan untuk keperluan
- Badan Usaha tertentu kegiatan usahanya;
yang
dimiliki
secara
langsung oleh BUMN
PT Pupuk Sriwidjaja Palembang,
PT Petrokimia Gresik,
PT Pupuk Kujang,
PT Pupuk Kalimantan Timur,
PT Pupuk Iskandar Muda,
PT Telekomunikasi Selular,
PT Indonesia Power,
PT Pembangkitan Jawa-Bali,
PT Semen Padang,
PT Semen Tonasa,
PT Elnusa Tbk,
PT Krakatau Wajatama,
PT Rajawali Nusindo,
PT Wijaya Karya Beton Tbk,
PT Kimia Farma Apotek,
PT Kimia Farma Trading & Distribution,
PT Badak Natural Gas Liquefaction,
PT Tambang Timah,
PT Petikemas Surabaya,
PT Indonesia Comnets Plus, PT Bank
Syariah Mandiri, PT Bank BRI Syariah,
dan PT Bank BNI Syariah
16
bahan-bahanuntuk
industrinya
atau
18
1,5% x
Harga
pembelian
tidak
termasuk
PPN
Per tanggal
08 Agustus
2015
19
Barang
tertentu
sebagaimana
tercantum
dalam
lampiran I PMK-107/PMK.010/2015, sebesar 10% dari
nilai impor
Barang tertentu lainnya sebagaimana tercantum dalam
lampiran II PMK-107/PMK.010/2015, sebesar 7,5% dari
nilai impor
Selain barang tertentu dan barang tertentu lainnya,
yang menggunakan angka pengenal impor (API),
sebesar 2,5% dari nilai impor, kecuali atas impor
kedelai, gandum, dan tepung terigu sebesar 0,5% dari
nilai impor;
Selain barang tertentu dan barang tertentu lainnya,
yang tidak menggunakan angka pengenal impor (API),
sebesar 7,5% dari nilai impor; dan/atau
Barang yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% dari harga jual
lelang.
20
22
P E R T A M IN A
S W A S T A N IS A S I
0 ,2 5 % X
P E N JU A L A N
0 ,3 % X
P E N JU A L A N
M IN Y A K T A N A H
0 ,3 % X P E N J U A L A N
0 ,3 % X
P E N JU A L A N
G A S L P G
0 ,3 % X P E N J U A L A N
0 ,3 % X
P E N JU A L A N
P E L U M A S
0 ,3 % X P E N J U A L A N
0 ,3 % X
P E N JU A L A N
P R E M IU M
S O L A R
- P R E M IX / S U P E R T T
D ip u n g u t p a d a s a a t p e n e r b it a n S P P B ( d e liv e r y o r d e r )
P e m u n g u t a n & p e n y e t o r a n o le h P e m u n g u t P a ja k a .n p e m b e li k e
b a n k p e r s e p s i/ k a n t o r p o s
P P h 2 2 p e n y a lu r / a g e n b e r s if a t f in a l & s e la in p e n y a lu r / a g e n
b e r s if a t t id a k f in a l
23
IN D U S T R I S E M E N
0 ,2 5 % x D P P P P N
T ID A K F IN A L
IN D U S T R I K E R T A S
0 ,1 % x D P P P P N
T ID A K F IN A L
IN D U S T R I B A JA
0 ,3 % x D P P P P N
T ID A K F IN A L
IN D U S T R I O T O M O T IF
0 ,4 5 % x D P P P P N
T ID A K F IN A L
Industri Farmasi
(Obat)
Tidak Final
25
- Perhutanan
- Perkebunan
- Pertanian
- dan perikanan
di
27
Jenis Barang
Pesawat udara pribadi,
helikopter pribadi
Kapal
pesiar,
yacht
sejenisnya
Nilai Impor
1,5%
PPh Pasal 22
Industri dan Eksportir Hasil Pertanian
0,25%
Harga Beli
- 0,25% (Semen)
- 0,1% (Kertas)
- 0,3% (Baja)
- 0,45% (Otomotif)
-0.3% (Farmasi)
5%
Penjualan/
DPP PPN/
Harga Jual
29
Saat Pembayaran
Saat Penjualan
PPh Pasal 22
Industri dan Eksportir Hasil Pertanian
Saat Pembelian
Saat Penjualan
30
31
PPh Pasal 22
Industri dan Ekportir Hasil Pertanian
32
PPh Pasal 22
Pedagang Pengumpul
PPh Pasal 22 Barang Mewah
33
34
37
38
39
PPh Pasal 23
Dasar Hukum
Pemotong
Yang dipotong
Objek Pajak
Sifat
Peraturan Perpajakan
WP Badan DN
Orang Pribadi yang ditunjuk
dan OP usaha pembukuan
(khusus sewa)
40
DASAR HUKUM
PEMOTONGAN PPh PASAL 23
UU
PP
PP No.94/2010
KEP
MENKEU
KEP
DIRJEN
SE
DIRJEN
No.624/KMK.04/1994
No.434/KMK.04/1999
No.541/KMK.04/2000
PMK No. 244/PMK.03/2008
PMK No. 141/PMK.03/2015
KEP-50/PJ./1994
PER-33/PJ./2009
SE-53/PJ/2009 (Definisi Penghasilan
Bruto)
SE-35/PJ/2010 (Pengertian sewa dan
Jasa)
41
Badan
BadanPemerintah;
Pemerintah;
Subjek
SubjekPajak
PajakBadan
BadanDalam
DalamNegeri;
Negeri;
Penyelenggara
Kegiatan;
Penyelenggara Kegiatan;
Bentuk
BentukUsaha
UsahaTetap;
Tetap;
Perwakilan
Perusahaan
Perwakilan PerusahaanLuar
LuarNegeri
NegeriLainnya;
Lainnya;
Orang
OrangPribadi
PribadiYang
YangDitunjuk
DitunjukSebagai
SebagaiPemotong
Pemotong
(Akuntan,Dokter,Konsultan
(Akuntan,Dokter,KonsultanArsitek,Notaris,Pengacara,PPAT);
Arsitek,Notaris,Pengacara,PPAT);
Khusus
Objek
:
Sewa
Khusus Objek : Sewa
7.
Orang
7. OrangPribadi
PribadiYang
YangMenjalankan
MenjalankanUsaha
UsahaDan
DanMenyelenggarakan
Menyelenggarakan
Pembukuan
;
Khusus
Objek
:
Sewa.
Pembukuan ; Khusus Objek : Sewa.
Yang
Yang memberikan
memberikan penghasilan
penghasilan yang
yang berasal
berasal dari
dari
MODAL
MODAL
PENYERAHA
PENYERAHA
N
N JASA
JASA
PENYELENGGARAA
PENYELENGGARAA
N
N KEGIATAN
KEGIATAN selain
selain
yang
yang telah
telah
dipotong
dipotong PPh
PPh Ps.
Ps.
42
44
WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI /
BADAN
YG DAPAT MENUNJUKKAN
SKB PEMOTONGAN
PPh PASAL 23/26
YG MELAKSANAKAN
PROYEK PEMERINTAH YG
DIDANAI HIBAH ATAU
PINJAMAN LN
45
d.
e.
47
BUDIROHS
AJA
BUNGA, DIVIDEN,
ROYALTI DAN HADIAH DAN
PENGHARGAAN,.
(BUDIROH)
TARIF
15 %
SEWA
DAN
JASA LAINNYA
(SAJA)
TARIF
2%
PENGHASILAN BRUTO
Rincia
n
DASAR PEMOTONGAN
48
No
Objek
Tarif
Dasar
Penghitungan
Sifat
1.
Dividen,
Bunga,
Royalti, Hadiah
15%
Jumlah
Bruto*
Tida
k
Fina
l
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
2.
Sewa
dan
penghasilan
lain
sehubungan dengan
penggunaan
harta
kecuali Sewa Tanah
dan/atau Bangunan
2%
Jumlah
Bruto*
Tida
k
Fina
l
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
3.
2%
Jumlah
Bruto*
Tida
k
Fina
l
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
Rincian Jasa
Lainnya
Batas waktu
penyetoran
Batas waktu
pelaporan
Jumlah Bruto
*tidak termasuk PPN
49
BUKTI PEMOTONGAN
1
2
3
UNTUK REKANAN
LAMPIRAN SPT MASA PPh
PASAL 23/26
ARSIP PEMOTONG
50
2%
a
g
n
u
pa b TONG
u
r
e
M O Ph 23/
mb
E
d
a
P
i
a
P
s
il
Sank an apab etorkan pungut
y
l
i
Sebu bat Men otong / d
m
p
Terla telah Di
26 yg
51
n
orka
p
a
l
b Me suatu
i
j
a
ak W ila dlm an
d
i
T
P
ab
p
W
/
a
tong
G
o
6
N
2
m
/
O
e
23
tp
OT
PEM asa PPh terdapa
k
M
SPT /bulan td
a
mas 3/26
2
PPh
LAMPIRAN
* LEMBAR KE-3 SSP BUKTI SETORAN PPh PSL 23/26
* DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PPh PSL 23/26
* LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN
KE KPP/
KP2KP
PD HARI KERJA
BERIKUTNYA
PLG LAMBAT
20 HARI SETELAH
BLN TAKWIM BERAKHIR
0
0.00 t
0
1
a
Rp
a
d
lamb
n
r
e
e
t
d
rupa PT Masa tuan
e
b
adm abila S ai keten
i
s
k
San akan ap an sesu
n
k
Dike dilapor
k
/ tida
JIKA JATUH PD
HARI LIBUR
52
DASAR HUKUM
PEMOTONGAN PPh PASAL 26
UU
PP
KEP
MENKEU
PerDirjen
UU
UUNo.6/
No.6/1983
1983sebagaimana
sebagaimanatelah
telah
diubah
diubahterakhir
terakhirdengan
dengan UU
UU
No.16/2009
No.16/2009
UU
UUNo.7/
No.7/1983
1983sebagaimana
sebagaimanatelah
telah
diubah
terakhir
dengan
UU
diubah terakhir dengan UU
No.36/2008
No.36/2008
PP
PPNo.94/2010
No.94/2010
KMK
KMKNo.624/KMK.04/1994
No.624/KMK.04/1994
KMK
KMKNo.434/KMK.04/1999
No.434/KMK.04/1999
PMK
No.184/PMK.03/2007
PMK No.184/PMK.03/2007Jo
JoPMK
PMK
No.80/PMK.03/2010
No.80/PMK.03/2010
PMK
PMKNo.257/PMK.03/2008
No.257/PMK.03/2008
PMK
PMKNo.
No.82/PMK.03/2009
82/PMK.03/2009
PER-61/PJ/2009
PER-61/PJ/2009Jo
JoPERPER24/PJ/2010
24/PJ/2010
PER-62/PJ/2009
PER-62/PJ/2009Jo
JoPERPER25/PJ/2010
25/PJ/2010
54
Umum:
Akhir bulan pembayaran atau terutangnya
penghasilan, mana yang lebih dulu.
Khusus:
Saat jatuh tempo bunga dan sewa
Saat tersedia untuk dibayarkan dividen
Saat yang ditentukan dalam kontrak/
perjanjian atau faktur royalti, jasa
55
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN PEMOTONGAN
PEMOTONGAN PPh
PPh
PASAL
PASAL 26
26
PRINSIP DESENTRALISASI :
DI T4 TERJADINYA PEMBAYARAN ATAU TERUTANGNYA
OBJEK PPh 23/26; (KANTOR PUSAT ATAU CABANG)
KEWAJIBAN PEMOTONG :
56
DN
LN
WPLN
WPDN
BUT
57
WP Luar Negeri
58
Tax Treaty
(Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda/P3B)
Perjanjian pajak antara dua negara yang
mengatur mengenai pembagian hak
pemajakan
atas
penghasilan
yang
diterima atau diperoleh oleh penduduk
salah satu atau kedua negara pihak pada
persetujuan (both contracting state),
dimana pembagian hak pemajakan
tersebut diatur dengan tujuan untuk
mencegah seminimal mungkin terjadinya
pengenaan pajak berganda.
59
Badan Pemerintah;
Subjek Pajak Badan Dalam
Negeri;
Penyelenggara Kegiatan;
Bentuk Usaha Tetap;
Perwakilan Perusahaan Luar
Negeri Lainnya;
60
61
Penghasilan Usaha
Pekerjaan Bebas
Laba
Honorarium
Gaji / Komisi
Jenis Pembayaran
Penghasilan Modal
Deviden
Bunga
Royalti
62
63
64
20% DARI
BRUTO
- Pasal 26 (1)
20% DARI PERK. PH NETO
- Pasal 26 (2)
- Pasal 26 (2a)
20% DARI PKP SETELAH PAJAK
- Pasal 26 (4)
65
66
68
Final
69
71
FINAL,
Kecuali Ditanamkan kembali (Reinvest)
di Indonesia
75
al
Fi
n
20 %
PENGH.
NETO
FINAL
1.
DIVIDEN
2.
BUNGA (PREMIUM,
DISKONTO, IMBALAN
KARENA JAMINAN
PENGEMBALIAN
HUTANG
3.
ROYALTI
4.
HADIAH /
PENGHARGAAN
5.
IMBALAN
SEHUBUNGAN DNG
JASA,PEKERJAAN,
KEGIATAN
6.
PENSIUN DAN
PEMBAYARAN
BERKALA LAIN
7.
PREMI SWAP/LINDUNG
NILAI
HARTA
PREMI ASURANSI
SAHAM
PKP
MINUS
TAX
20 %
FINAL
ATAS BUT, KECUALI PENGHASILAN
TERSEBUT DITANAMKAN
KEMBALI DI INDONESIA
78
79
83
85
86
87
PAJAK FINAL
Jenis pajak yang memiliki sifat final, dimana
si pembayar pajak tidak lagi dikenai kewajiban
untuk memasukkan obyek pajak dan pajak
yang bersangkutan kedalam perhitungan pajak
akhir tahun, karena pajak dan obyek pajak
tersebut sudah dianggap rampung, tuntas,
atau pasti.
lebih pada konteks Pajak Penghasilan (PPh),
karena dalam PPh ada Perampungan yang
dilakukan setiap akhir tahun
88
89
90
91
92
15%/20% x Ph Bruto
94
95
96
PPH PASAL 15
TARIF DAN OBYEK PEMOTONGAN
Tarif 2,64% x Peredaran Bruto bagi Perusahaan Pelayaran / Penerbangan Luar Negeri (Final)
Tarif 1,8% x Jumlah Bruto dari perjanjian charter bagi
Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri (Tidak Final)
2%
a
g
n
u
pa b motong
u
r
e
mb
P Pe PPh 15
d
a
W
i
a
s
il
Sank an apab etorkan gut
y
l
n
Sebu bat Men ng / dipu
m
o
Terla ah Dipot
l
yg te
Menyetor sendiri
Paling Lambat Tgl
15 bulan
berikutnya
98
LAMPIRAN
* LEMBAR KE-3 SSP BUKTI SETORAN PPh PSL 15
* DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PPh PSL 15
* LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN
KE KPP/
KP2KP
PD HARI KERJA
BERIKUTNYA
PLG LAMBAT
20 HARI SETELAH
BLN TAKWIM BERAKHIR
0
0.00 t
0
1
a
Rp
a
d
lamb
n
r
e
e
t
d
rupa PT Masa tuan
e
b
adm abila S ai keten
i
s
k
San akan ap an sesu
n
k
Dike dilapor
k
/ tida
JIKA JATUH PD
HARI LIBUR
99
10
10
10
Pelayaran/Penerbangan
LN
10
Penerbangan DN
PT. Bekasi Raya juga mencarter
pesawat dari Emprit Airlines (maskapai
dalam negeri) untuk mengangkut
barang barang ke daerah daerah
lain di Indonesia, dengan ongkos carter
Rp 100 juta
10
Pelayaran DN
Untuk menghemat biaya tinggi PT.
Bekasi Raya mencarter kapal dari
Gabus Lines (maskapai pelayaran
nasional), dengan ongkos carter yang
harus dibayar sebesar Rp 50 juta
10
BUT
Sharaps
adalah
kantor
perwakilan
dagang
WPLN
di
Indonesia. Pada bulan Maret 2008,
nilai ekspor brutonya adalah sebesar
Rp. 5 milyar. Berapa PPh pasal 15
terutang dan bagaimana mekanisme
administrasinya?
10
111
11