Anda di halaman 1dari 10

POTENSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2)

(STUDI KASUS DI KABUPATEN MALANG DITINJAU DARI PERBEDAAN HARGA PASAR


WAJAR DENGAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP) BUMI YANG BERLAKU)

Dwi Aprianing Yunarti


Wilopo
Yuniadi Mayowan

(PS Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya)
Email : 125030400111067@mail.ub.ac.id

ABSTRACT

Tax of Land and Property of Rural and Urban Sector (PBB-P2) as one of taxes local types has managed by
the Local Goverment starts from administration process to tax collection include the exploration of tax potential.
Type of this study is descriptive research with qulitative approach. The focus of this study is the factors that
influence the potential loss of Tax of Land and Property of Rural and Urban Sector (PBB-P2), the process of
determine Land Tax Object Selling Value and the impact of any such establishment. The research site is in the
village Mulyoagung of Dau Subdistrict Malang by using several research techniques such as interview,
documentation and observation. The results of this research explain that the establishment of procedures and
regulations of Land Tax Object Selling Value in Malang is appropriate. However, the differences in report of the
value of sales, Malang has lost the potential amount 54%. This means that adjustments amount 54% should be
needed to reflect the actual costs with considering some factors exist such as justice, social, economic, political and
mindset of society.
Keywords: Potency, Tax Object Selling Value (NJOP), Fair Market Price

ABSTRAK

Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) merupakan salah satu pajak
yang dikelola oleh Pemerintah Daerah mulai dari proses administrasi hingga penagihan pajak termasuk
penggalian potensinya. Penelitian ini berjenis deskriptif dengan pendekatan metodologi kualitatif. Fokus
dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi hilangnya potensi Pajak Bumi dan Bangunan
Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2), proses penetapan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan dampak
dari adanya penetapan tersebut. Adapun lokasi dan situs penelitian berada di Desa Mulyoagung
Kecamatan Dau Kabupaten Malang dengan mengambil teknik penelitian berupa wawancara,
dokumentasi dan observasi. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa secara prosedur dan peraturan
penetapan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi di Kabupaten Malang sudah sesuai. Akan tetapi, dengan
adanya perbedaan pelaporan nilai jual menyebabkan Kabupaten Malang kehilangan potensi sebesar 54%.
Hal tersebut berarti bahwa diperlukan penyesuaian sebesar 54% untuk mencerminkan harga yang
sesungguhnya dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang ada seperti faktor keadilan, sosial,
ekonomi, politis dan pola pikir masayarakat.
Kata kunci: Potensi, Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), Harga Pasar Wajar

PENDAHULUAN kaitannya dengan kependudukan. Salah satunya


Bangsa Indonesia merupakan bangsa mengenai ketersediaan akan kebutuhan pokok.
yang memiliki sumber daya alam yang Kebutuhan pokok atau kebutuhan primer terdiri
melimpah ruah. Terbukti dalam UUD 1945 pasal dari sandang, pangan dan papan. Berkaitan
33 ayat 3 bahwasanya segala kekayaan yang dengan penelitian yang akan peneliti lakukan,
terdapat di muka bumi digunakan sebesar- kebutuhan yang selalu menjadi permintaan
besarnya untuk kemakmuran rakyat. adalah kebutuhan akan papan atau rumah.
Berdasarkan data Badan Pusat Stastistik (2014), Menurut Case (2006:60) terdapat
Indonesia memilki kepadatan jumlah penduduk hubungan negatif atau bertolak belakang antara
mecapai 132 juta penduduk per km². Jumlah kuantitas yang diminta dengan harga yang
sebanyak itu tentunya akan memunculkan kemudian disebut dengan hukum permintaan.
permasalahan-permasalahan yang erat Hukum permintaan tersebut mengartikan

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 8 No. 1 2016| 1


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
bahwa semakin tinggi harga suatu barang, maka bagian dari otonomi daerah. The Liang Gie
semakin sedikit jumlah barang yang diminta dalam Nurcholis (2007:7) mendefinisikan
atau dijual. Berbeda halnya dengan properti otonomi daerah sebagai suatu wewenang untuk
berupa tanah yang menjadi salah satu menyelenggarakan kepentingan sekelompok
kebutuhan primer, jumlah permintaan akan penduduk yang berdiam dalam suatu
selalu bertambah meskipun harga jual semakin lingkungan wilayah tertentu yang mencakup
tinggi. Tingginya permintaan akan tanah mengatur, mengurus, mengendalikan dan
menyebabkan banyaknya transaksi jual beli mengembangkan berbagai hal yang perlu bagi
tanah yang terjadi di masyarakat, baik yang kehidupan penduduk.
dilakukan sesuai kenyataan maupun tidak. Dengan adanya pelimpahan wewenang
Beberapa hal yang mempengaruhi tersebut banyak kemudahan yang didapatkan
tingginya harga dari sebuah tanah adalah faktor apabila PBB-P2 dikelola oleh pemerintah daerah
ekonomis, sosial, pemerintah dan fisik. Wolcott yang bertujuan pada peningkatan akuntabilitas,
dalam Sutawijaya (2004:72) berpendapat bahwa transparansi dan kemandirian sebuah daerah
faktor ekonomi disini berhubungan dengan (Darwin, 2011). Kemudahan tersebut
tingkat penawaran dan permintaan masyarakat, diantaranya penerimaan yang diperoleh
faktor sosial ditunjukkan dengan karakteristik langsung masuk ke kas daerah, tidak lagi harus
penduduk yang terdiri dari jumlah penduduk, disetor kepada pemerintah pusat. Objek pajak
keluarga dan tingkat pendidikan, faktor yang dekat dengan wilayah administrasi daerah,
pemerintah yang berhubungan dengan maka memudahkan pemerintah daerah untuk
ketentuan perundang-undangan dan kebijakan menguasai objek pajak di wilayahnya.
dan faktor yang terakhir yaitu faktor fisik Kemudahan lain adalah basis PBB-P2 berupa
dimana faktor ini berhubungan dengan kondisi tanah dan bangunan yang dapat dilihat dan
lingkungan, tata letak dan ketersediaan fasilitas tidak bergerak, sehingga sulit untuk
sosial. menghindar dari pengenaan pajak.
Harga tanah yang semakin naik Fenomena yang ada tidak semua data
membuat pihak yang tidak bertanggung jawab yang dilimpahkan dari pemerintah pusat telah
memainkan harga dengan tujuan mendapatkan mengalami proses updating data. Hal inilah yang
keuntungan yang sebesar-besarnya. menyebabkan sebuah daerah harus melalukan
Kebanyakan dari mereka cenderung updating data sendiri. Salah satu data yang perlu
memanipulasi harga transaksi untuk keperluan dilakukan updating berkaitan dengan PBB-P2
pelaporan pajak dengan harapan mengurangi adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Masih
besar pajak yang seharusnya dibayar. Padahal, jauhnya NJOP dengan harga transaksi yang
harga transaksi yang dilaporkan tersebut terjadi membuat pemerintah daerah banyak
nantinya digunakan sebagai dasar pengenaan kehilangan potensi yang seharusnya bisa
pajak dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Hal menambah pendapatan daerahnya. Terbukti
tersebut dapat diketahui dari perbandingan dari beberapa wilayah di Kabupaten Malang
harga yang ada di masyarakat dengan harga seperti Kepanjen, harga transaksi yang ada di
yang dilaporkan Wajib Pajak ataupun kuasanya daerah tersebut mencapai Rp 1.700.000-Rp
ketika mengajukan pengurusan akta tanah 2.200.000 per m². Berbeda dengan 3-5 tahun
maupun Bea Perolehan Hak atas Tanah dan sebelumnya, harga transaksi yang terjadi daerah
Bangunan (BPHTB). Sebagai akibat dari hal tersebut hanya berkisar Rp 500.000-Rp 600.000
tersebut adalah tidak tercerminkannya harga per m². Daerah lain yang masih berada di
yang ada bahkan terjadi ketidakseimbangan wilayah administrasi Kabupaten Malang yaitu
harga pasar karena adanya perbedaan harga Desa Kendalpayak Kecamatan Gondanglegi
yang dilaporkan dengan harga yang juga mengalami hal serupa. Harga transaksi
sesungguhnya. yang terjadi pada tahun 2014 sebesar Rp
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 600.000-Rp 800.000 per m². Padahal empat tahun
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan sebelum transaksi tersebut terjadi harga
Retribusi Daerah bahwasanya Pajak Bumi dan transaksi hanya berkisar Rp 400.000 per m²
Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (Anonim, 2015).
(PBB-P2) kini telah dilimpahkan segala proses Dengan adanya fenomena tersebut,
pengadministrasian hingga pemungutan kepada maka pemerintah daerah melalui Dinas
pemerintah daerah. Sebagai dampak dari Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
adanya pelimpahan wewenang tersebut, maka (DPPKA) Kabupetan Malang berkewajiban
pemerintah daerah harus mengupayakan mengatasi masalah yang ada agar dapat
sendiri potensi yang ada di wilayahnya masing- menyelamatkan potensi yang seharusnya
masing. Pelimpahan wewenang ini merupakan diperoleh oleh pemerintah daerah. Salah satu

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 8 No. 1 2016| 2


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah Menurut Soemitro dalam Mardiasmo
daerah kaitannya dengan harga jual tanah (2009:1) pajak adalah iuran wajib kepada kas
adalah updating data NJOP. Sebagaimana negara berdasarkan Undang-Undang (yang
dijelaskan dalam pasal 79 ayat 2 Undang- dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat balas
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak jasa (kontraprestasi) yang langsung dapat
Daerah dan Retribusi Daerah bahwa besarnya ditunjukkan dan yang digunakan untuk
NJOP dapat ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun membayar pengeluaran umum. Definisi lain
sekali, kecuali untuk objek pajak tertentu yang dari Seomahamidjaja dalam Suandy (2011:8)
memiliki perkembangan wilayaha yang pesat juga mendefinisikan pajak sebagai iuran wajib
dapat ditetapkan setahun sekali. Pemerintah berupa uang atau barang yang dipungut oleh
daerah dapat memodifikasi mekanisme sistem pengusaha berdasarkan norma-norma hukum
updating data NJOP yang akan dilakukan guna menutup biaya produksi barang-barang
nantinya. Tujuan akhir dari adanya updating atau jasa-jasa kolektif dalam mencapai
data NJOP adalah mengetahui potensi yang kesejahteraan umum. Dari keduanya dapat
hilang akibat perbedaan harga pasar wajar disimpulkan bahwa sesuatu dapat dikatakan
dengan NJOP dapat dengan segera. Apabila sebagai pajak apabila memenuhi empat unsur
potensi yang hilang sudah dapat diketahui, yaitu waib (bersifat memaksa), dilaksanakan
harapannya adalah terdapat peningkatan dari berdasarkan Undang-Undang, tidak mendapat
penerimaan hasil penggalian potensi tersebut. balas jasa secara langsung dan digunakan untuk
Selain itu, harga yang terdapat di pasar nantinya kepentingan umum.
dapat mencerminkan harga yang sesungguhnya.
Fungsi Pajak
TINJAUAN TEORI Menurut Suandy (2011:12) dan Abut
Potensi (2010:4) dapat disimpulkan bahwa fungsi pajak
Menurut Mahmudi dalam Aprilian dibedakan menjadi dua yaitu fungsi budgetair
(2014:4) potensi merupakan sesuatu yang yang berkaitan dengan fungsi pembiayaan dan
sebenarnya sudah ada, hanya saja belum fungsi regulerend yang berkaitan dengan fungsi
diperoleh di tangan. Untuk dapat diperoleh mengatur untuk tujuan-tujuan tertentu.
diperlukan upaya-upaya seperti eksplorasi dan
eksploitasi dalam hal sumber daya tambang dan Penggolongan, Tata Cara dan Hambatan
penghitungan daya pajak (tax effort) dalam hal Pemungutan Pajak
potensi pajak. Definisi lain dari Wiyono Pajak dibagi menjadi beberapa golongan
(2006:37) potensi dapat diartikan sebagai berdasarkan sifat, organisasi pengelola dan
kemampuan dasar dari sesuatu yang masih golongan pembayar pajaknya. Berdasarkan
terpendam di dalamnya yang menunggu untuk sifatnya pajak terdiri dari pajak subjektif dan
diwujudkan menjadi sesuatu kekuatan nyata objektif, berdasarkan organisasi pengelolanya
dalam diri sesuatu tersebut. Kedua pendapat pajak terdiri dari pajak pusat dan pajak daerah,
tersebut dapat disimpulkan bahwa potensi sedangkan berdasarkan golongan pembayar
merupakan sesuatu yang sudah ada dan pajaknya, pajak terdiri dari pajak langsung dan
diperlukan optimalisasi untuk tidak langsung (Waluyo, 2014:12)
mendapatkannya. Tata cara pemungutan pajak terdiri dari
komponen stelsel pajak, asas pemungutan pajak
Potensi Pendapatan Daerah dan sistem pemungutan pajak. Hambatan
Menurut Davey (1988:40) terdapat pemungutan pajak dapat dikelompokkan
empat kriteria untuk menilai potensi pajak menjadi perlawanan pasti dan perlawanan aktif.
daerah yaitu kecukupan dan elatisitas,
keadilanm kemampuan administrasi dan Pajak Daerah
kesepakatan politis. Salah satu pajak yang Menurut Prakosa (2005:1) pajak daerah
menjadi bagian dari pendapatan daerah adalah adalah pajak-pajak yang dipungut pemerintah
potensi PBB-P2. Sesuai dengan definisi dari daerah yang diatur berdasarkan peraturan
potensi, maka faktor yang mempengaruhi daerah masing-masing dan hasil
potensi PBB-P2 adalah jumlah data, hasil pemungutannya digunakan untuk pembiayaan
pendataan dan harga pasar. Penghitungan rumah tangga daerah. Adapun ciri-ciri dari
potensi dari PBB-P2 adalah selisih dari NJOP pajak daerah antara lain dipungut oleh pemda,
setelah updating data dengan NJOP awal. dipungut apabila ada suatu keadaan dapat
dikenakan pajak, dapat dipaksakan, tidak
mendapat balas jasa secara langsung dan hasil
Pajak penerimaan pajak daerah disetor ke kas daerah.

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 8 No. 1 2016| 3


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Berdasarkan Undang-Undang Nomor merupakan petunjuk status penggunaan dari
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan sebuah barang maupun kepemilikan dengan
Retribusi Daerah, pajak daerah dibagi menjadi faktor-faktor seperti kegunaan (utulity),
dua yaitu pajak provinsi yang terdiri dari Pajak kelangkaan (scarcity), keinginan (desire) dan
Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama daya beli (efective demand). Harga adalah hasil
Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar kesepakatan antara penjual dan pembeli yang
Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan Dan diwujudkan dengan sejumlah uang sebagai alat
Pajak Rokok. Kedua, Pajak Kabupaten/Kota pembayaran. Biaya adalah sejumlah uang yang
yang terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, disediakan untuk memproduksi atau
Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak menciptakan barang dan jasa.
Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam
dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Definisi Penilaian
Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Menurut Prawoto (2011:119) penilaian
Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. kegiatan menghitung nilai jual bumi atau
bangunan dalam rangka melakukan pembagian
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan beban PBB secara merata dan seadil mungkin
dan Perkotaan (PBB-P2) berdasarkan karakteristik objek pajak dan sesuai
Berdasarkan Undang-Undang Nomor dengan nilai jualnya dengan tujuan akhir
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan mendapatkan perkiraan nilai. Setiap melakukan
Retribusi Daerah, PBB-P2 adalah pajak atas penilaian, maka harus memperhatikan beberapa
bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, faktor yang mempengaruhi sesuatu yang akan
dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh orang dinilai, dalam hal ini adalah tanah. Adapun
pribadi atau badan, kecuali kawasan yang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tanah
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, menurut Wolcott dalam Sutawijaya (2004:72)
perhutanan dan pertambangan. adalah faktor ekonomi, faktor sosial, faktor
Objek pajak dari PBB-P2 adalah semua pemerintah dan faktor fisik.
benda atau bangunan yang termasuk dalam
pengertian bumi dan/atau bangunan yang Metode Penilaian Pajak
dikenakan pajak, kecuali digunakan oleh Metode penilaian pajak adalah cara
pemerintah daerah untuk penyelenggaraan yang digunakan untuk menentukan harga dari
pemerintahan, digunakan semata-mata untuk tanah dan/atau bangunan yang menjadi objek
kepentingan umum, digunakan untuk kuburan, pajak (Prawoto, 2011:141-143). Cara untuk
peninggalan purbakala dan sejenisnya, hutan melakukan penilaian pajak terdiri dari penilaian
lindung dan sejenisnya, digunakan oleh massal dan penilaian individu (untuk objek
perwakilan diplomatik atau konsulat dengan pajak dengan kriteria khusus). Selanjutnya
asas timbal balik dan digunakan oleh badan untuk melaksanakan metode tersebut dilakukan
atau perwakilan lembaga internasional yang beberapa pendekatan penilaian seperti
ditetapkan dengan Peraturan Menteri pendekatan data pasar yatu dengan jalan
Keuangan. Sedangkan subjek dari PBB-P2 membandingkan objek sejenis dengan objek lain
adalah orang pribadi atau badan yang yang telah diketahui harga pasarnya,
mempunyai hak dan/atau memperoleh, pendekatan biaya yaitu dengan jalan
memiliki, menguasai dan/atau memperoleh menghitung semua biaya yang telah
manfaat atas bumi dan/atau bangunan tersebut. dikeluarkan untuk pembuatan bangunan baru
Tarif pajak yang berlaku di masing- yang sejenis dikurangi dengan penyusutan
masing daerah ditentukan dengan Peraturan fisiknya dan pendekatan kapitalisasi
Daerah dengan maksimal tarif sebesar 0,3%. pendapatan yang digunakan apabila
Begitu pula dengan Nilai Jual Objek Pajak Tidak pendekatan harga pasar dan biaya tidak dapat
Kena Pajak (NJOPTKP) ditentukan dengan digunakan tetapi ditentukan berdasarkan hasil
Peraturan Daerah paling rendah Rp 10.000.000. bersih objek pajak tersebut.
Dalam PBB-P2 juga terdapat beberapa
komponen seperti Nomor Objek Pajak (NOP) Penetapan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
sebagai identitas setiap objek pajak yang terdiri NJOP merupakan produk dari penilaian
dari 18 digit, NJOP, Dasar Penghitungan Pajak yang kemudian digunakan sebagai dasar
dan Penghitungan Pajak. pengenaan pajak. Sebelum melakukan
Penilaian penetapan, maka harus terkumpul data yang
Definisi Nilai, Harga dan Biaya nantinya akan digunakan untuk proses
Menurut Prawoto (2011:79-80) nilai penilaian pajak seperti peta blok, peta

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 8 No. 1 2016| 4


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
desa/kelurahan, peta Zona Nilai Tanah (ZNT) yang digunakan adalah dengan melakukan
dan Nilai Indikasi Rata-Rata (NIR). Langkah- wawancara, dokumentasi dan observasi.
langkah penentuan NJOP Bumi menurut Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
Prawoto (2011:29) adalah sebagai berikut: model analisis yang dikembangkan oleh Milles
a. Pengumpulan dan updating data transaksi/ dan Huberman dalam Sugiyono (2012:430) yang
data harga jual properti dengan sumber terdiri dari pengumpulan data, reduksi data,
informasi dari agen properti, PPAT/Non penyajian data dan penarikan kesimpulan.
PPAT, media massa dan informasi Sedangkan untuk menjawab fokus yang kedua,
masyarakat. peneliti menggunakan analisis data berupa
b. Analisis terhadap data yang telah langkah-langkah penentuan NJOP.
dikumpulkan
c. Pembentukan Bank Data Nilai Pasar HASIL DAN PEMBAHASAN
Properti Gambaran Umum Lokasi Penelitian
d. Analisis NIR/Zona Nilai Tanah (ZNT) Kabupaten Malang merupakan salah
e. Klasifikasi NIR menjadi NJOP satu kabupaten yang berada di Porvinsi Jawa
f. Pelibatan masyarakat Timur. Kabupaten ini diapit oleh dua wilayah
g. Usulan Surat Keputusan kota yaitu Kota Batu dan Kota Malang. Dengan
luas wilayah sebesar 3.238,26 km² (sumber: Balai
METODE PENELITIAN Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Brantas
Penelitian ini menggunakan jenis dalam Kabupaten Malang dalam Angka 2015)
penelitian deskriptif dengan pendekatan menjadikan Kabupaten Malang sebagai wilayah
kualitatif. Menurut Moleong (2006:6) penelitian terluas di Jawa Timur kedua setelah Kabupaten
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud Banyuwangi. Dengan luas wilayah tersebut
untuk memahami fenomena apa yang dialami membuat Kabupaten Malang memiliki jenis
oleh subyek peneliti misalnya perilaku, persepsi, penggunan tanah yang terdiri dari 49.593 hektar
motivasi dan tindakan. lahan sawah, 98.641 hektar berupa
Fokus penelitian dalam penelitian ini tegal/ladang/kebun, 19.578 hektar areal
akan membantu menjawab rumusan masalah. perkebunan dan 61.995 hektar berupa hutan.
Adapun fokus tersebut adalah: Desa Mulyoagung sebagai situs dari
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian ini merupakan salah satu desa di
hilangnya potensi PBB-P2 di Kabupaten wilayah Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
Malang yang meliputi faktor keadilan, Desa Mulyoagung merupakan desa pusat di
faktor sosial, faktor ekonomi, faktor politis Kecamatan Dau karena letaknya strategis
dan faktor pola pikir. dimana berada pada wilayah perbatasan Kota
2. Proses penetapan NJOP Bumi yang terdiri Batu dan Kota Malang. Hal inilah yang
dari: membuat perkembangan wilayah Desa
a. Pengumpulan dan updating data Mulyoagung sedikit banyak mengikuti wilayah
transaksi/ data harga jual properti yang berbatasan dengan wilayah Desa
dengan sumber informasi dari agen Mulyoagung. Dengan adanya perkembangan
properti, PPAT/Non PPAT, media wilayah tentunya akan berdampak pada kondisi
massa dan informasi masyarakat. wilayah desa tersebut. Kondisi wilayah erat
b. Analisis terhadap data yang telah kaitannya dengan transaksi jual beli properti
dikumpulkan maupun kegiatan lain. Dilihat dari jumlah ZNT,
c. Pembentukan Bank Data Nilai Pasar Desa Mulyoagung memiliki zona yang lebih
Properti beragam, sehingga cocok untuk dijadikan
d. Analisis Nilai Indikasi Rata-Rata sampel penelitian dengan harapan hasilnya
(NIR)/Zona Nilai Tanah (ZNT) nanti dapat dijadikan kesimpulan secara general
e. Klasifikasi Nilai Indikasi Rata-Rata daripada wilayah yang memiliki zona lebih
(NIR) menjadi NJOP sedikit.
f. Pelibatan masyarakat
g. Usulan Surat Keputusan Analisis dan Intepretasi Data
h. Dampak penetapan NJOP di Kabupaten 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Malang hilangnya potensi PBB-P2 di Kabupaten
Lokasi penelitian ini berada di Dinas Malang
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Sejak dilakukannya pelimpahan wewenang
(DPPKA) Kabupaten Malang dengan situs dari pemerintah pusat kepada pemerintah
penelitian di Desa Mulyoagung Kecamatan Dau daerah berupa PBB-P2, semua kepentingan yang
Kabupaten Malang. Metode pengumpulan data berkaitan dengan pajak tersebut ditangani oleh

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 8 No. 1 2016| 5


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
pemerintah daerah. Fakta yang ada bahwa Masih banyak masyarakat yang memandang
hampir semua data NJOP belum menunjukkan negatif pajak. Kecenderungan masyarakat
data yang baru. Masih diperlukannya updating mengenai pajak dikarenakan kuatnya pikiran
data untuk memperoleh nilai yang sesuai negatif tentang pajak semenjak adanya kasus
dengan kondisi di masyarakat. Dalam Gayus. Padahal tidak oknum pajak
melakukan proses tersebut, diperlukan beberapa melakukan hal yang sama. Ketidakpercayaan
langkah yang tidak mudah. Terlebih harus masyarakat kepada pemerintah inilah yang
memperhatikan faktor-faktor yang menurunkan potensi yang seharusnya bisa
mempengaruhi hilangnya potensi PBB-P2 akibat didapat oleh pemerintah daerah.
perbedaan NJOP yang belum diperbaharui atau e. Faktor politis. Faktor ini berkaitan dengan
bahkan tidak sesuai dengan harga pasar wajar. kondisi politik dalam sebuah pemerintahan.
Faktor-faktor tersebut diantaranya: Setiap kebijakan yang dikeluarkan pasti
a. Faktor keadilan. Faktor keadilan yang memiliki tujuan tertentu, begitu pula
dimakud oleh Dinas Pendapatan, penentuan NJOP. Hal tersebut sesuai dengan
Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) pendapat dari Wolcott dalam Sutawijaya
Kabupaten Malang adalah dalam penentuan (2004:72) faktor pemerintah berhubungan
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dengan pengambilan kebijakan mengenai
memperhatikan kondisi masyarakat agar peraturan maupun penentuan penggunaan
setiap kebijakann yang dikeluarkan tidak tanah (zoning).
sampai menjadi beban oleh masyarakat. Hal 2. Proses penetapan NJOP Bumi dan
tersebut memang sudah sesuai dengan apa dampaknya terhadap potensi yang terdapat
yang dikemukakan oleh Davey (1988:40) di Kabupaten Malang
yang menyatakan bahwa bisa dikatakan adil Salah satu upaya untuk menggali potensi
apabila pengeluaran pemerintah ditanggung adalah dengan melakukan penilaian kembali
secara merata oleh masyarakat sesuai dengan NJOP yang belum sesuai. NJOP sesuai dengan
kesanggupan masing-masing golongan. Jika Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang
melihat dari penggolongan pajak, PBB-P2 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah harga
merupakan pajak objektif yang rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli
pengenaannya tidak memperhatikan kondisi secara wajar dan apabila tidak terdapat
subjek pajak, sehingga apabila faktor transaksi jual beli, maka NJOP ditentukan
keadilan ini tetap dijadikan pertimbangan melalui perbandingan harga dengan objek lain
dalam penentuan NJOP, pemerintah akan
yang sejenis, nilai perolehan baru dan NJOP
kehilangan potensi yang seharusnya bisa
pengganti.
didapatkan.
Berkaitan dengan penentuan NJOP, untuk
b. Faktor sosial. Faktor sosial disini ditunjukkan
sementara ini Kabupaten Malang telah
dengan tingkat karakteristik penduduk,
melakukan proses updating data NJOP di 8
jumlah penduduk, jumlah keluarga, tingkat
kecamatan seperti Lawang, Singosari,
kejahatan, tingkat pendidikan dan lain-lain.
Karangploso, Dau, Pakis, Pakisaji, Wagir dan
Dengan adanya hal tersebut, akan
membentuk pola hidup berkelompok di Kepanjen yang dirasa memang pada daerah
masyarakat. Hal terburuk yang berhubungan tersebut mengalami perkembangan yang pesat.
dengan pajak, apabila salah seorang Proses penilaian atas NJOP yang telah
memberikan pengaruh buruk kepada dilakukan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan
masyarakat yang lain tentang pajak, maka Keuangan dan Aset (DPPKA) akan dijadikan
hal yang terjadi akan timbul gejolak dari acuan peneliti untuk melakukan proses
masyarakat. Oleh karenanya, pemerintah penilaian atas NJOP Bumi. Metode yang peneliti
juga memperhatikan faktor ini untuk gunakan adalah penilaian massal dengan
melakukan penetapan NJOP agar tidak pendekatan harga data pasar.
terjadi konflik. Langkah pertama yang harus peneliti
c. Faktor ekonomi. Faktor ini menjadi persiapkan sebelum melakukan kegiatan
pertimbangan dikarenakan setiap penilaian adalah mengumpulkan data yang
masyarakat memiliki tingkat kesejahteraan digunakan selama proses penilaian. Data yang
dan pola hidup yang berbeda. telah peneliti peroleh adalah peta blok yaitu
Diperlukannya faktor ini adalah untuk blok 15 Desa Mulyoagung dan data harga pasar
mengambil keputusan mengenai penetapan wajar sejumlah 12 objek pembanding yang
NJOP yang perolehannya berbeda, bisa dari terdapat pada tabel 1. Selanjutnya peneliti
asal diperoleh maupun tahun perolehan.
menentukan titik-titik di keenam ZNT yang ada
d. Faktor pola pikir (mindset) masyarakat.

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 8 No. 1 2016| 6


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
di Desa Mulyoagung untuk dilakukan penilaian. Gambar 2. Batas imajiner kode AI
Selain data harga pasar, data berikutnya yang Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan
telah diperoleh adalah peta blok 15 Desa Keuangan dan Aset Kabupaten Malang, 2016
Sebagai harga pembanding dari kode ZNT
Mulyoagung seperti gambar di bawah ini.
AI ditentukan tiga zona yaitu AO, BT dan
BQ yang masing-masing memiliki nilai
tanah per m² sebesar Rp 504.587, Rp 137.500
dan Rp 247.500. Sehingga NIR yang
terbentuk sebesar Rp 296.000 atau NJOP
per m² sebesar Rp 285.000 (setelah
dikonversi). Terlihat bahwa terdapat selisih
Gambar 1. Peta Blok 15 Desa Mulyoagung antara NJOP/ m² awal dengan NJOP/ m²
Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan
setelah penilaian yaitu sebesar Rp 125.000
Keuangan dan Aset Kabupaten Malang, 2016
(Rp 285.000-Rp 160.000).
Tabel 1. Data Harga Pasar di Desa b. Penilaian untuk kode Zona Nilai Tanah AO
Mulyoagung dengan NJOP/ m² awal sebesar Rp 103.000.
Harga NJOP/
No. NOP Alamat
Transaksi m² awal
022-
Tegal Jetak
1. 0032 150.000.000 20.000 A
Asri
(BT)
011- Tanah
2. 0045 Pekarangan 200.000.000 103.000
(AU) Sengkaling Gambar 3. Batas imajiner kode AO
016- Sawah, Dsn. Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan
3. 0118 Dermo Tepi 80.000.000 48.000
(BP) Sungai
Keuangan dan Aset Kabupaten Malang, 2016
018- Sebagai harga pembanding dari kode ZNT
Kampung Dsn,
4. 0130 75.000.000 82.000 AO ditentukan tiga zona yaitu BQ, BT dan
Dermo
(BL)
005- Dsn. Jl. AH yang masing-masing memiliki nilai
5. 0137 Margojoyo Gg. 50.000.000 103.000 tanah per m² sebesar Rp 247.500, Rp 137.500
(AN) 16
dan Rp 220.000. Sehingga NIR yang
017-
6. 0463 Sawah Jetis 150.000.000 103.000 terbentuk sebesar Rp 201.000 atau NJOP
(AO)
per m² sebesar Rp 200.000 (setelah
001-
Jl. Sedap dikonversi). Terlihat bahwa terdapat selisih
7. 0029 175.000.000 160.000
Malam
(CB) antara NJOP/ m² awal dengan NJOP/ m²
019-
8. 0183 Jl. Dermo 125.000.000 36.000
setelah penilaian yaitu sebesar Rp 97.000
(BN) (Rp 200.000-Rp 103.000).
024-
Jl. Kampung c. Penilaian untuk kode Zona Nilai Tanah BA
9. 0039 40.000.000 64.000
Dsn. Jetak Lor dengan NJOP/ m² awal sebesar Rp 48.000.
(BD)
012-
Sawah Jetak
10. 0021 45.000.000 48.000
Ngasri Dalam
(BQ)
012-
Sawah Jetak
11. 0094 120.000.000 48.000
Ngasri Dalam
(BQ) BA
016-
Sawah Jl.
12. 0046 300.000.000 128.000 Gambar 4. Batas imajiner kode BA
Sidomakmur
(BW)
Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan
Sumber: Data Diolah, 2016
Keuangan dan Aset Kabupaten Malang, 2016
Setelah data terkumpul maka dari peta blok
Sebagai harga pembanding dari kode ZNT
tersebut diberi batas imajiner dari masing-
BA ditentukan tiga zona yaitu BN, BT dan
masing zona yang telah ditentukan sebagai
penanda zona mana yang akan dilakukan BD yang masing-masing memiliki nilai
penilaian. tanah per m² sebesar Rp 112.890, Rp 137.500
a. Penilaian untuk kode Zona Nilai Tanah AI dan Rp 70.400. Sehingga NIR yang
dengan NJOP/ m² awal sebesar Rp 160.000 terbentuk sebesar Rp 106.000 atau NJOP
per m² sebesar Rp 106.000 (setelah
dikonversi). Terlihat bahwa terdapat selisih
antara NJOP/ m² awal dengan NJOP/ m²
A setelah penilaian yaitu sebesar Rp 55.000
(Rp 103.000-Rp 48.000).

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 8 No. 1 2016| 7


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
d. Penilaian untuk kode Zona Nilai Tanah BC
dengan NJOP/ m² awal sebesar Rp 128.000. Gambar 7. Batas imajiner kode BE
Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kabupaten Malang,
2016
Sehingga NIR yang terbentuk sebesar Rp
916.000 atau NJOP per m² sebesar Rp
916.000 (setelah dikonversi). Terlihat bahwa
Gambar 5. Batas imajiner kode BC
terdapat selisih antara NJOP/ m² awal
Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kabupaten Malang, 2016 dengan NJOP/ m² setelah penilaian yaitu
Sebagai harga pembanding dari kode ZNT sebesar Rp 302.000 (Rp 916.000-Rp 614.000).
BC ditentukan tiga zona yaitu AN, BN dan Berdasarkan langkah tersebut selanjutnya
BD yang masing-masing memiliki nilai dilakukan analisis perbandingan NJOP lama
tanah per m² sebesar Rp 550.000, Rp 112.980 dengan NJOP yang baru untuk menentukan
dan Rp 70.400. Sehingga NIR yang Assessment Ratio (ASR)masing-masing kode ZNT
terbentuk sebesar Rp 244.000 atau NJOP yang tersaji pada tabel 2 dibawah ini.
per m² sebesar Rp 243.000 (setelah
dikonversi). Terlihat bahwa terdapat selisih Tabel 2. Analisis Perbandingan NJOP
antara NJOP/ m² awal dengan NJOP/ m² Lama dan Baru
setelah penilaian yaitu sebesar Rp 115.000 Kode NJOP NJOP
No. Selisih ASR
(Rp 243.000-Rp 128.000). ZNT Lama Baru
a b c d e c:d
e. Penilaian untuk kode Zona Nilai Tanah BD
1. AI Rp Rp Rp 56%
dengan NJOP/ m² awal sebesar Rp 64.000.
160.000 285.000 125.000
2. AO Rp Rp Rp 52%
B 103.000 200.000 97.000
3. BA Rp Rp Rp 47%
48.000 103.000 55.000
4. BC Rp Rp Rp 53%
Gambar 6. Batas imajiner kode BD 128.000 243.000 115.000
Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan 5. BD Rp Rp Rp 50%
Keuangan dan Aset Kabupaten Malang, 2016 64.000 128.000 64.000
Sebagai harga pembanding dari kode ZNT 6. BE Rp Rp Rp 67%
BD ditentukan tiga zona yaitu AH, BA dan 614.000 916.000 302.000
BN yang masing-masing memiliki nilai Rata-Rata 54%
tanah per m² sebesar Rp 220.000, Rp 52.800 Sumber: Data Diolah, 2016
dan Rp 112.890. Sehingga NIR yang Perbandingan NJOP tersebut menunjukkan
terbentuk sebesar Rp 128.000 atau NJOP bahwa masih terdapat potensi yang besar yaitu
per m² sebesar Rp 128.000 (setelah sebesar 54% untuk mencerminkan harga yang
dikonversi). Terlihat bahwa terdapat selisih sesungguhnya. Perhitungan tersebut bisa
antara NJOP/ m² awal dengan NJOP/ m² diasumsikan jika setiap ZNT terdiri dari 100
setelah penilaian yaitu sebesar Rp 64.000 objek pajak, maka terdapat selisih sebesar 6 ZNT
(Rp 128.000-Rp 64.000). dikalikan 100 objek pajak dikalikan (Rp
f. Penilaian untuk kode Zona Nilai Tanah BE 125.000+Rp 97.000+Rp 55.000+Rp 115.000+Rp
dengan NJOP/ m² awal sebesar Rp 614.000. 64.000+Rp 302.000) = Rp 454.800.000. Terlihat
Sebagai harga pembanding dari kode ZNT jelas bahwa hal tersebut apabila dibiarkan
BE ditentukan tiga zona yaitu AI, CB dan begitu saja, maka Kabupaten Malang akan
BD yang masing-masing memiliki nilai merugi sebesar Rp 454.800.000 untuk satu blok
tanah per m² sebesar Rp 1.513.043, Rp saja. Belum lagi dengan jumlah blok yang ada di
685.053 dan Rp 550.000 Kabupaten Malang tidak sedikit. Sangat
diperlukan updating data untuk mengamankan
penerimaan daerah di Kabupaten Malang.
Sebagaimana definisi dari potensi yaitu
sesutau yang telah ada, namun perlu digali lagi
unuk memperoleh hasilnya. Begitu pula potensi
PBB-P2 di Kabupaten Malang ini perlu adanya
upaya-upaya untuk penggalian potensinya.

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 8 No. 1 2016| 8


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Tujuannya adalah untuk mengamankan Saran
penerimaan daerah yang hilang sebesar 54% Adapun saran yang bisa peneliti berikan dengan
tersebut dan memperbarui data NJOP maupun adanya penelitian ini adalah:
ZNT yang dimiliki oleh Dinas Pendapatan, 1. Dalam melakukan proses penetapan NJOP
Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) di Kabupaten Malang hendaknya tetap
Kabupaten Malang. memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi hilangnya potensi PBB-P2
KESIMPULAN DAN SARAN seperti faktor keadilan, sosial, ekonomi,
Kesimpulan pola pikir (mindset) masyarakat dan politis,
Adanya pengalihan PBB-P2 dari pemerintah sehingga hasil ketetapannya dapat diterima
pusat kepada pemerintah daerah merupakan dan sesuai dengan kondisi masyarakat
salah satu bentuk intensifikasi pajak dengan yang ada.
tujuan kemandirian daerah. Pemerintah daerah 2. Lebih intensif melakukan verifikasi
lebih mudah mengelola potensi-potensi yang lapangan dengan cara cek lokasi objek
akan menambah pendapatan daerahnya. pajak secara langsung untuk mencegah
Penetapan NJOP juga merupakan salah satu hilangnya potensi yang ada.
langkah mengamankan penerimaan daerah 3. Menambah personil dalam rangka
melalui kegiatan updating data. Kenyataannya perbantuan untuk turun ke lapangan agar
tidak semua kebijakan hanya dilakukan sepihak mempercepat kinerja dari Dinas
oleh pemerintah, tetapi juga harus Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
memperhatikan kondisi dari masyarakat. Aset (DPPKA) Kabupaten Malang.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti 4. Melakukan updating data dengan cepat dan
lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa: bertahap untuk wilayah-wilayah yang
1. Masih terdapat beberapa faktor yang berpotensi memiliki perkembangan yang
mempengaruhi hilangnya potensi PBB-P2 pesat dengan cara pengumpulan data baik
di Kabupaten Malang. Faktor tersebut dari hasil verifikasi lapangan maupun
diantaranya faktor keadilan yang sumber-sumber yang lain seperti brosur
memperhatikan kondisi dari masyarakat, penjualan properti dan notaris.
padahal hal itu berbanding terbalik dengan 5. Segera melakukan perubahan peta ZNT
teori mengenai pajak objektif, faktor sosial untuk menyamakan letak dan warna dari
yang berhubungan dengan tingkat konflik zona yang memiliki NJOP yang sama
masyarakat, faktor ekonomi yang dengan cara membandingkan hasil
berhubungan dengan karakteristik verifikasi lapangan dan sumber informasi
masyarakat, faktor pola pikir (mindset) yang lain.
masyarakat dan faktor politis yang ada di 6. Mempercepat pengesahan usulan NJOP
pemerintah. dengan cara selalu memberikan laporan
2. Proses penetapan NJOP Bumi di Kabupaten hasil verifikasi kepada kepala bidang agar
Malang memiliki beberapa langkah tidak memerlukan waktu yang lama dalam
diantaranya pengumpulan data, analisis pengesahannya dan kehilangan potensi
data yang diperoleh, pembuatan batas dapat diatasi dengan segera.
imajiner dari lokasi yang akan dinilai, 7. Perlu adanya inovasi untuk menumbuhkan
analisis dari harga NJOP yang telah kepercayaan dan kesadaran akan adanya
terbentuk, pengajuan usulan kepada kewajiban membayar pajak seperti
Kepala Dinas, perubahan peta ZNT dan sosialiasi melalui kegiatan unggulan
memasukkan nilai akhir pada peta ZNT. masyarakat dan penganugerahan Wajib
Adapun dampak yang ditimbulkan dari Pajak teladan, sehingga dapat memicu
adanya penetapan NJOP adalah Wajib Pajak yang lain untuk mau
ditemukannya selisih sebesar 54% atau membayar pajak.
sebesar Rp 454.800.000yang seharusnya 8. Pemberlakuan sanksi yang tegas untuk
nilai tersebut bisa diperoleh oleh Wajib Pajak yang tidak mau membayar
Kabupaten Malang. Potensi sebesar itulah pajak maupun memberikan data yang tidak
yang harus diupayakan agar dapat benar mengenai objek pajaknya misalnya
menambah pendapatan daerah Kabupaten tidak diberikannya surat izin untuk
Malang. mendirikan bangunan.

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 8 No. 1 2016| 9


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Sutawijaya, Adrian. 2004. Analisis Faktor-Faktor
Abut, Hilarius. 2010. Perpajakan Indonesia. yang Mempengaruhi Nilai Tanah sebagai
Jakarta : Diadit Media Dasar Penilaian Nilai Jual Obyek Pajak
Anonim. 2015. Harga Tanah Terus Melambung, (NJOP) PBB di Kota Semarang. Vol. 9
diakses dari http://www.malang- No.1. Skripsi: Semarang, Universitas
post.com/kota-malang/91333-harga- Terbuka
tanah-terus-melambung pada tanggal 5 Undang-Undang Dasar Negara Republik
November 2015 pukul 16.30 WIB Indonesia Tahun 1945
Aprilian, Yudha Alief. 2014. Analisis Potensi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Penerimaan dan Efektivitas PPN atas Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Penyerahan Kendaraan Bermotor Bekas Retribusi Daerah
terhadap Penerimaan PPN. Skripsi: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Malang, Program Sarjana Universitas Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Brawijaya Bangunan yang telah diubah dengan
Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten Malang Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994
dalam Angka 2015. Malang: Kurnia Offset Waluyo. 2014. Perpajakan Indonesia. Jakarta :
Case, Karl. E. 2006. Prinsip-Prinsip Ekonomi. Salemba Empat
Jakarta: Erlangga Wiyono, Slamet. 2006. Manajemen Potensi Diri.
Darwin. 2011. Pendaerahan PBB, diakses dari Jakarta : PT. Grasindo
http://www.bppk.depkeu.go.id/publikas
i/artikel/167-artikel-pajak/12252-
pendaerahan-pbb pada tanggal 14
Desember 2015 pukul 15.00 WIB
Davey, K.J. 1988. Pembiayaan Pemrerintah Daerah:
Praktek-Praktek Internasional dan
Relevansunya bagi Dunia Ketiga,
terjemahan Anarullah, dkk. Jakarta: UI
Press
Republik Indonesia. Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset
Kabupaten Malang. 2016. Peta Blok Desa
Mulyoagung. Malang: Bidang
Pendapatan II Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset
Kabupaten Malang
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Yogyakarta : Andi
Offset
Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian
Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Nurcholis, Hanif. 2007. Teori dan Praktik
Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
Jakarta: Gramedia
Prakosa, Kesit Bambang. 2005. Pajak dan
Retribusi Daerah. Yogyakarta: UII Press
Prawoto, Agus. 2011. Penilaian Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan & Perkotaan.
Yogyakarta: BPFE
Suandy, Erly. 2011. Hukum Pajak, Edisi 5.Jakarta :
Salemba Empat
___________.2011.Perencanaan Pajak, Edisi 5.
Jakarta : Salemba Empat
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung : Alfabeta

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 8 No. 1 2016| 10


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai