Anda di halaman 1dari 15

AKUNTANSI PERPAJAKAN

REKONSILIASI FISKAL

MODUL 13
Mutiah

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2008
Rekonsiliasi Fiskal

Laporan keuangan yang dihasilkan dari proses akuntansi berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan yang sudah dibahas dalam bab-bab sebelumnya dinamakan dengan laporan
keuangan komersial.

Dalam rangka penyusunan laporan keuangan fiskal; yaitu laporan keuangan yang
menggunakan dasar undang-undang pajak; dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan rekonsiliasi fiskal. Secara ideal, seharusnya proses penyusunan laporan
keuangan dapat menghasilkan informasi keuangan yang dapat dimanfaatkan langsung
untuk pelaporan pajak. Dari nilai ideal tersebut, tercetus ide untuk menyamakan prinsip
akuntansi kornersial dengan prinsip akuntansi fiskal. Sehingga data-data dapat terintegrasi
dalam laporan keuangan, tidak terpisah dalam catatan tersendiri yang menyebabkan
penelusuran terhadap data tersebut menemui kesulitan.

Contoh kasus:
Dalam hal terjadi sewa guna usaha dengan hak opsi. Berapa harga perolehan Aktiva sewa
guna usaha secara akuntansi dan fiskal. Secara akuntansi data tersebut dapat tersimpan
dengan rapi dalam bentuk daftar aktiva yang terintegrasi ke dalam jurnal. Sedangkan secara
fiskal catatan tersebut harus disediakan tersendiri tidak terintegrasi ke dalamjurnal.

Dalam kenyataan saat ini gagasan tersebut belum dapat diwujudkan karena belum adanya
kesepakatan antara pihak IAI dengan Otoritas Pajak mengingat adanya perbedaan orientasi
akuntansi dan pembukuan fiskal. Sehingga pendekatan yang dilakukan mcnggunakan
rekonsiliasi fiskal.

Masalah pokok dalam akuntansi sama dengan PPh yaitu menentukan penghasilan
(pendapatan) dan biaya (beban) Beda pada satu periode tertentu (tahun buku). Didalam
Waktu menentukan penghasilan dan biaya tersebut terdapat persamaan dan perbedaan
mengenai prinsip dan metode, perbedaan terdiri dan beda tetap (permanent different) dan
beda waktu (temporary different).

Rekonsiliasi Fiskal dilakukan yang menghilangkan perbedaan antara Laporan Keuangan


Komersial yang berdasarkan standar akuntansi keuangan dengan peraturan pajak, sehingga
dihasilkan laporan keuangan fiskal. Perbedaan perlakuan dalam Laporan Keuangan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SE


AKUNTANSI PERPAJAKAN
Komersial dengan Laporan Keuangan Fiskal dapat dikelompokkan menjadi dua perbedaan,
yaitu BEDA TETAP (Permanent Djfference) dan BEDA WAKTU (Time Difference).

Dinamakan beda tetap, karena akumulasi perbedaan tersebut akan tetap ada sarnpai waktu
yang tidak terhingga.

Contoh :
Pada Tahun 1999 s.d. 2002 terdapat biaya sumbangan sebesar Rp 60.000.000,- setahun.
Berdasarkari Pasal 9 UU No.17 tahun 2002. biaya sumbangan bukan merupakan pengurang
penghasilan bruto, maka pengakuan hiaya pada masing-masing akuntansi adalah:

Akuntansi Auntansi
Komersial Pajak Perbedaan
1999 60.000.000 0 60.000.000
2000 60.000.000 0 60.000.000
2001 60.000.000 0 60.000.000
2002 60.000.000 0 60.000.000
Total 240.000.000 0 240.000.000

Sedangkan dalam beda waktu, akan terjadi saling eliminasi antar tahun-tahun fiscal,
sehingga tidak ada perbedaan lagi.

Contoh:
HP Aktiva tctap tahun 1999 = Rp 240.000.000. Disusutkan menurut akuntansi 3 tahun dan
menurut Pajak 4 tahun (metode garis lurus). Berdasarkan data tersebut maka penyusutan
akutansi komersial
Rp 60.000.000/tahun sedangkan akutansi pajak Rp 60.000.000/tahun

Akuntansi Auntansi
Komersial Pajak Perbedaan
1999 80.000.000 60.000.000 20.000.000
2000 80.000.000 60.000.000 20.000.000
2001 80.000.000 60.000.000 20.000.000
2002 0 60.000.000 (60.000.000)
Total 240.000.000 240.000.000 0

Untuk menghilangkan perbedaan tersebut dilakukan koreksi fiskal, baik positif maupun
negatif. Yang dimaksud dengan penyesuaian fiskal positif adalal penyesuaian terhadap

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SE


AKUNTANSI PERPAJAKAN
penghasilan neto komersial yang bersifat menambah penghasilan dan atau mengurangi
biaya, misalnya: Penyesuaian atas pemupukan cadangan.
Sedangkan penyesuaian fiskal negatif adalah penyesuaian terhadap penghasilan neto yang
bersifat mengurangi penghasilan atau menarnbah biaya kemersial, misalnya pembayaran
sewa guna usaha.

Laporan Keuangan Fiskal yang dihasilkan dan proses rekonsiliasi fiskal tesebut akan
digunakan sebagai dasar perhitungan Pajak Penghasilan Terutang menurut ketentuan pasal
17 UU No.7 tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No.17 tahun 2000.

PENGHASILAN KENA PAJAK

Berdasarkan Pasal 16 ayat (1) UU.No.10 Tahun 1994 tidak berubah pada UU.No.17
Tahun 2000,Penghasilan Kena Pajak (PhKP) bagi WP Badan DN yang penghasilannya
merupakan objek PPh Yang tidak dikenakan Pph Final, adalah penghasilan Bruto
sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (1) Dikurangi:
Biaya yang diperkenankan sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 9 ayat
(1) huruf c, d, e.
Kompensasi kerugian sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (2)
Berdasarkan SPt Tahunan Pph WP Badan ( Formulir 1771), PhKP adalah
Penghasilan Neto Fiskal dikurangi kompensasi kerugian.
Apabila tidak ada kompensasi kerugian, PhKP = Ph. Neto Fiskal

PENGHASILAN NETO FISKAL


Formulir 1771-I (lampiran-I)
Contoh:
Penghasilan Neto Komersial Rp.43.481.400.000
Dikurangi,Penghasilan yang dikenakan PPh-Final
dan yang tidak termasuk objek pajak (Rp. 1.500.000.000)
Ditambah, penyesuaian fiskal positif Rp. 1.765.397.000
Dikurangi, penyesuaian fiskal negative (Rp. 50.000.000)
Dikurangi, Fasilitas Penanaman Modal berupa
Pengurangan penghasilan neto 0
Penghasilan Neto Fiskal Rp.43.696.797.000

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SE


AKUNTANSI PERPAJAKAN
Apabila bersaldo negatif merupakan Rugi Fiskal, berdasarkan Pasal 6 ayat (2) UU.
No. 17 Tahun 2000 dapat dikompensasi dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutanya
sampai dengan 5 (lima) tahun.

REKONSILIASI RUGI LABA FISKAL


Rekonsiliasi Rugi Laba Fiskal adalah cara melakukan penyesuaian fiskal atas Rugi
Laba Komersial menjadi Rugi Laba Fiskal.
Penghasilan yang dkenakan PPh-Final dan yang bukan merupakan objek
PPh.dimasukan ke Lampiran IV SPT PPH. Penyesuaian Fiskal Positif dan negatif
dimasukan ke Lampiran I SPT PPh.

STUDI KASUS SPT.PPH.BADAN TAHUN 2006

II. REKONSILIASI FISKAL HP PENJUALAN (DALAM RIBUAN Rp)

KOREKSI
PPH
KOMERSIAL FISKAL POS
NO FISKAL KETERANGAN
(1) (Neg) 1771.1
(1-2)
(2)
1. BAHAN BAKU
a. Persediaan Awal 5.000.000 - 5.000.000
b. Pembelian 24.860.000 - 24.860.000
c. Retur Pembelian (160.000) - (160.000)
d. Siap dipakai 29.700.000 - 29.700.000
e. Persediaan Akhir (5.200.000) - (5.200.000)
f. Digunakan 24.500.000 - 24.500.000
2. UPAH LANGSUNG
a. Upah Pokok 900.000 - 900.000 Ps. 21
b. JKK & JKM 11.000 - 11.000 Ps. 21
c. JHT 33.000 - 33.000
d. THR 76.000 - 76.000 Ps. 21
e. Lembur 300.000 - 300.000 Ps. 21
f. Pengganti
100.000 - 100.000 Ps. 21
Pengobatan
1.420.000 - 1.420.000
BIAYA PRODUKSI
3.
TAK LANGSUNG
a. Gaji Teknisi 500.000 - 500.000 Ps. 21
b. Tunj. PPh 21 50.000 - 50.000 Ps. 21
SUBTOTAL BIAYA
550.000 - 550.000
GAJI
c. Bahan Pembantu 690.000 - 690.000
d. PBB-Pabrik 50.000 - 50.000

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SE


AKUNTANSI PERPAJAKAN
1.290.000 - 1.290.000
4. PENYUSUTAN
a. Bangunan 100.000 4a (50.000) 150.000
523.52
b. Mesin Pabrik 1.200.000 3i 676.480
0
473.52
1.300.000 826.480
0
BIAYA PRODUKSI (1 473.52
5. 28.510.000 28.036.480
s.d. 4) 0
6. BRG DLM PROSES
a. Persediaan Awal 2.900.000 - 2.900.000
b. Persediaan Akhir (2.100.000) - (2.100.000)
7. HP PRODUKSI 29.310.000 473.520 28.836.480
8. BARANG JADI
a. Persediaaan Awal 1.500.000 - 1.500.000
b. Persediaan Akhir (1.200.000) - (1.200.000)
9. HP PENJUALAN 29.610.000 473.520 29.136.480

IV. REKONSILIASI BIAYA USAHA (DALAM RIBUAN Rp)

NO JENIS BIAYA KOMERSIAL KOREKSI FISKAL KETERANGAN


(1) FISKAL (1-2)
POS (Neg)
1771.1 (2)
1. Gaji Pokok - Objek Ps. 21
4.500.000
4.500.000
2. JKK & JKM - Objek Ps. 21
50.000
50.000
3. JHT - Bukan PPh 21
150.000
150.000
4. Iuran Pensiun-MK - Bukan PPh 21
250.000
250.000
5. Tunj. Aktivitas - Ps. 21
550.000
550.000
6. Pengobatan
a. Tunjangan - Ps. 21
300.000
300.000
b. Penggantian - Ps. 21
120.000
120.000
c. Cuma-cuma 3c - Ps. 9 (1) e
50.000
50.000
7. THR 350.000 - 50.000 Ps. 21
8. Bonus
a. Prestasi Kerja 250.000 - Ps. 21

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SE


AKUNTANSI PERPAJAKAN
250.000
b. Pembagian Laba 3l 100.00 - Ps. 21-SE-
100.000
0 16/PL.44/92
9. PPH-Ps. 21
a. Tunjangan - Ps. 21
300.000
300.000
b. Ditanggung 3c - Ps. 9 (1) e
20.000
Perush. 20.000
10. Pembagian Beras 3c Ps. 9 (1) e
60.000
60.000
11. Sumbangan
b. Keagamaan 3 - Ps. 9 (1) g
20.000
e 20.000
12. Promosi - Ps. 6 (1) a
6.000.000
6.000.000
13. Pulsa HP Pegawai 3c KEP.220/PJ/02
30.000
15.000 15.000
14. Kerugian Piutang
a. Penyisihan 3 300.00 - Ps. 9 (1) c
300.000
b 0
b. Nyata Tdk Dpt - Ps. 6 (1) h
Ditagih (Sesuai 180.000 180.000
KEP.238/PJ/201)
c. Tdk Sesuai 3l - Ps. 6 (1) h
50.000
50.000
15. PM-TDDK Dgn PK:
a. FPSdh-BKP Ps. - Ps. 3 (1)
20.000
6 20.000 PP.138/00
b. FPSdh-BKP Ps. 3l - s.d.a
10.000
9 10.000
c. FP. Std-Catat 3l - s.d.a
5.000
5.000
16. Sanksi Adm.Pjk-
KUP
a. Denda Ps. 7 3 - Ps. 9 (1) k
2.000
h 2.000
b. Bunga Ps. 13 (2) 30.000 3 - Ps. 9 (1) k
h 30.000
17. PPH Final 61.600 3f - Ps. 9 (1) h
61.600
18. Beban Bunga
a. Investasi Saham 100.000 3l 100.00 - Penj. Ps. 6 (1) a
0
19. Rugi Kurs 200.000 - Ps. 6 (1) e

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SE


AKUNTANSI PERPAJAKAN
200.000
SUBTOTAL 14.358.600 823.60 13.535.00
0 0
20. Penyusutan
a. Sedan 150.000 3i 118.277 3i-1771,I
31.723
TOTAL BIAYA USAHA 14.208.600 941.87 13.266.72
7 3

PT. CIPTA KARSA UTAMA


REKONSILIASI RUGI LABA FISKAL
TAHUN 2006

KOMERSIAL KOREKSI PPH TIDAK KETERANGAN


FISKAL POS FINAL
(Neg) 1771.1)
Penjualan Bruto 90.000.000 - 90.000.000
Potongan Penjualan (3.000.000) 3b 300.000 (2.700.000)
Retur Penjualan (1.000.000) - (1.000.000)
Penjualan Neto (I) 86.000.000 300.000 86.300.000
Harga Pokok
(29.610.000) 473.520 (29.136.480)
Penjualan (II)
Laba Bruto Usaha (III) 56.390.000 773.520 57.163.520
Biaya Usaha (IV) (14.208.600) 941.877 (13.266.723)
Penghasilan Neto
42.181.400 1.715.397 43.896.797
Usaha (V)
Penghasilan Bruto
Diluar Usaha
1771.IV
(sebelum potong
PPh)
a.Jasa Giro 200.000 (200.000) - Final 20%
e. Sewa Ruangan 200.000 (200.000) - Final 10%
f. Dividen PT. KLM 500.000 (500.000) - Bukan Obyek
i. Laba Penjualan Final 0,1%
600.000 (600.000) -
Saham
j. Laba Kurs 100.000 - 100.000
Total Penghasilan
1.600.000 (1.500.000) 100.000
Diluar Usaha (VI)
Laba bersih sebelum
43.781.400 215.397 43.996.797
PPh

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SE


AKUNTANSI PERPAJAKAN
PT CIPTA KARSA UTAMA TAHUN 2006

1. Tahun Buku dari 1 Januari 2006 s.d. 31 Desember 2006 sama dengan tahun takwim.
Tahun pajak 2006 dan SPT PPh Badan Tahun 2006.
2. Biaya Pegawai. Ps. 6 (1) a No. 17 tahun 2000
Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium,
bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang; dapat
dikurangkan (deductible).
Bagi perusahaan yang ikut program JAMSOSTEK:
a. Pembayaran iuran premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan
Kematian (JKM) dapat dikurangkan dan merupakan objek PPh ps. 21;
apabila pegawai menerima santunan atau penggantian bukan objek PPh ps.
21.
b. Pembayaran premi Jaminan Hari Tua (JHT) dapat dikurangkan dan bukan
objek PPh ps. 21; apabila pegawai PHK menerima dikenakan PPh ps. 21.
3. Bangunan Pabrik (Permanen).
Harga perolehan pada awal tahun 1997 Rp 3.000.000.000.
Akuntansi, taksiran umur 30 tahun, tidak ada nilai residu, metode penyusutan garis
lurus. Penyusutan komersial per tahun Rp 100.000.000
Penyusutan fiskal dengan metode garis lurus pertahun (umur 20 tahun) = 5%= Rp
150.000.000
4. Mesin Pabrik (Kelompok 3)
Harga perolehan pada awal tahun 1997 Rp 18.000.000.000
Akuntansi, taksiran umur 15 tahun, tidak ada nilai residu, metode penyusutan garis
lurus. Penyusutan komersial per tahun Rp 1.200.000.000.
Penyusutan fiskal, umur 16 tahun, Metode saldo menurun, tarif 12,5%.
Untuk aktiva tetap yang diperoleh sebelum tahun 2001, penyusutan fiskal dilakukan
setahun penuh, NSBF pada akhir tahun ke-9 dapat digunakan rumus = HP (1-0,125)9
= 18.000.000.000 X 0,30065780132
= 5.411.840.424
Penyusutan fiskal tahun ke-10 (2006) = 12,5% 5.411.840.424

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SE


AKUNTANSI PERPAJAKAN
= 676.480.053
5. Biaya pengobatan pegawai yang dibayar langsung ke rumah sakit, dokter dan apotik,
merupakan pemberian kenikmatan kepada pegawai, tidak dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto dan bukan merupakan objek PPh ps. 21.
Penggantian pengobatan, pemberian uang pengobatan atau pemberian tunjangan
pengobatan merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari pengahasilan bruto dan
merupakan objek PPh ps. 21.
6. SE-16/PJ.44/1992.
Pembayaran bonus, gratifikasi, jasa produksi, tantiem dan sebagainya kepada
karyawan yang merupakan bagian keuntungan (pembagian laba) atau dibebankan
ke laba yang ditahan (Retained Earning), tidak dapat dikurangkan (non
deductible), tapi bagi pegawai merupakan objek PPh ps. 21.
Pasal 9 (1) e UU No.17 tahun 2000
Penggantian atau imbalan sehibngan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan tidak dapat dikurangkan (non deductible);
kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian
atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan (No. 466/ KMK.04/ 2000, KEP. 213/ PJ/ 2001, KEP-220/ PJ/ 2002)
dapat dikurangkan (deductible)
7. Sumbangan yang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, penguasaan atau
kepemilikan, bagi yang menerima bukan objek PPh dan bagi yang memberi bukan
biaya.
8. Pasal 6 (1) h UU No. 17 tahun 2000.
KEP-238/PJ/2001:
Kerugian piutang tak tertagih dapat dikurangkan, dengan syarat kumulatif:
a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan rugi laba komersial,
b. Telah diserahkan perkara pengaihannya ke Pengadilan Negeri bagi
perusahaan swasta, atau ke BUPLN bagi BUMD/ BUMN, atau ada perjanjian
tertulis ( Akta Notaris) mengenai penghapusan piutang atau pembebasan
utan (perjanjian restrukturisasi utang usaha) antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan.
c. Telah diumumkan dalam penerbitan umum: (koran, majalah, media massa
cetak, yang lazim lainnya berskala nasional), atau penerbitan khusus
(PERBANAS, HIMBARA) dan penerbitan atau pengumuman khusus oleh
Bank Indonesia.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SE


AKUNTANSI PERPAJAKAN
d. WP harus menyerahkan daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
ke DJP (KPP), dengan cara dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh.
Penyisihan Kerugian Piutang Tak Tertagih yang dibentuk pada akhir tahun buku,
menurut akuntansi diakui sebagai kerugian sedangkan menurut PPh tidak dapat
dibiayakan; kecuali untuk Bank dan Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi bagi
Lessor.
9. Pajak Masukan Yang Tidak Dapat Dikreditkan dengan Pajak Keluaran.
Ps. 3 PP.138/2000
Bagi perusahaan yang bukan pengusaha kena pajak, misalnya: Hotel, Bank,
Asuransi, Rumah Sakit dan sebagainya, PPN yang dibayar pada waktu perolehan
atau pembelian BKP/JKP, tidak dapat dikreditkan dengan pajak keluaran,
perlakuaannya:
Dapat dikurangkan dari penghasilan sesuai pasal 6 UU PPh-1984, dan
apabila masa manfaatnya lebih dari satu tahun pembebanannya melalui
penyusutan atau amortisasi, atau dikapitalisasi pada harga perolehan aktiva
yang diperoleh atau dibeli.
Tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, apabila pengeluaran
tersebut termasuk Ps 9 UU PPh-1984, misalnya PPN atas pembelian bahan-
bahan yang disumbangkan.
Bagi perusahaan yang sudah dikukuhkan sebagai PKP, PPN atas perolehan atau
pembelian BKP/ JKP dibedakan antara PM yang dapat dikreditkan dengan PK dan
PM yang tidak dapat dikreditkan dengan PK, perlakuannya seperti pada pengusaha
yang bukan PKP, ditambah untuk Faktur Pajak Standar yang rusak, cacat atau
kurang lengkap dalam pengisiannya tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
10. Sanksi Administrasi Perpajakan
Pasal 9 (1) k UU No. 17 tahun 2000
Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan undang-undang perpajakan di bidang
perpajakan, tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
11. Biaya Bunga
Pasal 6 (1) a UU No.17 tahun 2000, biaya bunga merupakan biaya yang dapat
dikurangkan (deductible). Bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk membeli
saham tidak dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang deviden yang diterima
bukan merupakan objek pajak, biaya bunga tersebut dapat dikapitalisasikan pada
harga perolehan saham.
12. Rugi Kurs
Pasal 4 (1) e UU No. 17 tahun 2000.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SE


AKUNTANSI PERPAJAKAN
Kerugian dari selisih kurs mata uang asing dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto.
13. Penyusutan Sedan
Pada tanggal 1 Juli 2001 dibeli 4 buah sedan untuk Komisaris, Direktur, dan
Manager seharga Rp 900.000.000.
Akuntansi, disusutkan selama 6 tahun dengan metode garis lurus tanpa taksiran nilai
residu. Penyusutan Komersial per tahun Rp 150.000.000.
Penyusutan Fiskal, Saldo Menurun, tarif 25%:
KEP-220/PJ/2002 m.b. 18 April 2002, SE-09/ PJ.42/ 2002.
Kendaraan termasuk sedan yang digunakan pegawai (dibawa pulang) karena
jabatannya, 50% dari harga perolehan dapat disusutkan termasuk harta Kelompok II
dan 50% dari biaya rutin/ pemeliharaan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Yang dimiliki sebelum 18 April 2002, dihitung NSBF per 30 April 2002 dan 50% dapat
disusutkan (S-174/PJ.42/2003, 27 Maret 2003)
1 Juli 2001 HP 4 unit sedan Rp 900.000.000
Penyusutan Fiskal-Nondeductible:
2001 = 6/12 X 25% X 900.000.000 = 112.500.000
2002 = 4/12 X 25% X 787.500.000 = 65.625.000 (178.125.000)
NSBF per 30 April 2002 721.875.000

NSBF dapat disusutkan = 50% = 360.937.500


2002 = 8/12 X 25% X 360.937.500 = 60.156.250
2003 = 25% X 300.781.250 = 75.195.313
2004 = 25% X 225.585.937 = 56.394.484
2005 = 25% X 169.184.453 = 42.297.363
2006 = 25% X 126.842.090 = 31.723.023
14. Potongan Penjualan
Pada akhir tahun 2006 dibentuk penyisihan potongan penjualan sebesar Rp
300.000.000. Akuntansi menggunakan prinsip konservatis yaitu mengakui rugi yang
dapat diperkirakan dengan membentuk Penyisihan Potongan Penjualan, sedangkan
PPh berdasarkan Pasal 9 (1) c UU No. 17 tahun 2000, tidak boleh membentuk dana
cadangan.
15. Jasa Giro

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SE


AKUNTANSI PERPAJAKAN
PP No. 131 tahun 2000
Penghasilan Jasa Giro termasuk pengertian bunga tabungan dipotong PPh pasal 4
(2) Final sebesar 20% oleh Bank yang bersangkutan.
PPh pasal 4 (2) Final = 20% X Rp 200.000.000 = Rp 40.000.000.
16. Sewa Ruangan
PP No. 29/1996 junto PP No. 5 /2002.
Atas penghasilan sewa ruangan yang diterima oleh WPOP, WP Badan atau BUT
dipotong PPh Pasal 4 (2) Final sebesar 10%
= 10% X Rp 200.000.000 = Rp 20.000.000.
17. Penyertaan pada PT KLM sebesar 30% dari modal yang disetor PT KLM.
Pada tahun 2006 menerima deviden kas dari PT KLM sebesar Rp 500.000.000
bukan objek PPh berdasarkan Pasal 4 (3) f UU No. 17 tahun 2000.
18. Pada bulan Maret 2006 membeli saham PT IDF.Tbk seharga Rp 1.000.000.000 dan
pada bulan Agustus 2006 dijual tunai seharga Rp 1.600.000.000.
PP No. 41/1994 junto PP No.14/ 1997.
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh WPDN maupun WPLN dari
transaksi penjualan saham di bursa efek di Indonesia dipungut PPh yang
bersifat final oleh penyelenggara bursa efek.
Atas semua transaksi penjualan saham baik saham pendiri maupun bukan
saham pendiri dikenakan PPh. Pasal 4 (2) Final sebesar 0,1% dari jumlah
bruto transaksi penjualan.
PPh pasal 4 (2) Final = 0,1% X Rp 1.600.000.000 = Rp 1.600.000.
19. Laba Kurs
Pasal 4 (1) UU No. 17 tahun 2000.
Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing merupakan objek PPh-Tidak Final.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SE


AKUNTANSI PERPAJAKAN
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN

Anda mungkin juga menyukai