OLEH: KEL.5
NUR SYAM-SYAM
NABILA
YENNI YASRAT
MUHAMMAD ALDI
FAKULTAS EKONOMI
PRODI AKUNTANSI
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nyalah
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat beriring salam
selalu kita panjatkan kepada Rasullullah SAW, karena kegigihan beliau dan ridho-Nyalah
kita dapat merasakan kenikmatan dunia seperti sekarang ini.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen pembimbing pada mata kuliah Teori Akuntansi, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca sekalian.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Riana Angraeni. selaku dosen mata
kuliah Teori Akuntansi yang telah memberikan tugas untuk menambah wawasan sesuai
bidang studi. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.
Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca sekalian demi terciptanya
kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang
memerlukan. Terima kasih.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
A. LatarBelakang...................................................................................... 1
B. RumusanMasalah.......................................................................... 2
C.Tujuan................................................................................................... 2
PEMBAHASAN
A. Pandangan Terhadap Teori Akuntansi........................................... 3
a.1 Teori Akuntansi ....................................................................... 3
B. Teori Pragmatik............................................................................. 4
b.1 Pendekatan Pragmatis Deskriptif.................................................. 5
b.2 Pendekatan Pragmatis Psikologi ............................................. 6
C. Teori Sintaktik dan Semantik ..........................................................6
c.1 Teori Sintaksis .......................................................................... 6
c.2 Teori Interpretasional(Semantis) .............................................. 6
D. Teori Normatif ................................................................................ 8
E. Teori Positif .....................................................................................10
F. Perspektif dan Isu-isu Lainnya ....................................................... 14
PENUTUP
A.Kesimpulan....................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 18
A. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pandangan para ahli terhadap teori akuntansi.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori dan perumusannya.
3. Untuk mengetahui pengertian teori akuntansi sebagai seni, sains, dan teknologi.
4. Untuk mengetahui klasifikasi perumusan teori akuntansi (penalaran, system
bahasa, dan tujuan).
PEMBAHASAN
B. TEORI PRAGMATIK
Teori pragmatis menekankan pada pengaruh laporan serta ikhtisar akuntansi
terhadap perilaku atau keputusan.Penekanan dalam perkembangan teori akuntansi
adalah penerimaan orientasi komunikasi dan pengambilan keputusan.Sasarannya pada
relevansi informasi yang dikomunikasikan kepada para pengambil keputusan dan
perilaku berbagai individu atau kelompok sebagai akibat penyajian informasi akuntansi
serta pengaruh laporan dari pihak eksternal terhadap manajemen dan pengaruh umpan
balik terhadap tindakan para akuntan dan auditor. Jadi, teori perilaku mengukur dan
menilai pengaruh-pengaruh ekonomik, psikologis, dan sosiologis dari prosedur akuntansi
alternatif dan media pelaporannyaHal ini sekarang sesuai untuk mempertimbangkan
beberapa teori akuntansi dan mengklasifikasikannya sesuai dengan diskusi umum kami
dari formulasi teori pada bab 2. Tinjauan ini jauh dari lengkap dan, dengan kebutuhan
singkat.Banyak diskusi yang dikembangkan dan dibahas secara lebih rinci pada bab-bab
berikut. Tujuan utama dari bab ini adalah untuk memberikan beberapa wawasan:
bagaimana teori akuntansi secara historis telah dirumuskan.
Tidak semua teori memiliki aspek pragmatis.Disini pragmatis itu berkaitan dengan
pengaruhkata-kata, symbol terhadap manusia.Akuntansi dianggap memiliki kemampuan
mempengaruhi perilaku manusia.Teori harus mampu merumuskan kebenaran.Oleh
karena itu teori harus selalu diuji. Ada3 kriteria atau pihak atau sumber yang memiliki
wewenang dalam menetukan kebenaran atassuatu teori, yaitu:
a. DogmaticKebenaran dikatakan benar karena disampaikan oleh ahli
yang memenang memiliki wewenanguntuk menyampaikan kebenaran
dan ini tidak perlu diuji lagi. Keyakinan pada kebenaran inihanya
berdasar pada kepercayaan, keyakinan, atau iman seseorang. Misalnya
keyakinan beragama, charisma seseorang, jabatan, dan lain
sebagainya.
b. Self evidenceKebenaran disampaikan dari suatu teori yang dibuktikan
oleh pengetahuan umum, pengamatan,atau pengalaman.
c. ScientificKebenaran disampaikan dari suatu teori yg dibuktikan lewat
metode ilmiah. Teori dirumuskan,diuji, dan seterusnya berulang secara
terus-menerus.
Pendekatan Pragamatis Deskriptif
Pendekatan pragmatis deskriptif untuk konstruksi teori akuntansi merupakan
sebuah pendekatan induktif dimana terori tersebut didasarkan pada pengamatan terus-
menerus terhadap perilaku akuntan untuk menyalin prosedur dan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku.
Pendekatan deskriptif mungkin adalah metode tertua dan paling universal
digunakan dalam konstruksi teori akuntansi. Sampai saat ini, pendekatan ini adalah cara
yang populer untuk mempelajari akuntansi keterampilan akuntansidimana akuntan dilatih
dengan cara magang atau diberi artikel untuk berlatih akuntan.
Namun, ada beberapa kritik dari pendekatan ini untuk konstruksi teori
akuntansi:pendekatan pragmatis deskriptif tidak mencakup penilaian analisis dari kualitas
tindakan akuntan, tidak ada penilaian apakah akuntan melaporkan dengan cara mereka
seharusnya.Pendekatan ini tidak menyediakan teknik akuntansi yang ditantang.
Misalnya, metode dan teknik akuntan dan mengajarkan mereka metode dan teknik
tersebut kepada para siswa.Pendekatan pragmatis deskriptif memfokuskan perhatian
pada perilaku akuntan, bukan pada pengukuran atribut perusahaan, seperti aset,
kewajiban dan keuntungan.
Pendekatan Pragmatis Psikologis
Berbeda dengan pendekatan pragmatis deskriptif, di mana teori tersebut mengamati
perilaku akuntan, pendekatan pragmatis psikologis mengamati tanggapan pengguna
output keuangan. Akuntan akan menghitung transaksi keuangan untuk menunjukkan
perbedaan sintaksis yang berguna untuk membuat laporan keuangan yang kemudian
akan dipakai oleh penggunanya. Reaksi oleh pengguna digunakan sebagai bukti bahwa
laporan keuangan bermanfaat dan berisi informasi yang relevan.
C. TEORI SINTAKTIK DAN SEMANTIK
Teori Sintaksis
Teori ini berhubungan dengan struktur proses pengumpulan data dan pelaporan
keuangan. Teori sintaksis mencoba menerapkan praktek akuntansi yang sedang berjalan
dan meramalkan bagaimana para akuntan harus bereaksi terhadap situasi tertentu atau
bagaimana mereka akan melaporkan kejadian-kejadian tertentu.
D. TEORI NORMATIF
Disini akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti tidak peduli
apakah berlaku atau dipraktekkan sekarang atau tidak. Teori normative berusaha untuk
membenarkan tentang apa yang seharusnya dipraktekkan, misalnya pernyataan yang
menyebutkan bahwa laporan keuangan seharusnya didasarkan pada metode
pengukuran aktiva tertentu. Menurut Nelson (1973) dalam literature akuntansi teori
normative sering dinamakan teori apriori (artinya dari sebab ke akibat atau bersifat
deduktif). Alasannya teori normative bukan dihasilkandari penelitian empiris,tetapi
dihasilkan dari kegiatan “semi research”‖.
Teori normative hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana akuntansi
seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hipotesis tersebut. Pada awal
perkembangannya, teori akuntansi normative belum menggunakan pendekatan
investigasi, dan cenderung disusun untuk menghasilkan postulat akuntansi. Perumusan
akuntansi normative mencapai masa keemasan pada tahun 1950 dan1960an. Selama
periode ini perumus akuntansi lebih tertarik pada rekomendasi kebijakan danapa yang
seharusnya dilakukan, bukan apa yang sekarang dipraktekkan. Pada periode tersebut,
teori normative lebih berkonsentrasi pada:
1.Penciptaan laba sesungguhnya (true income) Teori ini berkonsentrasi pada
penciptaan pengukur tunggal yang unik dan benar untuk aktiva dan laba.
Meskipun demikian, tidak ada kesepakatan terhadap apa yang dimaksud
denganpengukur nilai dan laba yang benar.
2.Pengambilan keputusan (decision usefulness) Pendekatan ini menganggap bahwa
tujuan dasar dari akuntansi adalah untuk membantu proses pengambilan
keputusan dengan cara menyediakan data akuntansi yang relevan atau
bermanfaat.
Pada kebanyakan kasus, teori ini didasarkan pada konsep ekonomi klasik
pengambilan keputusan rasional. Biasanya konsep tersebut didasarkan juga pada
penyesuaian rekening karena pengaruh inflasi atau nilai pasar dari aktiva. Teori ini pada
dasarnya merupakan teori pengukuran akuntansi. Teori tersebut bersifat normative
karena didasarkan tentang laba dan kemakmuran (wealth) atau konsep ekonomi pada
anggapan akuntansi seharusnya merupakan system pengukuran:
Laba dan nilai dapat diukur secara tepat
Akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi
Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi)
Ada beberapa pengukur laba yang unik.
Karena teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subyrktif maka
tidak bisa diterima begitu saja, harus dapat diuji secara empiris agar memiliki dasar teori
yang kuat. Pendukung teori ini biasanya menggambarkan system akuntansi yang
dihasilkan sebagai sesuatu yang ideal, merekomendasikan penggantian system
akuntansi cost histories dan pemakaian teori normatif oleh semua pihak.
E. TEORI POSITIF
Metode yang diawali dari suatu teori atau model ilmiah yang sedang berlaku atau
diterima umum.Berdasarkan teori ini, dirumuskan problem penelitian untuk mengamati
perilakuatau fenomena nyata yang tidak ada dalam teori.Kemudian dikembangkan teori
untukmenjelaskan fenomena tadi dan dilakukan penelitian secara terstruktur dan
peraturan yangstandar dengan melakukan perumusan masalah, penyusunan hipotesis,
pengumpulan datadan pengujian statistik ilmiah.Sehingga diketahui apakah hipotesis
yang dirumuskan diterima atau tidak.
Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang menggunakan
kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan kebijakan
akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang.
Teori akuntansi positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi
adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktik-praktik akuntansi.
Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap teori
normatif (Watt & Zimmerman,1986). Selanjutnya dinyatakan bahwa dasar pemikiran
untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatifterlalu sederhana dan
tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Terdapat tiga alasan mendasar terjadinya
pergeseran pendekatan normatif ke positif yaitu (Watt & Zimmerman,1986 ):
Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena
didasarkan ‘pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji
keabsahannya secara empiris.Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada
kemakmuran investor secara individual daripada kemakmuran masyarakat
luas.Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi
sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam
system perekonomian yang mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi
dapat menjadi alat pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya
ekonomi secara efisien.
Selanjutnya Watt & Zimmerman menyatakan bahwa dasar pemikiran untuk
menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak
memberikan dasar teoritis yang kuat. Untuk mengurangi kesenjangan dalam
pendekatan normatif, Watt & Zimmerman mengembangkan pendekatan positif yang
lebih berorientasi pada penelitian empiric dan menjustifikasi berbagai teknik atau
metode akuntansi yang sekarang digunakan atau mencari model baru untuk
pengembangan teori akuntansi dikemudian hari.
Tiga Hipotesis Teori Akuntansi Positif. Prediksi yang dibuat oleh PAT diorganisasikan
secara luas pada tiga hipotesis yang diformulasikan oleh Watts dan Zimmerman (1986).
Kita akan memberi ketiga hipotesis ini bentuk oportunistik mereka, karena menurut
Watts dan Zimmerman (1990), ini adalah cara yang paling sering digunakan ketika
mereka diinterpretasikan :
1. Hipotesis Rencana Bonus
Dalam hipotesis ini, semua hal lain dalam keadaan tetap, para manajer perusahaan
dengan rencana bonus cenderung untuk memilih prosedur akuntansi dengan
perubahan laba yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa kini
Hipotesis ini tampaknya cukup beralasan. Para manajer perusahaan, seperti orang-
orang lain, menginginkan imbalan yang tinggi. Jika imbalan mereka bergantung, paling
tidak sebagian, pada bonus yang dilaporkan pada pendapatan bersih, maka
kemungkinan mereka bisa meningkatkan bonus mereka pada periode tersebut dengan
melaporkan pendapatan bersih setinggi mungkin. Salah satu cara untuk melakukan ini
adalah dengan memilih kebijakan akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan
pada periode tersebut. Tentu saja, sesuai dengan karakter dari proses akrual, hal ini
akan cenderung menyebabkan penurunan pada laba dan bonus-bonus yang dilaporkan
pada masa yang akan datang, dengan taktor-faktor lain tetap sama. Namun nilai masa
kini (present value) dari kegunaan manajer dari lini bonus masa depan yang dimilikinya
akan meningkat dengan memberikan perubahan menuju masa kini.
2. Hipotesis Kontrak Hutang
Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin dekat suatu
perusahaan terhadap pelanggaran pada akuntansi yang didasarkan pada kesepakatan
utang, maka kecenderungannya adalah semakin besar kemungkinan manajer
perusahaan memilih prosedur akuntansi dengan perubahan laba yang dilaporkan dari
periode masa depan ke periode masa kini. Alasannya adalah laba yang dilaporkan yang
makin meningkat akan menurunkan kelalaian teknis. Sebagian besar dari perjanjian
hutang berisi kesepakatan bahwa pemberi pinjaman harus bertemu selama masa
perjanjian. Sebagai contoh, perusahaan yang mendapat pinjaman boleh sepakat
memelihara level tertentu dari hutang terhadap harta, laporan bunga, modal kerja, dan
harta pemilik saham. Jika kesepakatan semacam itu dikhianati, perjanjian hutang
tersebut bisa memberikan/mengeluarkan penalti, seperti pembatasan dividen atau
tambahan pinjaman.
Dengan jelas, prospek dari pelanggaran kesepakatan membatasi kegiatan
perusahaan dalam operasional perusahaan itu sendiri. Untuk mencegah, atau paling
tidak menunda, pelanggaran semacam itu, perusahaan bisa memilih kebijakan
akuntansi tertentu yang bisa meningkatkan laba masa kini. Berdasarkan hipotesis
kesepakatan hutang, ketika perusahaan mendekati kelalaian, atau memang sudah
berada dalam lalai/cacat, lebih cenderung untuk melakukan hal ini.
3. Hipotesis biaya politik
Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin besar biaya politik
yang mesti ditanggung oleh perusahaan, manajer cenderung lebih memilih prosedur
akuntansi yang menyerah pada laba yang dilaporkan dari masa sekarang menuju masa
depan. Hipotesis biaya politik memperkenalkan suatu dimensi politik pada pemilihan
kebijakan akuntansi. Perusahaan-pemsahaan yang ukurannya sangat besar mungkin
dikenakan standar kinerja yang lebih tinggi, dengan penghargaan terhadap tanggung
jawab lingkungan, hanya karena mereka merasa bahwa mereka besar dan berkuasa.
Jika perusahaan besar juga memiliki kemampuan meraih profit yang tinggi, maka biaya
politik bisa diperbesar.
A. Kesimpulan
Teorisebagai suatu susunan yang saling Sedangkan pengertian
Akuntansisendiri salah satunya adalah, prosesmengidentifikasi, mengukur dan
menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasidalam
mempertimbangakan berbagai alternatif yang digunakan untuk mengambil
kesimpulanatau keputusan bagi pemakainya.
Dari penjelasan diatas makaTeori Akuntansidapat diartikan sebagai susunan
konsep,definisi, dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran fenomena
akuntansi yangmenjelaskan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel
lainnya dalam strukturakuntansi dengan maksud dapat menjelaskan dan
meramalkan fenomena yang mungkin akanmuncul berkaitan dengan hipotesis,
konsep dan prinsip pragmatis yang membentuk kerangka acuan untuk bidang yang
dibahas
Referensi :
http://www.academia.edu/8537637/KONSTRUKSI_TEORI_AKUNTANSI#signup/close
http://ekakaristiya.blogspot.co.id/2011/11/teori-akuntansi-dan-perkembangannya.html?m=1
https://teoriakuntansipositif.wordpress.com/