Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

“Rasio Aktivitas”

DOSEN PEMBIMBING:

Helmi Herawati, S.E., M.Si

DISUSUN OLEH :

Salsa Billha Sumitha 21040019

Indah Widia Rahma 21040011

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, SH

BENGKULU
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Rasio Aktivitas” dengan baik dan
tepat waktu, makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Akuntansi Biaya. Penyusunan makalah ini dapat terlaksana dengan baik
berkat kerjasama yang dimiliki seluruh anggota kelompok.

Dalam menyusun makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, dan tidal jauh dari kekurangan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman dalam penulisan makalah dan penyusunan makalah ini. Sebagai
akhir kata , kami harapkan bimbingan, kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Bengkulu, September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB 1.........................................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4

1.3 Tujuan..............................................................................................................................4

BAB 2.........................................................................................................................................5

2.1 Pengertian Rasio Aktivitas...............................................................................................5

2.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Aktivitas................................................................................6

3.3 Jenis Jenis Rasio Aktivitas...............................................................................................7

2.4 Perhitungan Rasio Aktivitas...........................................................................................13

BAB 3.......................................................................................................................................21

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan keuangan ialah salah satu permasalahan yang sangat vital untuk industri
dalam pertumbuhan bisnis disemua industri. Salah satu tujuan utama didirikannya industri
yaitu untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Tetapi sukses tidaknya industri dalam
mencari keuntungan serta mempertahankan perusahaannya bergantung pada manajemen
keuangan. Industri wajib mempunyai kinerja keuangan yang sehat serta efektif guna
memperoleh keuntungan ataupun laba. Oleh karena itu, kinerja keuangan ialah perihal yang
berarti untuk tiap industri didalam persaingan bisnis untuk mempertahankan perusahaannya.
Industri butuh melaksanakan analisis laporan keuangan sebab laporan keuangan digunakan
untuk memperhitungkan kinerja industri, serta digunakan untuk menyamakan keadaan
perusahaan dari tahun sebelumnya dengan tahun kedepannya saat ini apakah industri tersebut
bertambah ataupun tidak sehingga industri memikirkan keputusan yang hendak diambil untuk
tahun yang hendak tiba dimana kecocokannya dengan kinerja perusahaan.

Kinerja merupakan sesuatu yang hendak dicapai, untuk melaksanakan suatu yang
hendak dicapai oleh seseorang. Jadi kinerja industri merupakan proses pengkajian secara
kritis terhadap keuangan industri guna membagikan pemecahan dalam pengambilan sesuatu
keputusan yang pas pada sesuatu periode tertentu. Analisis laporan keuangan memakai
perhitungan rasio-rasio supaya bisa mengevaluasi kondisi finansial industri pada waktu
kemudian, saat ini, serta masa yang akan datang. Salah satu rasio yang digunakan merupakan
rasio kegiatan yang digunakan untuk mengenali seberapa efisien industri dalam
menggunakan seluruh sumber energi yang terdapat padanya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Rasio Aktivitas?
2. Apa tujuan dan manfaat dari Rasio Aktivitas?
3. Apa saja jenis dari Rasio Aktivitas?
4. Bagaimana cara perhitungan dalam Rasio Aktivitas?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami tentang Rasio Aktivitas yang ada

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rasio Aktivitas


Rasio Aktivitas ( activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa efisien industri dalam menggunakan seluruh sumber energi yang dimilikinya.
Efesiensi yang dicoba misalnya di bidang penjualan, penagihan piutang serta efesiensi di
bidang yang lain. Rasio kegiatan pula digunakan untuk memperhitungkan keahlian industri
dalam melakukan kegiatan setiap harinya. Dari hasil pengukuran dengan rasio kegiatan
hendak nampak apakah industri lebih efesien serta efisien dalam mengelolah peninggalan
yang dimilikinya ataupun bisa jadi malah kebalikannya. Dari hasil pengukuran ini, hendak
dikenal bermacam perihal yang berkaitan dengan kegiatan industri sehingga manajemen bisa
mengukur kinerja mereka sepanjang ini. Hasil yang diperoleh misalnya bisa dikenal seberapa
lama penagihan sesuatu piutang dalam periode tertentu. Setelah itu hasil ini dibanding dengan
hasil pengukuran sebagian periode tadinya.

Menurut Fahmi (2013:132), rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh
mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang
aktivitas perusahaan, di mana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara sangat maksimal
dengan maksud memperoleh hasil yang maksimal. Sedangkan menurut Hanafi (2009:76),
rasio aktivitas adalah rasio yang melihat pada beberapa aset kemudian menentukan beberapa
tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah
pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang
tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Di samping itu, rasio ini pula digunakan buat mengukur
hari rata-rata persediaan tersimpan digudang, perputaran modal kerja, perputaran aktiva
senantiasa dalam satu periode, pemakaian segala aktiva terhadap penjualan serta rasio yang
lain. Dengan demikian, dari hasil pengukuran ini jelas kalau keadaan industri periode ini
sanggup ataupun tidak buat menggapai sasaran yang sudah didetetapkan.

Apabila tidak sanggup buat menggapai sasaran, pihak manajemen harus mampu
mencari sebab-sebab tidak tercapainya sasaran yang sudah didetetapkan. Tetapi, apabila
sanggup menggapai sasaran yang sudah didetetapkan, sebaiknya bisa dipertahankan ataupun
ditingkatkan buat periode selanjutnya. Penggunaan rasio aktivitas adalah dengan cara
membandingkan antaratingkat penjualan dengan investasi dalam aktiva untuk satu periode.
Artinya diharapkan adanya keseimbangan seperti yang diinginkan antara penjualan dengan
aktiva seperti sediaan, piutang dan aktiva tetap lainnya. Keahlian manajemen untuk memakai
serta memaksimalkan aktiva yang dimiliki ialah tujuan utama rasio. Seluruh rasio kegiatan ini
mengaitkan perbandingan antara tingkatan penjualan serta investasi pada bermacam tipe
aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang
layak antara penjualan dan beragam unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva
lainnya. Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin
besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan
lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.

2.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Aktivitas


Dalam praktiknya rasio aktivitas yang digunakan perusahaan memiliki beberapa
tujuan yang hendak dicapai. Rasio aktivitas juga memberikan banyak manfaat bagi
kepentingan perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan, untuk masa sekarang maupun di
masa yang akan datang. Berikut ini adalah beberapa tujuan yang hendak dicapai perusahaan
dari penggunaan rasio aktivitas antara lain:

a) Untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali
dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode
b) Untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable), dimana hasil
perhitungan ini menunjukkan jumlah hari (berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak
dapat ditagih
c) Untuk menghitung berapa hari rata-rata sediaan tersimpan dalam gudang.
d) Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja berputar
dalam satu periode atau berapa penjualan yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja
yang digunakan (working capital turn over)
e) Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam
satu periode
f) Untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan dibandingkan dengan
penjualan.
Kemudian, di samping tujuan yang ingin dicapai di atas, terdapat beberapa manfaat yang
dapat ambil dari rasio aktivitas, yaitu:

1. Dalam bidang piutang.

a. Perusahaan atau manajemen dapat mengetahui berapa lama piutang mampu


ditagih selama satu periode. Kemudian, manajemen juga dapat mengetahui berapa
kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Dengan
demikian, dapat diketahui efektif atau tidaknya kegiatan perusahaan dalam bidang
penagihan.
b. Manajemen dapat mengetahui jumlah hari dalam rata-rata penagihan piutang
(days of receivable) sehingga manajemen dapat pula mengetahui jumlah hari
(berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih.

2. Dalam bidang sediaan

Manajemen dapat mengetahui hari rata-rata sediaan tersimpan dalam gudang. Hasil
ini dibandingkan dengan target yang telah ditentukan atau rata-rata industri.
Kemudian perusahaan dapat pula membandingkan hasil ini dengan pengukuran rasio
beberapa periode yang lalu.

3. Dalam bidang modal kerja dan penjualan

Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja
berputar dalam satu periode atau dengan kata lain, berapa penjualan yang dapat
dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan.

4. Dalam bidang aktiva dan penjualan

a. Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva
tetap berputar dalam satu periode
b. Manajemen dapat mengetahui penggunaan semua aktiva perusahaan dibandingkan
dengan penjualan dalam suatu periode tertentu.
3.3 Jenis Jenis Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas yang dapat digunakan manajemen untuk mengambil keputusan terdiri
dari beberapa jenis. Penggunaan rasio yang diinginkan sangat tergantung dari keinginan
manajemen perusahaan. Artinya lengkap tidaknya rasio aktvitas yang akan digunakan
tergantung dari kebutuhan dan tujuan yang ingindicapai pihak manajemen perusahaan
tersebut. Secara umum apabila seluruh rasio aktivitas yang ada digunakan, akan mampu
memperlihatkan efektivitas perusahaaan secara maksimal, jika dibandingkan dengan
penggunaan hanya sebagian saja. Berikut ini beberapa jenis-jenis rasio aktivitas adalah
sebagai berikut:

1. Rasio Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover)

Total Assets Turn Over merupakan perputaran total aset merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur keefektifan total aset yang dimiliki perusahaan dalam
menghasilkan penjualan, atau dengan kata lain untuk mengukur berapa jumlah penjualan
yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset, Hery (2016).
Sedangkan Sawir (2018) mengemukakan bahwa rasio ini merupakan ukuran sampai seberapa
jauh aktiva telah dipergunakan dalam kegiatannya atau menunjukan berapa kali aktiva
berputar dalam Periode tertentu. Apabila dalam menganalisis rasio ini selama beberapa
periode menunjukan suatu trend yang cenderung meningkat, memberikan gambaran bahwa
semakin efisiensi penggunaan aktiva sehingga hasil usaha akan meningkat laba. Total Assets
Turnover merupakan rasio antara penjualan (bersih) terhadap total asset yang digunakan oleh
operasional perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan dalam
menghasilkan total penjualan bersih. Semakin tinggi rasio total asset turnover menunjukkan
semakin efektif perusahaan dalam penggunaan aktivanya untuk menghasilkan total penjualan
bersih (Witjaksono et al., 2012).

2. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover Ratio)

Working capital turnover ratio atau rasio perputaran modal kerja adalah rumus yang
menghitung seberapa efisien perusahaan menggunakan modal kerja untuk menghasilkan
penjualan. Dalam rumus ini, modal kerja mengacu pada modal operasi yang digunakan
perusahaan dalam operasi sehari-hari. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menggunakan modal kerjanya untuk menghasilkan pendapatan. Rumus ini juga dapat disebut
sebagai penjualan bersih untuk modal kerja. Perputaran modal kerja penting untuk bisnis apa
pun tetapi bisa sangat penting untuk usaha kecil. Formula ini memberi perusahaan gambaran
yang akurat tentang uang yang tersedia untuk dioperasikan setelah semua kewajiban dipenuhi
(utang, tagihan, dll.).

Perusahaan dengan rasio perputaran modal kerja yang lebih tinggi lebih efisien dalam
menjalankan operasi dan menghasilkan penjualan. Perputaran modal kerja yang lebih rendah
merupakan indikator bahwa operasi tidak berjalan secara efektif. Rasio perputaran modal
kerja paling sering digunakan untuk menentukan kinerja keuangan perusahaan dan
menganalisis operasinya secara keseluruhan. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat
apakah suatu perusahaan akan mampu melunasi hutang dalam jangka waktu tertentu dan
menghindari kehabisan uang tunai sebagai akibat dari peningkatan kebutuhan produksi.

3. Rasio Perputaran Piutang (Accounts Receivable Turnover)

Kasmir (2012:176) menjelaskan bahwa rasio perputaran piutang adalah rasio yang
digunakan agar bisa menilai kurun waktu penagihan piutang selama satu periode atau bahkan
berapa kali uang yang tertanam dalam bentuk piutang. Secara umum, rasio perputaran
piutang adalah salah satu rasio aktivitas yang bisa digunakan agar bisa menilai tingkat
efektivitas perusahaan dalam menagih kreditnya menjadi kas. Rasio piutang ini nantinya akan
menampilkan seberapa baik Anda dalam hal mengelola piutang tersebut. Bila perusahaan
terbukti mempunyai accounts receivable turnover yang besar, maka Anda perusahaan
tersebut tergolong baik dan cepat dalam hal menagih hutangnya. Bila perusahaan ingin
menagih piutang, yakni bisa dengan cara menagihnya secara berkali-kali dalam kurun waktu
satu periode. Sehingga, nilai piutang yang terdapat di dalam laporan keuangan Anda juga
akan kecil. Nah, bila piutang perusahaan Anda kecil, maka nilai piutang atas gagalnya
penagihan juga akan kecil. Sehingga, dari adanya analisis tersebut bisa diketahui bahwa kas
perusahaan mungkin tidak terlalu terganggu karena adanya uang masuk dari pelanggan yang
tetap lancar.

Fungsi utama dari rasio perputaran piutang adalah agar bisa mengetahui pengelolaan
piutang suatu perusahaan dengan melihat perputaran piutangnya, yang mana tingkat
perputaran piutang adalah periode terikatnya modal kerja perusahaan dalam piutang. Piutang
dikenal sebagai unsur modal kerja dalam kondisi yang berputar, yakni dari proses komoditi,
kas, piutang, penjualan, dan kembali ke kas, proses komoditi, penjualan, piutang dan kembali
ke kas. Semakin cepat perputaran tersebut, maka akan semakin baik juga kondisi kesehatan
keuangan perusahaan.
4. Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turnover)

Rasio perputaran aset tetap atau Fixed Asset Turnover (FAT) merupakan rasio yang
membandingkan antara penjualan bersih (laporan laba rugi) dengan aset tetap (neraca) yang
dihitung selama periode tahunan. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur seberapa baik
tingkat efisiensi yang dimiliki suatu perusahaan untuk menghasilkan penjualan bersih dari
investasi aset tetapnya. Aset tetap ini dapat berbentuk properti, pabrik dan juga peralatan.

Contoh sederhananya adalah ketika perusahaan membelanjakan dana untuk membeli


mesin, berapakah peningkatan yang didapatkan dari mesin tersebut. Hal ini nantinya akan
membantu manajer untuk mengetahui apakah dana yang dibelanjakan sudah sepadan dengan
hasil yang diperoleh ataukah belum. Dengan membagi peningkatan produktivitas dengan
dana yang dikeluarkan perusahaan, manajer akan menemukan tingkat rasio perputaran aset
tetap. Rasio yang lebih tinggi menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan ini terbilang
efektif dalam menggunakan investasi pada aset tetap untuk menghasilkan penjualan bersih.
Bila jumlah aset tetap telah dikurangi akumulasi penyusutan maka kita akan mendapatkan
hasil yang biasa disebut dengan aktiva tetap bersih.

5. Rasio Perputaran Aset Lancar (Current Asset Turnover)

Rasio perputaran aset lancar mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan dari
aset lancarnya, seperti kas, inventaris, piutang, dll. Nilai yang lebih besar untuk rasio ini lebih
disukai karena ini berarti kemampuan menghasilkan lebih banyak penjualan dari sejumlah
aset lancar tertentu.

6. Rasio Perputaran Hutang (Accounts Payable Turnover)

Account Payable termasuk bagian dari hutang jangka pendek, disebut juga perputaran
hutang dagang yang dihitung menggunakan rasio. Rasio account payable turnover adalah
menunjukkan seberapa sering perusahaan dapat membayar hutangnya dalam periode waktu
tertentu. Rasio account payable turnover juga berarti memberikan gambaran kemampuan
perusahaan melakukan pelunasan kepada kreditor ataupun supplier. Rasio ini penting untuk
dipahami karena sebagian besar bisnis, tentunya mempunyai hutang yang mana membantu
perusahaan untuk melakukan ekspansi ataupun modal tambahan operasional bisnis. Ketika
pembayaran hutang bisa dikelola dengan baik, maka dapat berdampak positif yang
memberikan nilai tambah pada bisnis hingga memberikan kelayakan kredit bagi bisnis.
7. Rasio Hutang Beredar (Days Payable Outstanding)

DPO adalah rasio keuangan yang menunjukkan waktu rata-rata (dalam hari) yang
dibutuhkan perusahaan untuk membayar tagihan dan fakturnya kepada kreditur dagangnya,
yang mungkin mencakup pemasok, vendor, atau pemodal. Rasio ini biasanya dihitung setiap
triwulan atau tahunan, dan menunjukkan seberapa baik arus kas keluar perusahaan dikelola.
Perusahaan dengan nilai DPO yang lebih tinggi membutuhkan waktu lebih lama untuk
membayar tagihannya, yang berarti perusahaan dapat menyimpan dana yang tersedia untuk
jangka waktu yang lebih lama, sehingga perusahaan mempunyai peluang untuk menggunakan
dana tersebut dengan cara yang lebih baik untuk memaksimalkan manfaatnya. Namun, DPO
yang tinggi mungkin juga merupakan tanda bahaya yang menunjukkan ketidakmampuan
membayar tagihan tepat waktu.

8. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Inventory Turnover Ratio atau Rasio Perputaran Persediaan adalah sebuah rumus
rasio efisiensi yang menunjukkan seberapa efektif dari persediaan yang dapat dikelola dengan
membandingkan harga pokok penjualan (HPP) dalam persediaan rata-rata untuk suatu
periode. Rasio ini digunakan untuk mengukur rata-rata dari persediaan diputar dalam suatu
periode. Artinya, rasio ini mengukur berapa kali perusahaan menjual total persediaan rata-
rata sepanjang tahun. Rasio ini akan menjadi sebuah indikator yang baik dalam menentukan
nilai kualitas persediaan dan pembelian yang efektif dalam manajemen persediaan (Inventory
Management). Di dalam Rasio ini terdapat dua komponen penting, pertama pembelian barang
(stock purchasing) untuk persediaan dan yang kedua adalah penjualan (sales).

Apabila jumlah barang yang dibeli banyak sehingga menyebabkan jumlah dari
persediaannya meningkat, maka perusahaan harus menjual dalam jumlah yang adalah besar
untuk mengoptimalkan kinerja dari perputaran persediaannya (inventory turnover). Jika tidak,
maka akan timbul biaya-biaya penyimpanan persediaan dan biaya penanganan persediaan
lainnya. Agar persediaan dapat berputar secara lebih efektif, penjualan harus sesuai dengan
pembeliaan barang itulah mengapa sebabnya mereka yang mengelola pembelian (purchasing)
harus sejalan dengan mereka yang mengelola penjualan (sales).

9. Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover)

Rasio perputaran kas (CTR) adalah rasio profitabilitas dan efisiensi yang mengukur
berapa kali perusahaan menggunakan kasnya untuk menghasilkan pendapatan. Ini mengukur
efisiensi perusahaan untuk mengubah saldo kasnya menjadi pendapatan penjualan dalam
suatu periode akuntansi.

Rasio perputaran kas yang tinggi berarti perusahaan mengeluarkan kasnya dengan
cepat sehingga menghasilkan pengelolaan kas yang sangat efisien. Rasio perputaran kas yang
rendah berarti perusahaan tidak efisien, dan memerlukan waktu terlalu lama sebelum dapat
membuat siklus arus kas yang lengkap dalam perekonomian. Rasio perputaran kas yang
tinggi merupakan pembenaran bahwa terdapat arus kas yang efisien melalui bisnis, sehingga
menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Jadi jelas hal ini lebih disukai daripada rasio
perputaran kas yang rendah. Rasio ini sangat berguna ketika penjualan tidak dilakukan secara
kredit. Perusahaan yang sebagian besar penjualannya dilakukan secara kredit akan selalu
memiliki rasio perputaran kas yang tinggi dibandingkan dengan yang melakukan penjualan
secara tunai, sehingga sebelum menarik kesimpulan umum perlu diketahui apakah penjualan
tersebut dilakukan secara kredit atau tunai.

10. Rasio Siklus Operasi (Operating Cycle)

Siklus operasi mengacu pada waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk membeli
barang, menjualnya, dan menerima uang tunai dari penjualan barang tersebut. Dengan kata
lain, berapa lama waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengubah persediaannya
menjadi uang tunai. Lamanya siklus operasi bergantung pada industri. Memahami siklus
operasi perusahaan dapat membantu menentukan kesehatan keuangannya dengan
memberikan gambaran apakah perusahaan akan mampu melunasi kewajibannya atau tidak .
Misalnya, jika sebuah bisnis memiliki siklus operasi yang pendek, ini berarti bisnis tersebut
akan menerima pembayaran dengan tingkat bunga yang tetap. Semakin cepat perusahaan
menghasilkan uang tunai, semakin besar kemampuan perusahaan untuk melunasi utangnya
atau mengembangkan bisnisnya.

Alur siklus operasi kas adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh bahan mentah


2. Memproduksi barang
3. Memiliki barang jadi
4. Memiliki piutang dari hasil penjualan
5. Memperoleh uang tunai (menerima pembayaran dari pelanggan)

11. Rasio Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)


Siklus Konversi Arus Kas merupakan salah satu teknik perhitungan arus kas. Metrik
tersebut berfungsi mengukur waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengubah investasi
dalam persediaan dan input sumber daya lainnya menjadi kas. Dengan kata lain, Siklus
Konversi Kas mengukur berapa lama kas tertanam dalam inventaris sebelum inventaris dijual
kepada pelanggan.

Dan secara umum, perhitungan ini seringkali digunakan oleh pemilik perusahaan
retail. Siklus Konversi Kas dalam akuntansi memiliki tiga tahap yang berbeda. Tahap
pertama mewakili tingkat persediaan dalam suatu periode dan berapa lama waktu yang
dibutuhkan perusahaan untuk menjual persediaan tersebut. Hal tersebut dihitung dengan
menggunakan formulasi Days Inventory Outstanding (DIO). Tahap kedua mewakili
penjualan kredit dan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan uang tunai dari
penjualan kredit ini. Hal tersebut dihitung dengan menggunakan formulasi Days Sales
Outstanding (DSO). Tahap ketiga mewakili utang usaha bisnis atau perusahaan. Dengan kata
lain, hal tersebut menunjukkan berapa banyak perusahaan berutang kepada vendor terkait
pembelian inventaris. Dan juga berapa lama perusahaan harus melunasi utangnya terhadap
suatu vendor. Hal tersebut dihitung dengan menggunakan formulasi Days Payable
Outstanding (DPO).

2.4 Perhitungan Rasio Aktivitas


1. Rasio Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover)

Total Asset Turnover = Penjualan/Total Aktiva

Jika kita lihat laporan keuangan tahunan perusahaan pakan ternak PT Charoen Pokphand
Indonesia di situs IDX tahun 2021, nampak data sebagai berikut:

Net Sales atau penjualan bersih adalah Rp 51.698.249

Total aset berupa liabilitas dan ekuitas sebesar Rp 35.446.051

Maka perhitungannya yaitu 51.698.249 / 35.446.051 = 1,46 setelah dibulatkan dua angka
dibelakang koma.

2. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)

Perputaran modal kerja = Penjualan tahunan bersih / Modal kerja


Pada akhir tahun kalender, Perusahaan XYZ memiliki penjualan tahunan sebesar
150.000.000 dan modal kerja sebesar 75.000.000.

Rumus untuk menentukan rasio perputaran modal kerja perusahaan adalah sebagai berikut:
150.000.000 / 75.000.000 = 2. Ini berarti rasio perputaran modal kerja Perusahaan XYZ
untuk tahun kalender adalah 2.

3. Rasio Perputaran Piutang (Accounts Receivable Turnover)

Rasio Perputaran Piutang = Penjualan Kredit Bersih / Piutang Rata-rata

Piutang rata-rata = (piutang awal + piutang akhir) / 2

Diketahui PT ABC mempunyai penjualan kredit bersih sebanyak Rp200.000.000, selain itu,
saldo piutang awal tahun dari perusahaan tersebut juga sebanyak Rp30.000.000. Tapi pada
akhir tahun, saldo piutangnya meningkat menjadi Rp 20.000.000, lalu berapakah rasio
perputaran piutang dari PT ABC?

4. Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turnover)

Rasio Perputaran Aset Tetap = Penjualan Bersih / Rata-rata Aset Tetap Bersih

Di mana:

Penjualan bersih = Penjualan kotor – (Retur + Tunjangan)

Rata-rata Aset Tetap = (Saldo awal aset tetap bersih – Saldo akhir) / 2

Rasio Perputaran Aset Tetap = Penjualan Bersih / (Aset tetap bruto – Akumulasi
Penyusutan)

Sebuah perusahaan yang memproduksi mobil memiliki aset tetap sebesar Rp1.434.900.000,
dengan akumulasi penyusutan sebesar Rp430.470.000. Penjualan perusahaan pada tahun
berjalan yaitu Rp4.017.720.000.
Maka,

Rasio perputaran aset tetap = penjualan bersih / (aset tetap bruto – akumulasi penyusutan) =
Rp4.017.720.000/(Rp1.434.900.000–Rp430.470.000) = Rp4.017.720.000 / Rp1.004.430.000
= 4. Artinya, perusahaan sudah menggunakan aset tetapnya sebanyak empat kali dalam satu
periode

5. Rasio Perputaran Aset Lancar (Current Asset Turnover)

Perputaran Aset Lancar = Penjualan Bersih / Aset Lancar Rata-rata

6. Rasio Perputaran Hutang (Accounts Payable Turnover)

• Perhitungan secara tahunan

Rasio perputarang hutang dagang = Total pembelian / Rata-rata hutang usaha

• Perhitungan dalam hari

Perhitungan rasio perputaran hutang dagang dalam hari = 365 / rasio perputaran
hutang (payable turnover ratio)

1. Pembayaran dengan nominal yang konstan selama setahun:

Pada 2021, perusahaan ADC melakukan pembelian bahan baku dan persediaan lainnya
kepada supplier. Pembelian ini menghabiskan total dana sebesar Rp 650 juta. Pembayaran
hutang yang dilakukan sebesar Rp 40 juta dalam satu tahun sehingga perhitungannya:

Rasio perputarang hutang dagang = Total pembelian / Rata-rata hutang usaha

= Rp 650 juta / Rp 40 juta

= 16,25 kali

Perhitungan di atas menunjukkan bahwa perusahaan telah membayar sebanyak 16,25 kali
selama satu tahun.

2. Pembayaran dengan nominal yang berbeda selama setahun:

Pada 2021, perusahaan ADC melakukan pembelian bahan baku dan persediaan lainnya
kepada supplier. Pembelian ini menghabiskan total dana sebesar Rp 650 juta. Pembayaran
hutang pada awal tahun sebesar Rp 35 juta, sedangkan akhir tahun sebesar Rp 50 juta dalam
satu tahun sehingga perhitungannya:

Rata-rata hutang dagang dalam satu tahun = (Rp 50 juta + Rp 35 juta) / 2

= Rp 42,5 juta

Rasio perputarang hutang dagang = Total pembelian / Rata-rata hutang usaha

= Rp 650 juta / Rp 42,5 juta

= 15,29 kali

Perusahaan ADC melunasi hutangnya dalam periode tersebut sebesar 15,29 kali.

3. Perhitungan pembayaran dalam hari:

Mengacu pada perhitungan di atas, ketika ingin mengetahui pembayaran dalam hari, maka
perhitungannya tinggal membagikan 365 hari dengan rasio perputaran hutang (payable
turnover ratio):

Perhitungan rasio perputaran hutang dagang dalam hari = 365 / rasio perputaran hutang
(payable turnover ratio)

= 365 / 15,29

= 23,87 hari

Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa selama periode tahun tersebut, perusahaan


memerlukan waktu sekitar 23,87 hari untuk membayar suppliernya. Apabila dibulatkan,
maka pembayaran kepada supplier menjadi 24 hari.

7. Rasio Hutang Beredar (Days Payable Outstanding)

Hari Hutang Hutang = Hutang Usaha ÷ Rata-rata biaya penjualan harian

8. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Rasio Perputaran Persediaan = Penjualan / ((Persediaan Awal + Persediaan Akhir) / 2)

Suatu toko yang menjual sebuah komputer lalu melaporkan biaya pokok penjualannya di
dalam laporan laba rugi sebesar 100 juta rupiah.
Diketahui persediaan awal dari toko ini adalah sebesar 300 juta rupiah, dan persediaan
akhirnya adalah 200 juta rupiah. Lantas, berapa rasio dari toko komputer ini? Berikut adalah
cara mengetahuinya:

Diketahui:

Penjualan toko komputer adalah sebesar 100 juta rupiah

Persediaan awalnya adalah senilai 300 juta rupiah

Persediaan akhirnya adalah senilai 200 juta rupiah

Jadi,

Rasio Perputaran Persediaan = Penjualan : ((Persediaan Awal + Persediaan Akhir) : 2)

Rasio Perputaran Persediaan = Rp. 100.000.000 : ((Rp. 300.000.000 + Rp. 200.000.000) : 2)

Rasio Perputaran Persediaan = 0,6 kali

Jadi, rasio perputaran persediaan persediaan pada toko komputer tersebut adalah 0,6 kali

9. Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover)

CTR= Pendapatan/Kas dan Setara Kas

XYZ Company Limited menghasilkan penjualan sebesar $300.000 pada tahun fiskal 2018.
Mereka memiliki kas dan setara kas masing-masing sebesar $10.000 dan $20.000 pada awal
dan akhir periode akuntansi.

Hitung rasio perputaran kas perusahaan.

Pertama, kita perlu menghitung rata-rata kas dan setara kas:


Rasio perputaran kas untuk contoh ini adalah 20. Artinya XYZ Company Limited mengisi
kembali saldo kasnya sebanyak 20 kali selama tahun fiskal 2018

10. Rasio Siklus Operasi (Operating Cycle)

Siklus Operasi = Perputaran Piutang dalam Hari + Perputaran Persediaan dalam Hari

Pada tanggal 1 Januari 2011, JAK memiliki saldo awal barang persediaan (stok) senilai Rp
400,000. Di sepanjang tahun 2011, JAK membeli tambahan barang persediaan senilai Rp
1,900,000. Setelah dilakukan penghitungan fisik, pada tanggal 3 Desember saldo akhir
barang persediaan JAK diketahui sebesar Rp 500,000 saja.

Berapa siklus operasi JAK untuk tahun 2011 jika ‘waktu rata-rata penagihan piutang’ untuk
tahun yang sama diketahui adalah 42 hari?

Langkah-1.Hitung Harga Pokok Penjualan JAK terlebih dahulu:

Saldo Awal Persediaan Rp400,000

Pembelian Rp 1,900,000 +

Barang Tersedia Untuk Dijual Rp 2,300,000

Saldo Akhir Persediaan Rp500,000 –

Harga Pokok Penjualan Rp 1,800,000

Langkah-2.Hitung Rata-rata Persediaan:

= (Saldo Awal Persediaan + Saldo Akhir Persediaan) / 2

= (400,000 + 500,000) / 2 = Rp 450,000

Langkah-3. Hitung Perputaran Persediaan:

= Harga Pokok Penjualan / Rata-rata Persediaan

= 1,800,000 / 450,000 = 4 hari

Langkah-4. Hitung Usia Rata-rata Persediaan:

= 365 / Perputaran Persediaan


= 365 / 4 = 91.3 hari

Usia Rata-rata Persediaan telah diketahui. Yang terakhir tinggal menjumlahkan angka ini
dengan Waktu Rata-rata Penagihan Piutang.

Langkah-5. Hitung Siklus Operasi

Siklus Operasi = 91.3 hari + 42 hari = 133.3 hari.

Dengan demikian, maka waktu yang dibuthkan oleh JAK untuk mengkonversikan barang
persedian dan piutang dagang menjadi kas adalah 133 hari (pembulatan ke bawah).

11. Rasio Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)

DIO = (Rata-Rata Persediaan/HPP) x 365 hari

Rata-Rata Persediaan = (Persediaan awal + persediaan akhir)/2

DSO = (Rata-Rata Piutang/Penjualan Bersih Kredit) x 365 hari

Rata-Rata Piutang = (Piutang awal + piutang akhir)/2

DPO = (Rata-Rata Utang/HPP) x 365 hari

Rata-Rata Utang = (Utang awal + Utang akhir)/2

Siklus Konversi Kas = DIO + DSO – DPO

Perusahaan ABC memiliki inventaris awal sebesar Rp30 juta dengan persediaan akhir sebesar
Rp50 juta. Perusahaan pun memiliki catatan tahun fiskal yang berakhir pada 2017 dengan
harga pokok penjualan sebesar Rp700 juta. Sementara, penjualan kreditnya tercatat sebesar
Rp1 miliar?

DIO = ((Rata-rata inventaris)/(Harga Pokok Penjualan)) x 365

= {[(Rp30 juta + Rp50 juta) / 2] / Rp700 juta} x 365 = 20,85

Dalam hal mengubah inventarisnya menjadi penjualan, perusahaan ABC memerlukan waktu
selama 20 hari.

DSO = [(Rata-rata Piutang)/(Total Kredit Penjualan)] x 365

= {[(Rp30 juta + Rp50 juta) / 2] / Rp1 miliar} x 365 = 14,6


Dalam hal penagihan piutang, perusahaan ABC membutuhkan waktu selama 14 hari.

DPO = [(Rata-rata Hutang)/(Harga Pokok Penjualan)] x 365

= {[(Rp20 juta + Rp30 juta) / 2] / Rp700 juta} x 365 = 13,03

Dalam hal pembayaran faktur atau hutang, perusahaan ABC membutuhkan waktu sebanyak
13 hari.

Dari hasil perhitungan terkait nilai DIO, DSO, dan DPO diatas, maka perhitungan untuk CCC
adalah:

DPO = DIO + DSO – DPO

= 20,85 + 14,6 – 13,03

= 22,42

Berdasarkan perhitungan tersebut, perusahaan ABC memerlukan waktu sekitar 22 hari untuk
mengubah investasi kas awal dalam persediaan menjadi uang tunai.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya rasio aktivitas adalah untuk mengukur seberapa cepat bisnis dapat mengubah
asetnya menjadi uang tunai atau penjualan dan merupakan indikator yang baik tentang
seberapa baik bisnis tersebut dijalankan.

Departemen manajemen dan akuntansi dapat menggunakan beberapa rasio aktivitas untuk
mengukur efisiensi bisnis mereka. Rasio yang paling populer adalah perputaran persediaan
dan perputaran total aset. Kami sangat menyarankan Anda untuk menganalisis dan
membandingkan rasio dengan bisnis lain di industri dan skala yang sama.

Nilai yang diperoleh dari rasio aktivitas ini akan menunjukkan apakah suatu perusahaan
mampu membalikkan asetnya menjadi penjualan dan menghasilkan kas.

Jenis rasio aktivitas yang yang paling populer adalah rasio perputaran persediaan dan rasio
perputaran total aset. Disarankan untuk menganalisis dan membandingkan setiap rasio
dengan bisnis lain di industri yang sama.
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, Dr. 2008. Analisis Laporan Keuangan (Rev.ed). Depok: PT Raja Grafindo Persada.

https://accurate.id/ekonomi-keuangan/ccc-adalah/
#Cara_Menghitung_Cash_Conversion_Cycle

https://www.volopay.com/id-id/blog/account-payable-turnover-adalah/

https://www.jurnal.id/id/blog/rasio-perputaran-persediaan/

https://pintu.co.id/blog/rasio-aktivitas-adalah

Anda mungkin juga menyukai