Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

RASIO PASAR

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis Lapora
Kelayakan Bisnis

Dosen pengampu : Mugi Puspita,MM

Disusun oleh :

Nina Hartini 1188020149


Rizky Darmawan 1188020175
Shamrani 1188020181

MANAJEMEN E

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga  kami  dapat menyelesaikan makalah
Analisis Laporan Keuangan mengenai “Rasio Pasar” ini dengan lancar. Tak lupa
pula Shalawat serta salam kami panjatkan kepada Baginda Nabi Muhammad
SAW.

Makalah yang berjudul “Rasio Pasar ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas kelompok mata kuliah Analisis Laporan Keuangan , jurusan Manajemen,
Fakultas Ekonomi Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung.

Dengan ini kami (penyusun) menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari


kesempurnaan, karena kesempurnaan semata hanya milik Allah SWT, untuk itu
segala kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
nantikan.

Bandung, 24 Januari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................1

BAB ISI.............................................................................................................2

A. Pengertian Rasio Pasar...........................................................................2


B. Tujuan dan manfaat rasio pasar..............................................................2
C. Jenis-jenis rasio pasar dan hasil pengukuran..........................................4

BAB III PENUTUP........................................................................................14

A. Kesimpulan............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya rasio keuangan terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas,
rasio leverage, dan rasio profitabilitas, dan rasio profitibilitas. Namun rasio keuangan
yang akan digunakan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan adalah rasio
pasar.
Rasio ini merupakan indicator untuk mengukur mahal murahnya suatu saham,
ukuran prestasi perusahaan yang dipaling lengkap bagi para pemegang saham, serta
dapat membantu investor dalam mencari saham yang memiliki potensi keuangan
deviden yang besar sebelum melakukan penanaman modal berupa saham. Namun
rasio pasar tidak mempunyai ukuran yang menunjukan tingkat efesiensi rasio serta
tidak dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan jika
dilihat berdasarkan harga saham maupun jika dipergunakan oleh pihak manajemem
perusahaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari rasio pasar
2. Apa saja tujuan dan manfaat rasio pasar
3. Apa saja jenis-jenis rasio pasar dan bagaimana hasil pengukuran rasio pasar
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari rasio pasar
2. Untuk mengetahui apa saja tujuan dan manfaat rasio pasar
3. Untuk mengetahui jenis-jenis rasio pasar
4. Untuk mengetahui bagaimana hasil pengukuran rasio pasar

1
BAB II

ISI

A. Pengertian Rasio Pasar atau Rasio Nilai Pasar

Market ratio atau rasio pasar adalah rasio y ang mengukur kinerja keuangan perusahaan
tercatat terkait dengan nilai pasar sahamnya. Rasio ini biasanya digunakan dalam valuasi saham
untuk menilai seberapa menarik harga saham perusahaan saat ini. Oleh karena itu, rasio ini
tidak relevan untuk perusahaan tertutup karena harga pasar untuk sahamnya tidak tersedia.

Dalam melakukan valuasi harga saham, investor biasanya akan menggunakan market


ratio untuk menentukan apakah harga saham perusahaan terlalu mahal atau terlalu murah.
Rasio yang sering digunakan adalah earning per share, market value per share, price to earning
ratio, dividend yield dan book value per share.

Menurut Brigham & Houston (2003), definisi rasio nilai pasar (market value ratios) adalah
suatu rasio yang menghubungkan nilai harga saham terhadap pendapatan ( stock price to
earnings) perusahaan dengan nila buku ( book value price) perusahaan. Dengan kata lain, rasio
nilai pasar dapat memberikan perbandingan antara kerja fundamental perusahaan dengan
prospek bisnis yang tercermin dari harga saham perusahaan. Selain itu, bagi investor, rasio
pasar juga bisa memberikan informasi apakah nilai buku perusahaan sebandingdengan nila
pasarnya hal ini terkait dalam keputusan investasi saham.

Rasio tersebut menjadi indikasi untuk pihak manajemen perusahaan mengenai pandangan
dari investor, terhadap prospek perusahaan di masa depan serta risiko investasi. Rasio nilai
pasar dipakai untuk menilai kondisi pasar saham suatu periode tertentu.

Rasio nilai pasar ini akan memperlihatkan kepada investor mengenai apa yang seharusnya
diperoleh dari investasi yang dilakukan. Selain itu, rasio nilai pasar juga akan memperkuat
pilihan saham yang dilakukan investor, sehingga tidak akan merugikan investasi.

B. Tujuan dan Manfaat rasio pasar

Rasio pasar ini sangat berguna biasanya untuk para investor yang akan menanamkan
uangnya pada suatu perusahaan, dengan mengukur nilai pasar dari saham perusahan tersebut.

2
Lebih rincinya, beberapa tujuan dan manfaat dari rasio pasar ini akan dijelaskan sebagai
berikut.

1. . Rasio ini digunakan sebagai tolak ukur perusahaan ketika akan membagikan
dividen saham pada para investor. Jadi dalam pembagian dividen saham,
perusahaan memanfaatkan rasio ini dalam pembagiannya.

2. Selain itu, bagi perusahaan, rasio pasar digunakan untuk memutuskan


seberapa banyak nilai yang ditawarkan kepada perusahaan lain dalam potensi
merger.

3. Bagi investor, rasio pasar digunakan untuk mengambil keputusan beli atau
jual kepemilikan saham. Jadi, rasio ini bisa dimanfaatkan oleh investor untuk
menilai harga saham perusahaan dan mengevaluasinya, apakah harga saham
ini masih wajar dan layak untuk dibeli atau dipertahankan, atau sudah tidak
wajar. Rasio pasar juga nyatanya mampu menunjukkan kinerja sekuritas
dalam pasar modal.

4. Bagi banker investasi, rasio pasar digunakan untuk menetapkan harga saham
perusahaan ketika adanya penerbitan saham baru atau initial public offering
IPO. Jadi, ketika pertama kali saham suatu perusahaan melantai di pasar bursa,
maka dilakukan penghitungan harga saham yang dilakukan oleh banker
investasi, dengan menggunakan penghitungan rasio pasar ini.

5. Salah satu dasar penilaian yang digunakan untuk melakukan investasi jangka
pendek dan jangka Panjang. Dalam investasi jangka Panjang investor
mengejar pembagian dividen. Sedangkan untuk investor jangka pendek,
mereka megincar capital gain, yaitu selisih laba dari harga jual dan harga beli
yang didapat dari pembelian saham suatu perusahaan.

3
C. Jenis-Jenis Rasio Pasar

1. EPS (Earning per Share atau Laba per Saham)

a. Pengertian EPS (Earning per Share atau Laba per Saham)


Laba per Saham atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Earning per
Share yang disingkat dengan EPS adalah bagian dari keuntungan perusahaan
yang dialokasikan untuk setiap saham yang diterbitkan. EPS (Earning per Share)
adalah indikator yang paling banyak digunakan untuk mengevaluasi profitabilitas
perusahaan.
EPS (Earning per Share) merupakan indeks yang sangat berguna untuk
mengukur profitabilitas. Jika dibandingkan dengan laba bersih per saham
perusahaan sejenis, EPS (Earning per Share) mampu memberikan gambaran yang
jelas mengenai  kemampuan profitabilitas antara dua perusahaan tersebut. Perlu
dicatat bahwa perusahaan pembanding haruslah perusahaan yang bergerak di
bidang industri yang sama. Jika dilakukan perhitungan EPS (Earning per Share)
dalam beberapa tahun, akan menunjukkan apakah profitabilitas perusahaan baik
atau buruk. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada perusahaan yang
EPS (Earning per Share) nya terus bertambah.
Pertumbuhan EPS (Earning per Share) merupakan indikator penting dari
kinerja perusahaan karena menunjukkan berapa banyak uang yang dihasilkan
perusahaan untuk para investor. Bukan hanya dikarenakan perubahan keuntungan
namun juga dikarenakan dampak yag ditimbulkan dari penerbitan saham baru.
b. Rumus EPS (Earning per Share atau Laba per Saham)
EPS (Earning per Share) dihitung dengan cara membagi laba bersih
setelah pajak dan dividen yang dibagikan dengan jumlah saham yang beredar.
EPS (Earning per Share) ini dapat dinyatakan dengan rumus berikut :
EPS =  (Laba Bersih setelah Pajak  – Dividen)  / Jumlah Saham yang Beredar
Apabila selama perioda pelaporan terjadi perubahan struktur modal
(contohnya perubahan jumlah saham), maka saham yang beredar harus dihitung
berdasarkan rata-rata tertimbang saham (weighted average share) selama tahun
berjalan.
c. Contoh Kasus Perhitungan EPS (Earning per Share atau Laba per Saham)

4
Pada tahun 2018 Perusahaan QW mempunyai saham yang beredar
sebanyak 2 juta lembar pada tahun 2016, Laba bersih setelah pajak adalah Rp 2
miliar. Perusahaan A kemudian memutuskan untuk membagikan 10% dividen
atau sekitar Rp 100 juta kepada pemegang sahamnya. Berapakah EPS (Earning
Per Share) atau laba per lembar sahamnya ?
Diketahui :
Jumlah Saham yang beredar = 1.000.000 lembar saham
Laba bersih setelah Pajak = Rp 1.000.000.000,-
Dividen yang dibagikan = Rp 100.000.000,-
EPS (Laba per Saham) =?
Jawaban :
EPS =  (Laba Bersih setelah Pajak  – Dividen)  / Jumlah Saham yang
Beredar
EPS =  (Rp 1.000.000.000 – Rp 100.000.000) / 1.000.000
EPS = Rp 900.000.000 / 1.000.000
EPS = Rp 900
Jadi, EPS (Earning per Share atau Laba per Saham) PT QW yaitu sebesar Rp 900
a. Penilaian EPS (Earning per Share atau Laba per Saham)
Biasanya, EPS (Earning per Share) yang tinggi mengindikasikan
profitabilitas yang baik dibandingkan dengan EPS (Earning per Share) yang
rendah. Maksudnya, perusahaan mampu menghasilkan laba lebih besar untuk
dibagikan kepada para pemegang saham. Namun, pemegang saham/investor tidak
hanya memperhatikan EPS (Earning per Share) saja dalam membuat keputusan
untuk membeli ataupun tidak membeli saham kepada perusahaan yang
bersangkutan, dikenakan pada dasarnya EPS (Earning per Share) akan berubah
menjadi lebih tinggi jika terjadi pengurangan pada jumlah saham yang beredar.

1. PER (Price to Earning Ratio atau Rasio Harga terhadap Pendapatan)


a. Pengertian PER (Price to Earning Ratio atau Rasio Harga terhadap Pendapatan)
Price to Earning Ratio atau biasanya disingkat dengan singkatan PER
adalah rasio harga pasar per saham terhadap laba bersih per saham. PER (Price to
Earning Ratio) adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara harga
saham dan keuntungan atau laba yang dihasilkan perusahaan tersebut. PER (Price
to Earning Ratio) sering digunakan dalam mengevaluasi investasi prospektif.

5
Rasio ini juga digunakan untuk membantu investor dalam pengambilan keputusan.
Umumnya, investor akan memperhitungkan PER (Price to Earning Ratio) untuk
memperkirakan nilai pasar suatu saham.
b. Rumus PER (Price to Earning Ratio atau Rasio Harga terhadap Pendapatan)
Rasio ini dihitung dengan cara membagi “nilai pasar per saham (market
value per share)” dengan “laba per lembar saham (earning per share / eps)”. data
nilai pasar per saham dapat diambil dari pasar saham atau bursa efek, sedangkan
eps (earning per share) dapat dihitung dengan cara membagi laba bersih terhadap
jumlah saham yang beredar di pasar. Rumus PER (Price to Earning Ratio) atau
rasio harga terhadap pendapatan adalah sebagai berikut :
PER = Harga Saham / Laba per Saham
Kita dapat mengetahui seberapa besar harga yang ingin dibayar oleh pasar
terhadap pendapatan atau laba suatu perusahaan dengan melakukan perhitungan
PER (Price to Earning Ratio).
PER (Price to Earning Ratio) yang lebih tinggi mengindikasikan pasar
bersedia membayar lebih terhadap pendapatan atau laba suatu perusahaan, serta
memiliki harapan yang tinggi terhadap masa depan perusahaan tersebut sehingga
bersedia untuk menghargainya dengan harga yang lebih tinggi. Begitupun
sebaliknya, PER (Price to Earning Ratio) yang lebih rendah menunjukkan bahwa
pasar tidak memiliki kepercayaan yang cukup terhadap masa depan saham
perusahaan yang bersangkutan. Penilaian PER (Price to Earning Ratio) bervariasi
tergantung pada industri yang dijalankannya. Setiap Industri memiliki penilaian
yang berbeda.
c. Contoh Perhitungan PER (Price to Earning Ratio atau Rasio Harga terhadap
Pendapatan)
Misalnya :
Harga per lembar saham perusahaan M yaitu Rp 1.000
Rasio EPS (Earning Per Share) perusahaan M sebesar Rp 40
Maka PER PER (Price to Earning Ratio) perusahaan M adalah Rp 1.000 / Rp 40 =
Rp 25
Ini menandakan bahwa Investor bersedia untuk membayar Rp 25 untuk
setiap Rp 1 pendapatan perusahaan. Bagi perusahaan yang mengalami kerugian
atau pendapatan yang bernilai negatif, PER (Price to Earning Ratio) biasanya
dinyatakan dengan “tidak ada” atau ditulis dengan “N/A” atau “Not Applicable”.

6
d. Penilaian PER (Price to Earning Ratio atau Rasio Harga terhadap Pendapatan)
PER (Price to Earning Ratio) yang tinggi bisa disebabkan karena
“overpricing” pada saham tersebut sehingga PER (Price to Earning Ratio) yang
tinggi tidak selalu merupakan indikator yang positif. PER (Price to Earning Ratio)
yang rendah juga belum tentu negative karena terdapat kemungkinan jika saham
tersebut belum aktif didagangkan atau sedang diabaikan oleh pasar.
Oleh sebab itu, PER (Price to Earning Ratio) harus digunakan secara hati-
hati. Keputusan investasi tidak boleh hanya didasarkan pada rasio ini saja, para
investor harus mempertimbangkan lainnya dalam pengambilan keputusan.

2. BVS (Book Value per Share atau Nilai Buku per Saham)
a. Pengertian BVS (Book Value per Share atau Nilai Buku per Saham)
Nilai Buku per Saham atau dalam bahasa inggris disebut Book Value per
Share (BVS) adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan ekuitas
pemegang saham dengan jumlah saham yang beredar. Dengan kata lain, BVS
(Book Value per Share) digunakan untuk mengetahui nilai yang akan diterima
oleh pemegang saham jika perusahaan bangkrut dan dibubarkan (dilikuidasi) atau
nilai yang dapat diterima oleh pemegang saham jika semua aset perusahaan dijual
sebesar nilai bukunya.
b. Cara Menghitung BVS (Book Value per Share atau Nilai Buku per Saham)
BVS (Book Value per Share) dapat dihitung dengan cara membagi ekuitas
pemegang saham dengan jumlah saham yang beredar.
BVS = Total Ekuitas / Jumlah Saham yang Beredar
atau
BVS = (Aset – Hutang) / Jumlah Saham yang beredar
c. Contoh Kasus Perhitungan Book Value per Share (Nilai Buku per Saham)
Misalnya, PT ASDF yang bergerak di sektor pertanian memiliki total aset
Rp 1 miliar dengan hutang sebesar Rp 200 juta. Saham yang beredar PT ASDF
adalah sebanyak 2 juta lembar. Harga pasar saham per lembar perusahaan saat ini
adalah Rp 600. Berapakah BVS (Book Value per Share atau Nilai Buku per
Saham) PT ASDF? Apakah saham PT ASDF ini mahal (overvalued) atau murah
(undervalued) ?
Diketahui :
Total Aset = Rp 1 miliar

7
Hutang = Rp 200 juta
BVS (Jumlah saham yang beredar) = 2 juta lembar
Jawaban :
BVS = (Aset – Hutang) / Jumlah Saham yang beredar
BVS = (Rp 1.000.000.000 – Rp 200.000.000) / Rp 2.000.000
BVS = Rp 400
Jadi BVS (Book Value per Share atau Nilai Buku per Saham) PT ASDF adalah
Rp 400. Saham PT ASDF saat ini terhitung mahal (overvalued).
d. Penilaian BVS (Book Value per Share atau Nilai Buku per Saham)
BVS (Book Value per Share) digunakan sebagai pembanding antara nilai
pasar per saham perusahaan. Apabila nilai BVS (Book Value per Share)
perusahaan lebih tinggi dari pada nilai pasar per saham, maka dinyatakan
“undervalued” atau “murah”, artinya harga saham lebih rendah dari pada harga
yang ditentukan pasar. Sedangkan apabila nilai BVS (Book Value per Share)
perusahaan lebih rendah dari pada nilai pasar per saham, maka dinyatakan
“overvalued” atau “mahal”, artinya harga saham perusahaan lebih tinggi dari pada
harga yang telah ditentukan di pasar. BVS (Book Value per Share) dapat
menunjukkan apakah saham perusahaan masih “undervalued” atau telah
“overvalued”. BVS (Book Value per Share) membantu para Investor dalam
mengambil keputusan untuk membeli atau bahkan tidak membeli saham tertentu.
3. PBV (Price to Book Value atau Rasio Harga terhadap Nilai Buku)
a. Pengertian PBV (Price to Book Value atau Rasio Harga terhadap Nilai Buku)
Rasio Harga terhadap Nilai Buku yang dalam bahasa inggris disebut Price
to Book Value atau disingkat dengan PBV adalah rasio yang sering digunakan
oleh para investor untuk membandingkan harga saham perusahaan terhadap nilai
buku perusahaan tersebut. Perhitungan PBV (Price to Book Value) menunjukkan
berapa besar kelipatan nilai pasar saham suatu perusahaan terhadap nilai bukunya.
PBV (Price to Book Value) menunjukan apa yang  akan diperoleh para
pemegang saham setelah perusahaan terjual dan semua hutang telah dilunasi. PBV
(Price to Book Value) yang rendah merupakan indikator positif baik bagi
perusahaan.
PBV (Price to Book Value) sangat cocok dipergunakan pada perusahaan
yang memiliki aset tetap berwujud (tangible assets) yang besar. Perusahaan yang
memiliki gedung, tanah, kendaraan, peralatan dan aset tetap lainnya dapat

8
menggunakan rasio ini dalam memeriksa posisi keuangan perusahaanya PBV
(Price to Book Value) juga sangat cocok digunakan pada perusahaan bergerak di
bidang jasa keuangan seperti perusahaan asuransi dan bank. Hal ini disebabkan
perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai aset keuangan yang besar.
b. Rumus PBV (Price to Book Value atau Rasio Harga terhadap Nilai Buku)
PBV (Price to Book Value atau) dapat dihitung dengan membagikan
harga per lembar saham (stock price per share ) perusahaan yang bersangkutan
dengan nilai buku per lembar saham (book value per share).
PBV = Harga per Lembar Saham / Nilai Buku per lembar Saham
c. Contoh Perhitungan PBV (Price to Book Value atau Rasio Harga terhadap Nilai
Buku)
Harga per lembar saham Bank TY dengan kode emiten ERTY pada tahun
2019 adalah sebesar Rp 3.000 sedangkan nilai buku per sahamnya adalah sebesar
Rp 2.000. Berapakah PBV (Price to Book Value atau Rasio Harga terhadap Nilai
Buku) ERTY ?

Diketahui :
Harga per lembar saham = Rp 3.000
Nilai Buku per lembar saham = Rp 2.000
PBV (Rasio Harga terhadap Nilai Buku) = ??
Jawaban :
PBV = Harga per Lembar Saham / Nilai Buku per lembar Saham
PBV = Rp 3.000 / Rp 2.000
PBV = 1,5 kali
Jadi PBV (Price to Book Value atau Rasio Harga terhadap Nilai Buku) Bank TY
adalah sebesar 1,5 kali.
d. Penilaian PBV (Price to Book Value atau Rasio Harga terhadap Nilai Buku)
PBV (Price to Book Value atau) sering digunakan untuk menilai apakah
saham suatu perusahaan murah atau mahal yang biasa disebut dengan “Valuasi
Saham”. Apabila PBV (Price to Book Value atau) nya dibawah angka “1”
biasanya dianggap murah sedangkan jika diatas angka “1” biasanya dianggap
mahal.

4. DYR (Dividend Yield Ratio atau Rasio Hasil Deviden)


a. Pengertian DYR (Dividend Yield Ratio atau Rasio Hasil Deviden)

9
Rasio hasil dividen yang dalam bahasa inggris disebut dividend yield ratio
atau disingkat menjadi DYR adalah rasio keuangan yang membandingkan jumlah
dividen tunai yang dibagikan kepada pemegang saham dengan harga saham. DYR
(Dividend Yield Ratio) dinyatakan dalam persentase (%) dan merupakan suatu
daya tarik tersendiri bagi para investor.
DYR (Dividend Yield Ratio) menunjukkan seberapa banyak pendapatan
yang mampu dihasilkan dari setiap Rupiah yang diinvestasikan pada saham suatu
perusahaan. Umumnya, investor akan menggunakan rasio ini terlebih dulu
sebelum membuat keputusan investasi. DYR (Dividend Yield Ratio) dapat
dianggap sebagai ROI (Return of Investment) bagi investor yang tidak tertarik
capital gain pada suatu saham DYR (Dividend Yield Ratio) sangat penting untuk
para investor yang memprioritaskan investasi jangka panjang dan return yang
konsisten pada setiap tahunnya.
b. Rumus DYR (Dividend Yield Ratio atau Rasio Hasil Deviden)
DYR = [Dividend per Share (Dividen per Lembar Saham) : Market Value per
Share (Harga per Lembar Saham)] x 100
c. Contoh Perhitungan DYR (Dividend Yield Ratio atau Rasio Hasil Deviden)
Harga per lembar Saham PT GH yang diperdagangkan pada tahun 2020
adalah sebesar Rp 15.000 sedangkan dividen per lembar saham tahunan yang
dibagikan pada tahun 2020 adalah sebesar Rp 400. Berapakah DYR (Dividend
Yield Ratio atau Rasio Hasil Deviden) PT GH ?
Diketahui :
Dividen per lembar Saham Tahunan = Rp 400
Harga per lembar Saham = Rp 15.000
DYR (Rasio hasil deviden) = ??
Jawaban :
DYR = (Dividen per lembar Saham / Nilai Pasar per lembar Saham) x 100
DYR = (Rp 400 / Rp 15.000) x 100
DYR = 2,67%
Jadi DYR (Dividend Yield Ratio atau Rasio Hasil Deviden) PT GH adalah sebesar
2,67%.
Catatan : Perlu diingat bahwa DYR (Dividend Yield Ratio) akan berubah
seiring pergerakan nilai saham
d. Penilaian DYR (Dividend Yield Ratio atau Rasio Hasil Deviden)

10
DYR (Dividend Yield Ratio) digunakan oleh investor untuk mengetahui seberapa
banyak dividen yang akan diperoleh pada setiap rupiah yang diinvestasikan.
DYR (Dividend Yield Ratio) yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan
mampu membayar dividen dalam jumlah yang besar kepada investor. Maka,
investor memperoleh kompesasi yang lebih tinggi jika dibandingkan perusahan
yang menghasilkan DYR (Dividend Yield Ratio) yang rendah..
Setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda dalam hal pemberian
dividen. Ada perusahaan yang memilih membayar dividen secara reguler yang
bertujuan untuk menarik minat investor. Saham jenis ini dikenal dengan “Income
Stocks”. Ada pula perusahaan yang memilih tidak memberikan dividen namun
menginvestasikannya ke dalam bisnis. Saham jenis ini dikenal dengan “Growth
Stocks”.

1. DPR (Dividend Payout Ratio atau Rasio Pembayaran Dividen)


a. Pengertian DPR (Dividend Payout Ratio atau Rasio Pembayaran Dividen)
Rasio Pembayaran Dividen yang dalam bahasa Inggris disebut Dividend
Payout Ratio atau disingkat menjadi DPR adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur persentase laba bersih yang dibagikan kepada para investor dalam
bentuk dividen selama periode tertentu (biasanya dalam 1 tahun).
Investor yang tertarik pada keuntungan jangka pendek lebih cenderung
berinvestasi pada perusahaan yang memberikan tingkat pembayaran deviden yang
tinggi, sedangkan investor yang lebih tertarik berinvestasi pada pertumbuhan
modal akan berinvestasi pada perusahaan yang DPR (Dividend Payout Ratio)-nya
lebih rendah.
Pada umumnya, terdapat perbedaan antara DPR (Dividend Payout Ratio)
dari suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Perusahaan-perusahaan yang
telah berpengalaman, mapan serta stabil biasanya mempunyai DPR (Dividend
Payout Ratio) yang tinggi. Sedangkan perusahaan-perusahaan yang tergolong
muda, start-up serta perusahaan yang masih dalam pertumbuhan mempunyai DPR
(Dividend Payout Ratio) yang rendah. Umunya, investor akan mencari DPR
(Dividend Payout Ratio) yang konsisten.
b. Cara Menghitung DPR (Dividend Payout Ratio atau Rasio Pembayaran Dividen)
Rumus DPR (Dividend Payout Ratio) dihitung dengan cara membagi total
dividen dengan laba bersih (net income) perusahaan.

11
DPR = Total Dividen / Laba Bersih
Rasio diatas merupakan perhitungan untuk keseluruhan pembayaran
dividen baik total dividennya maupun total laba bersihnya yang umumnya
dilaporkan oleh perusahaan dalam laporan keuangan. di sisi lain, perhitungan rasio
pembayaran dividen per saham dapat dilakukan dengan cara membagi dividen per
saham dengan laba bersih per saham.
c. Contoh Kasus Perhitungan DPR (Dividend Payout Ratio atau Rasio Pembayaran
Dividen)
Sebuah hotel dimiliki oleh beberapa pemegang saham menghasilkan laba
bersih sebesar Rp 1 miliar. Dana sebesar Rp 400 juta dialokasikan untuk Dividen
dan sisanya sebesar Rp 600 juta dipakai untuk membeli peralatan dan
perlengkapan baru untuk operasional hotel. Berapakah DPR (Dividend Payout
Ratio) pada hotel tersebut ?
Diketahui :
Total Dividen = Rp 400.000.000
Laba Bersih = Rp 1.000.000.000
DPR (Rasio Pembayaran Dividen) =?
Penyelesaiannya :
DPR = Total Dividen / Laba Bersih
DPR = Rp 400.000.000 / Rp 1.000.000.000
DPR = 40%
Jadi hotel tersebut membayar 40% dari laba bersih kepada pemegang sahamnya.
d. Penilaian DPR (Dividend Payout Ratio atau Rasio Pembayaran Dividen)
Sebagian besar Investor menginginkan arus dividen yang berkelanjutan
dari perusahaan sehingga tren yang konsisten dalam rasio ini biasanya lebih
penting daripada tinggi rendah rasionya. Hal ini menjadikan perhitungan DPR
(Dividend Payout Ratio) sangat penting bagi investor
DPR (Dividend Payout Ratio biasanya digunakan untuk membandingkan
rasio pada tahun sebelumnya dengan rasio tahun terkini. Dari perbandingan
tersebut investor akan menilai tren berkelanjutan pada Rasio ini. Contohnya, para
investor akan berasumsi jika perusahaan yang memiliki DPR (Dividend Payout
Ratio) sebanyak 40% selama 5 tahun terkakhir maka akan terus memberikan 40%
laba bersihnya kepada para pemegang sahamnya. Sebaliknya, perusahaan yang
rasionya memiliki tren penurunan akan mengkhawatirkan investor. Contohnya,

12
jika DPR (Dividend Payout Ratio) terus mengalami penurunan selama 5 tahun
terakhir terdapat kemumungkinan bahwa perusahaan tidak dapat lagi membayar
dividen yang tinggi. Ini bisa jadi merupakan indikasi penurunan kinerja operasi
pada perusahaan tersebut.

13
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Market ratio atau rasio pasar adalah rasio y ang mengukur kinerja
keuangan perusahaan tercatat terkait dengan nilai pasar sahamnya. Rasio ini
biasanya digunakan dalam valuasi saham untuk menilai seberapa menarik harga
saham perusahaan saat ini. Oleh karena itu, rasio ini tidak relevan untuk
perusahaan tertutup karena harga pasar untuk sahamnya tidak tersedia.

Rasio ini digunakan sebagai tolak ukur perusahaan ketika akan membagikan
dividen saham pada para investor. Jadi dalam pembagian dividen saham,
perusahaan memanfaatkan rasio ini dalam pembagiannya.

Bagi investor, rasio pasar digunakan untuk mengambil keputusan beli atau jual
kepemilikan saham. Jadi, rasio ini bisa dimanfaatkan oleh investor untuk
menilai harga saham perusahaan dan mengevaluasinya, apakah harga saham
ini masih wajar dan layak untuk dibeli atau dipertahankan, atau sudah tidak
wajar. Rasio pasar juga nyatanya mampu menunjukkan kinerja sekuritas
dalam pasar modal.

14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.harmony.co.id/blog/apa-yang-dimaksud-rasio-nilai-pasar-simak-selengkapnya

https://www.invesnesia.com/rasio-nilai-pasar-market-value-
ratios#Fungsi_Tujuan_Rasio_Nilai_Pasar

https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-eps-earning-per-share-laba-per-saham-
rumus-eps/

https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-per-price-earning-ratio-rasio-harga-
terhadap-pendapatan-rumus

https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-book-value-per-share-nilai-buku-per-saham-
rumus

https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-dividend-yield-rumus-dividend-yield

15

Anda mungkin juga menyukai