Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN (AK/E)

UNIVERSITAS MULAWARMAN

Dosen Pengajar :
Hj. Nurita Affan, S.E.,M.M.,Ak.,CA

Disusun Oleh :

LELY CHANDRA REPITA 2001036109

REVITA NOOR HIDAYAT PUTRI 2001036090

Universitas Mulawarman
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan Akuntansi
2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................3

BAB II.......................................................................................................................................4
LANDASAN TEORI................................................................................................................4
2.1 Rasio Likuiditas................................................................................................................4
 Rasio Kas................................................................................................................ 4
 Rasio Lancar........................................................................................................... 4
 Rasio Cepat............................................................................................................. 4
2.2 Rasio Profitabilitas...........................................................................................................4
 Rasio Pendapatan Operasional dengan Biaya Operasional (POBO)...................... 4
 Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)...................4
 Debt Service Ratio).................................................................................................4
 Return On Equity Ratio...........................................................................................4
 Employee Expenditure Ratio.................................................................................. 5
2.3 Rasio Aktivitas.................................................................................................................5
 Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turnover Ratio)................................. 5
 Return on Asset.......................................................................................................5

BAB III......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
3.1 Analisis Rasio Likuiditas..................................................................................................6
3.2 Analisis Rasio Profitabilitas.............................................................................................7
3.3 Analisis Rasio Keuangan Blu Aspek Pengembangan Dana.............................................9
3.4 Analisis Rasio Aktivitas...................................................................................................9

BAB IV....................................................................................................................................11
PENUTUP...............................................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Analisis rasio keuangan merupakan suatu alat analisa yang dipakai oleh
perusahaan untuk menilai dan menganalisis kinerja keuangan berdasarkan data
perbandingan masing-masing pos yang terdapat di dalam laporan keuangan contohnya
laporan Laba rugi, Neraca, dan Arus kas dalam kurun waktu tertentu.
Setiap tutup periode akhir bulan, biasanya accounting perusahaan menyiapkan
dan menyusun laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca, rugi laba, arus kas,
perubahan modal, dan laporan tersebut nantinya akan diserahkan kepada pimpinan
perusahaan.
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan sebuah gambaran dan
penjelasan informasi mengenai posisi keuangan dan kinerja perusahaan yang dapat
dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan bisnis. Analisis data laporan
keuangan dilakukan dengan menganalisa masing-masing pos yang terdapat di dalam
laporan keuangan dalam bentuk rasio posisi keuangan dengan tujuan agar dapat
memaksimalkan kinerja perusahan untuk masa yang akan dating.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Rasio Likuiditas
 Rasio Kas
Rasio kas adalah alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang
tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari
tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan
dari bank.
 Rasio Lancar
Rasio lancar adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk
menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Perhitungan rasio lancar
dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang
lancar.
 Rasio Cepat
Rasio cepat adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva lancar tanpa
memperhitungkan nilai sediaan. Untuk mencari quick ratio, diukur dengan total aktiva
lancar, kemudian dikurangi dengan nilai persediaan.

2.2 Rasio Profitabilitas


 Rasio Pendapatan Operasional dengan Biaya Operasional (POBO)
POBO adalah jenis analisa keuangan yang membandingkan antara Pendapatan
operasional dengan Biaya Operasional PNBP (POBO=Pendapatan Operasional Biaya
Operasional). Analisa ini dulu sering disebut juga CRR atau Cost Recovery rate.
 Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO adalah Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional yang merupakan
rasio profitabilitas perusahaan yang membandingkan beban operasional dengan
pendapatan operasional.
 Debt Service Ratio)
DSR atau debt service ratio adalah perbandingan antara jumlah utang yang diajukan
dengan penghasilan yang didapatkan tiap bulan oleh pihak debitur. Pada sejumlah
kasus, semakin tinggi rasio DSR serta berada di luar batas yang direkomendasikan,
hal tersebut akan memperbesar potensi pengajuan pembiayaan dari calon debitur tidak
diterima.
 Return On Equity Ratio
Secara umum, ROE berarti rasio probabilitas untuk mengukur kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi yang dilakukan pemegang saham
pada perusahaan tersebut. Sederhananya, ROE adalah hasil perbandingan antara laba
bersih perusahaan setelah dikurangi pajak (earnings after tax) dan total modal yang
dimilikinya
 Employee Expenditure Ratio
Laba Bersih per Karyawan atau Pendapatan per karyawan adalah pendapatan bersih
perusahaan dibagi dengan jumlah karyawan.

2.3 Rasio Aktivitas


 Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turnover Ratio)
Rasio Perputaran Aset Tetap atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Fixed Assets
Turnover Ratio adalah rasio aktivitas (rasio efisiensi) yang mengukur seberapa efektif
dan efisien perusahaan menggunakan aset atau aktiva tetapnya untuk menghasilkan
pendapatan. Rasio ini menunjukan produktivitas aktiva tetap dalam menghasilkan
pendapatan. Perusahaan yang memiliki Rasio Perputaran Aktiva Tetap atau Aset
Tetap yang tinggi menunjukan bahwa perusahaan tersebut mampu untuk mengelola
aset tetapnya secara efisien dan efektif. Aset tetap sangat penting untuk
diperhitungkan karena aset tetap ini merupakan komponen terbesar dari total aset
perusahaan.
 Return on Asset
Return on assets adalah salah satu rasio profitabilitas yang menunjukkan keberhasilan
perusahaan menghasilkan keuntungan untuk kemudian diproyeksikan di masa
mendatang. Assets atau aktiva yang dimaksud merupakan keseluruhan harta
perusahaan yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah
diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva yang digunakan untuk kelangsungan hidup
perusahaan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 ANALISIS RASIO LIKUIDITAS

2017 2018 2020 2021


Kas dan
Setara Kas Rp31,229,500,709 Rp14,225,137,428 Rp27,393,407,999 Rp30,013,688,959
Kas di BLU Rp65,780,990,525 Rp33,604,472,744 Rp48,897,322,205 Rp61,259,558,265
Total Kas dan
Setara Kas Rp97,010,491,234 Rp47,829,610,172 Rp76,290,730,204 Rp91,273,247,224
Piutang dari
kegiatan
operasional BLU Rp5,486,955,550 Rp4,962,189,775 Rp4,786,005,750 Rp3,980,787,750
Persediaan Rp4,484,956,591 Rp3,712,723,487 Rp6,443,665,309 Rp5,808,486,442
Total Rasio
Cepat Aset
Lancar Rp102,497,446,784 Rp52,791,799,947 Rp81,076,735,954 Rp95,254,034,974
Total Rasio Aset
Lancar-Lancar Rp106,982,403,375 Rp56,504,523,434 Rp87,520,401,263 Rp101,062,521,416
Utang ke
pihak
ketiga Rp31,229,500,709 Rp79,406,528,097 Rp73,860,192,378 Rp76,042,970,576
Total Utang
Jangka Pendek Rp31,229,500,709 Rp79,406,528,097 Rp73,860,192,378 Rp76,042,970,576
Piutang
Pendapatan dari
jasa operasional Rp393,889,800,561 Rp401,036,734,161 Rp561,844,587,844 Rp512,426,236,557

Ratio
Rasio Kas 310.64% 60.23% 103.29% 120.03%
Rasio Lancar 342.57% 71.16% 118.49% 132.90%
Rasio Cepat 328.21% 66.48% 109.77% 125.26%
Periode Penagihan Piutang
(Hari) 5.01 4.45 3.07 2.80

INTERPRETASI
Rasio kas cenderung tidak stabil dari tahun ke tahun. Pada tahun 2017 cash ratio sebesar 310,64%,
namun pada tahun 2018 mengalami penurunan yang signifikan, dengan cash ratio hanya sebesar
60,23%. Penurunan rasio kas ini tidak dibarengi dengan penurunan liabilitas jangka pendek.
Kemudian pada tahun 2020 dan 2021, rasio kas meningkat sebesar 103,29% dan 120,03% yang
menunjukkan kelebihan likuiditas dalam membayar kewajiban jangka pendeknya
Rasio lancar pada tahun 2021 sebesar 132,90%. Artinya, untuk setiap kewajiban jangka pendek
sebesar Rp 1, dicadangkan oleh aktiva lancar sebesar Rp 132,90. Mirip dengan rasio kas, rasio
lancar menurun pada tahun 2018 dan meningkat pada tahun 2020 dan 2021

Rasio cepat pada tahun 2021 adalah 125,26%. Seperti rasio lancar dan rasio kas, rasio cepat
menurun pada tahun 2018 dan meningkat pada tahun 2020 dan 2021. Hal ini menunjukkan bahwa
aset likuid dalam aset lancar mampu melunasi liabilitas jangka pendek

Jangka waktu penagihan piutang tahun 2021 adalah 2,80 hari. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
Unmul dapat menerima pembayaran atas layanannya dengan cepat. Waktu
pengumpulan cenderung lebih cepat dari tahun ke tahun

3.2 ANALISIS RASIO PROFITABILITAS

2017 2018 2020 2021


Pendapatan Operasional Rp393,889,800,561 Rp401,036,734,161 Rp561,844,587,844 Rp512,426,236,557
Biaya Operasional Rp426,352,771,825 Rp511,274,605,628 Rp412,506,521,923 Rp466,920,987,073
Surplus/Defisit LO -Rp32,462,971,264 -Rp110,237,871,467 Rp150,561,408,707 Rp44,966,555,810
Biaya Karyawan Rp252,044,277,045 Rp310,039,789,036 Rp261,800,330,082 Rp268,139,980,851
Total Ekuitas Rp3,724,243,326,128 Rp5,239,101,035,430 Rp4,245,891,434,090 Rp4,256,193,794,121

Pobo Ratio Pendapatan Operasional Pendapatan Operasional Pendapatan Operasional Pendapatan Operasional
Biaya Operasional Biaya Operasional Biaya Operasional Biaya Operasional
= Rp393,889,800,561 Rp401,036,734,161 Rp561,844,587,844 Rp512,426,236,557
Rp426,352,771,825 Rp511,274,605,628 Rp412,506,521,923 Rp466,920,987,073
= 0.92 0.78 1.36 1.10

Bopo Ratio Biaya Operasional Biaya Operasional Biaya Operasional Biaya Operasional
Pendapatan Operasional Pendapatan Operasional Pendapatan Operasional Pendapatan Operasional
= Rp426,352,771,825 Rp511,274,605,628 Rp412,506,521,923 Rp466,920,987,073
Rp393,889,800,561 Rp401,036,734,161 Rp561,844,587,844 Rp512,426,236,557
= 1.08 1.27 0.73 0.91

Fee To Service Ratio Surplus/Defisit LO Surplus/Defisit LO Surplus/Defisit LO Surplus/Defisit LO


Operating Income Operating Income Operating Income Operating Income
= -Rp32,462,971,264 -Rp110,237,871,467 Rp261,800,330,082 Rp44,966,555,810
Rp393,889,800,561 Rp401,036,734,161 Rp561,844,587,844 Rp512,426,236,557
= -0.08 -0.27 0.47 0.09

Surplus/Defisit LO x Surplus/Defisit LO x Surplus/Defisit LO x


Return Equity Ratio Surplus/Defisit LO x 100% 100% 100% 100%
Ekuitas - Surplus/Defisit Ekuitas - Surplus/Defisit Ekuitas - Surplus/Defisit Ekuitas - Surplus/Defisit
LO LO LO LO
= -Rp32,462,971,264 -Rp110,237,871,467 Rp150,561,408,707 Rp44,966,555,810
Rp3,756,706,297,392 Rp5,349,338,906,897 Rp4,095,330,025,383 Rp4,211,227,238,311
= -0.86% -2.06% 3.68% 1.07%

Employee Expenditure
Ratio Biaya Karyawan Biaya Karyawan Biaya Karyawan Biaya Karyawan
Pendapatan Operasional Pendapatan Operasional Pendapatan Operasional Pendapatan Operasional
= Rp252,044,277,045 Rp310,039,789,036 Rp261,800,330,082 Rp268,139,980,851
Rp393,889,800,561 Rp401,036,734,161 Rp561,844,587,844 Rp512,426,236,557
= 63.99% 77.31% 46.60% 52.33%

INTERPRETASI
Rasio POBO pada tahun 2017-2020 mengalami tren peningkatan dengan nilai tertinggi pada tahun 2020 sebesar
1,36. Peningkatan rasio ini menunjukkan bahwa kinerja BLU semakin baik dalam memperoleh pendapatan
operasional, khususnya PNBP. Namun pada tahun 2021, rasio POBO akan menurun sebesar 0,26 menjadi 1,10
dari tahun 2020. Penurunan ini disebabkan adanya kenaikan beban usaha BLU pada tahun 2021 dan
menandakan kinerja BLU kurang baik dalam memperoleh pendapatan usaha khususnya PNBP. Rasio POBO
yang dihasilkan BLU tahun 2017-2021 sudah di atas 0,70 yang menandakan tingkat kemandirian BLU cukup
tinggi. BLU masih perlu mengintensifkan pendapatan layanan operasional dan mengoptimalkan pengelolaan
aset agar dapat menghasilkan pendapatan. Dapat juga disimpulkan bahwa BLU tidak terlalu membutuhkan
alokasi dana dari Rupiah Murni.

Tren Rasio BOPO tahun 2017-2020 mengalami penurunan. Namun kembali meningkat pada tahun 2021
menjadi 0,91 atau meningkat sebesar 0,18 dari tahun 2020. Hasil perhitungan rasio BLU masih di atas 1 dalam 2
tahun pertama, menunjukkan bahwa tingkat kemandirian dari BLU masih tinggi dan pengelolaan surplus
pendapatan di investasi berisiko rendah. Penurunan rasio dari tahun 2017-2021 menunjukkan bahwa manajemen
BLU mampu meningkatkan efisiensi dalam mengelola biaya operasional layanannya dan menunjukkan bahwa
BLU semakin efisien dalam melayani masyarakat. Namun, peningkatan rasio pada tahun 2021 justru
menunjukkan manajemen BLU tidak efisien dalam mengelola biaya operasional layanannya. Hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya beban operasional BLU di tahun 2021.

Rasio Iuran Jasa Satker BLU tahun 2017-2021 menunjukkan rasio minus pada 2 tahun pertama dan surplus
pada tahun berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan operasional BLU telah mampu menghasilkan
surplus dan kinerja operasional BLU dinilai mampu menghasilkan kinerja yang baik. Kondisi ini disebabkan
karena BLU memiliki beban usaha yang lebih besar dari pendapatan usaha sehingga terjadi defisit selama 2
tahun berturut- turut dan surplus pada 2 tahun berikutnya. Dikarenakan nilai rasio yang minus tersebut, maka
perlu bagi BLU untuk mengintensifkan pendapatan operasional dan mencari sumber non pendapatan
operasional agar pendapatan yang dihasilkan dapat menutup biaya operasional yang dikeluarkan, dan terbukti
dalam 2 tahun berikutnya BLU memiliki surplus selama 2 tahun berturut- turut Rasio Pengembalian Ekuitas
Satker BLU tahun 2021 minus 1,07%.

Nilai rasio ini menunjukkan bahwa kegiatan operasional satuan kerja BLU telah mampu menghasilkan surplus.
Hal ini menunjukkan bahwa manajemen mengelola kinerja BLU berdasarkan permodalan yang dimilikinya
dengan cukup baik. Kondisi ini relatif sama dengan tahun sebelumnya dimana rasio return on equity selalu plus,
namun pada 2 tahun pertama nilai rasionya minus, menandakan saat itu BLU belum mampu mengelola
permodalan dengan baik. Rasio ini berfluktuasi dari tahun 2017 ke tahun 2021. Rasio tersebut meningkat dari
tahun 2017 ke tahun 2020 kemudian menurun di tahun 2021. Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan defisit
LO.
BLU perlu mengoptimalkan kinerja keuangan terutama dalam hal efisiensi pendapatan dan biaya operasional
Rasio belanja satker BLU pada tahun 2021 sebesar 52,33%. Nilai rasio ini menunjukkan bahwa 52,33 persen
dari pendapatan operasional BLU digunakan untuk membiayai belanja pegawai. Kondisi tersebut mengalami
penurunan sejak tahun 2017. Diketahui pendapatan operasional BLU cenderung meningkat hingga tahun 2021,
namun dibarengi dengan belanja pegawai yang juga meningkat BLU perlu melakukan efisiensi belanja pegawai
mengingat jumlah belanja pegawai yang selalu meningkat sejak tahun 2017, dengan mengkaji data penambahan
jumlah pegawai dan data kenaikan gaji

3.3 ANALISIS RASIO KEUANGAN BLU ASPEK PENGEMBANGAN DANA

2017 2018 2020 2021


Saldo Awal Kas Rp127,337,004,435.00 Rp97,010,491,234.00 Rp0.00 Rp76,290,730,204.00
Estimasi Saldo Kas
Semesteran Rp65,780,990,525.00 Rp33,604,472,744.00 Rp48,897,322,205.00 Rp61,259,558,265.00
Mengakhiri Saldo Kas yang
diaudit Rp97,010,491,234.00 Rp47,829,610,172.00 Rp76,290,730,204.00 Rp91,273,247,224.00
Pengabdian Kepada
Masyarakat Rp181,616,235,400.00 Rp188,836,327,050.00 Rp209,775,406,092.00 Rp224,413,018,215.00
Saldo Kas rata-rata 1 Rp96,709,495,398.00 Rp59,481,524,716.67 Rp41,729,350,803.00 Rp76,274,511,897.67
Saldo kas rata-rata 2 Rp112,173,747,834.50 Rp72,420,050,703.00 Rp38,145,365,102.00 Rp83,781,988,714.00

Rasio Perkembangan kas 1 187.80% 317.47% 502.70% 294.22%


Rasio Perkembangan kas 2 161.91% 260.75% 549.94% 267.85%
Rasio Perkembangan
Investasi -1.04% 0.00% 0.00% -0.02%

3.4 ANALISIS RASIO AKTIVITAS

Aspek Fiskal Pengelolaan Aset tahun 2017-2021


2017 2018 2019 2020 2021
Pendapatan Operasional 393,889,800,561 401,036,734,161 0 561,844,587,844 512,426,236,557
Tanah 2,949,713,939,500 4,364,030,164,100 0 3,167,155,525,100 3,130,383,202,100
Peralatan dan Mesin 152,481,800,062 167,670,929,029 0 241,198,073,602 284,330,118,708
Bangunan 634,959,751,942 689,322,678,525 0 547,252,216,555 865,350,787,363
Jalan, Irigasi, dan Jaringan 9,976,141,300 7,923,449,200 0 5,209,501,950 44,807,710,898
Aset Tetap Lainnya 9,967,013,545 11,337,926,385 0 12,302,250,815 12,430,342,046
Konstruksi dalam
Penyelesaian 184,717,994,763 155,867,875,014 0 462,900,881,391 153,445,594,299
Akumulasi Penyusutan (284,741,474,469) (144,418,895,865) 0 (221,519,026,502) (273,838,733,098)
Aset Tetap 3,941,816,641,112 5,396,153,022,253 0 4,436,018,449,413 4,490,747,755,414
Aset Tetap - Bersih 3,657,075,166,643 5,251,734,126,388 0 4,214,499,422,911 4,216,909,022,316
Aset Tak Berwujud 2,823,118,165 5,301,008,220 0 5,878,182,220 6,617,759,373
Aset Lainnya 56,847,860,045 56,912,344,435 0 56,888,624,435 58,369,932,497
Aset BLU Lainnya 0 0 0 9,711,249,433 9,711,249,433
Akumulasi Penyusutan
Lainnya (50,255,721,391) (51,944,688,950) 0 (55,898,118,714) (61,585,585,258)
Aset Lainnya - Bersih 9,415,256,819 10,268,663,705 0 16,579,937,374 13,113,356,045
Pend. Operasional lainnya-
Aset Tetap 226,300,000 0 0 0 15,336,000
Surplus (Defisit) LO (32,715,049,703) (115,325,154,273) 0 150,561,408,707 44,966,555,810

FIXED ASSETS
TURNOVER RATIO 0.100 0.074 - 0.127 0.114
FIXED ASSETS
RETURN RATIO (0.008) (0.021) - 0.034 0.010
ASSETS OPTIMIZATION
RATIO 0.0062% 0.0000% - 0.0000% 0.0004%

INTERPRETASI

Interpretation of Fixed Assets Turnover Ratio


Rasio perputaran aset tetap pada tahun 2021 adalah sebesar 0,114. Artinya BLU mampu
menghasilkan pendapatan jasa operasi sebesar 0,114 kali dari total aset tetapnya. Nilai rasio ini
cenderung meningkat dari tahun- tahun sebelumnya yang stabil pada tahun 2020-2021.
Meningkatnya nilai perputaran aset tetap menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun BLU semakin
mampu memanfaatkan aset tetapnya dengan baik dan efisien untuk menghasilkan produk layanan
yang optimal.

Interpretation Assets Return Ratio


Rasio imbalan aset tetap pada tahun 2017 adalah minus 0,008. Artinya, BLU menghasilkan
surplus sebesar -0,008 kali nilai total aset tetapnya. Nilai rasio mengalami peningkatan pada
periode 2017-2021. Nilai minus pada rasio ini disebabkan adanya defisit akibat kenaikan beban
usaha dan pada tahun 2020-2021 nilai rasio tersebut menjadi plus. Hal ini menunjukkan bahwa
BLU mampu mengoperasikan aset tetapnya dengan baik dan efisien sehingga dapat menghasilkan
surplus yang optimal

Interpretation Assets Optimization Ratio


Rasio optimalisasi aset tetap pada tahun 2021 sebesar 0,0004%. Artinya produktivitas aset tetap
dan aset lainnya mengalami peningkatan dalam menghasilkan PNBP Nilai rasio ini merupakan
nilai tertinggi pada periode 2017-2021. Dengan demikian, BLU dapat
memanfaatkan aset yang menganggur secara optimal dan efisien untuk meningkatkan
penerimaan PNBP
BAB IV

PENUTUP

Demikian Pemaparan Analisis Laporan Keuangan dari Universitas Unmul Serta


Interpretasi dan juga kesimpulan yang kami paparkan. Semoga Bermanfaat, serta Mohon
Maaf jika masih banyak kekeliruan dan juga Kesalahan dari Analisis kami

Sekian, Kami Ucapkan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai