Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

RASIO KEUANGAN BANK

Dosen Pengampu :
Erwin Febriansyah S.E, M.Ak

DISUSUN OLEH :

1. Yupita Angriani 2011140016


2. Selvi Oktavia 2011140030

PRODI PERBANKAN SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO
(UINFAS) BENGKULU
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
anugerahNya yang telah dilimpahkan bagi kita, sehingga kami dapat merangkai
kata dalam menyajikan makalah tentang Rasio Keungan Bank ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Penyusunan makalah ini di latar belakangi oleh keinginan penulis untuk
memberikan informasi seputaran Rasio Keungan Bank kepada para pembaca.
Penulisan makalah ini berdasarkan fakta yang ada di sekitar kita yang mungkin
tidak kita sadari. Kami berharap makalah ini dapat membimbing para pembaca
agar memahami dan berpartisipasi dalam masalah Rasio Keungan Bank .
Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang
disusun ini masih belum atau jauh dari sempurna untuk itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat kami butuhkan untuk lanjutan penyempurnaan
penyusunan makalah berikutnya.
Akhir kata, tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas segala  bentuk
dukungan data dari berbagai pihak dan buku demi kelangsungan penyelesaian
dalam penulisan makalah yang kami buat ini

                       
Bengkulu, Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Pengertian Rasio Profitabilitas..............................................................2
B. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas...............................................2
C. Jenis-Jenis dan Contoh Rasio Profitabilitas...........................................3
D. Pengukuran Rasio Profitabilitas ...........................................................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................7
A. Kesimpulan ..........................................................................................7
B. Saran ....................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rasio profitabilitas perusahaan yang tercermin di laporan keuangan,

menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat

efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba.

Oleh karena itu konsep profitabilitas dalam teori keuangan sering digunakan

sebagai indicator kinerja keuangan fundamental perusahaan mewakili kinerja

manajemen. Dimensi profitabilitas memiliki hubungan terhadap nilai

perusahaan. Sedangkan nilai perusahaan secara konsep dapat dijelaskan oleh

nilai yang ditentukan oleh harga saham yang diperjual belikan di pasar

modal.Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan

jangka panjang yang bias diperjual belikan baik surat utang (obligasi), ekuiti

(saham), reksadana, maupun instrument lainnya. Laporan keuangan dapat

dilakukan analisa beberapa rasio yang berguna untuk membantu investor

dalam mengambil keputusan untuk memilih suatu saham.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Rasio Profitabilitas?


2. Apa Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas?
3. Apa Saja Jenis-Jenis dan Contoh Rasio Profitabilitas?
4. Apa Saja Pengukuran Rasio Profitabilitas ?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas bermanfaat untuk mengetahui secara pasti besaran
laba/rugi suatu perusahaan serta membantu para jajaran direksi untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan. Ada 7 jenis rasio profitabilitas dengan fungsi
dan rumus yang berbeda-beda. Mulai dari Gross Profit Margin, Profit Margin
Ratio, Return on Asset Ratio, hingga Return of Investment.
Pengertian Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan perbandingan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba (profit) dari pendapatan
(earning) terkait penjualan, aset, dan ekuitas atas dasar pengukuran tertentu.
Rasio profitabilitas ini diperlukan untuk melakukan pencatatan transaksi
keuangan. Biasanya, dinilai oleh investor dan kreditur (bank) untuk menilai
laba investasi yang akan diperoleh investor dan besaran laba perusahaan untuk
menilai kemampuan suatu perusahaan dalam membayarkan utang kepada
kreditur berdasarkan tingkat pemakaian aset dan sumber daya lainnya,
sehingga terlihat pula tingkat efisiensi perusahaan tersebut. 
Efisiensi dan efektivitas manajemen tersebut juga dapat dilihat dari laba
yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan yang dilihat dari
unsur unsur laporan keuangan. Idealnya, semakin tinggi nilai rasio, maka
semakin baik juga kondisi perusahaan berdasarkan rasio profitabilitasnya.
Mengapa? Karena nilai yang tinggi menggambarkan tingkat laba dan efisiensi
perusahaan yang tinggi dan dapat dilihat pula dari tingkat pendapatan dan arus
kas. Rasio profitabilitas ini akan mengungkapkan hasil akhir dari semua
kebijakan keuangan dan keputusan operasional yang dilakukan oleh
manajemen suatu perusahaan. Bahkan mempengaruhi pula sistem pencatatan
kas kecil. 

2
B. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Menurut Kasmir (2014), tujuan pengukuran profitabilitas perusahaan adalah
sebagaiberikut:
1. Mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode tertentu. 
2. Menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 
3. Menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 
5. Mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri. 
6. Mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal sendiri.
Sedangkan manfaat yang diberikan dengan mengetahui rasio profitabilitas
adalah:
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode.
2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang. 
3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 
5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
C. Jenis-Jenis dan Contoh Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas terbagi menjadi 7. Mari kita bahas di bawah ini beserta
contohnya.
1. Gross Profit Margin (GPM) 
Gross profit margin merupakan rasio profitabilitas untuk menilai
persentase laba kotor terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penjualan.
Laba kotor yang dipengaruhi oleh laporan arus kas, menjelaskan besaran
laba yang diterima oleh perusahaan dengan pertimbangan biaya yang
terpakai untuk memproduksi produk atau jasa

3
GPM ini mengukur efisiensi perhitungan harga pokok atau biaya
produksi. Semakin besar GPM, maka semakin baik kegiatan operasional
bisnisnya. Jika yang terjadi justru sebaliknya, artinya ada yang salah dalam
mengatur keuangan utnuk kegiatan operasional perusahaan. 
Berikut ini rumus dan contoh kasus perhitungan GPM:
Laba kotor Perusahaan A sebesar: Rp50.000.000
Total pendapatannya: Rp57.000.000
Maka GPM Perusahaan A adalah sebagai berikut: 
(Laba Kotor : Total Pendapatan) x 100%
= (Rp50.000.000 : Rp57.000.000) x 100% 
= 87%
2. Profit Margin Ratio (PMR)
Profit margin ratio juga dikenal dengan Net Profit Margin (NPM) yang
merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba bersih yang
didapatkan setelah dikurangi dengan pajak terhadap pendapatan yang
diperoleh dari penjualan.
NPM dapat dihitung dengan rumus dan contoh berikut ini:
NPM = Laba Bersih Setelah Pajak : Penjualan
Sebagai contoh: 
Pendapatan penjualan bersih (Net Sales) = Rp30.073.410.000
Laba Bersih Setelah Pajak (Net Profit after Tax) = Rp5.074.750.000
Maka, NPM-nya adalah sebagai berikut:
NPM = Rp5.074.750.000 : Rp30.073.410.000
NPM = 16,9%
3. Return on Assets Ratio (ROA)
Efisiensi dalam suatu perusahaan dalam mengelola asetnya sebenarnya
dapat dilihat dari ROA ini. Berikut ini rumus Rasio Pengembalian
Aset/ROA: 
ROA = Laba Bersih : Total Aset
Contoh perhitungannya adalah, 
Laba Bersih Perusahaan C: Rp200.000.000

4
Total Asetnya: Rp40.000.000, maka ROA perusahaan: 
ROA = Rp200.000.000 : Rp40.000.000 = 5%
4. Return on Equity Ratio (ROE)
ROE adalah rasio profitabilitas yang berguna untuk menilai kemampuan
suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham
perusahaan yang dinyatakan dalam persentase.
ROE menunjukan seberapa berhasilnya perusahaan dalam mengelola
modal, sehingga keuntungannya dapat diukur dari investasi pemilik modal
atau pemegang saham perusahaan. ROE pun dikenal dengan rentabilitas
modal sendiri atau yang disebut juga rentabilitas usaha. ROE dihitung dari
income perusahaan terhadap modal yang diinvestasikan oleh para pemilik
perusahaan (pemegang saham preferen dan biasa). 
Berikut ini rumus dan contoh penghitungannya:
ROE = Laba Bersih Setelah Pajak : Ekuitas Pemegang Saham
Dari laporan keuangan yang terbit pada 31 Desember 2020, PT. B yang
bergerak dalam sektor konstruksi memiliki laba bersih setelah pajak
sebesar Rp700.000.000. Sedangkan total ekuitas para pemegang saham
adalah sebesar Rp1.000.000.000. Maka ROE-nya adalah sebagai berikut, 
ROE = Rp700.000.000 : Rp1.000.000.000
ROE = 70%
5. Return on Sales Ratio (ROS)
ROS adalah rasio profitabilitas yang menampilkan tingkat keuntungan
perusahaan setelah pembayaran biaya variabel produksi, seperti gaji
karyawan, bahan baku, dll sebelum dikurangi pajak dan bunga. 
Rasio tersebut menunjukan tingkat keuntungan yang diperoleh dari setiap
dana penjualan yang disebut juga sebagai margin operasional (operating
margin) atau margin pendapatan operasional (operating income margin).
Berikut ini rumus dan contoh penghitungan ROS. 
ROS = (Laba sebelum pajak dan bunga : penjualan) x 100%
PT. D menghasilkan laba sebelum pajak dan bunga sebesar Rp300.000.000
Penjualannya sebesar Rp2.000.000.000

5
Maka ROS-nya adalah sebagai berikut:
ROS = (Rp300.000.000 : Rp2.000.000.000) x 100%
ROS = 15%
6. Return on Capital Employed (ROCE)
ROCE adalah rasio profitabilitas yang mengukur keuntungan perusahaan
dari modal yang digunakan dalam bentuk persentase. Modal yang
dimaksud merupakan ekuitas suatu perusahaan ditambah dengan kewajiban
yang tidak lancar atau total aset dikurangi dengan kewajiban lancar. ROCE
ini mencerminkan efisiensi dan profitabilitas modal atau investasi
perusahaan. 
Sebutan bagi laba sebelum pengurangan pajak dan bunga adalah EBIT,
yakni Earning Before Interest and Tax. Berikut ini 2 rumus ROCE yang
kerap digunakan: 
ROCE = Laba Sebelum Pajak dan Bunga : Modal Kerja
Atau 
ROCE = Laba Sebelum Pajak dan Bunga : (Total Aset – Kewajiban) 
7. Return of Investment (ROI)
ROI adalah rasio profitabilitas yang dihitung dari laba bersih setelah
dikurangi pajak terhadap total aktiva. ROI ini berguna sebagai pengukur
kemampuan suatu perusahaan secara menyeluruh dalam menghasilkan
keuntungan atas jumlah aktiva secara keseluruhan yang tersedia pada
perusahaan. Semakin tingginya rasio, berarti semakin baik pula kondisi
perusahaan. Berikut ini rumus dan contoh ROI: 
ROI = ( (Laba Atas Investasi – Investasi Awal) : Investasi) x 100%
PT. Z berinvestasi sebesar Rp600.000.000 kepada perusahaan otomotif. PT.
Z ternyata mendapatkan penjualan sebesar 1.000 unit kendaraan. Dari
penjualan tersebut, perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar
Rp700.000.000.
Diketahui: 
Keuntungan (Laba) Investasi sebesar Rp100.000.000
Modal (investasi) awal sebesar: Rp600.000.000

6
Maka ROI = (Rp700.000.000 -Rp600.000.000) : Rp600.000.000) x 100
= 16,6%
Rasio Profitabilitas Berkaitan Erat dengan Pelaporan Pajak
Seperti yang sudah dikatakan dalam pembahasan manfaat dari rasio
profitabilitas, yakni berguna sebagai acuan dasar atas aspek pajak yang
menjadi tanggung jawab perusahaan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa rasio profitabilitas ini pun sangat erat kaitannya dengan penyetoran
dan pelaporan pajak.
Untuk menghitung, menyetorkan, dan melaporkan pajak, dewasa ini
yang Anda butuhkan adalah aplikasi yang mampu membantu Anda dalam
urusan kewajiban perpajakan Anda. Salah satu aplikasi yang menyediakan
fitur hitung, setor, dan lapor pajak adalah OnlinePajak. 
Setor pajak kini jauh lebih mudah dengan fitur e-Billing &
PajakPay OnlinePajak. Fitur ini hadir untuk mempermudah Anda dalam
proses bayar pajak dan BPJS secara online. Buat ID Billing sekaligus bayar
pajak dan BPJS hanya dengan sekali klik saja. 
Sedangkan untuk lapor pajak, Anda dapat menggunakan e-Filing
OnlinePajak. Lapor semua jenis pajak atau SPT Pajak Anda dengan status
pembayaran dan pembetulan apa pun melalui e-Filing OnlinePajak dengan
mudah dan tepat waktu. Bukti pelaporan (BPE) dan bukti pembayaran
pajak (BPN) tersimpan secara online, terorganisir, dan mudah ditemukan
saat Anda membutuhkannya.

D. Pengukuran Rasio Profitabilitas 

Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan


dalam menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk laba perusahaan
maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan, maupun modal
sendiri (Raharjaputra, 2009).
Menurut Kasmir (2014), Syamsuddin (2009), Fahmi (2013), Gitman (2008)
dan Brigham dan
Houston (2006), terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk

7
mengukur profitabilitas adalah Gross Profit Margin, Operating Profit Margin,
Net Profit Margin, Return On Investement, Return On Equity, Return On
Common Stock Equity, Earning Per Share dan Basic Earning Power.
Penjelasan pengukuran rasio profitabilitas tersebut adalah sebagai berikut:
a. Gross Profit Margin (GPM) 
Rasio ini merupakan margin laba kotor, yang memperlihatkan hubungan
antara penjualan dan beban pokok penjualan, mengukur kemampuan
sebuah perusahaan untuk mengendalikan biaya persediaan. GPM
merupakan ukuran efisiensi operasi perusahaan dan juga penetapan harga
produk. Apabila harga pokok penjualan meningkat, maka GPM akan
menurun, begitu juga sebaliknya. Semakin besar rasio GPM, maka
semakin baik keadaan operasi perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa
cost of good sold relatif rendah dibandingkan dengan penjualan.
Sebaliknya, semakin rendah GPM, semakin kurang baik operasi
perusahaan. Gross Profit Margin (GPM) dirumuskan:

b. Operating Profit Margin (OPM) 


Rasio ini menggambarkan pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari
penjualan yang dilakukan. Jumlah dalam OPM ini dikatakan murni (pure)
karena benar-benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan dengan
mengabaikan kewajiban-kewajiban finansial berupa bunga serta kewajiban
kepada pemerintah berupa pajak. OPM mengukur persentase dari setiap
penjualan yang tersisa setelah semua biaya dan beban selain bunga, pajak,
dan dividen saham preferen. Semakin tinggi rasio OPM, maka semakin
baik pula operasi suatu perusahaan. Operating Profit Margin (OPM)
dirumuskan:

8
c. Net Profit Margin (NPM) 
Rasio ini digunakan untuk mengukur margin laba bersih atas penjualan.
Cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih
setelah pajak dengan penjualan bersih. NPM adalah ukuran profitabilitas
perusahaan dari penjualan setelah memperhitungkan semua biaya dan
pajak penghasilan. NPM sering digunakan untuk mengevaluasi efisiensi
perusahaan dalam mengendalikan beban-beban yang berkaitan dengan
penjualan. Jika suatu perusahaan menurunkan beban relatifnya terhadap
penjualan maka perusahaan tentu akan mempunyai lebih banyak dana
untuk kegiatan-kegiatan usaha lainnya. Net Profit Margin (NPM)
dirumuskan:

d. Return On Investment (ROI) 


ROI disebut juga Return on Total Assets (ROA) merupakan pengukuran
kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam
perusahaan. Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah
ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan
yang diharapkan. Dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan asset
perusahaan yang ditanamkan. ROI merupakan rasio yang menunjukkan
hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI
juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam
mengelola investasinya. Return On Investment (ROI) dirumuskan:

e. Return On Equity (ROE) 


Return on Equity (ROE) atau rentabilitas modal sendiri, merupakan rasio
untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini

9
menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Makin tinggi rasio ini,
makin baik. Artinya, posisi pemilik perusahaan makin kuat, demikian pula
sebaliknya. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang
pemegang saham dan merupakan alat yang paling sering digunakan
investor dalam pengambilan keputusan investasi. Para pemegang saham
melakukan investasi untuk mendapatkan pengembalian atas uang mereka,
dan rasio ini menunjukkan seberapa baik mereka telah melakukan hal
tersebut dari kacamata akuntansi. Return On Equity (ROE) dirumuskan:

f. Return on Common Stock Equity 


Return on Common Stock Equity atau tingkat penghasilan pemegang
saham biasa menyangkut tingkat penghasilan atau return yang diperoleh
atas nilai buku saham biasa. Pihak yang sangat berkepentingan dengan
rasio ini tentu saja para pemegang saham biasa, karena hal ini akan
menggambarkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan bagi pemilik perusahaan yang dalam hal ini pemegang saham
biasa. Return on Common Stock Equity dirumuskan:

g. Earning per Share (EPS) 


Rasio per lembar saham (Earning Per Share) atau disebut juga rasio nilai
buku, merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam
mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti
manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham,
sebaliknya dengan rasio yang tinggi, maka kesejahteraan pemegang saham
meningkat dengan pengertian lain, bahwa tingkat pengembalian tinggi.
Laba per lembar saham atau EPS diperoleh dari laba yang tersedia bagi

10
pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata-rata saham biasa yang
beredar. Earning per Share (EPS) dirumuskan:

h. Basic Earning Power(BEP) 


Rasio ini menunjukkan kemampuan aset yang dimiliki untuk
menghasilkan tingkat pengembalian atau pendapatan dari aktiva
perusahaan sebelum pengaruh pajak dan leverage. Hal ini sangat berguna
untuk membandingkan perusahaan dengan situasi pajak yang berbeda dan
tingkat leverage keuangan yang berbeda. Basic Earning Power (BEP)
dirumuskan:

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rasio profitabilitas merupakan perbandingan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba (profit) dari pendapatan
(earning) terkait penjualan, aset, dan ekuitas atas dasar pengukuran
tertentuRasio profitabilitas bermanfaat untuk mengetahui secara pasti besaran
laba/rugi suatu perusahaan serta membantu para jajaran direksi untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan.

Tujuan pengukuran profitabilitas perusahaan adalah sebagaiberikut:

1. Mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu


periode tertentu. 
2. Menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang. 
Menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

manfaat yang diberikan dengan mengetahui rasio profitabilitas adalah:


1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam
satu periode.
2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang. 
Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk laba
perusahaan maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan,
maupun modal sendiri (Raharjaputra, 2009).

12
DAFTAR PUSTAKA

Brigham, Eugene F dan Houston. 2006. Fundamental of Financial


Management: Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.

Gitman, Lawrence J. 2008. Principles of Managerial Finance. Boston:


Addison-Wesley.

Harahap, S. Syafri. 2009. Teori Kritis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Munawir, S. 2004. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty. 

Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan.


Yogyakarta: GPFE.

Sawir, Agnes. 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan keuangan


Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Syamsuddin. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta:Raja Grafindo


Persada.

13

Anda mungkin juga menyukai