Nama Dosen:
Very Angrianingsih S.E M.M
Disusun Oleh:
Moh. Umarul Faruq (722213501)
Bayu Hambali (722213549)
Kelas: Manajemen 2022 D
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesehatan
yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
sesuai dengan yang kami harapkan. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
dosen matakuliah Manajemen Keuangan atas bimbingan beliau kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu kami sangat terbuka terhadap kritik dan saran demi perbaikan dimasa
depan. Kami berharap semoga makalah ini berguna bagi para pengajar,
mahasiswa, dan pembaca pada umumnya.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 27
3.2 Saran....................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
seseorang atau badan hukum terhadap perusahaan penerbit saham (Darmadji dan
Fakhrudin, 2001:5).
Saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen
finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Dengan
menerbitkan saham, memungkinkan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan
pendanaan jangka panjang untuk “menjual” kepentingan dalam bisnis – saham
(efek ekuitas) dengan imbalan uang tunai. Ini adalah metode utama untuk
meningkatkan modal bisnis selain menerbitkan obligasi. Saham dijual melalui
pasar primer (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). Pasar yang
didalamnya berjalan usaha jual beli saham disebut bursa, dimana di dalamnya
juga melibatkan para broker yang menjadi perantara antara penjual dengan
pembeli. Untuk berinvestasi di saham, disarankan untuk melakukan teknik
evaluasi terlebih dan uang yang hendak diinvestasikan disebar di dalam beberapa
saham, agar risiko bisa dibagi. Selain itu, banyak ahli menyarankan agar investasi
di dalam saham dilakukan dalam jangka panjang. Mereka menyarankan rentang
waktu antara 10-20 tahun untuk bisa mendapatkan hasil yang signifikan dalam
berinvestasi di dalam saham.
Dalam kegiatan bisnis tidak akan lepas dengan investasi yang biasanya
dilakukan investor untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Namun ada kalanya
seorang yang berinvestasi tidak mendapatkan seperti yang diharapkan. Oleh
karena itu, dalam kegiatan bisnis dalam berinvestasi investor perlu
memperhatikan bagaimana perusahaan yang akan diinvestasikan sebagian saham
atau kepemilikannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menilai suatu
saham dan masih diperdebatkan sampai saat ini adalah bagaimana cara
mengestimasi fair value (nilai wajarnya) dan berapa lama waktu yang dibutuhkan
agar dapat menyesuaikan dengan nilai wajar tersebut. Kemudian harga wajar
saham digunakan oleh investor untuk melakukan strategi investasi dalam
mengantisipasi risiko atau isu-isu yang akan dihadapi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
5
yang tetap berupa dividen preferen, seperti saham biasa dalam hal likuidasi
klaim pemegang saham preferen di bawah klaim pemegang obligasi
dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak,
yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi
likuidasi (Jogianto, 2000:59).
Kelebihan dalam hal pembagian dividen adalah bahwa dividen yang dibagi
pertama kali harus dibagikan untuk saham preferen, kalau ada kelebihan baru
dibagikan kepada pemegang saham biasa. Dividen saham preferen tidak
terutang atas dasar waktu, tetapi baru terutang jika sudah diumumkan oleh
perusahaan. Dalam hal pimpinan perusahaan tidak mengumumkan pembagian
dividen dalam suatu periode maka dividen tidak hilang. Biasanya saham
preferen mempunyai nilai nominal dan dividennya dinyatakan dalam
persentase dari nilai nominal. Apabila saham prioritas tidak mempunyai nilai
nominal maka dividennya dinyatakan dalam bentuk rupiah dan bukan dalam
bentuk persentase. Suatu perusahaan dapat mengeluarkan lebih dari satu
macam saham preferen disebut saham preferen ke satu, saham preferen kedua
dan seterusnya, dimana saham preferen kesatu mempunyai klaim yang
pertama terhadap laba dan saham preferen kedua mempunyai klaim kedua dan
seterusnya. Saham preferen dipisah lagi menjadi:
a. Saham Preferen Kumulatif
Saham preferen kumulatif adalah saham preferen yang dividennya
setiap tahun harus dibayarkan kepada pemegang saham dengan kata lain
saham ini merupakan saham yang dijamin akan memperoleh dividen
setiap tahunnya. Apabila dalam satu tahun dividen tidak dapat dibayarkan
maka pada tahun-tahun berikutnya dividen yang belum dibayarkan
tersebut harus dilunasi dulu sehingga dapat mengadakan pembagian
dividen untuk saham biasa.
b. Saham Preferen Tidak Kumulatif
Saham ini merupakan kebalikan dari saham preferen kumulatif. Dalam
saham preferen tidak kumulatif pemegang saham tidak akan memperoleh
7
Adalah saham yang kondisinya memiliki tingkat spkeluasi yang tinggi dan
kemungkinan tingkat imbal hasilnya rendah atau negatif. Saham spekulatif
biasanya dipakai untuk membeli saham pada perusahaan pengeboran minyak.
9
Secara fisik, pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya. Hal ini
bertujuan agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor
lainnya. Banyak investor yang memiliki saham ini dengan tujuan memang
untuk diperjualbelikan. Investor tidak perlu khawatir karena secara hukum,
siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya
dan berhak untuk ikut hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Kebalikan dari saham atas unjuk, pada saham atas nama pemegang
saham tertulis jelas namanya di dalam kertas saham dan cara peralihannya
pun juga harus melalui prosedur tertentu.
Treasury stock yang dibeli dicatat dalam rekening treasury stock sebesar
harga belinya/biaya perolehannya. Jika belum dijual dalam neraca
treasury stock mengurangi jumlah modal. Jika harga jual treasury stock
lebih tinggi dari biaya perolehannya selisihnya dicatat dalam rekening agio
saham. Jika harga jual treasury stock lebih rendah dari biaya perolehannya
selisihnya dicatat dalam rekening laba tidak dibagi.
Saham preferen merupakan suatu bentuk modal sendiri baik dari segi
hukum maupun dari segi pajak. Oleh karena itu, penting untuk dicatat,
16
Nilai atau harga saham preferen merupakan nilai sekarang (present value)
dari seluruh dividen yang diterima.
Dps
Vps =
Kps
Dimana:
Rumus diatas adalah rumus mencari nilai sekarang (present value) dari
perpetuitas (perpetuity).
¿ D1 D2 Dω
P 0= 1
+ 2
+ …+ ω
(1+ Ks) (1+ Ks) (1+ Ks)
ω
DT
P 0=∑
¿
Dimana:
DT = dividen,
Dividen tidak tetap dan sulit diprediksi. Hal ini menyebabkan penilaian
saham biasa jauh lebih sulit dari pada penilaian obligasi atau saham
18
¿ D1 D2 Dω
P 0= 1
+ 2
+ …+ ω
(1+ Ks) (1+ Ks) (1+ Ks)
D1 = D2 = D3 = …….. Dω = D (karena g = 0)
Maka:
¿ D1 D2 Dω
P 0= 1
+ 2
+ …+ ω
(1+ Ks) (1+ Ks) (1+ Ks)
¿ D1
P 0=
Ks
Contoh:
19
Berapa harga saham yang bersedia dibayar calon pembeli tersebut? Berapa
harga saham tersebut jika dividen diberikan setiap 3 bulan sebesar Rp
1.000 dan tidak pernah bertumbuh (g = 0) sedangkan tingkat keuntungan
yang disyaratkan investor 12% per tahun atau 4% per 3 bulan?
Jawaban:
D = Rp 1.000
KP = 10% = 0,10
D
P0 =
Kp
Rp 1.000
P0 = = Rp 10.000
0 , 10
Jika
Rp 1.000
D=
3 bulan
0 ,12
Kp = = 0,03
4
Maka:
D Rp 1.000
P0 = = = Rp 33.333,33
Kp 0 , 03
20
¿ D1 D2 D3 Dω
P 0= 1
+ 2
+ 3
+ …+ ω
(1+ Ks) (1+ Ks) (1+ Ks) (1+ Ks)
1 2 3 ω
D0 (1+ g) D 0 (1+ g) D 0(1+ g) D 0(1+ g)
¿ 1
+ 2
+ 3
+ …+
(1+ Ks) (1+ Ks) (1+ Ks) (1+ Ks)ω
n T
D 0(1+ g)
P¿ 0=∑
T=1 (1+ Ks)T
Dimana:
¿
P 0 = Nilai/harga saham biasa pada t=0,
Contoh:
Jawaban:
D0 = 1,82
g = 10%
Ks = 16%
❑
¿ D 0 (1+ g) D1
P 0= ❑ =
(Ks−g) (Ks−g)
❑
1, 82(1+0 ,10)
¿
0 ,16−0 , 10❑
= 33,33
22
1. Inflasi,
2. Jumlah penghasilan yang diinvestasikan kembali,
3. Tingkat keuntungan dari modal sendiri atau Return On Equity
(ROE).
Dimana:
Contoh:
Jawab:
D0= 1,82
D1=D0 (1+0,30)
=1,82 (1,30)1=2,366
D3=1,82 (1+0,30)3=3,999
D4=D3 (1+g)
24
= 3,999 (1+0,10)
= 4,399
D1 D2 D3
PV (D1, D2, D3) = + +
( 1+ Ks ) ( 1+ Ks ) ( 1+ Ks )3
1 2
= 6,89
P 1−P 0
Capital Gain Yield =
P0
Dimana:
Ks = DY + CGY
Dimana:
DY = dividend yield
D1
P 0=
( Ks−g)
D1
Maka: Ks−g=
(Ks−g)
D1
Ks= +g
P0
Dimana:
D1
=dividend yield yang diharapkan
P0
Contoh:
Pada 1 Januari 2005 harga saham C adalah Rp 33,33 (P 0). Dividen pada
akhir tahun 2005 diharapkan sebesar Rp 2. Dividen diharapkan tumbuh
secara konstan pada 10% per tahun. Berapa tingkat keuntungan yang
diharapkan pada saham C ?
Jawab:
D1
Ks= +g
P0
2
Ks= + 10 %
33 , 33
= 6% + 10% = 16%
26
D
P 0=
Ks
D
Maka: Ks=
P0
Dimana:
D = dividen saham
P0 = harga saham
27
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Saham biasa pada dasarnya tidak terlalu berbeda dengan saham preferen.
Pemilik saham biasa memiliki hak untuk memberikan suara, sedangkan pemilik
saham preferen tidak demikian kecuali dalam keadaan tertentu. Namun, pemilik
saham preferen akan diprioritaskan apabila perusahaan dilikuidasi. Saham biasa
dapat dinilai pada kondisi yang berbeda, yaitu pada saat pertumbuhan dividen
tidak ada, pertumbuhan dividen tetap, dan pertumbuhan dividen tidak tetap.
Saham biasa merupakan surat bukti kepemilikan atau surat bukti penyertaan atas
suatu perusahaan yang mengeluarkannya. Perusahaan yang mengeluarkannya
berbentuk perseroan terbatas. Sebagaimana saham preferen, saham biasa juga
memberikan dividen kepada pemilik saham. Saham preferen mempunyai hak-hak
prioritas, yaitu hak atas dividen yang tetap dan hak terhadap aktiva jika terjadi
likuiditas.
a. Apabila nilai intrinsik > harga pasar saat ini maka saham tersebut dinilai
undervalued (harganya terlalu rendah) dan karenanya seharusnya dibeli
atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.
b. Apabila nilai intrinsik < harga pasar saat ini maka saham tersebut dnilai
overvalued (harganya terlalu mahal) dan karenanya seharusnya dijual.
c. Apabila nilai intrinsik = harga pasar saat ini maka saham tersebut dinilai
wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.
27
28
3.2. SARAN
Dalam melakukan analisis saham hanya ada beberapa data utama yang
diperlukan, yaitu perubahan harga saham dan nilai transaksi. Para analis memiliah
harga menjadi 4 jenis: harga pembukaan, harga tertinggi, harga terendah, dan
harga penutupan. Dalam upaya menganalisa harga saham dan mengidentifikasikan
suatu tren perubahan harga saham, para analis berpedoman pada dua asumsi
penting. Pertama, harga bergerak pada tren tertentu. Dan kedua, tren ini akan terus
berlangsung hingga terdapat suatu kejadian yang membuat tren akan berubah.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: PT
Rineka Cipta.