Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN FISKUS, KESADARAN WAJIB

PAJAK DAN KEADILAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN


WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
(Studi Empiris pada Kecamatan Padang Utara)

ARTIKEL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang

Oleh :

NILA PUSPITA
2008/02153

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN FISKUS, KESADARAN WAJIB
PAJAK DAN KEADILAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK
DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

(Studi Empiris Pada Kecamatan Padang Utara)


Nila Puspita
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas pelayanan fiskus, kesadaran
wajib pajak dan keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi
dan bangunan, pada kecamatan padang utara. Jenis penelitian ini digolongkan sebagai
penelitian yang bersifat kausatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak
bumi dan bnagunan yang berada di Kecamatan Padang Utara Kota Padang. Penelitian ini
menggunakan teknik pengambilan sampel secara proportional sampling method, dengan
menggunakan rumus Slovin. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan fiskus, kesadaran wajib
pajak dan keadilan pajak berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
Saran dalam penelitian ini adalah diperlukan adanya kualitas pelayanan fiskus yang baik,
kesadaran wajib pajak dan keadilan pajak yang tinggi sehingga dengan begitu akan
meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Untuk
penelitian selanjutnya peneliti dapat menggunakan variabel penelitian diluar model yang
diteliti dalam penelitian ini.
Kata kunci: kualitas pelayanan fiskus, kesadaran wajib pajak, keadilan pajak, kepatuhan wajib
pajak
ABSTRACT
The aim of this study were to determine the impact of the quality of service tax
authorities, taxpayer awareness and tax fairness of the tax compliance in paying taxes on
land and buildings, the District Padang Utara. This type of research study are classified as
causative. The population in this study are all taxpayer land and building located in the sub-
district Padang Utara of Padang City. This study used proportional sampling tehnique
sampling method, using the formula Slovin. The data analysis techique used is multiple
regression.
The test result showed what the quality of service tax authorities, the taxpayer
awareness and tax fairness a significant positive effect on tax compliance. Suggestion in this
study is necessary to have a good quality of service tax authorities, taxpayer awareness and
justice taxes so high that will improve tax compliance in meeting their tax obligations. To
further study the researchers can use the model outside the research variables examined in
this study.
Keywords: quality of service tax authorities, taxpayer awareness, tax fairness, tax compliance
1. Pendahuluan perpajakan berkonsekuensi logis untuk
Kegiatan pembangunan nasional para wajib pajak agar wajib pajak rela
yang dikembangkan oleh pemerintah memberikan kontribusi dana untuk
tidak terlepas dari peran dan fungsi dari pelaksanaan fungsi perpajakan
pajak, keberhasilan pemerintah didalam (Boediono, 1996). Kesadaran wajib pajak
mensosialisasi arti penting pajak menjadi yang rendah seringkali menjadi salah
solusi untuk melakukan pengelolaan dan satu penyebab banyaknya potensi pajak
pembiayaan pembangunan nasional. yang tidak dapat dijaring (Soemarso,
Pajak merupakan tulang punggung 1998). Lerche (1980) juga
Anggaran Pendapatan dan Belanja mengemukakan bahwa kesadaran wajib
Negara (APBN). Tanpa pajak sangat pajak seringkali menjadi kendala dalam
mustahil suatu negara dapat melakukan masalah pengumpulan pajak dari
pembangunan. masyarakat.
Pemanfaatan tanah bumi dan Kebijakan atau kegiatan yang
bangunan tentu berkaitan dengan adanya bisa menimbulkan persepsi, bahwa pajak
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). PBB itu adil bagi semua orang akan sangat
merupakan salah satu pajak pusat yang membantu menyadarkan wajib pajak
wewenangnya dilimpahkan kepada untuk memenuhi kewajiban untuk
daerah. Pernyataan tersebut diperkuat membayar pajak (Mc Mahon, 2001).
oleh Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Oleh karena itu, perlakuan yang dapat
tentang Pajak Daerah dan Retribusi mengarahkan kepada kepatuhan untuk
Daerah, PBB sektor perdesaan dan membayar pajak sangat penting
perkotaan dialihkan menjadi pajak dilakukan dengan tujuan untuk
daerah. Dengan dijadikannya PBB meningkatkan jumlah wajib pajak yang
perdesaan dan perkotaan menjadi pajak patuh (Cords, 2006). Hal ini dapat
daerah, maka penerimaan jenis pajak ini dicapai misalnya dengan melakukan
akan diperhitungkan sebagai pendapatan pemeriksaan dalam penetapan wajib
asli daerah (PAD) yang menambah pajak oleh petugas pemeriksa pajak
sumber pendapatan asli daerah dan untuk menguji pemenuhan kewajiban
meningkatkan kemampuan daerah perpajakan para wajib pajak (Fitriandi,
membiayai kebutuhan daerahnya sendiri Birowo dan Aryanto, 2007).
yang bersumber dari pendapatan asli Hingga saat ini untuk membentuk
daerah. Dengan mengoptimalkan sektor dan meningkatkan kepatuhan yang
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dimiliki wajib pajak tentu merupakan hal
ini, diharapkan pemerintah daerah yang relatif sulit, banyaknya kendala
mampu berbuat banyak untuk untuk meningkatkan kepatuhan wajib
kepentingan masyarakat dan pajak tentu menjadi permasalahan utama,
menyukseskan pembangunan. kurangnya kepatuhan dapat terlihat dari
Selain faktor kualitas pelayanan adanya kesengajaan untuk menunda
fiskus, kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran pajak, banyak wajib pajak
memenuhi kewajiban perpajakannya juga yang terkena sanksi administratif atau
dipengaruhi oleh kesadaran wajib pajak pun bentuk sanksi lain serta banyak
(Suhardito, 1999). Faktor kesadaran kasus baik kecil maupun besar yang
wajib pajak dapat berpengaruh terhadap berhubungan dengan pajak. Rendahnya
keberhasilan penerimaan perpajakan. kesadaran masyarakat akan perpajakan
Kesadaran wajib pajak akan perpajakan mempengaruhi kepatuhannya dalam
adalah rasa yang timbul dari dalam diri memenuhi kewajiban perpajakannya, hal
wajib pajak atas kewajibannya tersebut dapat dilihat masih belum
membayar pajak dengan ikhlas tanpa optimalnya realisasi penerimaan PBB
adanya unsur paksaan. Kesadaran wajib pajak orang pribadi di Kecamatan
Padang Utara. Untuk melihat realisasi Penelitian yang dilakukan saat ini
penerimaan PBB di Kecamatan Padang adalah penelitian empiris, yang hanya
Utara, dapat dilihat pada Tabel realisasi menggunakan tiga variabel yaitu kualitas
PBB tahun 2011 dan 2012 terlihat bahwa pelayanan fiskus, kesadaran wajib pajak
jumlah realisasi PBB pada tahun 2011 dan keadilan pajak sebagai variabel yang
sebesar 1.191.689.530 dari jumlah wajib mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.
pajak 11.252 orang. Pada tahun 2012 Penelitian tersebut dilakukan pada
jumlah realisasi PBB sebesar berbagai wilayah yang berada didalam
1.544.502.257 dari jumlah wajib pajak ruang lingkup Kota Padang. Penelitian
11.134 orang. Disana terlihat tingginya yang dilaksanakan saat ini berjudul
jumlah wajib pajak yang tidak efektif “Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus,
sehingga realisasi PBB pada kecamatan Kesadaran Wajib Pajak, dan Keadilan
padang utara tidak maksimal. Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Menurut data dari pihak Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi
kecamatan, diperoleh perkembangan dan Bangunan di Kecamatan Padang
jumlah wajib pajak pribadi diwilayah Utara”.
Padang Tahun 2011 jumlah wajib pajak
orang pribadi sebanyak 12.643 orang, 2. Kajian Teori, Kerangka
realisasi PBB hanya 89%, terdapat 1.391 Konseptual, dan Hipotesis
wajib pajak orang pribadi non efektif. 2.1 Pajak Daerah
Pada Tahun 2012, jumlah wajib pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Daerah
orang pribadi meningkat menjadi 12.798 Soemahamidjaja menyatakan
orang, sementara realisasi penerimaan pajak adalah iuran wajib berupa uang
PBB hanya sebesar 87%, terdapat 1.664 atau barang yang dipungut oleh penguasa
wajib pajak orang pribadi non efektif. berdasarkan norma-norma hukum, guna
Jumlah ini meningkat dibandingkan menutup biaya produksi barang-barang
tahun 2011 sebanyak 273 wajib pajak dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai
non efektif. Dikatakan non efektif karena kesejahteraan umum (Waluyo, 2011: 2).
tidak melakukan pemenuhan kewajiban Menurut Priantara (2009) pajak diartikan
perpajakannya berupa pembayaran sesuai sebagai iuran partisipasi seluruh anggota
dengan ketentuan perundang-undangan masyarakat kepada negara. Atas
perpajakan yang berdampak pada pungutan tersebut negara tidak
penerimaan PBB. (Sumber : Kecamatan memberikan kontraprestasi langsung
Padang Utara) kepada si pembayar pajak. Dengan kata
Witono (2008) menemukan bukti lain pajak merupakan iuran yang
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dibayarkan ke negara berdasarkan
pengetahuan pajak dan persepsi keadilan peraturan perundang-undangan yang
pajak terhadap tingkat kepatuhan pajak. berlaku.
Albari (2008) menyimpulkan bahwa Dari pengertian di atas, ciri-ciri
adanya pengaruh positif dan langsung yang melekat pada pengertian pajak
maupun tidak langsung dari keadilan adalah sebagai berikut:
pajak terhadap kepatuhan melalui 1) Pajak dipungut berdasarkan undang-
variabel antara kepuasan. Hasil yang undang serta aturan pelaksanaannya
diperoleh oleh beberapa penelitian yang sifatnya dapat dipaksakan.
terdahulu menunjukan bahwa semakin 2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat
tinggi pengetahuan dan semakin positif ditunjukkan adanya kontraprestasi
persepsi masyarakat tentang pajak akan individual oleh pemerintah.
meningkatkan kepatuhan wajib pajak 3) Pajak dipungut oleh negara baik
pribadi. pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
4) Pajak diperuntukkan bagi official assessment system, yaitu sistem
pengeluaran-pengeluaran pemerintah, pemungutan pajak yang memberi
yang bila dari pemasukannya masih wewenang kepada pemungut pajak
terdapat surplus, dipergunakan untuk (fiskus) untuk menentukan besarnya
membiayai public investment. pajak yang harus dibayar (pajak terutang)
5) Pajak dapat pula mempunyai tujuan oleh seseorang. Dalam sistem ini,
selain budgeter, yaitu mengatur. keberhasilan pengumpulan pajak sangat
2.1.2 Fungsi Pajak Daerah tergantung pada kinerja dan integritas
Secara teoritis fungsi pajak aparat pajak.
daerah hampir sama dengan fungsi pajak Wajib pajak memiliki kewajiban
secara umum. Fungsi pajak berkaitan erat membayar PBB yang terutang setiap
dengan manfaat yang diperoleh dari tahunnya. PBB harus dilunasi paling
pemungutan pajak, setidaknya ada dua lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal
fungsi pajak, yaitu: diterimanya SPPT oleh WP. Surat
1) Fungsi penerimaan (Budgeter) Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)
Pajak berfungsi sebagai sumber merupakan surat yang digunakan oleh
dana yang diperuntukkan bagi Dirjen pajak untuk memberitahukan
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran besarnya pajak terutang kepada wajib
pemerintah. Sebagai contoh, pajak. Sedangkan surat yang digunakan
dimasukkannya pajak dalam APBN oleh wajib pajak untuk melaporkan data
sebagai penerimaan dalam negeri. objek pajaknya disebut Surat
Sebagai fungsi penerimaan, pajak Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).
merupakan sumber penerimaan 1) Penghitungan PBB
pemerintah yang dominan karena Dasar pengenaan pajak (DPP)
persentase penerimaan dari sektor ini adalah Nilai Jual Objek Pajak, menurut
cukup besar jika dibandingkan dengan Tjahjono (2005) NJOP adalah harga rata-
penerimaan dari sektor-sektor lainnya. rata yang diperoleh dari transaksi jual
2) Fungsi mengatur (Reguler) beli yang terjadi secara wajar. Apabila
Pajak berfungsi sebagai alat tidak terdapat transaksi secara wajar,
untuk mengatur atau melaksanakan NJOP ditentukan melalui perbandingan
kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. harga dengan objek lain yang sejenis,
Sebagai fungsi mengatur, pajak bukan atau nilai perolehan baru, atau NJOP
saja merupakan alat untuk mengurangi pengganti. NJOP ditetapkan setiap tiga
kesenjangan sosial tetapi juga mengarah tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali
pada pemerataan dalam masyarakat, untuk daerah tertentu ditetapkan setiap
karena secara tidak langsung pajak dapat tahun sesuai perkembangan daerahnya.
merupakan pembebanan pada barang Pajak terutang juga harus diperhatikan,
publik. pajak terutang ditentukan per 1 Januari
pada tahun pajak bersangkutan. Jika
2.2 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terjadi perubahan maka diakui atau
Pajak Bumi dan Bangunan diperhitungkan pada tahun pajak
menurut UU No. 28 Tahun 2009 adalah berikutnya.
pajak atas bumi dan/atau bangunan yang Dengan demikian besanya PBB yang
dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan terutang dapat dirumuskan:
oleh orang pribadi atau badan, kecuali PBB = tarif pajak x NJKP
kawasan yang digunakan untuk kegiatan = 0,2% x (NJOP-NJOPTKP**)
usaha perkebunan, perhutanan, dan Keterangan :
pertambangan. Pajak bumi dan bangunan * = untuk NJOP dibawah
berbeda dengan pajak lainnya. Pajak 1.000.000.000 ditetapkan 0,1%
bumi dan bangunan menggunakan sistem
** = untuk NJOP mulai dengan menyetorkan ke Bank/Kantor Pos
1.000.000.000 ditetapkan tarif dan Giro tempat pembayaran.
0,2% 5) Pengurangan Pajak
Sumber : Perda Kota Padang No. 7 Th Menurut Mardiasmo (2003) besarnya
2011 PBB dapat dimintakan pengurangan
2) Penilaian Objek PBB dalam hal:
Untuk menilai objek PBB dapat a) Karena kondisi tertentu objek pajak
dilihat dari beberapa pendekatan: yang ada hubungannya dengan
a) Pendekatan data pasar subjek pajak dan karena sebab-sebab
b) Pendekatan biaya tertentu lainnya.
c) Pendekatan pendapatan b) Objek pajak terkena:
3) Penagihan Pajak (1) Bencana alam, seperti: gempa
Tindakan pelaksanaan penagihan bumi, banjir, dan tanah longsor.
diawali dengan pengeluaran surat teguran (2) Sebab lain yang luar biasa,
sampai pelaksanaan lelang. Tindakan seperti: kebakaran, kekeringan,
pelaksanaan penagihan sejak tanggal wabaha penyakit tanaman dan
jatuh tempo pembayaran, sampai dengan hama tanaman.
pengajuan permintaan penetapan tanggal Untuk mendapatkan pengurangan
dan tempat pelelangan meliputi jangka pajak, wajib pajak tidak perlu
waktu paling cepat 39 hari. mengajukan permohonan sendiri karena
4) Tata Cara Pembayaran Pajak Bumi pemerintah daerah setempat yang akan
dan Bangunan segera mengurusi/memberitahukan
a) Pembayaran langsung ke tempat secara tertulis tetapi tidak menutup
pembayaran kemungkinan bagi wajib pajak yang
Wajib pajak membayar PBB bersangkutan untuk mengajukan
terutang ketempat yang ditunjuk pengurangan pajak.
sebgaimana tercantum pada Surat 6) Sanksi Perpajakan PBB
Pemberitahuan Pajak Terutang Apabila wajib pajak PBB tidak
(SPPT) / Surat Tagihan Pajak melunasi pembayaran PBB sesuai
(STP) PBB. dengan batas waktu yang telah ditetapkan
b) Pembayaran melalui maka wajib pajak dapat dikenai sanksi
pemindahbukuan/transfer denda administrasi sebesar 2% perbulan
Wajib pajak meminta maksimal selama 24 bulan berturut-turut
Bank/Kantor Pos dan Giro untuk atau total denda administrasi sebesar
memindahbukukan uang 48%. Media pemberitahuan pajak
ketempat pembayaran dengan terutang melewati batas waktu yang telah
mencantumkan nama, letak objek ditetapkan adalah dengan Surat Tagihan
pajak nomor seri sesuai yang Pajak (STP). Jika dalam waktu 30 hari
tercantum dalam SPPT/SKP/STP. setelah STP terbit belum ada pembayaran
Pembayaran dengan cara ini akan dari WP, maka dapat diterbitkan Surat
dianggap sah apabila telah Paksa (SP).
dilakukan kliring.
c) Pembayaran melalui petugas 2.2 Kepatuhan Wajib Pajak
pemungut 2.2.1 Pengertian Kepatuhan
Wajib pajak yang bertempat Devano dan Rahayu (2006)
tinggal jauh/sulit sarana dan menyatakan kepatuhan perpajakan
prasarana dari tempat merupakan ketaatan, tunduk dan patuh
pembayaran yang ditunjuk, dapat serta melaksanakan ketentuan
menyetorkan PBB melalui perpajakan. Wajib pajak yang patuh
petugas pemungut. Selanjutnya adalah wajib pajak yang taat dan
memenuhi serta melaksanakan kewajiban 5) Wajib pajak yang laporan
perpajakan sesuai dengan ketentuan keuangannya untuk dua tahun
perundang-undangan dan peraturan terakhir diaudit oleh akuntan publik
pelaksanaan perpajakan yang berlaku dengan pendapat wajar tanpa
dalam suatu negara. Wajib pajak yang pengecualian, atau pendapat dengan
patuh adalah wajib pajak yang taat dan pengecualian sepanjang tidak
patuh serta tidak memiliki tunggakan mempengaruhi laba rugi fiskal.
atau keterlambatan penyetoran pajak. Kepatuhan wajib pajak adalah
2.2.2 Jenis-Jenis Kepatuhan masalah penting, karena jika wajib pajak
Ada dua jenis kepatuhan, yaitu: tidak patuh maka akan menimbulkan
1) Kepatuhan formal adalah suatu keinginan untuk melakukan tindakan
keadaan dimana wajib pajak penghindaran, penyelundupan, dan
memenuhi kewajiban secara formal pelalaian pajak. Yang pada akhirnya
sesuai dengan ketentuan perundang- menyebabkan penerimaan pajak negara
undangan perpajakan. akan berkurang. UU No. 28 Tahun 2007
2) Kepatuhan material adalah suatu tentang Ketentuan Umum Perpajakan
keadaan dimana wajib pajak secara menyatakan wajib pajak yang patuh
substantif atau hakikatnya memenuhi dilihat dari: kepatuhan dalam
semua ketentuan material perpajakan, mendaftarkan diri, kepatuhan dalam
yakni sesuai isi dan jiwa undang- perhitungan dan pembayaran pajak
undang perpajakan. Kepatuhan terutang dan tidak pernah dijatuhi
material dapat juga meliputi hukuman karena melakukan tindakan
kepatuhan formal. pidana.
2.2.3 Indikator Kepatuhan Wajib
Pajak 2.3 Kualitas Pelayanan Fiskus
Sesuai dengan keputusan Menteri 2.3.1 Pengertian Kualitas Pelayanan
Keuangan Nomor 235/KMK.03/2003 Menurut keputusan Menteri
tanggal 3 Juni 2003, wajib pajak dapat Pemberdayaan Aparatur Negara (MEN-
ditetapkan sebagai WP patuh apabila: PAN) No. 63/MenPan/2003 Tanggal 10
1) Tepat waktu dalam menyampaikan juli 2003 kualitas layanan adalah: “segala
Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) bentuk layanan umum yang dilaksanakan
untuk semua jenis pajak dalam 2 oleh instansi pemerintah pusat dan
(dua) tahun terakhir. daerah dan lingkungan Badan Umum
2) Tidak mempunyai tunggakan pajak Milik Negara dalam bentuk barang
untuk semua jenis pajak, kecuali maupun dalam jasa baik dalam rangka
telah memperoleh izin untuk upaya pemenuha kebutuhan masyarakat
mengangsur atau menunda meupun dalam rangka pelaksanaan
pembayaran pajak. ketentuan perundang-undangan”.
3) Tidak pernah dijatuhi hukuman Kualitas layanan dapat diartikan sebagai
karena melakukan tindak pidana di pembanding antara layana yang
bidang perpajakan dalam jangka dirasakan konsumen dengan kualitas
waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir. layanan yang diharapkan konsumen
4) Dalam dua tahun terakhir (Parasuraman, 1985). Jika kualitas yang
menyelenggarakan pembukuan dan dirasakan sama atau melebihi kualitas
dalam hal terhadap wajib pajak pelayanan yang diharapkan, maka
pernah dilakukan pemeriksaan, pelayanan dikatakan berkualitas dan
korelasi pada pemeriksaan yang memuaskan, begitu juga sebaliknya.
terakhir untuk masingmasing jenis Dari definisi tersebut dapat
pajak yang terutang paling banyak disimpulkan kualitas pelayanan adalah
5%. ukuran citra yang diakui masyarakat
mengenai pelayanan yang diberikan, 5) Emphaty (empati), yaitu para
apakah masyarakat puas atau tidak puas. perhatian yang diperlihatkan oleh
Kualitas jasa/pelayanan sebagai ukuran petugas fiskus kepada wajib pajak.
seberapa bagus tingkat layanan yang
diberikan mampu sesuai dengan 2.4 Kesadaran Wajib Pajak
ekspektasi pelanggan. 2.4.1 Pengertian Kesadaran
Ahli psikologi menyamakan
2.3.2 Indikator Kualitas Pelayanan kesadaran dengan pemikiran (mind).
Fiskus Kesadaran merupakan tingkat kesiagaan
Pelayanan yang diberikan fiskus individu pada saat ini terhadap stimulasi
terhadap wajib pajak PBB diantaranya eksternal dan internal, artinya terhadap
dalam menentukan PBB, penetapan peristiwa-peristiwa lingkungan dan
SPPTnya telah adil sesuai dengan yang sensasi tubuh, memori dan pikiran
seharusnya, fiskus memperhatikan (Atkinson, 1994 dalam Kurniawan
terhadap keberatan terhadap pengenaan 2009). Kesadaran menurut Gozali dalam
pajaknya, memberikan penyuluhan (Utomo 2002) adalah rasa rela untuk
kepada wajib pajak di bidang perpajakan melakukan sesuatu yang sebagai
khususnya PBB dan kemudahan dalam kewajiban dalam kehidupan
pembayaran PBB (Suyatmin, 2004). bermasyarakat. Jadi kesadaran wajib
Menurut Suyatmin dan Rully pajak akan perpajakan adalah dimana
(2009) untuk mengukur kualitas rasa yang timbul dari dalam diri wajib
pelayanan digunakan model Serqual pajak atas kewajibannya membayar pajak
yang terdiri dari lima dimenensi yaitu dengan ikhlas tanpa adanya unsur
sebagai berikut: paksaan.
1) Tangibles (wujud pelayanan), yaitu 2.4.2 Indikator Kesadaran Wajib
bukti fisik dan menjadi bukti awal Pajak
yang bisa ditunjukkan oleh organisasi Kesadaran wajib pajak adalah
penyedia layanan yang ditunjukkan sikap mengerti wajib pajak badan atau
oleh tampilan gedung, fasilitas fisik perorangan untuk memahami arti, fungsi
pendukung, perlengkapan, dan dan tujuan pembayaran pajak. Kesadaran
penampilan kerja dari kantor dan wajib pajak merupakan faktor terpenting
fiskus. dalam sistem perpajakan modern
2) Realibility (keandalan), yaitu (Harahap, 2004: 43). Meningkatkan
konsistensi yang diperlihatkan kesadaran wajib pajak untuk membayar
petugas fiskus dalam memberikan pajak juga tergantung dari cara pajak
pelayanan dibidang perpajakan pada agar kesan dan pandangan yang keliru
wajib pajak. tentang arti dan fungsi pajak dapat
3) Responsiveness (ketanggapan), yaitu dihilangkan (Tunggal, 1995:8).
kemampuan dari petugas pajak untuk Kesadaran membayar pajak tentu
memperlihatkan pelayanan yang juga dapat muncul ketika wajib pajak
cepat, tepat dan akurat kepada wajib memiliki pengetahuan yang kuat tentang
pajak. bidang perpajakan. Menurut Manik dan
4) Assurance (jaminan), yaitu layanan Asri (2009) kesadaran membayar pajak
perpajakan yang diberikan kepada dapat diukur dengan beberapa indikator
wajib pajak dengan menggunakan yaitu:
standar dan prosedur perpajakan, a. Mengertahui adanya undang
pelayanan tersebut diberikan kepada undang dan ketentuan perpajakan.
setiap wajib pajak. b. Mengetahui fungsi pajak untuk
pembiayaan negara.
c. Memahami bahwa kewajiban 2.5.2 Indikator Keadilan Pajak
perpajakan harus dilaksanakan Salah satu desain sistem
sesuai dengan ketentuan perpajakan adalah keadilan. Keadilan
berprilaku. mengacu pada sikap yang tidak
d. Memahami fungsi pajak untuk sewenang-wenang atau tidak berat
pembiayaan negara. sebelah terhadap perilaku yang tidak
e. Memahami fungsi pajak untuk sesuai dari individu tentang pajak. Agar
pembiayaan negara peraturan perpajakan dapat dipatuhi,
f. Menghitung, membayar, maka beban pajak harus sesuai dengan
melaporkan pajak dengan kewajibannya. Prinsip keadilan dalam
sukarela perundang-undangan diantaranya
Berdasarkan uraian ringkas mengenakan pajak secara umum dan
beberapa teori yang telah dijekaskan merata, serta disesuaikan dengan
menunjukan bahwa kesadaran wajib kemampuan masing-masing, sedang adil
pajak dapat diukur dengan pengetahuan dalam pelaksanaannya yakni
tentang perpajakan, pemahaman tentang memberikan hak bagi wajib pajak untuk
fungsi pajak dan pembiayaan negara, mengajukan keberatan dan penundaan
memahami arti penting dari perpajakan, dalam pembayaran pajak.
memahami perhitungan, dan adanya Indikator yang digunakan untuk
keinginan secara sukarela untuk mengukur wajib pajak menurut
memenuhi kewajiban pajak. Richardson (2006) dalam Andarini
(2010) yaitu:
2.5 Keadilan Pajak a) Keadilan Umum dan Distribusi
2.5.1 Pengertian Keadilan Beban Pajak
Pengertian keadilan merupakan Pajak yang dikenakan kepada wajib
pengertian yang sangat luas dan pelik. pajak harus sebanding dengan
Dalam hubungan ini dikemukakan kemampuan wajib pajak dalam
pengertian secara khusus, yaitu membayar pajak. Semakin tinggi
pengertian keadilan dalam hukum pajak. kemampuan membayar pajak
Salah satu sendi keadilan dalam hukum seseorang maka semakin besar porsi
pajak ialah “perlakuan yang sama” pajak yang dibayarkan. Dimensi ini
kepada wajib pajak, yang tidak terkait dengan keadilan menyeluruh
membedakan kewarganegaraan, baik atas sistem perpajakan dan distribusi
pribumi, maupun asing, dan tidak pajak.
membedakan agama, aliran politik, dan b) Timbal Balik Pemerintah
sebagainya. Timbal balik pemerintah merupakan
Adil menurut Kamus Besar timbal balik yang diberikan
Bahasa Indonesia dapat diartikan dalam pemerintah sebagai kompesasi
tiga pemahaman yaitu sama berat, pembayaran pajak. Dimensi ini
maksudnya adalah tidak berat sebelah, terkait dengan timbal balik yang
menurut istilah kedua adil juga berarti secara tidak langsung diberikan
tidak memihak atau berpihak kepada pemerintah atas pajak yang
yang benar, sepatutnya, tidak sewenang- dibayarkan oleh wajib pajak.
wenang. Sedangkan keadilan adalah sifat c) Kepentingan Pribadi
(perbuatan atau perlakuan) yang adil. Dimensi ini terkaitdengan jumlah
Jadi dapat disimpulkan bahwa pajak yang dibayar secara pribadi
keadilan pajak adalah sifat (perbuatan terlalu tinggi dibandingkan dengan
atau perlakuan) yang tidak sewenang- orang lain.
wenang atau tidak berat sebelah atas d) Ketentuan-Ketentuan Khusus
sistem perpajakan yang berlaku.
Perilaku kepatuhan ini timbul karena hasil bahwa pelayanan fiskus
adanya ketentuan-ketentuan yang berpengaruh signifikan positif terhadap
tidak memihak pada wajib pajak tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
tertentu, sehingga mengedepankan memenuhi kewajiban perpajakannya.
unsur keadilan. Undang-undang Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
pajak dan peraturan pelaksanaannya kewajibannya membayar pajak
tidak memuat jenis penghargaan bagi tergantung bagaimana petugas pajak
wajib pajak yang taat dalam memberikan mutu pelayanan yang
melaksanakan kewajiban perpajakan terbaik kepada wajib pajak. Dengan
baik berupa prioritas untuk memberikan palayanan yang berkualitas
mendapatkan pelayanan publik. maka wajib pajak akan senang dalam
Walaupun wajib pajak tidak membayar pajak dan patuh dalam
mendapatkan penghargaan atas membayar pajak.
kepatuhannya dalam melaksanakan Semakin bagus kualitas
kewajiban perpajakan, wajib pajak pelayanan yang diberikan fiskus, maka
akan dikenakan banyak hukuman wajib pajak akan semakin patuh dalam
apabila alfa atau tidak sengaja tidak membayar pajak (PBB). Sebaliknya jika
melaksanakan kewajiban pelayanan yang diberikan fiskus tidak
perpajakannya. memuaskan maka wajib pajak akan lalai
e) Struktur Tarif Pajak dalam membayar pajak PBB.
Perilaku kepatuhan pajak ini timbul
karena adanya suatu kemampuan 2.6.2 Pengaruh Kesadaran Wajib
untuk membayar pajak lebih besar. Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak
2.6 Hubungan Antar Variabel Kepatuhan dalam melaksanakan
2.6.1 Pengaruh Kualitas Pelayanan pembayaran pajak tentu tidak terbentuk
Fiskus dengan Kepatuhan Wajib dengan sendirinya akan tetapi dbentuk
Pajak oleh sebuah proses, didalam membentuk
Sebagai warga negara yang baik, kepatuhan harus terlebih dahulu
Penelitian Firman (2012) menguji didahului oleh adanya kesadaran.wajib
pengaruh kualitas pelayanan terhadap pajak. Menurut Priantara (2012)
kepatuhan wajib pajak orang pribadi kesadaran wajib pajak merupakan
pada Kantor Pelayanan Pajak Blitar, pernyataan moral untuk secara sukarela
hasilnya menunjukkan bahwa kualitas memenuhi kewajiban pajak. Kesadaran
pelayanan berpengaruh terhadap wajib pajak terbentuk karena adanya
kepatuhan wajib pajak orang pribadi. pemahaman dan pengetahuan yang
Penelitian yang dilakukan oleh Andriana dimiliki wajib pajak tentang bidang
(2011) menunjukkan bahwa pengaruh perpajakan. Peneliti meyakini bahwa
kualitas pelayanan pajak berpengaruh semakin meningkat kesadaran wajib
positif terhadap kepatuhan waib pajak, pajak dalam membayar pajak akan
namun penelitian yang dilakukan Putra mendorong tingkat kepatuhan yang lebih
(2010) menunjukkan variabel kualitas tinggi.
pelayanan berpengaruh negatif terhadap Penelitian Karsimiati (2009)
kepatuhan wajib pajak. menguji pengaruh pelayanan fiskus,
Penelitian yang dilakukan sanksi denda, dan kesadaran perpajakan
Karsimiati (2009) tentang pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
pelayanan fiskus, sanksi denda dan membayar pajak bumi dan bangunan di
kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan kecamatan Gabus-Pati, hasilnya
wajib pajak dalam mambayar PBB di menunjukkan pelayanan fiskus dan
Kecamatan Gabus-Pati, menunjukkan kesadaran perpajakan berpengaruh
signifikan positif terhadap kepatuhan menunjukkan ketidakkonsistenan hasil
wajib pajak, sanksi denda berpengaruh penelitian. Penelitian yang dilakukan
negatif dan tidak signifikan. Sedangkan oleh Witono (2008) menguji pengaruh
uji secara simultan bahwa variabel peranan pengetahuan pajak pada
independen berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, menemukan bukti
kepatuhan wajib pajak. bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
Kepatuhan merupakan antara pengetahuan pajak dan persepsi
perwujudan sikap manusia yang timbul keadilan pajak terhadap tingkat
karena adanya interaksi manusia dengan kepatuhan pajak. Penelitian lain yang
objek tertentu. Kesadaran wajib pajak dilakukan oleh Ferdyanto Dharmawan
akan perpajakan sangat diperlukan guna (2012) tentang pengaruh keadilan pajak
meningkatkan kepatuhan wajib pajak. terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak,
Wajib pajak yang memiliki kesadaran menunjukkan bahwa keadilan pajak
tinggi akan melaksanakan kewajiban secara simultan maupun parsial
perpajakannya sesuai dengan peraturan berpengaruh signifikan terhadap perilaku
perpajakan yang berlaku. Sedangkan kepatuhan wajib pajak.
wajib pajak yang memiliki kesadaran Kebijakan atau kegiatan yang
yang rendah akan cenderung untuk tidak bisa menimbulkan persepsi, bahwa pajak
melaksanakan kewajiban perpajakannya itu adil bagi semua orang akan sangat
atau melanggar peraturan perpajakan membantu menyadarkan wajib pajak
yang berlaku. Sehingga semakin tinggi untuk memenuhi kewajiban untuk
tingkat kesadaran wajib pajak maka akan membayar pajak. Oleh karena itu,
semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib perlakuan yang dapat mengarahkan
pajak dalam membayar pajak bumi dan kepada kepatuhan untuk membayar pajak
bangunan. sangat penting dilakukan dengan tujuan
untuk meningkatkan jumlah wajib pajak
2.6.3 Pengaruh Keadilan Pajak yang patuh. Sehingga semakin tinggi
Terhadap Kepatuhan Wajib tingkat keadilan perpajakan di suatu
Pajak daerah maka akan semakin tinggi pula
Keadilan mengacu pada sikap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
yang tidak sewenang-wenang atau tidak membayar pajak.
berat sebelah terhadap perilaku yang
tidak sesuai dari individu tentang pajak. 2.7 Kerangka Konseptual
Agar peraturan perpajakan dapat Untuk lebih jelasnya pengaruh
dipatuhi, maka beban pajak harus sesuai antara variabel independen dengan
dengan kewajibannya. Persepsi variabel dependen dapat dilihat pada
masyarakat mengenai keadilan sistem gambar kerangka konseptual berikut:
perpajakan yang berlaku di suatu daerah
Kualitas Pelayanan
sangat mempengaruhi pelaksanaan
Fiskus
perpajakan yang baik di daerah tersebut.
Persepsi masyarakat ini akan
mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak Kesadaran Wajib Kepatuhan Wajib Pajak
dan perilaku penghindaran pajak. Pajak Dalam Membayar PBB
Masyarakat akan cenderung tidak patuh
dan menghindari kewajiban pajak jika
merasa sistem pajak yang berlaku tidak Keadilan Pajak
adil.
Penelitian-penelitian sebelumnya Kerangka Konseptual
mengenai pengaruh keadilan pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak
Hipotesis sampel ditentukan dengan menggunakan
Berdasarkan perumusan masalah rumus berikut:
dan kajian teori yang telah diuraikan n= N
diatas, dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut: 1 + N (moe)2
H1 Kualitas pelayanan fiskus Keterangan :
berpengaruh signifikan positif N = populasi
terhadap kepatuhan wajib pajak Moe = margin for error max yaitu
dalam membayar PBB. tingkat kesalahan maksimum
H2 Kesadaran wajib pajak yang masih dapat ditoleransi
berpengaruh signifikan positif (ditentukan 5%)
terhadap kepatuhan wajib pajak Dengan menggunakan rumus
dalam membayar PBB. diatas dapat ditentukan jumlah sampel
H3 Keadilan pajak berpengaruh dalam penelitian sebagai berikut:
signifikan positif terhadap 12798
kepatuhan wajib pajak dalam n 
1  12798 x ( 5 %) 2
membayar PBB.
12798
n
3. Metode Penelitian 33
3.1 Jenis Penelitian
n = 388
Berdasarkan rumusan masalah
dan tujuan yang ingin dicapai, maka jenis Dengan diketahui jumlah sampel
penelitian ini tergolong penelitian dan populasi penelitian maka pembagian
kausatif. Penelitian ini dimaksudkan sampel dilakukan secara proporsional per
untuk mengetahui pengaruh kualitas kelurahan berdasarkan jumlah WP nya
pelayanan fiskus, kesadaran perpajakan 3.3 Jenis dan Sumber Data
dan keadilan pajak terhadap kepatuhan 3.3.1 Jenis Data
wajib pajak dalam membayar pajak bumi Jenis data dalam penelitian ini
dan bangunan di Kecamatan Padang adalah data subjek. Data subjek adalah
Utara. jenis data penelitian yang berupa opini,
sikap, pengalaman, atau karakteristik
3.2 Populasi dan Sampel sekelompok orang/seseorang yang
Populasi adalah keseluruhan menjadi subjek penelitian (responden).
elemen yang dijadikan objek dalam 3.3.2 Sumber Data
penelitian. Populasi dalam penelitian ini Sumber data dalam penelitian ini
adalah wajib pajak yang terdaftar di adalah data primer. Data primer
Kecamatan Padang Utara. Wajib pajak di merupakan data yang diperoleh langsung
Indonesia terbagi menjadi dua jenis, dari sumber asli (tidak melalui media
yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi (WP perantara). Data primer diperoleh dengan
OP) dan Wajib Pajak Badan (WP menggunakan daftar pertanyaan yang
Badan). telah terstruktur dengan tujuan untuk
Sampel dalam penelitian ini adalah wajib mengumpulkan informasi dari para
pajak orang pribadi. Dalam penarikan responden.
sampel penulis menggunakan metode
proportional sampling method. Menurut 3.4 Metode Pengumpulan Data
Kantor Kecamatan Padang Utara 2013 Pengumpulan data dilakukan
jumlah wajib pajak bumi dan bangunan dengan menyebarkan kuesioner tertutup
yang terdaftar di Kecamatan Padang kepada wajib pajak. Kuesioner diberikan
Utara pada tahun 2012 adalah sebanyak secara langsung kepada wajib pajak
12.798 wajib pajak. Penentuan jumlah selaku responden dan untuk
pengembaliannya akan dijemput sendiri (2010). Instrumen ini telah digunakan
oleh peneliti pada waktu yang telah secara luas dan telah teruji validitasnya
ditentukan dan kuesioner harus diisi dalam riset akuntansi.
sendiri oleh responden yang
bersangkutan. 3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas
3.7.1 Uji Validitas
3.5 Variabel Penelitian Uji validitas dimaksudkan untuk
Variabel-variabel penelitian yang mengetahui ketetapan instrumen dalam
digunakan dalam penelitian ini adalah mengukur apa hendak diukur. Sebelum
sebagai berikut: kuesioner dibagikan kepada responden,
3.5.1 Variabel Dependen terlebih dahulu diadakan uji pendahuluan
Variabel dependen (variabel terhadap kuesioner. Uji pendahuluan
terikat) adalah variabel yang menjadi penelitian ini dilakukan pada 30 orang
perhatian utama dalam sebuah mahasiswa akuntansi FE UNP yang telah
pengamatan. Variabel dependen dalam mengambil mata kuliah perpajakan dan
penelitian ini adalah kepatuhan wajib perpajakan lanjutan, karena tanpa
pajak dalam membayar pajak bumi dan memahami tentang perpajakan tersebut,
bangunan di Kecamatan Padang Utara. responden tidak akan mampu mengisi
3.5.2 Variabel Independen kuesioner dengan benar. Menurut
Variabel independen (variabel Arikuntoro, untuk uji pendahuluan
bebas) adalah variabel yang dapat (validitas) ini digunakan rumus product
mempengaruhi perubahan dalam variabel moment sebagai berikut:
dependen dan mempunyai pengaruh nXY(X)(Y)
positif atau negatif bagi variabel rxy
dependen nantinya. Variabel independen nX (X) nY (Y) 
2 2 2 2

dalam penelitian ini adalah kualitas


pelayanan fiskus, kesadaran wajib pajak Keterangan:
dan keadilan pajak. rxy = koefisien korelasi
n = sampel
3.6 Instrumen Penelitian x = variabel bebas (X1, X2,X3)
Instrumen penelitian yang y = variabel terikat (Y)
digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Kuesioner terdiri dari Jika nilai rhitung < rtabel maka nomor
sejumlah pertanyaan yang menggunakan item tersebut tidak valid dan jika nilai
skala likert dengan alternatif lima rhitung > rtabel maka item tersebut
jawaban. dinyatakan valid dan dapat digunakan
Instrumen penelitian yang untuk analisis selanjutnya. Menurut Hair
digunakan dalam pengumpulan data et al., (2010) nilai cut off minimum yang
dalam penelitian ini diadopsi dari digunakan untuk menentukan sebuah
penelitian yang telah dilakukan item pertanyaan valid adalah diatas 0,30.
sebelumnya. Untuk variabel kepatuhan Berdasarkan hasil pengolahan data
wajib pajak diadopsi dari Peraturan didapatkan bahwa nilai Corrected Item-
Menteri Keuangan Nomor Total Correlation untuk masing-masing
235/KMK.03/2003. Variabel kualitas item variabel X1, X2, X3, dan Y
pelayanan fiskus diadopsi dari penelitian semuanya diatas rtabel. Jadi dapat
Suyatmin dan Rully (2009), variabel dikatakan bahwa seluruh item pertanyaan
kesadaran wajib pajak diadopsi dari variabel X1, X2, X3 dan Y adalah valid.
penelitian Manik dan Asri (2009), dan Pada tabel crelation terkecil
variabel keadilan pajak diadopsi dari terlihat bahwa masing masing variabel
penelitian yang dilakukan oleh Andarini penelitian yang terdiri dari kepatuhan
wajib pajak, pelayanan fiskus, kesadaran tahapan pengolahan data lebih lanjut
pajak dan keadilan pajak memiliki nilai dapat segera dilaksanakan.
corected item total corelation paling
rendah bernilai diatas atau sama dengan 3.8 Uji Asumsi Klasik
0,30. Oleh sebab itu dapat disimpulkan Uji asumsi klasik digunakan
bahwa masing masing variabel yang di apabila penelitian menggunakan metode
ikutsertakan kedalam pengujian pilot test regresi berganda. Menurut Sekaran
valid sehingga tahapan pengolahan data (2006:299) analisis regresi berganda
lebih lanjut dapat segera dilaksanakan. dilakukan untuk menguji pengaruh dari
3.7.2 Uji Reliabilitas beberapa variabel bebas terhadap satu
Instrumen penelitian dikatakan veriabel terikat. Adapun uji asumsi klasik
reliable (andal) jika jawaban seseorang yang dapat digunakan dalam penelitian
terhadap pertanyaan adalah konsisten ini adalah:
atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk 1) Uji Normalitas
uji reliabilitas ini digunakan rumus Menurut Ghozali (2007:110), uji
Croanbach’s Alpha: normalitas bertujuan untuk menguji
 k   1    b 
2 apakah dalam model variabel penggangu
r   atau residual memiliki distribusi normal.
 k  1    t 
2
Seperti diketahui bahwa uji T dan uji F
(Arikuntoro, 2006: 196) mengasumsikan bahwa nilai residual
Keterangan: mengikuti distribusi normal. Data yang
r = tingkat reliabilitas instrumen normal adalah data yang sebenarnya
k = banyak butir pertanyaan berada disekitar garis normal, tidak
σb2t = jumlah varians butir melenceng ke kiri dan ke kanan serta
σ2t = varians total polanya mengikuti arah kurva normal.
Untuk mengetahui apakah residual
Kriteria untuk mengukur reliabilitas
berdistribusi normal maka dalam
menurut Sekaran (2003:205) adalah:
penelitian ini digunakan uji statistik
a. Kurang dari 0,6 tidak reliabel
b. 0,6 – 0,7 dapat diterima kolmogrov smirnov. Residual yang
c. 0,7 – 0,8 baik normal adalah yang memiliki nilai
d. Lebih dari 0,8 reliabel signifikan < 0,05.
Untuk uji reliabilitas instrumen, 2) Uji Heteroskedastisitas
semakin dekat koefisien keandalan Menurut Ghozali (2007:105), uji
dengan 1,0 maka akan semakin baik. heteroskedastisitas dilakukan untuk
Secara umum, keandalan kurang dari menguji apakah dalam sebuah model
0,60 dianggap buruk, keandalan dalam regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
kisaran 0,70 bisa diterima, dan lebih dari residual satu pengamatan ke pengamatan
0,80 adalah baik. lain. Untuk mendeteksi
Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas dapat menggunakan
reliabilitas yang dilakukan pada 30 uji Gletser. Apabila sig > 0,05 maka
responden diperoleh nilai cronbach tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.
alpha yang dimiliki masing masing Model yang baik adalah tidak terjadi
variabel seperti pada tabel Cronbach heteroskedastisitas.
Alpha terlihat bahwa masing masing 3) Uji Multikolonearitas
variabel penelitian yang digunakan Menurut Ghozali (2007:91),
didalam penelitian ini memiliki nilai multikolonearitas bertujuan untuk
cronbach alpha diatas atau sama dengan menguji apakah dalam model regresi
0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa ditemukan adanya korelasi variabel-
seluruh variabel penelitian yang variabel bebas diantara satu dengan yang
digunakan relatif handal, sehingga lainnya, maka salah satu variabel bebas
tersebut dieliminir. Untuk menguji Rs
adanya multikolonearitas dapat dilihat TCR = x100
n
melalui nilai varians inflantions faktor Keterangan:
(VIF) < 10 dan tolerance > 0,1. Apabila TCR = Tingkat Capaian Responden.
terdapat korelasi yang tinggi sesama Rs = Rata-rata skor jawaban
variabel atau menambah variabel responden.
bebasnya. n = Nilai skor jawaban.
3.9 Teknik Analisis Data Nilai persentase dimasukkan ke dalam
Data yang dikumpulkan kriteria sebagai berikut:
kemudian dianalisis sesuai dengan a) Interval jawaban responden 76-
langkah-langkah berikut: 100% kategori jawaban baik
3.9.1 Analisis Deskriptif b) Interval jawaban responden 56-
3.9.1.1 Verifikasi Data 75% kategori jawaban cukup baik
Verifikasi data yaitu memeriksa c) Interval jawaban responden <
kembali kuesioner yang telah diisi oleh 56% kategori jawaban kurang
responden untuk memastikan apakah baik
semua pernyataan sudah diisi oleh
responden. 3.9.2 Teknik Analisis
3.9.1.2 Menghitung Nilai Jawaban 3.9.2.1 Adjusted R Square
1) Menghitung frekuensi dari jawaban Koefisien determinasi peda
yang diberikan reponden atas setiap intinya mengukur seberapa jauh
item pernyataan yang diajukan kemampuan model dalam menerangkan
2) Menghitung rata-rata skor total item variasi variabel dependen. Artinya
dengan rumus: semakin besar nilai R2 maka akan
Rata-Rata Skor = semakin baik model regresi dengan data
(5.SS )  (4.S )  (3.KS )  ( 2.TS )  (1.STS ) yang ada, sehingga semakin tepat model
SS  S  KS  TS  STS ini bisa digunakan untuk menjelaskan
variabel dependen oleh variabel
Keterangan: independen.
SS = Sangat Setuju 3.9.2.2 Persamaan Regresi Berganda
S = Setuju Analisis data menggunakan
KS = Kurang Setuju regresi berganda (multiple regression)
TS = Tidak Setuju untuk menguji pengaruh variabel-
STS = Sangat Tidak Setuju variabel independen terhadap variabel
3) Menghitung nilai rerata jawaban dependen. Persamaan regresi yang
responden dengan rumus sebagai digunakan adalah:
berikut: Y= α + β1X1 + β2X2 ++ β3X3 + e
n Keterangan:
 Xi Y = Kepatuhan Wajib Pajak
Mean  h 1
 = Konstanta
n X1 = Kualitas Pelayanan Fiskus
Keterangan: X2 = Kesadaran Wajib Pajak
Xi = Skor total. X3 = Keadilan Pajak
N = Jumlah responden. β1,2,3 = Koefesien regresi dari variabel
4) Menghitung nilai TRC masing-masing X
kategori jawaban dari deskriptif e = Standar error
variabel dengan rumus (Sugiyono,
2004:74) 3.9.3 Uji F (F-test)
Uji F pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel
bebas dalam model berpengaruh secara dalam memenuhi dan melaksanakan
bersama-sama terhadap variabel terikat. kewajiban perpajakannya sesuai
Selain itu, uji F dapat digunakan untuk dengan ketentuan perundang-
melihat model regresi yang digunakan undangan perpajakan yang berlaku.
sudah signifikan atau belum, dengan 2. Kualitas Pelayanan Fiskus
ketentuan bahwa jika p value < (α) = Kualitas pelayanan fiskus adalah
0,05 dan fhitung > ftabel, berarti model pelayanan yang diberikan fiskus
tersebut signifikan dan bisa digunakan terhadap wajib pajak PBB yang
untuk menguji hipotesis. Dengan tingkat diantaranya dalam menentukan PBB,
kepercayaan (α) untuk pengujian penetapan SPPTnya telah adil sesuai
hipotesis adalah 95% atau (α ) = 0,05. dengan yang seharusnya, fiskus
memperhatikan keberatan terhadap
3.9.4 Uji Hipotesis pengenaan pajaknya, memberikan
Uji t bertujuan untuk menguji penyuluhan kepada wajib pajak
pengaruh secara parsial antara variabel dibidang perpajakan khususnya PBB
bebas terhadap variabel tidak bebas dan kemudahan dalam membayar
dengan variabel lain dianggap konstan, PBB.
dengan asumsi bahwa jika signifikan 3. Kesadaran Wajib Pajak
nilai thitung yang dapat dilihat dari analisis Kesadaran wajib pajak adalah rasa
regresi menunjukkan kecil dari α = 5%, yang timbul dari dalam diri wajib
berarti variabel independen berpengaruh pajak untuk memenuhi kewajiban
terhadap variabel dependen. Dengan perpajakannya dengan ikhlas tanpa
tingkat kepercayaan untuk pengujian adanya unsur paksaan.
hipotesis adalah 95% atau (α ) = 0,05 4. Keadilan Pajak
(5%). Dengan kriteria sebagai berikut: Keadilan pajak merupakan sebuah
1) Jika tingkat signifikan < α 0,05, thit > perilaku yang menunjukan
ttab dan koefisien regresi (β) positif ketidakberpihakan antara oknum
maka hipotesis diterima dan berarti pajak dalam melaksanakan pelayanan
tersedia cukup bukti untuk menolak pajak kepada setiap wajib pajak.
H0 pada pengujian hipotesis 1,2, atau
dengan kata lain tersedia bukti untuk 4. HASIL PENELITIAN DAN
menerima H1, H2. PEMBAHASAN
2) Jika tingkat signifikan < 0,05, thit < 4.1 Gambaran Umum Objek
ttab dan koefisien regresi (β) negatif Penelitian
maka hipotesis ditolak dan berarti Demografi Responden
tidak tersedia cukup bukti untuk Adapun karakteristik responden
menerima hipotesis. yang mengisi kuesioner penelitian adalah
3) Jika tingkat signifikan > α 0,05, dan sebagai berikut:
thit < ttab maka hipotesis ditolak yang 4.1.1 Karakteristik Responden
menerima hipotesis. Berdasarkan Umur
Pada Tabel teridentifikasi sebagian
3.10 Definisi Operasional besar responden yang menjadi wajib
Untuk lebih terarahnya penelitian pajak memiliki tingkatan usia antara 25 –
yang dilakukan maka dapat dikemukakan 35 tahun yaitu berjumlah 107 orang.
definisi operasional sebagai berikut: Kelompok responden terbanyak kedua
1. Kepatuhan Wajib Pajak adalah wajib pajak yang memiliki
Kepatuhan wajib pajak adalah tingkatan usia antara 36 – 45 tahun yaitu
perwujudan sikap dalam bentuk berjumlah 104 orang. Pada tabulasi juga
tindakan dimana wajib pajak pribadi teridentifikasi 68 orang responden yang
atau badan taat, tunduk dan patuh memiliki tingkatan usia antara 46 – 55
tahun yaitu berjumlah 68 orang instrumen. Untuk instrumen kepatuhan
sedangkan sisanya adalah responden wajib pajak diketahui nilai Corrected
yang memiliki tingkatan usia dibawah 25 Item-Total Correlation terkecil 0,467,
tahun yaitu berjumlah 26 orang untuk instrumen kualitas pelayanan
responden. fiskus nilai terkecil 0,457, untuk
4.1.2 Karakteristik Responden instrumen kesadaran wajib pajak nilai
Berdasarkan Jenis Kelamin terkecil 0,447 dan instrumen keadilan
Pada Tabel teridentifikasi bahwa pajak nilai terkecil 0,418.
responden terbanyak didalam penelitian 4.2.2 Uji Reliabilitas
ini berjenis kelamin laki-laki yaitu Untuk uji reliabilitas instrumen,
berjumlah 254 orang, sedangkan 51 semakin dekat koefisien keandalan
orang responden lainnya berjenis dengan 1,0 maka akan semakin baik.
kelamin perempuan. Jadi dapat Secara umum, keandalan kurang dari
disimpulkan bahwa sebagian besar wajib 0,60 dianggap buruk, keandalan dalam
pajak yang harus memenuhi PBB kisaran 0,70 bisa diterima, dan lebih dari
didominasi oleh laki-laki. 0,80 adalah baik. Berikut ini merupakan
4.1.3 Karakteristik Responden table nilai cronbach’s alpha masing-
Berdasarkan Pekerjaan masing instrumen :
Pada Tabel teridentifikasi bahwa Keandalan konsistensi antar item
sebagian besar responden memiliki atau koefisien keandalan Cronbach’s
aktifitas rutin sebagai wiraswasta yaitu Alpha yang terdapat pada tabel diatas
berjumlah 145 orang. Responden yaitu untuk instrumen kepatuhan wajib
terbanyak kedua adalah mereka yang pajak 0,782, untuk instrumen kualitas
memiliki pekerjaan rutin sebagai pelayanan fiskus 0,775, untuk instrumen
pegawai negeri sipil yaitu berjumlah 108 kesadaran wajib pajak 0,777, untuk
orang. Pada survey hasil tabulasi data instrumen keadilan pajak 0,687. Data ini
teridentifikasi responden yang memiliki menunjukkan nilai yang berada pada
pekerjaan sebagai pegawai swasta dan kisaran diatas 0,711. Dengan demikian
responden yang memiliki pekerjaan semua instrumen penelitian dapat
selain yang disebutkan didalam dikatakan reliabel.
penelitian ini, masing-masingnya
berjumlah 26 orang responden. 4.3 Uji asumsi Klasik
4.3.1 Uji Normalitas
4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Menurut Ghozali (2007:110), uji
4.2.1 Uji Validitas normalitas bertujuan untuk menguji
Untuk melihat validitas dari apakah dalam model variabel penggangu
masing-masing item kuesioner, atau residual memiliki distribusi normal.
digunakan Corrected Item-Total Seperti diketahui bahwa uji T dan uji F
Correlation. Jika rhitung > rtabel, maka data mengasumsikan bahwa nilai residual
dikatakan valid, dimana rtabel untuk N = mengikuti distribusi normal. Data yang
305, adalah 0,113. Berdasarkan hasil normal adalah data yang sebenarnya
olah data didapatkan bahwa nilai berada disekitar garis normal, tidak
Corrected Item-Total Correlation untuk melenceng ke kiri dan ke kanan serta
masing-masing item variabel X1, X2, X3 polanya mengikuti arah kurva normal.
dan Y semuanya diatas rtabel. Jadi dapat Untuk mengetahui apakah residual
dikatakan bahwa seluruh item pernyataan berdistribusi normal maka dalam
variabel X1, X2, X3 dan Y adalah valid. penelitian ini digunakan uji statistik
Dari tabel dapat dilihat nilai kolmogrov smirnov. Residual yang
terkecil dari Corrected Item-Total normal adalah yang memiliki nilai
Correlation untuk masing-masing signifikan < 0,05.
Pada tabel terlihat bahwa masing- maka tidak terdapat gejala
masing variabel penelitian yang heteroskedastisitas, model yang baik
digunakan didalam model penelitian ini adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
telah berdistribusi normal, karena nilai Berdasarkan tabel coeficient dapat
Unstandardized Predicted Value dilihat tidak ada variabel yang signifkan
memiliki nilai asymp sig (2-tailed) diatas dalam regresi dengan variabel AbsUt.
atau sama dengan 0,05 dengan Nilai 0,1. Tingkat signifikansi > a 0,05, sehingga
Jadi dapat disimpulkan bahwa data yang dapat disimpulkan bahwa model regresi
digunakan dalam penelitian ini telah yang digunakan dalam penelitian ini
berdistribusi normal. Oleh sebab itu terbebas dari heteroskedastisitas. .
tahapan pengolahan data lebih lanjut
dapat segera dilaksanakan 4.4 Teknik Analisis
4.3.2 Uji Multikolonearitas 4.4.1 Adjusted R Square
Menurut Ghozali (2011) Koefisien determinasi peda
pengujian multikolinearitas dilakukan intinya mengukur seberapa jauh
untuk mengetahui hubungan antar kemampuan model dalam menerangkan
variabel independen. Untuk melakukan variasi variabel dependen. Artinya
pengujian multikolinearitas maka semakin besar nilai R2 maka akan
digunakan analisis tolerance dan semakin baik model regresi dengan data
Variance Influence Factor (VIF). yang ada, sehingga semakin tepat model
Berdasarkan hasil pengujian ini bisa digunakan untuk menjelaskan
multikolinearitas yang telah dilakukan variabel dependen oleh variabel
diperoleh ringkasan hasil terlihat pada independen.
tabel 20 dibawah ini: Dari tabel Adjusted R Square
Pada tabel Anova terlihat bahwa adalah 0,049. Hasil yang diperoleh
masing-masing variabel independen yang tersebut menunjukkan bahwa variabel
digunakan telah memiliki nilai tolerance kualitas pelayanan fiskus, kesadaran
diatas 0,10 sedangkan nilai Variance wajib pajak dan keadilan pajak adalah
Influence Factor berada dibawah 10, sebesar 4,9% sedangkan 95,1% lainnya
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ditentukan oleh faktor lain diluar model
adanya korelasi antara sesama variabel yang tidak terdeteksi dalam penelitian
independen dalam model regresi dan ini.
dapat disimpulkan tidak terdapat masalah 4.4.2 Persamaan Regresi Berganda
multikolonearitas diantara sesama Analisis data menggunakan
variabel independen dalam model regresi regresi berganda (multiple regression)
yang dibentuk. untuk menguji pengaruh variabel-
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas variabel independen terhadap variabel
Uji heteroskedastisitas bertujuan dependen. Persamaan regresi yang
untuk menguji apakah dalam sebuah digunakan adalah:
model regresi terjadi ketidaksamaan Y = 15,905 + 0,110X1 + 0,108X2 + 0,138X3+
varians dari residual atas satu e
pengamatan ke pengamatan yang lain. Keterangan :
Jika varians dari residual suatu Y = Kepatuhan Wajib Pajak
pengamatan ke pengamatan lain tetap, a = Konstanta
maka disebut homokedastisitas dan jika X1 = Kualitas Pelayanan Fiskus
berbeda disebut heteroskedastisitas. X2 = Kesadaran Wajib Pajak
Untuk mendeteksi adanya X3 = KeadilanPajak
heteroskedastisitas pada penelitian ini e = Standar error
menggunakan uji Glejser. Dalam uji ini, Dari persamaan di atas dapat dijelaskan
apabila hasilnya sig > 0,05 atau 5% bahwa:
a. Nilai konstanta sebesar 15,905 signifikan pada level 0,000. Jadi Fhitung>
mengindikasikan bahwa jika variabel Ftabel yaitu 6,251 > 2,61 dengan nlai
independen yaitu kualitas pelayanan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Karena
fiskus, kesadaran wajib pajak dan nilai signifikansi jauh lebih kecil dari
keadilan pajak adalah nol maka 0,05 maka model regresi yang digunakan
kepatuhan wajib pajak adalah sudah fix, sehingga dapat digunakan
sebesar konstanta 15,905. untuk memprediksi variabel-variabel
b. Koefisien kualitas pelayanan fiskus penelitian. Dari hasil pengujian juga
sebesar 0,110 mengindikasikan dapat disimpulkan bahwa kualitas
bahwa setiap peningkatan kualitas pelayanan fiskus, kesadaran wajib pajak
pelayanan fiskus akan dan keadilan pajak secara bersama-sama
mengakibatkan peningkatan atau secara simultan berpengaruh
kepatuhan wajib pajak sebesar 0,110 signifikan terhadap kepatuhan wajib
satuan dengan asumsi variabel lain pajak.
konstan.
c. Koefisien kesadaran wajib pajak 4.4.4 Uji Hipotesis (t-test)
sebesar 0,108 mengindikasikan Uji t dilakukan untuk mengetahui
bahwa setiap peningkatan kesadaran seberapa besar pengaruh variabel
wajib pajak, maka akan independen terhadap variabel dependen
mengakibatkan peningkatan secara parsial. Patokan yang digunakan
kepatuhan wajib pajak sebesar 0,108 adalah dengan membandingkan nilai
dengan asumsi variabel lain konstan. signifikan yang dihasilkan dengan alpha
d. Koefisien keadilan pajak sebesar 0,05 atau dengan membandingkan thitung
0,138 mengindikasikan bahwa setiap dengan ttabel.
peningkatan keadilan pajak, maka 4.4.4.1 Kualitas Pelayanan Fiskus
akan mengakibatkan peningkatan Berpengaruh Signifikan Positif
kepatuhan wajib pajak sebesar 0,138 Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
dengan asumsi variabel lain konstan. Hasil pengujian hipotesis pertama
4.4.3 Uji F (F-Test) dengan menggunakan variabel kualitas
Uji F dilakukan untuk menguji pelayanan fiskus memiliki nilai thitung
apakah secara serentak variabel sebesar 2,063 > 1,6592 dengan nilai
independen mampu menjelaskan variabel signifikan sebesar 0,04. Pada tahapan
dependen secara baik atau untuk menguji pengolahan data digunakan tingkat
apakah model yang digunakan telah fix kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang
atau tidak. Berdasarkan tabel 24 nilai sig diperoleh menunjukkan nilai signifikan
0,000 menunjukkan bahwa variabel sebesar 0,04 < a 0,05. Hal ini
independen secara bersama-sama mampu menunjukkan bahwa penelitian ini dapat
menjelaskan variasi variabel dependen, membuktikan bahwa kualitas pelayanan
berarti model fix digunakan untuk uji t fiskus (X1) berpengaruh signifikan positif
statistik yang menguji variabel terhadap kepatuhan wajib pajak.
independen secara parsial terhadap Sehingga hipotesis pertama dari
variabel dependen. penelitian ini diterima.
Dari hasil analisis data yang 4.4.4.2 Kesadaran Wajib Pajak
diperoleh mengenai kualitas pelayanan Berpengaruh Signifikan Positif
fiskus, kesadaran wajib pajak dan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib Untuk variabel kesadaran wajib
pajak dapat dilakukan pengujian terhadap pajak (X2) nilai thitung adalah 2,267 >
hipotesis yang diajukan. Hasil 1,6592 dan nilai sig adalah 0,024.
pengolahan statistik analisis regresi Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
menunjukkan nilai F = 6,251 yang nilai signifikan 0,155 < a 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa penelitian ini dapat Dapat dikatakan bahwa pelayanan fiskus
membuktikan bahwa kesadaran wajib di Kecamatan Padang Utara terhadap
pajak (X2) berpengaruh signifikan positif kepatuhan wajib Pajak dalam membayar
terhadap kepatuhan wajib pajak. PBB cukup baik dan berpengarus
Sehingga hipotesis kedua dari penelitian signifikan positif,
ini diterima. Hasil yang diperoleh pada
4.4.4.3 Keadilan Pajak Berpengaruh tahapan pengujian hipotesis pertama
Signifikan Positif Terhadap sejalan dengan hasil penelitian yang
Kepatuhan Wajib Pajak dilakukan oleh Devano dan Rahayu
Untuk variabel keadilan pajak (2006) salah satunya adalah kualitas
(X3) nilai thitung adalah 2,006 dan nilai sig pelayanan yang diberikan kepada wajib
adalah 0,046. Dengan demikian dapat pajak. Kualitas pelayanan adalah ukuran
dikatakan bahwa nilai signifikan 0,046 < citra yang diakui masyarakat mengenai
a 0,05. Nilai koefisien β dari variabel X3 pelayanan yang diberikan, apakah
bernilai positif Hal ini menunjukkan masyarakat puas atau tidak puas dengan
bahwa penelitian ini dapat membuktikan layanan yang diberikan. Kualitas ini
bahwa keadilan pajak (X3) berpengaruh dapat diwujudkan melalui kebutuhan dan
signifikan dan positif terhadap kepatuhan keinginan pelanggan serta ketetapan
wajib pajak. Sehingga hipotesis ketiga penyampaiannya untuk mengimbangi
dari penelitian ini diterima. harapan pelanggan.
Firman (2012) menguji pengaruh
4.5 Pembahasan kualitas pelayanan terhadap kepatuhan
4.5.1 Pengaruh Kualitas Pelayanan wajib pajak orang pribadi pada Kantor
Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pelayanan Pajak Blitar, hasilnya
Pajak menunjukkan bahwa kualitas pelayanan
Hasil penelitian ini menunjukkan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
bahwa kualitas pelayanan fiskus pajak orang pribadi. Penelitian yang
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib dilakukan oleh Andriana (2011)
pajak. Kualitas pelayanan yang diberikan menunjukkan bahwa pengaruh kualitas
oleh fiskus mempengaruhi kepatuhan pelayanan pajak berpengaruh positif
wajib pajak dalam memenuhi terhadap kepatuhan waib pajak,
kewajibannya. Dengan kata lain, semakin karsimiati (2009) tentang pengaruh
baik kualitas pelayanan yang diberikan pelayanan fiskus, sanksi denda dan
fiskus maka kepatuhan wajib pajak akan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan
meningkat. Keadaan tersebut terjadi wajib pajak dalam mambayar PBB di
karena menurut sebagian besar wajib Kecamatan Gabus-Pati, menunjukkan
pajak orang pribadi yang membayar PBB hasil bahwa pelayanan fiskus
pelayanan yang diberikan petugas pajak berpengaruh signifikan positif terhadap
relatif baik dan sopan, keadaan terus tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
dapat dipertahankan secara konsisten. memenuhi kewajiban perpajakannya.
Keadaan tersebut mendorong wajib pajak Dengan demikian dapat
menjadi percaya terhadap kualitas disimpulkan bahwa dengan pelayanan
pelayanan fiskus, akibatnya kualitas fiskus yang cukup baik di Kecamatan
pelayanan fiskus tidak lagi menjadi Padang Utara akan dapat meningkatkan
alasan yang mendorong meningkatnya kepatuhan wajib Pajak dalam membayar
kepatuhan wajib pajak orang pribadi PBB.
dalam membayar PBB. 4.5.2 Pengaruh Kesadaran Wajib
Jika dilihat dari distribusi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
frekwensi kualitas pelayanan fiskus Pajak
Cukup Baik dengan nilai TCR 68,42%.
Berdasarkan hasil pengujian kesadaran perpajakan berpengaruh
hipotesis kedua ditemukan bahwa signifikan positif terhadap kepatuhan
kesadaran wajib pajak berpengaruh wajib pajak, sanksi denda berpengaruh
signifikan terhadap kepatuhan wajib negatif dan tidak signifikan. Sedangkan
pajak. Situasi tersebut terjadi karena pada uji secara simultan bahwa variabel
umumnya wajib pajak cukup memahami independen berpengaruh positif terhadap
pengetahuan yang berhubungan dengan kepatuhan wajib pajak.
pajak, disamping itu pihak kecamatan 4.5.3 Pengaruh Keadilan Pajak
atau pun kelurahan juga secara aktif Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
untuk mensosialisasikan pembayaran Berdasarkan hasil pengujian
PBB, sehingga pada umumnya hipotesis ketiga ditemukan bahwa
masyarakat yang membayar PBB keadilan pajak berpengaruh signifikan
memiliki kesadaran pajak yang tinggi positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
dan berkontribusi signifikan terhadap Artinya semakin tinggi keadilan pajak
kepatuhan wajib pajak. maka akan semakin tinggi kepatuhan
Jika dilihat dari distribusi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
frekwensi Kesadaran Wajib Pajak Baik perpajakannya. Jika dilihat dari distribusi
dengan nilai TCR 76,84%. Dapat frekwensi Keadilan Pajak Baik dengan
dikatakan bahwa Kesadran Wajib Pajak nilai TCR 77,69%. Dapat dikatakan
di Kecamatan Padang Utara terhadap bahwa Keadilan Pajak di Kecamatan
Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Padang Utara terhadap kepatuhan wajib
PBB cukup baik dan berpengarus Pajak dalam membayar PBB cukup baik
signifikan positif, dan berpengarus signifikan positif
Hasil yang diperoleh pada Keadaan tersebut terjadi karena
tahapan pengujian hipotesis kedua tidak pelayanan pajak yang dilakukan dengan
sejalan dengan hasil penelitian Boediono prinsip keadilan tentu tidak melihat hal
(1996) kesadaran wajib pajak yang berhuhubungan rasial atau pun
berkonsekuensi logis untuk para wajib kedudukan dan ekonomi, setiap anggota
pajak agar mereka rela memberikan masyarakat dianggap sebagai wajib pajak
kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi yang memiliki hak dan kewajiban yang
perpajakan dengan cara membayar sama, ketika prinsip tersebut
kewajiban pajak secara tepat waktu dan dikembangkan tentu akan memotivasi
tepat jumlahnya. Lerche (1980) juga anggota masyarakat, terutama wajib
mengemukakan bahwa kesadaran wajib pajak orang pribadi yang membayar PBB
pajak seringkali menjadi kendala dalam untuk meningkatkan kepatuhan mereka
masalah pengumpulan pajak dari dalam membayar pajak.
masyarakat, karena masyarakat yang Hasil yang diperoleh pada
memiliki kesadaran pajak tinggi akan tahapan pengujian hipotesis ketiga
mengerti fungsi pajak, baik mengerti konsisten dengan penelitian yang
manfaat pajak untuk masyarakat maupun dilakukan oleh Witono (2008) menguji
diri pribadi. Dengan demikian pengaruh peranan pengetahuan pajak
masyarakat akan sukarela dan disiplin pada kepatuhan wajib pajak, menemukan
membayar pajak tanpa paksaan. bukti bahwa terdapat pengaruh yang
Penelitian Karsimiati (2009) signifikan antara pengetahuan pajak dan
menguji pengaruh pelayanan fiskus, persepsi keadilan pajak terhadap tingkat
sanksi denda, dan kesadaran perpajakan kepatuhan pajak. Penelitian lain yang
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam dilakukan oleh Ferdyanto Dharmawan
membayar pajak bumi dan bangunan di (2013) tentang pengaruh keadilan pajak
kecamatan Gabus-Pati, hasilnya terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak,
menunjukkan pelayanan fiskus dan menunjukkan bahwa keadilan pajak
secara simultan maupun parsial 2. Responden mengisi kuesioner
berpengaruh signifikan terhadap perilaku dipengaruhi oleh psikologi responden itu
kepatuhan wajib pajak. Penelitian yang sendiri sehingga dalam pengisian
dilakukan Andarini (2010) tentang kuesioner mereka menjadi tidak teliti.
dampak dimensi keadilan pajak terhadap 5.3 Saran
tingkat kepatuhan wajib pajak, Berdasarkan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa seluruh dimensi telah dilakukan, peneliti mengajukan
keadilan pajak tidak berpengaruh beberapa saran sebagai berikut:
signifikan secara statistik terhadap 1. Diperlukan adanya kualitas
perilaku kepatuhan dalam membayar pelayanan fiskus yang baik,
pajak. kesadaran wajib pajak, dan keadilan
pajak yang tinggi sehingga dengan
5. Kesimpulan, Keterbatasan dan begitu akan meningkatkan kepatuhan
Saran wajib pajak dalam memenuhi
5.1 Kesimpulan kewajiban perpajakannya.
Berdasarkan kepada analisis dan 2. Petugas pajak (fiskus) harus lebih
pembahasan hasil pengujian hipotesis aktif dalam memberikan pelayanan
maka diajukan beberapa kesimpulan kepada wajib pajak, sehingga dapat
penting yang merupakan inti dari meningkatkan kepatuhan wajib pajak
pemecahan masalah yang dibahas dalam memenuhi kewajiban
didalam model penelitian ini yaitu: membayar PBB nya.
1. Kualitas pelayanan fiskus 3. Dalam meningkatkan kepatuhan
berpengaruh signifikan positif wajib pajak pemerintah di Kecamatan
terhadap kepatuhan wajib pajak Padang Utara harus lebih
orang pribadi dalam membayar PBB mempertahankan bahkan
dan terdaftar pada Kantor Kecamatan meningkatkan keadilan dalam
Pada Utara. pemungutan pajak.
2. Kesadaran wajib pajak berpengaruh 4. Untuk penelitian selanjutnya peneliti
signifikan positif terhadap kepatuhan dapat menggunakan variabel
wajib pajak orang pribadi dalam penelitian diluar model yang diteliti
membayar PBB dan terdaftar pada dalam penelitian ini seperti kondisi
Kantor Kecamatan Pada Utara. sistem administrasi pajak suatu
3. Keadilan pajak berpengaruh negara, pemeriksaan pajak, tarif
signifikan positif terhadap kepatuhan pajak, tingkat pemahaman,
wajib pajak orang pribadi dalam pengalaman, penghasilan.
membayar PBB dan terdaftar pada
Kantor Kecamatan Pada Utara.
5.2 Keterbatasan Penelitian DAFTAR PUSTAKA
Meskipun peneliti telah berusaha Albari. 2008. Pengaruh Keadilan
merancang dan mengembangkan Terhadap Kepuasan Dan
penelitian sedemikian rupa, namun masih Kepatuhan Wajib Pajak. UNISIA,
terdapat beberapa keterbatasan dalam Vol. XXXI No. 69 September 2008
penelitian ini, diantaranya yaitu:
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada Andriani, Desi. 2009. Pengaruh Kualitas
satu kecamatan saja. Penelitian ini Pelayanan Pajak Terhadap
kemungkinan akan menunjukkan Kepatuhan Wajib Pajak Orang
hasil yang berbeda jika sampel Pribadi di KPP Dumai. Skripsi: FE
ditambah sebagai objek Unand
penelitiannya.
Arikunto, Suharmi. 2006. Prosedur Ikafitri, Dina Yunia. 2009. Pengaruh
penelitian suatu pendekatan kualitas pelayanan pajak dan
praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta administrasi pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak kendaraan
Azmi, Anna A. Che and Kamala A. bermotor di Kota Padang. Skripsi:
Perumal. 2008. Tax Fairness FE UNP.
Dimensions In An Asian Context:
The Malaysian Perspective, Jumy Riska. 2012. Faktor Faktor yang
International Review Of Business Mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Research Papers, Vol. 4 No. 5 Pajak Pada KPP Pratama
October-November 2008 Pp. 11-19 Pekanbaru, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Volume 1 Nomor 2.
Boediono, B. 1996. Perpajakan Universitas Sumatera Utara,
Indonesia. Jilid I. Jakarta: Kawula Medan.
Indonesia.
Karsimiati. 2009. Pengaruh pelayanan
Budi R Ikhsan. 2012. Kajian Terhadap fiskus, sanksi denda dan kesadaran
Faktor Faktor yang Mempengaruhi perpajakan terhadap kepatuhaan
Kepatuhan Wajib Pajak. JAMBSP wajib pajak dalam membayar pajak
Vol 3 No 3 – Juni 2007: 288 – 310 bumi dan bangunan di Kecamatan
Gabus-Pati. Skripsi: FE
Devano, Sony dan Rahayu. 2006. UNISBANK
Perpajakan, Konsep, Teori Dan
Isu. Jakarta: Kencana Kurniawan, Dedi. 2009. Pengaruh
kesadaran wajib pajak terhadap
Dwi, Seftiawan Rully. 2009. Analisis kepatuhan wajib pajak. Skripsi: FE
Faktor Yang Berpengaruh Pada UNAND
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Membayar Pajak Bumi dan Lerche, Dietrich. 1980. Efficiency of
Bangunan. Skripsi. Universitas Taxation in Indonesia. BIES. Vol
Brawijaya 16 No. 1, hal 34-35

Franklin, Bernama. 2008. Pengaruh Mardiasmo. 2003. Perpajakan.


tingkat pemahaman, pengalaman, Yogyakarta: Andi Offset
penghasilan, administrasi
perpajakan, kompensasi pajak, dan Menika, Resfianis. 2009. Pengaruh
sanksi pajak terhadap kepatuhan kualitas pelayanan fiskus terhadap
wajib pajak dalam membayar PBB tingkat kepatuhan wajib pajak PPh
di kecamatan Padang Barat. Badan dalam memenuhi kewajiban
Skripsi: FE UNP pajaknya. Skripsi: FE UNP

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Nugroho, Agus. 2006. Pengaruh sikap
Multivariate dengan Program wajib pajak pada pelaksanaan
SPSS. Semarang: Badan Penerbit sanksi denda, pelayanan fiskus dan
Universitas Diponegoro. kesadaran perpajakan terhadap
kepatuhan wajib pajak. Tesis:
Harahap, Abdul Asri. 2004. Paradigma Magister Akuntansi Program
Baru Perpajakan Indonesia. Pascasarjana Universitas
Penerbit BPFE Yogyakarta. Diponegoro
Parasuraman, Zeihaml dan Berry. 1985. Perpajakan Indonesia. Vol. XLVI
A Conceptual Model of Service No. 3, hal 333-368
Quality and Its Implications for
Future Research. Journal of Soetrisno, Loekman. 1994. Optimalisasi
Marketing. Vol 49, hal 41-50 Pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan di Perkotaan : Suatu
Priantara, Diaz. 2009. Kupas Tuntas Perspektif Sosiologis. Jakarta :
Pengawasan, Pemeriksaan, dan Direktorat Jendral Pajak. Diskusi
Penyidikan Pajak. Jakarta: Malta terbatas “Penyempurnaan Undang-
Printindo Undang Pajak Bumi dan Bangunan
serta Pemungutan Kembali Bea
Pris, K. Andarini. 2010. Dampak Balik Nama Atas Perolehan Hak
Dimensi Keadilan Pajak Terhadap Atas Tanah dan Bangunan”
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Badan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Supriyono, Bambang. 2002. Peranan
Universitas Diponegoro. Pemerintah Daerah Dalam
Peningkatan Kualitas Pelayanan
Piliang, Wenedi. 2012. Mafia Pajak Publik. Jurnal Administrasi
Merajarela. Pada Expres Edisi 13 Negara. Vol. II No. 2
Maret 2012.
www.padang.expres.com Suyatmin. 2004. Pengaruh Sikap Wajib
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Purnama, Nursya’bani. 2006. Pajak Dalam Pembayaran Pajak
Manajemen Kualitas Perspektif Bumi dan Bangunan. Tesis: Pasca
Global. Yogyakarta: Ekonesia Sarjana UNDIP

Republik Indonesia, Undang-Undang no. Tjahjono, Achmad dan Triyono


28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Wahyudi. 2005. Perpajakan
Umum dan Tata Cara Perpajakan Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Republik Indonesia, Undang-Undang no.
28 Tahun 2009 tentang Pajak Utomo, Pudji Susilo. 2002. Analisis
Daerah dan Retribusi Daerah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kesadaran Masyarakat Untuk
Sapriadi, Doni. 2012. Pengaruh Kualitas Membayar Pajak Bumi Dan
Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak dan Bangunan di Kecamatan Karang
Kesadaran Wajib Pajak terhadap Tengah Kabupaten Demak. Tesis:
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pasca Sarjana UNDIP
Membayar PBB (Pada Kecamatan
Selupu Rejang). Skripsi. FE UNP Wahyudi, Firman. 2012. Pengaruh
Kualitas Pelayanan
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Terhadap Kepatuhanwajib Pajak
Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Orang Pribadi Pada Kantor
Salemba Empat Pelayananpajak Pratama Blitar.
Skripsi. FE UMM
Soemarso S. R. 1998. Dampak
Reformasi Perpajakan 1984 Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia.
terhadap Efisiensi Sistem Jakarta: Salemba Empat
Perpajakan Indonesia. Jurnal
Ekonomi dan Keuangan
Witono, Banu. 2008. Peranan
Pengetahuan Pajak Pada
Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal
Akuntansi Dan Keuangan, Volume
7, Nomor 2, September 2008,
hlm.196-208

Zain, M. 2004. Manajemen Perpajakan.


Jakarta : Penerbit PT. Salemba
Empat.

Anda mungkin juga menyukai