Anda di halaman 1dari 24

Critical Perspectives in Accounting

“Teori Akuntansi”

Dosen Pengampu:

Lenny L. Evinita,.MBA.Ph.D

Disusun Oleh

Kelompok 4

Idelfons Suarlembit 19304171


Friscila FLangoy 19304172
Brilly J Sarinda 19304173

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS EKONOM JURUSAN AKUNTANSI

2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan
rahmat serta karunian-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang
berjudul “Critical Perspectives in Accounting” ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Teori Akuntansi yang diampu oleh Nci Lenny L. Evinita,.MBA.Ph.D.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Penulis juga menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata,
penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu
dan menyelesaikan makalah ini.

Tondano, 20 Mei 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................4
A. Definisi Perspektif Kritis.................................................................................................................4
B. Riset Akuntansi Kritis Versus Riset Sosial dan Lingkungan Akuntansi..........................................7
C. Kemungkinan Timbulnya Dampak dari Riset Akuntansi Kritis Terhadap Praktik Sosial................9
D. Peran Negara dalam Mendukung Struktur Sosial yang Ada..........................................................12
E. Peran Penelitian (Riset) Akuntansi dalam Mendukung Struktur Sosial yang Ada.........................13
F. Peran Praktisi Akuntansi dalam Mendukung Struktur Sosial yang Ada........................................17
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................22
KESIMPULAN.....................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................23
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pertimbangan suatu praktik akuntansi bisa saja digunakan dalam aspek sosial dan lingkungan
pada operasi organisasi, begitu juga pertimbangan bagaimana pengungkapan akuntansi yang
mungkin berdampak pada harga saham suatu perusahaan. Penerapan praktik akuntansi hingga
saat ini dapat dipandang menggunakan perspektif yang berbeda-beda (pandangan perspektif
alternatif terhadap peran akuntansi). Perspektif inilah, yang secara terbuka mempertimbangkan
bagaimana praktik akuntansi lebih mendukung ekonomi dan struktur sosial tertentu.

Pandangan ini dilakukan oleh beberapa peneliti dari kritikal perspektif dimana dalam akuntansi,
jauh dari praktik yang mendukung suatu kenetralan atau hilangnya ketidakbiasan penyajian yang
didasari oleh fakta ekonomi, yang dalam kenyataannya mendukung pemeliharaan posisi
kekuasaan dalam beberapa sektor komunitas tertentu. Teori ini menantang pandangan bahwa ada
beberapa hak termasuk hak khusus yang tersebar di masyarakat daripada berpendapat mengenai
siapa yang paling berhak, berkesempatan, dan berasosiasi dengan kekuasaan yang diartikan
sebagai kaum elit.

Topik ini mengangkat beberapa argumen mengenai peran suatu pemerintahan, peran dari
penelitian akuntansi, dan peran dari praktik akuntansi, dalam keberlangsungan sosial tertentu.
Peneliti yang mengadopsi kritikal perspektif sering tidak memberikan solusi nyata dari
ketidakseimbangan yang berlangsung. Tapi lebih menyoroti ketidakseimbangan pada sosial dan
peran akuntansi dalam keberlangsungan dan legitimasi dari pemahaman legitimasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah disampaikan dalam poin A., maka rumusan
masalah yang disusun adalah sebagai berikut:

1. Apa definisi perspektif kritis?


2. Bagaimana peran riset kritis terhadap akuntansi dalam praktik sosial?
3. Bagaimana peran negara dalam mendukung struktur sosial yang ada?
4. Bagaimana peran praktisi akuntansi dalam struktur sosial?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah disusun, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk:

1. Memahami definisi perspektif kritis.


2. Memahami peran riset kritis terhadap akuntansi dalam praktik sosial.
3. Memahami peran negara dalam mendukung struktur sosial yang ada.
4. Memahami peran praktisi akuntansi dalam struktur sosial.
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Perspektif Kritis

Merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonsia (KBBI), perspektif memiliki makna “sudut
pandang” atau sebuah “pandangan”, sedangkan kritis memiliki makna “bersifat tidak lekas
percaya” atau “bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan”. Sehingga jika
diartikan secara lugas, makna perspektif kritis terhadap akuntansi adalah suatu pandangan yang
dilandasi dengan sifat tidak mudah percaya akan suatu perihal tertentu yang mengatur secara
implisit maupun ekspilisit peran-peran dan regulasi yang ada dalam ilmu akuntansi.

Dalam Craig Deegan (2014) disebutkan bahwa terdapat makna yang sangat beragam untuk
critical perspective dan tergolong sulit untuk diartikan. Perspektif ini dibangun berdasarkan
penelitian para ahli mengenai hal-hal yang secara normatif seharusnya masih bisa diterapkan
dalam akuntansi. Fokus pendekatan pada riset ini adalah tentang metode akuntansi tertentu yang
seharusnya diterapkan daripada fokus terhadap peran akuntansi yang cenderung mengkontrol
sumber daya modal. Para peneliti yang disebut para kritikus teori akuntansi, kemudian mencari
sesuatu hal yang disoroti, melalui analisis secara kritis, yang merupakan kunci berperannya
akuntansi dalam masyarakat. Perspektif tersebut kemudian merekonstruksi dan berusaha kuat
membangun pandangan bahwa akuntansi dapat dibangun menjadi sesuatu yang objektif dan
netral, dan para peneliti sering mencari bukti untuk mendukung pandangan ini.

Tony Tinker (2005) dalam Craig Deegan (2007), seorang yang merupakan salah satu pendiri
gerakan akuntansi kritis, telah memberikan salah satu definisi penelitian akuntansi kritis, yaitu:

“.......adalah semua bentuk praksis sosial yang evaluatif, dan bertujuan untuk menghasilkan
perubahan progresif di dalam wilayah konseptual, institusional, praktis, dan wilayah politik
akuntansi.”

Berlandaskan akuntansi adalah kegiatan praktis yang selalu berkembang selaras dengan
perkembangan suatu bisnis, dapat dipahami bahwa unsur kunci dari definisi perspektif kritis
akuntansi adalah gagasan tentang praktik sosial. Praktik 4

dalam penelitian akuntansi kritis umumnya dipahami untuk merujuk pada asumsi bahwa terdapat
dua arah hubungan antara teori dan praktek, namun pada kenyataannya teori mempengaruhi
praktik sosial, sementara praktik-praktik sosial mempengaruhi teori. Salah satu implikasi dari
hubungan antara teori dan praktik adalah ketika kondisi sosial (praktik) mengalami perubahan
maka teori perlu dilakukan perubahan. Hal ini seharusnya tidak menjadi konsep baru. Implikasi
lainnya adalah perkembangan teori perspektif yang berbeda dapat membawa perubahan dalam
praktik-praktik sosial dan struktur masyarakat (seperti penyebaran kekayaan dan kekuasaan).
Perbedaan hubungan antara teori dan praktik adalah gagasan yang tidak tersirat dalam hubungan
dua arah indikator tersebut. Sebelumnya cenderung mengandalkan hubungan satu arah dimana
baik teori menentukan praktik atau praktik menentukan teori. Perbedaan selanjutnya adalah pada
perubahan praktik. Ketika teori normatif berusaha untuk mengembangkan dan menerapkan
praktik akuntansi tertentu (what should to do), fokus perubahan praktik kemudian diwujudkan di
masyarakat luas. Dapat disimpulkan bahwa peran teori dalam mengubah praktik-praktik sosial
lebih penting daripada peran praktik-praktik sosial yang mengubah teori. Tinker (2005)
berpendapat bahwa pendekatan terhadap akuntansi kritis ini menjanjikan suatu perpaduan yang
selaras yang kaya akan bentuk praksis baru dan mengharuskan ilmuwan akuntansi kritis ikut
berpartisipasi (dalam penelitian akuntansi penting harus melakukannya dari posisi yang
berkomitmen, partisan, memiliki passion, dan kadang-kadang berposisi sebagai seorang yang
militan)

1. Wawasan Tentang Sifat Pendukung Akuntansi

Pada dasarnya semua penelitian dalam ilmu-ilmu sosial bergantung pada subjektivitas dari
interpretasi para peneliti yang terlibat di dalamnya. Dalam penelitian akuntansi kritis, para
peneliti dalam bidang akuntansi kritis (ahli teori akuntansi) berusaha untuk melihat hal yang
pokok, melalui analisis kritis, yang berperan utama dalam akuntansi perspektif sosial. Seperti
yang dinyatakan oleh Hopper at al. (1995) bahwa dalam mengkomunikasikan suatu realita,
akuntan akan secara keberlanjutan (secara simultan) membangunnya

(Hines, 1988) dan akuntansi adalah praktik sosial yang didukung oleh indikator politik dan
praktik pasar, yang dikendalikan oleh keseimbangan pasar yang efisien.

Pandangan ini juga didukung oleh Baker dan Bettner (1997), menyatakan bahwa penelitian kritis
telah meyakinkan dan berulang kali berpendapat bahwa akuntansi tidak menghasilkan
representasi objektif dari "realitas" ekonomi, melainkan memberikan representasi yang sangat
diperebutkan dan partisan dari dunia ekonomi dan sosial. Esensi akuntansi dapat ditangkap
dengan baik melalui pemahaman dampaknya terhadap individu, organisasi dan masyarakat. Oleh
karena itu sangat penting bagi penelitian akuntansi untuk mengadopsi perspektif kritis. Dalam
ranah hal “kritis”, tidak ada satu pun teori atau pendekatan yang ideal dan sedikit konsensus
mengenai bagaimana menerapkan suatu hal

2. Kritik Marxist Terhadap Akuntansi

Salah satu pendiri atau bahkan mungkin pendiri utama dari teori kritis terhadap akuntansi
melaksanakan risetnya didasarkan pada kritik yang disampaikan oleh Marxis mengenai
kapitalisme. Dalam kritik Marxis ini (yang merupakan cikal bakal terbentuknya teori kapitalisme
dan sosialisme), pemilik modal (kaum borjuis) dianggap memiliki akumulasi kekayaan melalui
eksploitasi sejarah dan pengambil alihan dari nilai yang diciptakan oleh pekerja atau buruh.
Kehidupan pekerja sebagian besar dikendalikan oleh pasar eksternal dan pasar umum.
Kapitalisme juga dianggap sebagai kecacatan struktural yang mendasar.
Kecacatan struktural ini menurut Marxis kemudian dapat dimanfaatkan menjadi salah satu cara
yang efektif untuk usaha perorangan meningkatkan keuntungan dalam jangka panjang yang
dalam sejarah telah meningkatkan mekanisasi faktor perusahaan dengan cara mengganti
kapasitas produktif beberapa pekerja dengan kapasitas produktif mesin tambahan. Biaya
penggunaan mesin ini (seperti penyusutan, perbaikan dan biaya kesempatan modal yang
diinvestasikan dalam mesin) jauh lebih rendah dibandingkan biaya tenaga kerja dan mesin bisa
bekerja untuk waktu yang lama.

Teori Marxist berpendapat bahwa terdapat dorongan yang semakin besar dari semua pemilik
bisnis untuk meningkatkan pengembalian modal melalui mekanisasi. Cacat mendasar ini dalam
struktur sistem kapitalis adalah untuk modal kembali, tidak hanya biaya harus diminimalkan,
tetapi juga usaha untuk mendapatkan pendapatan perlu dimaksimalkan. Sementara tindakan satu
atau dua pemilik pabrik dalam menggantikan beberapa tenaga kerja (buruh), modal, mereka
mungkin tidak mempengaruhi pasar untuk barang-barang mereka, dan karena itu ekonomi bagi
pemilik usaha bersifat individualis.

Berdasarkan sejarah yang ada, Teori Marxis berpendapat bahwa sistem kapitalisme beroperasi
dengan cara mengasingkan pekerja dan penuh dengan kontradiksi struktural yang melekat.
Pemerintah dan swasta melakukan tindakan untuk mengatasi gejala negatif dari ketidakstabilan
kapitalisme tersebut. Marxist menganggap tindakan pemerintah dan swasta tersebut sebagai
gejala mengobati daripada mengatasi penyebab umum dari semua gejala ketidakstabilan
struktural sistem kapitalisme itu sendiri. Selain itu, 'keberhasilan' mengobati gejala negatif saat
ini dari ketidakstabilan kapitalisme, dapat mencegah gejala terhadap sesuatu hal yang tidak dapat
dielakkan di masa mendatang.

Bagi para peneliti, paham Marxisme dapat melemahkan kekuasaan dan kekayaan modal
(mengutip Marxis bahwa kapitalisme menggali kuburnya sendiri (Marx dan Engels, 1967, seperti
dikutip dalam Tinker, 2005). Oleh karena itu, hak-hak istimewa, kekuasaan dan kekayaan modal
dianggap oleh kaum Marxis sebagai sesuatu yang tidak stabil, dan pemilik modal akan
mengambil tindakan untuk membela hak-hak, kekuasaan dan kekayaan mereka.

Menurut pendapat Tinker (2005) bahwa banyak peneliti akuntansi kritis cenderung menentang
sistem kapitalis dan akuntansi, mereka berusaha untuk mengekspos peran akuntansi dalam
mendukung distribusi kekuasaan yang tidak seimbang dan kekayaan di masyarakat dan berusaha
untuk menumbangkan peran akuntansi. Hal ini juga cenderung digunakan oleh beberapa peneliti
akuntansi yang tidak mengadopsi perspektif Marxis murni. Banyak dari peneliti kritis
memandang akuntansi sebagai perintah legitimasi.

kapitalis. Mereka menekankan bahwa sistem akuntansi dibangun dan dikelilingi oleh perintah
sosial yang terselubung. Penggambaran peran dari akuntansi dalam masyarakat kapitalis, Tinker,
Merino, dan Neimark (1982, p.178) menjelaskan bahwa teori ini adalah hubungan sosial dari
kapitalisme yang membedakannya dengan sistem sosial yang lain.
Gray, Owen dan Adams (1996) menyatakan, perhatian yang besar dari kritikal atau paham
radikal (menentang) teori ini adalah distribusi dari kekayaan, kekuatan (power) dari suatu
perusahaan, bahasa ekonomi bisnis, dan lainnya adalah secara fundamental cacat dan tidak lebih
dari struktur radikal yang berubah dari harapan kehidupan manusia dan lainnya. Sosial, ekonomi,
dan sistem politik dianggap mempersulit secara fundamental.

B. Riset Akuntansi Kritis Versus Riset Sosial dan Lingkungan Akuntansi

Kritikal perspektif yang diadopsi oleh banyak peneliti akuntansi kritis yang didasarkan pada
Teori Ekonomi Politik. Penelitian akuntansi kritis cenderung didasarkan pada Teori Ekonomi
Politik Klasik yang sangat kental landasan normatif. Ekonomi politik yang didefinisikan oleh
Gray, Owen dan Adams (1996) sebagai sosial, politik, dan kerangka ekonomi di mana kehidupan
manusia berada. Pada pandangan ini, sosial, politik, dan ekonomi adalah sesuatu yang tidak
dapat dipisahkan.

Guthrie dan Paker (1990) yang menyatakan bahwa perspektif ekonomi politik dapat dipahami
dalam laporan akuntansi sebagai dokumen sosial, politik, dan ekonomi. Laporan keuangan
akuntansi berfungsi sebagai alat untuk membangun, mempertahankan dan melegitimasi
pengaturan ekonomi dan politik, serta lembaga-lembaga dan ideologi yang dapat berkontribusi
terhadap kepentingan organisasi itu sendiri.

Gray, Owen dan Adams (1996) dan lain-lain membagi Teori Ekonomi Politik menjadi dua yaitu
klasik dan borjuis. Perspektif ekonomi politik borjuis tidak mengeksplorasi ketidakadilan
struktural, kepentingan pihak tertentu, perjuangan golongan tertentu. Banyak teori kritis
menganggap bahwa penelitian hanya menerima sifat yang ada dan struktur tertentu dalam
masyarakat tanpa adanya usaha secara efektif yang mendukung masyarakat (Hopper dan Powell,
1985), dengan menerima berbagai konsep pada masyarakat sehingga mengabaikan perjuangan
dan ketidakadilan dalam masyarakat (Puxty, 1991).

Peneliti kritis terkemuka seperti Tinker, Puxty, Lehman, Hopper dan Cooper merasa perlu untuk
menantang karya peneliti aliran ekonomi politik, seperti Gray, Owen, Maunders, Mathews dan
Parker. Seseorang yang telah mempromosikan kebutuhan organisasi menjadi lebih bertanggung
jawab atas kinerja sosial dan lingkungannya. Berdasarakan Gray, Owen dan Adams (1996)
menyatakan, teori kritis percaya bahwa:

“Pelaporan Corporate Social Rensponsibility/CSR) akan dikendalikan oleh perusahaan pelapor


dan suatu negara yang memiliki kepentingan dalam menjaga hal-hal yang kurang lebih harus
ada, CSR memiliki sedikit kandungan radikal. Selanjutnya, CSR dapat mencerminkan lebih
banyak kerugian daripada kebaikan karena memberi kesan kepedulian dan perubahan, namun
kenyataannya tidak lebih dari memungkinkan sistem untuk 'menangkap' elemen radikal, seperti
sosialisme, environmentalisme atau feminisme dan dengan demikian melemahkan mereka”
Kebanyakan dari kita, bahkan menganggap semakin besar pengungkapan dari informasi CSR
akan tampak suatu langkah yang tepat, dan teori kritikal beragumen bahwa usaha tersebut sia-sia
kecuali hal tersebut didasari dengan perubahan struktur masyarakat. Mereka beragumen bahwa
pengungkapan CSR hanya dilakukan karena diatur, dan bukan suatu hal yang menantang bagi
penyedia informasi. Tanpa pertimbangan dari keberadaan lingkungan sosial politik yang
mengatur hal tersebut, hasil yang diberikan akan tidak sempurna dan tidak lengkap.

Berkaca pada beberapa pandangan teori kritis tentang kekurangan riset akuntansi sosial dan
lingkungan, Owen, Gray dan Bebbington (1997) menyatakan bahwa pada awal kritik terhadap
gerakan akuntansi sosial berasal dari seorang sosialis yang mengadopsi perspektif Marxis. Tinker
et al. (1991) dan Puxty (1986, 1991) menyatakan bahwa masyarakat ditandai dengan konflik
sosial. Tinker et al. (1991) menyatakan bahwa gerakan akuntansi sosial gagal untuk memeriksa
kontradiksi dasar dan antinomy (kenyataan yang kontroversial) dari sistem sosial dalam
penyelidikan dan tidak relevan serta secara implisit mengadopsi sikap 'Quietisme Politic' yang
hanya menguntungkan golongan kapitalis. Puxty (1986) menyampaikan suatu ketidakrelevanan
akuntansi sosial, mencatat bahwa kritik yang lebih radikal dari masyarakat kapitalis telah lebih
peduli dengan isu-isu yang lebih luas dari akuntansi dan akuntan.

Akuntansi dianggap mempertahankan struktur sosial tertentu. Pengenalan bentuk baru akuntansi
(misalnya, metode hasil eskperimen yang berkaitan dengan akuntansi untuk biaya sosial) hanya
akan membantu mempertahankan sistem sosial. Berkaca pada persepsi teori kritis dari penelitian
yang sedang berlangsung yang dilakukan untuk meneliti bagaimana memperhitungkan implikasi
sosial dan lingkungan bisnis, Gray, Owen dan Adams (1996) menyatakan bahwa beberapa teori
kritis menganggap bahwa penelitian tersebut bertujuan untuk memecahkan masalah krisis
lingkungan.

Meskipun pembahasan tersebut menunjukkan perbedaan pendapat yang cukup besar dari
beberapa peneliti akuntansi kritis terhadap penelitian akuntansi sosial dan lingkungan, dalam
beberapa tahun terakhir, beberapa peneliti akuntansi sosial dan lingkungan telah melakukan
upaya-upaya untuk mengatasi masalah yang diungkapkan oleh para peneliti akuntansi kritis.
Teori kritikal memberikan argumen yang mengarahkan untuk penciptaan iklim perubahan di
struktur sosial. Namun, teori kritikal tidak memberikan solusi terhadap masalah yang mereka
utarakan. Teori Kritikal tidak memberikan arahan bagaimana memahami suatu permasalahan
agar dapat terpecahkan.

C. Kemungkinan Timbulnya Dampak dari Riset Akuntansi Kritis Terhadap Praktik


Sosial

Perspektif kritis didasarkan pada perspektif ekonomi politik klasik dan secara eksplisit
menganggap adanya konflik struktural, ketidakadilan dan peran negara di pusat analisis. Dengan
mengadopsi penelitian perspektif yang didasarkan pada Teori Ekonomi Politik Klasik, peneliti
akuntansi kritis dapat menyoroti isu-isu tertentu yang mungkin tidak ditangani. Menurut Cooper
dan Sherer (1984):

“Kesejahteraan sosial kemungkinan akan meningkat jika praktik akuntansi diakui secara
konsisten; bahwa hasil strategis praktik akuntansi secara konsisten (walaupun tidak selalu)
mendukung kepentingan spesifik dalam masyarakat dan tidak merugikan orang lain. Karena itu,
kami berargumen bahwa sudah secara tersirat telah ada hal yang memadai terkait rerangka
konseptual untuk praktik akuntansi. Ekonomi politik akuntansi menekankan infrastruktur, dan
hubungan mendasar antara kelas di dalam masyarakat. Ini mengakui lingkungan kelembagaan
yang mendukung sistem pelaporan perusahaan dan subjek yang ada untuk meneliti secara kritis
isu-isu tersebut (seperti kepentingan pemegang saham dan pasar modal) yang sering dianggap
biasa dalam penelitian akuntansi saat ini.”

Sejumlah besar penelitian yang bersifat kritis tersebut dipengaruhi oleh karya filsuf seperti Karl
Marx, sebagian penelitian akuntansi kritis didasarkan pada kritik Marxis murni kapitalisme.
Sebagai contoh, referensi yang dibuat oleh Owen, Gray dan Bebbington (1997) yang menyatakan
bahwa para peneliti kritis diidentifikasi sebagai 'ekologi yang mendalam' dan 'feminis radikal'.
Menurut Gray, Owen dan Adams (1996) bahwa inti dari pandangan ini adalah bahwa hal yang
mendasar mengenai keberadaan sistem ekonomi (dan sosial) adalah sebuah kutukan.

Paham mengenai feminis radikal, percaya bahwa akuntansi mempertahankan dan memperkuat
sifat-sifat maskulin seperti keberhasilan kebutuhan dan kompetisi, dan akuntansi bertindak
mengurangi relevansi isu-isu seperti kerjasama, rasa hormat, kasih sayang dan sebagainya.
Maskulin mempertimbangkan berbagai nilai-nilai sosial dalam konteks akuntansi internasional,
dan bagaimana peringkat suatu negara dalam hal 'maskulinitas' atau 'feminitas' mempengaruhi
praktik akuntansi nasional yang diadopsi. Maskulinitas merupakan preferensi dalam masyarakat
untuk berprestasi, kepahlawanan, ketegasan, dan keberhasilan material. Sedangkan feminitas
merupakan preferensi untuk hubungan, kesederhanaan, merawat yang lemah, dan kualitas hidup
(Hofstede, 1984). Pada akhir 1980-an sarjana akuntansi mulai mendalami gagasan bahwa teori
feminis dapat digunakan untuk kritik akuntansi. Teori ekonomi cenderung menghargai
karakteristik yang terkait dengan kaidah maskulin seperti abstraksi, pikiran, efisiensi,
keseimbangan, rasionalitas, mengejar keuntungan sendiri, dan otonomi.

Ketika menjelaskan bagaimana penggabungan nilai feminis dalam teori ekonomi berpotensi
menyebabkan teori yang lebih menjanjikan, Reiter (1995) menyatakan bahwa Folbre dan
Hartmann (1988) menjelaskan bahwa suatu pertumbuhan badan penelitian feminis interdisipliner
melengkapi upaya banyak ekonom untuk mengembangkan teori yang lebih lengkap terhadap
kepentingan ekonomi, yang dapat mencakup konsep-konsep seperti kerjasama, loyalitas dan
timbal balik. Nelson (1992) menunjukkan bahwa penggabungan kualitas feminin positif seperti
fleksibilitas, intuisi, humanisme dan keterhubungan individu dan konsep bahwa pilihan individu
dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya akan menyebabkan peningkatan kekayaan dan
penerapan teori ekonomi. Pandangan mengenai perilaku ekonomi yang tergabung dalam teori
ekonomi keuangan seperti teori keagenan berkonsentrasi pada konflik dan disiplin daripada pada
kegiatan produktif dan mutualitas kepentingan.

Pada saat mengadopsi posisi untuk mengejar ideologi yang didominasi kapitalis, teori kritis
memberikan argumen untuk menciptakan iklim perubahan dalam struktur sosial. Sikka dan
Willmott (2005) Menyatakan bahwa tradisi Marxis harus terus diperbaharui melalui pengalaman
hidup dan dukungan terhadap lembaga penindasan dan eksploitasi agar manusia tidak hidup
lebih brutal dan merusak. Cooper dan Sherer (1984) menyatakan bahwa pendekatan penting
akuntansi harus dianalisa secara kritis. Jadi, jika masalah utama dalam akuntansi diidentifikasi,
maka kritikal perspektif akan menyarankan refleksi dari orientasi masyarakat untuk mengubah
praktik akuntansi yang membutuhkan kesadaran sosial dan perubahan sosial.

Dalam praktiknya, teori kritis diterapkan untuk penelitian akuntansi tergantung pada apakah
peneliti dapat membebaskan diri dari sikap dan orientasi yang mengakibatkan status sosial dan
pendidikan mereka dipengrahui oleh keyakinan profesi akuntansi dan komunitas bisnis. Untuk
proses sosialisasi ini telah dihasilkan oleh para peneliti akuntansi dengan menunjukkan definisi
yang bias terhadap serangkaian masalah akuntansi dan pilihan teori untuk menganalisis dan
memecahkan masalah ini. Teori kritis sering mengkritik akuntan, dan memberikan dasar untuk
beberapa marjinalisasi (usaha untuk membatasi beberapa kelompok tertentu).

Peneliti seperti Sikka dan Willmott (2005) menjelaskan bahwa beberapa studi akuntansi kritis
memiliki petunjuk bahwa beberapa asosiasi profesional akuntansi memiliki sejarah panjang
menentang reformasi dalam memajukan akuntabilitas perusahaan besar. Menurut Puxty, et al.
(1994) bahwa sebagian besar teknologi akuntansi berperan dalam eksploitasi pekerja, dan
menurut Sikka, et al. (1999) bahwa industri akuntansi terlibat dalam eksploitasi warga secara
kejam (Cousins, et al.). Kami juga berusaha untuk menggerakkan opini dengan memegang
cermin untuk asosiasi perdagangan akuntansi dan berpendapat bahwa klaim etika, integritas dll
sedikit lebih dari hiasan retorika, kebijakan maupun tindakan (Cousins, et al., 2000, Mitchell, et
al., 1994, Puxty, et al. 1994, Willmott, 1990).

Penyelidikan terhadap pemerintah Australia dilakukan oleh Parliament of Australia Joint


Committee on Corporations and Financial Services dalam CSR dilaksanakan pada tahun
2005/2006. Dalam kerangka acuan penyelidikan, pemerintah diminta pandangan tentang apakah
tanggung jawab sosial perusahaan dan pelaporannya harus diatur. Badan-badan profesional di
Australia (Institute of Chartered Accountants di Australia, National Institute Accountan, dan
CPA Australia) menyatakan bahwa mereka menentang mandat perusahaan dalam pengungkapan
tanggung jawab sosialnya. Mereka menyebut bahwa faktor-faktor seperti efektivitas diri regulasi
dan mekanisme pendisiplinan dari pasar modal sebagai dasar untuk memastikan bahwa
perusahaan bergerak ke arah yang benar. Mengacu pada penelitian yang dilakukan CPA
Australia 2005, menyatakan bahwa meskipun ada publik yang kuat (88%) dan pemegang saham
(86%) mendukung pemerintah untuk mandat pelaporan pelaporan sosial dan lingkungan
perusahaan, ini tidak tercermin dalam pandangan para pemimpin bisnis (53%). CPA Australia
percaya ini mencerminkan keprihatinan bisnis yang sah bahwa pelaporan wajib tidak akan
meningkatkan nilai informasi. Untuk seorang ahli teori kritis, komentar seperti itu sama dengan
pandangan mereka bahwa praktik akuntansi dan profesi akuntansi sangat mendukung pandangan
tentang bisnis. CPA Australia menyatakan bahwa pendekatan proaktif terhadap kesukarelaan
dari bisnis menghilangkan risiko menarik diri dari peraturan yang berlebihan dan bersikap tidak
fleksibel.

Sikka dan Willmott kemudian menyatakan bahwa sebagai akuntan memiliki sikap yang terlibat
dalam antagonisme sosial, berupa eksploitasi pekerja atau eksploitasi kejam terhadap warga.
Meskipun kita memilih untuk tidak setuju dengan sejumlah teori kritis yang diberitahu kepada
kita, teori kritis tetap berguna, untuk menempatkan diri di bawah pengawasan dari perspektif
sosial yang lebih luas. Para ahli teori kritis (baik Marxis dan non-Marxis) mendorong
pengawasan tersebut. Sebuah tinjauan literatur akademik akan menunjukkan bahwa sejumlah
teori kritis telah dikritik dan telah diadopsi sebagai dasar teoritis Teori Akuntansi Positif. Teori
Akuntansi Positif fokus pada konflik antar kelompok kuat dalam masyarakat (misalnya, pemilik,
manajer, kreditur) dan tidak menganggap konflik antara kelompok-kelompok yang kuat dan
pihak-pihak yang kurang memiliki kemampuan. Banyak teori kritis juga telah sangat kritis
terhadap sikap anti-regulasi yang dianjurkan oleh Teori Akuntansi Positif karena sikap tersebut
lebih memajukan kepentingan mereka yang memiliki kekuasaan atau kekayaan (misalnya,
pemilik perusahaan). Karena kurangnya regulasi memungkinkan dimilikinya kekuatan dan
kekayaan modal tanpa hambatan oleh apa pun (kecuali kekuatan pasar beroperasi untuk
kepentingan bisnis yang kuat saja) sementara merusak kepentingan mereka yang mungkin
membutuhkan beberapa bentuk perlindungan peraturan, teori kritis juga berpendapat bahwa
dalam menilai kegunaan informasi akuntansi, kita perlu melihat reaksi pasar modal (harga
saham), respon pasar modal yang didorong oleh orang-orang bermodal.

D. Peran Negara dalam Mendukung Struktur Sosial yang Ada

Peneliti yang bekerja dengan perspektif kritis biasanya melihat Negara (pemerintah) sebagai
sarana pendukung bagi pemegang modal (misalnya pemegang saham), dan juga untuk sistem
kapitalis secara keseluruhan. Di bawah perspektif ini, pemerintah akan melakukan berbagai
tindakan dari waktu ke waktu untuk meningkatkan legitimasi sistem sosial, dan melindungi dan
memajukan kekuasaan dan kekayaan orang-orang yang memiliki modal, meskipun hal itu
mungkin tampak (kurang pada pandangan mata yang sederhana) bahwa pemerintah bertindak
demi kepentingan kelompok-kelompok yang kurang beruntung. Misalnya, pemerintah mungkin
memberlakukan persyaratan pengungkapan wajib untuk perbandingan pengungkapan informasi
tentang bagaimana perusahaan memperhatikan kebutuhan kelompok minoritas tertentu atau
penyandang cacat. Arnold (1990) berpendapat, bagaimanapun, bahwa pengungkapan semacam
itu (yang rata-rata benar-benar tidak menyebabkan ketidaknyamanan yang berlebihan bagi
perusahaan) benar-benar dilaksanakan untuk mengamankan tantangan, misalnya oleh dan atau
atas nama minoritas tertentu, yang mungkin dibuat untuk melawan sistem kapitalis di mana
perusahaan diberi banyak hak dan kekuasaan. Mengaitkan perspektif ini dengan pengembangan
berbagai tindakan sekuritas di seluruh dunia, Merino dan Neimark (1982, hal.19) berpendapat
bahwa tindakan sekuritas dirancang untuk mempertahankan status quo ideologis, sosial, dan
ekonomi sambil memulihkan kepercayaan pada sistem yang ada dan institusinya. Dalam konteks
Australia, menarik untuk dicatat bahwa seorang CEO dari salah satu perusahaan terbesar di
Australia mengakui bahwa peraturan perusahaan sangat mendukung kepentingan pemilik modal
(pemegang saham) daripada pemangku kepentingan umumnya Frank Cicutto, yang saat itu
adalah Chief Executive Officer of National Bank Australia, menyatakan:

“Dalam beberapa dekade terakhir, penggunaan dana pemegang saham secara efisien telah
dilindungi dengan hati-hati oleh pembentukan Australian Securities and Investment Commission
(ASIC) dan berlanjutnya peraturan pencatatan saham Australian Stock Exchange (ASX). Dalam
konteks peraturan, fokus perubahan legislatif adalah seputar akuntabilitas investor daripada
masyarakat”

Secara umum untuk membuat keputusan yang tepat, individu atau kelompok individu harus
memiliki akses terhadap informasi. Keterbatasan arus informasi atau ketersediaan jenis informasi
tertentu, dapat membatasi kemampuan pihak lain untuk membuat pilihan berdasarkan informasi.
Oleh karena itu, membatasi informasi yang tersedia merupakan salah satu strategi yang dapat
digunakan untuk membantu pemeliharaan organisasi dan struktur sosial tertentu. Puxty (1986,
hal 87) mempromosikan pandangan ini dengan mengatakan bahwa:

“.... informasi keuangan diatur oleh badan pemerintahan masyarakat (negara bagian) yang terkait
erat dengan kepentingan kelompok dominan di masyarakat (Miliband, 1969, 1983, Offe dan
Ronge, 1978) dan diatur oleh lembaga negara atau institusi yang ada di dalam masyarakat seperti
Inggris Raya, Amerika Serikat, dan Australia yang terkait dengan kebutuhan kelompok dominan
dalam kemitraan dengan aparat negara (walaupun kemitraan yang berpotensi penuh dengan
konflik)” Oleh karena itu, kita berpandangan bahwa pemerintah tidak beroperasi dalam
kepentingan Publik, namun untuk kepentingan kelompok-kelompok yang sudah kaya dan
berkuasa. Terlepas dari negara dan profesi akuntansi, peneliti dan lembaga penelitian juga telah
terlibat dalam membantu mempromosikan struktur sosial tertentu (tidak adil). Kami sekarang
mempertimbangkan beberapa argumen yang telah diajukan untuk mendukung pandangan ini.

E. Peran Penelitian (Riset) Akuntansi dalam Mendukung Struktur Sosial yang Ada

Alih-alih memikirkan peneliti akuntansi sebagai orang yang relatif inert (punya efek kecil)
sehubungan dengan dampaknya terhadap pihak-pihak di luar disiplin mereka, para ahli teori
melihat banyak peneliti akuntansi yang menyediakan hasil penelitian dan perspektif yang
membantu melegitimasi dan mempertahankan ideologi politik tertentu. Sekali lagi, ini adalah
perspektif yang berbeda dari apa yang kebanyakan ada.

1. Riset Akuntansi dan Dukungan Terhadap Deregulasi Akuntansi


Sebagai contoh, pada akhir 1970-an dan di tahun 1980-an ada gerakan oleh pemerintah tertentu
di seluruh dunia menuju deregulasi. Hal ini terutama terjadi pada Amerika Serikat dan Inggris.
Sekitar waktu ini, para peneliti bekerja dalam rerangka Akuntansi Positif, dan peneliti yang
menganut Hipotesis Pasar Efisien, menjadi terkenal. Peneliti ini biasanya mengambil sikap anti
regulasi, sebuah sikap yang sesuai dengan pandangan pemerintah saat itu. Secara kebetulan,
penelitian semacam itu, yang mendukung desakan deregulasi, cenderung menarik dana penelitian
yang bersumber dari pemerintah. Seperti Hopper dkk (1995. hal 518) menyatakan:

“Perdebatan akademis tidak ada dalam ruang hampa. Tidaklah cukup bagi sebuah paradigma
untuk meyakinkan secara intelektual atas penerimaannya, namun hal itu harus sesuai dengan
kepercayaan kuat yang ada di masyarakat secara lebih umum. Sejarah gagasan ini dikotori
dengan penelitian yang diejek, namun kemudian menjadi paradigma dominan ketika masalah
sosial, ideologi dan kepercayaan lainnya menjadi lazim. Kisah PAT bisa diceritakan dengan
istilah seperti itu. Kenaikannya bukan hanya karena penyampaian suguhan akademis dan
keprihatinannya pada saat dimulainya namun juga bersamaan dengan dan terhubung dengan
ideologi politik sayap kanan yang dominan di tahun 1980an”

Mouck (1992) juga mengambil posisi bahwa kenaikan PAT dimungkinkan karena konsisten
dengan pandangan politik mereka yang berkuasa (yaitu negara). Dia berpendapat bahwa:

“...kredibilitas retorika Watt dan Zimmerman tentang pemberantasan peraturan pemerintah


bahwa pertanggungjawaban perusahaan dapat dikondisikan, untuk sebagian besar, oleh gerakan
ultra-konservatif yang meluas yang pernah terjadi dalam masyarakat secara luas .... saya akan
berpendapat bahwa akuntan telah bersedia untuk menerima perkembangan PAT, yang dibangun
di atas versi Chicago dari ekonomi laissez faire, karena retorika ceritanya sangat selaras dengan
pemberontakan era Reagan terhadap campur tangan pemerintah dalam urusan ekonomi”

Sesuai dengan perkembangan PAT, pada akhir tahun 1970an, banyak penelitian akuntansi
berusaha mengurangi konsekuensi ekonomi dari peraturan akuntansi yang baru. perspektif ini
(yang kita bahas di Bab 2 dan 3) berpendapat bahwa penerapan peraturan akuntansi baru dapat
memiliki banyak implikasi ekonomi yang tidak diinginkan, dan karenanya sebelum persyaratan
baru, seperti standar akuntansi, diperlukan pertimbangan cermat. Analisis konsekuensi ekonomi
sering kali memberikan alasan untuk tidak menerapkan peraturan akuntansi. Peneliti kritis
berpendapat bahwa ini adalah implikasi ekonomi bagi pemegang saham (misalnya, melalui
perubahan harga saham) dan manajer (misalnya, melalui pengurangan gaji atau kehilangan
pekerjaan) yang menjadi fokus perhatian oleh mereka yang meneliti konsekuensi ekonomi dari
peraturan akuntansi seperti Cooper dan Sherer (1984, hlm. 215, 217), berpendapat:

Namun, sangat disayangkan bahwa 'bangkitnya konsekuensi ekonomi' (Zeff, 1978) tampaknya
telah termotivasi (setidaknya di Amerika Serikat) oleh keinginan perusahaan besar untuk
melawan upaya untuk mengubah sistem pelaporan yang ada pada tingkat pengungkapan. Sampai
saat ini, nampaknya 17
penelitian akuntansi pada umumnya mengulangi keluhan investor dan pengusaha tentang
konsekuensi perubahan dalam praktik akuntansi yang disyaratkan. Studi yang menggunakan
ECA (Analisis Konsekuensi Ekonomi) hampir selalu mengevaluasi konsekuensi dari laporan
akuntansi semata-mata berdasarkan perilaku dan minat pemegang saham dan/atau kelas manajer
perusahaan (Selto dan Nauman, 1981).

Secara lebih mendasar, studi yang mengadopsi pendekatan ECA telah memusatkan perhatian
mereka pada subset yang sangat terbatas dari total ekonomi, yaitu dampak pada pemegang saham
atau kelas manajer. Dampak laporan akuntansi secara langsung pada pengguna lain, misalnya,
pemerintah dan serikat pekerja, dan secara tidak langsung pada 'pengguna non-pengguna', mis.
konsumen, karyawan, dan wajib pajak, telah diabaikan. Dasar dari keputusan semacam itu, yang
terbaik, apakah efek semacam itu bersifat sekunder dan / atau kurang signifikan secara ekonomi.
Dengan demikian, penelitian ini telah membuat pernyataan nilai implisit bahwa kebutuhan kelas
pemegang saham dan manajer sangat penting dan konsentrasi pada kebutuhan tersebut cukup
memadai untuk pemahaman tentang peran laporan akuntansi pada masyarakat. Kecuali jika tidak
ada efeknya pada pengguna lain dan 'non-pengguna' ditunjukkan, daripada hanya diasumsikan,
kesimpulan dari penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk ekonomi secara keseluruhan
dan penelitian ini tidak mencukupi untuk membuat keputusan akuntansi yang dimaksudkan
untuk meningkatkan kesejahteraan sosial secara keseluruhan. .

Selain menunjukkan bahwa konsekuensi ekonomi yang digali terutama pada penerapan bagi
manajer dan pemegang saham, Cooper dan Sherer (1984) juga mencatat bahwa studi utama yang
menerapkan paradigma ini didanai oleh Komisi Sekuritas AS dan Dewan Standar Akuntansi
Keuangan AS. Dianggap bahwa kepentingan badan-badan ini selaras dengan pemegang saham
dan kelas manajer, bukan masyarakat secara keseluruhan.

Dalam hal serupa, Thompson (1978) dan Burcell dkk (1980) mengemukakan bahwa upaya
penelitian dalam akuntansi inflasi pada tahun 1960an dan 1970an sebenarnya tidak dimotivasi
oleh tingkat inflasi yang terjadi. Sebaliknya, mereka berpendapat bahwa penelitian tersebut
didorong oleh keinginan untuk meringankan pergeseran dari nilai tawar sebenarnya dari pemilik
(dalam bentuk keuntungan dan dividen riil yang lebih rendah) dan menuju upah yang lebih
tinggi.

Jika penelitian yang menonjol karena mendukung keyakinan politik tertentu tentang mereka
yang berkuasa, maka kita mungkin beranggapan bahwa pandangan orang-orang yang "dalam
kekuasaan" berubah, maka akan menjadi fokus penelitian. Selama tahun 1990an banyak
pemerintah di seluruh dunia cenderung menjauh dari deregulasi. Mencerminkan hal ini. Hopper
et all (1995, p 540) mencatat: “Lingkungan yang terus-menerus disusun kembali dalam
perubahan kondisi ekonomi dan poltik. Dengan demikian, kemampuan PAT untuk menyesuaikan
diri dengan iklim diskursif yang berlaku mungkin menjadi tantangan tersendiri.
Setelah pengangkatan pemerintah Republik di AS, periode dan bentuk reformasi konservatif ini
mungkin telah berakhir. Di Amerika Serikat, Presiden Clinton telah mengadopsi strategi yang
lebih intervensionis dan di Inggris, rezim besar mengklaim (mengklaim) untuk mendukung
sebuah 'masyarakat peduli' alternatif, walaupun dengan kekuatan pasar, berbeda dengan reputasi
Thatcherisme. Pada tahun 1990an, serangkaian nilai baru mungkin tidak terlalu menekankan
efisiensi dan efektivitas dari pasar yang tidak diatur, misalnya ekologi, perawatan kesehatan di
Amerika Serikat, isu gender. PAT yang harus mengikuti perkembangan dengan lingkungan yang
berubah ini dapat dipertanyakan, misalnya, kegagalan berturut-turut beberapa perusahaan bisnis
dan jatuhnya pasar saham pada tahun 1987 menambah dukungan untuk lebih banyak peraturan”

2. Penafsiran Akuntansi Kritis Terhadap Regulasi Akuntansi yang Meningkat (Pasca Kasus-
Enron)

Terlepas dari pemilihan apa yang banyak dianggap sebagai Presiden Republik Demokratik yang
sangat pro-bisnis dan anti-regulasi (George W Bush) dan pemerintah di Amerika Serikat pada
awal abad kedua puluh satu dan pemilihan kembali Presiden dan pemerintah ini di akhir tahun
2004. Beberapa pemerintah (termasuk pemerintah AS) telah membalikkan tren 1990-an ini
melawan deregulasi akuntansi. Meskipun pada awalnya pemerintahan Bush bergerak menuju
deregulasi akuntansi yang lebih besar, arah kebijakan ini dibalik pemberitahuan publik tentang
kegagalan akuntansi (atau pelanggaran hukum skala besar) di Enron, WorldCom dan beberapa
perusahaan besar AS lainnya 2001 dan 2002, dan keterlibatan yang nyata dari auditor Enron
(Andersen) dalam beberapa praktik akuntansi yang gagal dan merusak. Meskipun ada keinginan
pemerintah yang ada untuk memberdayakan perusahaan besar dengan mendelegulasi praktik
akuntansi, Unerman dan O'Dwyer (2004) berpendapat bahwa kegagalan akuntansi yang
dipublikasikan ini menyebabkan pertimbangan kepercayaan yang diberikan oleh banyak investor
dan pekerja baik dalam praktik akuntansi dan , yang lebih penting, dalam keandalan pasar modal
sebagai media investasi. Salah satu reaksi dari banyak pemerintah di seluruh dunia terhadap
kegagalan perusahaan dan akuntansi ini adalah untuk menerapkan peraturan akuntansi dan tata
kelola perusahaan, dalam upaya membangun kembali kepercayaan terhadap keandalan kedua
informasi akuntansi dan di pasar modal, yang seharusnya bergantung pada klaim keandalan
informasi akuntansi ini. Dari perspektif kritis, peningkatan peraturan ini akan dianggap melayani
kebutuhan perusahaan besar (daripada melindungi investor) karena bertujuan untuk
mempertahankan kepercayaan investor terhadap pasar modal yang bergantung pada perusahaan-
perusahaan besar.

Dampak kerusakan kegagalan akuntansi di Enron, diikuti oleh kegagalan akuntansi yang
dipublikasikan pada waktu yang relatif singkat di beberapa perusahaan besar lainnya - di Nort
America, Australia, dan Eropa (misalnya, Parmalat di Italia, Ahold di Belanda, Addeo di Swiss
dan One Tel dan HlH di Australia) - dapat dianggap oleh ilmuwan Akuntansi kritis hanya
sebagai gejala lain dari ketidakstabilan inheren sistem kapitalis (seperti yang telah dibahas
sebelumnya di babnya). Dunia peneliti ini cenderung berpendapat bahwa setiap tindakan yang
diambil untuk mencegah terulangnya gejala konflik struktural terbaru yang melekat pada
kapitalisme (kegagalan akuntansi) ini menunjukan bahwa sistem kapitalis itu sendiri yang cacat,
dan satu-satunya cara untuk mencegah kegagalan yang lain (berbeda) yang muncul di masa
depan adalah mengganti sistem kapitalis dengan sistem yang berbeda, dengan kelemahan
(karyawan, lingkungan, banyak bagian masyarakat) yang tidak dieksploitasi oleh perusahaan
besar dan pemerintah yang mereka andalkan. Beberapa peneliti memang telah memeriksa
kegagalan akuntansi dua abad pertama Enron (dan perusahaan besar lainnya), dan / atau reaksi
peraturan terhadap kegagalan ini, dari berbagai perspektif kritis (lihat, misalnya, Arnold dan de
Lange, 2004; Baker , 2003, Briloff, 2004; Craig dan Americ, 2004; Froud et al, 2004; Fuerman,
2004; O'Connell, 2004; Williams, 2004).

3. Pandangan Akuntansi Kritis Tentang Wacana Peran Aktif Akademik dan Non-Akedimik
dalam Melindungi Kapitalisme

Di bidang lain beberapa teoretikus kritis telah menerapkan editor jurnal akuntansi untuk
memastikan bahwa penelitian akuntansi tidak menantang kepentingan kelompok dominan di
masyarakat, dengan alasan bahwa editor ini akan menolak penelitian yang tidak memiliki
komplementeritas dengan tema yang berlaku di lingkungan sosial '( Mouck, 1992): Sehubungan
dengan peran jurnal akuntansi, Tinker, Lehman dan Neimark (1991. hal 44) menyatakan:

Literatur akuntansi mewakili dunia dengan cara yang kondusif bagi perubahan kebutuhan dari
akumulasi modal. Jurnal seperti Accountng Review, mengadili konflik sekunder dengan
memfilter penelitian, pengetahuan (dan pengetahuan yang tidak dilatih) dengan cara yang
kondusif untuk tujuan utama ini. Permusuhan jurnal ini bahkan sampai penyimpangan lemah
yang begitu dikenal.

Penelitian lain dalam akuntansi kritis menunjukkan bahwa bukan hanya wacana akademis yang
bias dengan cara yang dirancang untuk mendukung kepentingan kapitalisme. Misalnya, Collison
(2003) mencirikan sebagai propaganda, banyak pembenaran yang diberikan oleh organisasi yang
beroperasi di sektor korporasi untuk mendukung praktik bisnis dan akuntansi yang ada, di mana
nilai subyektif (bias ke arah memajukan kekuasaan dan kekayaan modal) digambarkan sebagai
fakta objektif. Dia berpendapat (hal 853): “Efek dari propaganda ini adalah untuk mendukung
hegemoni wacana dimana nilai-nilai yang dapat dipertanggungjawabkan yang sering disiratkan
dalam praktik dan terminologi akuntansi dan keuangan diperlakukan seolah-olah merupakan
tanah yang tidak mengenakkan sehingga propaganda adalah alat yang dapat digunakan oleh
kepentingan yang kuat, sering terselubung, untuk mendukung dan menganut ideologi yang
berlaku”

Mengembangkan tema akuntansi ini digunakan sebagai alat untuk 'memilah-milah' pandangan
subyektif, sekarang kita memindahkan analisis kita terhadap persepsi para teoretikus kritis
tentang peran praktik akuntansi dalam mendukung struktur sosial yang ada.
F. Peran Praktisi Akuntansi dalam Mendukung Struktur Sosial yang Ada

Seperti kita ketahui, atribut dari karakteristik kualitatif yaitu objektivitas, netralitas dan
representational faithfulness (penyajian yang jujur) adalah ketiga elemen yang menjadi syarat
yang ada didalam rerangka konseptual dan telah dipandang dan diakui dunia sebagai pelaporan
keuangan yang “ideal”, dimana hal tersebut menjadi pedoman bagi akuntan dalam menyusun
laporan keuangan. Beberap dari teori kritis berpandangan bahwa didalam akuntansi, jauh dari
praktik yang mendukung dan memberikan karakteristik kenetralan atau ketidakbiasan penyajian
berdasarkan fakta ekonomi yang ada. Teori kritis tersebut melihat adanya peran berbeda dalam
rerangka konseptual, yaitu peran yang melegitimasi profesi akuntansi serta laporan keuangan
yang dibuat oleh entitas pelaporan. Hines (1991, P. 328) menyatakan: “CF menganggap,
legitimasi dan memproduksi asumsi dari dunia objektif akan berperan dalam membentuk dunia
sosial ... CF memberikan legitimasi sosial terhadap profesi akuntansi. Karena asumsi objektivitas
adalah pemikiran sentral masyarakat kita ... bentuk fundamental dari kekuatan sosial timbul bagi
mereka yang berada dalam jalur yang sama dengan asumsi objektivitas. Legitimasi dicapai
dengan memanfaatkan proposisi sentral ini karena akun yang dihasilkan di sekitar proposisi ini
dianggap "normal". Mungkin tidak mengherankan atau anomali sehingga proyek CF terus
dilakukan yang bergantung pada kualitas informasi seperti "penyajian yang jujur, netralitas,
reabilitas, dll ..., yang menganggap dunia yang nyata dan obyektif, meskipun CF masa lalu tidak
berhasil dalam menghasilkan Standar Akuntansi yang mencapai kualitas ini. Didasarkan pada
asumsi yang obyektif dimana akuntan memiliki akses istimewa melalui "keahlian pengukuran"
mereka, berfungsi untuk membangun legitimasi yang dirasakan untuk kekuatan profesi dan
otonomi”

1. Peran Laporan Keuangan dalam Menciptakan “Realitas” yang Selektif

Hines (1988) berpendapat bahwa akuntan menerapkan pandangan mereka sendiri tentang
karakteristik kinerja mana yang penting dan karenanya memerlukan pengamatan ekstra
(misalnya, "laba"). Akuntan juga menentukan manakah atribut kinerja organisasi yang tidak
penting, dan oleh karena itu tidak layak diukur atau diungkapkan. Melalui praktik akuntansi,
pengamatan akan diarahkan pada pengukuran tertentu oleh akuntan (tampaknya objektif) dan
sebagai gantinya pengukuran tersebut akan menjadi definisi yang membedakan organisasi yang
"baik" dan organisasi yang "buruk". Hines juga berpendapat bahwa dalam mengkomunikasikan
kebenaran, akuntan sekaligus membangun realitas/kenyataan. Akuntansi memberikan visibilitas
selektif untuk isu-isu tertentu dalam sebuah organisasi yang menentukan masalah keuangan
mana yang "signifikan" (Carpenter dan Feroz, 1992). Cooper, Hayes and Wolf (1981. hal 182)
juga mengadopsi perspektif ini yang menyatakan:

“Sistem akuntansi mendorong untuk meniru dan menggunakan dengan mendefinisikan masalah
(dengan memilih variabel mana yang diukur dan dilaporkan) dan mereka membantu
menciptakan solusi (dengan memilih variabel mana yang harus diperlakukan dapat dikontrol).
Tentu saja, metode sistem akuntansi sangat penting digunakan, namun demikian struktur dan
elemen sistem akuntansi membantu menciptakan cara bertindak, mengatur dan berbicara tentang
isu-isu dalam organisasi yang sesuai dan dapat diterima. Sistem akuntansi merupakan komponen
penting dari sistem kekuasaan dalam organisasi”

Dalam mengeksplorasi peran laporan akuntansi dalam "membangun" realitas "tertentu",


Macintosh dan Baker (2002) dan Macintosh (2001) mengacu pada perkembangan teori sastra,
dan berpendapat bahwa laporan akuntansi dapat dipandang sebagai bentuk teks / dokumen
sastra . Mereka menunjukkan bahwa dalam teori sastra, gagasan "ekspresif realisme" bahwa
sebuah teks adalah cerminan objektif dari kenyataan yang mendasarinya (bahwa sebuah novel,
misalnya, "fakta seperti cermin untuk mencerminkan realitas" (Macintosh and Baker, 2002, hal
189 )) telah lama dianggap sangat bermasalah, dan mereka memanfaatkan kritik ini dari teori
sastra untuk menunjukkan bagaimana asumsi yang sama dari laporan akuntansi yang secara
obyektif mencerminkan realitas ekonomi eksternal yang sama-sama bermasalah (halaman 192).

Pandangan akuntansi secara sehat beranggapan bahwa kenyataan finansial suatu perusahaan
adalah “bias" sebelum didapat dalam laporan akuntansi. Cara yang tepat untuk memastikan
kenyataan ini dianggap sebagai proses pengukuran yang obyektif dan dapat diverifikasi.
Pandangan realistis koresponden tentang akuntansi mengasumsikan realitas keuangan
perusahaan ada secara independen dari akuntan, auditor, dan laporan akuntansi. Namun,
akuntansi berjalan kembali dengan masalah yang sama yang meremehkan kemampuan untuk
menghadapi masalah (dalam teori sastra). Akuntan profesional berkualifikasi tinggi sama-sama
menghasilkan laporan keuangan yang berbeda untuk transaksi dan kejadian yang sama.

Macintosh (2001) dan Macintosh dan Baker (2002) kemudian menggunakan paradigma yang
berbeda dalam teori sastra untuk menganalisis dan menjelaskan subjektivitas laporan akuntansi,
dan pandangan parsial tentang realitas yang dibangun oleh laporan ini. Mereka berpendapat
bahwa setiap laporan akuntansi akan cenderung menyajikan informasi yang selektif dan bias
dengan cara yang dirancang untuk mengarahkan suatu pandangan tentang kenyataan yang
mendasarinya, dengan pandangan ini menjadi salah satu keuntungan bagi managemen dan
pemilik modal. Para akademisi ini kemudian berdebat, berdasarkan teori sastra poststrukturalis,
agar laporan akuntansi dapat berubah sehingga mengandung beragam informasi yang memadai
untuk memungkinkan pengguna akun yang berbeda melihat beragam pandangan kontradiktif
tentang realitas yang mendasari bisnis, daripada informasi akuntansi yang secara selektif
disajikan dalam cara yang objektif untuk "memaksakan" tidak terdapat masalah pada sudut
pandang bisnis.

2. Power Akuntan Mengenai Citra Netralitas yang Palsu

Bagi orang-orang yang sebelumnya tidak menganggap akuntan dalam hal yang sama seperti para
teoritikus kritis, mungkin ada beberapa bentuk kebingungan. Bagaimana para akuntan memiliki
banyak kekuatan? Sebagian, beberapa argumen untuk masalah ini telah diberikan dalam
pembahasan di atas. Profesi akuntansi digambarkan (melalui kendaraan seperti rerangka
konseptual) sebagai objektif dan netral - yaitu bebas dari segala bentuk bias. Karakteristik
semacam itu (jika benar) tampaknya tidak salah. Sebenarnya, akuntan dianggap begitu objektif
dan netral sehingga mereka memiliki reputasi yang pudar. Tetapi jika kita mempercayai
teoretikus kritis, “kepudaran” ini adalah pelindung yang mungkin menyembunyikan banyak
kekuatan sosial seperti Carpenter dan Feroz nyatakan:

“Akuntansi dapat dipandang sebagai alat untuk melegitimasi struktur organisasi sosial dan
politik saat ini. Hopwood lebih jauh menunjukkan bahwa legitimasi kekuasaan sebagian berasal
dari prosedur prosedur akuntansi yang tampaknya membosankan, tidak mencolok, dan rutin,
yang menghasilkan aura objektivitas dan legitimasi di mata pengguna laporan keuangan”

Tinker, Merino and Niemark berpendapat:

“Citra akuntan ini - yang sering dianggap tidak menarik, tidak berbahaya 'ahli sejarah' - berasal
dari keinginan untuk menolak tanggung jawab yang dimiliki akuntan untuk membentuk harapan
subjektif yang, pada gilirannya, mempengaruhi keputusan tentang alokasi sumber daya dan
distribusi pendapatan diantara dan di dalam kelas sosial. Keterikatan pada fakta sejarah
memberikan lapisan semu objektivitas yang memungkinkan akuntan mengklaim bahwa mereka
hanya merekam-tidak mengambil bagian dalam konflik sosial”

Begitu sebuah profesi mulai mempertimbangkan konsekuensi ekonomi dari standar akuntansi
tertentu, sulit untuk dipahami bahwa standar akuntansi, dan karena itu akuntansi, dapat benar-
benar dianggap benar-benar objektif dan netral.

3. Perspektif Akuntansi Kritis dalam Akuntansi dan Legitimasi

Berpindah ke aspek lain tentang bagaimana peneliti akuntansi kritis percaya bahwa praktik
akuntansi 'diam-diam' dan 'sembunyi-sembunyi' memperkuat kekuatan kapitalis, di antara
perspektif teoritis lainnya yang kami anggap lebih awal dalam buku ini adalah Legitimasi Teori
(yang telah kita bahas di Bab 8). Kami menjelaskan bagaimana organisasi sering menggunakan
dokumen, seperti laporan tahunan, untuk melegitimasi keberadaan entitas yang sedang
berlangsung. Sementara pengungkapan ini dijelaskan dalam kaitannya dengan keinginan
korporasi untuk bertindak sebagai "kontrak sosial" (yang mungkin atau tidak mungkin terjadi),
beberapa ahli teori kritis melihat motif legitimasi berpotensi membahayakan, terutama jika
melegitimasi kegiatan yang tidak sesuai dengan kepentingan kelas tertentu di masyarakat. Seperti
Puxty nyatakan:

“Saya tidak menerima bahwa saya melihat legitimasi sebagai hal yang tidak berbahaya. Menurut
saya, legitimasi itu bisa sangat berbahaya, sejauh ia bertindak sebagai penghalang menuju
pencerahan dan kemajuan”

Dalam mempertimbangkan penggunaan pengungkapan sosial dan lingkungan untuk melegitimasi


perilaku perusahaan, Deegan, Rankin dan Tobin (2002, hal 334) menyatakan:
“Pengungkapan legitimasi berarti bahwa organisasi merespon masalah tertentu yang timbul
sehubungan dengan operasi mereka. Implikasinya adalah jika adanya masalah yang
menimbulkan kekhawatira (dan yang terpenting, para manajer merasakan adanya kekhawatiran
semacam itu) maka pengungkapan yang tidak diatur bisa sangat minim. Keputusan
pengungkapan yang didorong oleh keinginan untuk disahkan tidak sama dengan kebijakan
pengungkapan yang didorong oleh manajemen bahwa masyarakat memiliki hak untuk
mengetahui aspek-aspek tertentu dari operasi organisasi. Suatu motivasi berhubungan dengan
kelangsungan hidup, sedangkan motivasi lainnya berhubungan dengan tanggung jawab” Deegan,
Rankin dan Tobin (2002, hal 335) lebih lanjut menyatakan:

“Pengungkapan legitimasi terkait dengan kelangsungan hidup perusahaan. Dalam yurisdiksi


dimana ada persyaratan peraturan yang terbatas untuk memberikan informasi sosial dan
lingkungan, manajemen tampaknya memberikan informasi saat mereka dipaksa melakukan hal
tersebut. Sebaliknya, bila ada kekhawatiran terbatas, akan ada pengungkapan terbatas. Bukti
menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan yang lebih tinggi hanya akan terjadi bila
kekhawatiran masyarakat terpicu, atau alternatifnya, sampai saat peraturan tertentu
diperkenalkan untuk menghilangkan kebijaksanaan pengungkapan manajemen. Namun, jika
perusahaan melegitimasi kegiatan yang berhasil maka mungkin tekanan publik bagi pemerintah
untuk memperkenalkan undang-undang pengungkapan akan rendah dan para manajer akan dapat
mempertahankan kontrol terhadap praktik pelaporan sosial dan lingkungan mereka”

Sesuai dengan pembahasan di atas, menurut Guthrie dan Parker (1990, hal 166), perspektif
ekonomi politik yang dianut oleh para teoretikus kritis menekankan peran laporan akuntansi
dalam mempertahankan (atau melegitimasi) pengaturan sosial tertentu. Saat mereka menyatakan:

“Perspektif ekonomi memandang laporan akuntansi sebagai dokumen sosial, politik, dan
ekonomi. Mereka berfungsi sebagai alat untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi
pengaturan ekonomi, politik, institusi, dan tema ideologis yang berkontribusi terhadap
kepentingan pribadi perusahaan”

4. Peran Akuntansi dalam Melegitimasi Sistem Kapitalisme

Mengingat peran laporan akuntansi dalam "membangun, mempertahankan, dan melegitimasi


pengaturan ekonomi, politik, institusi, dan tema ideologis yang berkontribusi pada kepentingan
pribadi perusahaan '(Guthrie dan Parker, 1990, hal 166), perspektif ekonomi politik klasik
mempunyai satu peran utama dalam laporan akuntansi adalah untuk melegitimasi sistem
kapitalis secara keseluruhan, dan melindungi sistem ini dari ancaman yang timbul sebagai akibat
dari hasil konflik struktural yang melekat dalam sistem kapitalis.(seperti yang telah dibahas
sebelumnya di babnya). Hal ini adalah bagian dari alasan mengapa banyak ilmuwan akuntansi
kritis ditunjuk untuk banyak meneliti praktik pelaporan sosial perusahaan.

Sebuah studi empiris akuntansi kritis utama, memeriksa peran yang diungkapkan dalam laporan
tahunan yang berperan dalam melindungi (dan melegitimasi) sistem kapitalis secara keseluruhan
dari hasil konflik sosial, menganalisis laporan tahunan mobil multinasional General Motors yang
berbasis di AS mengenai periode 1917 sampai 1976. Bahan empiris ini dianalisis dalam
serangkaian makalah (Neimark, 1983; Neimark dan Tinker, 1986; Tinker et al., 1991; Tinker dan
Neimark, 1987; Tinker dan Neimark, 1988) yang menunjukkan bahwa fokus materi sukarela dan
diskursif dalam laporan tahunan cenderung berubah untuk mengatasi tantangan yang berubah
terhadap kapitalisme yang timbul dari ketidakstabilan struktural kapitalisme. Misalnya, pada saat
gejala (diklaim) dari ketidakstabilan struktural ini adalah kelemahan dalam permintaan
konsumen secara keseluruhan, laporan tahunan berfokus pada memberi kesan bahwa
peningkatan konsumsi - seperti membeli mobil baru secara rutin - adalah norma sosial yang
ideal. Di lain waktu, ketika gejala ketidakstabilan struktural kapitalisme adalah militansi buruh,
fokus pesan inti dalam laporan tahunan beralih ke demonstrasi bahwa pekerja lebih baik jika
bertindak sscara kerjasama daripada bertentangan dengan manajer.

Argumen dalam penelitian ini adalah bahwa sementara artikulasi sukses dari sudut pandang
manajemen ini dapat menguntungkan General Motors secara ekonomi, dengan mempertahankan
dukungan dari pemangku kepentingan yang secara ekonomi kuat, mereka juga menguntungkan
sistem kapitalis secara keseluruhan karena, misalnya, mengembangkan norma konsumsi Pada
saat melemahnya permintaan ekonomi secara keseluruhan akan menghasilkan permintaan yang
lebih besar untuk produk dari banyak bisnis. Jika banyak bisnis lain juga menggunakan laporan
tahunan mereka, bersamaan dengan pesan di banyak media lainnya seperti artikel periklanan dan
surat kabar pada saat ini dalam sejarah untuk membantu memperkuat pesan yang konsisten
tentang keinginan konsumen akan konsumsi, ini akan membantu melindungi dan memajukan
kekuatan dan kekayaan banyak bisnis dengan meningkatkan permintaan konsumen secara
keseluruhan. Seperti Tinker; Lehman dan Neimark (1991, hal 39) menyatakan:

“Studi General Motors (Neimark, 1983, Neimark dan Tinker, 1986, Tinker dan Neimark, 1987,
Tinker dan Neimark, 1988) berfokus pada berbagai cara perusahaan menggunakan laporan
tahunannya sebagai senjata idealogis, dan keadaan sosial yang mengatur suatu penggunakan
daripada yang lain ... (mereka mengungkap) situasi konflik dan antagonis yang melibatkan GM
selama periode itu, dan bagaimana laporan perusahaan digunakan untuk memodifikasi dan
memperbaiki konflik ini ... Ini bukan untuk memperdebatkan bahwa laporan tahunan memiliki
dampak dramatis pada pengambilan keputusan bisnis dan politik. Sebaliknya, seperti bahan
ideologis lainnya (pernyataan politik partai, periklanan, hubungan masyarakat "kesalahan",
doktrin agama), ini adalah pengulangan hal-hal duniawi dan terutama penyensoran sudut
pandang lain yang membuat laporan ini paling efektif” 29
BAB III PENUTUP

KESIMPULAN
Perspektif kritis terhadap akuntansi memberikan gambaran tentang penelitian yang telah
dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan dan telah berkerja khusus dalam ranah
perspektif kritis terhadap akuntansi. Para peneliti ini sangat kritis terhadap praktik akuntansi
yang berlaku. Mereka berpendapat bahwa praktik akuntansi keuangan yang ada mendukung
ekonomi dan struktur sosial, yang mana praktik akuntansi keuangan tersebut hanya
menguntungkan beberapa orang dan mengorbankan orang lain. Selanjutnya peneliti tersebut
ingin membuktikan apakah pandangan dalam praktik akuntansi keuangan dapat benar-benar
netral dan obyektif.

Perspektif terhadap akuntansi ini mencakup berbagai perspektif spesifik yang berbeda. Namun,
pada tingkat yang luas, banyak penelitian akuntansi kritis didasarkan pada Teori Ekonomi Politik
Klasik di mana konflik, ketidakadilan dan peran negara sangat penting untuk dianalisis.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh banyak sarjana akuntansi diinformasikan oleh kritik
Marxis kapitalisme, ada banyak peneliti akuntansi penting lainnya yang mengkritik peran
akuntansi dalam mempertahankan ketidakadilan dalam masyarakat tidak didasarkan pada filsafat
Marxis. Sebuah tema umum yang dikemukakan Marxis (dan beberapa non-Marxis) bahwa
akuntansi kritis adalah panggilan untuk perubahan mendasar dalam bagaimana masyarakat ini
disusun tanpa restrukturisasi, mereka percaya bahwa perubahan atau modifikasi praktik
akuntansi tidak akan berpengaruh dalam membuat masyarakat yang lebih adil bagi semua. Teori
kritis juga berpendapat bahwa pemerintah (Negara) cenderung menempatkan mekanisme dan
peraturan untuk mendukung struktur sosial yang ada. Banyak peneliti akuntansi juga diyakini
sebagai pendukung ideologi politik tertentu.

Riset ini juga memberikan wawasan ke dalam sudut pandang yang secara tradisional belum
menerima banyak perhatian oleh pendidikan akuntansi atau dalam jurnal akuntansi. Menurut
Baker dan Bettner (1997, P: 293) bahwa kapasitas akuntansi untuk membuat dan mengendalikan
realitas sosial diterjemahkan ke dalam pemberdayaan bagi mereka yang menggunakannya.
Kekuasaan tersebut berada dalam organisasi dan lembaga, di mana hal itu digunakan untuk
menanamkan nilai-nilai, mempertahankan legitimasi, menentang konflik dan mempromosikan
tatanan sosial dalam hal mengabadikan diri. Dalam masyarakat, pengaruh akuntansi meresapi
masalah mendasar tentang distribusi kekayaan, keadilan sosial, ideologi politik dan degradasi
lingkungan. Bertentangan dengan opini publik, akuntansi bukan merupakan cerminan statis
realitas ekonomi, melainkan merupakan kegiatan yang sangat berkaitan dengan berbagai pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Deegan, Craig. 2014. Financial Accounting Theory. Jakarta: Salemba Empat.

https://toaz.info/doc-view

Anda mungkin juga menyukai