Anda di halaman 1dari 20

RUANG LINGKUP AUDIT SYARIAH

Nama Anggota:

1. Fajri Rahmawati (195221236)


2. Annisa Aulia Firdous (195221250)
3. Suratin Fatimah Zahro (205221231)

KELOMPOK 1
Kelas : AKS 7G
Konsep Audit Syariah

Kebutuhan akan praktik audit syariah terus meningkat sejalan dengan


berkembangnya Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. Hal ini dikarenakan
kebutuhan akan keyakinan bahwa Lembaga Keuangan Syariah yang ada telah
beroperasi sesuai dengan prisnsip dan aturan syariah Islam dapat memberikan
rasa ketetenangan kepada nasabah dalam menggunakan jasa dan produk
keuangan syariah. Selain itu juga dapat meningkatkan integritas dari lembaga
keuangan yang bersangkutan. Audit syariah sendiri biasanya dilakukan oleh tim
audit sharia compliance yang bertugas membantu Dewan Pengawas Syariah
(DPS) dalam memberikan pengawasan atas praktik-praktik yang terjadi,
sehingga penyimpangan dari konsep sharia compliance dapat dicegah. Auditor
juga bertugas memastikan standar yang diterapkan pada Lembaga Keuanges
Syariah dalam laporan keuangannya sesuai dengan standar yang telah
ditentukan AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions).
2
Audit muncul setelah kemunculan Lembaga Keuangan
Syariah sekitar tahun 1980-an yang membutuhkan fungsi audit
berdasarkan prinsip Islam. Dalam sejarah Islam, yaitu pada
masa Nabi Muhammad saw, dan Khulafaur Rasyidin terdapat
Bagaimana Sejarah
Audit Syariah? sebuah lembaga yang berfungsi seperti auditor, yaitu lembaga
hisbah yang bertujuan membantu umat manusia dalam
beribadah kepada Allah Swt. dengan memastikan bahwa hak
Allah Swt maupun hak asasi manusia lainnya telah
diperhatikan dan dilaksanakan dengan benar. Sejarah audit
syariah akan dibagi dalam beberapa fase, mulai dari awal mula
lahirnya audit, audit sebelum datangnya Islam munculnya audit
di negara Islam, sampai audit syariah di Indonesia .

3
Perkembangan Audit Syariah
Awal Mula Lahirnya Audit
1
Audit terhadap perusahaan dilakukan karena
adanya perundang-undangan Inggris saat terjadi
revolusi industri tahun 1800-an. Audit dilakukan
oleh satu atau lebih pemegang saham yang
bukan merupakan pejabat perusahaan. Lambat
laun profesi akuntan mulai dibutuhkan, dan
seiring berkembangnya kebutuhan pasar
muncullah beberapa formasi kantor audit seperti
Doloitte & Co, Peat Marwick & Mitchell, serta
Price Waterhouse & Co.

4
Audit sebelum datangnya Islam
2
Berdasarkan studi sejarah peradaban Arab, terlihat betapa besarnya
perhatian bangsa Arab pada akuntansi. Hal ini terlihat pada usaha setiap
pedagang Arab untuk mengetahui dan menghitung barang dagangannya, sejak
mulai berangkat sampai pulang kembali. Hitungan ini dilakukan untuk
mengetahui perubahan pada keuangannya. Setelah berkembangnya negara,
bertambahnya kabilah, masuknya imigran dari negeri tetangga,
berkembangnya perdagangan, dan timbulnya usaha usaha investasi
perdagangan, maka semakin kuatlah perhatian bangsa Arab terhadap
pembukuan dagang untuk menjelaskan utang-piutang. Orang-orang Yahudi
pun (pada waktu itu) menyimpan daftar-daftar (faktur) dagang.

5
Munculnya audit di negara Islam

3 Sejarah audit syariah tidak terlepas dari awal munculnya akuntansi syariah yang bermula
sejak 14 abad lalu. Kemunculannya diprakarsai pada zaman Nabi Muhammad saw yang
membuat titik terang dan berekonomi secara Islam, pada akhir tahun 6 H tidak ada pemasukan
dan pengeluaran, dan baru ada bentuk kesekretariatan sederhana. Ketika ada kewajiban zakat
dan usyur, jizyah dan kharaj maka Nabi Muhammad saw mendirikan baitul maal pada awal
abad ke-7 H, di mana seluruh pengeluaran dan penerimaan dikumpulkan secara terpisah.  
Pada masa Khulafaur Rasyidin terdapat undang-undang akuntansi yang diterapkan untuk
perseorangan, perserikatan (svirkah) atau perusahaan, akuntan wakaf, hak-hak pelarangan
mengelola harta (hair), dan anggaran negara. Rasulullah saw, juga telah mendidik secara
khusus beberapa sahabat untuk berprofesi sebagai akuntan dengan sebutan hafazatul amwal-
pengawas keuangan atau auditing.
Sementara itu, lembaga hisbah runtuh pada masa khilafah Islam terakhir di Turki
Utsmaniyah di awal tahun 1900 M. Negara-negara Islam dipecah dan dibatasi ke beberapa
negara dan telah berada di bawah penjajahan. Demikian juga untuk istilah audit syariah yang
dianggap istilah baru, padahal perbankan modern dan keuangan Islam sudah ada sejak tahun
1960 (Yacoob & Donglah, 2012).

6
Audit Syariah Di Indonesia
4
Indonesia dengan mayoritas penduduk diharapkan menjadi kiblat
ekonomi syariah secara global. Seiring meningkatnya Lembaga Keuangan
Syariah di Indonesia dan mulainya kesadaran masyarakat terhadap
ekonomi syariah, tentu menjadi peluang dalam pengembangan audit
syariah. Dalam hal ini setiap lembaga keuangan syariah yang beroperasi
tentunya harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan tata kelola yang
baik sesuai aturan yang telah ditetapkan. Audit yang ada saat ini
merupakan bagian dari sistem keuangan konvensional yang hanya menilai
aspek ekonominya. Oleh karena itu, aspek di luar ekonomi mulai menjadi
sorotan untuk dinilai dalam audit. Hal ini ditandai dengan munculnya
lingkup audit lainnya, seperti performance audit, social and environmental
audit dan mulai berkembang pula audit syariah

7
Pengertian Audit Syariah

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), audit


adalah pemeriksaan pembukuan keuangan. Menurut Mulyadi
dan Puradiredja (1998) auditing didefinisikan sebagai proses
sistematis untuk mempelajari dan mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan
kejadian ekonomi untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan dan kriteria yang telah ditetapkan, serta
menyampaikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.
Sementar itu, menurut AAOIFI, definisi audit syariah
merupakan laporan internal syariah yang bersifat independen
atau bagian dari audit internal yang melakukan pengujian dan
pengevaluasian melalui pendekatan aturan syariah, fatwa-fatwa,
instruksi, dan sebagainya yang diterbitkan oleh IFI dan lembaga
supervisi syariah.
8
Dasar Hukum Audit Syariah

Dasar hukum audit syariah berguna sebagai pedoman kegiatan audit


syariah agar dalam pelaksanaanya dihindarkan dari hal-hal yang tidak
seharusnya

1. Al-Hujurat ayat 6

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orangfasik


membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpa suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya.
9
2. Al-Infithar 10-12

Sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang


mengawasi (pekerjaanmu) yang mulia (disisi Allah) dan
mencatat (pekeriaan-pekeriaarmu itu) mereka mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”

3. Hadist

Hadis adalah setiap tulisan yang berasal dari perkataan ataupun percakapan Rasulullah saw.
Terdapat hadist yang menjadi dasar hukum audit syariah. Hadis riwayat Abu Daud, dari Abu
Hurairah, Rasulullah saw. bersabda:“Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Sulaiman
Al-Mishshi], telahmenceritakan kepada kami [Muhammad bin Az-Zibrigan), dari [Abu Hayyan At-
Taimi), dari [ayahnya] dari [Abu Hurairah] dan ia merafa'kannya. Ia berkata;sesungguhnya Allah
berfirman: “Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yangbersekutu, selama tidak ada salah
seorang di antara mereka yang berkhianat kepadasahabatnya, Apabila ia telah mengkhianatinya
maka aku keluar dari keduanya.

10
Tujuan Audit Syariah

Audit syariah merupakan suatu proses yang memiliki tujuan utama


memeriksa prinsip syariah. Mardiyah dan Mardian (2015) menyatakan bahwa
tujuan audit yang secara sistematis kepatuhan seluruh aktivitas Lembaga
Keuangan Syariah terhadap perusahaan dalam semua aspek material telah
sesuai dengan hukum dan prinsip syariah, sifatnya syariah adalah untuk
memberikan opini atas laporan keuangan yang disiapkan perusahaan dalam
semua aspek material telah sesuai dengan hukum dan prinsip
syariah,AAOFI,dan standar akuntansi di Lembaga Keuangan Syariah .

Menurut Shafi dalam Gulzar, dkk. (2011) secara operasional audit syariah
memiliki empat tujuan audit dalam Islam, yaitu:
1. Menilai tingkat penyelesaian dari suatu tindakan.
2. Memperbaiki kesalahan.
3. Memberikan penghargaan atas keberhasilan pekerjaan.
4. Memberikan hukuman untuk kegagalan pekerjaan.

11
Manfaat Audit Syariah

Dalam pelaksanaan audit syariah di Lembaga Keuangan Syariah


terdapat manfaat yang dapat diperoleh, yaitu:
1. Audit diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan pengguna
laporan keuangan terhadap laporan keuangan apakah telah
disusun sesuai peraturan yang berlaku atau tidak.
2. Menetapkan standar dan memberikan pedoman bagi
Lembaga Keuangan Syariah mengenai tujuan dan prinsip
umum pelaksanaan audit atas laporan keuangan yang
disajikan oleh lembaga keuangan islam yang beroperasi
sesuai dengan prinsip aturan syariah
3. Auditor mampu menyatakan seuatu pendapat apakah laporan
keuangan yang disusun oleh Lembaga Keuangan Syariah,
dari semua aspek yang bersifat material benar dan wajar
sesuai dengan aturan dan prinsip syariah, standar akuntansi,
AAOIFI, serta standar dan praktik akuntansi nasional yang
berlaku di Indonesia 12
Filosofi Audit Syariah

Filosofi adalah sebuah kerangka berpikir untuk menemukan solusi atas


permasalahanyang dihadapi. filosofi audit merupakankegiatan olah pikir yang
membahas ilmu audit, baik dari aspek realita maupun nilainyauntuk
menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi (Harahap, 2002).

Pengertian filosofi audit syariah dapat beragam, tetapi ada basicidea yang
dapat diterima secara umum, yaitu:
1. Aspek rasional dari tindakan dan pemikiran yang cenderung diterima
tanpa perludipertanyakan lagi.
2. Menyangkut struktur ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis
sehinggalebih bermanfaat, dan berkurangnya hal-hal yang bersifat
kontradiktif internal.
3. Memberikan sebuah dasar hubungan sosial yang dapat menyatu dan
dipahami.

13
Filosofi Audit Syariah

Audit Syariah harus memiliki filosofi atau penjelasan yang mendasar guna
menjadi sumber utama ketika ditemukanya masalah pada audit. 3 Prinsip
auditor syariah yang ditetaapkan oleh AAOIFI dalam menjalankan proses
audit.
1. Auditor LKS harus mematuhi “kode etik” profesi akuntan yang
dikeluarkan oleh AAOIFI& IFAC yang tidak bertentangan dengan prinsip
islam.
2. Auditor harus melakukan auditnya menurut standar yang dikeluarkan
oleh Auditing Standard for Islamic Finance Institutions (ASIFI)
3. Auditor harus merencanalkan dan melaksanakan audit dengan
Profesional, hati-hati, dan menyadari kemampuan segala keadaan Yang
mungkin ada yang dapat Menyebabkan laporan keuangan salah saji,

14
Macam-macam Audit Syariah

Audit Syariah terdiri atas dua macam, yaitu:


1. Audit internal
Auditor internal bertanggung jawab melakukan audit internal dan
memastikan LKS, semua transaksi, dan kontrak dilaksanakan sesuai prinsip
syariah. Audit ini dibagi menjadi beberapa bagian (Nadratuzzaman, 2012), yaitu:
a. Komite Audit dan Tata Lembaga Keuangan Islam
b. Dewan Pengawas Syariah (DPS)
c. Petugas Pengawas Syariat

2. Audit eksternal
Auditor eksternal bertanggung jawab memberikan pendapat atas transaksi dan
kontrak yang ada dalam syariat terkait kebijakan, peraturan, dan pedoman yang
berlaku. Auditor eksternal biasanya merupakan orang independen di luar
perusahaan.
15
Kerangka Audit Syariah

Dalam kegiatan operasional Lembaga Keuangan Syariah memiliki tiga komponen


kerangka audit, yaitu :

1. Audit internal yang dilakukan oleh auditor internal bank syariah sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku dan tidak ada salah saji yang
bersifat material.
2. Audit eksternal yang dilakukan auditor dari pihak luar bank syariah seperti
BI atau akuntan publik yang tugasnya menguji kembali keakuratannya dari
hasil audit internal.
3. Audit syariah yang dilakukan auditor bersertifikasi SAS yang bertugas
memastikan bahwa produk dan transaksi bank syariah telah sesuai dengan
prinsip dan aturan syariah.
16
Standar Auditing AAOIFI untuk audit pada lembaga
keuangan syariah sendiri mencakup lima standar, yaitu:

5 Standar
Tujuan dan
Tinjauan Syariah
prinsip

Laporan auditor
Lembaga pengawas
syariah
Ketentuan
keterlibatan audit

17
Perbedaan Audit Syariah & Audit Konvensional

Audit Syariah Audit Konvensional

1. Obyeknya LKS atau Lembaga Keuangan 1. Obyeknya Lembaga Keuangan Bank maupun
Bank maupun Non Bank yang beroperasi Non Bank yang tidak beroperasi berdasarkan
dengan prinsip Syariah prinsip Syariah
2. Mengharuskan adanya peran DPS 2. Tidak ada peran Dewan Pengawas Syariah
3. Audit dilakukan oleh Auditor bersertifikasi (DPS)
SAS (Sertifikasi Akuntansi Syariah) 3. Audit dilakukan oleh Auditor Umum tanpa
4. Standar Audit AAOIFI ketentuan bersertifikasi SAS
5. Opini berisi tentang Shari'a Compliance atau 4. Standar Auditing IAI
tidaknya LKS 5. Opini berisi tentang kewajaran atau tidaknya
atas penyajian laporan Keuangan perusahaan
18
Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa audit syariah harus
memenuhi unsur berikut:
a. audit syariah dilakukan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan
perbankan syariah pada prinsip dan aturan syariah dalam produk dan
kegiatan usahanya sehingga auditor syariah dapat memberikan opini
yang jelas apakah bank syariah yang telah diaudit tersebut shari'ah
compliance
atau tidak.
b. audit syariah diselenggarakan dengan acuan standar audit yang telah
ditetapkan oleh AAOIFI.
c. audit syariah dilakukan oleh auditor bersertifikasi SAS (Sertifikasi
Akuntansi Syariah)
d. hasil dari audit syariah berpengaruh kuat terhadap keberlangsungan
usaha perbankan Syariah dan kepercayaan seluruh pihak atas keberadaan
LKS.

19
Thanks!
Any questions?
You can find me at:
✓ @username
✓ user@mail.me

20

Anda mungkin juga menyukai