Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PAJAK PENGHASILA PASAL 23

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :

1. SERLINA DAMMA (2210030243)


2. CLARISSA G AMALO (2210030236)
3. MICHAEL TARAPANJANG (2210030159)
4. NOVANDA C F M WATA (2210030168)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2023
KATA PENGANTAR

Syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Perpajakan, dengan judul:
"Pajak Penghasilan pasal 23".

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan

Kupang, Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Pengertian PPh Pasal 23................................................................................................3
2.2 Pemotong PPh Pasal 23.................................................................................................3
2.3 Tarif dan Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 23.................................................4
2.4 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 23.....................................................................6
2.5 Saat Terutang, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23...........................................7
2.6 Perhitungan PPh Pasal 23.............................................................................................8
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................11
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia merupakan Negara berkembang, yang terdiri dari ribuan
pulau yang memiliki budaya yang beraneka ragam, lautan, dan sumberdaya alam
yang melimpah. Dengan perkembangan yang terjadi saat ini mendorong pemerintah
untuk melakukan perubahan di segala sektor demi meningkatkan pendapatan atau kas
negara guna membiayai pembangunan.. Dalam melakukan perubahan tersebut,
pastilah memerlukan dana yang sangat besar, dan dana itu berasal dari Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD), dimana sebagian besar bersumber dari penerimaan pajak. Ini menjelaskan
bahwa pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak sendiri merupakan
sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk
pengeluaran pembangunan.

Pajak penghasilan pasal 22 atau disingkat PPh pasal 22 adalah pajak yang
dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya
berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang, dan badan-badan tertentu
baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan dibidang impor
atau kegiatan usaha dibidang lain. Dasar hukum PPh pasal 22 adalah UU Pajak
Penghasilan nomor 36 tahun 2008, pasal 22. Untuk lebih memahami secara
mendalam dan komprehensif mengenai pajak penghasilan (pph) pasal 22, maka yang
akan dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai subjek PPh pasal 22, objek,
pemungut, pengecualian dari pengenaan pph pasal 22, saat terutang, batas waktu setor
dan lapor, serta contoh soal atau kasus yang berkaitan dengan pasal 22.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang terurai diatas maka dapat disimpulkan rumusannya
masalahnya sebagai berikut:

1) Apa pengertian dari PPh Pasal 23 ?


2) Siapa pemotong PPh Pasal 23 ?
3) Apa saja yang termasuk objek PPh Pasal 23?
4) Apa saja yang dikecualikan dari PPh Pasal 23 ?
5) Kapan saat terutang, pemungutan dan pelaporan PPh Pasal 23 ?
6) Bagaimana cara menghitung tarif PPh Pasal 23 ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang terurai diatas maka tujuannya sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui pengertian dari PPh Pasal 23


2) Untuk mengetahui Siapa pemotong PPh Pasal 23
3) Untuk mengetahui Apa saja yang termasuk objek PPh Pasal 23
4) Untuk mengetahui Apa saja yang dikecualikan dari PPh Pasal 23
5) Untuk mengetahui Kapan saat terutang, pemungutan dan pelaporan PPh Pasal
23
6) Untuk mengetahui Bagaimana cara menghitung tarif PPh Pasal 23

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PPh Pasal 23

Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas


penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk
Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan
kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan atau
terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

2.2 Pemotong PPh Pasal 23

Pemotong PPh Pasal 23 terdiri atas :

1. Badan pemerintah
2. Subjek pajak badan dalam negreri
3. Penyelenggara dalam negeri
4. Bentuk usaha tetap
5. Perwakilan perusahaan di luar negeri lainnya
6. Orang Pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh
kepala kantor pelayanan pajak sebagai pemotong PPh Pasal 23, yaitu:
a. Akuntan, arsitek, dokter, notaries, pejabat pembuat akta tanah (PPAT),
kecuali camat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas
b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan atas pembayaran berupa sewa.

3
2.3 Tarif dan Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 23

Penghasilan yang dikenakan PPh pasal 23 sesuai dengan pasal 23 UU No. 36 Tahun
2008 menetapkan tarif sebagai berikut:
1. Sebesar 15% dari Jumlah Bruto atas :
a. Dividen
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian utang
c. Royalty
d. hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong
PPh yang dimaksut dalam Pasal 21 ayat 1 huruf e
2. sebesar 2% dari jumlah bruto atas :
a. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali
sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan oenggunaan harta yang
telah dikenai PPh Pasal 4 ayat (2)
b. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa managemen, jasa konstruksi,
jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh pasal 21
 jasa penilai (appraisal)
 jasa aktuaris
 jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan
 jasa perancang
 jasa pengeboran dibidang penambangan minyak dan migas,
kecuali yang dilakukan oleh BUT
 jasa penunjang dibidang pembangunan migas dan panas bumi
 jasa penambangan dan jasa penunjang dibidang penambangan
selain migas
 jasa penunjang dibidang penerbangan dan Bandar udara
 jasa penebangan hutan

4
 jasa ppengolaan limbah
 jasa penyedia tenaga kerja
 jasa perantara dan keagenan
 jasa dibidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang
dilakukan oleh bursa efek, KSEI dan KPEI
 jasa custodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan
oleh KSEI
 jasa pengisian suara/ sulih suara
 jasa mixing film
 jasa sehubungan dengan software computer, termasuk perawatan,
pemelihraan dan perbaikan
 jasa instalasi/pemasangan mesin, pealatan, listrik, telepon, air, gas,
AC atau televisi kabel, selain yang dilakukan oleh wajib pajak
yang ruang lingkupnya dibidang konstruksi dan mempunyai izin
atau sertifikat sebagai pengusaha kontribusi
 jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik,
telepon, air, gas, AC atau televisi kabel, alat transportasi/kendaraan
atau bangunan, selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang
lingkupnya dibidang konstruksi dan mempunyai izin atau sertifikat
sebagai pengusaha kontribusi
 jasa maklon
 jasa penyelidikan dan keamanan
 jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer
 jasa pengepakan
 jasa penyelidikan tempat dan waktu dalam media masa, media luar
ruang atau media lain untuk pem]nyimpanan informasi
 jasa pembasmian hama
 jasa kebersihan atau cleaning service

5
 jasa catering atau tata boga
Dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan
tersebut tidak memiliki nomer NPWP besarnya tariff pemotongan adalah
lebih tinggi 100% daripada tarif yang sebenarnya

2.4 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 23

Beberapa jenis penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 sesuai
dengan pasal 23 Aayat (4) uu No 17 tahun 2000, yaitu:

1. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank


2. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha
dengan hak opsi
3. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai wajin pajak
dalam negeri, koperasi, BUMN, BUMD, dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan betempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
a. dividen berassal dari cadangan laba yang ditahan
b. bagi PT, BUMN dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan saham
pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah
modal yang disetor
4. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak kolektif
5. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya
6. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan
yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman atau pembiayaan yang diatur
dengan PMK.

6
2.5 Saat Terutang, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23

1. PPh Pasal 23 terutang pasa akhir bulan dilakukan pembayaran atau pada akhir
bulan terutangnya pengasilan yang bersangkutan.
2. PPh Pasal 23 harus disetorkan oleh pemotong pajak selambat-lambatnya
tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan saar terutangnya pajak ke
bank presepsi atau kantor pos Indonesia
3. Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan SPT Masa selambat-
lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir
4. Pemotong PPh Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotongan kepada
orang pribadi atau badan yang dibebani PPh yang dipotong
5. Pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23 dilakukan
secara desentralisasi artinya dilakukan di tempat terjadinya pembayaran atau
terutangnya penghasilan yang merupakan Objek PPh Pasal 23, hal ini
dimaksutkan untuk mempermudah pengawasan terhadap pelaksanaan
pemotongan PPh PAsal 23 tersebut. Transaksi-transaksi yang merupakan
objek pemotongan PPh pasal 23 yang pembayarannya dilakukan oleh kantor
pusat, PPh Pasal 23 dipotong, disetor dan dilaporkan oleh kantor pusat,
sedangkan objek PPh Pasal 23 yang pembayarannya dilakukan oleh kantor
cabang misalnya sewa kantor cabang, PPh Pasal 23 dipotong, disetor dan
dilaporkan oleh kantor cabang yang bersangkutan.

7
2.6 Perhitungan PPh Pasal 23
1. Contoh Kasus-1:
Pada tanggal 10 May 2010, PT. Sukses Gagalnya, membagikan dividen
masing-masing Rp 10,000,000 kepada 20 pemegang sahamnya. Atas dividen
yang dibagikan, PT. Sukses Gagalnya wajib memungut PPh Pasal 23.

PPh pasal 23 yang harus dipotong PT. Sukses Gagalnya adalah :


=>15% x Rp 10.000.000,- = Rp 150.000,-
=>20 x Rp 150.000,- = Rp 3.000.000,-

Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Mei
2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 Juni 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 Juni 2010
2. Contoh Kasus-2:

Pada tanggal 20 agustus 2010, PT. Tukang Utang membayar bunga atas
pinjaman membayarkan bunga kepada PT. Lintah Darat sebesar Rp
90.000.000,-

PPh pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Tukang Utang adalah :

=> 15% x Rp 90.000.000 = Rp 13.500.000,-

Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31


Agustus 2010

Saat Penyetoran : paling lambat 10 September 2010

Saat Pelaporan : paling lambat 20 September 2010.

8
3. Contoh Kasus-3:
CV. Ayam Goreng Krenyes-Krenyes buat Lemes membayar Royalti kepada
Tuan. Doan Wiro Pasaribu atas pemakaian merek Ayam Goreng “Pak Doan”
sebesar Rp 1.000.000.000,- pada tanggal 2 Maret 2010

PPh pasal 23 yang harus dipotong CV. Ayam Goreng Krenyes-Krenyes buat
Lemes :
=> 15% x Rp 1.000.000.000,- = Rp 150.000.000,-
Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Maret
2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 April 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 April 2010
4. Contoh Kasus-4 :
Doan Pasaribu mendapat hadiah sebuah mobil senilai Rp 200.000.000,
- atas undian tabungan yang diselenggarakan Bank Kecap ABC pada tanggal
20 Januari 2010 PPh pasal 23 yang harus dipotong Bank Kecap ABC adalah :
=> 15% x Rp 200.000.000,- = Rp 30.000.000,-

Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31


Januari2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 Februari 2010

Saat Pelaporan : paling lambat 20 Februari 2010

5. Contoh Kasus-5 :

PT. Selalu Susah menyewa sebuah bus pariwisata dengan nilai sewa

Rp 20.000.000,- milik Budi

PPh pasal 23 yang harus dipungut PT. Selalu Susah

=> 2% x Rp. 20.000.000,- = Rp 400.000,-

9
Apabila Budi tidak mempunyai NPWP maka PPh Pasal 23 yang dipotong PT.
Selalu susah adalah Rp 800.000,-

6. Contoh Kasus-6 :

PT Kalkulus meminta jasa dari Pak Dodi untuk membuat sistem akuntansi
Perusahaan dengan imbalan sebesar Rp. 22.000.000,- (sudah termasuk PPN)
PPh pasal 23 yang dipotong PT kalkulus adalah 2% x Rp 20.000.0000,- = Rp
400.000,-
PT. Celalu cayang dy membayarkan jasa konsultan PT Jaya sebesar Rp
2.200.000 ( termasuk PPN). PT jaya tidak mempunyai NPWP maka PPh pasal
23 yang dipotong PT. Celalu cayang dy adalah: 200% x 2% x Rp 2.000.000 =
Rp 80.000,-

10
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas
penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan,
selain yang telah dipotong PPh Pasal 21. Dalam melakukan pemotongan PPh Pasal
23 terdapat pemotong pajak yang telah ditentukan oleh peraturan uu PPh pasal 23
begitu pula dengan tarif dan penghasilan apasaja yang tergolong dapat dipotong PPh
Pasal 23 ataupun yang dikecualikan. Makalah diatas juga menunjukan kapan saat
terutang, pelaporan dan penyetoran PPh pasal 23 yang telah ditentukan oleh UU.

11
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2013. Perpajakan. yogyakarta : ANDI.

Resmi,Siti . 2013. Perpajakan. jakarta : Selemba Empat.

Informasi Umum Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23),


(online),http://www.online-pajak.com/id/berita-dan-tips/pph-pajak-
penghasilan-pasal-23, (15 Oktober 2014)

Pajak Penghasilan Pasal 23, (online), http://www.pajak.net/info/PPh23.htm ,


(15 Oktober 2014)

Seri pajak – pajak penghasilan pasal 23, (online),


http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-pajak-penghasilan-pasal-23 ,
(15 oktober 2014)

Konsep dan Perhitungan PPh Pasal 23, (online),


http://wijayanomicstax.wordpress.com/2013/03/20/konsep-
perhitungan-pph-pasal-23/ , (15 oktober 2014)

12

Anda mungkin juga menyukai