Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH SOSIALISASI, PEMAHAMAN, DAN KESADARAN PROSEDUR PERPAJAKAN

TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK


(Studi pada Wajib Pajak Orang Pribadi Pajak Bumi Bangunan Perdesaan dan Perkotaan di Desa
Mojoranu Kabupaten Bojonegoro)

Mochammad Rizza Faizin


Kertahadi
Ika Ruhana
(PS Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya
Malang)
Email: 115030407111019@student.ac.id

ABSTRAK

Di Indonesia, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan kebanyakan oleh masyarakat
dibayarkan melalui perangkat desa setempat. Hal ini menyebabkan PBB-P2 rawan diselewengkan oleh
perangkat desa dikarenakan setoran pembayaran pajak sering tidak disetorkan tepat waktu kepada
Dispenda setempat. Hal tersebut dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat
mengenai pembayaran PBB-P2 yang seharusnya bisa dibayarkan sendiri oleh wajib pajak ke kantor
Dispenda atau Bank Jatim. Jika hal ini tidak menjadi perhatian penuh oleh pemerintah, maka akan
berdampak pada menurunnya Pendapatan Asli Daerah / penerimaan PBB-P2. Penelitian ini bertujuan
untuk menjelaskan pengaruh variabel Sosialisasi, Pemahaman, dan Kesadaran Wajib Pajak, secara
parsial dan simultan terhadap variabel Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar PBB-P2. Penelitian ini
berlokasi pada Desa Mojoranu Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. Metode penelitian yang
digunakan adalah explanatory research, dengan kuesioner yang disebarkan kepada 102 Wajib Pajak PBB-
P2 di Desa Mojoranu. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis
regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sosialisasi, Pemahaman, dan Kesadaran
Wajib Pajak, berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak secara simultan. Namun, secara
parsial variabel sosialisasi dan kesadaran berpengaruh signifikan, sedangkan variabel pemahaman
berpengaruh tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Kata kunci:
Sosialisasi, Pemahaman, Kesadaran Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, PBB-P2

ABSTRACT

In Indonesia, the Land and Building Tax Rural Urban mostly have been paid through the local
village. This led to tax prone distorted by the village due to deposit tax payments are often not paid on time to the
local revenue. This can be affected by the lack of knowledge and awareness about tax payments that should be paid
solely by the taxpayer to the Revenue office or Bank Jatim. If this doesn’t attention by the government, it will
decrease local revenue. This study aimed to describe influence of socialization variables, understanding, and
awareness of the Taxpayer, partially and simultaneously to variable Taxpayer Compliance in paying Land Tax
Building Rural and Urban. This research located in the village Mojoranu of Bojonegoro. The method used is
explanatory research, using a questionnaire that is distributed to 102 Taxpayers. Analysis of the data are using
descriptive analysis and multiple linear regression analysis. The results indicated that socialization, understanding,
and awareness of the Taxpayer, have significant effect on tax compliance simultaneously. However, in partial
socialization and awareness have significant effect, while understanding variables isn’t significant effect on tax
compliance.

Keywords:
Socialization, Understanding, Awareness taxpayer, Taxpayer Compliance, Tax on Land and Building Rural and
Urban.

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 9 No. 1 2016| 1


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
PENDAHULUAN membayar pajak (Binambuni, 2013). Penelitian
Dalam struktur penerimaan Negara, Ardianto dkk (2013) dan Kurniawan (2006)
penerimaan perpajakan mempunyai peranan membuktikan bahwa sosialisasi perpajakan
yang sangat strategis dan merupakan komponen berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib
terbesar serta sumber utama penerimaan dalam pajak.
negeri untuk menopang pembiayaan Penelitian ini bertujuan untuk
penyelenggaraan pemerintahan dan mengetahui dan menganalisis pengaruh
pembangunan nasional (Nurmantu, 2005). sosialisasi, pemahaman, dan kesadaran
Terdapat banyak faktor-faktor yang prosedur perpajakan secara simultan dan parsial
memengaruhi kelancaran pemenuhan terhadap kepatuhan Wajib Pajak PBB-P2 di desa
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Mojoranu.
Perdesaan dan Perkotaan PBB-P2 antara lain :
kesadaran membayar pajak, pelayanan fiskus, TINJAUAN TEORI
pengetahuan dan pemahaman tentang Pengertian Pajak dan PBB-P2
peraturan perpajakan, dan persepsi atas Definisi pajak menurut Undang-Undang
efektifitas sistem perpajakan (Hardiningsih, dkk. Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan
2011). keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun
Sistem perpajakan Indonesia pada saat 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
ini salah satunya menganut sistem self Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak
assessment, yakni suatu sistem perpajakan yang adalah kontribusi wajib kepada negara yang
memberi kepercayaan kepada Wajib Pajak terutang oleh orang pribadi atau badan yang
untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
kewajiban dan hak perpajakannya (Rahayu, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
2010). Di Indonesia, Pajak Bumi dan Bangunan langsung dan digunakan untuk keperluan
Perdesaan Perkotaan rawan diselewengkan oleh negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
perangkat desa, kebanyakan pembayaran pajak rakyat. Rustiyahningsih (2011) mengemukakan
PBB-P2 oleh masyarakat telah dibayarkan pajak adalah iuran wajib berupa barang yang
melalui perangkat desa setempat. Oleh dipungut oleh penguasa berdasarkan norma
perangkat desa setempat setoran pembayaran hukum guna menutup biaya produksi barang
pajak tersebut sering tidak disetorkan tepat dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan
waktu kepada Dispenda setempat. Hal tersebut umum.
bisa dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan Berdasarkan Undang-Undang Nomor
dan kesadaran masyarakat mengenai 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan
pembayaran pajak PBB-P2 yang seharusnya bisa Bangunan, disimpulkan bahwa Pajak Bumi dan
dibayarkan sendiri oleh wajib pajak ke kantor Bangunan adalah Pajak yang bersifat kebendaan
Dispenda atau Bank Jatim tanpa melalui dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan
perangkat desa. Jika hal ini tidak menjadi oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau
perhatian penuh oleh pemerintah, maka akan bangunan. Keadaan subjek (siapa yang
berdampak pada menurunnya Pendapatan Asli membayar) tidak ikut menentukan besar pajak.
Daerah (PAD)/penerimaan PBB-P2 yang mana Sedangkan menurut Diana dan Setiawati (2009)
sebagian besar akan dikembalikan untuk pengertian PBB adalah iuran yang dikenakan
pembangunan daerah tersebut (Kurniawan, terhadap pemilik, pemegang kekuasaan,
2006). penyewa dan yang memperoleh manfaat dari
Salah satu cara untuk mengatasi bumi dan bangunan. Pengertian bumi adalah
dampak tersebut adalah melalui sosialisasi permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di
kepada wajib pajak mengenai tata cara bawahnya. Menurut Direktorat Jenderal Pajak,
pembayaran PBB-P2. Sosialisasi merupakan Pajak Bumi Bangunan adalah Pajak Negara
salah satu cara atau alat yang dapat digunakan yang dikenakan terhadap bumi dan atau
untuk memberikan pengetahuan dan informasi bangunan.
kepada para wajib pajak tentang peraturan, tata
cara perpajakan, prosedur, serta waktu OBJEK PBB-P2
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan. Adanya Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah
sosialisasi perlu dilakukan untuk meningkatkan Bumi dan/atau Bangunan. Bumi adalah
kepatuhan dan kesadaran para wajib pajak Permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di
untuk patuh akan kewajibannya dalam bawahnya, permukaan bumi meliputi tanah dan

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 9 No. 1 2016| 2


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa, b) Mengadakan seminar-seminar di berbagai
tambak, perairan) serta laut wilayah Republik profesi serta pelatihan-pelatihan baik untuk
Indonesia. Sedangkan Bangunan adalah pemerintah maupun swasta.
konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan c) Memasang spanduk yang bertemakan
secara tetap pada tanah dan/atau perairan pajak.
(Mardiasmo, 2009). d) Memasang iklan layanan masyarakat di
SUBJEK PBB-P2 berbagai stasiun televisi.
Berdasarkan Undang-Undang e) Mengadakan acara tax goes to campus yang
Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 78, subjek Pajak diisikan dengan berbagai acara yang
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan menarik mulai dari debat pajak sampai
adalah Orang pribadi atau Badan yang secara dengan seminar pajak dimana hal tersebut
nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau bertujuan untuk menimbulkan pemahaman
memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau tentang pajak kepada masyarakat.
memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh f) Memberikan penghargaan terhadap wajib
manfaat atas bangunan. Sedangkan yang pajak patuh pada setiap Kantor Pelayanan
menjadi Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Pajak (KPP).
Perdesaan dan Perkotaan adalah Orang Pribadi
atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu Pemahaman Wajib Pajak
hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat Pemahaman wajib pajak sangat
atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, mempengaruhi wajib pajak dalam memenuhi
dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. kewajiban perpajakannya. Kurangnya
Jadi, hak atas tanah dan/atau bangunan oleh pemahaman dan pengetahuan wajib pajak
orang pribadi atau badan tersebutlah yang terhadap ketentuan Peraturan-Peraturan
menjadi dasar untuk menentukan siapa subjek Perundang-Undangan Perpajakan menyebabkan
atas Pajak Bumi dan Bangunan. wajib pajak merasa tidak memiliki kewajiban
untuk membayar pajak. Melantri (2007)
WAJIB PAJAK PBB-P2 menjelaskan “proses pemahaman merupakan
Menurut Undang-Undang nomor 28 suatu proses belajar melalui pengamatan
tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi berusaha memahami segala jenis informasi yang
Daerah Pasal 1, Wajib Pajak adalah orang berkaitan dengan pajak”. Pemahaman pajak
pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak, juga dapat diartikan sebagai suatu proses
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang perbuatan, atau cara yang dilakukan oleh wajib
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan pajak untuk mengetahui, mengerti, dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- memahami akan informasi pajak.
undangan perpajakan daerah. Wajib Pajak dapat
berupa WPOP (Wajib Pajak Orang Pribadi) dan Kesadaran Wajib Pajak
Wajib Pajak berupa Badan baik Luar Negeri Kesadaran untuk mematuhi ketentuan
maupun Dalam Negeri. (hukum pajak) yang berlaku tentu berkaitan
dengan faktor-faktor apakah ketentuan hukum
Pengertian Sosialisasi Perpajakan tersebut telah diketahui, diakui, dihargai. Bila
Sosialisasi merupakan suatu upaya yang seseorang hanya mengetahui, berarti kesadaran
dilakukan Dirjen Pajak melalui berbagai metode hukumnya lebih rendah dari mereka yang
untuk memberikan informasi terkait segala mengetahui demikian seterusnya. Idealnya
peraturan dan kegiatan yang berhubungan untuk mewujudkan sadar dan peduli pajak,
dengan perpajakan agar dapat dilaksanakan wajib pajak meski diajak untuk mengetahui,
oleh masyarakat pada umumnya khususnya mengakui, menghargai, dan menaati ketentuan
wajib pajak, baik orang pribadi maupun badan perpajakan yang berlaku. Kesadaran perpajakan
usaha (Direktorat Jenderal Pajak, 2011). masyarakat yang rendah seringkali menjadi
salah satu sebab banyaknya potensi pajak yang
Metode Sosialisasi Perpajakan tidak dapat dijaring.kesadaran perpajakan
Program-program yang telah dilakukan seringkali menjadi kendala dalam masalah
berkaitan dengan kegiatan sosialisasi pajak yang pengumpulan pajak dari masyarakat. Kesadaran
dimaksudkan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak atas perpajakan sangat diperlukan
wajib pajak antara lain (Putra et al, 2014). guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
a) Mengadakan penyuluhan-penyuluhan Tingkat kesadaran perpajakan menunjukkan
tentang perpajakan. seberapa besar tingkat pemahaman seseorang
tentang arti, fungsi dan peranan pajak. Semakin

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 9 No. 1 2016| 3


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
tinggi tingkat pemahaman wajib pajak maka wajib pajak yaitu dengan cara mendengar,
kesadaran pelaksanaan kewajiban perpajakan mencari tahu dan berupaya untuk
semakin baik sehingga dapat meningkatkan memenuhi apa yang diinginkan oleh wajib
kepatuhan WP dalam membayar pajak pajak terkait dengan hak dan kewajiban
(Nurmantu, 2005). perpajakannya.Sementara itu fiskus adalah
petugas pajak (Hardiningsih, dkk, 2011).
Kepatuhan Wajib Pajak c. Pengetahuan dan Pemahaman tentang
Kepatuhan Wajib Pajak secara Peraturan Perpajakan
terminologi berarti, taat, patuh, dan disiplin Pengetahuan adalah hasil kerja fikir yang
terhadap perintah atau aturan, dapat dikatakan merubah tidak tahu menjadi tahu dan
wajib pajak patuh jika wajib pajak tersebut taat, menghilangkan keraguan terhadap suatu
atau disiplin dalam memenuhi serta perkara (Fikriningrum, 2012). Sedangkan
melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai Pemahaman merupakan kemampuan
dengan Undang-Undang yang berlaku. untuk menangkap makna dan arti dari
Rustiyahningsih, (2011) mendefinisikan bahan yang dipelajari. Pengetahuan dan
kepatuhan perpajakan diartikan sebagai suatu pemahaman peraturan perpajakan
keadaan yang mana wajib pajak patuh dan merupakan penalaran dan penangkapan
mempunyai kesadaran dalam memenuhi makna tentang peraturan perpajakan
kewajiban perpajakan. (Hardiningsih, dkk, 2011).
Rustiyahningsih (2011) mengemukakan d. Persepsi Atas Efektifitas Sistem Perpajakan
bahwa kepatuhan dan kesadaran dalam Persepsi adalah proses di mana individu
pemenuhan kewajiban perpajakan tercermin mengatur menginterpretasikan kesan-kesan
dalam situasi sebagai berikut: sensoris mereka guna memberikan arti bagi
a. Wajib Pajak memahami dan berusaha untuk lingkungan mereka (Robbins, 2008).
memahami semua Peraturan Perundang- Sedangkan efektifitas memiliki pengertian
Undangan Perpajakan. suatu pengukuran yang menyatakan
b. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas
jelas dan waktu) telah tercapai. Hal-hal yang
c. Menghitung jumlah pajak terhutang dengan mengindikasikan efektifitas sistem
benar perpajakan yang saat ini dapat dirasakan
d. Membayar pajak terhutang tepat pada oleh wajib pajak antara lain yaitu pertama,
waktunya pembayaran melalui e-banking lebih
memudahkan wajib pajak dalam
Faktor-faktor yang memengaruhi Kemauan membayar pajak (Fikriningrum, 2012).
Membayar PBB-P2
Faktor-faktor mempengaruhi kemauan HIPOTESIS
membayar PBB-P2 adalah sebagai berikut: Model Hipotesis
a. Kesadaran membayar pajak
Kesadaran membayar pajak merupakan
keadaan dimana wajib pajak mau
membayar pajak karena merasa tidak
dirugikan dari pembayaran pajak yang
dilakukannya. Kesadaran bahwa pajak
merupakan bentuk partisipasi dalam
menunjang pembangunan negara. Dengan
Gambar 1. Model Hipotesis
menyadari hal ini wajib pajak mau
Sumber: Kajian Teoritis 2015
membayar pajak karena merasa tidak
dirugikan dari pemungutan pajak yang
Keterangan :
dilakukan (Hardiningsih, dkk, 2011).
= Pengaruh secara Simultan
b. Pelayanan Fiskus
= Pengaruh secara Parsial
Pelayanan adalah cara melayani
H1 = Pengaruh secara Simultan
(membantu mengurus atau menyiapkan
H2, H3, H4 = Pengaruh secara Parsial
segala keperluan yang dibutuhkan
seseorang). Pelayanan yang baik akan
mendorong kepatuhan wajib pajak untuk
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
melaksanakan kewajiban perpajakannya.
H1 : Variabel X1, X2, X3 diduga berpengaruh
Untuk dapat meningkatkan kepatuhan

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 9 No. 1 2016| 4


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
secara simultan / bersamaan
terhadap kepatuhan wajib pajak (Y)
H2 : Variabel X1 diduga berpengaruh secara
signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak (Y)

H3 : Variabel X2 diduga berpengaruh secara Tabel 1. Jenis Kelamin Responden


signifikan terhadap kepatuhan Jenis Jumlah Persentase
wajib pajak (Y) kelamin responden
H4 : Variabel X3 diduga berpengaruh secara Laki-laki 61 60%
signifikan terhadap kepatuhan Perempuan 41 40%
wajib pajak (Y) Total 102 100%
Sumber: data primer diolah tahun (2015)
METODE PENELITIAN Berdasarkan data yang tercantum pada
Jenis Penelitian tabel 1 menunjukkan bahwa dari 102 responden
Penelitian ini merupakan jenis sebanyak 61 responden (60%) berjenis kelamin
penelitian penjelasan (explanatory research), laki-laki dan sebanyak 41 responden (40%)
karena penelitian ini menjelaskan hubungkan berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian
kausal antara variabel-variabel melalui dapat diketahui jika responden laki-laki lebih
pengujian hipotesis (Riduwan, 2006). banyak daripada responden perempuan.

Populasi dan Sampel Data Karakteristik Responden berdasarkan Usia


Populasi dalam penelitian ini adalah ditunjukan pada tabel 2.
seluruh kepala keluarga di RT 4 Desa Mojoranu
Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro Tabel 2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia.
sejumlah 136 KK yang merupakan WP PBB-P2. Usia Jumlah Persentase
Sedangkan Sampel dalam penelitian ini Responden (%)
sebanyak 102 KK yang ditentukan dengan Di bawah 25 9 8,82
menggunakan Rumus Slovin. Teknik tahun
pengambilan sampel pada penelitian ini 25 tahun - 35 17 16,6
menggunakan probability sampling dengan tahun
metode simple random sampling (Sugiyono, 2013).
35 tahun – 45 64 62,7
tahun
Teknik Pengumpulan Data
Di atas 45 12 11,7
Penelitian ini menggunakan instrumen
tahun
berupa kuesioner yang disebarkan kepada
Total 102 100
masyarakat Desa Mojoranu Kabupaten
Sumber: data primer diolah tahun (2015)
Bojonegoro. Kuesioner diukur menggunakan
skala likert untuk mengukur pendapat
Berdasarkan data yang tercantum pada
responden yang terdapat dalam kuesioner.
tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas
responden berusia antara 35 tahun- 40 tahun
Analisis Data
yaitu sebanyak 64 orang responden (62,7 %)
Penelitian ini menggunakan analisis
dimana usia tersebut merupakan usia produktif
deskriptif untuk mendeskripsikan karakteristik
dalam melakukan pekerjaan.
lokasi penelitian, karakteristik responden, dan
mendeskripsikan hasil penelitian. Analisis
Data Karakteristik Responden berdasarkan
inferensial dalam penelitian ini menggunakan
Tingkat Pendidikan ditunjukan pada
program SPSS versi 21.00. Data yang telah
tabel 3.
terkumpul kemudian dianalisa dengan Uji
Asumsi Klasik, Analisis Regresi Bergandan, Uji Tabel 3 Gambaran umum berdasarkan tingkat
F, dan Uji t (Sugiyono, 2013). pendidikan
Pendidikan Jumlah Persentase
HASIL PENELITIAN responden
Data Karakteristik Responden Tidak tamat 0 0
Data Karakteristik Responden berdasarkan Jenis SD/Tidak Sekolah
Kelamin ditunjukan pada tabel 1.

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 9 No. 1 2016| 5


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
SD 6 5,88 0,974 atau lebih besar dari 0,05 maka asumsi
SMP 0 0 normalitas terpenuhi.

SMA 72 70,5 Hasil Uji Normalitas dalam penelitian ini


D3 9 8,82 disajikan dalam Tabel 5.
S1/S2 15 14,7
TOTAL 102 100 Tabel 5. Hasil Uji Normalitas
Sumber: data primer diolah tahun (2015) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Berdasarkan pendidikan terakhir
responden pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa Unstandardized
sebagian besar responden berpendidikan Residual
terakhir SMA sebanyak 72 orang (70,5%).
N 102
Dimana menunjukkan bahwa responden wajib
pajak mayoritas belum memiliki tingkat Normal Parametersa Mean .0000000
pendidikan paling tinggi, namun demikian
Std.
diharapkan dalam penelitian ini responden 1.70385377
Deviation
dapat mengkontribusikan jawaban atau
pernyataan mengenai prosedur peraturan Most Extreme Absolute .048
perundangan-undangan PBB-P2 yang berlaku Differences Positive .048
dalam kuesioner ini guna menunjukkan hasil
peneliatian yang lebih optimal dan signifikan. Negative -.045
Data Karakteristik Responden berdasarkan Kolmogorov-Smirnov Z .482
Pekerjaan ditunjukan pada tabel 4.
Asymp. Sig. (2-tailed) .974
Tabel 4 Gambaran Umum Berdasaarkan Pekerjaan a. Test distribution is Normal.
Pekerjaan Jumlah Persentase
Responden Sumber: Data primer diolah peneliti (2015)
PNS 20 0rang 19,60
Swasta 18 Orang 17,64
b. Uji Multikolineritas
Wiraswasta 11 Orang 10,78

Lainnya 53 Orang 51,96 Tabel 6. Hasil Uji Multikolineritas


Variabel Collinearity Statistic
Total 102 0rang 100 Tolerance VIF
Sumber: data primer diolah tahun (2015) Pemahaman 0,523 1,913
Peraturan
Berdasarkan data yang tercantum pada Perpajakan (X1)
tabel 4 ditunjukkan bahwa mayoritas responden Tarif Pajak (X2) 0,948 1,055
dengan pekerjaan lainnya atau selain yang Asas Keadilan (X3) 0,505 1,982
disebutkan yaitu PNS, Pegawai Swasta, dan Sumber: Data primer diolah peneliti (2015)
Wiraswasta yaitu sebanyak 53 responden
(51,96%) dari keseluruhan responden, Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa
kemudian responden dengan pekerjaan PNS nilai Tolerance variabel X1= 0,523, variabel X2=
sebanyak 20 respoden (19,60%), Pegawai Swasta 0,948 dan variabel X3=0,505. Kemudian nilai VIF
sebanyak 18 responden (17,64%), dan variabel X1= 1,913, variabel X2= 1,055 dan
Wiraswasta sebanyak 11 Responden (10,78%). variabel X3= 1,982. Artinya nilai Tolerance
masing-masing variabel > 0,1 dan nilai VIF
Uji Asumsi Klasik masing-masing variabel < 10. Sehingga dapat
a. Uji normalitas disimpulkan bahwa H0 ditolak yang berarti
Normalitas data dalam penelitian ini tidak terjadi gejala multikolinieritas diantara
diukur dengan uji Kalmagarov-Smirnov. Jika variabel bebas (independen) dalam model
besarnya nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05 maka penelitian.
data residual berdistribusi normal.
Dari hasil perhitungan seperti yang
didapat dalam tabel 5 nilai signifikansi sebesar

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 9 No. 1 2016| 6


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Nilai Signifikansi F = 0,000
f Tabel = 2,70
c. Uji Heteroskedatisitas t tabel = 1,98447
a. Dependent Variable Kepatuhan
Sumber: Data Primer diolah peneliti (2015)
Berdasarkan pada tabel 7 didapatkan
persamaan regresi sebagai berikut :
Y= -0,104 + 0,293(X1) + 0,087(X2) + 0,659(X3)

Dari pernyataan diatas dapat di


interpretasikan sebagai berikut :
a. Nilai koefisien regresi untuk variabel X1
adalah sebesar 0,293. Hal ini berarti bahwa
bertambahnya sosialisasi tata cara dan
prosedur peraturan perpajakan akan
Gambar 2. Hasil Uji Heteroskedatisitas meningkatkan kepatuhan wajib pajak
Sumber: Data Primer diolah peneliti (2015)
dengan asumsi bahwa variabel sosialisasi
adalah tetap atau konstant.
Dari hasil pengujian tersebut didapat
b. Nilai koefisien regresi untuk variabel X2
bahwa dengan diagram tampilan scatter plot
adalah sebesar 0,087. Hal ini berarti bahwa
menyebar dan tidak membentuk pola tertentu
pemahaman akan meningkatkan
maka tidak terjadi heteroskedatisitas, sehingga
kepatuhan wajib pajak dengan asumsi
dapat disimpulkan bahwa sisaan mempunyai
bahwa pemahaman peraturan perpajakan
ragam homogen (konstan) atau dengan kata lain
adalah tetap atau konstant
tidak terdapat gejala heterokesdatisitas.
c. Nilai koefisien regresi untuk variabel X3
adalah sebesar 0,659. Hal ini berarti bahwa
Uji Analisis Regresi Linier Berganda
kesadaran akan meningkatkan kepatuhan
Analisis regresi linier berganda ini
wajib pajak dengan asumsi bahwa
digunakan untuk menghitung besarnya
kesadaran adalah tetap atau konstant.
pengaruh antara variabel bebas, yaitu Sosialisasi
(X1), Pemahaman Wajib Pajak (X2), dan
Uji t test (Uji Parsial)
Kesadaran Wajib pajak (X3) terhadap variabel
Uji t (uji parsial) digunakan untuk
terikat yaitu Kepatuhan Wajib Pajak (Y). Hasil
mengetahui pengaruh signifikansi masing-
Analisis Regresi Linier Berganda ditunjukkan
masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
pada tabel 7.
Pengujian dilakukan dengan
Tabel 7. Regresi Linier Berganda membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel
Coefficientsa atau p-value dengan nilai α=0,05 menggunakan
Unstadardized software SPSS versi 21. Jika nilai t-hitung > t-tabel
Coefisien atau p-value < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti
Model B Std T Sig. variabel bebas secara parsial berpengaruh
Error signifikan terhadap variabel terikat dan
sebaliknya jika nilai t-hitung < t-tabel atau p-
1 ( constans) -.104 1.542 -.067 .946
value > 0,05 maka H0 diterima yang berarti
.293 .072 4.055 .000 bahwa variabel bebas berpengaruh tidak
Sosialisasi
signifikan terhadap variabel terikat. Hasil
.087 .063 1.376 .172 analisis uji t pada masing-masing variabel
Pemahaman
sebagai berikut:
.659 .085 7.763 .000 1) Variabel Sosialisasi (X1)
Kesadaran
Nilai t hitung diperoleh sebesar 4,055
dan ρ- value sebesar 0,000 maka H0 ditolak.
R = 0,837
Dengan demikian bahwa variabel Sosialisasi
Nilai R2 = 0,700
secara parsial berpengaruh signifikan
Nilai Adjusted R2 = 0,691 terhadap kepatuhan wajib pajak.
f Hitung = 76,152 2) Variabel Pemahaman (X2)

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 9 No. 1 2016| 7


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Nilai t hitung diperoleh sebesar 1,376 0,05). Sehingga disimpulkan bahwa H0 ditolak
dan t tabel sebesar 1,9844, maka t hitung < t dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
tabel H0 diterima. Dengan demikian, bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap
variabel Pemahaman secara parsial kepatuhan wajib pajak dan hasil penelitiannya
berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap menunjukkan positif signifikan.
kepatuhan wajib pajak.
2) Pengaruh Pemahaman (X2) secara parsial
3) Variabel Kesadaran (X3) tehadap Variabel Kepatuhan Wajib Pajak
Nilai t hitung diperoleh sebesar 7,763 (Y)
dan ρ- value sebesar 0,000 maka H0 ditolak. Hasil uji t diperoleh dari nilai t hitung
Dengan demikian, variabel Kesadaran secara sebesar 1,376 dan p value sebesar 0,172. Hal ini
parsial berpengaruh signifikan terhadap menunjukkan bahwa nilai t hitung kurang dari
kepatuhan wajib pajak. dari nilai t tabel (1,376 < 1,98447) dan hasil
signifikan besar dari pada α=0,05 (0,172 > 0,05),
Uji Koefisien Determinasi (R2) sehingga disimpulkan bahwa H0 diterima dan
Dari nilai adjusted R2 diperoleh sebesar Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa
0,691 atau dengan tingkat persentasi sebesar Pemahaman secara parsial berpengaruh tidak
69,1%. Artinya besarnya pengaruh variabel signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Sosialisasi, Pemahaman, Kesadaran secara Kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat,
bersama-sama terhadap Kepatuhan Wajib Pajak kurangnya pengetahuan dan pemahaman dari
sebesar 69,1% sedangkan 30,9% dipengaruhi pemerintah mengenai peraturan perundang-
oleh variabel lain yang tidak diteliti. Variabel undangan perpajakan terutama prosedur
tersebut dapat berupa variabel sanksi perpajakan diduga menjadi penyebab dari hasil
perpajakan, denda perpajakan yang tidak penelitian ini berpengaruh tidak signifikan
disebutkan dalam penelitian ini. terhadap kepatuhan wajib pajak.

PEMBAHASAN 3) Pengaruh Kesadaran (X3) secara parsial


Pengaruh Sosialisasi, Pemahaman, dan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Kesadaran secara bersama-sama terhadap Hasil uji t diperoleh dari nilai t hitung
Kepatuhan Wajib Pajak. sebesar 7,763 dan p value sebesar 0,000. Hal ini
Berdasarkan hasil pengujian Hipotesis menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besar
yang menyatakan bahwa Sosialisasi, dari t tabel ( 7,763 > 1,98447) dan hasil signifikan
Pemahaman, dan Kesadaran secara bersama- lebih kecil dari =0,05 (0,000 < 0,05), sehingga
sama berpengaruh signifikan terhadap disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
Kepatuhan Wajib Pajak adalah Hasil uji F Dengan demikin, disimpulkan bahwa
diperoleh dari F-Hitung sebesar 76,152 dan p- Kesadaran secara parsial berpengaruh terhadap
value sebesar 0,000. Dengan demikian kepatuhan wajib pajak.
disimpulkan bahwa Sosialisasi, Pemahaman,
Kesadaran secara bersama-sama berpengaruh KESIMPULAN
secara signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Sosialisasi, Pemahaman, Kesadaran
Pajak. Besarnya kontribusi pengaruh sosialisasi, bersama-sama berpengaruh secara positif
pemahaman, dan kesadaran secara bersama- signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
sama sebesar 0,691 atau 69,1%, sedangkan Sosialisasi dan Kesadaran secara parsial
sisanya yaitu sebesar 30,9% dipengaruhi oleh berpengaruh positif signifikan terhadap
variabel lain yang tidak diteliti. Kepatuhan Wajib Pajak. Sedangkan
Pemahaman secara parsial tidak berpengaruh
Pengaruh Sosialisasi, Pemahaman, dan positif signifikan terhadap Kepatuhan Wajib
Kesadaran secara parsial terhadap Kepatuhan Pajak.
Wajib Pajak.
1) Pengaruh Variabel Sosialisasi (X1) secara SARAN
parsial terhadap variabel Kepatuhan Wajib Bagi peneliti selanjutnya peneliti
Pajak (Y) merekomendasikan bagi peneliti selanjutnya
Hasil uji t diperoleh t hitung sebesar untuk dapat menggunakan variabel-variabel
4,055 dan p value sebesar 0,000. Hal ini yang berbeda dengan yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besar dalam penelitian ini mengingat hasil koefisien
dari nilai t tabel (4,055 > 1,98447) dan hasil determinasi dalam penelitian ini sebesar 69,1
signifikan lebih kecil dari pada α=0,05 (0,000 < sedangkan 30,9% dipengaruhi oleh variabel lain

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 9 No. 1 2016| 8


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
yang tidak diteliti, yaitu: variabel SPPT, Denda Membayar Pajak. Jurnal Dinamika
PBB-P2, variabel pengetahuan tentang peratur- Keuangan dan Perbankan, 3:1, pp. 126-142.
an perpajakan, dan pelayanan perpajakan. Kurniawan, D. (2006). Pengaruh Sosialisasi Pajak
Selain itu, disarankan untuk melakukan Bumi dan Bangunan terhadap Kepatuhan
penelitian pada seluruh wajib pajak PBB-P2 di Wajib Pajak Di Kabupaten Kudus. TESIS.
semua wilayah Indonesia. Hal ini berguna Universitas Negeri Semarang :
untuk membandingkan kondisi wajib pajak di Semarang.
berbagai wilayah Indonesia. Mardiasmo. (2009). Perpajakan. Ed Revisi
Bagi para wajib pajak disarankan untuk Tahun 2009. Yogyakarta : CV Andi.
selalu meningkatkan pemahaman, kesadaran Melantri, W. (2007). Konferensi Akuntansi dan
dan kepatuhan terkait kewajiban perpajakan, Keuangan Sektor Publik : Pengaruh
tepat waktu dalam hal pelaporan SPPT, Pemahaman Wajib Pajak, Persepsi Wajib
membayar pajak langsung ke Dispenda tanpa Pajak tentang Sanksi dan Pelayanan
dititipkan melalui perangkat desa guna Pemerintah terhadap Kepatuhan Wajib
menghindari penyelewengan dana dan Pajak (Studi Empiris terhadap Wajib Pajak
macetnya dana di tingkat pemerintah desa. Badan Restoran di Kota Surabaya).
Dinas Pendapatan Daerah sebagai SKRIPSI. UPN Veteran : Yogyakarta.
instansi yang terkait sebaiknya lebih sering Nurmantu, S. (2005). Pengantar Perpajakan.
memberikan sosialisasi mengenai prosedur Jakarta : Granit.
perpajakan melalui berbagai macam media dan Putra, Risky R. R., Siti R. H., Topowijono. (2014).
kualitas pelayanan perpajakannya untuk Pengaruh Sanksi Administrasi
masyarakat, supaya pemahaman wajib pajak Sosialisasi Perpajakan dan Kesadaran
meningkat, sehingga kepatuhan wajib pajak Wajib Pajak terhadap Kepatuhan
juga meningkat. Penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak
Orang Pribadi (Studi di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Singosari,
DAFTAR PUSTAKA Kabupaten Malang). Jurnal e-Perpajakan,
Ardianto, Danny A. N., & Isroah. (2013). 1 (1) : 1-10.
Pengaruh Sosialisasi Perpajakan dan Rahardjo, W., Budi, Saranta, Djaka S. Edhi.
Pemahaman Prosedur Perpajakan (2001). PBB DAN BPHTB. Jakarta :
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak PBB. Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan.
JURNAL PROFITA: KAJIAN ILMU Rahayu, S. K. (2010). Perpajakan Indonesia: Konsep
AKUNTANSI 1:5. dan Aspek Formal. Yogyakarta: Graha
Binambuni, D. (2013). Sosialisasi PBB Ilmu
Pengaruhnya terhadap Kepatuhan Riduwan. (2006). Metode dan Teknik Menyusun
Wajib Pajak di Desa Karatung Tesis. Ed 4. Bandung : Alfabeta.
Kecamatan Nanusa Kabupaten Talaud. Robbins, Stephen P., dkk. 2008. Perilaku
Jurnal EMBA 1:4, pp. 2078-2087. Organisasi. Diterjemahkan oleh Diana
Diana, Anastatasia, Setiawati. (2009). Perpajakan Amngelica dkk. Jakarta : Salemba
Indonesia Konsep, Aplikasi, dan Penuntun Empat.
Praktis. Yogyakarta : Andi. Rustiyahningsih, S. (2011). Faktor-faktor yang
Fikriningrum, W. K. (2012). (Analisis Faktor- mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak.
Faktor Yang Mempengaruhi Wajib Pajak Jurnal Akuntansi (2) : 44-45.
Orang Pribadi Dalam Memenuhi Kewajiban Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan
Membayar Pajak) (Studi Kasus Pada Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Pelayanan Pajak Pratama Semarang Bandung : ALFABETA.
Candisari). SKRIPSI. Universitas Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang
Diponegoro : Semarang. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Hardiningsih, Pancawati, Lina Y. (2011). Faktor- Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang
faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Pajak Bumi dan Bangunan.

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 9 No. 1 2016| 9


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai