Anda di halaman 1dari 37

REVISI

MAKALAHANGGARAN PERSEDIAAN DAN ANGGARAN PIUTANG

Makalah ini disusun untuk memenuhi

Tugas mata kuliah Penganggaran Persediaan

Dosen Pengampu

Titi Rahayu, SE., M.Pd.

Disusun oleh
1. M. Lukmanul (142216011)
2. Indri Indrawati (142216009)
3. Nur Isnaeni (142216013)

PRODI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BAKTI NEGARA

(STAIBN) TEGAL
2018
i

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala, Tuhan Semesta Alam.


Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya hingga akhir zaman nanti. Atas
kehendak-Nyalah kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Kami pun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekeliruannya. Oleh karena itu, apabila ada kesalahan kami
mohon saran dan kritiknya baik dari mahasiswa maupun dosen supaya kami
dapat menyempurnakan makalah kami dengan lebih maksimal.

Demikian makalah penelitian ini disadur oleh kelompok sebagaimana


untuk pelengkap tugas makalah mata kuliah Penganggaran Perusahaan. Jika ada
kesalahan, kehilafan, dan ketersimpangan mohon di bukakan pintu maaf yang
sebesar-besarnya.

Slawi, November 2018

Penulis,

i
ii

DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1

A. Latar Belakang ....................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................1

C. Tujuan Penulisan ...............................................................................2

D. Manfaat Penulisan .............................................................................2


BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................3

A. Rujukan Jurnal ..................................................................................3


B. Kajian Teori ......................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................5

A. Anggaran Persediaan ........................................................................5

B. Anggaran Piutang ...............................................................................18

BAB III PENUTUP ............................................................................................25


A. Kesimpulan ........................................................................................25
B. Saran ..................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................27

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kriteria perusahaan terdapat tiga jenis perusahaan yaitu perusahaan


dagang, perusahaan manufaktur dan perusahaan jasa. Untuk perusahaan jasa
produknya tidak dapat diliat secara kasat mata tetapi dapat dirasakan sedangkan
untuk perusahaan dagang dan manufaktur walaupun berbeda usahanya tetapi
memiliki produk yang dapat dilihat oleh mata dan dapat pula dirasakan, hanya
saja untuk perusahaan manufaktur memiliki proses produksi yang lebih lengkap
dalam mengelola bahan mentah menjadi produk siap untuk dijual (produk jadi).
Baik perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan maupun manufaktur
berusaha memanfaatkan semua sumber daya yang dimilikinya seefektif dan
seefisien mungkin, sumber daya tersebut diantaranya adalah persediaan.

Piutang menurut Al Haryono Jusup (2005 : 52) merupakan hak untuk


menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang timbul karena
adanya suatu transaksi penjaualan kredit. Piutang termasuk dalam kelompok
akun aktiva lancar. Dalam setiap laporan keuangan sering kali dijumpai piutang
dalam neraca suatu entitas, baik berupa piutang dagang maupun piutang wesel.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya akun piutang bagi suatu entitas.
Piutang penting bagi para manajer dan investor karena beberapa sebab,
sebab yang pertama yaitu karena piutang merupakan aset dalam laporan
keuangan yang harus mencermikan nilainya. Kedua, persoalan menyangkut
piutang adalah dasar untuk penentuan laba dan pengukuran kinerja perusahaan.
Ketiga, piutang dagang dapat menjadi aset yang tidak produktif .
Memberikan kredit (penjualan kredit) memliki beberapa risiko, diantaranya
adalah tertanamnya harta dalam piutang dan risiko tidak tertagihnya sebagian
atau seluruh piutang.
B.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari anggaran persediaan?

1
2

2. Metode-metode apa saja yang ada dalam anggaran persediaan?


3. Bagaimana definisi dari anggaran piutang?
4. Apa saja manfaat anggaran piutang bagi perusahaan?
5. Apa saja tahap-tahap dalam penyusunan anggaran piutang?
C.Tujuan Penulisan
1. Memahami tentang anggaran persediaan
2. Memahami metode metode yang ada dalam anggaran persediaan
3. Memahami manfaat anggaran piutang bagi perusahaan
4. Memahami proses penyusunan anggaran piutang
D. Manfaat Penulisan
1. Bermanfaat bagi pembaca yang ingin mengetahui tentang tata cara anggaran
persediaan
2. Dapat menjadi tambahan bagi para mahasiswa yang igin mendalami tentang
persediaan
3. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai anggaran anggaran dalam
perusahaan terutama anggaran persediaan dan piutang
4. Lebih memahami proses penyusunan anggaran persediaan dan piutang dalam
perusahaan

2
3

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Rujukan Jurnal
NO Nama Judul Hasil Penelitian
1. Bagus Aditya A PENGELOLAAN Hasil penelitian
Sri Mangesti R PIUTANG YANG menggambarkan
Zahroh Z.A EFEKTIF SEBAGAI pengelolaan piutang
UPAYA perusahaan dari tiga
MENINGKATKAN periode (2012-2014)
PROFITABILITAS mengalami penurunan, hal
(STUDI KASUS ini disebabkan karena
PADA kurang efektifnya
PERUSAHAAN CV pengelolaan piutang
WALET SUMBER perusahaan sehingga
BAROKAH berpengaruh pada
MALANG PERIODE penurunan profitabilitas
2012 – 2014) perusahaan.
2. Chairul Bahtiar R Analisis Persediaan Efisiensi total adalah Rp
Made Antara Bahan Baku Tebu pada 2.903.796,90 / tahun.
Ratna Komala Dewi Pabrik Gula Pandji PT. Berdasarkan pedoman di
Perkebunan Nusantara atas maka dapat ditentukan
XI (Persero) jumlah stok bahan baku
Situbondo, Jawa Timur yang optimal yang dapat
menjamin kelancaran
produksi gula putih dan
efisiensi biayanya

B. Kajian Teori

3
4

Penjualan secara kredit dapat menimbulkan piutang pada perusahaan,


piutang merupakan hak menagih dari pemberi uang jasa kepada peneima jasa
yang membentuk hubungan dimana yang pihak satu berutang dengan pihak
pemberi piutang (Hermawan, 2013:29). Piutang dapat diklasifikasi dua yaitu
piutang dagang yang timbul penjualan secara kredit dan piutang non dagang yang
timbul dari pinjaman karyawan, pinjaman kepada anak perusahaan, piutang
deviden.
Menurut Skousen, Stice, Stice (2004:653), “Persediaan ditujukan untuk
barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam
kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk barang dalam proses
produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan produksi.”
Kieso, Weygandt, Warfield (2002:443) mengatakan bahwa “persediaan
(invertory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis
normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi
barang yang akan dijual”. Pendapat Warren, Reeve, Fess (2005:440) mengatakan
bahwa persediaan adalah “barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual
dalam operasi bisnis perusahaan, dan bahan yang digunakan dalam proses
produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu”. Persedian yang diperoleh
perusahaan dan langsung dijual kembali tanpa mengalami proses produksi
selanjutnya disebut persediaan barang dagang

BAB III

4
5

PEMBAHASAN
A. Anggaran Persediaan
1. Pengertian Anggaran Persediaan

Anggaran perusahaan atau sering dikenal dengan budget memiliki


pengertian yang beraneka ragam, namun masing-masing pengertian tersebut
memiliki inti pengertian yang sama. Anggaran adalah suatu rencana rinci yang
dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif untuk menunjukan sumber-
sumber yang akan diperoleh dan digunakan selama jangka waktu tertentu,
umumnya satu periode atau satu tahun. “kas merupakan bentuk aktiva yang
paling likuid, yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban
finansial perusahaan”.(Suad Husnan & Enny Pudjiastuti 2002:111)

Anggaran persediaan merupakan anggaran yang merencanakan secara


terperinci berapa nilai persediaan pada periode yang akan datang. Pada
perusahaan manufactur persediaan yang ada terdiri dari 3 jenis, yaitu
persediaan material, persediaan barang setengah jadi dan persediaan barang
jadi yang mana tidak dimiliki oleh perusahaan dagang. Sedangkan dalam
laporan ini akan membahas lebih detail tentang penganggaran persediaan
untuk perusahaan dagang.  Arti dari persediaan barang dagang itu sendiri
adalah persediaan yang langsung dijual kepada konsumen tanpa proses lebih
lanjut (Bambang Riyanto (2001:96)

2. Tujuan Anggaran

Menurut M. Nafarin dalam bukunya yang berjudul ”Penganggaran


Perusahaan”, Tujuan penyusunan anggaran persediaan antara lain antara lain:

 ”secara terperinci berapa nilai persediaan pada periode yang akan


datang Untuk digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih
sumber dan penggunaan dana
 Untuk mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan yang
digunakan

5
6

 Untuk merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis penggunaan
dana sehingga dapat mempermudah pengawasan
 Untuk merasionalkan sumber dan penggunaan dana agar dapat mencapai
hasil yang maksimal
 Untuk menyempurnakan rencana yang telah disusun karena dengan
anggaran lebih jelas dan nyata terlihat
3. Pengelompokan Persediaan

Jenis persediaan yang dimiliki perusahaan tergantung pada bidang usaha


perusahaan yang bersangkutan. perusahaan jasa tidak memiliki persediaan
karena perusahaan semacam itu tidak memperdagangkan barang. Berbeda
halnya dengan perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur.

Dalam perusahaan dagang, perusahaan bisa memiliki berbagai macam


barang. Sebagai contoh, sebuah supermarket menjual ratusan bahkan ribuan
jenis barang. Di bagian bahan makanan misalnya, persediaan terdiri dari
makanan dalam kaleng, daging, ikan segar, sayur mayur, dan sebagainya.
Persediaan barang semacam itu memiliki dua karakteristik umum, yakni: (1)
barang tersebut merupakan milik perusahaan dan (2) barang siap dijual
kepada konsumen (umumnya tanpa di olah atau di proses terlebih dahulu).
Dengan demikian, perusahaan dagang hanya membutuhkan satu atau
kelompok persediaan yang disebut persediaan barang dagangan yang di
dalamnya tercakup berbagai macam atau jenis persediaan.

Dalam perusahaan manufaktur, beberapa jenis persediaan belum siap


untuk di jual. oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, persediaan
dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu: (1) persediaan barang jadi,(2)
persediaan barang dalam proses, (3)persediaan bahan mentah. persediaan
barang jadi adalah hasil prosuksi yang telah selesai dan siap dijual.
persediaan barang dalam proses adalah bagian dari barang yang diproduksi
yang telah mulai diproses tetapi belum selesai. persediaan bahan mentah
adalah bahan dasar yang akan digunakan dalam produksi, tetapi belum
diproses.

6
7

4. Penentuan Kkuantitas Persediaan

Kuantitas persediaan perlu ditentukan pada setiap akhir periode, baik pada
perusahaan yang menerapkan system persediaan fisik maupun perpetual. Apabila
perusahaan menggunakan system persediaan perpetual, penghitungan fisik
persediaan dilakukan untuk mencapai dua tujuan. Pertama, untuk mengecek
keakuratan catatan persediaan perpetual yang diselenggarakan perusahaan. Tujuan
kedua, untuk menentukan jumlah persediaan yang hilang akibat penyusutan,
pencurian oleh pembeli, atau penggelapan oleh karyawan perusahaan sendiri.

perusahaan yang menerapkan sistem persediaan fisik melakukan


penghitungan fisik persediaan diakhir periode dengan tujuan untuk menentukan
jumlah barang yang ada dalam persediaan pada tanggal neraca, dan untuk
menentukan beban pokok penjualan.

Penentuan kuantitas persediaan meliputi dua tahapan, yaitu: (1) melakukan


perhitungan fisiki yang ada dalam persediaan, dan (2) menentukan kepemilikan
barang.

a. Penghitungan Fisik Persediaan

Penghitungan fisik persediaan pada hakekatnya meliputi pekerjaan


menghitung, menibang, atau mengukur setiap jenis barang yang ada dalam
persediaan. Dalam sejumlah perusahaan tertentu, pekerjaan menghitung fisik
persediaan merupakan pekerjaan yang berat dan juga rumit. Sebagai contoh pada
perusahaan pengecer seperti Hero supermarket, Carefour, Matahari department
store, atau Ramayana Departement Store, terdapat ribuan jenis persediaan yang
berbeda-beda.Penghitungan fisik persediaan akan dapat dilakukan lebih akurat
apabila selama masa penghitungan, perusahaan menghentikan sesaat kegiatan
penjualan dan penerimaan barang. Oleh karena itu, perusahaan biasanya
melakukan penghitungan persediaan pada saat perusahaan sedang tutup atau
ketika kegiatan bisnis sedang tidak begitu sibuk. Pada perusahaan yang
mengakhiri periode akuntansi pada akhir tahun kalender, penghitungan persediaan
dilakukan pada tanggal 31 Desember.

7
8

b. Penentuan Kepemilikan Barang

Salah satu penghitungan kuantitas persediaan adalah menentukan


persediaan mana yang merupakan milik perusahaan. Barang yang ada di gudang
pada saat dilakukan penghitungan, belum tentu merupakan milik perusahaan,
sehingga tidak perlu dihitung. Sebaliknya, barang yang pada saat penghitungan
secara fisik tidak berada di gudang tetapi sudah menjadi milik perusahaan, harus
diikutsertakan sebagai persediaan. Pada prinsipnya, semua barang milik
perusahaan, baik yang secara fisik berada di gudang maupun tidak, harus
diikutsertakan dalam persediaan.

c. Barang Dalam Perjalanan

Masalah yang cukup rumit adalah menentukan kepemilikan barang dalam


perjalanan pada akhir periode. perusahaan mungkin telah membeli barang yang
sampai dengan akhir periode belum diterima (belum tiba di gudang perusahaan),
atau mungkin juga perusahaan telah menjual barang tetapi pada akhir periode
barangnya belum dikirim ke pembeli. Untuk mendapatkan hasil penghitungan
yang akurat, perusahaan harus menentukan kepemilikan barang-barang tersebut.

Barang dalam perjalanan harus dimasukan sebagai persediaan perusahaan


apabila perusahaan secara sah telah menjadi pemilik barang tersebut. Keabsahan
kepemilikan ditentukan oleh syarat penjualan yang disepakati bersama.

Syarat-syarat penjualan.

1. Apabila barang dijual dengan syarat FOB (free on board) shipping point,
kepemilikan atas barang berpindah ke tangan pembeli ketika pihak pengangkut
menerima barang dari si penjual.

2. Apabila barang di jual dengan syarat FOB destination, kepemilikan barang


tetap berada di tangan si penjual, sampai barang tiba di tempat si pembeli.

d. Barang Konsinyasi

Barang-barang tertentu yang sering diperdagangkan secara konsinyasi,


artinya penjual menerima titipan barang milik orang lain untuk dijual dengan

8
9

menerima komisi dari hasil penjualan. Penjual bukan pemilik barang, dan oleh
karenanya tidak melaporkan barang tersebut sebagai persediaan. Barang-barang
tersebut dinamakan barang konsinyasi.

5. Penetapan Biaya Perolehan Persediaan

Setelah kuantitas persediaan ditetapkan, langkah berikutnya perusahaan


harus menerapkan biaya perolehan per satuan barang sehingga dapat
ditentukan total biaya perolehan seluruh persediaan dan beban pokok
penjualan. Proses ini bisa menjadi rumit apabila biaya perolehan barang yang
dibeli berbeda-beda. Sebagai contoh, misalkan Toko Elektronik Fajar membeli
tiga buah TV Toshiba type LCD 42” dengan harga beli yang berbeda-beda,
yakni Rp 7.000.000, Rp 7.500.000, dan Rp 8.000.000. Selama tahun ini Toko
Fajar telah menjual dua buah TV dengan harga Rp 12.000.000 per buah. Data
ini dapat diringkas sebagai berikut:

Pembelian

Februari 3 1 TV Rp 7.000.000

Maret 5 1 TV Rp 7.500.00

Mei 22 1 TV Rp 8.000.000

Penjualan

Juni 2 TV Rp 24.000.000 (Rp 1.200.000 x 2)

Beban pokok penjualan akan berbeda tergantung pada TV mana yang dijual
perusahaan. Sebagai contoh, beban pokok penjualan bisa Rp 14.500.000 (Rp
7.000.000 + Rp 7.500.000), atau Rp 15.000.000 (Rp 7.000.000 + Rp
8.000.000), atau Rp 15.500.000 (Rp 7.500.000 + Rp 8.000.000).

a. Metode Identifikasi Khusus

Apabila TV yang dijual Toko Elektronik Fajar berasal dari pembelian


tanggal 3 Februari dan 22 Mei, maka beban pokok penjualan adalah Rp
15.000.000 ( Rp 7.000.000 + 8.000.000), danpersediaan akhir adalah Rp
7.500.000. Apabila Toko Elektronik Fajar dapat menentukan secara spesifik

9
10

TV mana yang dijualnya dan TV mana yang masih berada di Gudang sebagai
persediaan, maka perusahaan tersebut dapat menerapkan metode penetapan
biaya perolehan yang disebut metode identifikasi khusus. Dengan
menggunakan metode ini, perusahaan dapat menentukan persediaan secara
akurat.

b. Asumsi Aliran Biaya Perolehan

Mengingat bahwa penerapan metode identifikasi khusus seringkali tidak


praktis, maka dimungkinkan untuk menerapkan metode aliran biaya perolehan
yang lain. Berbeda dengan metode identifikasi khusus, dalam metode ini
dianggap bahwa aliran biaya perolehan tidak berhubungan dengan aliran fisik
barang. Ada dua metode aliran biaya perolehan berdasar anggapan (asumsi),
yaitu:

1. metode masuk pertama keluar pertama

2. metode rata-rata

Perlu diketahui, bahwa tidak ada ketentuan akuntansi yang mensyaratkan


bahwa asumsi aliran biaya perolehan harus sesuai dengan aliran fisik barang.
Manajemen perusahaan boleh memilih metode aliran biaya perolehan yang
dianggap tepat.

6. Metode Penilaian Persediaan


a. Metode fifo (first in first out)

Yakni barang yang masuk (dibeli) lebih awal, dianggap dikeluarkan


(diproses) lebih awal pula. Pemakaian metode pertama masuk-pertama keluar,
didasarkan anggapan bahwa bahan yang pertama kali dipakai dibebani dengan
harga perolehan persatuan dari bahan yang pertama kali masuk ke gudang
bahan, atau harga perolehan bahan per satuan yang pertama kali masuk ke
gudangbahan akan digunakan untuk menentukan harga perolehan per satuan
bahan yang dipakai pertama kali, disusul harga perolehan  per satuan yang
masuk berikutnya.

10
11

b. Metode Lifo (last in first out)

Yakni barang yang masuk (dibeli) lebih akhir, dianggap dikeluarkan


(diproses) lebih awal. Metode ini mendasarkan anggapan bahwa bahan yang
pertama kali dipakai dibebani dengan harga perolehan per satuan bahan dari
yang terakhir masuk, disusul dengan harga perolehan bahan per satuan yang
masuk sebelumnya dan seterusnya.

c. Metode rata-rata bergerak (moving average)

Yakni barang yang dikeluarkan (diproses) dinilai berdasarkan rata-rata


dari harga beli yang pernah dilakukan (terjadi). Metode ini, didasarkan pada
anggapan bahan yang dikonsumsikan dibebani dengan harga pokok per satuan
bahan rata-rata. Pada metode ini, aliran harga perolehan juga tidak harus
sesuai dengan aliran phisik bahan, karena aliran phisik harus
mempertimbangkan keadaan (kondisi) phisik dari persediaan.

Rumus : Harga Rata-rata per unit = Jumlah Total Harga

Jumlah Unit Persediaan

CONTOH SOAL 1

 Menggunakan Sistem Periodik

Prusahaan mencatat persediaan barang dagang dengan Metode Periodik(Fisik).


Berikut ini adalah data yang diperoleh selama bulan April 2013 :

Tgl 1 April      : Persediaan Awal      200 unit               @ Rp.    900

Tgl 10 April    : Pembelian                  300 unit               @ Rp. 1.000

Tgl 21 April    : Pembelian                  400 unit               @ Rp. 1.100

Tgl 23 April    : Pembelian                  100 unit               @ Rp. 1.200

Pada tanggal 30 April 2013 Persediaan Akhir sebanyak 300 unit

Diminta :

11
12

Berapa nilai akhir 30 april 2013 ?

Berapa Nilai HPP sblum bulan maret 2013 ?

JAWAB

1 April     : Persdn Awal      200 unit           @ Rp.    900       = Rp. 180.000

10 April  : Pembelian          300 unit           @ Rp. 1.000       = Rp. 300.000

21 April  : Pembelian          400 unit           @ Rp. 1.100       = Rp. 440.000

23 April  : Pembelian          100 unit           @ Rp. 1.200       = Rp. 120.000

Total                      1.000 unit     @ Rp. 4.200      = Rp.1.040.000 

Persediaan yang terjual akhir periode = 1.000 unit  -  300 unit  = 700 unit

a.  Metode FIFO Periodik

Persediaan akhir :

300 unit 200 unit  @ Rp. 1.100   =    Rp. 220.000


100 unit   @ Rp. 1.200  =    Rp. 120.000
Nilai persediaan akhir     Rp. 340.00
HPP       = BTUD  - Persediaan Akhir

                = Rp. 1.040.000  -  Rp. 340.000 = Rp. 700.000

b. Metode LIFO Periodik

Persediaan akhir :

300 unit 100 unit  @ Rp. 1.000   =   Rp. 100.000


200 unit   @ Rp.    900  =    Rp. 180.000
Nilai persediaan akhir     Rp. 280.00
HPP       = BTUD  - Persediaan Akhir

12
13

                = Rp. 1.040.000  -  Rp. 280.000  = Rp. 760.000

c. Metode Average Periodik


 Rata-Rata Tertimbang

Persediaan akhir =

    = 300  X Rp. 1.040.000/1.000

    = 300  X 1.040

Nilai  Persediaan akhir   = Rp. 312.000

HPP    = BTUD  - Persediaan Akhir

           = Rp. 1.040.000  -  Rp. 312.000 = Rp. 728.000

 Rata-Rata Sederhana

Persediaan akhir =

300 unit  X 4.200/4     = 300  X  1.050

Nilai  Persediaan akhir       = Rp. 315.000

HPP   = BTUD  - Persediaan Akhir

           = Rp. 1.040.000  -  Rp. 315.000  = Rp. 725.000

Contoh Soal 2

13
14

Contoh data penjualan dan pembelian persediaan selama tahun 2017 di


PT.XY
TANGGA KETERANGA KUANTITAS
L N (UNIT) HARGA (Rp)
01-Jan Persediaan awal 100 100000
05-Feb Pembelian 300 120.000
07-Mar Penjualan 100 150.000
10-Apr Penjualan 100 150.000
02-Mei Pembelian 100 130.000
05-Jun Penjualan 200 160.000
06-Jul Pembelian 300 125.000
07-Okt Penjualan 100 160.000
10-Nov Penjualan 200 170.000
03-Des Pembelian 100 130.000
Penyelesaian...
Cara Menghitung Metode Fifo
TANG
Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan
GAL
Harga/U Total Harga Harga/U Harga/Uni SALDO
  Unit nit (Rp) (Rp) Unit nit (Rp) Total harga Unit t (Rp) Total Harga
01-Jan             100 100.000 10.000.000 10 juta
05-Feb 300 120.000 36.000.000       100 100.000 10.000.000
              300 120.000 36.000.000 46 juta
07-
Mar       100 100.000 10.000.000 300 120.000 36.000.000 36 juta
10-Apr       100 120.000 12.000.000 200 120.000 24.000.000 24 juta
02-Mei 100 130.000 12.000.000       200 130.000 24.000.000
              100 130.000 13.000.000 37 juta
05-Jun       200 120.000 24.000.000 100 130.000 13.000.000 13 juta

50.500
06-Jul 300 125.000 37.500.000       100 130.000 13.000.000 rb
              300 125.000 37.500.000
37.500
07-Okt       100 130.000 13.000.000 300 125.000 37.500.000 rb
10- 12.500
Nov       200 125.000 25.000.000 100 125.000 12.500.000 rb
100 130.000 13.000.000       100 125.000 12.500.000
03-Des 25.500
            100 130.000 13.000.000 Rb
292.000
Total 800   98500000 700   84.000.000 200   25.500.000 000

14
15

Cara Menghitung Rata-Rata (AVERAGE)


TANG
Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan
GAL
Uni Harga/U Total Harga Uni Harga/U Uni Harga/Un
  t nit (Rp) (Rp) t nit (Rp) Total harga t it (Rp) Total Harga
01-Jan             100 100.000 10.000.000
05-Feb 300 120.000 36.000.000       400 115.000. 46.000.000
07-
Mar       100 115.000 115.000.000 300 115.000 34.500.000
10-Apr       100 115.000 115.000.000 200 115.000 23.000.000
02-Mei 100 125.000 13.000.000       300 120.000 36.000.000
05-Jun       200 120.000 24.000.000 100 120.000 12.000.000
06-Jul 300 125000 37.500.000       400 123.750 49.500.000
07-Okt       100 123.750 12.375.000 300 123.750 37.125.000
10-
Nov       200 123.750 24.750.000 100 123.750 12.375.000
03-Des 100 130.000 13.000.000       200 126.875 25.375.000
Total 800   99.500.000 700   84.125.000 200   25.375.000

Harga per unit = Jumlah Total Harga

Jumlah Unit Persediaan

Cara Menghitung Metode Lifo


TANG
Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan
GAL

15
16

Uni Harga/U Total Harga Uni Harga/Un Uni Harga/Un SALD


  t nit (Rp) (Rp) t it (Rp) Total harga t it (Rp) Total Harga O
01-Jan -  -  -  - -   - 100 100.000 10.000.000 10 juta
05-Feb 300 120.000 36.000.000 -   -  - 100 100.000 10.000.000
  -   -  -  - -  -  300 120.000 36.000.000 46 juta
07-
Mar  - -  -  100 120.000 12.000.000 100 100.000 10.000.000
  -  -  -  -  -  -  200 120.000 24.000.000 34 juta
10-
Apr  -  - 100 120.000 12.000.000 100 100.000 10.000.000
   - -  -   - -  -  100 120.000 12.000.000 24 juta
02-
Mei 100 130.000 13.000.000    -  - 100 100.000 10.000.000
  -  -  -  - -   - 100 120.000 12.000.000 35 juta
-   -  -  -  -  - -- 100 130.000 13.000.000
05-Jun -  -   - 100 130.000 13.000.000
   - -   - 100 120.000 12.000.000 100 100.000 10.000.000 10 juta
47.500
06-Jul
300 130.000 37.500.000 - -  -  100 100.000 10.000.000 rb
   - -  -  -  -  -  300 125.000 37.500.000
07-Okt       100 125.000 12.500.000 100 100.000 10.000.000
              200 125.000 25.000.000 35 juta
10-
Nov       200 125.000 25.000.000 100 100.000 10.000.000 10 juta
03-
Des 100   13.000.000   -  -  100 100.000 10.000.000
   - -   -  - -  -  100 130.000 13.000.000 23 juta
274.50
Total 800  - 98500000 700 -  86.500.000 200 -  23.000.000 0.000

7. Economic Order Quantity


Economic Order Quantity (EOQ) adalah merupakan volume atau jumlah
pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali
pembelian, atau jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya
yang minimal.

EOQ  Harus mempertimbangkan 2 jenis biaya

a. Biaya Pemesanan : Biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan


kegiatan pemesanan barang dagang, biaya ini berubah-ubah
(berfluktuasi) sesuai dengan frekuensi pemesanan. Sedangkan tinggi

16
17

frekunsi pemesanan semakin tinggi pula biaya biaya


pemesanannya.begitu pula sebaliknya.
1) Biaya persiapan pemesanan
2) Biaya administrasi
3) Biaya pengiriman pesananan
4) Biaya mencocokkan pesanan yang masuk
5) Biaya Penyimpanan
b. Biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan penyimpanan
barang dagang yang telah dibeli. Biaya ini berfluktuasi sesuai dengan
jumlah barang dagang yang disimpan
1) Biaya pemeliharaan
2) Biaya asuransi
3) Biaya perbaikan kerusakan 

Rumus
EOQ =√2xRxS
C
Keterangan :
EOQ = Pembelian yang ekonomis
R = Jumlah (unit) yang dibutuhkan (pembelian) selama satu
periode

S = Biaya pesanan setiap kali pemesanan (ordering cost)


C = Biaya penyimpanan per unit (carrying cost)

Syarat penggunaan rumus EOQ:

– Pola produksi dan kebutuhan bahan selalu tersedia dan relative stabil

– Harga bahan per unit relative konstan

17
18

Contoh : Data kebutuhan bahan selama satu periode sbb:

– Jumlah yang akan dibeli = 7.200 unit

– Biaya pesanan = Rp 500 tiap pesana

– Biaya penyimpanan per unit = Rp 5

Diminta :
EOQ =√2XRXS
C
EOQ = √ 2 x 7.200 x 500
5

EOQ = √ 1.440.000

EOQ = 1.200 unit

B. Anggaran Piutang
1. Pengertian Anggaran Piutang

Anggaran Piutang adalah Anggaran yang merencanakan secara terperinci


tentang jumlah piutang perusahaan akibat penjualan secara kredit disertai dengan
perubahan-perubahan ( petambahan piutang, piutang tertagih, sisa piutang) dari
waktu ke waktu selama periode yang akan datang. Penjualan yang dilakukan oleh
perusahaan secara kredit memiliki tujuan meningkatkan volume penjualan,
dikarenakan meningkat nya tingkat persaingan, mengingat competitor yang
semakin berani memberikan kredit dengan tujuan meningkatkan penjualan
maupun meningkatkan jumlah pasar.

18
19

Sedangkan piutang adalah hak menagih sejumlah harta dari kreditor


(pemberi pinjaman) kepada debitor (penerima pinjaman) yang bersedia
melunasinya pada waktu mendatang. Jadi adanya piutang itu ada karna
(1)Terdapat dua pihak yaitu debitur dan kreditur ; (2) Ada kesediaan debitur untuk
melunasi kewajibannya kepada kreditur; (3) Ada jarak waktu yang mulai timbul
antara jarak waktu sampai pelunasannya; (4) Ada hak menagih yang di milki
kreditur.
2. Jenis-jenis Piutang
a. Piutang dagang yaitu piutang yang timbul sebgai akibat menjual barang
atau jassa secara kredit dari usaha pokok perusahaan.
b. Piutang wesel yaitu piutang yang didukung oleh janji tertulis dalam
bentuk wesel.
c. Piutang surat berharga, contoh : bilyet giro belum jatuh tempo, cek
kosong, dan cek mundur
d. Beban dibayar dimuka, contoh : sewa dibayar di muka, iklan di bayar
dimuka, bunga di bayar di muka.
e. Setoran jaminan, contoh : untuk keperluan garansi / jaminan bank dan
keperluan menjalin hubungan bisnis lainnya.
f. Piutang pajak, contoh : angsuran pajak, pajak masukan, kelebihan bayar
pajak.

3. Pengelolaan Piutang

Dalam perusahaan, piutang harus dikelola dengan baik. Adapun pengelolaan


piutang mencakup kegiatan sebagai berikut:
a. Perencanaan jumlah dan pengumpulan piutang
Rencana jumlah piutang pada waktu yang akan datang disusun
berdasarkan budget penjualan dengan memperhatikan persyaratan
pembayaran yang ditawarkan perusahaan dan kebiasaan pelanggan dalam
membayar bunganya.
b. Pengendalian piutang

19
20

Dalam memberikan piutang harus dilakukan dengan ketat (selektif), baik


dalam penyaringan langganan, menentukan risiko, menentukan potongan
piutang, menetukan beban administratif maupun menetapkan ketentuan-
ketentuan lain yang berhubungan dengan penjalan kredit.
c. Penggunaan rasio
Perusahaan dapat membandingkan tingkat perputaran piutang dari
perusahaan tertentu dengan perusahaan lainnya, hal ini membantu
manajer dalam menentukan kebijakan piutang diperusahaannya sendiri.

4. Perputaran Piutang

Piutang sebagi unsur dari modal kerja, maka keadaannya akan selalu
berputar dalam arti piutang akan timbul saat adanya penjualan kredit dan akan
tertagih pada saat tertentu dan akan ada lagi penjualan kredit dan seterusnya.
Periode perputaran piutang tergantung pada panjang pendeknya ketentean
waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayran kredit. Maka semakin
lama waktu pengembalian pituang maka semakin lama pula modal kerja
tersebut berputar dalam satu periode. Oleh karenaa itu, semakin cepat
perputaran piutang maka semakin baik kondisi keuangan perusahaan tersebut.

Misalnya PT. ABC memiliki informasi mengenai penjualan tahun 20xx


sebesar Rp 200 dan tahun 20xy Rp 180, piutang awal tahun 20xx Rp 40 dan
akhir tahun Rp 60, sedangkan piutang awal tahun 20xy Rp 50 dan akhir tahun

20
21

Rp 30. Perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang dapat disajikan


dalam tabel
Keterangan 20XX 20XY

penjualan bersih (anggaran) Rp200 180


piutang awal tahun Rp40 50
piutang akhir tahun (yang di
anggarkan) Rp60 30
rata-rata piutang
(40 + 60)/2 Rp50
(50 + 30)/2 40

tingkat perputaran piutang


4 kali
Rp 200/Rp 50
Rp 180/Rp 30 6 kali
rata-rata umur piutang    

Rp 200/4 50 hari  
 Rp 180/6   30 hari

5. Manfaat Anggaran Piutang

Manfaat anggaran piutang bisa dilihat dari dua sisi, yaitu secara umum dan
secara khusus. Secara umum anggaran piutang mempunyai 3 kegunaan pokok
yaitu :
a. Sebagai pedoman kerja : Sebagai dasar penyusunan anggaran piutang
untuk tahun yang akan datang karena telah diketahui jumlah tingkat
penerimaan pelunasan piutang bulan-bulan sebelumnya.
b. Sebagai alat pengkoordinasian kerja : Sebagi alat untuk mengendalikan
jumlah piutang dalam jangka waktu tagihan supaya tidak terjadi
keterlambatan pembayaran kredit penjualan.
c. Sebagai alat pengawas kerja : Untuk menilai kinerja perusahaan dalam
mengelola perputaran piutang yang nantinya akan berakibat pada jumlah
kas yang ada diperusahaan.

21
22

d. Sedangkan secara khusus tujuan dari Anggaran Piutang adalah sebagai


dasar penyusunan Anggaran Kas, karena piutang yang tertagih akan
berakibat penambahan terhadap kas.

6. Pengumpulan Anggaran Piutang

Pada umumnya perusahaan besar mempunyai banyak pelanggan dengan


kredit. Kondisi yang demikian mempengaruhi arus kas perusahaan. Misal, PT
SAN mempunyai penjualan bulan Januari Rp 100, Februari Rp 200, dan Maret
Rp 300. Syarat pembayaran ditetapkan 3/20/net 30, 70 % pelanggan
membayar 20 hari setelah bulan penjualan, 20% pelanggan membayar 10 hari
terakhir bulan kesatu sesudah bulan penjualan, dan 10% pelanggan membayar
bulan kedua setelah bulan penjualan.

Berdasarkan informasi tersebut anggaran pengumpulan piutang dapat


disajikan pada Tabel. Rincian perhitungan bulan Februari, Maret, April adalah
sebagai berikut :

Bulan Februari :

1) Pengumpulan piutang bulan Februari 70% x Rp 100 = Rp 70


dikurangi potongan tunai 3% x Rp 70 = Rp 2,10 = Rp 67,90.
2) 20% terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir, 20% x Rp 100 = Rp 20.
3) Jadi dalam bulan Februari, piutang terkumpul = Rp 67,90 + Rp 20 =
Rp 87,90.

Bulan Maret :

1) Piutang atas penjualan bulan Januari 10% x Rp 100 = Rp 10.


2) Piutang atas penjualan bulan Februari 70% x Rp 200 = Rp 140,
dikurangi 3% x Rp 140 = Rp 4,20 = Rp 135,80.
3) Terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir, 20% x Rp 200 = Rp 40.
4) Jadi dalam bulan Maret, piutang terkumpul = Rp 10 + Rp 135,80 + Rp
40 = Rp 185,80.

Bulan April :

22
23

1) Piutang atas penjualan bulan Februari 10% x Rp 200 = Rp 20.


2) Piutang atas penjualan bulan Februari 70% x Rp 300 = Rp 210,
dikurangi 3% x Rp 210 = Rp 6,30 = Rp 203,70.
3) Terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir, 20% x Rp 300 = Rp 60.
4) Jadi dalam bulan Maret, piutang terkumpul = Rp 20 + Rp 203,70 + Rp
60 = Rp 283,70.

Keterangan Nilai Penjualan Rp Februari maret April


Januari 100 87,,90 10,00 20,00 

Februari 200 17,50 263,00


Maret 300
JUMLAH 87.90 1.850 283,00

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anggaran Piutang

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya anggaran piutang,


antara lain volume barang yang dijual secara kredit, standar kredit, jangka waktu
kredit, pemberian potongan, pembatasan kredit, dan kebijakan penagihan piutang.

a. Volume barang yang dijual secara kredit


Volume barang yang dijual secara kredit lebih besar daripada tunai dapat
semakin memperbesar anggaran dalam piutang usaha, dan sebaliknya.
Contoh: sebulan dijual barang Rp100.000 dengan syarat 10% dibayar tunai
dan 90% dilakukan secara kredit. Dengan demikian, piutang usaha yang
tertanam 90% x Rp100.000 = Rp90.000.
Volume barang yang dijual secara kredit lebih kecil daripada tunai dapat
memperkecil anggaran dalam piutang usaha. Contoh: sebulan dijual barang
Rp100.000 dengan syarat 90% dibayar tunai dan 10% dilakukan secara
kredit. Dengan demikian, piutang usaha tertanam 10% x Rp100.000 =
Rp10.000. Kesimpulannya, semakin besar piutang usaha yang tertanam
semakin besar risiko dalam piutang.
b. Standar kredit

23
24

Penentuan standar kredit menentukan besar kecilnya piutang usaha yang


tertanam. Semakin longgar standar kredit yang diberikan maka semakin besar
piutang yang tertanam dan semakin besar risiko kerugian piutang. Standar
kredit yang longgar dan ekstrim misalnya tidak perlu jaminan kredit atas
barang yang dibeli, semua orang boleh diberikan fasilitas kredit, tanpa batas
umur, dan tanpa mempertimbangkan apakah calon debitur berpengalaman
atau tidak dalam bekerja. Dengan kata lain, analisis 5C dan 3S diabaikan.
Sebaliknya, semakin ketat standar kredit yang diberikan maka semakin kecil
piutang yang dianggarkan dan semakin kecil risiko kerugian piutang. Standar
kredit yang ketat dan ekstrim artinya calon debitur diseleksi secara ketat.
c. Jangka waktu kredit
Jangka waktu kredit mempengaruhi besar kecilnya piutang usaha yang
tertanam. Semakin panjang jangka waktu kredit maka semakin besar piutang
usaha yang tertanam, dan sebaliknya. Jangka waktu kredit yang panjang dapat
meningkatkan volume barang atau jasa yang dijual, di samping juga
mengakibatkan piutang usaha semakin besar. Contoh pada syarat pembayaran
10% diangsur sebulan, 20% diangsur dua bulan, 20% diangsur tiga bulan,
20% diangsur empat bulan, 15% diangsur lima bulan, dan 15% diangsur
enam bulan.
Piutang bulan barang dijual = Rp100.000
Piutang bulan pertama 90% x Rp100.000 = Rp 90.000
Piutang bulan kedua 70% x Rp100.000 = Rp 70.000
Piutang bulan ketiga 50% x Rp100.000 = Rp 50.000
Piutang bulan keempat 30% x Rp100.000 = Rp 30.000
Piutang bulan kelima 15% x Rp100.000 = Rp 15.000
Piutang bulan keenam 0% x Rp100.000 = Rp 0
Sebaliknya, dengan jangka waktu yang pendek, misalkan barang yang
dijual secara kredit juga Rp100.000 dengan syarat pembayaran 10% diangsur
seblum, 90% diangsur dua bulan.
Piutang bulan barang dijual = Rp100.000
Piutang bulan pertama 90% x Rp100.000 = Rp 90.000

24
25

Piutang bulan kedua 0% x Rp100.000 = Rp 0


Dari contoh jangka waktu yang panjang masih terdapat piutang pada bulan
kedua (sebesar Rp70.000) sampai bulan kelima (sebesar Rp15.000),
sementara dengan jangka waktu yang pendek pada bulan kedua sampai bulan
kelima tidak terdapat piutang.
Pengaruh kebijakan jangka waktu kredit juga mempengaruhi terhadap
kemampuan laba perusahaan (berupa laba investasi), yaitu kemampuan
perusahaan memperoleh laba dengan modal sendiri seperti contoh berikut:

Keterangan Tunai
Keterangan Tunai Kredit 3 Kredit 6 Kredit 12
bulan bulan bulan
Jualan 1.000 1.000 1.000 1.000
Laba 15% x 150 150 150 150
jualan
Kas 110 110 110 110
Piutang usaha - 250 500 1.000
Persediaan 200 200 200 200
Harga tetap 500 500 500 500
bersih
Aset 810 1.060 1.310 1.810
Utang usaha 300 300 300 300
Modal sendiri 510 760 1.010 1.510
Laba 29,41% 19,74% 14,85% 9,93%
investasi
Terlihat dari tabel bahwa dengan cara menjual tunai maka laba investasi
yang diperoleh sebesar 29,41%; dengan cara menjual kredit selama 3 bulan
maka laba investasi turun menjadi 19,74%; dengan cara menjual kredit
selama 6 bulan maka laba investasi turun lagi 14,85%’ dan dengan menjual
kredit selama 12 bulan maka laba investasi semakin turun menjadi 9,93%.
Jadi, dengan menjual tunai berarti laba investasi menjadi lebih tinggi
dibandingkan menjual secara kredit. Menjual kredit dengan jangka waktu
yang pendek mengakibatkan laba investasi yang lebih tinggi bila tingkat laba,
jualan, kas, persediaan, utang usaha tidak berubah.

d. Pemberian potongan

25
26

Pemberian potongan harga juga dapat mempengaruhi besarnya investasi


dalam piutang. Pemberian potongan yang besar akan memperkecil piutang
usaha yang tertanam. Sebaliknya, pemberian potongan yang kecil
memperbesar piutang yang tertanam.

Contoh:

Barang yang dijual Rp100.000

Pembelian tunai mendapat potongan 10% Rp 10.000

Uang yang harus dibayar pembeli Rp 90.000

Dengan demikian, penjualan secara tunai tidak mengakibatkan timbulnya


piutang, sedangkan pembelian secara kredit (tanpa potongan) mengakibatkan
piutang usaha sebesar Rp100.000

e. Pembatasan kredit

Pembatasan kredit yang dimaksudkan di sini adalah pembatasan kredit


dalam arti kuantitatif, yaitu berkenaan dengan batas (jumlah) kredit maksimal
yang akan diberikan. Pembatasan kredit juga dapat mempengaruhi besar
kecilnya piutang usaha. Semakin tinggi batasan (plafon) kredit maka semakin
besar piutang usaha yang tertanam dan semakin rendah batasan kredit maka
semakin kecil piutang yang tertanam.

f. Kebijakan penagihan piutang

Kebijakan penagihan piutang mempengaruhi besar kecilnya piutang usaha


yang tertanam. Perusahaan dapat menjalankan kebijakan penagihan piutang
secara aktif ataupun pasif. Kebijakan penagihan piutang secara aktif dapat
memperkecil piutang usaha yang tertanam, sebaliknya kebijakan penagihan
piutang secara pasif dapat memperbesar piutang usaha yang tertanam.
Kebijakan penagihan piutang usaha secara aktif memerlukan biaya (beban)
yang besar dibandingkan kebijakan penagihan secara aktif. Biaya yang
dikeluarkan dalam kebijakan penagihan piutang secara aktif meliputi biaya

26
27

perjalanan, biaya telepon, biaya suratmenyurat, biaya administrasi piutang,


dan lain-lain
8. Penyusunan Anggaran Piutang
Langkah-langkah menyusun anggaran piutang
a. Menentukan besarnya penjualan tunai dan penjualan kredit yang
dihasilkan oleh perusahaan dalam jangka waktu satu bulan atau triwulan.
b. Menentkan besarnya syarat penjualan kredit, hal ini akan mempengaruhi
jumlah piutang yang akan diterima oleh perrusahaan dan merangsang
kepada pelanggan untuk segera melunasi piutangnya.
c. Menentukan besarnya cadangan piutang tak tertagih yang biasanya
ditentukan dengn persentase dan sesuai dengan pengalaman periode
sebelumnya.
d. Menentukan term of kredit, yaitu jangka waktu pelunasan piutang.

Menyusun Anggaran Piutang

Penyusunan anggaran piutang usaha merupakan tanggung jawab divisi


kredit. Divisi kredit dalam penyusunan anggaran piutang harus bekerja sama
dengan divisi penjualan. Divisi penjualan biasanya di bawah manajer pemasaran,
sedangkan divisi kredit biasanya di bawah manajer keuangan. Penyusunan
anggaran piutang dalam bahasan pokok ini berupa anggaran piutang usaha.

Data yang diperlukan Sebagai ilustrasi, data realisasi dan anggaran jualan
PT Wijaya Asem selama triwulan pertama tahun 2015 adalah sebagai berikut:

Realisasi anggaran Desember Rp80.000

Januari Rp85.000

Februari Rp90.000

Maret Rp95.000

Syarat pembayaran 50% tunai, 40% kredit sebulan, 10% kredit dua bulan,
dan 1% ditaksir tidak tertagih dari piutang usaha bulan yang bersangkutan.

Penyelesaian..

27
28

Penyusunan anggaran piutang

Sebelum menyusun anggaran piutang perlu dilakukan perhitungan


anggaran piutang usaha bersih dan taksiran piutang usaha tak tertagih sebagai
berikut:

Perhitungan anggaran piutang usaha bersih:

Januari = 9% x Rp80.000 + 49% x Rp85.000 = Rp48.850

Februari = 9% x Rp85.000 + 49% x Rp90.000 = Rp51.750

Maret = 9% x Rp90.000 + 49% x Rp95.000 = Rp54.650

Perhitungan taksiran piutang tak tertagih (penghapusan piutang):

Desember = 1% x Rp80.000 = Rp800

Januari = 1% x Rp85.000 = Rp850

Februari = 1% x Rp90.000 = Rp900

Maret = 1% x Rp95.000 = Rp950

Anggaran piutang usaha diperoleh dari piutang usaha bersih ditambah


cadangan penghapusan piutang usaha.

Cadangan penghapusan piutang usaha dihitung dari penghapusan piutang


usaha periode (bulan) lalu ditambah penghapusan piutang usaha periode (bulan)
ini. Cadangan penghapusan piutang usaha perhitungannya sebagai berikut:

Januari = Rp800 (bulan Desember) + Rp850 = Rp1.650

Februari = Rp850 (bulan Januari) + Rp900 = Rp1.750

Maret = Rp900 (bulan Februari) + Rp950 = Rp1.850

Anggaran piutang usaha juga dapat dihitung sebagai berikut:

Januari = 10% x Rp80.000 + 50% x Rp85.000 = Rp50.500

Februari = 10% x Rp85.000 + 50% x Rp90.000 = Rp53.500

Maret = 10% x Rp90.000 + 50% x Rp95.000 = Rp56.500

28
29

Keterangan: 9% + 1% = 10%

49% + 1% = 50%

PT KELINCI NGEBUT
Anggaran Piutang Usaha
Kuartal Pertama Tahun
2017
Keterangan januari februari maret
Piutang Usaha Rp 53.500  Rp 56.500
Rp 50.500
Cadangan
Rp  1.750 Rp 1.850
Penghapusan piutang Rp 1.650
Piutang Bersih Rp 51.750 Rp 54.650
Rp 48.850

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

29
30

1. Anggaran persediaan merupakan anggaran yang merencanakan secara


terperinci berapa nilai persediaan pada periode yang akan datang.
2. Dalam anggaran persediaan ada beberapa metode yakni : metode
FIFO(Masuk Pertama Keluar Pertama), LIFO (Masuk Terakhir Keluar
Pertama) dan Average (Rata-rata)
3. Anggaran Piutang adalah Anggaran yang merencanakan secara terperinci
tentang jumlah piutang perusahaan akibat penjualan secara kredit disertai
dengan perubahan-perubahan ( petambahan piutang, piutang tertagih, sisa
piutang) dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang.
4. Anggaran Piutang sangat bermanfaat bagi perusahan baik itu umum
maupun secara khusus yakni Sebagai pedoman kerja ,Sebagai alat
pengkoordinasian kerja ,Sebagai alat pengawas kerja. Sedangkan secara
khusus tujuan dari Anggaran Piutang adalah sebagai dasar penyusunan
Anggaran Kas, karena piutang yang tertagih akan berakibat penambahan
terhadap kas.
5. Langkah-langkah menyusun anggaran piutang :
a. Menentukan besarnya penjualan tunai dan penjualan kredit yang
dihasilkan oleh perusahaan dalam jangka waktu satu bulan atau
triwulan.
b. Menentkan besarnya syarat penjualan kredit, hal ini akan
mempengaruhi jumlah piutang yang akan diterima oleh perrusahaan
dan merangsang kepada pelanggan untuk segera melunasi piutangnya.
c. Menentukan besarnya cadangan piutang tak tertagih yang biasanya
ditentukan dengn persentase dan sesuai dengan pengalaman periode
sebelumnya.
d. Menentukan term of kredit, yaitu jangka waktu pelunasan piutang

B. Saran
1. Untuk definisi anggaran persediaan bila perlu dijelaskan lebih detail.
2. Harus lebih dijelaskan tentang beberapa metode dalam persediaan seperti
contoh soal metode persediaan dalam sistem periodik.

30
31

3. Suatu perusahaan yang besar harus mempunyai rancangan anggaran


piutang yang signifikan. Maksudnya adalah anggaran yang dirancang
haruslah sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan kebutuhan pasar dalam
masyarakat.
4. Harus diperhatikan secara detail tentang Anggaran Piutang, karena sangat
bermanfaat bagi perusahan dan untuk pemasukan perusahaan dan
penambahan kas.
5. setiap perusahaan mempunyai piutang dalam bentuk uang maupun barang,
maka dari itu perusahaan harus menyusun anggaran piutang untuk
menghitung semua hutang perusahaan yang ada di dalamnyabaik hutang
kredit maupun secara debit.

DAFTAR PUSTAKA

31
32

Atmaja, Lukas Setia. 2008. Teori dan Praktik Manajemen Keuangan.


Yogyakarta : Cv. Andi

Carter, K Wiliam.2014. Akuntansi Biaya,Edisi 14. Jakarta : Salemba Empat

Mulyadi. 1986. Akutansi Biaya Untuk Manajemen. Edisi 4. Yogyakarta:


BPFE (Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi).

M Nafarin. 2012. Penganggaran Perusahaan.Salemba Empat. Jakarta

Winardi. 2003. Entrepreneur dan Entrepreneurship, Cetakan Kedua.


CV.Kencana: Jakarta.

http/www/anggaranpersediaan.com  diakses pada tanggal 7 November 2018


pukul 12.30

https://www.matabaraja.com/2017/07/budgetpiutang.html diakses pada


tanggal 7 November 2018 pukul 13.00

32
33

Daftar Pertanyaan

1. Menurut anda lebih menguntungakn mana antara fifo dengan lifo


dalam perusahaaan manufaktur? (Tubagus Fahmi)
2. Jelaskan contoh dari jenis-jeis piutang? (Aziamtun Nimah)
3. Jelaskan manfaat anggaran piutang ? (Triyana Atika sari)
4. Apa itu Piutang tertagih dan tak tertagih

Jawab :

1. Menurut saya menggunakan metode FIFO karena Nilai persediaan


disajikan secara relevan di Laporan Posisi Keuangan dan dapat
menghasilkan laba yang lebih besar pula walaupun laba yang dihasilkan
kurang akurat. Sedangkan untuk metode LIFO tidak bisa digunakan pada
saat ini.karena berdasarkan PSAK 1tidak memperbolehkan perusahaan
menggunakan metode ini.
2. Contoh dari jenis-jenis piutang :
a. piutang surat berharga (contoh: bilyet giro belum jatuh tempo,
bilyet giro kosong, cek kosong, dan cek mundur),
b. beban bayar di muka (contoh: sewa dibayar di muka, iklan bayar di
muka, dan bunga bayar di muka),
c. setoran jaminan (contoh: untuk keperluan garansi (jaminan) bank
dan untuk keperluan menjalin hubungan bisnis lainnya),
d. piutang pajak (contoh: angsuran pajak, pajak masukan, kelebihan
bayar pajak, dan lain-lain),
e. pinjaman pekerja, piutang uang muka, piutang wesel, piutang
usaha, dan piutang lainnya.

3. Manfaat Anggaran piutang


a. Sebagai pedoman kerja : Sebagai dasar penyusunan anggaran piutang
untuk tahun yang akan datang karena telah diketahui jumlah tingkat
penerimaan pelunasan piutang bulan-bulan sebelumnya.

33
34

b. Sebagai alat pengkoordinasian kerja : Sebagi alat untuk mengendalikan


jumlah piutang dalam jangka waktu tagihan supaya tidak terjadi
keterlambatan pembayaran kredit penjualan.
c. Sebagai alat pengawas kerja : Untuk menilai kinerja perusahaan dalam
mengelola perputaran piutang yang nantinya akan berakibat pada
jumlah kas yang ada diperusahaan.
d. Sedangkan secara khusus tujuan dari Anggaran Piutang adalah sebagai
dasar penyusunan Anggaran Kas, karena piutang yang tertagih akan
berakibat penambahan terhadap kas.
4. Piutang tak tertagih yakni hak untuk menagih sejumlah uang dari penjual
kepada pembeli karena adanya transaksi penjualan secara kredit yang
belum atau tidak bisa dibayarkan tepat pada waktunya.

34

Anda mungkin juga menyukai