Anda di halaman 1dari 28

Makalah

Return on Invested Capital and Profitability Analysis

Ditujukan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Analisa Keuangan


dan Pasar Modal

Dosen pengampu : Ismawati Haribowo, S.E., M.Si.

Disusun oleh :

Riayatu Asihah (11180820000029)

Khoeroh Tunnisa (11180820000088)

Dela Vebriani (11180820000110)

Dina Hanifa (11180820000129)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat se
rta karunia-Nya yang telah memberikan kami kelancaran dan kemudahan dalam m
enyelesaikan makalah ini dengan baik. Tanpa pertolongan-Nya kami tidak sanggu
p menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW yang telah memba
wa kita dari zaman kebodohan hingga zaman sekarang ini.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan ol
eh dosen kami yaitu Ibu Ismawati Haribowo, S.E., M.Si. Makalah ini berjudul
“Return on Invested Capital and Profitability Analysis” yang kami sajikan dalam s
ebuah tulisan menurut penelitian kami dari berbagai sumber bacaan. Diharapkan p
embaca dapat memahami dan memperluas pengetahuannya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ismawati Haribowo,


S.E., M.Si. selaku dosen mata kuliah Analisa Keuangan dan Pasar Modal yang tel
ah membimbing kami dan memberi kami pembelajaran serta pengetahuan yang sa
ngat bermanfaat bagi kami. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi par
a pembaca dan dapat memberikan ilmu serta pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan memiliki ban
yak kekurangan dan kami memohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan ma
upun materi yang disampaikan. Saran dan kritikan akan sangat membantu bagi ka
mi untuk memperbaiki kesalahan dan membangun kami agar dapat menulis lebih
baik lagi. Demikianlah makalah ini kami buat semoga memberikan manfaat bagi p
embaca.

Tangerang Selatan, April 2020

Penyusun

i|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1. Pengertian Return on Invested Capital (ROIC).........................................3


2.2. Pentingnya Return on Invested Capital (ROIC)........................................3
2.3. Komponen Return on Invested Capital (ROIC)........................................4
2.4. Analisis Return on Net Operating.............................................................6
2.5. Analisis Return on Common Equity.......................................................20

BAB III PENUTUPAN..........................................................................................24

3.1. Kesimpulan..............................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA

ii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Untuk dapat mencapai tujuan perusahaan yaitu memperoleh
keuntungan,maka perusahaan memerlukan investasi untuk memperlancar
proses operasinya. Investasi merupakan komitmen dana yang dibuat dengan
harapan dari beberapa tingkat pengembalian yang positif. Investasi yang
dilakukan perusahaan untuk memperlancar proses operasinya berupa investasi
pada aktiva. Dalam mengelola aktiva atau aset yang dimiliki perusahaan,
seorang manajer keuangan harus dapat menentukan berapa besar alokasi untuk
masing-masing aktiva (aktiva tetap maupun aktiva lancar) sehubungan dengan
bidang usaha dari perusahaan tersebut.
Keputusan investasi oleh investor (pihak yang memiliki kelebihan
dana) ditentukan oleh pengharapan masa yang akan datang mereka atas
kesuksesan suatu usaha. Namun demikian, masa yang akan datang penuh
ketidakpastian. Oleh karena itu, investor memerlukan informasi untuk
mengurangi ketidakpastian yang mereka hadapi. Sebelum memutuskan suatu
investasi, mereka menganalisis berbagai kejadian, keadaan masa kini dan
masa lalu yang diharapkan dapat digunakan untuk membantu mereka
membuat keputusan investasi.
Dengan demikian, investor merupakan salah satu pihak yang
mempunyaikepentingan langsung terhadap informasi keuangan. Investor
memerlukaninformasi kuantitatif yang terdapat pada laporan keuangan
perusahaan karena laporan keuangan memberikan informasi keuangan
perusahaan penerbit saham (emiten), yang nantinya dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi investor dalam berinvestasi. Tercapainya tujuan
perusahaan diukur oleh tingkat profitabilitas perusahaan yaitu kemampuan
perusahaan tersebut untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Setiap
perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable).
Tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk mempertahankan

1|Page
kelangsungan hidupnya.
Untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan, dalam penelitian
iniyang digunakan yaitu Return On Investment (ROI). Dikarenakan ROI
merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia
didalam perusahaan. Sehingga kita dapat mengetahui seberapa besar tingkat
profitabilitas secara menyeluruh. Semakin tinggi rasio ini semakin baik
keadaan suatu perusahaan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian Return on Invested Capital (ROIC)?
2. Bagaimana pentingnya Return on Invested Capital (ROIC)?
3. Bagaimana komponen Return on Invested Capital (ROIC)?
4. Bagaimana analisis Return on Net Operating?
5. Bagaimana analisis Return on Common Equity?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Memahami tentang Return on Invested Capital (ROIC).
2. Memahami pentingnya Return on Invested Capital (ROIC).
3. Memahami komponen Return on Invested Capital (ROIC).
4. Memahami tentang menganalisis Return on Net Operating.
5. Memahami tentang menganalisis Return on Common Equity.

2|Page
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Return on Invested Capital


Return on Invested Capital mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba yang untuk mengkompensasi uang kepada pemegang
saham perusahaan (dividen) dan membayar kewajiban kapada kreditur
(bunga dan pokok pinjaman). Dalam perspektif lain, ROIC mengukur
efektivitas perusahaan dalam menggunakan dana modal yang tersedia untuk
investasi.
Kita menghitung ROIC dengan membandingkan laba perusahaan
terhadap modal yang diinvestasikan (invested capital). Rumus ROIC :

ROIC = Laba Bersih (Net Income)/ Modal yang diinvestasikan

Catatan : ada banyak versi perhitungan ROIC. Jadi, rumus diatas bukanlah
rumus yang baku, tetapi hanya sebagai panduan umum bahwa ROIC
merupakan perbandingan antara laba dengan modal. Akhirnya, penyesuaian
dan perhitungan ROIC semuanya tergantung pada konteks analisis yang
sedang kita gunakan.

2.2 Importance of Return on Invested Capital (ROIC)

Hubungan antara laba dengan investasi modal, yang disebut


pengembalian atas investasi modal (return on invested capital – ROIC) atau
pengembalian atas investasi (return on investment – ROI) merupakan ukuran
kinerja perusahaan yang dikenal luas. Ukuran ini dapat:
 Membandingkan keberhasilan perusahaan atas pengelolaan investasi modal.
Memungkinkan kita menilai pengembalian perusahaan relatif terhadap
resiko investasi modal
Membandingkan pengembalian atas investasi modal dengan pengembalian
investasi alternatif.
ROIC (Return on Invested Capital) digunakan dalam berbagai area

3|Page
dalam analisis, termasuk:
1. Mengukur Efektivitas Manajerial
Tingkat Return on Invested Capital terutama tergantung pada skill, sumber
daya, kecerdikan, dan motivasi manajemen. Manajemen bertanggung
jawab pada aktivitas bisnis perusahaan. Seperti membuat keputusan
keungan, investasi, dan operasi. Dengan cara memilih tindakan, rencana
strategi, dan menjalankan rencana. ROIC dihitung dalam periode satu
tahun atau lebih, dimana ukuran yang relevan dari perusahaan efektivitas.
2. Tingkat Profitabilitas
ROIC merupakan indikator penting dalam kekuatan finansial jangka
panjang perusahaan. Ini menggunakan langkah-langkah ringkasan utama
dari kedua Income Statement dan Satatement of Financial Position untuk
menilai profitabilitas. Ukuran profitabilitas lebih akurat dibanding
pengukuran long term lainnya dari Financial Strenght atau solvabilitas
yang hanya mengandalkan item neraca seperti rasio hutang pada ekuitas.
Ini dapat secara efektif menyampaikan pengembalian modal yang
diinvestasikan dari berbagai perspektif dari berbagai kontributor
pembiayaan (kreditor dan pemegang saham).
3. Perencanaan dan Pengendalian
ROIC memiliki peran penting dalam perencanaan, penganggaran,
koordinasi, evaluasi, dan pengendalian kegiatan bisnis. Perusahaan yang
dikelola dengan baik melakukan kontrol atas Return yang dicapai oleh
masing-masing pusat laba dan memberikan penghargaan kepada
manajernya atas hasil ini.

2.3 Components of Return on Invested Capital (ROIC)


a. Asset Operasi Bersih
Pengembalian asset operasi bersih (return on net operating assets –
RNOA ) sebagai merupakan ringkasan ukuran kinerja. Aktivitas operasi
meliputi seluruh aktivitas yang dibutuhkan untuk membawa produk atau
jasa perusahaan ke pasar, serta melayani kebutuhan para pelanggan.
Dalam laporan laba rugi, aktivitas operasi biasanya meliputi penjualan,

4|Page
harga pokok penjualan, dan beban penjualan umum serta administrasi.

RNOA = Net Operating Profil after Tax (NOPAT) / Net Operating


Asset (NOA)

NOA = Net Financial Obligation (NFO) + Stockholders Equity (SE)


NFO = Kewajiban non operasi – asset non operasi
b. Modal Ekuitas Biasa
Pengembalian ekuitas biasa (return on common equity – ROCE)
dinyatakan sebagai
Laba bersih - Deviden saham preferen / rata-rata ekuitas biasa.
Equitas biasa dapat juga dinyatakan sebagai total asset dikurangi utang
dan saham preferen.
c. Menghitung Investasi Modal Suatu Periode
Investasi modal untuk suatu periode umumnya dihitung menggunakan
rata-rata modal yang tersedia bagi perusahaan selama periode tersebut.
Metode yang paling umum digunakan adalah:
(saldo awal + saldo akhir tahun investasi modal) / 2.
Metode yang lebih akurat adalah dengan merata-ratakan jumlah interim –
misalnya, menambahkan jumlah investasi modal tiap akhir kuartal dan
membaginya dengan empat.
d. Penyesuaian atas Investasi Modal dan Laba
Analisis pengembalian atas investasi modal menggunakan angka laporan
keuangan sebagai titik awal. Beberapa angka yang tidak dilaporkan di
dalam laporan keuangan juga perlu diperhitungkan. Beberapa
penyesuaian seperti yang berhubungan dengan persediaan,
mempengaruhi pembilang maupun penyebut pengembalian investasi
modal, sehingga mengurangi pengaruhnya.
e. Menghitung Pengembalian Investasi Modal
1. Pengembalian atas Aset Operasi Bersih

Net operating profit after tax –


RNOA  = NOPAT
Average net operating assets - NOA
5|Page
NOA = Net Financial Obligation (NFO) + Stockholders Equity (SE)
NFO = Kewajiban non operasi – asset non operasi
2. Pengembalian atas Equitas Pemegang Saham Biasa
Pengembalian atas ekuitas biasa dihitung sebagai berikut:
Laba bersih - Deviden saham
preferen
Rata-rata ekuitas pemegang saham
biasa

2.4. Analisis Pengembalian Aset Operasi Bersih (Return on Net Operating)

Pengembalian modal yang diinvestasikan berguna dalam evaluasi


manajemen, analisis profitabilitas, dan perencanaan dan kontrol. Penggunaan
atas pengembalian modal yang diinvestasikan untuk tugas-tugas ini
membutuhkan pemahaman menyeluruh tentang ukuran pengembalian ini. Ini
karena ukuran pengembalian mencakup komponen dengan potensi untuk
berkontribusi pada pemahaman tentang kinerja perusahaan. Bagian ini
mengkaji pengembalian ini ketika modal yang diinvestasikan dilihat dari
sudut pandang operasi, yang biasa disebut sebagai pengembalian aset operasi
bersih (RNOA).

2.4.1. Penguraian Laba atas Aset Operasi Bersih

Perlu diingat bahwa pengembalian aset operasi bersih (RNOA)


dihitung sebagai berikut :

Kami dapat memisahkan pengembalian ini menjadi komponen yang


berarti relatif terhadap penjualan. Disagregasi pengembalian atas aset operasi
bersih adalah:

6|Page
Hubungan NOPAT dengan penjualan disebut margin laba operasi
bersih (atau sekadar margin NOPAT) dan mengukur profitabilitas operasi
perusahaan relatif terhadap penjualan. Hubungan penjualan dengan aset
operasi bersih disebut pergantian aset operasi bersih (atau sekadar pergantian
NOA) dan mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan penjualan
dari aset operasi bersih. Dekomposisi ini menyoroti peran komponen-
komponen ini, baik margin NOPAT dan omset NOA, yang menentukan
pengembalian aset operasi bersih (RNOA). Margin NOPAT dan pergantian
NOA adalah langkah-langkah berguna yang memerlukan analisis untuk
mendapatkan wawasan tentang profitabilitas perusahaan. Kami
menggambarkan komponen utama yang menentukan pengembalian aset
operasi bersih dalam Tampilan 8.3. Tingkat pertama dari analisis ini berfokus
pada interaksi margin NOPAT dan pergantian NOA. Tingkat analisis kedua
menyoroti faktor-faktor penting lainnya yang menentukan margin
keuntungan dan perputaran aset.

7|Page
Pengaruh Leverage Operasi Aset operasi bersih (NOA) dikurangi
dengan kenaikan liabilitas operasi, sehingga meningkatkan perputaran aset
operasi bersih. Asalkan peningkatan kewajiban operasi tidak mempengaruhi
NOPAT, RNOA juga meningkat. Efek liabilitas operasi terlihat dalam
dekomposisi alternatif RNOA ini:

Di mana OA adalah Aset Operasi (Operation Assets) dan OLLEV


(Average Operating Liabilities/Average NOA) (Kewajiban Operasi Rata-
rata / Rata-rata NOA) adalah rasio leverage kewajiban operasi. Karena
OLLEV adalah angka positif, meningkatkan OLLEV meningkatkan RNOA.
Intuisi di balik persamaan ini adalah ini: kewajiban operasi umumnya tidak
memerlukan biaya jika digunakan secara bijaksana. Misalnya, meningkatkan
hutang yang tertunda dengan menunda pembayaran memungkinkan
perusahaan untuk menggunakan modal pemasok yang rendah atau tanpa
biaya selama pembayaran tidak ditunda terlalu banyak. (Namun, pada titik
tertentu, pemasok, menyadari bahwa penggunaan modalnya menambah biaya
[yaitu, piutang, aset nonpelajar, lebih tinggi] akan menuntut harga yang lebih
tinggi untuk barang atau layanannya atau mungkin memutuskan untuk tidak
menjual kepada perusahaan sama sekali.) Hasilnya adalah pengurangan
NOA, tidak ada peningkatan NOPAT, dan peningkatan RNOA. Akibatnya,
perusahaan mendapat untung dari penggunaan modal pemasoknya. Ini
menghindari kebutuhan untuk membiayai aset operasinya dengan utang
mahal atau modal ekuitas.

2.4.2. Hubungan antara Margin Laba dan Perputaran Aset

8|Page
Hubungan antara margin NOPAT dan pergantian NOA diilustrasikan
dalam Tampilan 8.4. Sebagaimana didefinisikan, RNOA sama dengan margin
NOPAT (dalam persen) dikalikan dengan omset NOA. Seperti yang
ditunjukkan pada Tampilan 8.4, Perusahaan X mencapai RNOA 10% dengan
margin NOPAT yang relatif tinggi dan omset NOA yang rendah. Sebaliknya,
Perusahaan Z mencapai RNOA yang sama tetapi dengan margin NOPAT
rendah dan omset NOA tinggi. Margin dan pergantian Perusahaan Y adalah
di antara kedua perusahaan ini. Yaitu, Perusahaan Y memiliki RNOA 10%
dengan margin NOPAT setengah dari Perusahaan X dan omset NOA dua kali
lipat dari Perusahaan X. Pameran ini menunjukkan ada banyak kombinasi
margin keuntungan dan perputaran aset yang menghasilkan RNOA 10%.

Karena RNOA adalah fungsi dari margin dan turnover, tergoda untuk
menganalisis kemampuan perusahaan untuk meningkatkan RNOA dengan
meningkatkan margin keuntungan sambil mempertahankan turnover konstan,
atau sebaliknya. Sayangnya, jawabannya tidak sesederhana itu karena kedua
ukuran tersebut tidak independen. Margin laba adalah fungsi dari penjualan
(harga jual unit yang dijual) dan biaya operasional. Omset juga merupakan
fungsi dari penjualan (penjualan / aset). Akibatnya, peningkatan margin laba
dengan kenaikan harga jual berdampak pada penjualan unit. Juga,
pengurangan biaya operasi terkait pemasaran dalam upaya untuk
meningkatkan profitabilitas biasanya berdampak pada permintaan produk.
Harga jual, pemasaran, R&D, produksi, dan sejumlah bidang bisnis lainnya
harus dikelola secara efektif untuk memaksimalkan RNOA.

Kita dapat menggeneralisasi analisis pengembalian dari Exhibit 8.4


untuk menunjukkan kisaran terus menerus dari kombinasi kemungkinan
margin keuntungan dan perputaran aset yang menghasilkan pengembalian
konstan atas aset (garis solid pada grafik dalam Exhibit 8.5). Tampilan 8.5
menggambarkan secara grafis ini

9|Page
Hubungan antara margin NOPAT (sumbu horizontal) dan omset
NOA (sumbu vertikal). Kurva yang digambar dalam pameran ini menelusuri
semua kombinasi margin NOPAT dan omset NOA yang menghasilkan
pengembalian konstan pada aset operasi bersih. Kurva ini miring dari sudut
kiri atas margin NOPAT rendah dan omset NOA tinggi ke sudut kanan
bawah margin NOPAT tinggi dan omset NOA rendah. Kami memplot data
dari Perusahaan X dan Y (dari Exhibit 8.4) di Exhibit 8.5 — masing-masing
poin X dan Y. Poin A hingga P yang tersisa adalah kombinasi dari margin
NOPAT dan turnover NOA dari perusahaan lain. Grafik pengembalian
perusahaan dalam suatu industri di sekitar pengembalian konstan pada kurva
aset adalah metode yang berharga untuk membandingkan keuntungan. Lebih
penting lagi, grafik tersebut mengungkapkan hubungan antara margin
NOPAT dan omset NOA menentukan RNOA dan sangat berguna dalam
analisis perusahaan.

Disaggregating return on net operating assets seperti pada Exhibit


8.5 memberikan wawasan dalam menilai tindakan strategis perusahaan untuk
meningkatkan pengembalian. Sebagai contoh, Perusahaan B dan C harus
berkonsentrasi pada pengembalian profitabilitas. Selain itu, dengan asumsi
industri yang diwakili dalam Tampilan 8.5 memiliki margin NOPAT yang
representatif dan pergantian NOA, bukti menunjukkan bahwa Perusahaan P
harus fokus pada peningkatan pergantian NOA sementara Perusahaan A

10 | P a g e
harus fokus pada peningkatan margin NOPAT. Perusahaan lain seperti H dan
saya sebaiknya berkonsentrasi pada margin NOPAT dan omset NOA.

Analisis pengembalian aset dapat mengungkapkan wawasan


tambahan ke dalam aktivitas strategis. Sebagai contoh, pertimbangkan dua
perusahaan dalam industri yang sama dengan pengembalian identik atas aset
operasi bersih.

Pengembalian aset operasional bersih kedua perusahaan buruk.


Namun, tindakan korektif strategis untuk masing-masing berbeda. Analisis
kami terhadap kasus-kasus tersebut harus mengevaluasi kemungkinan
keberhasilan manajerial dan faktor-faktor lain dalam meningkatkan kinerja.
Secara khusus, Perusahaan AA memiliki marjin NOPAT 10% sementara BB
Perusahaan jauh lebih rendah. Di sisi lain, satu dolar yang diinvestasikan
dalam aset hanya menghasilkan $ 0,10 dalam penjualan untuk Perusahaan
AA, sedangkan Perusahaan BB mencapai $ 2 dalam penjualan untuk setiap
dolar yang diinvestasikan. Karenanya, salah satu bagian dari analisis kami
berfokus pada aset Perusahaan AA, mengajukan pertanyaan seperti: Mengapa
pergantian karyawan sangat rendah? Apakah ada aset yang menghasilkan
sedikit atau tidak ada pengembalian? Apakah ada aset idle yang perlu
dibuang? Apakah aset digunakan secara tidak efisien atau tidak efektif? Kami
berharap bahwa Perusahaan AA dapat mencapai perbaikan langsung dengan
berkonsentrasi pada peningkatan turnover (dengan meningkatkan penjualan,
mengurangi investasi, atau keduanya). Tampaknya lebih sulit bagi
Perusahaan AA untuk meningkatkan margin laba jauh di luar norma industri.

Perusahaan BB menghadapi skenario yang jauh berbeda. Analisis


kami menunjukkan Perusahaan BB harus fokus pada mengoreksi margin laba
yang rendah. Alasan untuk margin keuntungan rendah bervariasi tetapi

11 | P a g e
seringkali termasuk metode produksi yang tidak efisien, lini produk yang
tidak menguntungkan, kapasitas berlebih dengan biaya tetap yang tinggi, atau
penjualan yang berlebihan dan biaya administrasi. Perusahaan dengan margin
laba rendah kadang menemukan bahwa perubahan selera dan teknologi
membutuhkan peningkatan investasi dalam aset untuk membiayai penjualan.
Ini menyiratkan bahwa untuk mempertahankan pengembalian atas aset,
perusahaan harus meningkatkan margin laba atau produksi tidak lagi
menghasilkan uang.

Ada kecenderungan untuk melihat margin laba yang tinggi sebagai


tanda kinerja operasi yang baik. Namun kita harus menekankan pentingnya
pengembalian modal yang diinvestasikan (bagaimanapun didefinisikan)
sebagai ujian akhir dari profitabilitas. Sebuah supermarket puas dengan
margin NOPAT dari 1% hingga 2% karena perputaran NOA yang tinggi
karena investasi aset yang relatif rendah. Demikian pula, toko diskon
menerima margin NOPAT rendah untuk menghasilkan perputaran aset yang
tinggi (terutama dalam persediaan). Sebaliknya, industri padat modal seperti
baja, bahan kimia, dan mobil dengan investasi aset besar dan rendahnya
turnover NOA harus mencapai margin NOPAT yang lebih tinggi untuk
menjadi sukses. Tampilan 8,6 menggambarkan secara grafis hubungan antara
margin NOPAT dan omset NOA untuk beberapa industri. Kami membuat
grafik pengembalian 10,3% pada kurva aset dalam Tampilan 8.6 karena ini
adalah median untuk perusahaan publik.

12 | P a g e
2.4.3. Pengembalian Margin Keuntungan

Marjin laba operasi (Operating Profit Margin) didefinisikan sebagai

Margin laba operasi adalah fungsi dari harga jual per unit produk
atau layanan dibandingkan dengan biaya per unit membawa produk atau
layanan itu ke pasar dan melayani kebutuhan pelanggan setelah penjualan.
Untuk tujuan analisis, penting untuk memisahkan margin laba sebelum pajak
ke dalam komponen-komponennya:

Berikut adalah beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam


analisis profitabilitas.

1. Gross Profit.

Laba kotor (atau margin kotor) diukur sebagai pendapatan


dikurangi biaya penjualan. Sering dilaporkan sebagai persen (laba kotor
persen), dihitung sebagai laba kotor dibagi dengan penjualan. Laba
kotor, atau persen laba kotor, adalah ukuran kinerja utama. Semua biaya
lain harus ditanggung oleh laba kotor, dan setiap penghasilan yang
diperoleh adalah sisa saldo setelah biaya-biaya ini. Juga, laba kotor harus
cukup besar untuk membiayai pengeluaran diskresioner yang diarahkan
ke masa depan yang penting seperti penelitian dan pengembangan,
pemasaran, dan periklanan. Laba kotor bervariasi di berbagai industri
tergantung pada faktor-faktor seperti persaingan dan perbedaan dalam
faktor-faktor produksi (tingkat upah produksi, biaya bahan baku, tingkat
investasi modal, dan sejenisnya). Menganalisis perubahan dalam
penjualan dan biaya penjualan berguna dalam mengidentifikasi

13 | P a g e
pendorong utama dari laba kotor. Perubahan laba kotor sering berasal
dari satu atau kombinasi dari yang berikut:

 Peningkatan (penurunan) volume penjualan.

 Peningkatan (penurunan) harga jual unit.

 Peningkatan (penurunan) biaya per unit.

Menafsirkan hasil analisis perubahan laba kotor memerlukan


identifikasi faktor utama yang bertanggung jawab atas perubahan ini.
Selain itu, kami sering memperluas analisis untuk fokus pada kegiatan
strategis untuk memperbaiki atau meningkatkan laba kotor (melalui
volume, harga, atau biaya). Misalnya, jika kami menentukan alasan
penurunan laba kotor adalah penurunan harga jual unit, dan ini
mencerminkan kelebihan kapasitas dalam industri dan pemotongan harga,
maka analisis kami terhadap perusahaan pesimistis mengingat manajemen
tidak memiliki respons strategis potensial. Namun, jika alasan untuk
penurunan laba kotor adalah peningkatan biaya per unit, maka analisis
kami lebih optimis menghasilkan berbagai respons strategis potensial
yang lebih luas untuk manajemen.

Ketika menginterpretasikan biaya penjualan dan laba kotor,


terutama untuk analisis komparatif, kita harus mengarahkan perhatian
pada potensi distorsi yang timbul dari metode akuntansi. Meskipun ini
berlaku untuk semua analisis biaya, sangat penting dengan persediaan dan
akuntansi penyusutan (ingat bahwa biaya penyusutan yang berkaitan
dengan peralatan produksi adalah komponen dari harga pokok penjualan).
Dua item ini patut mendapat perhatian khusus karena mereka mewakili
biaya yang biasanya besar jumlahnya dan tunduk pada metode akuntansi
alternatif yang dapat mempengaruhi pengukurannya.

2. Selling Expenses

Pentingnya hubungan antara biaya penjualan dan pendapatan


bervariasi di berbagai industri dan perusahaan. Di perusahaan tertentu,
biaya penjualan terutama komisi yang sangat bervariasi, sementara di

14 | P a g e
perusahaan lain sebagian besar tetap. Analisis kami harus berusaha untuk
membedakan antara variabel dan komponen tetap ini, yang kemudian
dapat dianalisis relatif bermanfaat terhadap pendapatan.

Ketika biaya penjualan sebagai persentase dari pendapatan


menunjukkan peningkatan, kita harus memusatkan perhatian pada
peningkatan biaya penjualan yang menghasilkan peningkatan pendapatan
terkait. Di luar tingkat biaya penjualan tertentu, ada peningkatan
pendapatan marjinal yang lebih rendah. Ini bisa disebabkan oleh
kejenuhan pasar, loyalitas merek, atau peningkatan biaya di wilayah
baru. Penting bagi kami untuk membedakan antara persentase biaya
penjualan dengan pendapatan untuk pelanggan baru versus pelanggan
berkelanjutan. Ini memiliki implikasi untuk perkiraan profitabilitas. Jika
suatu perusahaan harus secara substansial meningkatkan biaya penjualan
untuk meningkatkan penjualan, profitabilitasnya terbatas atau dapat
menurun.

Biaya promosi penjualan tertentu, terutama iklan, menghasilkan


manfaat saat ini dan masa depan. Mengukur manfaat masa depan dari
pengeluaran ini sangat sulit. Pengeluaran untuk kegiatan pemasaran yang
diarahkan di masa depan sebagian besar bersifat diskresioner, dan
analisis kami harus mempertimbangkan tren tahun-ke-tahun dalam
pengeluaran ini. Di luar kemampuan pengeluaran ini untuk memengaruhi
penjualan di masa mendatang, mereka memberikan wawasan tentang
kecenderungan manajemen untuk "mengelola" laba yang dilaporkan.

3. General and Administrative Expenses

Sebagian besar pengeluaran umum dan administrasi ditetapkan,


sebagian besar karena pengeluaran ini termasuk barang-barang seperti
gaji dan sewa. Ada kecenderungan peningkatan biaya ini, terutama di
masa-masa makmur. Saat menganalisis pengeluaran ini, analisis kami
harus mengarahkan perhatian pada tren pengeluaran ini dan persentase
pendapatan yang mereka konsumsi.

15 | P a g e
2.4.4. Pengembalian Perputaran Aset

Ukuran standar perputaran aset dalam menentukan pengembalian


aset adalah:

Evaluasi lebih lanjut dari perubahan komponen dalam tingkat


turnover untuk masing-masing aset dapat bermanfaat dalam analisis
perusahaan. Bagian ini membahas perputaran aset untuk aset komponen
dan akun liabilitas.

Perputaran aset mengukur intensitas penggunaan aset oleh


perusahaan. Ukuran pemanfaatan aset yang paling relevan adalah
penjualan, karena penjualan sangat berpengaruh dengan laba. Dalam kasus
khusus seperti perusahaan pemula atau pengembangan, analisis turnover
kami harus mengakui bahwa sebagian besar aset berkomitmen untuk
kegiatan bisnis di masa depan. Juga, masalah pasokan yang tidak biasa atau
penghentian kerja adalah kondisi yang mempengaruhi pemanfaatan aset
dan memerlukan evaluasi dan interpretasi khusus. Bagian ini menjelaskan
berbagai analisis menggunakan disagregasi pergantian aset.

Secara umum, tingkat turnover mencerminkan produktivitas relatif


aset, yaitu tingkat volume penjualan yang kami peroleh dari setiap dolar
yang diinvestasikan dalam aset tertentu. Semua hal sama, kami lebih suka
tingkat turnover lebih tinggi untuk aset daripada lebih rendah
(kebalikannya berlaku untuk kewajiban). Generalisasi ini harus dilihat
dengan hati-hati. Kita dapat meningkatkan tingkat turnover dengan
menurunkan investasi kita dalam aset, tetapi ini mungkin kontraproduktif.
Pertimbangkan, misalnya, jika kita memilih untuk mengurangi jumlah
kredit yang kita berikan kepada pelanggan kita. Pada titik tertentu kita akan
kehilangan penjualan, dan setiap manfaat yang kita peroleh dari tingkat
piutang yang lebih rendah akan diimbangi dengan penurunan penjualan.
Argumen yang sama berlaku untuk persediaan. Kami membutuhkan tingkat

16 | P a g e
persediaan tertentu untuk mendukung tingkat penjualan kami saat ini.
Kurang dan kami menjalankan risiko kehabisan stok dan kehilangan
penjualan. Jadi, investasi kami dalam aset harus dioptimalkan, tidak harus
diminimalkan.

Perputaran Akun Piutang. Tingkat perputaran piutang didefinisikan


sebagai berikut:

Perputaran Akun Piutang = Penjualan : Rata-rata piutang

Piutang adalah aset yang harus dibiayai dengan biaya modal tertentu.
Selain itu, piutang menimbulkan risiko penagihan dan memerlukan biaya
tambahan dalam bentuk departemen penagihan dan kredit. Dari perspektif
ini, mengurangi tingkat piutang mengurangi biaya-biaya ini. Namun, jika
kita mengurangi piutang terlalu banyak dengan kebijakan kredit yang
terlalu ketat, pengurangan itu berdampak buruk pada penjualan. Oleh
karena itu, piutang harus dikelola secara efektif.

Pandangan alternatif pergantian piutang adalah periode penagihan rata-rata,


yang mengikuti:

Periode pengumpulan rata-rata = Piutang : Rata-rata penjualan


harian

Metrik ini mencerminkan berapa lama rata-rata piutang yang beredar.


Secara umum, semakin rendah tingkat perputaran piutang, semakin tinggi
periode penagihan rata-rata.

Perputaran Persediaan. Tingkat perputaran persediaan dihitung sebagai


berikut:

Perputaran Persediaan = Harga pokok penjualan : Rata-rata Persediaan

Rasio ini menggunakan harga pokok penjualan (HPP) sebagai ukuran


volume penjualan karena penyebutnya, persediaan, dilaporkan pada harga
pokok, bukan eceran. Dengan demikian, baik pembilang dan penyebut
diukur pada biaya. Penurunan rasio perputaran persediaan sering
menunjukkan bahwa produk perusahaan tidak kompetitif, mungkin karena

17 | P a g e
gaya yang ketinggalan zaman atau teknologi tidak lancar. Selain itu,
persediaan harus dibiayai dengan biaya tertentu dan menghasilkan biaya
tambahan dalam bentuk asuransi, penyimpanan, logistik, pencurian, dan
sejenisnya. Perusahaan menginginkan persediaan yang cukup untuk
memenuhi permintaan pelanggan tanpa kehabisan stok, dan tidak lebih.

Seperti periode pengumpulan rata-rata, tampilan alternatif dari tingkat


perputaran persediaan mengikuti:

Rata-rata persediaan harian beredar = Persediaan : Rata-rata harga pokok penjualan harian

Rata-rata persediaan harian yang beredar dapat memberitahu kita beberapa


indikasi tentang lamanya waktu persediaan tersedia untuk dijual. Ketika
ingin rata-rata persediaan hari ini sesingkat mungkin. Ini dapat dicapai
dengan meminimalkan bahan baku melalui teknik manajemen produksi,
seperti pengiriman tepat waktu, atau pengurangan persediaan barang dalam
proses dari penggunaan proses produksi yang efisien yang menghilangkan
hambatan. Selain itu, perusahaan berkeinginan untuk meminimalkan
persediaan barang jadi dengan memproduksi sesuai pesanan, bukan dengan
perkiraan permintaan, jika memungkinkan. Alat manajemen ini
meningkatkan perputaran persediaan dan mengurangi hari persediaan yang
beredar.

Perputaran Aset Operasi Jangka Panjang. Perputaran aset operasional


jangka panjang dihitung sebagai berikut:

Perputaran Aset Operasi Jangka Panjang = Penjualan / Rata-rata aset operasional jangka
panjang

Industri pasar modal, seperti perusahaan manufaktur,


membutuhkan investasi besar dalam aset jangka panjang. Dengan
demikian, perusahaan tersebut memiliki perputaran aset operasional jangka
panjang yang lebih rendah daripada perusahaan dengan modal kurang,
seperti bisnis jasa. Aset operasi jangka panjang harus dibiayai dengan biaya
modal tertentu. Selain itu, mereka harus diasuransikan dan dipelihara.
Selain itu, karena modal investasi adalah sumber daya yang terbatas, setiap
dolar yang diinvestasikan dalam aset operasional jangka panjang adalah

18 | P a g e
satu dolar lebih sedikit yang dapat diinvestasikan dalam aset penghasilan
lain yang lebih cepat berubah. Untuk alasan ini, perusahaan berkeinginan
untuk meminimalkan investasi dalam aset operasi jangka panjang yang
diperlukan untuk menghasilkan satu dolar penjualan.

Tingkat perputaran aset operasional jangka panjang dapat


ditingkatkan dengan meningkatkan pembilang dengan meningkatkan
throughput (penjualan) atau dengan mengurangi penyebutnya. Mengurangi
aset operasi jangka panjang adalah proses yang sulit. Selain pembuangan
aset yang kurang dimanfaatkan secara langsung, banyak perusahaan telah
berusaha untuk mengurangi investasi mereka dalam aset operasi jangka
panjang dengan mengakuisisi mereka bersama-sama dengan perusahaan
lain. Aliansi perusahaan, usaha patungan, dan entitas tujuan khusus
(dibahas dalam Bab 3) adalah beberapa teknik yang secara efektif
digunakan untuk mengurangi investasi dalam aset operasi jangka panjang.

Perputaran Akun Hutang. Aset operasi lancar seperti persediaan dibiayai


sebagian besar oleh hutang dagang. Hutang semacam itu biasanya
merupakan pembiayaan tanpa bunga dan, karenanya, lebih murah daripada
menggunakan uang pinjaman untuk membiayai pembelian atau produksi
persediaan. Dengan demikian, perusahaan menggunakan kredit
perdagangan bila memungkinkan. Ini disebut bersandar pada perdagangan.
Tingkat perputaran hutang dihitung sebagai:

Perputaran Akun Hutang = Harga Pokok Penjualan/Rata-rata hutang

Seperti halnya persediaan, hutang dilaporkan berdasarkan biaya, bukan


harga eceran. Jadi, untuk konsistensi dengan penyebut, harga pokok
penjualan (bukan penjualan) digunakan dalam pembilang. Semuanya sama,
perusahaan lebih suka menggunakan sumber pembiayaan murah ini
sebanyak mungkin dan, oleh karena itu, memiliki tingkat perputaran hutang
yang lebih rendah (yang berarti tingkat hutang yang lebih tinggi).
Menurunkan tingkat turnover hutang dagang dicapai dengan menunda
pembayaran kepada pemasok, dan keterlambatan pembayaran ini dapat
merusak hubungan dengan pemasok jika digunakan secara berlebihan.

19 | P a g e
Hutang, oleh karena itu, harus dikelola dengan hati-hati.

Metrik analog dengan omset hutang dagang adalah rata-rata hari hutang
terutang, yang mengikuti:

Average payable days outstanding = Accounts payable/Average daily cost of goods sold

Tingkat perputaran hutang yang lebih rendah sesuai dengan rata-rata


jumlah hari hutang yang lebih tinggi.

Perputaran Modal Kerja Bersih. Modal kerja operasional bersih sama


dengan aset lancar operasi dikurangi kewajiban lancar operasi. Modal kerja
operasional bersih adalah aset yang harus dibiayai sama seperti aset
lainnya. Akibatnya, perusahaan berkeinginan untuk mengoptimalkan
investasi dalam aset ini. Tingkat perputaran modal kerja dihitung sebagai
berikut:

Perputaran modal kerja bersih = Penjualan bersih / Rata-rata modal kerja operasional bersih

Perusahaan umumnya menginginkan tingkat perputaran modal kerja bersih


yang lebih tinggi daripada tingkat perputaran modal kerja yang lebih
rendah, semuanya sama, karena perputaran modal kerja yang lebih tinggi
mencerminkan lebih sedikit investasi dalam modal kerja untuk setiap dolar
penjualan. Modal kerja operasional bersih berubah lebih cepat karena
piutang dan persediaan berubah lebih cepat, dan juga berubah lebih cepat
ketika perusahaan bersandar pada perdagangan (ketika utang berubah lebih
lambat). Dengan demikian, perputaran modal kerja bersih meningkat
sebagai hasil dari manajemen komponen yang tepat.

2.5. Analisis Return on Common Equity

Return On Equity (ROE) dapat menunjukkan kesuksesan manajemen


dalam memaksimalkan tingkat kembalian pada pemegang saham. Return On
Equity merupakan salah satu variabel yang terpenting yang dilihat investor
sebelum mereka berinvestasi. ROE menunjukan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri
yang dimiliki perusahaan. Investor yang akan membeli saham akan tertarik
dengan ukuran profitabilitas ini, atau bagian dari total profitabilitas yang bisa

20 | P a g e
dialokasikan ke pemegang saham. (Hanafi dan Halim2012:177).

Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi


berdasarkan nilai buku para pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini,
semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat. Rasio yang
paling penting adalah pengembalian atas ekuitas (return on equity), yang
merupakan laba bersih bagi pemegang saham di bagi dengan total ekuitas
pemegang saham. Brigham & Houston ( 2011:133)

Menurut Kasmir (2015:198) Manfaat yang diperoleh dari


penggunaan rasio ROE adalah untuk:

1. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal


sendiri.

2. Mengetahui produktivitas dari sesuluh dan perusahaan yang


digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri

3. Untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal sendiri maupun


pinjaman.

Sementara itu, menurut Kasmir (2015:197) Tujuan penggunaan rasio


Return On Equity bagi perusahaan maupun pihak luar perusahaan, yaitu:

1) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal


sendiri.

2) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang


digunakan baik pinjaman maupun modal sendiri.

3) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan


yang digunakan baik modal sendiri maupun pinjaman.

Pengembalian atas ekuitas pemegang saham biasa, atau sekadar


pengembalian atas ekuitas yang sama, sangat menarik bagi para pemegang
saham perusahaan. Kreditor biasanya menerima pengembalian tetap atas
pembiayaan mereka. Pemegang saham preferen biasanya menerima dividen
tetap. Namun pemegang saham biasa tidak diberikan pengembalian yang

21 | P a g e
pasti atau dijanjikan. Pemegang saham ini memiliki klaim atas sisa
pendapatan perusahaan hanya setelah semua sumber pembiayaan lainnya
dibayarkan. Karenanya, pengembalian ekuitas pemegang saham paling
penting bagi pemegang saham biasa. Hubungan antara pengembalian ekuitas
pemegang saham dan laba atas aset operasi bersih juga penting karena
berkaitan dengan analisis keberhasilan perusahaan dengan leverage
keuangan.

Pengaruh leverage keuangan pada ROE yaitu sebagai berikut:


leverage keuangan meningkatkan ROE selama spreadnya positif.
Sederhananya, jika sebuah perusahaan dapat memperoleh pengembalian yang
lebih tinggi pada aset operasi bersih daripada biaya hutang yang membiayai
aset tersebut, kelebihan pengembalian tersebut akan menguntungkan
pemegang saham. Semua yang sama, maka, para pemegang sahamnya akan
lebih baik terus menggunakan hutang berbiaya rendah ketika perusahaan
memperluas daripada membiayai ekspansi itu dengan modal ekuitas berbiaya
lebih tinggi (hanya sampai pada tingkat tertentu, tentu saja, seiring
berlanjutnya penerbitan hutang berisiko).

Return on common equity terdiri dari komponen operasi dan


komponen yang tidak beroperasi (Leverage X Spread). Perbedaan operasi dan
tidak beroperasi ini penting karena beberapa alasan:

Sebagian besar perusahaan menyediakan barang dan jasa kepada pelanggan


sebagai bisnis utama mereka. Di sinilah letak keahlian mereka. Meskipun
divisi keuangan di perusahaan memiliki staf yang sangat kompeten, kami
ingin perusahaan-perusahaan tersebut unggul dalam kompetensi inti
mereka, dan tidak memiliki kinerja operasi yang buruk yang ditutupi oleh
kinerja keuangan yang baik.

Aktivitas operasi memiliki efek paling menonjol dan tahan lama pada nilai
perusahaan. Penelitian mengkonfirmasi bahwa harga saham berganda pada

22 | P a g e
laba operasi berkali-kali lipat dari pendapatan keuangan.

Meskipun perusahaan dapat menyadari peningkatan ROE melalui


penggunaan leverage keuangan yang bijaksana, pembayaran utang (bunga
dan pokok) adalah kewajiban kontraktual yang harus dipenuhi pada saat
baik dan buruk. Meningkatnya utang, oleh karena itu, meningkatkan risiko
gagal bayar jika arus kas menurun, dan gagal bayar dapat memiliki
konsekuensi yang merusak bagi perusahaan, termasuk kebangkrutan.

23 | P a g e
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Return on Invested Capital (ROIC) mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba yang untuk mengkompensasi uang
kepada pemegang saham perusahaan (dividen) dan membayar kewajiban
kapada kreditur (bunga dan pokok pinjaman). Dalam perspektif lain,
ROIC mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan dana modal
yang tersedia untuk investasi.
Sedangkan Return On Equity (ROE) dapat menunjukkan kesuksesan
manajemen dalam memaksimalkan tingkat kembalian pada pemegang
saham sehingga menjadi salah satu variabel penting yang dilihat oleh
investor sebelum mereka berinvestasi.

24 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Subramanyam, K.R. dan Wild, J.J. 2010. Analisis Laporan Keuangan: Jilid 1,
Salemba Empat

http://repository.unpas.ac.id/ 15466/4/BAB%20II%20fix%20.pdf

http://kuliahekonomika.blogspot.com/2017/05/return-on-invested-capital-and.html.
Diunduh pada 30 Maret 2020. Pukul 21.07.
https://cerdasco.com/return-on-invested-capital-roic/. Diunduh pada 30 Maret 2020.
Pukul 20.43.

25 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai