Anda di halaman 1dari 20

PASAR MODAL DAN INVESTASI

“Penilaian Saham”

DOSEN PEMBIMBING:

NINA YULIANASARI, S.E., M.Si

DISUSUN OLEH :

Salsa Billha Sumitha 21040019


Rio LInggar Jati 21040020
Elika Guspa 21040012
Devi Mayasari 21040022

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, SH

BENGKULU

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur, penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penilaian Saham” tepat
pada waktunya.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok pada Mata Kuliah
Pasar Modal dan Investasi Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini dapat terwujud
berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Nina Yulianasari, S.E., M.Si selaku Dosen Mata Kuliah Pasar Modal dan Investasi
Universitas Prof. DR. Hazairin, SH yang telah memberikan tugas untuk membuat makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena
itu, kritik dan saran konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhirnya, penulis
berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan di dunia pendidikan.

Bengkulu, 08 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB 1.........................................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4

1.3 Tujuan..............................................................................................................................4

BAB 2.........................................................................................................................................5

2.1 Penilaian Saham...............................................................................................................5

2.1.1 Saham........................................................................................................................5

2.1.2 Jenis Saham...............................................................................................................5

2.1.3 Penilaian Saham........................................................................................................7

2.1.4 Tujuan Penilaian Saham............................................................................................7

2.1.5 Tiga Jenis Penilaian Saham.......................................................................................7

2.2 Pendekatan Dalam Penentuan Nilai Intrinsik Saham.......................................................7

2.2.1 Pendekatan nilai sekarang (present value)................................................................7

2.2.2 Pendekatan Price Earning Ratio...........................................................................10

2.2.3 Pendekatan Penilaian Saham Lainnya...................................................................11

2.3 Strategi Portofolio Saham..............................................................................................11

2.3.1 Strategi Pasif...........................................................................................................11

2.3.2 Strategi Aktif...........................................................................................................14

2.4 Pergeseran Strategi Investasi dari Aktif ke Pasif dan Implikasinya Terhadap Stabilitas
Finansial...............................................................................................................................17

BAB 3.......................................................................................................................................19

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebelum pemilik dana mengenal saham, banyak pemilik dana lebih memilih
berinvestasi dalam bentuk investasi berwujud seperti emas, tanah maupun rumah. Akan tetapi
muncul alternativ investasi lain yaitu saham. Sampai saat ini investasi saham menjadi pilihan
alternativ investasi oleh beberapa investor.

Begitu pula diIndonesia yang dimulai pada abad 19. Investasi sahaam diperkenalkan
oleh Belanda, dan masih diminati hingga sekarang. Untuk memulai investasi, investor akan
melihat kinerja perusahaan, kemudian harga saham dari perusahaan yang akan dipilih.
Selanjutnya menilai berapa banyak yang akan diperoleh bila dana investor terbatas. Namun
dalam melakukan investasi saham seorang investor tidak cukup hanya melihat dari segi harga
saham tanpa mengerti resiko dan return. Tetapi kunci utama untuk sukses dalam investasi dan
mengelolanya adalah dengan menilai aset tersebut dan juga sumber aset untuk mendapatkan
nilai tersebut (Wabber R Murhadi:2009)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menilai suatu saham dan masih
diperdebatkan sampai saat ini adalah bagaimana cara mengestimasi fair value (nilai
wajarnya) dan berapa lama waktu yang dibutuhkan agar dapat menyesuaikan dengan nilai
wajar tersebut. Dengan kata lain, penilaian saham berguna untuk mencari harga wajar suatu
saham. Kemudian harga wajar saham digunakan oleh investor untuk melakukan strategi
investasi dalam mengantisipasi resiko atau isu-isu yang akan dihadapi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan penilaian saham dan apa saja yang termasuk penilaian
saham?
2. Apa yang dimaksud dengan strategi fortofolio saham dan apa saja yang termasuk
dalam strategi fortofolio saham?

1.3 Tujuan
Untuk memahami dan lebih mendalami penilaian yang ada dalam saham

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Penilaian Saham

2.1.1 Saham
Surat-surat yang diperdagangkan di pasar modal sering disebut efek atau sekuritas,
salah satunya adalah saham. Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikkan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseoran terbatas.

Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas
tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan
tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 5)

2.1.2 Jenis Saham


Berdasarkan hak kepemilikannya, maka saham dapat dibagi 2 jenis (Fakhruddin dan
Hadianto, 2001: 12), yaitu:

1. Saham Biasa (common stocks)

Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior dalam hal pembagian
dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
Saham biasa ini merupakan saham yang paling banyak dikenal dan diperdagangkan di pasar.
Sebagai pemilik perusahaan pemegang saham biasanya memiliki hak yaitu:
a) Hak Kontrol
Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi. Hal ini
berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa saja yang akan
memimpin perusahaannya. Pemegang saham dapat melakukan hak kontrolnya dalam
bentuk memveto dalam pemilihan direksi di rapat tahunan pemegang saham atau
tindakan-tindakan yang membutuhkan persetujuan pemegang saham.
b) Hak menerima Pembagian Keuntungan
Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapatkan bagian
dari keuntungan perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, tetapi sebagian laba akan
ditanamkan kembali ke dalam perusahaan. Laba yang ditahan ini (retained earning)
merupakan sumber dana intern perusahaan sedangkan laba yang tidak ditahan diberikan
kepada pemilik saham dalam bentuk dividen.
5
c) Hak Preemtive (preetive right)
Merupakan hak untuk mendapatkan persentase kepemilikan yang sama jika
perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham. Jika perusahaan mengeluarkan
tambahan lembar saham yang beredar akan lebih banyak dan akibatnya persentase
kepemilikan saham yang lama akan turun. Hak preemtive memberi prioritas kepada
pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham baru, sehingga persentase
kepemilikan tidak berubah.
2. Saham Preferen (preferred stocks)
Saham ini mempunyai karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa karena
bisa menghasilkan pendapatan tetap, tetapi bisa juga mendatangkan hasil seperti yang
dikehendaki investor. Ada dua hal penyebab saham preferen serupa dengan saham biasa yaitu
mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas
lembaran saham tersebut dan membayar dividen. Perbedaan saham preferen dengan obligasi
terletak pada tiga hal yaitu klaim atas laba dan aktiva, dividen tetap selama masa berlaku dari
saham, mewakili hak tebus dan dapat ditukar dengan saham biasa.
Bebarapa karakteristik saham preferen adalah sebagai berikut:
a) Preferen terhadap dividen
1. Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu
dibandingkan pemegang saham biasa.
2. Saham preferen umumnya memberikan hak dividen kumulatif, yaitu memberikan hak
kepada pemegangnya untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum
dibayarkan, dan dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya.
b) Preferen pada waktu likuidasi
Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan dibandingkan
dengan hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi likuidasi. Besarnya hak atas
aktiva adalah sebesar nilai nominal saham preferennya termasuk semua dividen yang
belum dibayarkan jika bersifat kumulatif.
Saham preferen lebih aman dibandingkan saham biasa karena memiliki klaim
terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen terlebih dahulu. Dan pemiliknya
akan memiliki hak lebih dibanding hak pemilik saham biasa, contohnya hak suara dalam
pemilihan direksi sehingga jajaran manajemen akan berusaha sekuat tenaga untuk
membayar ketepatan pembayaran dividen preferen agar tidak lengser.

6
2.1.3 Penilaian Saham
Penilaian saham dapat diartikan sebagai suatu proses pekerjaan seorang penilai dalam
memberikan opini tertulis mengenai nilai ekonomi suatu bisnis atau ekuitas pada saat
tertentu.
Penilaian saham adalah suatu mekanisme untuk merubah serangkaian variabel ekonomi/
variabel perusahaan yang diramalkan menjadi perkiraan tentang harga saham misalnya laba
perusahaan dan deviden yang dibagikan, maksudnya suatu metode untuk mencari nilai-nilai
saham yang menjadi ukuran dalam investasi surat berharga.

2.1.4 Tujuan Penilaian Saham


Tujuan penilaian saham adalah untuk memberikan gambaran pada manajemen atas
estimasi nilai saham suatu perusahaan yang akan digunakan sebagai rujukan manajemen
sebagai pertimbangan kebijakan atas saham perusahaan bersangkutan.

2.1.5 Tiga Jenis Penilaian Saham


a) Nilai buku
Nilai buku ialah nilai asset yang tersisa setelah dikurangi kewajiban perusahaan jika
dibagikan. Nilai buku hanya mencerminkan berapa besar jaminan atau seberapa besar aktiva
bersih untuk saham yang dimiliki investor.
b) Nilai pasar
Nilai pasar merupakan harga yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran saham di
pasar modal atau disebut juga dengan harga pasar sekunder. Nilai pasar tidak lagi dipengaruhi
oleh emiten atau pihak pinjaman emisi, sehingga boleh jadi harga inilah yang sebenarnya
mewakili nilai suatu perusahaan.
c) Nilai intrinsik
Nilai intrinsik adalah nilai saham yang menentukan harga wajar suatu saham agar
saham tersebut mencerminkan nilai saham yang sebenarnya sehingga tidak terlalu mahal.
Perhitungan nilai intrinsik ini adalah mencari nilai sekarang dari semua aliran kas di masa
mendatang baik yang berasal dari dividen maupun capital gain (Sulistyastuti, 2002).

2.2 Pendekatan Dalam Penentuan Nilai Intrinsik Saham

2.2.1 Pendekatan nilai sekarang (present value)


Dalam pendekatan ini, perhitungan nilai saham dilakukan dengan menghitung nilai
sekarang (present value) semua aliran kas saham yang diharapkan di masa datang dengan
tingkat diskonto sebesar tingkat return yang disyaratkan investor. Dalam hal ini nilai intrinsik
atau disebut juga dengan nilai teoritis suatu saham nantinya akan sama dengan nilai diskonto

7
semua aliran kas yang akan diterima investor pada masa yang akan datang. Komponen dalam
penentuan nilai saham dnegan pendekatan nilai sekarang adalah aliran kas (cash flow). Aliran
kas yang bisa dipakai dalam penilaian saham dengan pendekatan nilai sekarang adalah
earning perusahaan, atau berupa earning yang dibagikan dalam bentuk dividen. Dengan
demikian kita bisa menggunakan komponen deviden sebagai dasar penilaian saham.
Penentuan nilai saham (pendekatan nilai sekarang) dengan menggunakan komponen
deviden dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai Model berikut :

1. Model Diskonto Dividen

Model Diskonto Deviden merupakan model untuk mengestimasi harga saham dengan
mendiskontokan semua aliran dividen yang akan diterima di masa yang akan datang. Secara
sistematis, model ini bisa dirumuskan sebagai berikut

Dimana,
P0 = Nilai intrinsik saham dengan model diskonto dividen
D1, D2, D3, D~ = Dividen yang akan diterima dimasa yang akan datang
K = Tingkat return yang diisyaratkan
Dalam persamaan diatas dapat dilihat bahwa aliran dividen yang diterima investor
merupakan aliran dividen yang ridak terbatas dan bersifat konstan. Namun dalam
kenyataannya, ada kalanya perusahaan membayarkan dividen secara tidak teratur, jumlahnya
tidak konstan atau dengan kata lain pembayarannya mengalami pertumbuhan (growth).
Dalam situasi tersebut, perlu dibedakan antara sesuai dengan karakteristik pertumbuhan
pembayaran dividen.

2. Model Pertumbuhan Nol


Model ini digunakan saat dividen yang dibayarkan oleh perusahaan tidak akan
mengalamai pertumbuhan. Dengan kata lain jumlah dividen yang dibayarkan akantetap sama
dari waktu ke waktu.

8
Model ini bisa dirumuskan sebagai berikut

Dimana,

P0 = Nilai saham preferen

D = dividend saham preferen

k = tingkat return yang disyaratkan pd saham preferen

3. Model Pertumbuhan Konstan

Model petumbuhan konstan (model Gordon), dipakai untuk menentukan nilai saham
yang pembayaran dividennya mengalami pertumbuhan secara konstan selama waktu tak
terbatas.

D 0 (1  g) D 0 (1  g)2 D 0 (1  g)3 D 0 (1  g)


P̂0     .......
(1  k) (1  k)2 (1  k)3 (1  k)
Dimana,

P0 = Nilai saham preferen

D1 = dividend saham preferen

k = tingkat return yang disyaratkan pd saham preferen

g = tingkat pertumbuhan perusahaan

4. Model Pertumbuhan Tidak Konstan (ganda)


Model ini sesuai untuk menilai saham perusahaan yang mempuyai karakteristik
pertumbuhan yang ‘fantastis’ di tahun-tahun awal, sehingga bisa membayarkan dividen
dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi.
Pada beberapa tahun awal selama masa pertumbuhan fantastis, perusahaan mungkin
akan mampu membayar dividen dengan pertumbuhan diats normal, namun setelah melewati
masa tersebut pertumbuhan tingkat dividen yang dibayarkan perusahaan mungkin akan lebih
rendah dari masa sebelumnya, dan akan bertumbuh secara tetap.
Tahap-tahap perhitungan yang harus dilakukan untuk model ini adalah:
1) Membagi aliran dividen menjadi dua bagian: (a) bagian awal yang meliputi aliran dividen
yang ‘fantastis’, dan (b) aliran dividen dengan pertumbuhan yang konstan.
9
2) Menghitung nilai sekarang dari aliran dividen yang fantastis (bagian awal).
3) Menghitung nilai sekarang dari semua aliran dividen selama periode pertumbuhan
konstan (bagian b).
4) Menjumlahkan hasil perhitungan nilai sekarang dari kedua bagian perhitungan aliran
dividen

n
D0 ( 1 + g1 )t D n (1+ g c ) 1
P^ 0 =∑ +
t=1 (1 + k )t k - gc ( 1+ k ) n

P0 = nilai intrinsik saham dengan model pertumbuhan tidak konstan

n= jumlah tahun selama periode pembayaran dividen supernormal

D0= dividen saat ini (tahun pertama)

g1= pertumbuhan dividen supernormal

Dn= dividen pada akhir tahun pertumbuhan dividen supernormal

gc= pertumbuhan dividen yang konstan

k= tingkat return yang disyaratkan investor

2.2.2 Pendekatan Price Earning Ratio


Pendekatan ini disebut juga dengan pendekatan multipler, dimana investor akan
menghitung berapa kali (multipler) nilai earning yang tercermin dalam harga sutu saham.
Dengan kata lain, PER menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap
earning perusahaan. PER juga mencerminkan berapa rupiahkah yang harus dibayarkan
investor saham untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan.
Harga saham
PER =
Earning per lembar saham

Rumus lainnya untuk menghitung PER suatu saham bisa diturunkan dari rumus yang dipakai
dalam model diskonto dividen:

D1 /E 1
P^ 0 /E1 =
k-g

10
2.2.3 Pendekatan Penilaian Saham Lainnya
a. Rasio Harga/Nilai Buku
Hubungan antara harga pasar dan nilai buku per lembar saham dapat dipakai untuk
menentukan nilai saham. Karena secara teoritis nilai pasar suatu saham harus mencerminkan
nilai bukunya. Rasio harga terhadap nilai buku banyak digunakan untuk menilai saham-
saham sektor perbankan.
Hasil penelitian menemukan bahwa saham-saham yang memiliki rasio harga/nilai
buku yang rendah akan menghasilkan return yang secara signifikan lebih tinggi dibanding
saham-saham yang memiliki rasio harga/nilai buku yang tinggi.
b. Rasio Harga/Aliran Kas
Pendekatan ini mendasarkan diri pada aliran kas perusahaan, bukannya earning
perusahaan. Dalam penilaian saham perusahaan, investor bisa menggunakan informasi rasio
harga/aliran kas ini sebagai pelengkap informasi PER, karena data aliran kas perusahaan bisa
memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagi investor tentang perubahan nilai saham
yang akan terjadi.
c. Economic Value Added (EVA)
EVA digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam meningkatkan nilai
tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika kinerja manajemen
baik/efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada
peningkatan harga saham perusahaan.
EVA dihitung dengan mengurangkan keuntungan operasi perusahaan dengan biaya
modal perusahaan, baik untuk biaya hutang (cost of debt) maupun modal sendiri (cost of
equity). Adapun rumusnya seperti ini :
EVA = Laba bersih operasi setelah dikurangi pajak – besarnya biaya modal operasi dalam
rupiah setelah dikurangi pajak

EVA = [EBIT (1 – pajak)] – [(modal operasi) (persentase biaya modal setelah pajak)

2.3 Strategi Portofolio Saham

2.3.1 Strategi Pasif


Dalam konsep pasar modal yang efisien dikatakan bahwa jika pasar benar-benar
efisien tidak akan ada satu investor pun yang bisa memperoleh return abnormal di atas
return pasar. Konsep tersebut menghasilkan strategi pasif dalam strategi pasif dalam
portofolio saham. Investor yang menggunakan strategi pasif percaya bahwa harga pasar
yang terjadi adalah harga yang mencerminkan nilai instrinsik saham tersebut. Oleh
karenya, investor tidak akan berusaha untuk secara aktif melakukan tindakan perdagangan
11
saham yang bisa memberikan return abnormal. Strategi pasif bisa juga diartikan
sebagai tindakan investor dalam membentuk portofolio saham yang merupakan replikasi
kinerja indeks pasar. Dengan demikian tujuan strategi pasif adalah untuk mengikuti
kinerja indeks pasar sedekat mungkin.

1. Strategi yang Dipakai Dalam Strategi Pasif

Strategi yang dipakai dalam strategi pasif portofolio saham meliputi strategi beli
dan tahan (buy and hold strateygy) dan strategi mengikuti indeks (indexing strategy).
Berikut ini akan dibahas dua strategi yang biasanya dipakai dalam strategi pasif portofolio
saham :

 Strategi Beli dan Simpan


Startegi ini pada dasarnya sama dengan strategi beli dan simpan dalam
portofolio obligasi. Dalam strategi ini investor membeli sejumlah saham dan tetap
memegangnya untuk beberapa waktu tertentu. Tujuan strategi beli dan simpan
adalah untuk menghindari biaya transaksi dan biaya tambahan lainnya yang
terlalu tinggi. Dalam hal ini, investor percaya bahwa return yang akan diperoleh dari
penerapan strategi ini tidak akan jauh berbeda dengan return yang diperoleh jika
investor secara aktif membeli dan menjual saham.
Pada strategi ini investor sangan mempertimbangankan biaya transaksi dan
biaya lainnya dalam melakukan portofolio saham. Strategi beli dan simpan bisa
dilakukan investor dalam komposisi yang terdiri atas banyak saham ataupun
hanya beberapa jenis saham. Meskipun demikian, investor tetap harus
melakukan pemilihan terhadap saham-saham tertentu yang akan dimasukkan dalam
portofolionya. Hal terpenting di sini adalah bahwa komposisi tersebut akan bisa
diterima sepanjang komposisi saham-saham tersebut mampu memberikan return-
return yang diharapkan investor. Jika ternyata komposisi yang telah dibentuk
mengalami perubahan kinerja, di mana misalnya risiko dari komposisi tersebut
meningkat sedangkan return yang diharapkan tetap sama, investor tentunya perlu
melakukan penyesuaian-penyesuaian, seperti merubah komposisi awal menjadi
komposisi baru sehingga sesuai dengan preferensi investor terhadap risiko.
Pada strategi beli dan simpan ini investor tidak berarti tidak melakukan
apa-apa dan hanya sekedar membeli lalu menyimpan saham yang telah dibelinya
tersebut tapi investor juga harus melakukan tindakan rasional dalam berinvestasi.
Investor harus pintar-pintar memilih saham yang akan dimasukkan dalam
investasinya lalu melakukan penyesuaian jika diperlukan. Di samping itu, hasil
12
yang diperoleh dari strategi beli dan simpan ini tentunya harus diinvestasikan
kembali untuk meningkatkan kemakmuran investor.
 Strategi Mengikuti Indeks
Strategi mengikuti indeks ini dalam praktiknya bisa digambarkan sebagao
pembelian instrumen reksa dana atau dana pensiun oleh investor. Strategi investor
seperti ini bisa dikategorikan strategi pasif. Dengan membeli instrumen reksa
dana, investor berharap bahwa kinerja investasinya pada kumpulan saham-saham
dalam instrumen reksa dana sudah merupakan duplikasi dari kinerja indeks pasar.
Dengan kata lain, investor berharap akan memperoleh return yang sebanding
dengan return pasar. Membeli reksa dana juga akan memberikan keuntungan bagi
investor karena biaya transaksi, biaya pencarian informasi, dan komisi konsultasi
analis menjadi lebih rendah. Dalam hal ini investor hanya membeli instrumen
reksa dana, dan tinggal menunggu return dari reksa dana yang telah dibelinya.

2. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Portofolio Pasif

Banyak pertentangan bahwa strategi portoflio pasif cocok untuk investor yang
tidak memiliki banyak waktu memantau saham. Di satu sisi, perdebatan lain mengatakan
bahwa strategi pasif membuat invesotr sering ketinggalan informasi-informasi relevan di
pasar saham. Oleh karena itu, kita perlu memahami kelebihan maupun kekurangan yang ada
pada penerapan strategi portoflio saham berikut ini.

 Kelebihan Strategi Portofolio Pasif


1) Investor tidak perlu melakukan banyak eksekusi beli jual dalam investasi. Hal
ini dapat meminimalkan bias dalam analisis dan mengambil keputusan investasi.
Karena investor tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu (yang menyebabkan bias) di
dalam analisis saham.
2) Investor melakukan aksi/eksekusi jika target-target investor telah tercapai atau
adanya kejadian yang menyebabkan anomali harga saham. Anomali bisa terjadi dalam
dua hal, yaitu menyebabkan harga saham naik atau turun secara signifikan.
 Kekurangan Strategi Portofolio Pasif
Strategi portofolio pasif akan memberikan return realisasi kurang lebih sama
dengan return pasar. Hal ini karena pada strategi portofolio pasif investor
memprioritaskan untuk memilih saham berdasarkan indeks harga saham tertentu.
Sehingga dengan strategi tersebut, investor juga berpotensi kehilangan momen-
momen yang bagus untuk mendapatkan abnormal return positif pada saat terjaid

13
kenaikan harga saham yang cukup tinggi ketika ada sentimen-sentimen positif di
pasar saham.

2.3.2 Strategi Aktif


Pada dasarnya semua investor menginginkan return yang setinggi- tingginya dari
suatu investasi yang dilakukan. Dengan demikian, investor akan selalu mencari jalan
agar memperoleh keuntungan yang lebih tinggi dibanding biaya yang harus
ditanggungnya. Dalam investasi portofolio saham dengan strategi aktif, berbagai cara
akan dilakukan investor untuk memperoleh return yang sebanding atau melebihi return
pasar. Tujuan strategi aktif adalah mencapai return portofolio saham yang melebihi
return portofolio saham yang diperoleh melalui strategi pasif. Dengan kata lain,
investor akan berusaha memperoleh hasil yang lebih tinggi dibandingkan return yang
diperoleh sesama investor lainnya. Mereka secara proaktif mencari informasi tambahan,
meningkatkan kemampuan mereka dalam menganalisis informasi-informasi memengaruhi
kinerja saham, bahkan tidak jarang ada yang berani membayar mahal untuk jasa konsultasi
analis saham yang terbaik. Semuanya dilakukan untuk meningkatkan return yang
diharapkan investor.

1. Strategi yang Dipakai Dalam Strategi Aktif

Berikut ini akan dibahas tiga strategi yang biasanya dipakai investor dalam menjalankan
strategi aktif portofolio saham.

a. Pemilihan Saham

Strategi ini merupakan strategi yang paling banyak digunakan dan paling
rasional. Dalam hal ini, investor secara aktif melakukan analisis dan pemilihan
saham-saham terbaik yaitu saham yang memberikan hubungan tingkat return-risiko
yang terbaik dibanding alternatif lainnya. Pemilihan tersebut dilakukan dengan
berdasar pada analisis fundamental guna mengetahui prospek saham tersebut di
masa datang. Dalam hal ini mereka percaya bahwa tindakan aktif yang mereka lakukan
akan memberikan return yang lebih besar dibanding investor lainnya yang hanya
mengandalkan strategi investasinya pada strategi pasif.

Beberapa pentingkah pemilihan saham bagi investor? Seperti pernah dibahas


dalam Bab IV sebelumnya, investor bisa melakukan diversifikasi dengan dua cara yaitu
cara random (naif), maupun dengan cara Markowitz. Artinya, investor bisa saja
memilih saham secara acak tanpa dianalisis terlebih dahulu akan tetapi manfaat

14
pengurangan risiko dari cara acak ini tidak akan scoptimal jika pemilihan
dilakukan dengan model Markowitz. Dengan memilih saham-saham terbaik dan
memasukkan saham tersebut dalam portofolio berarti investor akan memperoleh
manfaat pengurangan risiko dari tindakan diversifikasi saham. Tindakan ini juga
diharapkan bisa meningkatkan return yang diharapkan investor.

Investor yang cerdik tentunya akan membeli saham yang nilai intrinsiknya diatas
harga pasar (undervalued) dan menjual saham-saham yang nilai intrinsiknya di
bawah harga pasar (overvalued). Tindakan investor secara aktif memilih saham,
lalu membuat keputusan menjual atau membeli saham tertentu, diharapkan bisa
memberikan manfaat bagi investor untuk memperoleh keuntungan dari perubahan
harga saham yang terjadi. Manfaat yang diperoleh investor dari kenaikan harga
saham dikemudian hari disebut juga sebagai capital gain.

Dalam memilih saham-saham terbaik (superior), investor bisa melakakan


analisis secara individual ataupun dengan memanfaatkan jasa konsultasi analis
saham. Jika investor mempunyai akses informasi yang baik dan kemampuan yang baik
untuk menganalisis saham dan memilih saham, investor bisa melakukan pemilihan
saham secara individual. Tetapi ada kalanya investor lebih menyukai penggunaan
jasa analis saham profesional untuk memperoleh nasihat dan rekomendasi
keputusan terbaik tentang saham apa saja yang harus dipilih dan tindakan apa
yang harus dilakukan terhadap saham tersebut. Konsekuensinya adalah investor harus
mengeluarkan sejumlah biaya seperti komisi jasa konsultasi atau biaya atas informasi
tertentu. Tentu saja investor akan mengharapkan return yang lebih besar sebagai
kompensasi yang setimpal atas biaya yang telah dikeluarkannya.

b. Rotasi Sektor

Strategi ini biasanya dilakukan oleh investor yang berinvestasi pada saham-
saham di dalam negeri saja. Dalam hal ini investor bisa melakukan dua cara yaitu:
1) Melakukan investasi pada saham-saham perusahaan yang bergerak pada sektor
tertentu untuk mengantisipasi perubahan siklis ekonomi di kemudian hari. Hal ini
dilakukan jika investor yakin bahwa suatu saham pada sektor tertentu akan memberikan
return yang lebih tinggi dibanding return pasar.

2) Melakukan modifikasi atau perubahan terhadap bobot portofolio saham-saham


pada sektor industri yang berbeda-beda, untuk mengantisipasi perubahan siklis
ekonomi, pertumbuhan dan nilai saham perusahaan. Investor akan meningkatkan
15
bobot portofolionya pada saham-saham sektor industri yang berprospek cerah di
masa datang dan akan mengurangi bobot portofolionya pada saham sektor industri yang
berprospek kurang baik.

Reilly dan Brown (1997), mengategorikan saham-saham persek-tor industri menjadi


lima yaitu sebagai berikut:

a. Saham-saham sektor finansial (financial stocks excel).


b. Saham-saham sektor barang-barang konsumen tahan lama (con- sumer
durables excel).
c. Saham-saham sektor barang modal (capital goods excel).
d. Saham-saham sektor industri dasar (basic industries excel).
e. Saham-saham sektor barang-barang kebutuhan pokok (consumer staples excel)

c. Strategi Momentum Harga.

Ide dasar dari strategi ini adalah adanya kenyataan bahwa pada waktu-
waktu tertentu harga pasar saham akan merefleksikan pergerakan earning ataupun
pertumbuhan perusahaan. Dalam strategi ini investor akan mencari momentum atau
waktu yang tepat, pada saat perubahan harga yang terjadi bisa memberikan keuntungan
bagi investor melalui tindakan menjual atau membeli saham.

Berbagai teknik untuk mencari momentum yang tepat dalam portofolio


saham bisa dilakukan. Salah satunya adalah dengan mem- buat peta (chart)
pergerakan harga saham selama beberapa waktu untuk meramalkan apa yang akan terjadi
pada harga saham tersebut di kemudian hari. Jika harga-harga saham diperkirakan
akan meningkat maka investor akan meningkatkan bobot portofolionya pada
investasi portofoliosaham. Investor akan menginvestasikan uang yang dimilikinya
pada portofolio saham karena lebih menguntungkan dibanding alternatif lainnya.
Demikian pula sebaliknya, jika diperkirakan harga saham akan menurun maka
investor akan memindahkan investasinya dari portofolio saham ke alternatif investasi
lainnya.

Berbagai teknik kuantitatif yang lebih canggih dengan penggunaan teknologi


komputer sudah mulai dipergunakan untuk menentukan waktu yang paling tepat
untuk membeli atau menjual saham. Data yang telah terjadi (ex-post data) dipakai untuk
mencari pola pergerakan saham dan mencari hubungan sebab akibat antara satu
peristiwa dengan peristiwa lainnya. Tetapi, penggunaan teknologi komputer ini pun

16
sebenarnya masih mengandung kelemahan sehubungan dengan penggunaan data-data
historis. Menggunakan data-data historis yang telah terjadi untuk meramalkan
kejadian di masa datang secara implisit menganggap bahwa yang telah terjadi di
masa lalu akan sama dengan yang akan terjadi di masa datang.

Dalam kenyataannya strategi penentuan momentum harga saham merupakan


isu yang masih kontroversial. Strategi ini memang populer digunakan oleh para praktisi,
tetapi pertanyaannya adalah seben akuratkah metode ini mampu meramalkan apa yang
akan terjadi d kemudian hari. Bagi kalangan akademisi, fenomena seperti ini sang
menarik untuk dipelajari dan sangat perlu dilakukan penelitian empins tentang
subjek ini, untuk membuktikan strategi tersebut merupakan strategi yang layak
dipakai ataukah hanya suatu kebetulan belaka.

2. Kelebihan dan kekurangan Strategi Portofolio Aktif

 Kelebihan Strategi Portofolio Aktif


Pada strategi ini , investor harus selalu update analisa-analisa berdasarkan informasi
dan data fundamental terbaru. Hal ini membuat keputusan investasi dapat lebih
sesuai dengan tren pasar saham yang berlangsung saat itu (keputusan investasi lebih
update dan relevan). Dengan cara ini seperti ini, investor akan lebih cermat dan
teliti untuk menemukan momentum yang bagus untuk membeli atau menjual saham,
sehingga bisa memperoleh return yang maksimal.
 Kekurangan Strategi Portofolio Aktif
Kelemahannya, Investor juga bisa berpotensi bias dalam mengambil keputusan
investasi, karena ada banyak informasi yang harus disaring dan di update dalam
analisa pribadinya. Hal ini pada akhirnya juga bisa meningkatkan risiko dalam
berinvestasi. Strategi aktif juga dapat menimbulkan tingginya fee transaksi saham yang
harus dibayar investor jika diaplikasikan pada trader jangka pendek, karena strategi
aktif mengharuskan investor untuk lebih sering menganalisa dan memantau market.

2.4 Pergeseran Strategi Investasi dari Aktif ke Pasif dan Implikasinya Terhadap
Stabilitas Finansial
Pergeseran strategi investasi aktif ke investasi pasif merupakan fenomena global, dan
diperkirakan telah berlangsung selama paling tidak selama dua dekade. Ada dua cara
yang umum dilakukan oleh Manajer Investasi untuk mengimplementasikan strategi
Invetasi Pasif ini.

17
1. Cara pertama adalah cara replikasi penuh (full replication), Yaitu membeli semua
saham atau obligasi yang membentuk indeks rujukan, dalam proporsi yang sama
dengan bobot masing-masing saham, atau obligasi tersebut, dalam indeks rujukan
tersebut.
2. Cara kedua adalah membeli sebagian saja (sample) dari saham-saham dalam
indeks rujukan. Saham-saham yang dibeli adalah saham-saham yang secara
bersama-sama, pergerakan harganyay menyerupai pergerakan harga indeks rujukan.
Cara kedua ini disebut juga metode sampling. Metode sampling ini bisanya
dipilih jika indeks yang menjadi rujukan terlalu besar, atau memiliki konstituen
saham yang tidak likuid atau dukar diperoleh.

Pergeseran strategi investasi ini paling kentara pada instrumen investasi


reksadana terbuka (open ended fund) dan reksadana bursa (exchange traded fund) yang
merupakan sarana investasi publik. Karena di Indonesia kita tidak memiliki data yang
memadai mengenai investasi reksadana konvensional (mutual fund) dan ETF, kita akan
mengambil data di Amerika Serikat sebagai pembanding.

Di Amerika Serikat, per bulan Maret 2020 persentase strategi investasi pasif - yang
merupakan gabungan dari reksadana terbuka (mutual fund) dan reksadana bursa (ETF) -
adalah 41%. Jumlah ini meningkat pesat sekali dibandingkan angka 14% pada tahun 2005
dan hanya 3% pada tahun 1995. Pergeseran strategi investasi dari aktif ke pasif, terjadi
pada semua kelas aset. Di Amerika Serikat, per Maret 2020, reksadana ekuitas yang pasif
membentuk 48% dari total AUM (asset under management). Sementara itu, reksadana
pendapatan tetap yang pasif membentuk 30% dari AUM, di mana porsi keduanya
masing-masing masih di bawah 5% pada tahun 1995.

Pergeseran strategi investasi dari aktif ke pasif ini mempengaruhi stabilitas financial
melalui berbagai efek yang ditimbulkannya terhadap setidaknya empat hal di bawah ini.

1. Terhadap resiko likuiditas reksadana dan resiko penjualan kembali (redemption


risk).
2. Terhadap resiko volatilitas harga pasar dari saham-saham atau obligasi-obligasi.
3. Terhadap resiko konsentrasi industri aset manajemen.
4. Tfrerhadap resiko pergerakan berbarengan (co-movement) dari imbal hasil (return)
dan likuiditas asset

18
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penilaian saham dapat diartikan sebagai suatu proses pekerjaan seorang penilai dalam
memberikan opini tertulis mengenai nilai ekonomi suatu bisnis atau ekuitas pada saat
tertentu. Penilaian saham adalah suatu mekanisme untuk merubah serangkaian variabel
ekonomi/variabel perusahaan yang diramalkan menjadi perkiraan tentang harga saham
misalnya laba perusahaan dan deviden yang dibagikan, maksudnya suatu metode untuk
mencari nilai-nilai saham yang menjadi ukuran dalam investasi surat berharga
Pendekatan yang dapat digunakan dalam penentuan nilai intrinsik saham berdasarkan
analisis fundamental yaitu:
1. Pendekatan nilai sekarang (present value)
a) Model Pertumbuhan Nol
c) Model Pertumbuhan Konstan
d) Model Pertumbuhan Tidak Konstan (ganda)
2. Pendekatan Price Earning Ratio
3. Pendekatan Penilaian Saham Lainnya
a) Rasio Harga/Nilai Buku
b) Rasio Harga/Aliran Kas
c) Economic Value Added (EVA)
Strategi pasif bisa juga diartikan sebagai tindakan investor dalam membentuk
portofolio saham yang merupakan replikasi kinerja indeks pasar. Dengan demikian tujuan
strategi pasif adalah untuk mengikuti kinerja indeks pasar sedekat mungkin. Adapula strategi
portolio saham aktif dimana tujuan strategi aktif adalah mencapai return portofolio saham
yang melebihi return portofolio saham yang diperoleh melalui strategi pasif. Telah dijelaskan
pula terdapat strategi yang dipakai dalam strategi pasif dan aktif. Dimana kalau dalam strategi
pasif itu ada dua strategi yang dipakai yaitu strategi beli dan simpan serta strategi mengikuti
indeks. Sedangkan dalam startegi aktif ada tiga strategi yang dipakai yaitu pemilihan saham,
rotasi sektor dan strategi momentum harga.

19
DAFTAR PUSTAKA
Accurate.id. 2022. “Portofolio Saham : Pengertian, Tipe, dan Cara Membangunnya”,
https://accurate.id/ekonomi-keuangan/portofolio-saham/, diakses pada 2 Desember 2022
pukul 15.35.

Fakhruddin, M dan Hadianto M. Hadianto. 2001. Perangkat dan Model Analisis Investasi di
Pasar Modal. Jakarta: Gramedia.
http://riskymahira.blogspot.co.id/2013/06/penilaian-saham.html

SahamGain.com. 2020. “Strategi Portofolio Aktif dan Pasif”,


https://www.sahamgain.com/2020/03/startegi-portofolio-aktif-dan-pasif.html?m=1, diakses
pada 2 Desember 2022 pukul 23.59.

Seotiono, Kusumaningtuti S. 2016. Pasar Modal. Jakarta : Otoritas Jasa Keuangan.

Tandelilin, Eduadrus. 2017. Pasar Modal Manajemen Investasi dan Portofolio.


Yogyakarta : PT. Kanisius

Tandelilin eduardus. 1956. portofolio dan investasi. yogyakarta: UGM.

20

Anda mungkin juga menyukai