Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

SAHAM DAN PENILAIANNYA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan I

Nama Dosen:
Very Angrianingsih S.E M.M

Disusun Oleh:
Moh. Umarul Faruq (722213501)
Bayu Hambali (722213549)
Kelas: Manajemen 2022 D

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WIRARAJA 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesehatan
yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
sesuai dengan yang kami harapkan. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
dosen matakuliah Manajemen Keuangan atas bimbingan beliau kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Dalam makalah yang berjudul Saham dan Penilaiannya ini, kami


membahas beberapa hal, yaitu Jenis-Jenis Saham, Karakteristik Saham, dan
Penilaian Saham.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu kami sangat terbuka terhadap kritik dan saran demi perbaikan dimasa
depan. Kami berharap semoga makalah ini berguna bagi para pengajar,
mahasiswa, dan pembaca pada umumnya.

Sumenep,18 Oktober 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 3

1.3 Tujuan Makalah....................................................................................... 3

1.4 Manfaat Makalah..................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Jenis-Jenis Saham.................................................................................... 4

2.2 Karakteristik Saham............................................................................... 12

2.3 Penilaian Saham..................................................................................... 13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................ 27

3.2 Saran....................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebelum pemilik dana mengenal saham, banyak pemilik dana lebih memilih
berinvestasi dalam bentuk investasi berwujud seperti emas, tanah maupun rumah.
Akan tetapi muncul alternatif investasi lain yaitu saham. Sampai saat ini investasi
saham menjadi pilihan alternatif investasi oleh beberapa investor. Begitu pula di
Indonesia yang dimulai pada abad 19. Investasi saham diperkenalkan oleh
Belanda, dan masih diminati hingga sekarang. Untuk memulai investasi, investor
akan melihat kinerja perusahaan, kemudian harga saham dari perusahaan yang
akan dipilih. Selanjutnya menilai berapa banyak yang akan diperoleh bila dana
investor terbatas. Namun dalam melakukan investasi saham seorang investor tidak
cukup hanya melihat dari segi harga saham tanpa mengerti risiko dan return.
Tetapi kunci utama untuk sukses dalam investasi dan mengelolanya adalah
dengan menilai aset tersebut dan juga sumber aset untuk mendapatkan nilai
tersebut (Wabber R. Murhadi: 2009).
Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang
atau badan terhadap suatu perusahaan. Pengertian saham ini artinya adalah surat
berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan
Terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik
saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Dengan
demikian jika seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau
pemegang saham perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikkan ditentukan oleh seberapa
besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Saham juga diartikan
sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan atau suatu surat berharga yang menunjukkan adanya kepemilikan

1
2

seseorang atau badan hukum terhadap perusahaan penerbit saham (Darmadji dan
Fakhrudin, 2001:5).
Saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen
finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Dengan
menerbitkan saham, memungkinkan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan
pendanaan jangka panjang untuk “menjual” kepentingan dalam bisnis – saham
(efek ekuitas) dengan imbalan uang tunai. Ini adalah metode utama untuk
meningkatkan modal bisnis selain menerbitkan obligasi. Saham dijual melalui
pasar primer (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). Pasar yang
didalamnya berjalan usaha jual beli saham disebut bursa, dimana di dalamnya
juga melibatkan para broker yang menjadi perantara antara penjual dengan
pembeli. Untuk berinvestasi di saham, disarankan untuk melakukan teknik
evaluasi terlebih dan uang yang hendak diinvestasikan disebar di dalam beberapa
saham, agar risiko bisa dibagi. Selain itu, banyak ahli menyarankan agar investasi
di dalam saham dilakukan dalam jangka panjang. Mereka menyarankan rentang
waktu antara 10-20 tahun untuk bisa mendapatkan hasil yang signifikan dalam
berinvestasi di dalam saham.
Dalam kegiatan bisnis tidak akan lepas dengan investasi yang biasanya
dilakukan investor untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Namun ada kalanya
seorang yang berinvestasi tidak mendapatkan seperti yang diharapkan. Oleh
karena itu, dalam kegiatan bisnis dalam berinvestasi investor perlu
memperhatikan bagaimana perusahaan yang akan diinvestasikan sebagian saham
atau kepemilikannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menilai suatu
saham dan masih diperdebatkan sampai saat ini adalah bagaimana cara
mengestimasi fair value (nilai wajarnya) dan berapa lama waktu yang dibutuhkan
agar dapat menyesuaikan dengan nilai wajar tersebut. Kemudian harga wajar
saham digunakan oleh investor untuk melakukan strategi investasi dalam
mengantisipasi risiko atau isu-isu yang akan dihadapi.
3

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apakah jenis-jenis dari saham.
2. Apakah karakteristik saham.
3. Bagaimana cara penilaian saham.

1.3 Tujuan Makalah


Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang akan dicapai dalam makalah
ini adalah:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis saham.
2. Untuk mengetahui karakteristik saham.
3. Untuk mengetahui cara penilaian saham.

1.4 Manfaat Makalah


Ada beberapa manfaat yang penulis harapkan dalam penulisan makalah ini
yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang Saham dan Penilaiannya.
2. Sebagai bahan bacaan dan acuan bagi diri sendiri, rekan-rekan, serta
generasi yang akan datang
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis-Jenis Saham


Saham memiliki beberapa jenis dilihat dari segi kemampuan dalam hak tagih
atau klaim, segi kinerja perdagangan dan cara peralihannya, berikut ini adalah
jenis saham dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim yaitu:
1. Saham biasa (Commom Stock)
Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior dalam hal
pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham biasa ini merupakan saham yang
paling banyak dikenal dan diperdagangkan di pasar.
Saham biasa memiliki kelebihan dibandingkan saham preferen, terutama
dalam hal pemberian hak untuk ikut dalam RUPS dan RUPSLB yang
otomatis memberikan wewenang kepada pemegangnya untuk ikut serta dalam
menetukan berbagai kebijakan perusahaan.

Sebagai pemilik perusahaan pemegang saham biasanya memiliki hak,


yaitu:
a. Hak Kontrol
Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi.
Hal ini berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol
siapa saja yang akan memimpin perusahaannya. Pemegang saham dapat
melakukan hak kontrolnya dalam bentuk memberi vote dalam pemilihan
direksi di rapat tahunan pemegang saham atau tindakan-tindakan yang
membutuhkan persetujuan pemegang saham.
b. Hak Menerima Pembagian Keuntungan
Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak
mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Tidak semua laba
dibagikan, tetapi sebagian laba akan ditanamkan kembali ke dalam
perusahaan. Laba yang ditahan ini (retained earning) merupakan sumber

4
5

dana internal perusahaan sedangkan laba yang tidak ditahan diberikan


kepada pemilik saham dalam bentuk dividen.
c. Hak Preemptive (Preemptive Right)
Merupakan hak untuk mendapatkan persentase kepemilikan yang sama
jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham. Jika perusahaan
mengeluarkan tambahan lembar saham yang beredar akan lebih banyak
dan akibatnya persentase kepemilikan saham yang lama akan turun. Hak
preemptive memberi prioritas kepada pemegang saham lama untuk
membeli tambahan saham baru, sehingga persentase kepemilikan tidak
berubah.
Dengan adanya risiko yang besar tersebut biasanya jika usaha perusahaan
berjalan dengan baik maka dividen saham biasa akan lebih besar daripada
saham preferen. Tetapi manakala terjadi likuidasi pembagian dividen dan
pembagian harta perusahaan serta pemegang saham biasa akan memperoleh
pembagian terakhir setelah pemegang saham preferen. Pembagian dividen
untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayar dividen
untuk saham preferen. Saham biasa mempunyai hak yang sama bagi
pemegangnya yang dapat menentukan jalannya perseroan melalui rapat
umum pemegang saham. Terkadang hak suara dalam rapat pemegang saham
hanya diberikan pada saham biasa, tetapi sering juga saham preferen
mempunyai hak suara (Jogianto, 2000: 58).
2. Saham Preferen (Preferred Stocks)
Saham preferen merupakan saham yang mempunyai hak khusus melebihi
pemegang saham biasa. Saham preferen disebut juga dengan saham istimewa
sebab mempunyai banyak keistimewaan. Biasanya keistimewaan ini
dihubungkan dalam hal pembagian dividen atau pembagian aktiva pada saat
likuidasi.

Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan


(hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biasa, seperti obligasi yang
membayarkan harga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil
6

yang tetap berupa dividen preferen, seperti saham biasa dalam hal likuidasi
klaim pemegang saham preferen di bawah klaim pemegang obligasi
dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak,
yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi
likuidasi (Jogianto, 2000:59).

Kelebihan dalam hal pembagian dividen adalah bahwa dividen yang dibagi
pertama kali harus dibagikan untuk saham preferen, kalau ada kelebihan baru
dibagikan kepada pemegang saham biasa. Dividen saham preferen tidak
terutang atas dasar waktu, tetapi baru terutang jika sudah diumumkan oleh
perusahaan. Dalam hal pimpinan perusahaan tidak mengumumkan pembagian
dividen dalam suatu periode maka dividen tidak hilang. Biasanya saham
preferen mempunyai nilai nominal dan dividennya dinyatakan dalam
persentase dari nilai nominal. Apabila saham prioritas tidak mempunyai nilai
nominal maka dividennya dinyatakan dalam bentuk rupiah dan bukan dalam
bentuk persentase. Suatu perusahaan dapat mengeluarkan lebih dari satu
macam saham preferen disebut saham preferen ke satu, saham preferen kedua
dan seterusnya, dimana saham preferen kesatu mempunyai klaim yang
pertama terhadap laba dan saham preferen kedua mempunyai klaim kedua dan
seterusnya. Saham preferen dipisah lagi menjadi:
a. Saham Preferen Kumulatif
Saham preferen kumulatif adalah saham preferen yang dividennya
setiap tahun harus dibayarkan kepada pemegang saham dengan kata lain
saham ini merupakan saham yang dijamin akan memperoleh dividen
setiap tahunnya. Apabila dalam satu tahun dividen tidak dapat dibayarkan
maka pada tahun-tahun berikutnya dividen yang belum dibayarkan
tersebut harus dilunasi dulu sehingga dapat mengadakan pembagian
dividen untuk saham biasa.
b. Saham Preferen Tidak Kumulatif
Saham ini merupakan kebalikan dari saham preferen kumulatif. Dalam
saham preferen tidak kumulatif pemegang saham tidak akan memperoleh
7

pembagian keuntungan secara penuh manakala dalam suatu periode ada


dividen yang belum dibayar. Dalam saham jenis ini, pemegang saham
preferen akan mendapat prioritas akan tetapi hanya sampai pada jumlah
tertentu sehingga tidak seluruh dividen yang tidak dibayar akan dipenuhi
seluruhnya, kadangkala tidak menutup kemungkinan bahwa dividen yang
tidak dibayar pada tahun sebelumnya tidak akan dibayar ditahun
kemudian.
c. Saham Preferen Partisipasi
Saham ini merupakan saham preferen dalam hak dividennya tidak
terbatas dalam jumlah tertentu. Ini berarti saham ini disamping
memperoleh dividen tetapi juga akan memperoleh bonus (tambahan)
dividen manakala perusahaan mencapai sasaran yang telah digariskan.
d. Saham Preferen Konvertibel (Convertible Preffered Stock)
Adalah saham preferen yang dapat ditukar dengan surat berharga lain
yang dikeluarkan oleh perusahaan lain yang menerbitkan saham ini
umumnya hak konversi ditujukan untuk dapat ditukarnya saham preferen
dengan saham biasa. Meskipun saham preferen umumnya mempunyai hak
yang didahulukan dalam pembagian dividen akan tetapi dalam
hubungannya dengan kekuasaan terhadap keberadaan perusahaan sangat
jauh lebih kecil dibandingkan dengan saham biasa.
Berikut ini adalah jenis saham dari segi kinerja perdagangan yaitu:
1. Saham Unggulan (Blue Chip-Stock)
Merupakan saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional dan
memiliki sejarah laba, pertumbuhan, dan manajemen yang berkualitas. Jika di
Indonesia kita bisa melihat ada 5 besar saham yang termasuk kategori LQ45,
yaitu likuiditas dari 45 buah perusahaan yang di anggap memiliki tingkat
likuiditas yang baik dan sesuai dengan harapan pasar modal.
2. Growth Stock
Adalah saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba
yang lebih tinggi dari rata-rata saham-saham lain, sehingga mempunyai PER
yang tinggi.
8

3. Saham Defensive (defensive stock)


Adalah saham yang cenderung lebih stabil dalam masa resesi atau
perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan dividen, pendapatan, dan
kinerja pasar. Biasanya, contoh perusahaan yang masuk kategori ini adalah
perusahaan yang produknya memang dibutuhkan oleh public seperti
perusahaan yang masuk kategori makanan dan minuman (food and beverage),
yaitu produk gula, beras, minyak makan, garam, dan sejenisnya.

4. Saham Siklikal (Cyclical Stock)

Adalah sekuritas yang nilainya cenderung naik secara cepat saat


perekonomian mengalami peningkatan dan jatuh secara cepat saat
perekonomian lesu. Contohnya, saham pabrik mobil dan real estate.
Sebaliknya, saham non siklis mencakup saham-saham perusahaan yang
memproduksi barang-barang kebutuhan umum yang tidak terpengaruh oleh
kondisi ekonomi, misalnya makanan dan obat-obatan.

5. Saham Musiman (Seasonal Stock)

Adalah saham perusahaan yang penjualannya bervariasi karena dampak


musiman, misalnya karena cuaca dan liburan. Sebagai contoh, pabrik mainan
memiliki penjualan musiman yang khusus pada musim natal atau liburan
sekolah.

6. Saham Spekulatif (Speculative Stock)

Adalah saham yang kondisinya memiliki tingkat spkeluasi yang tinggi dan
kemungkinan tingkat imbal hasilnya rendah atau negatif. Saham spekulatif
biasanya dipakai untuk membeli saham pada perusahaan pengeboran minyak.
9

Berikut ini adalah jenis saham dari segi peralihannya, yaitu:


1. Saham Atas Unjuk (Bearer Stock)

Secara fisik, pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya. Hal ini
bertujuan agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor
lainnya. Banyak investor yang memiliki saham ini dengan tujuan memang
untuk diperjualbelikan. Investor tidak perlu khawatir karena secara hukum,
siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya
dan berhak untuk ikut hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

2. Saham Atas Nama (Registered Stock)

Kebalikan dari saham atas unjuk, pada saham atas nama pemegang
saham tertulis jelas namanya di dalam kertas saham dan cara peralihannya
pun juga harus melalui prosedur tertentu.

Berikutnya yaitu ada jenis saham treasuri (treasury stock)

Treasury stock adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah


dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk
tidak dipensiunkan tetapi disimpan sebagai treasury. Perusahaan emiten
membeli kembali saham beredar sebagai saham treasury dengan alasan-
alasan sebagai berikut ini:

a. Akan digunakan dan diberikan kepada manajer-manajer atau


karyawan-karyawan di dalam perusahaan sebagai bonus dan
kompensasi dalam bentuk saham.
b. Meningkatkan volume perdagangan dipasar modal dengan harapan
meningkatkan nilai pasarnya.
c. Menambahkan jumlah lembar saham yang tersedia untuk digunakan
menguasai perusahaan lain.
d. Mengurangi jumlah lembar saham yang beredar untuk menaikkan laba
per lembarnya.
10

e. Alasan khusus lainnya yaitu dengan mengurangi jumlah saham yang


beredar sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan lain
untuk menguasai jumlah saham secara mayoritas dalam rangka
pengambilan alih tidak bersahabat.

Pencatatan transaksi saham treasuri (treasury stock). Ada dua metode


pencatatan treasury stock:

a. Metode nilai nominal

Pembelian treasury stock dipandang sebagai penghentian sebagaian


saham yang beredar. Jika treasury stock dijual lagi maka penjualannya
dianggap mencari pemegang saham baru. Treasury stock yang dibeli
dicatat dengan cara:

1) Mendebet rekening modal saham


2) Mendebet rekening treasury stock dan saldonya mengurangi modal
yang beredar dalam neraca
3) Modal saham atau treasury stock sebesar nilai nominal saham yang
dibeli.
4) Rekening agio/disagio saham yang timbul pada saat penjualan
dihapus. Selisih antara harga beli saham dengan nilai saham yang
dibeli dicatat dalam rekening agio saham atau laba tidak dibagi.
Jika treasury stock dijual kembali pencatatannya sama seperti
pengeluaran saham biasa.
b. Metode harga perolehan

Pembelian treasury stock dipandang sebagai tambahan terhadap


elemen modal yang belum ditentukan penyelesaiannya (biasa dijual
kembali/tidak).

Treasury stock yang dibeli dianggap sebagai elemen modal yang


negative dan tidak usah diidentifikasikan dengan elemen modal yang ada.
11

Treasury stock yang dibeli dicatat dalam rekening treasury stock sebesar
harga belinya/biaya perolehannya. Jika belum dijual dalam neraca
treasury stock mengurangi jumlah modal. Jika harga jual treasury stock
lebih tinggi dari biaya perolehannya selisihnya dicatat dalam rekening agio
saham. Jika harga jual treasury stock lebih rendah dari biaya perolehannya
selisihnya dicatat dalam rekening laba tidak dibagi.

Treasury stock diterima sebagai sumbangan bisa dimanfaatkan


perusahaan untuk:

a. Untuk menambah modal kerja


b. Sebagai hadiah untuk perusahaan
c. Menunjukkan pengembalian saham karena adanya penilaian yang
terlalu tinggi terhadap aktiva yang diserahkan untuk menukar saham
tersebut.

Ada 3 metode untuk mencatat penerimaan sumbangan saham:

a. Saham yang diterima dicatat dengan memo yang berisi:


1) Macam sahan
2) Jumlah lembar
3) Penyumbangnya.
b. Treasury stock sebesar harga pasar saham pada saat penerimaan dan
dimodal sumbangan. Jika treasury stock dijual selisih antara harga jual
dengan harga pasar pada saat penerimaan dicatat dalam rekening
modal sumbangan.

Treasury stock sebesar nilai nominalnya, agio/disagio saham yang timbul


pada saat penjualan saham dihapus dan modal sumbangan. Jika treasury
stock dijual selisih antara harga jual dengan nilai nominalnya dicatat dalam
rekening modal sumbangan.
12

2.2 Karakteristik Saham


Menurut ( M.Fakhruddin & Sopian Adianto: 2001) saham memiliki beberapa
karakteristik, antara lain:
1. Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
2. Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (one share pne
vote).
3. Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan
perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan) setelah
semua kewajiban perusahaan dilunasi.
4. Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim sebesar proporsi
sahamnya.
5. Hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya.

2.2.1 Karakteristik Saham Biasa


Berikut adalah karakteristik dari saham biasa:
1. Pemegang saham mendapat prioritas dalam pemilihan ketua
komisaris.
2. Hak penerbit saham akan diutamakan bila mereka menerbitkan
saham baru.
3. Tanggung jawab yang terbatas dapat diberikan terhadap saham
yang ada.

2.2.2 Karakteristik Saham Preferen


Berikut adalah karakteristik dari saham preferen:
1. Memiliki berbagai tingkat, dapat diterbitkan dengan karakteristik
yang berbeda.
2. Tagihan terhadap aktiva dan pendapatan, memiliki prioritas lebih
tinggi dari saham biasa dalam hal pembagian dividen.
3. Dividen kumulatif, bila belum dibayarkan dari periode sebelumnya
maka dapat dibayarkan pada periode berjalan dan lebih dahulu dari
saham biasa.
13

4. Konvertibilitas, dapat ditukar menjadi saham biasa, bila


kesepakatan antara pemegang saham dan organisasi penerbit
terbentuk.
Berdasarkan karakteristik yang telah disebutkan diatas maka dapat dilihat
perbedaan antara saham preferen dengan saham biasa adalah sebagai berikut:
1. Pada saham biasa mendapatkan hak untuk memilih direksi dan kebijakan
tertentu, sedangkan preferen tidak (kecuali dalam situasi tertentu).
2. Dividen pada saham biasa tergantung kinerja perusahaan, jika baik
mereka akan mendapatkan keuntungan setimpal, begitupun sebaliknya.
Tapi untuk saham preferen sudah ditetapkan dividennya.
3. Jika perusahaan dilikuidasi, dalam hal pengembalian investasi, pemegang
saham preferenlah yang diutamakan dibandingkan dengan pemegang
saham biasa.
4. Pada pemegang saham biasa diberi hak untuk memesan kembali,
sehingga dapat memelihara proporsi kepemilikkan perusahaan,
sedangkan pemegang saham preferen tidak demikian.

2.3 Penilaian Saham


Saham merupakan aset finansial yang dapat dijadikan investasi. Penilaian
saham dilakukan untuk menentukan apakah saham yang akan dibeli atau dijual
akan memberikan tingkat return yang sesuai dengan return yang diharapkan.
Berdasarkan fungsinya, nilai saham dapat dibedakan menjadi nilai buku, nilai
pasar, dan nilai intrinsik.
1. Nilai Pasar (Market Value)
Merupakan harga saham di bursa saham pada saat tertentu. Ditentukan
oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar bursa. Jika
seorang analis yakin bahwa suatu saham adalah lebih berharga menurut harga
pasar dari harga yang diminta maka pembelian saham dapat
direkomendasikan. Pendekatan nilai pasar secara sederhana berurusan dengan
nilai pasar, bukan nilai intrinsik. Ada 3 faktor yang perlu mendapat perhatian
yaitu sebagai berikut:
14

a. Kemunduran pada kebanyakan saham.


Seorang investor dapat melakukan pembelian apabila pasar keliatan
menjadi rendah pada sebagian besar saham. Logikanya bahwa nilai pasar
dari kebanyakan saham berada dibawah tingkat harga pasar normal
sehingga harga akan segera naik kembali.
b. Perbandingan industri.
Dengan cara ini seorang investor mencoba pembelian-pembelian yang
keliatannya harus membanding-bandingkan dengan perusahaan dalam
industri yang sama. Mungkin terjadi bahawa saham-saham yang serupa
harganya naik, sementara saham-saham dari satu perusahaan tertinggal
dibelakang tanpa alasan yang jelas. Jika perusahaan yang tertinggal itu
akan menarik perhatian pada harga yang rendah dan saham itu mungkin
memperoleh keuntungan.
c. Pola siklis yang rendah.
Digunakan data historis untuk mencari pola siklis tertentu. Analis
kemudian membeli saham itu mendekati suatu siklis yang rendah dan
kemudian menjualnya mendekati suatu siklis yang tinggi.
2. Nilai buku (book value)
Nilai buku per lembar saham adalah nilai aktiva bersih yang dimiliki
pemilik dengan memiliki satu lembar saham. Dilihat dari laporan keuanga
perusahaan yang bersangkutan. Cara menentukan nilai buku adalah membagi
total ekuitas dengan jumlah saham biasa yang beredar.
3. Nilai intrinsik (fundamental value)
Nilai intrinsik adalah suatu saham yang dibenarkan untuknya apabila
mempertimbangkan faktor-faktor dasar nilai tersebut. Dalam hal ini, nilai
sesungguhnya berbeda dengan harga pasar. Ada 4 faktor utama yang
mempengaruhi nilai intrinsik, yaitu sebagai berikut:
a. Nilai aktiva perusahaan
Aktiva fisik yang dimiliki suatu perusahaan memiliki nilai pasar.
Aktiva tersebut dapat dilikuidasi untuk membayar kembali kepada kreditur
dan untuk dibagikan kepada pemegang saham.
15

b. Kemungkinan akan pendapatan, dividen, dan aliran kas masa


mendatang
Faktor-faktor seperti pendapatan, dividen, dan aliran kas masa
mendatang akan mempengaruhi nilai sekarang dari saham.
c. Kemungkinan pertumbuhan masa depan.
Prospek perusahaan akan pertumbuhan masa depan mempengaruhi
nilai intrinsik saham.
Analisis nilai intrinsik yaitu membandingkan nilai sesungguhnya dari
suatu saham dengan harga pasarnya. Tujuan analisis ini adalah untuk
menentukan apakah suatu saham adalah undervalued atau overvalued. Suatu
perusahaan dikatakan undervalued jika pasar tidak menemukan bukti adanya
faktor-faktor dasar yang membenarkan suatu harga pasar yang lebih tinggi.
Artinya, saham itu nilainya lebih tinggi dari harga jualnya. Apabila para calon
investor menemukan bahwa perusahaan mengumumkan dividen yang lebih
tinggi dari yang mereka harapkan, maka mereka akan membeli saham
perusahaan itu dan memaksa harga saham lain. Sebaliknya, apabila investor
menemukan suatu saham adalah overvalued, maka mereka akan menjual
saham-sahamnya sehingga menyebabkan harga pasar akan turun. Para calon
investor akan membeli saham pada saat saham tersebut undervalued,
sebaliknya akan menjualnya apabila saham tersebut overvalued.

2.3.1 Penilaian Saham Preferen

Saham preferen berbeda dari saham biasa karena ia memiliki hak-hak


istimewa dibandingkan saham biasa dalam hal pembayaran dividen dan
dalam pembagian kekayaan/aset perusahaan dalam keadaan likuidasi.
Hak-hak istimewa hanya dalam hal pemegang saham preferen harus
menerima dividen seblum pemegang saham biasa menerimanya.

Saham preferen merupakan suatu bentuk modal sendiri baik dari segi
hukum maupun dari segi pajak. Oleh karena itu, penting untuk dicatat,
16

bahwa para pemegang saham preferen kadang-kadang tidak mempunyai


hak suara.

1. Nilai yang Dinyatakan (Stated Value)

Saham preferen memiliki suatu nilai likuidasi yang dinyatakan,


biasanya $ 100 per lembar saham. Dividen tunai digambarkan dalam dolar
per lembar. Sebagai contoh, General Motors “$ 5 preffered” secara mudah
menterjemahkannya kedalam suatu hasil dividen dengan nilai yang
dinyatakan sebesar $ 5 persen.

2. Dividen yang Kumulatif dan Nonkumulatif

Dividen yang kumulatif berarti pemegang saham preferen mempunyai


hak menerima dividen baik saat perusahaan rugi maupun perusahaan
untung tetapi pembayarannya dikumpulkan jadi satu pada saat perusahaan
sudah mampu untuk membayarnya.

Dividen nonkumulatif berarti pemegang saham preferen mempunyai hak


menerima dividen baik saat perusahaan rugi maupun perusahaan untuk tetapi
pembayarannya pada setiap tahun yang bersangkutan. Saham preferen
(preffered stock) adalah saham yang memberikan sejumlah dividen yang tetap
jumlahnya dan telah dinyatakan sebelumnya. Jadi dividen saham preferen
merupakan suatu anuitet (annuity). Karena saham preferen tidak memiliki
tanggal jatuh tempo, maka anuitet tersebut memiliki periode sampai tak
terhingga (~) atau merupakan suatu perpetuitas (perpetuity).

Nilai atau harga saham preferen merupakan nilai sekarang (present value)
dari seluruh dividen yang diterima.

Dps
Vps =
Kps

Dimana:

Vps = Nilai saham preferen,


17

Dps = Dividen saham preferen,

Kps = Tingkat keuntungan yang disyaratkan pada saham preferen.

Rumus diatas adalah rumus mencari nilai sekarang (present value) dari
perpetuitas (perpetuity).

2.3.2 Penilaian Saham Biasa

Saham biasa (Common Stock) berbeda dengan saham preferen dalam


hal pembayaran dividen. Pada saham biasa, besarnya dividen tidak pasti
dan tidak tetap jumlahnya. Perusahaan pun tidak wajib memberikan
dividen setiap tahun meskipun, missal pada tahun tersebut perusahaan
memperoleh laba. Karakteristik ini membuat penilaian saham biasa
menjadi lebih sulit dibanding penilaian saham preferen.

Jika investor yang membeli suatu saham biasa bermaksud menyimpan


saham tersebut sampai waktu tak terhingga (~), maka harga atau nilai
saham tersebut dapat dihitung sebagai berikut:

¿ D1 D2 Dω
P 0= 1
+ 2
+ …+ ω
(1+ Ks) (1+ Ks) (1+ Ks)
ω
DT
P 0=∑
¿

t=1 (1+ Ks)T

Dimana:

P^0 = harga saham yang diharapkan,

DT = dividen,

Ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham.

Dividen tidak tetap dan sulit diprediksi. Hal ini menyebabkan penilaian
saham biasa jauh lebih sulit dari pada penilaian obligasi atau saham
18

preferen. Agar dapat menghitung nilau suatu saham, investor harus


memprediksi dividen saham biasa.

Ada 3 (tiga) pendekatan:

1. Pendekatan Dividen Tidak Bertumbuh (Zero Growth Dividend),


2. Pendekatan Dividen Bertumbuh Secara Konstan (Constant Growth
Dividend), dan
3. Pendekatan Dividen Bertumbuh Secara Tidak Konstan (Non Constant
Growth Dividend).

1. Dividen Tidak Bertumbuh

Jika diasumsikan bahwa dividen saham biasa tidak bertumbuh, atau


pertumbuhannya nol (zero growth), nilai saham dapat dihitung sebagai
berikut:

¿ D1 D2 Dω
P 0= 1
+ 2
+ …+ ω
(1+ Ks) (1+ Ks) (1+ Ks)

D1 = D2 = D3 = …….. Dω = D (karena g = 0)

Maka:

¿ D1 D2 Dω
P 0= 1
+ 2
+ …+ ω
(1+ Ks) (1+ Ks) (1+ Ks)

Ini adalah sama dengan rumus mencari nilai saham preferen:

¿ D1
P 0=
Ks

Contoh:
19

Saham perusahaan ABC diprediksi memberikan dividen sebesar Rp


1.000 per lembar setahun mendatang. Calon pembeli saham tersebut
mensyaratkan suatu tingkat keuntungan pada saham sebesar 10% per
tahun dan dividen diperkirakan tidak bertumbuh (g = 0) atau tetap sebesar
Rp 1.000.

Berapa harga saham yang bersedia dibayar calon pembeli tersebut? Berapa
harga saham tersebut jika dividen diberikan setiap 3 bulan sebesar Rp
1.000 dan tidak pernah bertumbuh (g = 0) sedangkan tingkat keuntungan
yang disyaratkan investor 12% per tahun atau 4% per 3 bulan?

Jawaban:

D = Rp 1.000

KP = 10% = 0,10

D
P0 =
Kp

Rp 1.000
P0 = = Rp 10.000
0 , 10

Jika

Rp 1.000
D=
3 bulan

0 ,12
Kp = = 0,03
4

Maka:

D Rp 1.000
P0 = = = Rp 33.333,33
Kp 0 , 03
20

2. Dividen Bertumbuh secara Konstan

Asumsi bahwa dividen tidak bertumbuh atau konstan tidak realistis.


Pada umumnya dividen bertumbuh sesuai dengan tingkat pertumbuhan
perusahaan. Misalnya diasumsikan dividen bertumbuh secara konstan dari
tahun ke tahun yang berarti dividen bertumbuh dengan suatu tingkat yang
selalu sama. Misalnya, jika dividen bertumbuh secara konstan 10%
pertahun. Jika dividen tahun ini Rp 100 maka dividen tahun depan adalah
Rp 100 (1+0,01) = Rp 110, dan dividen tahun berikutnya adalah Rp 110
(1+0,01) = Rp 121 demikian seterusnya. Asumsi dividen bertumbuh secara
konstan ini biasanya diterapkan pada perusahaan telah mapan atau
memasuki tahap kedewasaan pada siklus hidup dasar produk. Untuk
perusahaan yang baru biasanya pada awal-awal tahun, tingkat
pertumbuhan dividen tinggi. Setelah beberapa tahun tingkat pertumbuhan
ini menurun dan cenderung konstan.

Jika dividen diasumsikan bertumbuh secara konstan dari waktu ke


waktu, maka nilai saham dihitung sebagai berikut:

¿ D1 D2 D3 Dω
P 0= 1
+ 2
+ 3
+ …+ ω
(1+ Ks) (1+ Ks) (1+ Ks) (1+ Ks)
1 2 3 ω
D0 (1+ g) D 0 (1+ g) D 0(1+ g) D 0(1+ g)
¿ 1
+ 2
+ 3
+ …+
(1+ Ks) (1+ Ks) (1+ Ks) (1+ Ks)ω
n T
D 0(1+ g)
P¿ 0=∑
T=1 (1+ Ks)T

Jika g adalah konstan, dan Ks > g, maka persamaan diatas dapat


disederhanakan menjadi:

¿ D 0 (1+ g) D1
P 0= ❑ =
(Ks−g) (Ks−g)
21

Dimana:

¿
P 0 = Nilai/harga saham biasa pada t=0,

D0 = dividen terakhir yang dibagikan (dividen yang telah berlalu, tidak


akan diterima jika kita membeli saham sekarang/pada t=0,

g = growth atau tingkat pertumbuhan dividen,

Ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada saham tersebut.

Model penilaian saham tersebut disebut Gordon Model untuk


menghormati penemunya, Myron J. Gordon.

Contoh:

Dividen saham A diduga akan bertumbuh secara konstan dengan tingkat


pertumbuhan 10%/tahun. Dividen terakhir yang dibagikan adalah 1,82.
Jika investor mensyaratkan tingkat keuntungan sebesar 16% pada saham
ini, berapa harga saham ABC?

Jawaban:

D0 = 1,82

g = 10%

Ks = 16%

¿ D 0 (1+ g) D1
P 0= ❑ =
(Ks−g) (Ks−g)

1, 82(1+0 ,10)
¿
0 ,16−0 , 10❑

= 33,33
22

Faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan dividen (g)?


Pertumbuhan dividen terutama disebabkan oleh pertumbuhan pada Laba
Per Lembar Saham (Earning Per Share = EPS).

Pertumbuhan laba atau penghasilan perusahaan sendiri dipengaruhi


oleh:

1. Inflasi,
2. Jumlah penghasilan yang diinvestasikan kembali,
3. Tingkat keuntungan dari modal sendiri atau Return On Equity
(ROE).

Tingkat pertumbuhan dividen dapat diprediksi dengan menggunakan


rumus sebagai berikut:

g = Plowback ratio x ROE

Dimana:

g = prediksi tingkat pertumbuhan dividen,

plowback ratio= 1- dividend payout ratio,

ROE = Return On Equity

Asumsi model ini adalah dividend payout ratio (persentase


penghasilan bersih yang dibagikan dalam bentuk dividen) konstan.

3. Dividen Bertumbuh Secara Tidak Konstan


23

Pada umumnya dividen saham biasa suatu perusahaan tidak konstan


tetapi berubah sesuai dengan daur hidup (life cycle) perubahan tersebut.
Pada periode awal, biasanya dividen perusahaan berubah-ubah.

Tetapi begitu masuk ke tahap kedewasaan, pertumbuhan dividen


tersebut cenderung konstan. Langkah-langkah menghitung nilai saham
biasa jika pertumbuhan dividen tidak konstan:

a. Membuat estimasi pertumbuhan dividen,


b. Menghitung nilai sekarang (present value) dividen selama periode
dimana dividen tidak bertumbuh secara konstan,
c. Menghitung nilai saham pada akhir periode pertumbuhan tidak
konstan,
d. Jumlahkan b dan c untuk mendapatkan P^0.

Contoh:

Dividen saham P diharapkan bertumbuh secara konstan sebesar 30% pada


3 tahun pertama. Setelah itu dividen akan bertumbuh 10% setiap tahun
untuk selamanya. Dividen terakhir yang dibayarkan adalah 1,82. Berapa
harga saham B jika para investor mensyaratkan tingkat keuntungan pada
saham tersebut sebesar 16%?

Jawab:

D0= 1,82

D1=D0 (1+0,30)

=1,82 (1,30)1=2,366

D2= 1,82 (1+0,30)2=3,070

D3=1,82 (1+0,30)3=3,999

D4=D3 (1+g)
24

= 3,999 (1+0,10)

= 4,399

Nilai sekarang (present value) dari dividen 1,2, dan 3 adalah :

D1 D2 D3
PV (D1, D2, D3) = + +
( 1+ Ks ) ( 1+ Ks ) ( 1+ Ks )3
1 2

2,366 3,070 3,999


= 1
+ 2
+ 3
(1+0 , 16) (1+ 0 ,16) (1+ 0 ,16)

= 0,2040 + 2,286 + 2,562

= 6,89

4. Dividend yield dan capital gain yield


Keuntungan dari dividen saham disebut dividend yield dan
keuntungan dari kenaikan harga disebut capital gain yield. Dividend yield
ditambah capital gain yield adalah tingkat keuntungan atau Ks.

Dividen per share


Dividend Yield =
share price

P 1−P 0
Capital Gain Yield =
P0

Dimana:

P1 = harga saham pada akhir periode 1

P0 = haraga saham pada awal periode 1

Ks = DY + CGY

Dimana:

Ks = tingkat keuntungan saham


25

DY = dividend yield

CGY = capital gain yield

Tingkat keuntungan untuk saham dengan pertumbuhan dividen yang


konstan tetap dapat digunakan Gordon Model:

D1
P 0=
( Ks−g)
D1
Maka: Ks−g=
(Ks−g)
D1
Ks= +g
P0

Dimana:

Ks=tingkat keuntungan yang diharapkan pada saham

D1
=dividend yield yang diharapkan
P0

g = tingkat pertumbuhan yang diharapkan (capital gain yield)

Contoh:

Pada 1 Januari 2005 harga saham C adalah Rp 33,33 (P 0). Dividen pada
akhir tahun 2005 diharapkan sebesar Rp 2. Dividen diharapkan tumbuh
secara konstan pada 10% per tahun. Berapa tingkat keuntungan yang
diharapkan pada saham C ?

Jawab:

D1
Ks= +g
P0
2
Ks= + 10 %
33 , 33

= 6% + 10% = 16%
26

Tingkat keuntungan untuk saham dengan dividen yang tidak bertumbuh:

D
P 0=
Ks

D
Maka: Ks=
P0

Dimana:

Ks = tingkat keuntungan yang diharapkan pada saham

D = dividen saham

P0 = harga saham
27

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Saham biasa pada dasarnya tidak terlalu berbeda dengan saham preferen.
Pemilik saham biasa memiliki hak untuk memberikan suara, sedangkan pemilik
saham preferen tidak demikian kecuali dalam keadaan tertentu. Namun, pemilik
saham preferen akan diprioritaskan apabila perusahaan dilikuidasi. Saham biasa
dapat dinilai pada kondisi yang berbeda, yaitu pada saat pertumbuhan dividen
tidak ada, pertumbuhan dividen tetap, dan pertumbuhan dividen tidak tetap.
Saham biasa merupakan surat bukti kepemilikan atau surat bukti penyertaan atas
suatu perusahaan yang mengeluarkannya. Perusahaan yang mengeluarkannya
berbentuk perseroan terbatas. Sebagaimana saham preferen, saham biasa juga
memberikan dividen kepada pemilik saham. Saham preferen mempunyai hak-hak
prioritas, yaitu hak atas dividen yang tetap dan hak terhadap aktiva jika terjadi
likuiditas.

Dibutuhkan analisis saham yang bertujuan untuk menaksir menilai intrinsik


suatu saham dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini saham
tersebut. Nilai intrinsik menunjukan present value arus kas yang diharapkan dari
saham tersebut. Pedoman yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

a. Apabila nilai intrinsik > harga pasar saat ini maka saham tersebut dinilai
undervalued (harganya terlalu rendah) dan karenanya seharusnya dibeli
atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.
b. Apabila nilai intrinsik < harga pasar saat ini maka saham tersebut dnilai
overvalued (harganya terlalu mahal) dan karenanya seharusnya dijual.
c. Apabila nilai intrinsik = harga pasar saat ini maka saham tersebut dinilai
wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.

27
28

3.2. SARAN

Dalam melakukan analisis saham hanya ada beberapa data utama yang
diperlukan, yaitu perubahan harga saham dan nilai transaksi. Para analis memiliah
harga menjadi 4 jenis: harga pembukaan, harga tertinggi, harga terendah, dan
harga penutupan. Dalam upaya menganalisa harga saham dan mengidentifikasikan
suatu tren perubahan harga saham, para analis berpedoman pada dua asumsi
penting. Pertama, harga bergerak pada tren tertentu. Dan kedua, tren ini akan terus
berlangsung hingga terdapat suatu kejadian yang membuat tren akan berubah.
DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: PT
Rineka Cipta.

Fahmi, Irgam. 2015. Manajemen Investasi. Jakarta: Salemba Empat.

Fakhruddin, M dan Sopian Adianto. 2001. Perangkat dan Model Analisis


Investasi di Pasar Modal. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Hartono, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:


BPFE.

Sjahrial, Dermawan. 2014. Manajemen Keuangan Lanjutan. Jakarta: Mitra


Wicana Media.

Sulistiyastuti, Dyah Ratih. 2002. Saham dan Obligasi. Yogyakarta: Universitas


Atma Jaya.

Anda mungkin juga menyukai