Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

STRUKTUR TEORI AKUNTANSI


Dosen : Rika Kartika, ST.,M.Ak

Disusun Oleh :
1. Ida Yatun Badriyah (1102200053)
2. Nur Fadillah (11022000113)
3. Umi Faridah 11022200204
4. Ratu Fashohah (11022200182)
5. Nurjanah (11022000145)
6. Nela Velina Yustiya (11022000072)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS BINA BANGSA
SERANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya kepada penulis, sehingga Alhamdulillah
penulis mampu menyusun karya tulis ini dalam waktu yang ditentukan, walaupun
karya tulis ini masih banyak terdapat kekurangan.

Sholawat beriringan salam semoga tercurahkan dan penulis panjatkan kepada


baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan
menuju zaman yang penuh keilmuan serta kepada keluarganya, sahabatnya dan
pengikut-pengikutnya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam karya tulis ini banyak


kekurangan dan mengalami banyak kesulitan dan hambatan yang berasal dari diri
penulis maupun dari faktor lain, akan tetapi berkat motivasi dan dorongan dari
berbagai pihak, sehingga Al-hamdulillah penulis dapat menyusun karya tulis ini.

Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan karya tulis dimasa yang akan datang. Penulis berharap Semoga
karya tulis ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Serang, 29 Maret 2023


Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................i


Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3. Tujuan.............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................4
2.1. Dalil-Dalil Akuntansi ....................................................................................4
a. Dalil Entitas ( Entity Postulate ) ...............................................................4
b. Dalil Kelangsungan Usaha ( Going-Concern postulate )..........................4
c. Dalil Unit Pengukur ( Unit of-Measure Postulate ) ..................................5
d. Dalil Periode Akuntansi ( Accounting-Period Postulate ).........................5
2.2. Konsep Teoritis Dari Akuntansi ....................................................................6
a. Teori Kepemilikan ( Proprietary Theory ) ................................................6
b. Teori Entitas ( Entity Theory ) ..................................................................6
c. Teori Dana ( Fund Theory ) ......................................................................7
2.3. Prinsip-Prinsip Akuntansi ..............................................................................8
a. Prinsip Biaya ............................................................................................8
b. Prinsip Pendapatan ...................................................................................9
c. Prinsip Pengaitan ......................................................................................13
d. Prinsip Objektivitas ..................................................................................14
e. Prinsip Konsistensi ...................................................................................14
f. Prinsip Pengungkapan Penuh ...................................................................15
g. Prinsip Konservatisme ..............................................................................17
h. Prinsip Materialitas ...................................................................................19
i. Prinsip Keseragaman dan Komparabilitas ................................................21
j. Ketepatan Waktu dari Laba dan Konservatisme Akuntansi .....................22
BAB III PENUTUP ............................................................................................24
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................24
3.2. Saran ..............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam mendefinisikan akuntansi terdapat pandangan yang berbeda-beda.
Pada perkembangan saat ini akuntansi dapat kita definisikan dengan mengacu
pada konsep informasi. Akuntansi adalah aktivitas jasa. Fungsinya adalah
menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang
entitas ekonomik yang diperkirakan bermanfaat dalam pembuatan-pembuatan
keputusan ekonomik, dalam membuat pilihan antara alternative tindakan yang
ada.
Para akuntan memliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses
akuntansi dalam menguraikan perbedaan teori-teori akuntansi. Sebelum menguji
pendekatan-pendekatan tradisional dalam perumusan teori akuntansi, akan lebih
baik apabila dilakukan pengujian terhadap beberapa pandangan yang telah
membentuk perkembangan akuntansi keuangan.
Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam
memprediksikan dan menjelaskan perilaku serta kejadian-kejadian akuntansi.
Teori didefinisikan sebagai kumpulan gagasarn (konsep), definisi, dan dalil yang
menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena, dengan menjelaskan
hubungan antar variabel yang ada dan bertujuan untuk menjelaskan serta
memprediksikan fenomena tersebut.

2
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut kami mengambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa hakikat dari struktur teori akuntansi?
2. Bagaimana konsep teoritis akuntansi?
3. Bagaimana prinsip-prinsip akuntansi
4. Bagaimana hakikat dari dalil akuntansi?
5. Bagaimana konsep teoritis akuntansi?
1.3. Tujuan
Dari beberapa rumusan diatas, sehingga tugas ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui hakikat dari struktur teori akuntansi?
2. Mengetahui Bagaimana konsep teori akuntansi?
3. Mengetahui Bagaimana prinsip-prinsip akuntansi?
4. Mengetahui Bagaimana hakikat dari dalil akuntansi?
5. Mengetahui Bagaimana konsep teoritis akuntansi?

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Dari Struktur Teori Akuntansi

Pendekatan dan metodologi apa pun yang digunakan dalam penyusunan


teori akuntansi, kerangka referensi yang dihasilkan didasarkan pada
serangkaian elemen dan hubungan yang mengatur pengembangan teknik
akuntansi.  Struktur teori akuntansi terdiri dari beberapa elemen-elemen
berikut ini :

Pernyataan Tujuan Laporan Keuangan


1. Suatu pernyataan dalil dan konsep teoritis akuntansi yang terkait dengan
asumsi-asumsi lingkungan dan hakikat dari unit akuntansi. Dalil dan
konsep teoritis diturunkan dari pernyataan tujuan.
2. Pernyataan tentang prinsip-prinsip akuntansi yang didasarkan pada dalil-
dalil dan konsep teoritis .
3. Sekelompok teknik-teknik akuntansi yang diturunkan dari prinsip-prinsip
akuntansi.

2.2. Hakikat Dari Dalil, Konsep Teoritis Dan Prinsip-Prinsip Akuntansi


Pengembangan dari dalil, konsep teoritis dan prinsip-prinsip akuntansi selalu
menjadi salah satu tugas yang paling menantang dalam akuntansi. Kurangnya

4
terminologi yang akurat,yang telah di akui oleh kebanyakan ahli teori, telah
memperburuk masalah. Littleton mengacu pada masalah ini ketika ia menyatakan
bahwa :

            Setiap buku biasanya berisi suatu campuran dari aksioma, konvensi,
generalisasi, metode, aturan, dalil,praktik, prosedur, prinsip dan standar.
Istilah-istilah ini tidak mungkin seluruhnya bersifat sinonim.
Kebingunan semacam itu dapat dihindari dengan cara mempertimbangkan
perumusan dari struktur teori akuntansi sebagai suatu proses deduktif dan
interaktif, di mana tujuan dari akuntansi menyediakan dasar baik untuk dalil
maupun konsep teoritis dari mana tekknik tersebut diturunkan. Pembahasan
ini dimulai dengan definisi-definisi berikut ini :
1.      Dalil akuntansi ( accounting postulate ) adalah pernyataan atau aksioma yang
sangat jelas, umumnya diterima berdasarkan kesesuaiannya terhadap tujuan
laporan keuangan, menggambarkan lingkungan akuntansi, politik, sosiologi,
dan hokum tempat akuntansi beroperasi.
2.      Konsep teoritis ( theoretical concept ) dari akuntansi juga
merupakan pernyataan atau aksioma yang sangat jelas, umumnya diterima
berdasarkan kesesuainnya dengan tujuan laporan keuangan, yang
menggambarkan hakikat dari entitas akuntansi yang beroperasi dalam suatu
perekonomian bebas yang dikarakteritikan oleh kepemilikan pribadi atas
properti.
3.      Prinsip-prinsip akuntansi ( accounting principles ) adalah aturan pengambilan
keputusan umum, yang diturunkan baik dari tujuan dan konsep teoritis
akuntansi, yang mengatur pengembangan teknik-teknik akuntansi.
4.      Teknik akuntansi ( accounting technique ) adalah adalah aturan spesifik yang
diturunkan dari prinsip akuntansi memperlakukan transaksi atau peristiwa
tertentu yang dihadapi oleh entitas akuntansi.

2.3. Dalil-Dalil Akuntansi


a. Dalil Entitas ( Entity Postulate )
Dalil entitas mengatakan bahwa setiap perusahaan merupakan suatu
unit akuntansi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya dan dari
perusahaan lain.
- Dalil entitas mendefinisikan bidang perhatian akuntan dan
membatasi jumlah objek, peristiwa dan atribut-atribut kejadian yang
harus dimasukkan dalam laporan keuangan.

5
- Dalil ini juga mengakui tanggung jawab fidusia dari manajemen
kepada pemegang saham.
- Konsep entitas berlaku untuk firma, perusahaan perseorangan,
korporasi, serta perusahaan kecil dan besar.

Implikasinya :
- Dibedakan antara transaksi bisnis dan individu
- Mengakui tanggung jawab pelayanan manajemen pada pemegang
saham.
- Berlaku atas satu segmen perusahaan (seperti suatu divisi ) atau atas
beberapa perusahaan ( seperti konsolidasi perusahaan yang saling
terkait )

b. Dalil Kelangsungan Usaha ( Going-Concern postulate )


Dalil kelangsungan usaha atau dalil kontinuitas menganggap bahwa
entitas bisnis akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk melaksanakan
proyek, komitmen, dan aktivitas yang sedang berjalan.

Implikasinya :

6
- Jika suatu entitas memiliki masa hidup yang terbatas, maka laporan
yang terkait akan akan memberikan spesifikasi mengenai data akhir
dan hakikat likuidasi.
- Dalil kelangsungan usaha membenarkan penilaian aktiva
menggunakan basis nonlikuidasi dan menyediakan dasar untuk
akuntansi depresiasi.
- Harapan tentang manfaat di masa mendatang mendorong manajer
untuk melihat ke depan dan memotivasi investor untuk menanamkan
modalnya ke perusahaan.

c. Dalil Unit Pengukur ( Unit of-Measure Postulate )


Dalil unit pengukur menganggap bahwa akuntansi adalah proses
pengukuran dan pengkomunikasian aktivitas perusahaan yang dapat diukur
dalam satuan moneter.

Implikasinya
- Akuntansi terbatas pada prediksi dari informasi yang dinyatakan
dalam satuan moneter, akuntansi tidak mencatat dan
mengkomunikasikan informasi nonmoneter lainnya walaupun
informasi tersebut relevan.
- Dalil ini mengasumsikan bahwa daya beli dari dolar tersebut dadalah
stabil dengan berlalunya waktu  atau berubah secara tidak signifikan.

d. Dalil Periode Akuntansi ( Accounting-Period Postulate )


Dalil ini menganggap bahwa laporan keuangan yang menggambarkan
perubahan dalam kekayaan perusahaan seharusnya diungkapkan secara
periodik.

Implikasinya :
- Durasi dari suatu periode akuntansi bervariasi, tetapi hukum pajak
penghasilan, yang mengharuskan penentuan laba tahunan, dan

7
praktik bisnis tradisional, menghasilkan periode waktu normal satu
tahun.
- Penggunaan akrual dan tangguhan dalam pembuatan posisi keuangan
perusahaan 

2.4. Konsep Teoritis Dari Akuntansi

a. Teori Kepemilikan ( Proprietary Theory )


Menurut teori ini entitas sebagai “agen perwakilan atau pengaturan
dimana  wirausahawan individual atau  pemegang saham
beroperasi.” Tujuan utama teori propriteray adalah untuk menetukan dan
menganalisa kekayaan bersih pemilik, dengan persamaan akuntansi :

Aktiva – Kewajiban  = Ekuitas Pemilik


Asset – Utang = Ekuitas Pemilik

Aktiva dinilai dan neraca disusun untuk mengukur perubahan


kepentingan atau kekayaan si pemilik. Pendapatan dan beban masing-
masing dianggap sebagai kenaikan atau penurunan dalam kepemilikan yang
tidak berasal dari investasi atau penarikan modal oleh pemilik. Dengan
demikian laba bersih atas utang dan pajak penghasilan perusahaan adalah
beban ; dividen adalah penarikan modal.
Hanya pemegang saham biasa yang menjadi bagian dari kelompok
pemilik sementara pemegang saham preferen dikeluarkan. Dengan
demikian, dividen saham preferen dikurangkan ketika menghitung laba
pemilik. Dan baik saham biasa maupun saham preferen dimasukkan salam
ekuitas pemilik.

b. Teori Entitas ( Entity Theory )


Teori ini memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda
dari mereka yang menyediakan modal bagi entitas tersebut. Sederhananya

8
unit bisnis, dan bukannya pemilik yang menjadi pusat dari kepentingan
akuntansi. Persamaan  akuntansi nya adalah :

Aktiva = Ekuitas
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas pemegang
saham

Baik kreditor maupun maupun pemegang saham adalah pemilik ekuitas,


meskipun mereka memiliki hak yang berbeda dalam hal laba, pengendalian
risiko dan likuidasi. Akuntabilitas kepada pemegang ekuitas dicapai dengan
cara mengukur kinerja operasi dan keuangan dari perusahaan tersebut. Oleh
karena itu, laba adalah peningkatan dalam ekuitas pemegang saham setelah
klaim dari pemilik ekuitas lainnya ( misalnya bunga atas pinjaman jangka
panjang dan pajak penghasilan ) dipenuhi.
Dampak dari entitas dapat ditemukan dalam beberapa teknik akuntansi
dan terminologi yang digunakan dalam praktik, yaitu :
- Teori entitas lebih memilih penggunaan penilaian persediaan LIFO
dan bukan FIFO, karna penilaian LIFO menghasilkan penentuan laba
yang lebih baik, akibatnya penerapannya dalam teori kepemilikan.
- Definisi umum dari pendapatan sebagai produk dari perusahaan dan
beban sebagai barang dan jasa yang dikonsumsi untuk memperoleh
pendapatan ini adalah konsisten dengan pandangan teori entitas
dengan indeks kinerja dan akuntabilitas terhadap  pemegang ekuitas.
- Penyusunan laporan konsolidasi dan pengakuan atas kelas
kepemilikan minoritas sebagai tambahan pemegang ekuitas adalah
juga konsisten dengan teori entitas.

c. Teori Dana ( Fund Theory )


Dalam teori ini dasar akuntansi bukanlah pemilik maupun entitas,
melainkan sekelompok aktiva dan kewajiban serta pembatasan yang
terkait,yang disebut dana, yang mengatur penggunaan aktiva tersebut.
Dengan demikian, teori ini memandang unit bisnis sebagai unit yang terdiri

9
atas sumber daya ( dana ) ekonomi dan kewajiban serta pembatasan yang
terkait dengan penggunaan dari sumber daya ini. Persamaan akuntansinya
adalah :
Aktiva = Pembatasan
Aktiva

Unit akuntansi didefinisikan sebagai aktiva dan penggunaan untuk


mana aktiva tersebut dikomitmenkan. Kewajiban mewakili serangkaian
pembatasan hukum maupun ekonomi terhadap penggunaan aktiva tersebut.
Oleh karna itu, teori dana adalah “ berpusat pada aktiva “ dalam hal fokus
utamanya adalah pada administrasi dan penggunaan yang sesuai atas aktiva.
Bukannya pada neraca atau laporan keuangan ,  melainkan laporan sumber
dan penggunaan danalah yang merupakan tujuan utama dari pelaporan
keuangan. Laporan ini mencerminkan pelaksanaan operasi perusahaan
dalam hal sumber dan penggunaan dana.
Teori dana terutama berguna bagi pemerintah, organisasi nirlaba,
rumah sakit, universitas, kota dan unit pemerintahan. Contohnya, terlibat
dalam operasi multisisi yang  mengharuskan adanya dana terpisah. Setiap
dana yang berimbang menghasilkan laporan yang terpisah dan sekelompok
akun yang sesuai.

2.5. Prinsip-Prinsip Akuntansi


Prinsip akuntansi adalah aturan keputusan umum, yang diturnkan baik dari
tujuan dan konsep teoritis akuntansi, yang mengatur pengembangan teknik-teknik
akuntansi.
a. Prinsip Biaya
Biaya adalah suatu transaksi dinilai pada harga pertukaran padan
tanggal akuisisi dan dicatat dalam laporan keuangan pada nilai itu atau pada
nilai setelah amortisasi. APB Statement No. 4mendefinisikan biaya sebagai
berikut :
Biaya (cost) adalah jumlah, yang diukur dalam uang, dari kas yang
dikeluakan atau properti lain yang ditransfer, modal saham yang

10
dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau kewajiban yang terjadi, dalam
hubungannya dengan barang atau jasa yang telah atau akan diterima. Biaya
(dan atau aktiva) yang belum habis masa berlakunya adalah biaya (dan atau
aktiva) yang berkaitan dengan produksi pendapatan di masa depan. ... Biaya
yang sudah habis masa berlakunya tidak berkaitan dengan produksi
pendapatan di masa depan, dan oleh karena itu diperlakukan sebagai
pengurang dari pendapatan sekarang atau dibebankan terhadap laba ditahan.
Biaya mencerminkan harga pertukaran dari, atau pengorbanan moneter
yang diberikan untuk akuisisi dari, barang atau jasa. Jika pengorbanan
tersebut melibatkan aktiva nonmoneter maka harga pertukaran adalah
ekuivalen kas dari aktiva atau jasa yang diserahkan. Prinsip biaya juga dapat
diterapkan terhadap pengukuran transaksi kewajiban dan modal.
Prinsip biaya dapat dibenarkan dalam hal objektifitasnya maupun dalil
kelangsungan usaha. Pertama, biaya akuisisi adalah informasi yang objektif
dan dapat diverivikasi. Kedua dalil kelangsungan usaha mengasumsikan
bahwa entitas akan melanjutkan aktifitasnya alam jangka waktu yang tidak
terbatas, sehingga meniadakan kebutuhan untuk menggunakan nilai
sekarang atau nilai likuidasi guna penilaian aktiva.

b. Prinsip Pendapatan
1) Prinsip pendapatan menspesifikasi:
- Arus masuk aktiva bersih yang dihasilkan dari penjualan barang
atau jasa
- Arus keluar barang atau jasa dari perusahaan ke pelanggannya
- Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau
jasa oleh usaha selama periode waktu tertentu.
Pengertian pendapatan menurut FASB adalah : Pendapatan merupakan
aliran masuk atau peningkatan aset atau penurunan liabilitas (atau
kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau
produksi barang atau jasa atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utaa
badan usaha.

11
Pada dasarnya ada dua pandangan mengenai komponen pendapatan.
Pandangan luas atau komprehensif dari pendapatan memasukkan semua
penghasilan dari aktifitas bisnis dan investasi. Pandangan ini
mengidentifikasikan semua perubahan dalam aktifa bersih yang berasal dari
aktivitas penghasil pendapatan dan keuntungan atau kerugian lainnya yang
berasal dari penjualan aktiva tetap dan investasi sebagai pendapatan.

2) Pengukuran Pendapatan
Pendapatan diukur dalam hal nilai produk atau jasa yang
dipertukarkan dalam transaksi ‘wajar’. Nilai ini mewakili ekuivalen kas
bersih atau nilai sekarang terdiskonto atas uang yang diterima atau akan
diterima dalam pertukaran dengan produk atau jasa yang ditransfer oleh
perusahaan kepada pelanggannya.
Terdapat dua interpretasi revenue yang muncul dari konsep revenue
ini:
- Potongan tunai dan berbagai pengurangan adalam harga tetap,
seperti kerugian piutang yang tidak tertagih memerlukan
penyesuaian untuk menghitung ekuivalen kas bersih yang
sesungguhnya atau nilai diskonto sekarang atau klaim uang dan
secara konsekuen harus dikurangkan ketika harus menghitung
revenue.
- Untuk transaksi nonkas, niali pertukaran sama dengan nilai
pasar yang wajar barang/jasa yang diberikan atau yang diterima,
mana yang lebih mudah dan jelas dalam menghitungnya.
3) Penentuan waktu dari pengakuan pendapatan
Pada umumnya diakui bahwa pendapatan dan laba diperoleh
sepanjang seluruh tahapan dari siklus operasi (yaitu selama penerimaan
pesanan, produksi, penjualan, dan penagihan). Dengan adanya kesulitan
dalam mengalokasikan pendapatan dan laba ke tahapan yang berbeda
dari siklus operasi, akuntan menggunakan prinsip realisasi untuk
memilih “kejadian penting” (critical event) dalam siklus tersebut untuk
penentuan waktu pendapatan dan pengakuan laba. Kejadian penting

12
tersebut dipilih untuk mengindikasikan kapan perubahan tertentu dalam
aktiva dan kewajiban dapay dipertanggung jawabkan secara memadai.
Arti penting realisasi adalah bahwa suatu perubahan dalam aktiva
atau kewajiban telah menjadi cukup pasti dan objektif untuk
membenarkan pengakuan dalam akun-akun. Pengakuan ini dapat
tergantung pada transaksi pertukaran antara pihak-pihak yang
independen, atau kinerja kontrak yang dianggap kelihatan cukup pasti.
Sebagaimana dilaporkan oleh American Accounting Association
Committee tahun 1973-1974 mengenai Concepts and Standard External
Reporting, kriteria spesifik untuk pendapatan dan laba adalah :
- diperoleh, dalam satu pengertian atau yang lain
- dalam bentuk yang dapat didistribusikan
- hasil dari konversi yang ditetapkan dalam transaksi antara
perusahaan dengan pihak lain eksternal
- hasil dari penjualan secara legal atau dari proses yang serupa
terpisah dari modal dalam bentuk aktiva yang likuid baik
dampak kotor maupun bersihnya atas ekuitas pemegang saham
harus dapat diestimasikan dengan tingkat kendalan yang tinggi.
Pendapatan diakui menggunakan beberapa dasar walaupun secara
umum diakui menggunakan dasar akrual atau kejadian penting.

Dasar akrual untuk pengakuan pendapatan dapat


mengimplikasikan bahwa pendapatan sebaiknya dilaporkan selama
produksi, pada akhir produksi, pada saat penjualan produk atau pada
saat penagihan penjualan. Pendapatan secara umum diakui selama
produksi dalam situasi-situasi berikut ini:
1) Pendapatan sewa, bunga dan komisi diakui ketika diperoleh
dengan adanya perjanjian atau kontrak sebelumnya yang
menspesifikasikan peningkatan perlahan-lahan dalam klaim
terhadap pelanggan.
2) Seorang individu atau sekelompok orang yang memberikan
jasa profesional atau jasa serupa dapat menggunakan basis
akrual dengan lebih baik untuk pengakuan pendapatan dengan
adanya fakta bahwa hakikat dari klaim terhadap pelanggan
adalah suatu fungsi dari proporsi jasa yang diberikan.

13
3) Pendapatan atas kontrak jangka panjang diakui berdasarkan
kemajuan konstruksi atau “persentase penyelesaian”.
Persentase penyelesasian itu dihitung sebagai:
- estimasi teknik dari pekerjaan yang dilakukan sampai
tanggal tersebut dibandingkan dengan total pekerjaan yang
akan diselesaikan dalam hal kontrak, atau
- total biaya yang terjadi sampai tanggal tersebut
dibandingkan dengan total biaya yang diestimasikan untuk
total proyek didalam kontrak tersebut.
4) Pendapatan atas “kontrak biaya plus pembiayaan tetap” lebih
baik diakui menggunakan basis akrual.
5) Perubahan aktiva akibat pertumbuhan menimbulkan
pendapatan. Meskipun suatu transaksi harus terjadi sebelum
pendapatan diakui dalam contoh-contoh ini, pertumbuhan
pendapatan didasarkan pada penilaian persediaan komparatif.

Dasar kejadian penting (critical event basis) untuk pengakuan


pendapatan dipicu oleh kejadian penting dalam siklus operasi. Kejadian
tersebut berupa:
         Waktu penjualan
         Penyelesaian produksi
         Penerimaan pembayaran setelah penjualan
Dasar penjualan (sales basis) untuk pengakuan pendapatan
dibenarkan karena:
1) Harga dari produk tersebut diketahui dengan pasti
2) Pertikaran telah difinalisasi dengan pengantaran barang,
sehingga mengarah pada pengetahuan yang objektif atas biaya
yang terjadi
3) Dalam hal realisasi, penjualan merupakan kejadian penting.

Dasar penyelesaian produksi (completion-of-production basis)


untuk pengakuan pendapatan dibenarkan ketika ada pasar yang stabil
dan harga yang stabil untuk komoditas standar. Proses produksi dan
bukannya penjualan yang merupakan kejadian penting untuk pengakuan
pendapatan. Aturan ini terutama berlaku untuk “logam mulia yang
memiliki harga jual tetap dan harga pasar yang tidak signifikan”.
Perlakuan penyelesaian produksi sesuai untuk emas, perak, dan logam

14
mulia lainnya dan juga sesuai untuk produk pertanian dan mineral yang
memenuhi kriteria yang diperlukan.
Dasar pembayaran (payment basis) untuk pengakuan pendapatan
dibenarkan ketika penjualan akan dibuat dan ketika penilaian yang
cukup akurat tidak dapat diberikan kepada produk yang akan ditransfer.
Metode ini yang sebenarnya merupakan penangguhan pendapatan,
terutama diidentifiikasikan dengan “metode cicilan” untuk pengakuan
pendapatan.

c. Prinsip Pengaitan
Prinsip penandingan mengatakan bahwa expense (beban) harus diakui
pada periode yang sama dengan revenue, yaitu revenue diakui dalam
periode tertentu sesuai dengan prinsip revenue, dan beban yang terkait
kemudian diakui.
Hubungan antara revenue dan expense tergantung pada salah satu dari
empat kriteria :
- Pengaitan langsung dari biaya yang telah habis masa berlakunya
pada periode tersebut (sebagai contoh, gaji direktur untuk periode
tertentu).
- Pengaitan langsung dari biaya yang habis masa berlakunya dengan
suatu pendapatan (misalnya, harga pokok penjualan dikaitkan
dengan penjualan terkait)
- Alokasi biaya selama periode yang mendapatkan manfaat (sebagai
contoh, depresiasi)
- Membebankan semua biaya lain dalam periode terjadinya, kecuali
jika dapat ditunjukkan bahwa masih memiliki manfaat di masa
mendatang.
Biaya yang belum terserap (yaitu, asset) yang tidak memenuhi salah
satu dari empat criteria untuk menjadikannya expense pada periode berjalan
dapat dibebankan pada periode mendatang dan dapat diklasifikasikan dalam
kategori yang berbeda sesuai penggunaan yang dalam penerapan prinsip
penandingan.
Biaya produksi barang jadi untuk dijual  umumnya meliputi bahan
baku, tenaga kerja langsung dan overhead prabrik. Proses dua tahap
digunakan untuk mempertanggungjawabkan biaya-biaya ini dengan;
- Penilaian persediaan atau penentuan biaya produk yang melekat ke
produk tersebut

15
- Penentuan laba, atau pengaitan biaya produk dengan pendapatan.
Aktiva operasi dapat didepresiasikan, sering juga disebut sebagai
aktiva modal yang terpakai. Karena aktiva operasi dapat
didepresiasikan diasumsikan akan memberikan manfaat ke lebih dari
satu periode, aktiva tersebut dikapitalisasi pada biaya akuisisinya,
yang kemudian dialokasikan menggunakan dasar logis selama umur
manfaat aktiva tersebut. Proses alokasi ini dikenal sebagai depresiasi
untuk aktiva berwujud, dan amortisasi untuk aktiva tidak berwujud.

d. Prinsip Objektivitas
Kegunaan informasi keuangan tergantung pada keandalan dari prosedur
pengukuran yang digunakan.  Karena memastikan keandalan maksimum
sering kali sulit untuk dilakukan, maka akuntan telah menggunakan prinsip
objektivitas untuk membenarkan pilihan prosedur.  Prinsip objektivitas,
bagaimanapun memiliki interpretasi yang berbeda :
- Pengukuran objektivitas merupakan ukuran yang bersifat tidak
memihak dalam pengertian bebas dan bias personel pengukurnya.
- Pengukuran objektivitas merupakan pengukuran variable dalam
pengertian bahwa pengukuran didasarkan pada bukti.
- Pengukuran objektivitas merupakan hasil dari kesepakatan diantara
sekelompok pengamat atau pengukur tertentu, implikasinya bahwa
objektivitas akan tergantung pada sekelompok pengukur tertentu..
- Ukuran penyebaran atau distribusi pengukuran digunakan sebagai
indikator tingkat objektivitas suatu ssstem pengukuran tertentu.

e. Prinsip Konsistensi
Prinsip konsistensi (consistency principle) menganggap bahwa kejadian
ekonomi yang serupa sebaiknya dicatat dan dilaporkan dengan cara yang
konsisten dari periode ke periode. Prinsip ini mengimplikasikan bahwa
prosedur akuntansi yang sama akan diterapkan kepada transaksi yang serupa
sepanjang waktu. Penerapan konsep konsistensi membuat laporan keuangan
menjadi lebih dapat diperbandingkan dan lebih berguna. Tren dalam data
akuntansi dan hubungan dengan faktor-faktor eksternal akan terungkap
dengan lebih akurat ketika digunakan prosedur pengukuran yang dapat
diperbandingkan secara serupa, distorsi laba dan jumlah neraca serta
manipulasi yang mungkin dari laporan keuangan dihindari dengan

16
penerapan yang konsisten atas prosedur akuntansi sepanjang waktu. Oleh
karena itu, konsistensi adalah batasan pengguna untuk memfasilitasi
keputusan pengguna dengan memastikan dapat diperbandingkannya laporan
keuangan dari suatu perusahaan sepanjang waktu, sehingga meningkatkan
kegunaan dari laporan tersebut. Dalam opini standar, akuntan publik
mengakui prinsip konsistensi dengan memerhatikan apakah laporan
keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsipakuntansi yang berlaku
umum yang diterapkan atas dasar “konsisten dengan laporan keuangan
tahun sebelumnya”.
Prinsip konsistensi tidak mengahalangi suatu perusahaan untuk
mengubah prosedur akuntansinya ketika hal tersebut dibenarkan oleh
sesuatu yang berubah, atau jika prosedur alternatif lebih baik (aturan
preferensi). Sesuai dengan APB opinion No. 20, Perubahan yang
membenarkan perubahan dalam prosedur adalah:
1. Perubahan dalam prinsip-prinsip akuntansi;
2. perubahan dalam estimasi akuntansi;
3. perubahan dalam entitas pelaporan.
Perubahan-perubahan ini akan dicerminkan dalam akun dan dilaporkan
dalam laporan keuangan secara retroaktif untuk perubahan dalam entitas
akuntansi, secara prospektif untuk perubahan dalam estimasi akuntansi,
secara umum dan sekarang untuk perubahan dalam prinsip-prinsip
akuntansi.

f. Prinsip Pengungkapan Penuh


Terdapat kesepakatan umum dalam akuntansi bahwa sebaiknya terdapat
pengungkapan yang “penuh”, “adil”, dan “memadai” atas data akuntansi.
Pengungkapan penuh (full disclosure) mengharuskan laporan keuangan
dirancang dan disusun untuk menggambarkan secara akurat kejadian-
kejadian ekonomi yang telah memengaruhi perusahaan selama periode
berjalan dan supaya mengandung informasi yang mencukupi guna
membuatnya berguna dan tidak menyesatkan bagi investor kebanyakan.
Lebih eksplisit lagi, prinsip pengungkapan penuh mengimplikasikan bahwa

17
tidak ada informasi atas substansi atau kepentingan bagi
kebanyakaninvestor yang akan dihilangkan atau disembunyikan.
Prinsip tersebut diperkuat lebih lanjut lagi oleh berbagai persyaratan
pengungkapan yang ditetapkan oleh APB Opinions, FASB Statements, dan
SEC Accounting Release dan persyaratan lainnya. Tetapi, pengungkapan
penuh adalah konsepsi terbuka yang masih meninggalkan beberapa
pertanyaan yang belum belum terjawab atau terbuka terhadap interpretasi
yang berbeda.
Pertama, apa yang dimaksud dengan pengungkapan penuh, adil dan
memadai? Memadai mengandung arti seperangkat informasi minimum yang
akan diungkapkan; adil mengimplikasikan batasan etis yang mengharuskan
perlakuan yang adil terhadap pengguna; dan penuh mengacu pada penyajian
informasi yang lengkap dan komprehensif. Posisi lainnya yang diterima
adalah untuk memandang keadilan sebagai tujuan utama dan titik trade-off
antara pengungkapan penuh dengan pengungkapan yang memadai. Dengan
demikian, dalam judul fair presentation in confomity with geberally
accepted accounting principles, APB Statement No. 4 Menyatakan bahwa
penyajian yang adil dipenuhi ketika : ... Keseimbangan yang memadai telah
dicapai antara kebutuhan yang saling berlawanan untuk maengungkapkan
aspek-aspek penting dari posisi keuangan dan hasil operasi sesuai dengan
aspek-askpek konvensional dan untuk meringkas banyaknya data yang
mendasari ke dalam angka-angka yang terbatas dalam laporan keuangan dan
catatan pendukung.
Kedua, apa yang sebaiknya diungkapkan sehingga “investor rata-rata
yang hati-hati” tidak akan disesatkan? Apakah sebaiknya data tersebut pada
dasarnya berupa informasi akuntansi? Apakah sebaiknya data tersebut
memasukkan informasi terbaru dan tambahan-tambahan seperti akuntansi
aktiva sumber daya manusia, akuntansi sosioekonomi, akuntansi inflasi, dan
pelaporan segmen?
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini tergantung pada penentuan
yang sesuai atas pengguna, kebutuhan mereka, tingkat keahlian mereka, dan
yang lebih penting lagi, kapabilitas mereka untuk memproses informasi,

18
dengan risiko meluapnya informasi yang disebebkan oleh ekspansi data.
Skinner menarik perhatian pada beberapa masalah yang sebaiknya menjadi
subjek dari pengungkapan penuh:
- Rincian dari kebijakan dan metode akuntasi, terutama ketika
penilaian dibutuhkan dalam penerapan metode akuntansi, ketika
metode tersebut bersifat khusus bagi entitas pelaporan tersebut, atau
ketika metode akuntansi alternatif dapat digunakan;
- Informasi tambahan untuk membantu dalam analisis invetasi atau
untuk mengindikasikan hak dari berbagai pihak yang memiliki klaim
atas entitas pelaporan.
- Perubahan dari tahun sebelumnya dalam kebijakan akuntansi atau
metode penerapannya dan dampak dari perubahan semacam itu;
- Aktiva, kewajiban, biaya, dan pendapatan yang dihasilkan dari
transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan
pengendalian atau dengan direktur atau pejabat yang memiliki
hubungan istimewa dengan entitas pelaporan tersebut;
- Aktiva, kewajiban, dan komitmen kontinjen;
- Transaksi keuangan atau nonoperasi lainnya yang terjadi setelah
tanggal neraca yang memiliki dampak material terhadap posisi
keuangan entias tersebut sebagaimana siindikasikan dalam laporan
akhir tahun.

g. Prinsip Konservatisme
Prinsip konservatisme adalah suatu prinsip pengecualian atau
modifikasi dalam hal bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan
terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan andal. Prinsip
konservatisme menganggap bahwa ketika memilih antara dua atau lebih
teknik akuntansi yang berlaku umum, suatu referensi ditunjukkan untuk opsi
yang memiliki dampak paling tidak menguntungkan terhadap ekuitas
pemegang saham. Secara lebih spesifik, prinsip tersebut mengimplikasikan
bahwa nilai terendah dari aktiva dan pendapatan serta nilai tertinggi dari
kewajiban dan beban yang sebaiknya dipilih untuk dilaporkan.

19
Oleh karena itu, prinsip konservatisme mengharuskan bahwa akuntan
menampilkan sikap pesimistis secara umum ketika memilih teknik
akuntansi untuk pelaporan keuangan. untuk mencapai tujuan guna
memahami laba dan aktiva sekarang, prinsip konservatisme mengarah pada
perlakuan yang merupakan penyimpangan terhadap pendekatan yang dapat
diterima atau teoretis. Misalnya saja, adopsi konsep “mana yang lebih
rendah antara biaya atau harga pasar” berlawanan dengan prinsip historis.
Meskipun penilaian LIFO dan depresiasi dipercepat umumnya dipandang
sebagai tindakan-tindakan yang kontra inflasi, hal tersebut dipandang
sebagai akibat dari adopsi prinsip konservatisme. Dengan demikian
chatfield berpendapat bahwa: “keduanya [LIFO dan depresiasi dipercepat]
memaksakan tradisi yang lebih tua dari konservatisme neraca, begitu rupa
sehingga pembayar pajak masih diperbolehkan untuk menggunakan
penilaian persediaan LIFO bersama-sama dengan metode mana yang lebih
rendah antara biaya atau harga pasar. Keduanya menutamakan kebutuhan
manajemen akan penilaian yang lebih tepat”.
Dimasa lalu, konservatisme telah digunakan ketika berususan dengan
ketidakpastian dalam lingkungan dan terlalu optimisnya manajer dan
pemilik serta juga ketika melindungi kreditor terhadap distribusi yang tidak
sah atas aktiva perusahaan sebagai dividen. Konservatisme adalah nilai yang
dijunjung tinggi dimasa lalu dibandingkan dimasa ini. Nilai tersebut telah
mengarah pada provisi atau kewajiban atau keduanya yang arbitrer dan tidak
konsisten.
Sterling menyebut konservatisme sebagai “prinsip penilaian akuntansi
yang paling kuno dan mungkin paling bertahan”. Hari ini, penekanan pada
penyajian yang objektif dan adil serta keutamaan investor sebagai pengguna
telah mengurangi ketergantungan pada konservatisme. Konservatisme saat
ini dipandang lebih sebagai pedoman untuk diikuti untuk situasi luar biasa,
dan bukan sebagai aturan umum untuk diterapkan secara kaku dalam semua
situasi. Konservatisme masih digunakan dalam beberapa situasi yang
memerlukan penilaian akuntan, seperti memilih estimasi umur manfaat dan
nilai sisa dari aktiva untuk akuntansi depresiasi dan konsekuensi aturan dari

20
penerapan konsep “mana yang lebih rendah antara biaya atau harga pasar”
(lower-of-cost-market) dalam penilaian persediaan dan efek-efek ekuitas
yang dapat dijual. Karena hal tersebut pada dasarnya adalah manifestasi dari
intervensi akuntan yang dapat menimbulkan bias, kesalahan, distorsi yang
mungkin, dan laporan yang menyesatkan, pandangan saat ini mengenai
konservatisme sebagai prinsip akuntansi cenderung menghilang.

h. Prinsip Materialitas
Seperti halnya konservatisme, prinsip materialitas adalah suatu prinsip
pengecualian atau modifikasi. Prinsip tersebut menganggap bahwa transaksi
dan kejadian yang memiliki dampak ekonomi yang tidak signifikan dapat
ditangani secara sangat cepat, tanpa memedulikan apakah hal tersebut sesuai
dengan prinsip yang berlaku umum atau tidak. Materialitas berfungsi
sebagai pedoman implisit bagi akuntan dalam hal apa yang sebaiknya
diungkapkan dalam laporan keuangan, sehingga memungkinkan akuntan
tersebut  untuk memutuskan apa yang tidak penting atau apa yang tidak
menjadi masalah berdasarkan biaya pencatatan, akurasi laporan keuangan,
dan relevandi bagi pengguna.
Secara umum, otoritas akuntansi telah meninggalkan  penerapan
materialitas kepada penilaian akuntan, dan pada saat yang sama
menekankan pentingnya hal tersebut. Meurut APB Statement No. 4,
materialitas mengimplikasikan bahwa “ laporan keuangan hanya
berkepentingan dengan informasi yang cukup signifikan untuk
memengaruhi penilaian atau keputusan. APB Opinion No. 30
menangandalkan pada konsep materialitas yang belum teridentifikasi untuk
menggambarkan pos-pos luarbiasa. Secara serupa, opinion No. 22
merekomendasikan pengungkapan atau seluruh kebijakan atau prinsip yang
secara material memengaruhi posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan
dalam posisi keuangan dari entitas tersebut. Pada tahun 1975 FASB
mengeluarkan suatu Dsicussion memorandum mengenai masalah
materialitas dengan menekankan pentingnya prinsip ini.

21
Prinsip materialitas kurang memiliki definisi operasional, kebanyakan
definisi materialitas menekankan pada pernanan akuntan dalam
menginterpretasikan apa yang material dan apa yang tidak material.
Misalnya saja, frishkoff mendefinisikan materialitas sebagai “pentingnya
suatu informasi keuangan bagi seorang pengguna secara relatif dan
kuantitatif, dalam konteks keputusan yang akan dibuat”
Studi tahun 1974 oleh accountants international study group
mengkarakteristikan materialitas sebagai berikut:
- “Materialitas pada dasarnya adalah masalah penilaian profesional.
Suatu transaksi individual sebaiknya dianggap material jika
pengetahuan mengenai transaksi tersebut dapat dianggap memiliki
pengaruh terhadap pengguna laporan keuangan”.
- Pedoman atau kriteria yang akan digunakan dalam menentukan
materialitas sangat dibutuhkan. Dua kriteria dasar telah
direkomendasikan. Yang pertama, disebut sebagai pendekatan
ukuram (size approach), mengaitkan ukuran dari transaksi ke
variabel relevan lainnya, seperti laba bersih. Misalnya saja, Bernstein
menyarankan zona batasan sebesar 10-15 persen dari laba bersih
setelah pajak sebagai titik pembeda antara apa yang material dan apa
yang tidak material.
Secara serupa, FASB Discussion Memorandum atas materialitas
menyarankan kriteria berdasarkan pendekatan ukuran :
- “Jika jumlah dari dampak sekarang atau potensialnya setara dengan
atau melebihi 10 persen dari jumlah laporan keuangan yang
bersangkutan, masalah tersebut sebaiknya dianggap material.
- Jika jumlah dari dampak sekarang atau potensialnya adalah antara 5
dan 10 persen dari jumlah laporan keuangan yang bersangkutan,
materialitas dari masalah tersebut tergantung pada situasi yang
mengelilinginya.”
- Kriteria kedua, disebut sebagai pendekatan kriteria perubahan
(change criterion approach), mengevaluasi dampak dari suatu
transaksi terhadap tren atau perubahan antarperiode akuntansi.

22
Pendekatan ini terutama diusulkan oleh rappaport, yang berpendapat
bahwa kriteria materialitas dapat dinyatakan dalam hal rata-rata tren,
dan rasio keuangan yang menyatakan hubungan analitis signifikan
dalam hal informasi akuntansi. Pendekatan kriteria perubahan telah
memengaruhi accountants international study group, sebagaimana
dinyatakan oleh kutipan berikut ini dari materiality in accounting.

i. Prinsip Keseragaman dan Komparabilitas


Prinsip konsistensi mengacu pada penggunaan  prosedur yang sama
untuk transaksi-transaksi yang berhubungan oleh perusahaan selama waktu
tertentu; prinsip keragaman mengacu pada penggunaan prosedur yang sama
oleh perusahaan-perusahaan yang berbeda. Tujuan yang diinginkan adalah
untuk mencapai komparabilitas laporan keuangan dengan mengurangi
keragaman yang diciptakan oleh penggunaan prosedur akuntansi yang
berbeda oleh perusahaan-perusahaan yang berbeda. Faktanya, suatu
perdebatan yang terus menerus terjadi mengenai apakah fleksibilitas atau
keseragaman yang sebaiknya ada dalam akuntansi dan pelaporan keuangan.
dukungan utama untuk keseragaman (uniformity) adalah klaim bahwa hal
itu akan:
- Mengurangi keragaman penggunaan prosedur akuntansi dan
ketidakcukupan praktk-praktik akuntansi;
- Memungkinkan perbandingan yang berarti atas laporan keuangan
dari perusahaan yang berbeda;
- Memperbaiki kepercayaan pengguna dalam laporan keuangan;
- Mengarah pada intervensi dan peraturan pemerintah mengenai
praktik akuntansi.

Dukungan utama untuk fleksibilitas adalah klaim bahwa:


- Penggnaan prosedur akuntansi yang seragam untuk mencerminkan
transaksi yang sama terjadi dalam banyak kasus memiliki resiko
menyembunyikan perbedaan yang penting antar kasus.

23
- Komparabilitas adalah suatu cita-cita yang bersifat utopia;”hal
tersebut tidak dapat dicapai dengan mengadopsi aturan-aturan tetap
yang tidak cukup mempertimbangkan situasi faktual yang berbeda.
- “perbedaan dalam situasi” atau “variabel situasi” membutuhkan
perlakuan yang berbeda, sehingga pelaporan perusahaab dapat
menanggapi situasi dimana transaksi dan kejadian terjadi. Variabel-
variabel situasional (circumstantial variables) didefenisikan sebagai :
...kondisi-kondisi lingkungan yang bervariasi antarperusahaan dan
yang mempengaruhi:
(a) kelayakan dari metode akuntansi dan/atau
(b) objektivitas ukuran-ukuran yang dihasilkan dari penerapan
metode akuntansi tersebut

j. Ketepatan Waktu dari Laba dan Konservatisme Akuntansi


Ketepatan waktu dari laba akuntansi (timeliness of accounting
earnings) telah didefinisikan sebagai sejauhmana laba akuntansi periode
sekarang memasukkan laba ekonomi periode sekarang. Sementara laba
ekonomi dan laba akuntansi yang dijumlahkan selama umur dari perusahaan
adalah identik, keduanya berbeda dalam jangka pendek. Laba ekonomi
segera mengakui perubahan dalam perkiraan nilai sekarang atas arus kas
masa depan, sementara laba akuntansi menggunakan prinsip “pengakuan”
untuk memasukkan perubahan yang sama secara perlahan-lahan sejalan
dengan waktu, umumnya pada titik dekat dengan saat arus realisasi arus kas
terjadi. Yang terjadi adalah tenggang waktu antara laba akuntansi dengan
laba ekonomi yang dapat terjadi selama beberapa periode. Sebagaimana
yang dinyatakan oleh ball dkk. “prinsip pengakuan oleh karena itu
menyebabkan laba ekonomi dimasukkan dalam laba akuntansi secara lambat
dan ‘merata’ dengan berjalannya waktu”. Hubungan laba akuntansi dengan
laba ekonomi mendefinisikan ketepatan waktunya sebagai berikut:
EARNit = a0j + a1jRETit + εit
Dimana:

24
EARNit = laba sebelum pos luar biasa, operasi yang dihentikan, dan pos-pos
khusus yang dideflasi oleh nilai pasar awal tahun dari ekuitas perusahaan
tertentu pada tahun t.
RETit = tingkat pengembalian saham tahunan untuk tahun t.

Konservatisme didefinisikan oleh Basu adalah sampai sejauh mana laba


akuntansi periode sekarang secara asimetris memasukkan kerugian
ekonomi, relatif terhadap keuntungan ekonomi. Oleh karena itu, sementara
ketepatan waktu mengukur tingkat dimasukkannya laba ekonomi dalam laba
akuntansi kontemporer, konservatisme mengukur tingginya ketepatan waktu
dalam memasukkan penurunan nilai, atau laba ekonomi negatif. Oleh karena
itu, asimetri konservatif dalam ketepatan laba akuntansi diperkenalkan
dengan memodifikasi persamaan sebelumnya untuk memasukkan laba
ekonomi secara asimetris sebagai berikut:
EARNit = a0j + a1jNEGit + a2jRETit + a3jRETitNEGit + εit

Di mana:
NEGit = Variabel dummy yang setara dengan 1 jika RET adalah negatif dan
o jika sebaliknya. Oleh karena itu, a2j dan a2j+a3j memasukkan dalam laba
tahun berjalan masing-masing berita bagus dan berita buruk.

Kebenaran dalam akuntansi yang kurang diperhatikan merupakan salah satu


topik utama yang dibahas dalam literatur akuntansi.  Selama empat ratus tahun
sejak publikasi buku Pacioli mengenai pembukuan dengan ayat jurnal
berpasangan pada tahun 1954, metode akuntansi, serta laporan akuntansi telah
didasarkan pada kemudahan dan bukannya pada kebenaran.  Laporan akuntansi
hari ini terdiri atas campuran yang mengherankan dari konvensi akuntansi, data
historis, dan fakta-fakta sekarang, di mana bahkan akuntan sering kali tidak dapat
membedakan antara kebenaran dengan fiksi.  Akuntansi memiliki kemungkinan
akan kebenaran dan kemustahilan akan kebenaran.  Ide normatif yang memiliki
sedikit kemungkinan untuk diterapkan dalam akuntansi.

25
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Sebuah dalil muncul dan diakui oleh orang banyak karena dalil tersebut
adalah benar.  Orang-orang yang menggunakan dalil tersebut mengetahui
kebenarannya.  Kita juga harus tahu mengapa hal itu benar dan apa dasar
mengatakannya benar atau tidaknya.  Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak
menemukan bahkan menghadapi langsung kondisi-kondisi masalah yang terjadi di
dunia ini yang kita laporkan menggunakan bahasa.  Suatu dalil yang benar
berkaitan dengan suatu kondisi masalah yang terjadi.  Seperti kondisi keuangan
kita laporkan dengan menggunakan bahasa yaitu laporan keuangan yang berdasar
kepada dalil akuntansi keuangan.  Kebenaran tersebut dapat dinyatakan secara
berbeda.
Kebenaran dari dalil dapat dipastikan dengan tingkat kompleksitas yang
berbeda.  Dalil analitis, seperti seluruh akuntan Indonesia adalah orang Indonesia,
adalah benar tanpa pembuktian lebih lanjut karena bentuk negatif dari dalil
tersebut adalah saling berlawanan.  Dalil sintesis merupakan dalil yang tidak
bersifat analitis, perlu dibuktikan sebagai benar atau salah.  Dalil sintesis tersebut,
Jakarta adalah ibukota Indonesia, adalah dalil sintesis yang benar.
Teori akuntansi tidak dapat dikatakan terdiri atas penjelasan ilmiah.  Tidak
terdapat hukum akuntansi yang abadi yang dapat dibandingkan dengan hukum
abadi dari alam, tidak ada pengujian dan eksperimen terkendali untuk
menghasilkan data yang dapat ditetapkan sebagai rumus matematika untuk
menyatakan hubungan yang ada.  Disiplin akuntansi benar-benar dibangun secara
sosial, dan tidak memiliki hukum yang abadi atau kebenaran.  Aturan yang dibuat
oleh manusia dalam akuntansi tergantung pada proses penilaian baik bagi
penyusunan maupun penggunaan informasi akuntansi.
Struktur  teori akuntansi merupakan suatu sistem dengan tingkatan keadaan
yang mengakibatkan dan mempengaruhi keadaan setelahnya secara berurutan
yaitu tujuan dari laporan keuangan, dalil-dalil akuntansi, konsep yang bersifat
teori dari akuntansi, prinsip dasar akuntansi, dan teknik-teknik akuntansi. 

26
Elemen-elemen tersebut merupakan komposisi formula dari fondasi akuntansi
yang digunakan sebagai basis untuk lahirnya aturan-aturan dan teknik akuntansi. 
Pemahaman atas elemen-elemen ini menjamin pemahaman dasar pemikiran
dibalik praktik aktual dan masa depan.  Struktur teoritis dari akuntansi
merefleksikan laporan keuangan yang merupakan bagian dari laporan akuntansi. 
Kesepakatan format dan isi laporan keuangan yang diubah atau disempurnakan
tentu saja berkaitan dengan memperbaiki struktur teoritis dari akuntansi.

3.2. Saran
Untuk membangun dan mengembangkan suatu akurasi atas atribut-aribut
yang diukur, akuntan mengandalkan azas tujuan sebagai suatu cara membenarkan
prosedur.  Dengan pengertian, pengukuran impersonal atau tidak ada
hubungannya atau tidak mengenai orang tertentu, pengukuran yang didasarkan
pada bukti yang bisa diverifikasi, pengukuran berdasarkan suatu kesepakatan dari
para ahli yang memiliki kualifikasi.
Bagian informasi bisa dianggap sebagai dapat diverifikasi berdasarkan
kecilnya nilai pengukuran penyebaran di sekitar titik tengah namun pada saat
bersamaan menjadi kurang dapat diandalkan karena faktor bias.  Semakin besar
penyebaran ukuran maka semakin mungkin keputusan yang tidak benar
didasarkan pada ukuran tersebut karena kesalahan pengambilan sampel yang
dikandungnya.  Semakin besar pemindahan maka semakin mungkin keputusan
yang tidak benar diambil karena nilai yang diperkirakan dari ukuran tersebut tidak
sama dengan ukuran yang lebih benar dari atribut itu.  Penyebaran dan
pemindahan adalah tidak diinginkan karena keputusan yang salah memiliki biaya
tinggi.  Sampai tingkat di mana sumber daya harus dikonsumsi untuk mengurangi
penyebaran dan pemindahan, maka ukuran yang buruk dapat diterima selama
biaya untuk memperbaikinya lebih besar dibandingkan dengan biaya dari
keputusan salah yang timbul kemudian.

27
DAFTAR PUSTAKA

https://solusiakuntansiindonesia.com/perkembangan-akuntansi-di-indonesia/
Belkaoui, Ahmed Riahi (ARB); (2004), Accounting Theory, Fifth Edition,
Business Press.

28

Anda mungkin juga menyukai