Anda di halaman 1dari 4

JUDUL SKRIPSI

PERTANGGUNG JAWABAN PIHAK BANK TERHADAP NASABAH YANG MENJADI


KORBAN SKIMMING ATM.
SUMMARY

Bank sebagai lembaga utama di bidang keuangan diharapkan dapat menjaga kepercayaan
masyarakat atas simpanan yang ditanamkan kepadanya. Mengingat tugas tersebut memiliki sifat yang
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, pengaturan atas industri perbankan nasional mutlak
diperlukan untuk menjag keseimbangan di antara tugas-tugas di atas.
. Dalam hal ini peranan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan sebagai otoritas perbankan
nasional di tanah air menjadi sangat strategis. Oleh karena itu, menurut Shelagh Heffernan, bahwa bank
adalah salah satu pemangku regulasi tertinggi karena kegagalan bank akan menimbulkan biaya sosial
yang tinggi berupa hilangnya peran bank sebagai lembaga intermediasi dan transmisi dalam sistem
pembayaran. Saat ini sebagian besar perbankan telah mengeluarkan produk kartu plastic sebagai upaya
memberikan kepuasan kepada nasabah. Kartu ATM biasanya diberikan kepada setiap nasabah yang ingin
memiliki kartu untuk kemudahan dalam melakukan transaksi keuangan. Beberapa bank juga memberikan
fasilitas kartu debit pada kartu ATM yang dapat digunakan untuk transaksi pembelian barang.
Pada dasarnya kartu plastik bertujuan untuk mengurangi penggunaan uang tunai dalam melakukan
berbagai transaksikeuangan. Hal ini dilakukan dengan alasan kemudahan serta keamanan. Fasilitas bank
berupa ATM merupakan sarana teknologi yang dapat melayani kebutuhan nasabah secara otomatis setiap
saat (24 jam) dan 7 hari dalam seminggu termasuk hari libur, namun dibalik kemudahan dan keamanan
teknologi mesin ATM ternyata masih terdapat kelemahan. Kenyataan yang terjadi di lapangan,
masyarakat dikejutkan dengan hilangnya sejumlah dana nasabah melalui mesin ATM tanpa diketahui
siapa dan kapan transaksi tersebut dilakukan sedangkan nasabah pemilik kartu tidak merasa melakukan
transaksi yang dimaksud. Nasabah sebagai konsumen wajib mendapat Pertanggung jawaban dari pihak
bank atas pemanfaatan produk jasa yang ditawarkan oleh bank Kerugian dapat terjadi baik pada pelaku
transaksi maupun pada orang lain yang tidak pernah melakukan transaksi, misalnya dalam hal ini
pencurian dana nasabah bank melalui modus skimming (penggandaan kartu Anjungan Tunai
Mandiri/ATM).
Pencurian dana nasabah bank melalui modus penggandaan kartu ATM merupakan salah satu
kejahatan teknologi di bidang perbankan. Beberapa waktu lalu, modus pencurian dana nasabah bank
melalui penggandaan kartu ATM semakin meningkat. Hal ini sebetulnya telah lama diketahui bersama
dan telah banyak kasus yang terjadi. Dalam hal ini Penulis tertarik mengangkat judul PERTANGGUNG
JAWABAN PIHAK BANK TERHADAP NASABAH YANG MENJADI KORBAN SKIMMING ATM.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Pertanggung Jawaban bank terhadap nasabah yang menjadi korban modus
card skimming ATM ?
2. Bagaimana perlindungan hukum bagi nasabah yang menjadi korban atas modus card skimming
ATM?

Persetujuan Dekan, Mahasiswa,

Dr. Flora Pricilla Kalalo,SH,MH Jeremi Alessandro

NIP.19671091992032002 NIM.18071101638
JUDUL SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TABRAK LARI BERDASARKAN


UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN
JALAN.

SUMMARY

Tabrak lari ini merupakan sebuah peristira kecelakaan yang menabrak lalu pergi meninggalkan
korbannya dengan menimbulkan berbagai macam alasan, tetapi yang biasa terjadi karena takut akan
diminta pertanggung jawaban. Begitu juga dengan kita pasti diantara kita tidak menginginkan adanya
kecelakaan jenis ini. Pelakunya takut untuk bertanggung jawab karena merasa bersalah dan pada akhirnya
sipelaku takut dikeroyok oleh korban atau oleh orang-orang lain yang bersimpati kepada korban.
Menurut Pasal 1 angka 24 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan yang mengatakan bahwa : “kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di Jalan yang tidak diduga
dan tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan
korban manusia dan/atau kerugian harta benda.” Kecelakaan lalu lintas tabrak lari yang mengakibatkan
korban meninggal dunia termasuk kedalam kecelakaan lalu lintas berat yang dapat kita lihat didalam
Pasal 229 ayat (4) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan.
Tetapi apabila pengemudi yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas memang diwajibkan
bertanggungjawab atas kerugian yang dialami korban, tetapi tanggungjawab ini tidak berlaku bagi
beberapa hal yang diatur didalam Pasal 234 ayat (3) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan yang menyatakan bahwa :

1. Adanya keadaan memaksa yang tidak dapat dielakkan atau di luar kemampuan Pengemudi;
2. Disebabkan oleh perilaku korban sendiri atau pihak ketiga; dan/ atau
3. Disebabkan gerakan orang dan/ atau hewan walaupun telah diambil tindakan pencegahan.

Dalam hal ini penulis tertarik untuk mengangkat judul PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP
KORBAN TABRAK LARI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2009 TENTANG
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.
RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana bentuk tanggung jawab pelaku terhadap korban tabrak lari?


2. akibat hukum apa yang timbul dalam peristiwa tersebut?

Persetujuan Dekan, Mahasiswa

Dr. Flora Pricilla Kalalo,SH,MH Jeremi Alessandro

NIP.19671091992032002 NIM.18071101638
JUDUL SKRIPSI

SANKSI HUKUM BAGI WAJIB PAJAK YANG LALAI MEMBAYAR PAJAK MELIHAT
DARI PRESPEKTIF UU KUP (KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN)
SUMMARY

Kewajiban warga negara membayar pajak terhadap negara merupakan kewajiban yang sangat
umum bagi setiap negara. Artinya, setiap negara telah memberlakukan aturan yang memaksa kepada
setiap warganya untuk membayar pajak. Bahkan, pajak telah menjadi andalan negara dalam
pembangunan nasional masing-masing negara.
Di Indonesia sendiri, Keterlibatan warga negara dalam membayar pajak merupakan usaha
pembelaan negara untuk memberikan kontribusi secara tidak langsung demi peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan pembangunan bangsa. Pembelaan negara tentunya dapat direalisasikan tidak saja melalui
mengangkat senjata akan tetapi dapat dilakukan melalui pengabdian sesuai dengan profesi anak bangsa,
namun sering kali banyak dijumpai warga Negara Indonesia lalai dalam menunaikan kewajibannya untuk
membayar pajak yang dimana itu merupakan salah satu pemasukan wajib buat Negara.
Dalam Undang-Undang KUP, terdapat Pasal yang mengatur sanksi bagi Wajib Pajak yang telat
atau tidak membayar pajak, yaitu Pasal 9 Ayat 2a dan 2b. Di dalam Pasal 2a dikatakan, Wajib Pajak yang
membayar pajaknya setelah jatuh tempo akan dikenakan denda sebesar 2% per bulan. Denda tersebut
dihitung dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal pembayaran Lalu pada Pasal 2b, Wajib Pajak yang baru
membayar pajak setelah jatuh tempo penyampaian SPT Tahunan akan dikenakan denda sebesar 2% per
bulan. Yang dihitung sejak berakhirnya batas waktu penyampaian SPT, sampai tanggal pembayaran dan
bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan.
Dalam hal ini Penulis tertarik mengangkat judul SANKSI HUKUM BAGI WAJIB PAJAK YANG
LALAI MEMBAYAR WAJIB PAJAK DI TINJAU DARI UU KUP(KETENTUAN UMUM
PERPAJAKAN)
RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang menjadi kesadaran wajib bagi wajib pajak berpengaruh terhadap kemauan dalam
membayar pajak?
2. Apakah kualitas pelayanan kepada wajib pajak berpengaruh terhadap kemauan dalam membayar
pajak?

Persetujuan Dekan, Mahasiswa,

Dr. Flora Pricilla Kalalo,SH,MH Jeremi Alessandro

NIP.19671091992032002 NIM.18071101638
JUDUL SKRIPSI

TINJUAN YURIDIS TERHADAP KAPAL-KAPAL ASING YANG MELAKUKAN ILEGAL


FISHING DIKAWASAN PERAIRAN INDONESIA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL

SUMMARY

Wilayah perairan Indonesia yang luas dengan sumber daya kelautan yangbesar memiliki arti
penting bagi Indonesia karena di dalamnya terkandung, antara lain, sumber daya perikanan yang memiliki
potensi besar sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru serta menjadi salah satu penghela (primemover)
pembangunan nasional. Sebagai negara bahari dan kepulauan terbesa di dunia, Indonesia memiliki
perairan laut sekitar 5,8 juta km2 (75 persen dari total wilayah Indonesia) yang terdiri dari 0,3 juta km2
perairan laut teritorial; 2,8 juta km2 perairan laut nusantara; dan 2,7 juta km2 laut Zona Ekonomi Ekslusif
Indonesia (ZEEI). Di wilayah perairan laut Indonesia yang luas itu terkandungsumber daya perikanan
yang besar.1 Melimpahnya sumber daya perikanan di perairan laut Indonesia ternyata telah menarik
perhatian pihak asing untuk juga dapat menikmatinya secara ilegal melalui kegiatan illegal fishing.
Kegiatan illegal fishing tersebut dilakukan oleh nelayan-nelayan asing dari negara-negara
tetangga di kawasan yang memasuki perairan Indonesia secara ilegal. Melalui berbagai modus operandi
para nelayan asing tersebut menangkap ikan di perairan Indonesia dan selanjutnya diperjual belikan di
luar Indonesia dengan keuntungan yang berlipatganda. Penangkapan ikan secara ilegal tersebut telah
merugikan negara secara finansial,2 karena telah ikut menurunkan produktivitas dan hasil tangkapan
secara signifikan, di samping telah mengancam sumber daya perikanan laut Indonesia
Para nelayan asing yang kerap memasuki wilayah perairan Indonesia, antara lain, berasal dari
Thailand, Vietnam, Filipina, dan Malaysia. Perairan Natuna, perairan Sulawesi Utara dan perairan di
sekitar Maluku serta Laut Arafura merupakan kawasan yang paling rawan terhadap kegiatan illegal
fishing. Rawannya perairan Indonesia tersebut dari kegiatan illegal fishing, selain dikarenakan di kawasan
perairan tersebut terkandung potensi sumber daya perikanan yang besar, juga dikarenakan posisi
geografis dari kawasan perairan Indonesia tersebut berada di perairan perbatasan atau berdekatan dengan
perairan internasional sehingga sangat terbuka bagi kemungkinan masuknya nelayan-nelayan asing ke
wilayah perairan Indonesia dan melakukan penangkapan ikan secara ilegal.
RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana dampak Ilegal Fishing di Wilayah Perairan Indonesia dalam Hukum


Internasional?
2. Apa yang menyebabkan kegiatan Ilegal Fishing masih sering terjadi di perairan
Indonesia?

Persetujuan Dekan, Mahasiswa,

Dr. Flora Pricilla Kalalo,SH,MH Jeremi Alessandro

NIP.19671091992032002 NIM.18071101638

Anda mungkin juga menyukai