TEORI AKUNTANSI
CONCEPTUAL FRAMEWORK
Disusun oleh:
Stephen Sanjaya - 6042101026
Natasya Jane Christine - 6042101093
Devina Nathania - 6042101108
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
SEMESTER GANJIL 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat Nya
dan karunia Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tema dari makalah ini adalah “Conceptual Framework”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya
kepada dosen mata kuliah Teori Akuntansi yakni Dr. Elizabeth Tiur Manurung M. Si.
Ak. CA yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak - pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu dengan
keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun
senantiasa kami harapkan, kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami
dan pada pihak lain yang berkepentingan, sekali lagi kami ucapkan Terima Kasih.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pendahuluan
Akademisi akuntansi dan pembuat standar berupaya melakukan kerangka konseptual
yang memberikan pernyataan definitif mengenai sifat akuntansi dan pelaporan keuangan
yang berguna untuk memberikan panduan bagi praktik akuntansinya. Individual
academics bertujuan untuk mendorong upaya awal yang memberikan dasar teoritis yang
kuat untuk menjelaskan akuntansi dan membuat pemikiran akuntansi tersebut menjadi
logis. Proyek kerangka konseptual dilaksanakan pada awal tahun 1980 an di Amerika
Serikat, Kanada, Inggris, dan Australia. Namun kemajuan dari kerangka konseptual yang
diadakan dari seluruh yurisdiksi berjalan lambat yang disebabkan beberapa masalah yaitu
Ketidaksepakatan mengenai konten dan penerapannya hal itu menyebabkan pembuat
standar mengalami kesulitan untuk mencoba melihat issue mental yang berkaitan dengan
pengukuran. Tidak hanya ketidaksepakatan mengenai konten yang menghambat
pengembangan kerangka konseptual namun Intervensi politik juga membuat
pengembangan menjadi lebih lambat. Setelah melambat maka dibentuk konvergensi
IASB/FASB tahun 2002 menghidupkan kembali minat terhadap kerangka konseptual.
Pada periode sampai 2 tahun kemudian kerangka konseptual mulai dikembangkan menjadi
tunggal, lengkap, dan konsisten secara internal. Namun proyek tersebut akan menghadapi
kesulitan yang dihadapi dalam upaya sebelumnya untuk mengembangkan kerangka
konseptual.
2
Dalam gambar ini memberikan suatu representasi diagram dari kemungkinan
komponen kerangka konseptual. Diagram ini mempertimbangkan dalam berbagai tingkat
kerangka konseptual. Metodologi Ilmiah diterapkan untuk menentukan prinsip dan aturan
measurement dan perhitungan disimpulkan dari yang ditentukan sebelumnya. Misal FASB
mendefinisikan kerangka konseptual sebagai sistem yang koheren dari tujuan dan
fundamental yang saling terkait yang diharapkan dapat memimpin dengan standar yang
konsisten dan yang mengatur sifat, fungsi dan batasan keuangan akuntansi dan pelaporan.
Beberapa orang menganut pandangan bahwa praktik akuntansi terlalu permisif karena
mengizinkan praktik alternatif akuntansi yang akan diterapkan dalam keadaan serupa.
Mode operasi yang bersifat permisif dijelaskan bahwa alternatif yang lebih praktis adalah
membiarkan setiap perusahaan untuk bebas memilih pilihan metode akuntansi sendiri
dalam batasan yang sangat luas yang menjadi acuan. Regulator akuntansi telah mencoba
untuk menegakkan ketertiban dengan mengeluarkan berbagai resolusi dan standar
akuntansi. Praktik ini disebabkan oleh pengaruh langsung undang - undang, peraturan
3
lembaga pemerintah, tekanan dari bisnis manajer dan kepentingan politik. Manajer bisnis
dan eksekutif terkadang membujuk akuntan untuk melakukan perancangan skema
akuntansi yang dapat diterima untuk meminimalkan beban pajak mereka. Solomos
berpendapat bahwa seseorang harus membuat penilaian tentang tipe standar yang
diinginkan, beliau menentang standar yang ditetapkan karena hasil dari proses ini adalah
Suatu prinsip atau praktik akan dinyatakan 'benar' karena diterima secara umum.
Kebijakan akuntansi dapat diimplementasikan hanya dengan membuat penilaian nilai,
tetapi tak ada cara untuk membuktikan bahwa penilaian nilai individu atau kelompok mana
pun lebih baik bagi masyarakat. Manfaat kerangka Konseptual adalah:
1. Persyaratan pelaporan akan lebih konsisten dan logis karena akan membendung dari
serangkaian konsep yang teratur.
2. Penghindaran persyaratan pelaporan akan jauh lebih sulit karena adanya ketentuan
yang mencakup seluruh pelaporan.
3. Dewan yang menetapkan persyaratan akan lebih bertanggung jawab atas tindakan
dalam hal pemikiran di balik persyaratan tertentu akan lebih eksplisit.
4. Kebutuhan akan standar akuntansi khusus akan dikurangi sesuai dengan keadaan
dimana penerapan konsep yang tepat tidak jelas, sehingga meminimalkan risiko
peraturan yang berlebihan.
5. Penyusun dan auditor akan dapat lebih memahami pelaporan keuangan persyaratan
yang mereka hadapi.
6. Penetapan kebutuhan akan lebih ekonomis karena permasalahan tidak seharusnya
perlu diperdebatkan kembali dari sudut pandang yang berbeda.
Akuntan harus bisa memilih informasi mana yang harus disampaikan sehingga perlu
dikembangkan hirarki kualitas yang menjadikan informasi itu berguna. Karakteristik
kualitatif utama meliputi pemahaman oleh para pengambil keputusan, relevansi, keandalan
dan komparabilitas. Pengaturan hierarki ini dapat dilihat dalam gambar ini. IASB hanya
memiliki satu pernyataan konsep.
Kerangka Kerja IASB menjelaskan bahwa kemampuan informasi untuk dipahami oleh
pengguna yang dianggap memiliki pengetahuan yang wajar tentang kegiatan bisnis dan
ekonomi serta akuntansi, mereka bersedia untuk mempelajari informasi dengan teliti yang
wajar. Informasi memiliki kualitas relevansi ketika informasi mempengaruhi keputusan
ekonomi dan membantu mengevaluasi kegiatan masa lalu, sekarang, dan masa depan.
FASB pun mengeluarkan tujuh pertanyaan konsep yang mencakup topik:
5
IASB memiliki satu pernyataan konsep yaitu Kerangka Kerja untuk Persiapan dan
Penyajian laporan keuangan yang dikeluarkan oleh Komite Standar Akuntansi
Internasional (IASC) yakni pendahulu IASB pada tahun 1989 dan diadopsi pada tahun
2001. Kerangka ini menjelaskan konsep dasar dalam penyusunan laporan keuangan dan
berfungsi sebagai pengembangan Standar Akuntansi dan panduan masalah akuntansi dan
secara tidak langsung dijelaskan dalam IFRS. Beberapa poin yang dicakup dalam kerangka
kerja ini adalah:
1. Tujuan Laporan Keuangan: tujuan dari laporan keuangan, yang termasuk didalamnya
adalah menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan
2. Karakteristik Kualitatif: mengidentifikasi karakteristik kualitatif yang membuat
informasi dalam laporan keuangan menjadi berguna.
3. Elemen Dasar Laporan Keuangan: elemen dasar dari laporan keuangan dan konsep-
konsep untuk mengakui dan mengukur elemen-elemen tersebut dalam laporan
keuangan (misalnya, biaya historis, biaya saat ini, nilai realisasi bersih, dan nilai
sekarang), tetapi tidak termasuk prinsip-prinsip untuk memilih metode pengukuran.
Hubungan dengan Standar IASB: Standar IAS 1 Penyajian Laporan Keuangan dan IAS
8 Kebijakan Akuntansi, Perubahan dalam Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan berurusan
dengan penyajian laporan keuangan dan merujuk pada Kerangka Kerja. Manajemen harus
menggunakan penilaian mereka dalam mengembangkan dan menerapkan kebijakan
akuntansi yang menghasilkan informasi yang:
Bradbury mengusulkan bahwa Kerangka Kerja mengabaikan risiko, salah satu atribut
utama dari instrumen keuangan. Kerangka Kerja tidak hanya seharusnya memandu proses
penetapan standar, tetapi juga membantu praktisi dalam menginterpretasikan standar.
7
- Memberikan rincian dan struktur yang memadai sehingga standar dapat
dioperasionalkan dan diterapkan secara konsisten.
- Meminimalisir penggunaan pengecualian dari standar.
- Hindari penggunaan pengujian persentase yang memungkinkan financial
engineers mencapai kepatuhan teknis terhadap standar namun menghindari
tujuan tersebut.
Salah satu peran SEC adalah untuk menentukan apakah perusahaan telah
mematuhi persyaratan pelaporan keuangan yang terdapat dalam standar akuntansi.
FASB dan SEC hidup di lingkungan dimana terdapat banyak aturan dan staf SEC
terbiasa memiliki aturan yang harus dipatuhi. Hal ini menyebabkan timbulnya
pertanyaan apakah standar AS akan menjadi lebih pendek atau kurang rinci dan
apakah staf SEC akan menjadi kurang mendesak dalam kepatuhan perusahaan
terhadap norma-norma rinci. Dia menunjukkan bahwa standar yang sangat spesifik
dan preskriptif adalah bagian dari budaya akuntansi AS dan perubahan budaya tidak
mudah dicapai.
8
- Stewardship terutama berkaitan dengan masa lalu digunakan untuk menilai apa
yang telah dicapai, sedangkan prediksi melihat ke masa depan.
9
3. Mempertimbangkan konsep yang berlaku untuk entitas bisnis sektor swasta dan
mempertimbangkan konsekuensi potensial dari pertimbangan sektor swasta
untuk entitas sektor publik.
Tujuan dari proyek ini adalah untuk mengembangkan Public Sector Conceptual
Framework yang dapat diterapkan pada penyusunan dan penyajian laporan keuangan
entitas sektor publik.
10
2.4.4 Entity vs Proprietorship Perspective
Dewan merekomendasikan bahwa laporan keuangan harus disusun dari sudut
pandang entitas dan bukan dari sudut pandang pemilik atau kelompok pemilik
tertentu. Banyak responden setuju bahwa entitas berbeda dari pemiliknya sehingga
setuju dengan pelaporan dari sudut pandang entitas.
11
Terdapat dua pendekatan yang dapat kita gunakan untuk menganalisis. Pertama,
mengasumsikan bahwa kerangka konseptual merupakan sebuah ‘scientific’ approach
berdasarkan metode yang dipakai di penyelidikan ilmiah (scientific) lainnya. Prescriptions
atau pengamatan akuntansi yang timbul dari ‘scientific’ approach harus divalidasi
menggunakan logika dan empirisme. Kedua, menggunakan professional approach yang
berfokus pada menentukan “best” action berdasarkan professional values. Professional
approach mirip dengan constitutional approach untuk menetapkan aturan.
Pada setiap penetapan standar akuntansi atau perdebatan prinsip akuntansi, kita selalu
mempertanyakan “Apa itu value? Bagaimana kita menilai basic elements dari akuntansi
seperti aset dan liabilitas?”. Kerangka konseptual ini digunakan untuk menjawab itu semua
sehingga menghindari perdebatan berulang. Sebelumnya, hal-hal mendasar ini harus
meminimalkan inkonsisten dan ketidakadilan yang timbul dari berbagai macam pendapat.
Dengan pendekatan ini, dimana istilah telah disepakati, didefinisikan, dan konsepnya
cocok satu sama lain. Maka, kerangka konseptual ini diharapkan bisa menjadi dasar-dasar
penentuan dalam akuntansi. Tujuannya untuk memberikan bimbingan dan rekomendasi
dalam praktik akuntansi tentang bagaimana memperhitungkan informasi yang relevan
untuk pengambilan keputusan ekonomi.
Dalam kerangka konseptual FASB, ada isu krusial mengenai recognition (pengakuan)
dan measurement (pengukuran) yang menimbulkan perselisihan. Permasalahan
measurement dan recognition berada di SFAC nomor 5 yang dikeluarkan tahun 1984, pada
dasarnya mendeskripsikan elemen di laporan akuntansi berdasarkan observasi atas praktik
saat ini. Seiring waktu, SFAC nomor 5 mengeluarkan Board’s approach yang hampir
seluruhnya deskriptif. Pernyataan nomor 5 memberitahukan tujuan dan filosofi dari
kerangka konseptual yang telah hilang pada saat dikeluarkan. Di beberapa negara, konsep
ini akan dikembangkan seiring berkembangnya proses penetapan standar. Seperti evolusi
filosofi, yang melihat konsep sebagai sisa dari proses penetapan standar. Hal ini yang
bertentangan dengan tujuan dari kerangka konseptual.
12
Dopuch dan Sunder memikirkan bahwa pengertian dari elemen utama laporan
keuangan (aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, biaya, keuntungan, dan kerugian)
tergantung pada aturan dan conventions yang tidak dapat ditentukan. Menurutnya,
bagaimana kerangka konseptual bisa menjadi guide dari berbagai macam alternatif prinsip
dan aturan, jika elemen dari kerangka selalu didefinisikan sebagai istilah yang sama?
Dopuch dan Sunder memberikan argumen bahwa kerangka konseptual FASB tidak
membantu dalam menyelesaikan pengukuran masa kini dan isu disclosure
(pengungkapan). Mereka mendukung pernyataan ini dengan memilih tiga isu, yaitu
deferred tax credits, perlakuan costs of exploration in the oil and gas industry, dan current
value accounting. Mereka menyimpulkan:
1. Pengertian liabilitas sangat umum, dimana kita tidak dapat memprediksi posisi dewan
pada pajak tangguhan;
2. Kerangka mendukung dua prinsip akuntansi yang berlawanan (full cost dan
successfull efforts) dan bukti bahwa kerangka tidak bisa menjadi panduan berguna
dalam menyelesaikan masalah measurement (pengukuran); dan
3. Tidak bisa mengatasi masalah estimasi.
Menurut Gerboth, pengetahuan yang sebenarnya itu datang dari investigasi atas pokok
bahasan tersebut, bukan dari kesepakatan definisi sebelumnya. Maka dengan adanya
accounting framework, semata-mata pemahamannya itu terbatas berdasarkan definisi
sehingga akan menjadi irasional. Untuk memperkuat argumennya, dimana definisi tidak
mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia dan sains, maka ia mengutip dari
Propper: “Dalam sains, kita tidak boleh bergantung pada istilah. Bahkan ketika istilah
13
tersebut didefinisikan, kita tidak pernah memperoleh informasi dari definisi, atau dari
argumen. Maka dari itu, kita membuat sedikit masalah. Kita tidak membebani mereka.
Kita mencoba untuk bergantung sekecil mungkin kepada mereka.”.
Dengan adanya definisi dari ‘aset’, ‘liabilitas’, dan elemen lainnnya, peraturan
akuntansi bermaksud bahwa keputusan valuation dapat bergantung pada definisi yang ada.
FASB berusaha agar definisi yang ada menjadi patokan utama dari segalanya.
Beberapa berargumen, jika praktik akuntansi didasarkan oleh definisi yang sudah
disepakati sebelumnya itu akan menimbulkan risiko terhadap mekanisme pengambilan
keputusan. Meskipun kerangka konseptual memberikan konsistensi atas efisiensi dan
ketertiban. Tetapi, konsistensi ini merupakan konsistensi yang abstrak, bukan konsistensi
yang sebenarnya. Konsistensi ini adalah konsekuensi langsung dari dogmatisme yang
pernyataannya dikeluarkan oleh FASB atau lembaga berwenang lainnya, dengan
acception dari para pihak profesi. Kerangka ini bisa membawa masalah karena bisa
menjadi end in itself, membutuhkan waktu dan tenaga. Padahal waktu dan tenaga tersebut
dapat digunakan untuk fokus memperdalam pengetahuan substantif akuntan. Definisi dan
kesepakatan itu penting untuk mengembangkan konsistensi, kesangkutpautan, dan sistem
yang mempunyai arti. Namun, kritik Propper mengatakan bahwa ketergantungan akan
definisi itu sudah berlebihan. Argumen yang bertentangan dengan Propper ini mengatakan
bahwa kerangka konseptual itu dibutuhkan dan pemahaman atas definisi itu penting untuk
persiapan konsistensi dan interpretasi laporan keuangan.
Masalahnya adalah kita tidak memahami kenyataan dengan cukup. Tetapi saat
seseorang sudah mempunyai prasangka tentang apa itu realitas, maka kita tidak bisa
menentangnya karena kita perlu mengkomunikasikan realitas di akuntansi. Jika
orang mempunyai pemikiran tertentu tentang realitas, maka kita perlu merefleksikan
pemikiran tersebut. Jika tidak, orang akan kehilangan kepercayaan pada kita.
15
Selanjutnya, Hines mengatakan bahwa riset akuntansi pada umumnya
menerima begitu saja conceptions dan assumptions, yang bertentangan dengan
pertanyaan ‘Bagaimana realitas sosial muncul juga dijaga dan dilegitimasi?’.
Contohnya, kerangka konseptual menghindari untuk bergantung pada bukti yang
deduktif dan empiris dalam menyatakan kebenaran. Jika pendekatan itu dipakai,
prinsip akuntansi yang diterima akan disimpulkan dari keyakinan, tujuan, dan asumsi
yang lebih tinggi dari kerangka konseptual. Tetapi, nyatanya yang terjadi malah
sebaliknya. Dianggap kebenaran lewat proses induktif untuk mendapatkan prinsip
akuntansi yang belum pernah diuji secara formal atas logika dan bukti empiris.
Otoritas yang setara dengan sains untuk kerangka konseptual dapat ditelusuri ke
pendapat pihak berwenang dan individu bersangkutan.
1. Mengarah pada hukum atau prinsip universal sehingga mungkin saja ada lower
level hypotheses
2. Ada koneksi yang kuat antara penjelasan, prediksi, dan teknik yang diterapkan.
Contohnya, kerangka konseptual IASB dan FASB meng-generalisasi asumsi
dan tujuan dari prinsip (standar) dan prosedur (metode dan aturan) tertentu yang
harus bisa disimpulkan. Tujuan penting pendekatan ini terhadap sains, untuk
mendapatkan pemahaman lingkungan sekitar sehingga menciptakan kegiatan
operasi yang lebih efektif di lingkungan tersebut.
Tetapi beberapa ada yang tidak setuju. Peneliti akuntansi percaya terhadap uji
empiris. Meskipun banyak ketidakjelasan akan teori tersebut. Teori Hempel
(hypothetico-deductive) ini diterima secara luas.
16
Asumsi menimbulkan karakteristik perilaku dan bagaimana orang berhubungan satu
sama lain. Contoh karakteristik perilaku yang dimasukan adalah pemaksimalan
kekayaan dan kebutuhan informasi pengguna akan mempengaruhi arus kas masa
depan dan nilai masa kini. Pendekatan ini menghalangi sampai batas tertentu, yaitu
teknik yang digunakan peneliti yang bersifat individualis dan/atau fokus pada studi
kasus. Seperti yang dikatakan Horngren, bahwa setiap orang mempunyai
karakteristik yang membatasi kegunaan dari kerangka konseptual. Kebanyakan
orang mengatakan bahwa dia ingin kerangka konseptual, tetapi kerangka konseptual
tersebut bukan milik kita.
17
untuk menginvestasikan sumber daya yang besar dalam mengembangkan kerangka
konseptual untuk mendukung standar akuntansi.
Elemen teori dan empiris agak longgar didefinisikan dan diterapkan dalam
akuntansi, dan tidak mempunyai paradigma ilmiah yang pasti. Teori akuntansi
awalnya (normative) mempunyai banyak kelemahan. Positive accounting theory
masih dalam tahap embrio bahkan mungkin pra-ilmiah. Ini belum tentu menunjukan
kurangnya pendekatan ilmiah. Selagi ahli teori teliti dalam menerapkan kaidah
ontologis, epistemologis, dan metodologis yang berkaitan dengan bidang kajiannya,
maka metodologi ilmiah dapat diterapkan.
18
keputusan dengan multiple choices, informasi akuntansi mungkin berguna. Dalam
hal ini, behavioural research belum sepenuhnya dipertimbangkan.
Lebih jauh lagi, orang yang berpendapat bahwa positive accounting research
dan kerangka konseptual merupakan konflik kadang mengabaikan banyaknya bukti
bahwa pasar modal tidak sepenuhnya efisien. Meskipun efisien, faktanya bahwa
pasar akan segera merespons informasi dalam laporan keuangan bukan berarti bahwa
informasi diproses secara efisien atau masyarakat tidak boleh membuat keputusan
investasi, peminjaman, pasokan atau pembelian yang salah. Jika kerangka
konseptual dapat menjamin orang akan mendapatkan informasi bermanfaat, maka
akan memberikan tujuan yang bermanfaat.
19
lainnya sudah jelas. Contohnya, kebijakan ekonomi diperlakukan cukup berbeda dari
teori ekonomi. Intinya, teori akuntansi selalu terikat pada kebijakan.
"... yang kita anggap sebagai dasar adalah sekumpulan pernyataan yang lebih atau
kurang ditetapkan secara sewenang-wenang, atau yang merupakan dogma yang
jelas. Tidak ada seperangkat ide atau pengetahuan yang bisa kita gunakan sebagai
acuan untuk menilai apakah pernyataan-pernyataan ini lebih baik daripada yang lain,
kita hanya harus menerimanya."
21
perusahaan dan pejabat industri sekuritas lebih suka kerangka kerja yang
mempertahankan status quo.
Sifat politik dalam akuntansi dan bagaimana hal ini tercermin dalam proyek-
proyek kerangka konseptual telah ditekankan dalam literatur akuntansi. Sebagai
contoh, Burchell dan rekan-rekannya menyatakan:
"... peran-peran yang dilakukan oleh akuntansi keuangan mulai diakui sebagai
dipengaruhi oleh tekanan yang menciptakan inovasi dan perubahan dalam akuntansi,
daripada oleh esensi misi akuntansi itu sendiri."
Gerboth berpendapat bahwa rasa tanggung jawab pribadi, yang merupakan inti
dari profesionalisme, adalah apa yang membuat keputusan akuntan menjadi objektif.
Kunci dari objektivitas terletak pada nilai-nilai mereka yang praktik akuntansi.
Akuntansi harus mengambil arahnya bukan dari konsep-konsepnya atau dari struktur
intelektualnya, tetapi dari perilaku profesionalnya. Gerboth berargumen:
Sebelumnya telah disebutkan dalam bab ini bahwa kerangka konseptual tidak
beroperasi dalam dunia sosial. Ketika urusan manusia yang kompleks terlibat, tidak
mungkin mengembangkan kerangka kerja komprehensif yang bersifat preskriptif
dan model keputusan. Sebagai contoh, Agrawal, merujuk pada kerangka kerja
Amerika Serikat, mengemukakan serangkaian isu mulai dari perbandingan hingga
efisiensi biaya yang tidak dapat diselesaikan dengan merujuk pada kerangka kerja.
Hal ini hanya dapat diputuskan melalui penilaian yang akan menjadi subjektif.
23
Penilaian juga sebagian besar didasarkan pada nilai-nilai profesional. Greenwood
mengacu pada ini sebagai nilai rasionalitas di mana terdapat komitmen terhadap
objektivitas dalam ranah teori dan teknik. Lebih kontroversial, ia mengklaim bahwa,
karena orientasi ini, tidak ada sesuatu yang bersifat teoritis atau teknis yang dianggap
sebagai suci dan tidak bisa dipertanyakan hanya karena memiliki sejarah penerimaan
dan penggunaan.
Sebuah aliran standar yang berkelanjutan memberikan bukti yang lebih eksplisit
tentang aktivitas untuk mengurangi tekanan pada profesi akuntansi untuk reformasi
segera. Aspek-aspek yang kurang idealistik dari nilai-nilai profesional adalah konsep
otoritas profesional dan monopoli.
Oleh karena itu, gagasan bahwa dalam semua hal yang berkaitan dengan
pelayanan, kelompok profesional dianggap lebih bijaksana daripada orang awam,
dianggap sebagai suatu kebenaran yang tak terbantahkan.
24
mengeluarkan standar dan konsep yang semakin rumit. Akibatnya, masyarakat
umum tidak memahami prinsip-prinsip akuntansi yang rumit, dan oleh karena itu,
mereka semakin bergantung pada akuntan dan auditor untuk menyusun dan
menjelaskan laporan keuangan. Ini mendukung peningkatan ekonomi profesi dengan
memastikan eksistensi dan dominasi monopoli atas pengetahuan profesional.
Namun, pendekatan ini mungkin tidak selaras dengan tujuan kerangka konseptual
yang menyatakan bahwa informasi harus dihasilkan secara objektif, relevan, dan
dapat diandalkan untuk memberikan pelayanan kepada pengguna.
25
lebih lanjut pada awal tahun 1970-an oleh Pernyataan Konsep Dasar Audit (ASOBAC),
yang dikeluarkan oleh American Accounting Association. ASOBAC sangat fokus pada
proses pengumpulan dan evaluasi bukti, yang juga salah satu konsep fundamental yang
diidentifikasi oleh Mautz dan Sharaf. Fokus perdebatan teoritis dalam audit selama tahun
1980-an adalah peran struktur dan kuantifikasi dalam proses pengumpulan dan evaluasi
bukti.
Knecsel menggambarkan ini sebagai periode pertumbuhan pesat dalam praktik audit,
ekspansi pool personel profesional, perbaikan dalam teknologi, dan kebutuhan yang
dirasakan untuk mengurangi biaya dalam proses audit. knechel berpendapat bahwa pada
tahun 1990-an, tradisi audit dan upaya profesi untuk memformalisasi proses audit mulai
menghadapi perlawanan dari kekuatan lain. Mulai ada kurangnya penekanan pada
pengujian langsung transaksi dan saldo dan lebih banyak mengandalkan pengujian sistem
kontrol klien sebagai cara untuk mengumpulkan bukti tentang laporan keuangan yang
dihasilkan oleh sistem-sistem tersebut. Ini melibatkan pengurangan waktu yang diberikan
untuk audit dan pengurangan pengujian substantif dan ukuran sampel. Proses ini dikenal
sebagai audit risiko bisnis.Audit risiko bisnis adalah bentuk audit yang
mempertimbangkan risiko klien sebagai bagian dari proses bukti audit.
Sistem kontrol tidak akan mencegah atau mendeteksi kesalahan tersebut, dan risiko
bahwa prosedur auditor tidak akan mendeteksi kesalahan tersebut. Fokus pada risiko audit
bukanlah hal yang baru; bahkan pada tahun 1940-an, auditor diinstruksikan untuk memulai
audit mereka dengan penyelidikan menyeluruh terhadap sistem klien dan
mempertimbangkan perlindungannya terhadap penipuan dan kesalahan.Knechel
berpendapat bahwa persepsi profesi tentang risiko mulai mengalami perubahan drastis
dengan rilis laporan tahun 1992 'Internal Control - Integrated Framework' oleh Komite
Organisasi Sponsor (COSO). Auditor menjadi lebih sadar akan hubungan antara kontrol
internal dan pelaksanaan audit. Klien dengan kontrol internal yang lebih efektif dianggap
memiliki risiko penipuan dan kesalahan yang lebih rendah, dan ini memberikan
kesempatan untuk membenarkan pengurangan sumber daya, biaya, dan 'biaya audit' untuk
klien-klien ini.
26
Audit risiko bisnis menekankan ancaman terhadap model bisnis klien dari kompleksitas
dalam lingkungan bisnisnya, dan risiko bisnis dianggap mendorong risiko audit.
Perubahan konseptual kunci yang dibawa oleh audit risiko bisnis bagi auditor adalah
keharusan untuk memikirkan hubungan sebab-akibat dari model bisnis dan operasi klien
ke akun keuangan, daripada memikirkan kesalahan akuntansi terlebih dahulu. Untuk
mempertimbangkan risiko terhadap cadangan kerugian pinjaman bank dan penilaian
kelangsungan usaha, selain fokus pada penilaian penilaian aset dan kewajiban tertentu.
Audit risiko bisnis mengharuskan audit untuk melebarkan horisontasnya di luar batasan
ketat akuntansi tradisional dan mencakup pemilik proses kunci di luar organisasi.
27