Anda di halaman 1dari 37

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH NORMA SUBJEKTIF


TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK
DALAM MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
(Studi Empiris Pada Kantor Bersama SAMSAT Kabupaten Konawe)

OLEH
YUSRIL ABDUL RAHMAN
NIM. B1C1 19 175
KELAS D

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan sarana atau alat penghasilan negara yang dikelola

pemerintah dalam aspek pembangunan guna meningkatkan angka kesejahteraan

masyarakat. Salah satu aspek penunjang dalam keberhasilan pembangunan

nasional tersebut diambil dari sumber daya alam, sumber daya manusia, dan

sumber daya lainnya. Yang mana semuanya itu merupakan ketersediaan dana

pembangunan baik diperoleh dari sumber pajak maupun non pajak (Nugroho,

2016).

Faktor yang mempengaruhi penerimaan suatu pajak daerah diantaranya

adalah tingkat kepatuhan wajib pajak masyarakat didaerah tersebut. Salah satu

masalah yang paling serius bagi para pembuat kebijakan ekonomi adalah

mendorong tingkat kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak yang tidak

meningkat akan mengancam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Oleh karena itu diperlukan mengkaji secara intensif tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, khususnya dalam membayar

pajak kendaraan bermotor.

Teori yang dapat menjelaskan perilaku kepatuhan pajak yaitu Teori

Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior). Dalam Teori Perilaku

Terencana, perilaku yang ditampilkan oleh individu timbul karena adanya niat

untuk berperilaku. Munculnya niat berperilaku ditentukan oleh tiga faktor

1
2

penentu, yaitu: behavioral beliefs, normatif beliefs, dan control beliefs. Secara

berurutan behavioral beliefs menghasilkan sikap yang mendorong perilaku dan

niat terhadap perilaku positif atau negatif, normatif beliefs menghasilkan norma

subjektif dan control beliefs menghasilkan kontrol perilaku persepsian.

Norma subjektif merupakan persepsi yang bersifat individual terhadap

tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu. Seorang

individu akan melakukan suatu perilaku tertentu yang dilakukan orang lain

apabila persepsi orang lain terhadap perilaku tersebut bersifat positif (Alvin,

2014). Norma subjektif perasaan atau dugaan-dugaan seseorang terhadap harapan

harapan dari orang-orang disekitarnya jika ia melakukan atau tidak melakukan

perilaku tertentu, karena perasaan ini sifatnya subjektif maka dimensi ini disebut

norma subjektif. Norma subjektif menunjukkan pengaruh lingkungan terhadap

perilaku individu, dengan adanya pengaruh lingkungan karena banyak wajib pajak

yang patuh terhadap kewajiban perpajakannya menyebabkan wajib pajak yang

lain juga ikut patuh terhadap kewajiban perpajakannya.

Kepatuhan wajib pajak dapat dilihat dari kesungguhan dan keinginan

wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya yang ditunjukkan dalam

pemahaman wajib pajak terhadap fungsi pajak dan kesungguhan wajib pajak

dalam membayar dan melaporkan pajak (Yasa, 2017). Umumnya masyarakat

masih kurang percaya terhadap keberadaan pajak karena masih merasa sama

seperti upeti, memberatkan, pembayarannya sering mengalami kesulitan, serta

kurangnya pemahaman masyarakat tentang pajak (Irianingsih, 2015).


3

Wajib pajak patuh yaitu wajib pajak yang taat akan peraturan pajak dengan

memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakannya (Rahayu, 2017:193).

Tingkat kepatuhan wajib pajak tidak hanya bersumber dari dalam diri individu

seseorang, melainkan dipengaruhi oleh individu lain atau bahkan kelompok

lingkungan yang berada disekitar wajib pajak, yang dapat disebut dengan norma

subjektif (Dharmawan, 2015).

Instansi yang menangani Wajib Pajak membayar Pajak Kendaraan

Bermotor adalah Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Aset Daerah (DPPAD)

melalui Kantor Bersama Sistem Administrasi Manunggal di Bawah Satu Atap

(SAMSAT) yang merupakan yang merupakan kerjasama 3 instansi terkait yaitu

DPPAD Provinsi Sulawesi Tenggara, Kepolisian RI, dan Asuransi Jasa Raharja.

Besarnya penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor diukur dengan peredaran jumlah

kendaraan bermotor yang semakin tinggi dari tahun ke tahun (Chasanah, 2016).

Pada saat ini, jumlah pemilik kendaraan bermotor baik di kabupaten

Konawe terus bertambah, Kendaraan bermotor bukan lagi menjadi barang mewah

untuk masyarakat saat ini, karena di tiap rumah sudah ada bahkan kadang lebih

dari 1 yang dimiliki. Semakin meningkat jumlah kendaraan yang ada, maka

semakin meningkat pula jumlah wajib pajak kendaraan bermotor tiap tahunnya.

Hal ini akan sangat dirasakan oleh pemerintah daerah, karena dengan jumlah yang

relatif meningkat terus, maka akan berimbas pada meningkatnya penerimaan

pajak. Namun karena tidak sedikitnya penunggakan yang dilakukan oleh wajib

pajak, maka belum maksimal penerimaan pajak yang diperoleh pemerintah.

Alasan pemilihan lokasi penelitian di Kabupaten Konawe adalah Kabupaten


4

Konawe merupakan kabupaten yang mengalami permasalahan peneriman pajak

kendaraan bermotor (PKB) yang tidak sesuai target. kemudian, penentuan

variabel norma subjektif sangat menarik untuk diteliti di Kabupaten Konawe

karena norma subjektif berkaitan dengan perilaku seorang wajib pajak untuk

patuh atau tidak akan kewajiban perpajakan karena pengaruh orang sekitarnya.

Berikut adalah tabel wajib pajak aktif dan wajib pajak yang bayar pajak:

Tabel 1. 1

Wajib Pajak Aktif dan Wajib Pajak Yang Bayar Pajak


No Tahun Jumlah Wajib Jumlah Wajib Pajak Perkembangan Jumlah
Pajak Kendaraan Kendaraan Bermotor Wajib Pajak Kendaraan
Bermotor Yang Menunggak Bermotor Yang Menunggak
Bayar Pajak Bayar Pajak
(%)

1 2018 18.823 3.040 46,58


2 2019 20.381 949 14,54
3 2020 17.302 2.538 38,88
Jumlah 56.506 6.527 100 %
Sumber: Kantor Samsat Konawe 2021

Berdasarkan Tabel 1.1 Fenomena ini menjelaskan bahwa Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor Yang Menunggak Bayar Pajak di kabupaten konawe pada 3

tahun terakhir ini masih bersifat Dinamis hal ini dikarenakan jumlah wajib pajak

kendaraan bermotor Yang Menunggak Bayar Pajak yaitu untuk tahun 2018

sejumlah 3.040 atau 46,58% tahun 2019 sejumlah 949 Atau 14,54% tahun 2020

sejumlah 2.538 atau 38,88% seharusnya yang membayar wajib pajak sesuai

dengan jumlah wajib pajak kendaraan bermotor. Kondisi perpajakan dalam

menyelenggarakan perpajakannya menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak yaitu

dibutuhkan kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya.


5

Ketidak patuhan wajib pajak kendaraan bermotor dalam melakukan

kewajibannya dalam membayar pajak dapat dipengaruhi oleh lain seperti norma

subjektif.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena penelitian diatas maka peneliti

tertarik mengambil penelitian dengan judul “Pengaruh Norma Subjektif

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor

(Studi Empiris pada Kantor Bersama SAMSAT Kabupaten Konawe)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Apakah Norma Subjektif berpengaruh Terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Empiris pada

Kantor Bersama SAMSAT Kabupaten Konawe).

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang

dicapai oleh peneliti adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Norma

Subjektif Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan

Bermotor (Studi Empiris pada Kantor Bersama SAMSAT Kabupaten Konawe).

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membacanya maupun yang secara langsung terkait didalamnya. Adapun manfaat

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


6

1. Bagi Kantor SAMSAT

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan terutama bagi

Kantor SAMSAT Kabupaten Konawe dalam hal yang menyangkut kepatuhan

wajib pajak kendaraan bermotor dalam memenuhi kewajiban perpajaknnya.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan bagi

masyarakat luas mengenai perpajakan di Indonesia, memahami pentingnya

membayar pajak untuk Negara serta meningkatkan kepedulian masyarakat

untuk ikut berpartisipasi aktif dalam hal membayar pajak.

3. Bagi Peneliti.

Dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat belajar mengenai penulisan karya

ilmiah yang sesuai, dan dapat membantu peneliti untuk lebih memahami

pentingnya Norma Subjektif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar

pajak kendaraan bermotor.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Untuk memperjelas kajian penelitian, maka penulis membatasi ruang

lingkup dalam penelitian ini agar tidak begitu luas dan tidak menimbulkan banyak

persepsi, maka Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini hanya terbatas pada

Pengaruh Norma Subjektif Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar

Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Empiris pada Kantor Bersama SAMSAT

Kabupaten Konawe).
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Definisi Pajak

Pengertian pajak Berdasarkan UU No 16 tahun 2009 tentang perubahan

keempat atas No 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi sebagai berikut:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi,

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.”

Banyak para ahli dalam bidang perpajakan yang turut memberikan

gagasan terkait dengan definisi pajak. Gagasan yang dikemukakan tentunya

berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun pada dasarnya berbagai macam

definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut mempunyai inti atau tujuan

yang sama. Berikut ini beberapa definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli.

Menurut Adriani (Waluyo, 2011:2) adalah iuran masyarakat kepada

negara (yang dapat di paksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya

menurut praturan-praturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat

prestasi kembali yang 4d.

7
8

Menurut Rochmat Soemitro (2017:1) “Pajak adalah iuran rakyat kepada

kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan dengan tidak

mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukan dan yang di gunakan untuk

membayar pengeluaran umum.

Berdasarkan beberapa defenisi yang dipaparkan di atas, maka peneliti

dapat menarik kesimpulan bahwa pajak merupakan kontribusi wajib kepada

Negara yang bersifat memaksa berdasarkan dengan tidak mendapatkan jasa timbal

balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi kemakmuran

dan kesejahteraan rakyat.

2.1.2 Unsur Pajak

Menurut Mardiasmo (2016:3) Ciri-ciri dan unsur-unsur yang melekat pada

pengertian pajak adalah sebagai berikut:

1. Iuran/pungutan rakyat kepada negara. Pihak yang berhak memungut pajak

hanyalah negara. Iuran yang di di terimapun hanya dalam bentuk uang.

2. Pajak di pungut berdasarkan undang-undang.

3. Pajak dapat dipaksakan. Hasil pungutan yang di peroleh di gunakan dalam

menjalankan tugas negara dan aktivitas pembangunan nasional.

4. Tanpa jasa timbal atau kontrapertasi. Dalam pemungutan pajak tidak di

tunjukkan sikap kontrapertasi antara individu dan pemerintah.

5. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara (pengeluaran umum

negara). Pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.


9

2.1.3 Fungsi Pajak

Menurut Mardismo (2016:4), pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1. Fungsi anggaran (Budgetair)

Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2. Fungsi Mengatur (Cregulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

2.1.4 Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan

hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat

(Mardiasmo, 2016:4) sebagai berikut:

1. Keadilan, Pemungutan pajak harus adil Sesuai dengan tujuan hukum, yaitu

mencapai keadilan maka undang-undang dan pelaksanaan pemungutan pajak

harus adil, dengan memperhatikan kondisi-kondisi tertentu.

2. Syarat yuridis, Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2

Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi

negara maupun warganya.

3. Syarat ekonomis, Tidak mengganggu perekonomian. Pemungutan tidak boleh

mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga

tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.


10

4. Syarat efisien, pemungutan pajak harus efisien Sesuai fungsi budgetair, biaya

pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil

pemungutannya.

5. Syarat sederhana, Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan

mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

2.1.5 Tata Cara Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2016:8-9), pemungutan pajak dapat dilakukan

berdasarkan 3 stelsel, yaitu:

1. Stesel nyata (rel stelsel), Pemungutan pajak didasarkan pada objek

(penghasilan yang nyata).

2. Stelsel anggapan (fictieve stelsel), pengenaan pajak berdasarkan pada suatu

anggapan yang di atur oleh undang-undang.

3. Stelsel campuran, merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel

anggapan.

2.1.6 Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2016:9), sistem pemungutan pajak ada tiga:

1. Official Assessment System Sistem tersebut adalah sistem pemungutan pajak

yang memberikan wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya

pajak yang terutang wajib pajak. Adapun ciri-ciri sistem ini sebagai berikut:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

b. Wajib pajak bersifat pasif.

c. Hutang pajak timbul setelah petugas pajak menghitung pajak yang

terhutang dengan cara diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak.


11

2. Self Assessment System Sistem tersebut adalah sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya

pajak terhutang. Adapun ciri-ciri sistem ini sebagai berikut:

a. Wajib pajak berhak untuk menentukan besarnya pajak terutang

b. Wajib pajak bersifat Aktif. Mulai dari menghitung, menyetor dan melapor

pajak terhutang wajib pajak itu sendiri

c. Pemerintah/petugas pajak tidak dapat ikut campur dalam mengetahui

pajak terutang wajib pajak tersebut dan hanya bisa mengawasi

3. With Holding System. Sistem tersebut adalah sistem pemungutan pajak yang

memberi kewenangan pada pihak ketiga untuk menentukan besarnya pajak

terutang. Adapun ciri-ciri sistem ini sebagai berikut:

a. Wewenang menentukan besarnya pajak terutang ada pada pihak ketiga.

Pihak selain Fiskus dan wajib pajak.

b. Wp pemungutan atau pemotongan bersifat aktif dalam

mengitung/memotong, memungut, menyetor dan melaporkan sendiri pajak

yang dipotong/dipungutnya.

c. Utang pajak timbul setelah ada pemotongan/pemungutan pajak yang

diterbitkan bukti pemotongan,pemungutan pajak oleh pihak pemotongan

atau pihak pemungutan pajak (withholder).


12

2.1.7 Jenis Pajak

Menurut Mardiasmo (2016:7) beberapa jenis pajak sebagai berikut:

1. Menurut Golongannya:

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak

dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan

atau dilimpahkan kepada orang lain.

2. Menurut Sifatnya:

a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

b. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

3. Menurut Lembaga Pemungutnya:

a. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.

b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri

atas.

2.1.8 Pajak Daerah

2.1.8.1 Pengertian Pajak Daerah

Pajak Daerah di Indonesia berdasarkan Undang - undang No. 28 Tahun

2009 terbagi menjadi dua, yaitu Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota.

Pembagian ini dilakukan sesuai dengan kewenangan pengenaan dan pemungutan


13

masing-masing jenis pajak daerah pada wilayah administrasi provinsi atau

kabupaten/kota yang bersangkutan.

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2013:46) menyatakan bahwa Pajak daerah

adalah pungutan wajib atas orang pribadi atau badan yang dilakukan oleh

pemerintah daerah tanpa kontraprestasi secara langsung yang seimbang, yang

dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, yang

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan

pembangunan daerah.

Pajak daerah menurut Mardiasmo (2016:14) adalah kontribusi wajib

kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Sedangkan Menurut siahaan dalam (sabil, 2017) memberikan definisi

pajak daerah adalah pungutan dari masyarakat oleh negara (pemerintah)

berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat di paksakan dan terhutang oleh

wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontraprestasi/balas

jasa) secara langsung, yang hasilnya yang digunakan untuk membiayai

pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan.

2.1.8.2 Ciri-ciri Pajak Daerah

Adapun ciri-ciri Pajak Daerah adalah sebagai berikut:

1. Pajak daerah merupakan setoran sebagian kekayaan individu atau badan untuk

kas Negara sesuai ketentuan undang-undang.


14

2. Sifat pungutannya dapat di paksa dan tidak mendapatkan imbalan kembali

secara langsung.

3. Penerimaan pajak oleh daerah di pakai untuk pengeluaran daerah dan

melayani kepentingan masyarakat.

4. Pajak daerah di pungut berdasarkan peraturan daerah (PERDA) dan Undang-

undang sehingga pajaknya dapat dipaksakan kepada subjek pajaknya.

2.1.8.3 Jenis Pajak Daerah

Secara adminisratif, pajak daerah di golongkan menjadi dua yaitu:

a. Pajak daerah tingkat Provinsi:

1. Pajak kendaraan bermotor

2. Pajak bea baik nama kendaraan bermotor

3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

4. Pajak air permukaan

5. Pajak rokok

b. Pajak daerah tingkat kabupaten/kota:

1. Pajak hotel

2. Pajak restoran

3. Pajak hiburan

4. Pajak reklame

5. Pajak penerangan jalan

6. Pajak mineral bukan logam dan batuan

7. Pajak parkir

8. Pajak air tanah


15

9. Pajak sarang burung wallet

10. Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

11. Pajak Bumi dan Bangunan pedesaan dan perkotaan

2.1.9 Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

2.1.9.1 Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor

Berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara No. 10 Tahun 2019,

dalam Bab 1 (Ketentuan Umum) pasal 1 menyatakan bahwa Pajak Kendaraan

Bermotor yang selanjutnya disingkat PKB adalah pajak daerah yang di pungut

atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor

adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang di gunakan disemua

jenis jalan darat, dan di gerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau

peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi

tertentu menjadi tenaga gerak.

Marihot (2013:175) mendefenisikan pajak kendaraan bermotor adalah

pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor. Pajak

kendaraan bermotor adalah kendaraan beroda serta gandengannya yang

digunakan disemua jenis jalan darat, dan digerakan oleh peralatan teknik

berupa motor atau peralatan lainnya atau berfungsi mengubah suatu daya

energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan,

termasuk alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor

dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang

dioperasikan diair.
16

2.1.9.2 Dasar Hukum Pajak Kendaraan Bermotor

Dasar hukum pajak kendaraan bermotor diatur dalam Beberapa UU yang

berlaku sebagai berikut:

a. Nomor 34 tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Nomor 18 tahun

1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

c. Peraturan daerah provinsi yang mengatur tentang PKB. Peraturan daerah

ini dapat menyatu, yaitu satu peraturan daerah untuk PKB, tetapi dapat

juga dibuat secara terpisah misalnya Peraturan Daerah tentang PKB.

d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 tahun 2006 tentang Perhitungan

Dasar Pengenanan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor Tahun 2006.

e. Peraturan Gubernur yang mengatur tentang PKB sebagai aturan

pelaksanaan peraturan daerah tentang PKB pada provinsi yang dimaksud.

2.1.9.3 Subjek, Objek dan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

Dalam buku Samudra (2015:93-94), Subjek Pajak Kendaraan Bermotor

adalah orang pribadi atau badan yang memiliki atau menguasai kendaraan

bermotor. Dalam hal wajib pajak badan, kewajiban perpajakannya diwakili oleh

pengurus atau kuasa badan tersebut. Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah

kepemilikan atau penguasaa kendaraan bermotor tidak termasuk kepemilikan

bulldozer, excavator, dan lainlain yang tidak digunakan sebagai alat angkutan

orang atau barang dijalan umum.


17

Dikecualikan dari objek pajak yaitu kendaraan bermotor yang dimiliki

atau dikuasai oleh:

1. Kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan

pertahanan dan keamanan negara.

2. Kendaraan bermotor yang dimiliki atau dikuasai kedutaan konsulat,

perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga lembaga

internasional yang memeperoleh fasilitas pembebasan pajak dari

pemerintah.

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan

bermotor, wajib pajak yang merupakan badan maka melaksanakan pembayaran

pajaknya diwakili melalui pengurus atau kuasa hukum badan tersebut. Dengan

demikian, pajak kendaraan bermotor berlaku pada orang pribadi atau badan yang

memiliki atau menguasai kendaraaan bermotor.

2.1.9.4 Tarif Pajak Kendaraan Bermotor

Besarnya tarif Pajak Kendaraan Bermotor berdasarkan Peraturan Daerah

Sulawesi Tenggara nomor 5 tahun 2011 Pasal 8 ditetapkan sebagaimana di

bawah ini:

1. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama sebesar 1,5%.

2. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua sebesar 2,5%.

3. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor ketiga sebesar 3,5%.

4. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor keempat sebesar 4,5%.

5. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kelima sebesar 5,5%.


18

2.1.10 Kepatuhan Wajib Pajak

2.1.10.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak adalah kesadaran pemenuhan kewajiban

perpajakan yang tercermin dalam situasi dimana Wajib Pajak paham berusaha

untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,

mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, menghitung jumlah pajak yang

terutang dengan benar dan membayar pajak tepat pada waktunya (Siti Kurnia

Rahayu, 2017:41).

Kepatuhan Wajib Pajak merupakan tujuan utama dari pemeriksaan pajak

dimana dari hasil pemeriksaan pajak akan diketahui tingkat Kepatuhan Wajib

Pajak. Bagi Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya tergolong rendah (minim),

maka diharapkan dengan dilakukannya pemeriksaan dapat memberikan motivasi

positif agar menjadi lebih baik untuk kedepannya (Siti Kurnia Rahayu 2017:41).

2.1.10.2 Macam-macam Kepatuhan

Macam-macam kepatuhan pajak menurutDiti Kurnia Rahayu (2017:139),

adalah sebagai berikut:

1. Kepatuhan formal

Kepatuhan formal adalah suatu ketaatan Wajib Pajak dalam memenuhi

ketentuan formal perpajakan. Ketentuan formal terdiri dari:

a. Tepat waktu dalam mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP maupun

untuj ditetapkan memperoleh NPPKP.

b. Tepat waktu dalam menyetorkan pajak yang terutang.


19

c. Tepat waktu dalam melaporkan pajak yang sudah dibayar dan perhitungan

perpajakannya.

2. Kepatuhan material

Kepatuhan material adalah suatu ketaatan Wajib Pajak dalam memenuhi

ketentuan material perpajakan. Ketentuan material terdiri dari:

a. Tepat dalam menghitung pajak terutang sesuai dengan peraturan

perpajakan.

b. Tepat dalam memperhitungkan pajak terutang sesuai dengan peraturan

perpajakan.

c. Tepat dalam memotong maupun memungut pajak (Wajib Pajak sebagai

pihak ketiga).

2.1.10.3 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi

Menurut Rustiyaningsih (2011), dalam Rati Kusuma Wardani Sagita

(2017), mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib

pajak sebagai berikut:

1. Pemahaman terhadap Sistem Self Assessment. Penerapan sistem self

assessment dalam perpajakan di Indonesia dimaksudkan untuk

memberikan kepercayaan secara penuh kepada para wajib pajak untuk

menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang

harus dibayarkan tanpa ada campur tangan aparatur pajak (fiskus). Sistem

ini akan berjalan efektif apabila wajib pajak memiliki kesadaran pajak,

kejujuran, dan kedisiplinan dalam menjalankan/ melaksanakan peraturan


20

peran perpajakan yang berlaku. Pengetahuan dan pemahaman peraturan

perpajakan adalah hasil pemikiran mengenai peraturan perpajakan

sehingga membuat wajib pajak yang pada awalnya tidak memahami

peraturan perpajakan, menjadi memahami peraturan perpajakan. Dengan

pemahaman tersebut diharapkan wajb pajak dapat menerapkan apa yang

telah dipahami.

2. Kualitas Pelayanan. Adanya instansi pajak, sumber daya aparat pajak, dan

prosedur perpajakan yang baik merupakan indikator tercapainya

administrasi pelayanan pajak yang baik. Dengan kondisi demikian maka

usaha untuk memberikan pelayanan bagi wajib pajak akan berjalan dengan

lebih baik, lebih cepat, dan lebih menyenangkan bagi wajib pajak untuk

membayar pajak. Dengan kualitas pelayanan pajak yang baik, akan

menimbulkan dampak kerelaan wajib pajak dalam melaksanakan

kewajibannya membayar pajak.

3. Tingkat Pendidikan. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat

menyebabkan adanya kesenjangan terhadap tingkat pemahaman ketentuan

dan peraturan peran dalam perpajakan. Selain tingkat pemahaman yang

berbeda, tingkat pendidikan juga berdampak pada masih banyaknya wajib

pajak terutama orang pribadi yang tidak melakukan pembukuan atau

melakukan pembukuan ganda untuk kepentingan pajak. Dampak lain

terkait dengan tingkat pendidikan yaitu adanya peluang wajib pajak yang

merasa enggan untuk melaksanakan kewajibannya dalam membayar pajak

karena kurangnya pemahaman mengenai sistem perpajakan.


21

4. Tingkat Penghasilan. Salah satu aspek yang mempengaruhi wajib pajak

dalam melaksanakan kewajiban membayar pajak adalah penghasilan.

Kemampuan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak terkait erat

dengan besarnya penghasilan yang diterima oleh masing- masing wajib

pajak. Selain itu, tingkat penghasilan juga akan mempengaruhi kepatuhan

wajib pajak dalam membayar pajak tepat pada waktunya.

5. Persepsi Wajib Pajak terhadap Sanksi Perpajakan. Sanksi pajak dapat

diartikan sebagai cara yang dilakukan oleh aparat pajak (fiskus) untuk

membuat para wajib pajak tidak melakukan kecurangan dalam membayar

pajak. Sanksi yang diberikan bersifat memaksa untuk setiap wajib pajak

agar mematuhi peraturan pajak yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi

perpajakan kepada wajib pajak tak lain adalah untuk meningkatkan

kesadaran dan kepatuhan wajib pajak terhadap kewajiban pajak. Sanksi

perpajakan menurut perpajakan berupa sanksi administrasi dan sanksi

pidana.

Menurut Ilhamsyah (2016) kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi

sebagai berikut:

1. Pemenuhan Kewajiban

2. Ketiadaan Tunggakan

3. Ketepatan Waktu Pembayaran

4. Pemenuhan Syarat

5. Ketaatan Pada Aturan


22

2.1.11 Norma Subjektif

2.1.11.1 Theory of Planned Behavior

Theory of Planned Behavior (TPB), Menurut Ajzen (2015:130) perilaku

aktual seseorang dalam melakukan suatu tindakan tertentu secara langsung

dipengaruhi oleh niat perilakunya, yang secara bersama-sama ditentukan pula oleh

sikap (attitude), Norma subjektif (subjective norm), dan kontrol perilaku

(behavioral control) terhadap perilaku tersebut. Niat perilaku merupakan ukuran

dari kemauan seseorang untuk mengerahkan usaha pada saat melakukan perilaku

tertentu. Azjen melakukan revisi dengan menambahkan satu faktor yang dapat

mempengaruhi intensi dan perilaku. Selain dari sikap (attitude towards behavior)

dan norma subjektif (subjective norms), ditambahkan satu variabel yaitu kontrol

perilaku (perceived behavioral control). Dengan adanya pengembangan berupa

penambahan variabel, maka teori yang telah diperbaharui ini dikenal dengan

Theory of Planned Behavior (TPB).

Faktor utama dalam Theory of Planned Behavior yang mempengaruhi

perilaku menurut Ramadhani (2011:56) adalah sebagai berikut:

1. Sikap pada perilaku (attitude towards behavior)

Sikap pada perilaku ini ditentukan oleh keyakinan mengenai konsekuensi

dari suatu perilaku atau secara singkat disebut keyakinan keyakinan

perilaku(behavioral belief). Keyakinan ini berkaitan dengan penilaian

subjektif individu terhadap dunia sekitarnya,pemahaman individu

mengenai diri dan lingkungannya, dilakukan dengan cara menghubungkan

antara perilaku tertentu dengan berbagai manfaat atau kerugian yang


23

mungkin diperoleh apabila individu melakukan atau tidak melakukannya.

Keyakinan ini dapat memperkuat sikap terhadap perilaku itu apabila

berdasarkan evaluasi yang dilakukan individu, diperoleh data bahwa

perilaku itu dapat memberikan keuntungan baginya.

2. Norma subjektif (subjective norm)

Norma subjektif adalah persepsi individu terhadap harapan dari orang-

orang yang berpengaruh dalam kehidupannya (significantothers) mengenai

dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tertentu.Persepsi ini sifatnya

subjektif sehingga dimensi ini disebut normas ubjektif. Sebagaimana sikap

terhadap perilaku, norma subjektif juga dipengaruhi oleh keyakinan.

Bedanya adalah apabila sikap terhadap perilaku merupakan fungsi dari

keyakinan individu terhadap perilaku yang akan dilakukan (behavioral

belief) maka norma subjektif adalah fungsi dari keyakinan individu yang

diperoleh atas pandangan orang orang lain terhadap objek sikap yang

berhubungan dengan individu (normative belief).

3. Kontrol perilaku (perceived behavioral control)

Kontrol perilaku adalah persepsi individu mengenai mudah atausulitnya

mewujudkan suatu perilaku tertentu. Kemudahan atau kesulitan yang

dirasakan dalam melakukan suatu perilaku. Semakin individu merasakan

banyak faktor pendukung dan sedikit factor penghambat untuk dapat

melakukan sebuah perilaku, maka lebih besar kontrol yang mereka rasakan

atas perilaku tersebut dan begitu pula sebaliknya.


24

Theory of planned Behavior menjelaskan bahwa secara logika, dengan

mempertimbangkan bahwa seseorang rasional dalam mengambil suatu keputusan,

maka suatu perilaku akan dilakukan setelah memandang positif perilaku tersebut.

Selanjutnya norma subjektif merupakan pandangan orang lain mengenai baik

buruk atau positif negatif suatu perilaku dilakukan, secara logika seseorang akan

mempertimbangkan pandangan orang lain terhadap perilaku yang akan

dilakukannya. Dan persepsi kontrolperilaku menjadi faktor berikutnya yang

mempengaruhi intensi, persepsi kontrol perilaku merupakan tingkat kepercayaan

diriseseorang dalam memandang mudah atau sulit untuk melakukan suatu

perilaku tertentu.

2.1.11.2 Konsep Norma Subjektif

Kehidupan seorang individu berada dalam lingkungan social yang meliputi

lingkungan keluarga, pendidikan, dan masyarakat serta media masa. Lingkungan

sosial tempat individu hidup dan berkembang mampu mempengaruhi intensi dan

perilaku individu tersebut. Hal ini terkait dengan norma-norma subjektif yang

secara tidak langsung memberikan batasan bagi individu untuk melakukan dan

tidak melakukan, suka atau tidak menyukai perilaku tertentu. Ketika pandangan-

pandangan yang diberikan oleh orang-orang terdekat dapat memberikan pengaruh

tertentu terhadap individu, maka keberlakuan norma subjektif menjadi relevan.

2.1.11.3 Definisi Norma Subjektif

Menurut Andrew dan Silvya (2016) menjelaskan norma subjektif berasal

dari teori tindakan beralasan (theory of reasoned action) mengusulkan bahwa

intensi/niat berperilaku (behavioral intention) adalah suatu fungsi dari sikap


25

(attitude) dan norma-norma subjektif (subjective norms) terhadap perilaku. Ini

berarti intensi/niat seseorang untuk berperilaku (behavioral intention) diprediksi

oleh sikapnya terhadap perilakunya (attitude towards the behavior) dan

bagaimana dia berpikir orang lain akan menilainya jika dia melakukan perilaku itu

(disebut dengan norma-norma subjektif). Sikap (attitude) seseorang

dikombinasikan dengan norma-norma subjektifnya (subjective norms) akan

membentuk intensi/niat perilakunya. pandangan seseorang terhadap kepercayaan-

kepercayaan orang lain yang akan memengaruhi seseorang tersebut untuk

melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan.

Menurut Guzman (dalam Wedyanti dan Giantari, 2016) norma subjektif

merupakan keterkaitan persepsi individu tentang pendapat seseorang dari

lingkungan sosialnya sehingga dukungan keluarga dan teman-teman mempunyai

peran penting dalam membentuk niat seseorang. Imelda et al (2014) menjelaskan

bahwa norma subyektif merupakan produk dari keyakinan seseorang bahwa

referensi (orang lain yang dianggap penting), berpendapat sebaiknya melakukan

atau tidak, ditambah adanya motivasi orang tersebut untuk menuruti

pengharapannya.

Menurut Ajzen (2015:128) mengatakan bahwa norma subjektif merupakan

keyakinan seseorang mengenai individu atau kelompok tertentu menyetujui atau

tidak menyetujui untuk melakukan suatu perilaku dengan melibatkan atau tidak

melibatkan rujukan sosial yang didapatkan.

Dari definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa norma subjektif

adalah sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan


26

orang terhadap perilaku yang akan dilakukannya (Normative Belief). Jadi kalau

individu merasa itu adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang

akandilakukan, bukan ditentukan oleh orang lain disekitarnya, maka dia akan

mengabaikan pandangan orang tersebut perilaku yang akan dilakukannya.

2.1.11.4 Komponen Norma Subjektif

Menurut Ajzen (2015:128) menjelaskan bahwa “komponen norma

subjektif meliputi dua aspek, komponen ini menjadi sekaligus menggambarkan

indikator yang dapat diturunkan dalam bentuk kuesioner penelitian.” Dua aspek

komponen norma subjektif ini meliputi:

1. Normative belief. Persepsi atau keyakinan mengenai harapan orang lain

terhadap dirinya yang menjadi acuan untuk menampilkan perilaku atau

tidak. Keyakinan yang berhubungan dengan pendapat tokoh atau orang

lain yang penting dan berpengaruh bagi individu atau tokoh panutan

tersebut apakah subyek harus melakukan atau tidak suatu perilaku tertentu.

2. Motivational to comply. Kesediaan individu untuk melaksanakan atau

tidak melaksanakan pendapat atau pikiran pihan lain yang dianggap

penting bahwa individu harus atau tidak harus menampilkan perilaku

tersebut.

Ketika satu pihak mempunyai keyakinan bahwa pihak lain yang terlibat

dalam pertukaran mempunyai kredibilitas dan integritas, maka dapat dikatakan

ada kepercayaan. Keluarga punya pengaruh penting dalam pembentukan sikap

dan perilaku seseorang. Ikatan keluarga dapat memfasilitasi atau menghambat

tindakan sosial. wajib pajak sebagai anggota keluarga yang sering berinteraksi
27

dengan anggota keluarga yang sering interaksi dengan anggota keluarga yang lain.

Perilaku secara tidak langsug di pengaruhi oleh hasil dari interaksi keluarga.

Keluarga mempengaruhi norma subyektif. Selain sikap untuk membayar

pajak ditentukan juga oleh subjective norm (norma subjektif) yang merupakan

sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan orang-

orang terdekat terhadap perilaku yang akan dilakukannya. Salah satu yang

menjadi penyebab seseorang patuh adalah norma subyektif yang merupakan

fungsi dari harapan yang dipersepsikan individu dimana satu atau lebih orang di

sekitarnya (misalnya, saudara, teman sejawat, media cetak atau petugas pajak)

menyetujui perilaku tertentu dan memotivasi individu tersebut untuk mematuhi

mereka.

Norma subyektif yang terjadi di tehadap wajib pajak dapat berupa teman

atau lingkungan sekitar yang mempengaruhi perilaku mempertimbangkan hal

yang baik membayar pajak Jika seseorang merasa itu adalah hak pribadinya untuk

menentukan apa yang akan dia lakukan dan dapat ditentukan oleh orang lain

disekitarnya, maka dia akan merasa bahwa pandangan orang tentang perilaku

yang akan dilakukannya adalah sesuai, sehingga akan menimbulkan niat untuk

membayar pajak (Angelina dan Japarianto, 2014).


28

Menurut Dyan dan Venusita (2013) indikator norma subjektif sebagai

berikut:

1. Pengaruh keluarga

2. Pengaruh kawan dekat

3. Pengaruh media cetak/elektronik

4. Pengaruh petugas pajak

Dapat disimpulkan, norma subjektif dapat dilihat sebagai dorongan-

dorongan yang di persepsikan individu dari orang-orang disekitarnya dengan

memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan mereka (motivational to comply).

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ni Made Mira Sanita, I Nyoman Putra Yasa, 2018. Pengaruh norma

subjektif terhadap kepatuhan wajib Pajak dalam membayar pajak kendaraan

bermotor (Studi Empiris Pada Kantor Bersama Samsat Kabupaten Buleleng)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh norma subjektif terhadap

kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kabupaten Buleleng. Jenis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan menggunakan

kuesioner. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

accidental sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear

sederhana, uji koefisien determinasi (R), dan uji t dengan bantuan SPSS 17.0 for

Windows. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 295 responden disimpulkan

bahwa norma subjektif berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan


29

bermotor. Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian Ni Made Mira

Sanita, I Nyoman Putra Yasa adalah sama sama meneliti variabel norma subjektif

dan kepatuhan wajib Pajak. Adapun perbedaan penelitian ini terletak pada

reesponden penelitian dimana responden penelitian ini yaitu wajib pajak

kendaraan bermotor Kantor Bersama Samsat Kabupaten Konawe, sedangkan

responden penelitian Ni Made Mira Sanita, I Nyoman Putra Yasa yaitu wajib

pajak kendaraan bermotor Kantor Bersama Samsat Kabupaten Buleleng.

Ni ketut Desta Budiarti. 2019. Pengaruh Norma Subyektif, Pengetahuan

perpajakan, Dan Persepsi Tentang Kondisi Keuangan Wajib Pajak Orang Pribadi

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Ilir Barat

Palembang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh norma subyektif,

pengetahuan perpajakan, dan persepsi tentang kondisi keuangan Wajib Pajak

orang pribadi terhadap kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian kuantitatif, populasi dari penelitian ini adalah

Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pratama Ilir Barat Palembang,

dengan jenis data adalah data primer dengan sampel sebanyak 100 responden.

Hasil penelitian menunjukkan norma subyektif berpengaruh positif terhadap

kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi. Pengetahuan perpajakan tidak berpengaruh

terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Persepsi tentang kondisi keuangan Wajib Pajak

berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hasil penelitian secara

bersama-sama menunjukkan bahwa norma subyektif, pengetahuan perpajakan,

dan persepsi tentang kondisi keuangan Wajib Pajak orang pribadi berpengaruh

positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi. Adapun persamaan


30

penelitian ini dengan penelitian Ni ketut Desta Budiarti adalah sama sama

meneliti variabel norma subjektif dan kepatuhan wajib Pajak. Adapun perbedaan

penelitian ini terletak pada responden penelitian dimana responden penelitian ini

yaitu wajib pajak kendaraan bermotor Kantor Bersama Samsat Kabupaten

Konawe, sedangkan responden penelitian Ni ketut Desta Budiarti yaitu Wajib

Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Ilir Barat Palembang.

Yoshinta Lintang Mustika. 2020. Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Dan

Kontrol Perilaku Yang Dipersembahkan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam

Membayar Pajak Kendaraan Bermotor. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh sikap, norma subjektif dan Kontrol perilaku yang di persepsikan

terhadap kepatuhan wajib pajak yang membayar pajak kendaraan bermotor pada

Kantor SAMSAT Kabupaten Kebumen. Penelitian ini merupakan jenis penelitian

kuantitatif atau data primer. Data penelitian diperoleh dari hasil penyebaran

kuesioner kepada wajib pajak yang terdaftar di Kantor SAMSAT Kabupaten

Kebumen yang merupakan populasi dari penelitian ini. Jumlah sampel yang

digunakan sebanyak 100 wajib pajak. Teknik analisis data menggunakan analisis

regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS 15. Hasil pengujian

menunjukkan bahwa: (1) Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa

sikap tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. (2) Hasil

pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa norma subjektif berpengaruh

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. (3) Hasil pengujian hipotesis ketiga

menunjukkan bahwa kontrol perilaku yang dipersepsikan berpengaruh signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak. Adapun persamaan penelitian ini dengan


31

penelitian Yoshinta Lintang Mustika adalah sama sama meneliti variabel norma

subjektif dan kepatuhan wajib Pajak. Adapun perbedaan penelitian ini terletak

pada responden dan variabel penelitian dimana responden penelitian ini yaitu

wajib pajak kendaraan bermotor Kantor Bersama Samsat Kabupaten Konawe,

sedangkan responden penelitian Yoshinta Lintang Mustika yaitu wajib pajak yang

membayar pajak kendaraan bermotor pada Kantor SAMSAT Kabupaten

Kebumen.dan variabel yang digunakan Yoshinta Lintang Mustika mengunakan

sikap dan kontrol perilaku.


32

Tabel 2. 1

Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil


1 Ni Made Mira Pengaruh Norma Subjektif Hasil penelitian ini
Sanita, I Terhadap Kepatuhan Wajib menunjukan bahwa norma
Nyoman Putra Pajak Dalam Membayar subjektif berpengaruh
Yasa (2018) Pajak Kendaraan Bermotor terhadap kepatuhan wajib
(Studi Empiris Pada Kantor pajak kendaraan bermotor.
Bersama Samsat Kabupaten
Buleleng)
2 Ni Ketut Desta Pengaruh Norma Subjektif, Hasil penelitian secara
Budiarti (2019) Pengetahuan Perpajakan, parsial menunjukan norma
Dan Persepsi Tentang subjektif berpengaruh
Kondisi Keuangan Wajib positif terhadap kepatuhan
Pajak Orang Pribadi wajib pajak orang pribadi.
Terhadap Kepatuhan Wajib Pengetahuan perpajakan
Pajak Orang Pribadi di KPP tidak berpengaruh terhadap
Pratama Ilir Barat kepatuhan wajib pajak.
Palembang Persepsi tentang kondisi
keuangan wajib pajak
berpengaruh positif
terhadap keuangan wajib
pajak. Hasil penelitian
secara simultan menunjukan
bahwa norma subjektif,
pengetahuan perpajakan,
dan persepsi tentang kondisi
keuangan wajib pajak orang
pribadi berpengaruh positif
terhadap kepatuhan wajib
pajak orang pribadi.
3 Yoshinta Pengaruh Sikap, Norma Hasil penelitian ini
Lintang Subjektif, Dan Kontrol menunjukan bahwa sikap
Mustika (2020) Perilaku Yang tidak berpengaruh
Dipersembahkan Terhadap signifikan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak kepatuhan wajib pajak,
Dalam Membayar Pajak norma subjektif
Kendaraan Bermotor pada berpengaruh signifikan
Kantor SAMSAT terhadap kepatuhan wajib
Kabupaten Kebumen. pajak, kontrol perilaku yang
dipersepsikan berpengaruh
signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak
33

2.3 Kerangka Pikir Penelitian

Optimaliasi dalam penerimaan pajak kendaraan bermotor (PKB), dalam

bentuk upaya-upaya yang di lakukan yang dapat membantu meningkatkan jumlah

pendapatan dalam sektor ini sangat di perlukan. Kapatuhan wajib pajak dapat

terjadi karna adanya beberpa faktor dari dalam maupun dari luar. Norma subjektif

merupakan persepsi seseorang mengenai tekanan sosial untuk melakukan atau

tidak melalukan perilaku. Kepatuhan wajib pajak tidak hanya bersumber dari

dalam diri individu seseorang saja, melainkan juga dipengaruhi oleh individu atau

bahkan kelompok lain. Menurut Suryani (2017), wajib pajak akan

mempertimbangkan pengaruh dari individu lain dalam membuat keputusan untuk

patuh atau tidak patuh terhadap aturan perpajakan. Berdasarkan kerangka

pemikiran diatas, maka peneliti membuat kerangka penelitian seperti skema

berikut ini.
34

Skema 2. 1

Kerangka Pikir Penelitian

Pengaruh Norma Subjektif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar


Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Empiris Pada Kantor Bersama Samsat Kabupaten
Konawe)

Studi Teoritis Studi Empiris

1. Norma Subjektif, (Dyan dan 1. Penelitian Terdahulu


Venusita, 2013) 2. Fenomena
2. Kepatuhan Wajib Pajak,
(Ilhamsyah, 2016)

Rumusan Masalah

Hipotesis

Metode Analisis Data

Analisis Deskriptif
Analisis Regresi Sederhana

Hasil dan Kesimpulan


35

2.4 Kerangka Konseptual

Penelitian menggunakan 1 variabel bebas yaitu Norma Subjektif serta 1

variabel terikat yaitu Kepatuhan wajib Pajak. Dimana penelitian ini akan menguji

pengaruh Norma Subjektif (X) terhadap Kepatuhan wajib Pajak (Y).

Skema 2. 2

Kerangka Konseptual

Norma subjektif Kepatuhan Wajib


Pajak (Y)
(X)

X : Norma Subjektif

Y : Kepatuhan Wajib Pajak

: Variabel

Parsial :

2.5 Perumusan Hipotesis

Norma subjektif adalah persepsi atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan-

kepercayaan orang lain yang akan memengaruhi seseorang tersebut untuk

melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan.

Seseorang yang percaya terhadap orang lain yang memotivasi mereka untuk

menaatinya dan berpikir seharusnya melakukan sesuatu perilaku dapat dikatakan

bahwa seseorang tersebut mendapat tekanan sosial untuk melakukan perilaku


36

tersebut. Sebaliknya, apabila seseorang percaya bahwa orang lain yang membuat

mereka termotivasi untuk menaatinya tetapi tidak setuju melakukan suatu perilaku

akan mempunyai norma subjektif yang meletakkan tekanan pada mereka

untuk menghindari melakukan perilaku tersebut. norma subjektif adalah persepsi

seseorang tentang pengaruh sosial dalam membentuk perilaku tertentu. Norma

subjektif dalam penelitian ini berarti sebagai faktor sosial dalam kepatuhan wajib

pajak dalam membayar pajak. Semakin tinggi pengaruh dari individu lain seperti

orang-orang terdekat wajib pajak maka akan semakin tinggi pula tingkat

kepatuhan wajib pajak tersebut dalam membayar pajak.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian (Ni Made Mira Sanita,

I Nyoman Putra Yasa, 2018) yang menunjukkan norma subjektif berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kepatuhan pajak. Berdasarkan uraian di atas, maka

hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:

Ha: Norma Subjektif berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

pada Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Empiris pada Kantor Bersama

SAMSAT Kabupaten Konawe)

Anda mungkin juga menyukai