Anda di halaman 1dari 17

23 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

OPTIMALISASI PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DALAM


PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH (STUDI PEMUNGUTAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN (PBB) DI KECAMATAN LIMPASU KABUPATEN HULU
SUNGAI TENGAH)

Eddy Rahmawan
Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan, faktor-faktor mempengaruhi dalam optimaliasi pemungutan, dan memberikan solusi
atas faktor-faktor yang berpengaruh dalam optimalisasi pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di
Kecamatan Limpasu Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Metode dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara, dokumentasi/kepustakaan. Lokasi penelitian di Kecamatan
Limpasu Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kontribusi penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunana di Kecamatan Limpasu Kabupaten Hulu Sungai dalam peningkatan pendapatan
daerah belum mencapai dari target yang diharapkan, Ini disebabkan karena kurang efektifnya
pelaksanaan pemungutan dan pengawasan yang masih sangat kurang dilakukan, hal ini dapat
dilihat dari kurang efisiennya pelaksanaan sistem dan prosedur yang ada. Dalam pelaksanaan
pemungutan pajak tersebut para aparat atau fiskus menemui faktor yang mempengaruhi
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan baik itu yang datang dari wajib pajak ataupun dari
petugas pajaknya serta kejelasan dan kepastian hukum.
Disarankan kepada Kecamatan Limpasu agar memaksimalkan sosialisasi/penyuluhan
mengenai informasi tentang perpajakan terbaru, terutama mengenai pemahaman wajib pajak
tentang hak dan kewajibannya, peningkatan kualitas dan kuantitas petugas pemungut pajak,
Transparansi mengenai proses pelaksanaan tugas dan penggunaan penerimaan pajak dan
pelaksanaan penegakkan hukum dan penerapan kebijakan terkait upaya optimalisasi pemungutan
PBB melalui persyaratan administratif yang mewajibkan pencatuman lunas PBB dalam setiap
pelayanan.

Kata Kunci : Optimalisasi , Pemungutan, Pajak Bumi dan Bangunan.

I. PENDAHULUAN globalisasi ini, kemudian melahirkan


1.1 Latar Belakang reformasi disegala kehidupan bangsa dan
Berlakunya Undang-Undang negara, hingga melahirkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Pusat dan Daerah. Menghadapi tuntutan
Tahun 2008, menyebabkan perubahan yang implementasi Otonomi Daerah tersebut
mendasar mengenai penyelenggaraan mengharuskan daerah mengacu kemampuan
pemerintahan daerah berupa pengaturan ´VHOI VXSSRUWLQJµ dalam bidang keuangan.
hubungan Pusat dan Daerah, khususnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
dalam bidang administrasi pemerintahan merupakan salah satu sumber pendapatan
maupun dalam hubungan keuangan antara daerah, yang diharapkan dapat membantu
Pemerintah Pusat dan Daerah. Pada sisi lain, pembiyaan daerah untuk melaksanakan
tuntutan politik yang berkembang di aras otonominya, yaitu mampu mengatur dan
24 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

mengurus rumah tangganya sendiri Potensi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
disamping penerimaan yang berasal dari sektor perdesaan dan perkotaan di
pemerintah berupa subsidi/bantuan. Sumber Kabupaten Kapuas Hulu yang antara lain
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tersebut menyebutkan bahwa keadaan perekonomian
diharapkan menjadi sumber pembiayaan masyarakat yang semakin membaik
penyelenggaraan pemerintahan, dan mempunyai hubungan positif dengan
pembangunan daerah untuk meningkatakan kemampuan membayar Pajak Bumi dan
pemerataan kesejahteraan rakyat. Bangunan (PBB). Demikian pula penelitian
Namun dalam kenyataanya selama yang dilakukan di Kota Banjarmasin oleh
ini kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Nurlina (2001), tentang Kinerja Pemungutan
(PBB) yang ada tidak pernah mampu Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
mencapai target yang ditetapkan. Salah satu Oleh karena itu penelitian ini
faktor yang dianggap memberi pengaruh berbeda dengan penelitian-penelitian
terhadap kondisi demikian adalah belum sebelumnya yaitu: pertama obyek dan
optimalnya pelaksanaan pemungutan Pajak wilayah penelitian; kedua adalah alat
Bumi dan Bangunan (PBB) yang ada dan analisisnya, oleh karena itu bahwa penelitian
bisa dikembangkan sesuai dengan keadaan ini belum pernah dilakukan.
dan kondisi yang terdapat di Kabupaten 2.2 Optimalisasi Pemungutan Pajak
Hulu Sungai Tengah. Serta masih lemah dan Bumi dan Bangunan (PBB)
kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh Dalam beberapa literatur
aparatur petugas pajak di Kabupaten Hulu manajemen, tidak dijelaskan secara tegas
Sungai Tengah. pengertian optimalisasi, namun dalam
Sehubungan dengan hal tersebut Kamus Bahasa Indonesia, W.J.S.
maka Pemerintah Daerah Kabupaten Hulu Poerwadarminta (1997:753) dikemukakan
Sungai Tengah secara khusus Kecamatan EDKZD ´2SWLPDOLVDVL DGDODK KDVLO \DQJ
Limpasu perlu memikirkan secara serius dicapai sesuai dengan keinginan, jadi
masalah-masalah yang erat hubungannya optimalisasi merupakan pencapaian hasil
dengan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) VHVXDL KDUDSDQ VHFDUD HIHNWLI GDQ HILVLHQµ
khususnya sektor Perkotaan dan Perdesaan, Dari uraian tersebut diketahui
kemudian berusaha melakukan upaya demi bahwa optimalisasi hanya dapat diwujudkan
mengoptimalkan peningkatan penerimaan apabila dalam pewujudannya secara efektif
sehingga dapat memberi kontribusi yang dan efisien. Dalam penyelenggaraan
besar dalam meningkatkan Pendapatan organisasi, senantiasa tujuan diarahkan untuk
Daerah. mencapai hasil secara efektif dan efisien agar
1.2 Rumusan Masalah optimal. Dengan kata lain pencapaian tujuan
1. Bagaimana proses pemungutan Pajak diharapkan mampu berhasilguna dan
Bumi dan Bangunan (PBB) di Kecamatan berdayaguna. Untuk itu dalam pembahasan
Limpasu? ini, akan dikemukakan pengertian efektifitas
2. Faktor-faktor apa saja yang dan efisiensi terlebih dahulu. Dalam kamus
mempengaruhi optimalisasi pemungutan istilah manajemen, Koemaruddin (1994:83),
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di GLNHPXNDNDQ EDKZD ´(IHNWLYLWDV DGDODK
Kecamatan Limpasu? Pencapaian sasaran menurut perhitungan
terbaik mengenai suasana dagang dan
TINJAUAN PUSTAKA kemungkinan dari pada lDEDµ
2.1 Penelitian Terdahulu Jadi efektivitas dilihat dari hasil
Penelitian tentang Pajak Bumi dan pekerjaan yang dilakukan dengan manfaat
Bangunan (PBB) telah banyak dilakukan yang diberikan bagi organisasi. Efektivitas itu
sebelumnya oleh para peneliti antara lain sendiri dapat dilihat dari efek dan akibat
Suryani (1996) meneliti masalah penerimaan yang dikehendaki untuk menjadi suatu
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) melalui kenyataan, yang tentu saja dilakukan dengan
penyesuaian nilai jual objek pajak. kemampuan maksimal yang dimiliki oleh
Selanjutnya penelitian yang seseorang yang merupakan komponen
dilakukan oleh Yoseph (1996), tentang penting dalam organisasi.
25 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

Efektivitas dalam hubungannya pola kerja (suatu totalitas) dalam rangka


dengan optimalisasi peningkatan penerimaan pelaksanaan bidang kerja, dengan kata lain
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) diharapkan pemungutan pajak adalah kegiatan
agar sistem dan prosedur pemungutan bisa mengenakan pajak sesuai dengan pola kerja
berjalan dan berlangsung dengan baik, itu yang ditetapkan.
harus dilihat dari sistem yang digunakan Demikian pula sebagai sebuah
serta prosedur pelaksanaan pemungutan juga organisasi/kantor tidak terlepas dari sebuah
jadwal pemungutan dan pengawasan harus prosedur kerja administrasi perkantoran
ditetapkan secara teratur agar menghasilkan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
penerimaan pajak yang tinggi. sebagaimana Moenir (2006:108) berpendapat
Disamping efektivitas, keberhasilan bahwa:
organiasasi juga perlu didukung dengan Sistem dan prosedur merupakan
efisiensi. Adapun pengertian efisiensi faktor yang sangat penting dalam
menurut Ibnu Syamsi (1994:3), adalah pelaksanaan tugas/pekerjaan, tetapi
sebagai berikut : juga dalam bidang perkantoran dari
Efisiensi adalah perbandingan pada bidang lain. Sebab didalam
antara hasil rill yang dicapai kegiatan perkantoranlah sistem dan
seseorang dengan standar hasil prosedur dibuat atau diciptakan,
minimumnya. Apabila hail rill itu untuk digunakan dalam langkah
diatas standar minimum yang telah kegiatan.
ditetapkan, berarti kerjanya efisien. Jika dipahami secara sederhana
Apabila hasilnya sama dengan semestinya target selalu terpenuhi, karena
standar hasil yang katakan berarti Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dipungut
kerjanya normal. Tetapi apabila berdasarkan peraturan perundang-undangan.
hasilnya rill itu berada dibawah Artinya jauh lebih mudah dibanding
standar minimum, berarti kerjanya pendapatan lain misalnya retribusi daerah
tidak efisien. yang memerlukan imbal jasa langsung, jika
Efesiensi dalam hubungannya hal tersebut dilihat dari tata cara
dengan optimalisasi peningkatan penerimaan pemungutannya.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sangat Mardiasmo (1997:8) menyebutkan
ditentukan oleh beberapa jumlah biaya yang ada 3 (tiga) bentuk sistem pemungutan pajak
diperlukan dan dikeluarkan sebagai biaya yaitu :
pungut dan penggunaan jumlah petugas 1. Official Assesment System
pemungutan pajak, juga ketersediaan sarana 2. Self Assesment System;
dan prasarana yang digunakan dalam 3. With Holding System.
pelaksanaan kegiatan pemungutan pajak Dalam pemungutan Pajak Bumi
tersebut agar bisa mencapai hasil pajak yang dan Bangunan (PBB) tidak terlepas dari
tinggi sehingga bisa berdayaguna. peran petugas pemungutan. Petugas
Dalam rangka optimalisasi pemungutan pajak dalam hal ini adalah
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan orang-orang yang ditetapkan berdasarkan
(PBB) yang perlu diperhatikan selanjutnya surat keputusan pejabat yang berwenang
adalah pelaksanaan sistem dan prosedur untuk melakukan penagihan/pemungutan
pemungutan, petugas pemungutan dan terhadap Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
sarana dan prasarana serta pengawasan yang Aspek yang perlu dikaji dalam hal ini
dilakukan, karena bagaimana pun tingginya menyangkut pemungutan pajak, kemampuan
kesadaran masyarakat namun jika dan motivasi petugas pajak dalam hal
pemungutannya tidak dilaksanakan dengan melakukan kegiatan pemungutan Pajak,
baik maka upaya tersebut tetap tidak akan berdasarkan sistem dan prosedur yang
mampu mewujudkan suatu tingkat ditetapkan.
penerimaan pajak seperti yang diharapkan. Sarana dan prasarana kerja yang
Selanjutnya dinyatakan bahwa baik dan tersedia tentunya akan memberikan
sistem adalah rangkain tata kerja yang saling pengaruh yang berarti bagi pelaksanaan
berkaitan, kemudian membentuk kebulatan pemungutan dan kegiatan lain yang terkait.
26 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

Pelaksanaan Pemunutan Pajak berhubungan dengan negara


Bumi dan Bangunan (PBB) tidak terlepas menyelenggarakan pemerintahanµ.
dari pengawasan. Pengawasan (Controlling) Dari beberapa pendapat para ahli
sebagai salah satu fungsi manajemen diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam Pajak
dimaksudkan untuk menjaga/menjamin terdapat Unsur-Unsur sebagai berikut :
ketetapan pelaksanaan agar sesuai dengan a. Pajak dipungut oleh Negara
kegiatan, rencana, pelaksanaan kebijakan dan berdasarkan kekuatan Undang-
tujuan serta prosedur yang telah ditetapkan, Undang atau Peraturan Hukum
diciptakan agar pelaksanaannya menjadi lainya.
efektif dan efisien. b. Pajak dipungut tanpa ada kontra
LAN (1994 : 145), memberikan prestasi yang secara langsung dapat
pengertian pengawasan yaitu: dipungut.
Kegiatan pimpinan untuk c. Hasil pungutan pajak digunakan
memastikan dan menjamin bahwa untuk membiayai pengeluaran
tujuan dan tugas-tugas organisasi penyelenggaraan negara.
akan dan telah terlaksana dengan d. Pajak sebagai sumber keuangan
baik sesuai kebijaksanaan instruksi, negara dan berfungsi juga sebagai
rencana dan ketentuan yang telah pengatur.
ditetapkan dan yang berlaku. Sebagaimana telah diketahui, Pajak
Menurut Malayu S.P. Hasibuan Bumi dan Bangunan (PBB) di Indonesia
(2000 PHQJHPXNDQDQ EDKZD ´SURVHV merupakan pajak pusat karena
pengawasan pada dasarnya dilaksanakan oleh pengelolaannya diserahkan sepenuhnya
DGPLQLVWUDVL GDQ PDQDMHPHQµ GHQJDQ kepada Pemerintah Pusat, walaupun hasil
menggunakan 2 (dua) macam teknik yaitu : akhirnya yang berupa penerimaan
1. Pengawasan Langsung (direct control) dikembalikan kepada daerah dengan
2. Pengawasan tidak Langsung (indirect prosentase yang besar. Dalam APBD,
control) penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
2.3 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) (PBB) tersebut dimasukkan dalam kelompok
Banyak ahli pajak dalam bidang penerimaan bagian daerah dari bagi hasil
perpajakan memberikan pengertian yang pajak (revenue sharing) salah satu sumber
berbeda-beda mengenai pajak namun utama penerimaan daerah.
memiliki inti dan tujuan yang sama. Adapun hasil dari penerimaan pajak
Pengertian Pajak antara lain yang tersebut dilakukan pembagian antara
dikemukakan oleh Rocmat Soemitro Pemerintah Pusat dan Pemerintah
(2001:1) sebagai berikut : Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi,
´3DMDN DGDODK LXUDQ UDN\DW NHSDGD akan tetapi sebagian besar dari penerimaan
kas negara berdasarkan Undang- pajak diberikan kepada Pemerintah
undang (yang dapat dipaksakan) Kabupaten/Kota sebagai pendapatan daerah
dengan tiada mendapat jasa timbal yang bersangkutan.
yang langsung dapat ditujukan dan 1. Dasar Hukum Pajak Bumi dan
yang digunakan untuk membayar Bangunan (PBB)
SHQJHOXDUDQ XPXP µ Landasan Hukum Pajak Bumi dan
Menurut Andriani (Brotodihardjo, Bangunan (PBB), adalah Undang²Undang
2003:2) mengemukakan pajak Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah
adalah : diubah dengan Undang²Undang Nomor 12
´Iuran kepada negara (yang dapat Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan
dipaksakan) yang terutang, oleh Bangunan (PBB).
yang wajib membayarnya menurut 2. Arti Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
peraturan-peraturan, dengan tidak Rochmat Soemitro memberikan
mendapat prestasi kembali yang pengertian dari Pajak Bumi dan Bangunan
langsung dapat ditunjuk, dan yang (PBB) VHEDJDL EHULNXW µPajak Bumi dan
gunanya adalah untuk membiayai Bangunan (PBB) adalah pajak yang
pengeluaran-pengeluaran umum dikenakan atas harta tidak bergerak, maka
27 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

yang dipentingkan adalah obyeknya dan oleh tetapi juga penyewa atau siapa saja yang
karena itu keadaan status orang atau badan memanfaatkan tanah dan atau bangunan
yang dijadikan subyek tidak penting dan misalnya penghuni rumah dinas suatu
WLGDN PHPSHQJDUXKL EHVDUQ\D SDMDNµ instansi (Marihot P. Siahaan, 2004: 154).
(Rochmat Soemitro, 2001: 45). 4. Obyek Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut Mardiasmo, memberikan (PBB)
pengertian di bawah ini : Obyek Pajak Bumi dan Bangunan
´Pengertian Pajak Bumi dan (PBB) diatur dalam pasal 2 dan pasal 3
Bangunan (PBB) adalah Pajak Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994
Bumi dan Bangunan (PBB) terdiri Tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
atas pajak terhadap bumi dan Pasal 2
bangunan. Bumi adalah permukaan 1. Yang menjadi obyek pajak adalah bumi
bumi dan tubuh bumi yang ada di dan atau bangunan.
bawahnya, meliputi tanah dan 2. Klasifikasi obyek pajak sebagaimana
perairan, serta laut wilayah dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh
Republik Indonesia. Bangunan Menteri Keuangan.
adalah konstruksi teknik yang Pasal 3
ditanam atau dilekatkan secara 1. Objek pajak yang tidak dikenakan Pajak
tetap pada tanah dan atau perairan Bumi dan Bangunan (PBB) adalah objek
untuk tempat tinggal, tempat usaha pajak yang :
dan tempat yang diusahakanµ a) Digunakan semata-mata untuk
(Mardiasmo, 1997: 91). melayani kepentingan umum di
Dari pengertian tentang Pajak Bumi bidang ibadah, sosial, kesehatan,
dan Bangunan (PBB) diatas maka dapat pendidikan dan kebudayaan nasional,
disimpulkan bahwa Pajak Bumi dan yang tidak dimaksudkan untuk
Bangunan (PBB) adalah penerimaan negara memperoleh keuntungan;
yang berasal dari rakyat atas kebendaan b) Digunakan untuk kuburan,
objek atau bumi, tanah dan atau bangunan peninggalan purbakala, atau yang
yang sebagian besar hasilnya diserahkan sejenis dengan itu;
kepada daerah masing-masing untuk c) Merupakan hutan lindung, hutan
meningkatkan pendapatan daerah tersebut. suaka alam, hutan wisata, taman
3. Subyek Pajak Bumi dan Bangunan nasional, taman penggembalaan yang
(PBB) dikuasai oleh desa, dan tanah negara
Subyek Pajak Bumi dan Bangunan yang belum dibebani suatu hak;
(PBB) menurut Pasal 4 Ayat (1) Undang- d) Digunakan oleh perwakilan
Undang Nomor 12 Tahun 1985 diplomatik, konsulat berdasarkan
sebagaimana telah diubah dengan Undang- asas perlakuan timbal balik;
Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang e) Digunakan oleh badan atau
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah perwakilan organisasi internasional
orang pribadi atau badan yang secara nyata: yang ditentukan oleh Menteri
1. Mempunyai suatu hak atas bumi, dan Keuangan.
atau; 2. Obyek pajak yang digunakan oleh negara
2. Memperoleh manfaat atas bumi, dan untuk penyelenggaraan pemerintahan,
atau; penentuan pengenaan pajaknya diatur
3. Memiliki bangunan, dan atau; lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
4. Menguasai bangunan, dan atau; 3. Besarnya nilai jual obyek pajak tidak kena
5. Memperoleh manfaat atas bangunan. pajak ditetapkan setinggi-tingginya
Menurut ketentuan undang- sebesar Rp 12.000.000,00 untuk setiap
undang, Wajib Pajak adalah Subyek Pajak wajib pajak.
yang dikenakan kewajiban membayar pajak. 4. Penyesuaian besarnya nilai jual obyek
Dengan demikian maka yang wajib pajak tidak kena pajak sebagaimana
membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh
bukan saja pemilik tanah dan/atau bangunan menteri keuangan.
28 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

5. Dasar pemungutan Pajak Bumi dan 40% dan apabila NJOP nya < Rp
Bangunan (PBB) 1.000.000.000,- adalah 20%.
Menurut Suharno (2003:3), 7. System Pemungutan Pajak Bumi dan
kaitannya dengan Pajak Bumi dan Bangunan Bangunan (PBB)
(PBB) ada empat asas utama yang harus Dalam pemungutan Pajak Bumi
diperhatikan, yaitu: dan Bangunan (PBB) di gunakan sistem
1. Sederhana, dengan pengertian mudah Official assessment system, yakni dalam hal
dimengerti dan dapat dilaksanakan. pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
2. Adil, dalam arti keadilan vertikal dan juga diterapkan dalam penentuan
maupun horizontal dalam pengenaan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dimana Kantor Pelayanan Pajak (KPP) akan
disesuaikan dengan kemampuan wajib mengeluarkan surat ketetapan pajak
pajak. mengenai besarnya Pajak Bumi dan
3. Mempunyai kepastian hukum, dengan Bangunan (PBB) yang terhutang setiap
pengertian bahwa pengenaan Pajak tahun. Jadi wajib pajak tidak perlu
Bumi dan Bangunan (PBB) diatur menghitung sendiri, Tetapi cukup membayar
dengan Undang-Undang dan peraturan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
atau ketentuan pemerintah sehingga berdasarkan Surat Pembayaran Pajak
mempunyai kekuatan dan hukum. Terutang (SPPT) yang dikeluarkan oleh KPP
4. Gotong-royong, dimana semua dimana tempat objek pajak tersebut
masyarakat baik berkemampuan rendah terdaftar.
maupun tinggi ikut berpartisipasi dan 8. Prosedur Pemungutan Pajak Bumi
bertanggung-jawab mendukung dan Bangunan (PBB)
pelaksanaan Undang-Undang tentang 1) Penentuan Obyek Pajak
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Penentuan Obyek Pajak diatur
ketentuan Peraturan Perundang- dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun
undangan. 1985 sebagaimana telah diubah dengan
6. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994
(PBB) Pasal 9 dan 10, adalah sebagai berikut :
Besarnya tarif Pajak Bumi dan Pasal 9 :
Bangunan (PBB) adalah 0,5% dari Nilai Jual a) Dalam rangka pendataan, subyek pajak
Kena Pajak (NJKP) sebagaimana telah wajib mendaftarkan obyek pajaknya
ditentukan di dalam Pasal 5 Undang-Undang dengan mengisi Surat Pemberitahuan
Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi Obyek Pajak.
dan Bangunan (PBB). Tarif (setengah b) Surat Pemberitahuan Obyek Pajak
persen) 0.5% merupakan tarif pajak tunggal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
yang berlaku sama untuk semua jenis obyek harus diisi dengan jelas, benar dan
pajak (persawahan, perkantoran, lengkap serta ditandatangani dan
perkebunan, industri, dan sebagainya) disampaikan kepada Direktorat Jenderal
diseluruh Indonesia. Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
Dimana Persentase Nilai Jual Kena letak obyek pajak, selambat-lambatnya
Pajak (NJKP) besarnya presentasenya 30 hari setelah tanggal diterimanya Surat
sebagaimana pada pasal 1 Peraturan Pemberitahuan Obyek Pajak oleh
Pemerintah Nomor 25 Tahun 2002 Tentang subyek pajak.
penetapan besarnya NJKP untuk c) Pelaksanaan dan tata cara pendaftaran
penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan obyek pajak sebagaimana dimaksud
(PBB) adalah sebagai berikut : dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih
1. Objek pajak perkebunan adalah 40% lanjut oleh menteri keuangan.
2. Objek pajak kehutanan adalah 40% Pasal 10 :
3. Objek pajak pertambangan adalah 40% a) Berdasarkan Surat Pemberitahuan
4. Objek pajak lainnya (pedesaan dan Obyek Pajak sebagaimana dimaksud
perkotaan) dengan ketentuan apabila dalam Pasal 9 Ayat (1) Direktur
NJOP nya > Rp 1.000.000.000,- adalah Jenderal Pajak menerbitkan Surat
29 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

Pemberitahuan Pajak Terhutang perolehan baru, atau NJOP


(SPPT). Pengganti.
b) Direktur Jenderal Pajak dapat b) Besarnya Nilai Jual Obyek Pajak
mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1,
dalam hal-hal sebagai berikut : ditetapkan setiap 3 tahun oleh
1. Apabila Surat Pemberitahuan Menteri Keuangan, kecuali untuk
Obyek Pajak tidak disampaikan daerah tertentu ditetapkan setiap
sebagai mana dimaksud dalam tahun sesuai perkembangan
Pasal 9 Ayat (2) dan setelah daerahnya.
ditegur secara tertulis tidak c) Dasar perhitungan pajak adalah Nilai
disampaikan sebagaimana Jual Kena Pajak yang ditetapkan
ditentukan dalam surat teguran. serendah-rendahnya 20% dan
2. Apabila berdasarkan hasil setingi-tingginya 100% dari nilai jual
pemeriksaan atau keterangan lain obyek Pajak.
ternyata jumlah pajak yeng d) Besarnya prosentase nilai jual kena
terhutang lebih besar dari jumlah pajak sebagai mana dimaksud dalam
pajak yang dihitung berdasarkan ayat 3, ditetapkan dengan peraturan
Surat Pemberitahuan Obyek Pajak pemerintah dengan memperhaikan
yang disampaikan oleh wajib kondisi ekonomi masyarakat.
pajak. 3) Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan
c) Jumlah pajak yang terhutang dalam (PBB)
Surat Ketetapan Pajak sebagaimana Tata cara pembayaran Pajak Bumi
dimaksud dalam ayat (2) huruf a, dan Bangunan (PBB) diatur dalam Pasal 11
adalah pokok pajak ditambah dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994
denda administrasi sebesar 25% Tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
dihitung dari pokok pajak. adalah sebagai berikut :
d) Jumlah pajak yang terhutang dalam a) Pajak yang terutang berdasarkan Surat
Surat Ketetapan Pajak sebagaimana Pemberitahuan Pajak Terhutang
dimaksud dalam ayat (2) huruf b, sebagaimana dimaksud dalam pasal 10
adalah pokok selisih pajak yang ayat 1 harus dilunasi selambat-
terhutang berdasarkan hasil lambatnya 6 bulan sejak tanggal
pemeriksaan atau keterangan lain diterimanya Surat Pemberitahuan
dengan pajak yang terhutang yang Pajak Terhutang oleh wajib pajak.
dihitung berdasarkan Surat b) Pajak yang terhutang berdasarkan
Pemberitahuan Oyek Pajak ditambah Surat Ketetapan Pajak sebagaimana
denda administrasi ditambah 25% dimaksud dalam Pasal 10 Ayat (3) dan
dari selisih pajak yang terhutang. Ayat (4) harus dilunasi selambat-
2) Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak lambatnya 1 bulan sejak tanggal
Bumi dan Bangunan (PBB) diterimanya Surat Ketetapan Pajak
Pengenaan dan cara menghitung oleh wajib pajak.
pajak diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang c) Pajak yang terhutang yang pada saat
Nomor 12 tahun 1994 Tentang Pajak Bumi jatuh tempo pembayaran tidak dibayar
dan Bangunan (PBB), adalah sebagai berikut atau kurang dibayar dikenakan denda
: administrasi sebesar 2% sebulan, yang
a) Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai dihitung dari saat jatuh tempo sampai
Jual Objek Pajak (NJOP). dengan hari pembayaran untuk jangka
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), yaitu waktu paling lama 24 bulan.
harga rata-rata yang diperoleh dari d) Denda administrasi sebagaimana
transaksi jual beli yang terjadi secara dimaksud dalam ayat 3 ditambah
wajar. Apabila tidak terdapat dengan hutang pajak yang belum atau
transaksi jual beli, NJOP ditentukan kurang dibayar ditagih dengan Surat
melalui perbandingan harga dengan Tagihan Pajak yang harus dilunasi
objek lain yang sejenis, nilai selambat-lambatnya 1 bulan sejak
30 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

tanggal diterimanya Surat Tagihan khususnya Pajak Bumi dan Bangunan


Pajak oleh wajib pajak. (PBB), serta wajib memberikan kepada
e) Pajak yang terhutang dibayar di bank, wajib pajak berupa informasi yang
kantor pos dan giro dan tempat lain dibutuhkan wajib pajak baik secara lisan
yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. maupun tertulis,
f) Tata cara pembayaran dan penagihan b) Dalam hal pelayanan pendaftaran obyek
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pajak baru berhak meminta kelengkapan
(2), (3), (4), (5) diatur oleh Menteri yang dipersyaratkan serta berkewajiban
Keuangan. memberikan pelayanan pendaftaran
9. Sistem Pengenaan Pajak Bumi dan Obyek Pajak Baru dan memberikan
Bangunan (PBB) SPPT,
Untuk memudahkan c) Dalam pelayanan mutasi obyek atau
pelaksanaannya, administrasi Pajak Bumi dan subyek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Bangunan (PBB) mengelompokkan obyek berhak meminta kelengkapan yang
pajak berdasarkan karakteristiknya dalam dipersyaratkan dan wajib memberikan
beberapa sektor yaitu sektor pedesaan, dan memproses pelayanan permohonan
perkotaan, perkebunan, perhutanan, dan mutasi memberikan SPPT,
pertambangan. d) Memberikan dan memproses pelayanan
1) Sektor pedesaan, yaitu obyek Pajak pembetulan SPPT
Bumi dan Bangunan (PBB) dalam suatu e) Dalam hal pelayanan permohonan
wilayah yang memiliki ciri-ciri pedesaan, keberatan Pajak Bumi dan Bangunan
seperti : sawah, ladang, empang, dan (PBB), banding, pengurangan,
lain-lain. pengembalian kelebihan pembayaran
2) Sektor perkotaan, yaitu obyek Pajak berhak meminta kelengkapan yang
Bumi dan Bangunan (PBB) dalam suatu dipersyaratkan dan wajib menerimanya
wilayah yang memiliki ciri-ciri suatu serta memberikan jawaban atas
daerah perkotaan, seperti : pemukiman permohonan tersebut diatas (Machfud
elit, real estate, komplek, pertokoan, Sidik, 1999: 96-103).
industri, perdagangan, dan jasa. b. Wajib Pajak
3) Sektor perkebunan, yaitu obyek Pajak Dalam Ketentuan Umum dan Tata
Bumi dan Bangunan (PBB) yang Cara Perpajakan tentang hak dan kewajiban
diusahakan oleh badan usaha milik Wajib Pajak dalam bidang Pajak Bumi dan
negara atau daerah maupun swasta. Bangunan (PBB) dapat dirinci antara lain
4) Sektor perhutanan, yaitu obyek Pajak sebagai berikut :
Bumi dan Bangunan (PBB) di bidang a) Mendapatkan informasi di bidang
usaha yang menghasilkan komoditas perpajakan khusunya Pajak Bumi dan
hasil hutan, seperti : kayu tebangan, Bangunan (PBB) serta wajib memberikan
rotan, damar, dan lain-lainnya. keterangan atau data pendukung yang
5) Sektor pertambangan, yaitu obyek Pajak diperlukan untuk mendapatkan infomasi
Bumi dan Bangunan (PBB) dibidang yang dimaksud,
usaha yang menghasilkan komoditas b) Memperoleh pelayanan pendaftaran
hasil tambang, seperti : emas, batubara, obyek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
minyak, gas bumi, dan lain-lainnya. baru serta memperoleh dan menerima
10. Hak dan Kewajiban Dalam Bidang SPPT,
Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) c) Mengisi SPOP dengan jelas, benar, dan
a. Fiskus lengkap serta ditandatangani,
Dalam Ketentuan Umum dan Tata d) Mendapatkan pelayanan mutasi obyek
Cara Perpajakan tentang hak dan kewajiban atau subyek pajak dan wajib mengajukan
Fiskus dalam bidang Pajak Bumi dan permohonan tertulis,
Bangunan (PBB) dapat dirinci antara lain e) Memperoleh pelayanan pembetulan
sebagai berikut : menerima Surat Keputusan Penyelesaian
a) Meminta data atau keterangan pendukung Pembetulan dan wajib mengajukan
dalam memberikan informasi perpajakan permohonan tertulis,
31 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

f) Berhak mengajukan permohonan Undang-undang Nomor 33 Tahun


keberatan Pajak Bumi Dan Bangunan 2004 menyatakan bahwa sumber penerimaan
(PBB) dan mendapat jawaban atas daerah berasal dari 4 (empat) sumber yaitu :
pengajuan keberatan serta wajib a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), antara
mengajukan permohonan tertulis dalam lain berasal dari :
bahasa Indonesia dengan alasan-alasan 1. Hasil pajak daerah.
yang jelas, 2. Hasil retribusi daerah.
g) Berhak mengajukan permohonan 3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah
banding Pajak Bumi Dan Bangunan lainnya yang dipisahkan.
(PBB) paling lambat 3 bulan setelah 4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
diterimanya Keputusan Surat Keberatan sah.
dan menerima jawaban atas permohonan c. Dana Perimbangan, antara lain :
banding serta wajib mengajukan 1. Dana Alokasi Umum (DAU)
permohonan tertulis dalam bahasa 2. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Indonesia kepada Kepala Kantor 3. Bagian Daerah (Bagi Hasil) dari
Pelayanan Pajak setempat paling lambat 3 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
bulan setelah diterimanya Surat (PBB), BPHTB, PPh Perseorangan
Keputusan Keberatan, dan penerimaan Sumber Daya Alam
h) Berhak mengajukan permohonan (SDA), merupakan komponen dana
pengurangan dan mendapat jawaban atas perimbangan yang pendistribusiannya
pengajuan pengurangan Pajak Bumi dan dilakukan berdasarkan potensi daerah
Bangunan (PBB) serta wajib mengajukan penghasil.
permohonan tertulis paling lambat 3 d. Dana pinjaman daerah, yaitu dana yang
bulan sejak diterimanya SPPT. dapat diperoleh dari pinjaman baik dalam
maupun luar negeri untuk membiayai
2.4 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagian anggaran pembangunan daerah.
Sebagai Pendapatan Daerah e. Lain-lain penerimaan yang sah. Lain-lain
Secara tradisional, otonomi pendapatan yang sah antara lain hibah
VHULQJNDOL GLEHUL DUWL ´PHPEHODQMDL GLUL atau dana darurat dari Pemerintah.
VHQGLULµ 'DODP NHQ\DWDDQ WLGDN SHUQDK DGD Dana Bagi Hasil (DBH) merupakan
daerah otonomi atau satuan otonomi lain, hak daerah atas pengelolaan sumber-sumber
yang benar-benar mampu membelanjai penerimaan negara yang dihasilkan dari
secara penuh rumah tangganya sendiri. masing-masing daerah, yang besarnya
Meskipun demikian, ungkapan membelanjai ditetapkan berdasarkan peraturan
diri sendiri menunjukkan betapa penting perundang-undangan yang berlaku. Secara
keuangan untuk melaksanakan otonomi garis besar yakni :
secara bebas dan mandiri. 1) Dana Bagi Hasil perpajakan, yaitu :
Bagir Manan (2002:144) a) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
menjelaskan, dimanapun keuangan negara b) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
selalu ada dalam kekuasaan pemerintah Bangunan (BPHTB).
pusat. Sumber keuangan daerah berasal dari c) Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 dan
bagian-bagian yang diserahkan pusat kepada pasal 25/29 orang pribadi.
daerah atau yang dibenarkan digali oleh 2) Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
daerah. Tanpa penyerahan atau pembenaran Dalam Undang-Undang Nomor 33
oleh pusat, daerah tidak dapat menciptakan Tahun 2004 juga diatur mengenai
sendiri keuangan daerah seperti memungut, besarnya bagian daerah dari penerimaan
meminjam apalagi mencetak uang. Inilah inti SDA minyak bumi dan gas alam (migas),
hubungan keuangan antara pusat dengan yang masing-masing ditetapkan sebesar
daerah. Keuangan menyangkut kewajiban 15% dan 30% dari penerimaannya setelah
rakyat banyak, maka segala sesuatu mengenai dikurangi komponen pajak. Namun
uang termasuk hubungan keuangan antara demikian, dengan berlakunya otonomi
pusat dengan daerah harus diatur dengan khusus bagi Provinsi Nanggroe Aceh
undang-undang. Darussalam yang diatur dengan Undang-
32 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

Undang Nomor 18 Tahun 2001, dan bagi


Provinsi Papua yang diatur dengan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001,
bagian kedua daerah tersebut dari III. METODE PENELITIAN
penerimaan migas masing-masing 3.1. Pendekatan Penelitian
ditetapkan menjadi 70%. Sementara itu, Penelitian ini menggunakan
penerimaan SDA pertambangan umum, pendekatan kualitatif. Melalui metode
kehutanan, dan perikanan yang penelitian kualitatif inilah peneliti dapat
merupakan bagian daerah ditetapkan menegetahui proses pemungutan Pajak
masing-masing sebesar 80%. Bumi dan Bangunan (PBB) mengungkapkan
Perimbangan pembagian berbagai pertimbangan tentang hambatan
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) diatur melalui PP Nomor 16 Tahun (PBB) yang pada akhirnya dapat
2000 tanggal 10 Maret 2000 tentang mendiskripsikan hambatan-hambatan
Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi tersebut.
dan Bangunan (PBB) antara Pemerintah 3.2. Jenis Penelitian
Pusat dan Daerah, dan Keputusan Menteri Jenis penelitian yang dipakai adalah
Keuangan Republik Indonesia nomor deskriptif analistis. Bersifat deskriptif karena
82/KMK.04/2000 tanggal 21 Maret 2000 dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak memperoleh gambaran secara menyeluruh
Bumi dan Bangunan (PBB) antara dan sistematis berkaitan dengan peraturan
Pemerintah Pusat dan Daerah, serta pasal 18 perpajakan khususnya Pajak Bumi dan
UU Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bangunan (PBB). Bersifat analistis karena
Bumi dan Bangunan (PBB), di mana kemudian dari hasil penelitian dilakukan
berdasarkan peraturan tersebut, rincian suatu analisis terhadap pelaksanaan Pajak
bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi Bumi dan Bangunan (PBB) yang selama ini
dan Bangunan (PBB) adalah sebagai berikut : berlaku di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
1. Untuk Pemerintah Pusat sebesar 10%, khususnya Kecamatan Limpasu untuk
dikembalikan lagi kepada daerah dengan menjawab permasalahan yang berkaitan
rincian : dengan meningkatkan pedapatan daerah.
a. 65% dibagikan secara merata kepada 3.3. Lokasi Penelitian
seluruh Daerah Kabupaten/Kota Penelitian dilakukan di Kabupaten
b. 35% dibagikan sebagai insentif kepada Hulu Sungai Tengah, dalam hal ini, Dinas
Daerah Kabupaten/Kota yang Pendapatan Daerah sampai pada Kecamatan
realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Limpasu dan Desa lingkup Kecamatan
Bangunan (PBB) sektor pedesaan dan Limpasu.
perkotaan pada Tahun Anggaran 3.4. Fokus Penelitian
sebelumnya mencapai/melampaui Penilitian ini difokuskan pada
rencana penerimaan yang ditetapkan. optimalisasi pelaksanaan pemungutan Pajak
2. Untuk Daerah sebesar 90%, dengan Bumi dan Bangunan (PBB) sektor Perkotaan
rincian : dan Perdesaan yang dilakukan di Kecamatan
a. 16,2% untuk Daerah Propinsi yang Limpasu Kabupaten Hulu Sungai Tengah
bersangkutan dalam peningkatan pendapatan daerah serta
b. 64,8% untuk Daerah Kabupaten/Kota agar dapat diidentifikasinya hambatan dalam
yang bersangkutan baik sistem dan prosedur serta aspek
c. 9% untuk Biaya Pemungutan, yang pengawasan pelaksanaannya sehingga dapat
berdasarkan ketentuan yang berlaku diperoleh solusi dalam menghadapi
juga dikembalikan sebagian kepada hambatan tersebut.
daerah kabupaten dan kota, atas peran 3.5 Sumber Data
serta mereka dalam ikut bekerjasama Dalam penelitian data diperoleh
untuk mengamankan upaya dari dua jenis sumber data, yaitu sebagai
pemungutan penerimaan Pajak Bumi berikut :
dan Bangunan (PBB). 1. Data Primer,
33 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

Yaitu melakukan wawancara secara dan akan berkembang setelah penulis berada
langsung dengan narasumber dan melakukan di lapangan.
pencatatan terhadap hasil dari wawancara
tersebut. Penulis mengadakan wawancara IV. HASIL PENELITIAN DAN
atau tanya jawab dengan wajib pajak yang PEMBAHASAN
ada di Kecamatan Limpasu dan pegawai 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kantor Dinas Pendapatan Kab. HST dan
pegawai Kantor Kecamatan Limpasu. Kecamatan Limpasu merupakan
2. Data Sekunder salah satu dari 11 Kecamatan yang berada di
Data sekunder yaitu dimana pada Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Ibukota
bagian ini penulis akan berusaha mempelajari Kecamatan adalah Limpasu. Secara
berbagai teori melalui buku-buku, peraturan administratif Kecamatan Limpasu
perundang-undangan, majalah-majalah, surat mempunyai batas-batas wilayah sebagai
kabar, bulletin maupun makalah yang ada berikut :
hubungannya dengan pokok permasalahan 1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa
dalam tulisan ini. Tariwin Kecamatan Batu Mandi
3.6 Teknik Pengumpulan Data Kabupaten Balangan.
Dalam mengumpulkan data Peneliti 2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa
menggunakan teknik berupa: Nateh Kecamatan Batang Alai Timur.
a. Wawancara (interview) 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa
Wawancara akan dilakukan dengan Rangas Kecamatan Batang Alai Selatan.
aparat di Dinas Pendapatan Daerah dan 4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa
Kecamatan serta tokoh-tokoh masyarakat Labunganak Kecamatan Batang Alai
Kecamatan Limpasu di beberapa Desa yaitu Utara.
Desa Limpasu, Desa Kabang, Desa Abung 4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan
Surapati, Desa Hawang. 4.2.1 Proses Pemungutan Pajak Bumi
b. Telaah Dokumen dan Bangunan (PBB)
Cara mengumpulkan data melalui Pemungutan Pajak Bumi dan
peninggalan tertulis, seperti arsip, termasuk Bangunan (PBB) di Kecamatan Limpasu
juga buku tentang teori, pendapat, dalil atau menggunakan system official assessment, dalam
hukum disebut telaah dokumen. Dalam arti bahwa wewenang untuk menentukan
penelitian teknik ini merupakan alat besarnya pajak yang terhutang terletak pada
pengumpulan data yang utama karena aparatur pajak. Hal ini dikarenakan bahwa
pembuktian hipotesisnya yang diajukan peranan fiskus adalah sangat besar dalam
secara logis dan rasional melalui pendapat, proses pemungutan Pajak Bumi dan
teori, atau hukum-hukum yang diterima, baik Bangunan (PBB) yang dilaksanakan di
mendukung maupun yang menolong wilayah Kecamtan Limpasu.
hipotesis tersebut. Hal ini ditegaskan dalam
3.7 Teknik Analisis Data wawancara dengan Kasi Penagihan Pajak
Teknik pengolahan data Bumi dan Bangunan (PBB) Dinas
memerlukan adanya analisis terhadap semua Pendapatan Daerah sebagai berikut :
data yang telah dikumpulkan dalam kegiatan ´VLVWHP SHPXQJXWDQ \DQJ GLSDNDL
penelitian. analisis dikembangkan model adalah Official Assesment System atau
interaktif dari Miles dan Huberman menyerahkan/mempercayakan
(1992:20) melalui reduksi data, penyajian kewenangan untuk menentukan
data dan menarik kesimpulan/verifikasi. besarnya utang pajak kepada Fiskus
Dengan demikian data yang atau pemerintah yang berwenang
disimpulkan dalam penelitian mungkin akan melakukan pemungutan pajak,
menjawab rumusan masalah yang dalam hal ini dilakukan oleh aparat
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga dari Dinas Pendapatan Daerah
tidak, karena masalah dan rumusan masalah (Dispenda) bekerjasama dengan
dalam penelitian masih bersifat sementara Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
Untuk menentukan besarnya pajak
34 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

yang harus dibayar oleh Wajib 3. Pelimpahan adalah kegiatan untuk


3DMDN´ +asil wawancara : 29 Mei mengalihkan uang hasil penerimaan
2012) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dalam
Kemudian beliau lebih lanjut jangka waktu tertentu dari tempat
menyampaikan terkait kewenagan pembayaran ke Bank/Kantor Pos dan
menetapkan besarnya utang pajak yaitu : Giro Persepsi dan dari Bank/kantor Pos
´6LVWHP NHWHWDSDQ PDNVXGQ\D dan Giro Persepsi ke bank/Kantor pos
adalah dengan menetapkan dan Giro Operasional.
besarnya utang pajak yang harus 4. Pembagian hasil penerimaan Pajak
dibayar oleh Wajib Pajak dengan Bumi dan Bangunan (PBB) adalah
mendata terlebih dahulu objek kegiatan yang dilakukan oleh
pajak yang dimiliki oleh Wajib Bank/kantor pos dan giro Operasional
3DMDN´ untuk membagi hasil penerimaan Pajak
(Hasil wawancara : 29 Mei 2012) Bumi dan Bangunan (PBB) dalam
4.2.1.1 Sistem dan Prosedur Pemungutan jangka waktu tertentu untuk keuntungan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) rekening masing-masing instansi yang
Dalam pelaksanaan pemungutan berhak.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagai 5. Tempat pembayaran adalah Bank dan
sebuah organisasi/kantor, Kecamatan atau Kantor Pos dan Giro yang telah di
Limpasu tidak terlepas dari sebuah sistem tunjuk untuk menerima pembayaran
dan prosedur kerja dalam mencapai tujuan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dari
yang telah ditetapkan sebagaimana Moenir wajib pajak atau penyetoran Pajak Bumi
(2006:108) berpendapat bahwa : dan Bangunan (PBB) dari pemungut
´Sistem dan prosedur merupakan untuk obyek Pajak Bumi dan Bangunan
faktor yang sangat penting dalam (PBB) dalam wilayah tertentu.
pelaksanaan tugas/pekerjaan, tetapi 6. Petugas pemungut adalah orang yang
juga dalam bidang perkantoran dari ditunjuk oleh Pembakal/Kepala Desa
pada bidang lain. Sebab didalam untuk menerima pembayaran Pajak
kegiatan perkantoranlah sistem dan Bumi dan Bangunan (PBB) dari Wajib
prosedur dibuat atau diciptakan, Pajak.
untuk digunakan dalam langkah
NHJLDWDQ µ Adapun urutan proses pemungutan
Adapun sistem yang digunakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah
dalam pemungutan Pajak Bumi dan sebagai berikut :
Bangunan (PBB) di wilayah Kecamtan 1. Penerbitan SPOP (Surat Pemberitahuan
Limpasu belum menggunakan SISTEP Obyek Pajak)
(Sistem Tempat Pembayaran), sehingga 2. Penerbitan SPPT (Surat Pemberitahuan
pelimpahan dan pembagian hasil penerimaan Pajak Terhutang
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) melalui 3. Penyampaian SPPT kepada Wajib Pajak
petugas Kecamatan maupun petugas Desa yang bersangkutan
yang telah ditentukan, yang dapat di uraikan 4. Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan
sebagai berikut : (PBB)
1. Pembayaran adalah tindakan yang
dilakukan oleh Wajib Pajak untuk 4.2.1.2 Jumlah Petugas Pemungutan
melunasi Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
(PBB) yang terhutang pada petugas Petugas pemungutan pajak cukup
Desa/aparat Desa. terpenuhi untuk masing-masing desa. Ini
2. Penyetoran adalah tindakan yang dapat dilihat dari jumlah wajib pajak yang
dilakukan oleh Petugas Pemungut untuk ada. Petugas pemungut dalam hal melakukan
menyetorkan hasil pemungutan Pajak penagihan dimungkinkan dapat melakukan
Bumi dan Bangunan (PBB) di tugasnya secara optimal dalam pemungutan
Kecamatan. dapat berjalan lancar dan tepat waktu.
Namun ternyata dalam pelaksanaannya
35 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

target realiasasi pendapatan Pajak Bumi dan berpengaruh terhadap produktivitas petugas
Bangunan (PBB) tiap Desa di Kecamatan pajak. Jarak ke lokasi yang agak jauh tentu
Limpasu tidak terpenuhi sesuai target yang saja membutuhkan kendaraan operasional
diharapkan sebagaimana tergambar dalam agar tidak datang terlambat ke lokasi
Tabel 4.3 diatas. pemungutan., agar pelaksanaan dapat
Aspek yang perlu dikaji dalam hal berjalan dengan baik, utamanya dalam hal
ini menyangkut pemungutan pajak, ketepatan waktu petugas pemungutan pajak
kemampuan dan motivasi petugas pajak datang kelokasi maka sebaiknya sarana yang
dalam hal melakukan kegiatan pemungutan dibutuhkan tersedia dengan baik bagi
Pajak, berdasarkan sistem dan prosedur yang petugas.
ditetapkan di Kecamatan Limpasu. Disini Sarana dan prasarana kerja yang
sangat diperlukan pengawasan dan sanksi baik dan tersedia tentunya akan memberikan
yang tegas atas tunggakan pajak terutang. pengaruh yang berarti bagi pelaksanaan
Selain itu dalam pengembangan indikator ini pemungutan dan kegiatan lain yang terkait.
perlu ditingkatkan motivasi serta
pengetahuan dan kemampuan petugas 4.2.1.4 Pengawasan Pemungutan Pajak
pemungut pajak agar tugas yang dibebankan Bumi dan Bangunan (PBB)
mampu dilaksanakan dengan baik dan Pengawasan langsung masih kurang
berhasil. dilakukan, bahkan belum ada pengawasan
4.2.1.3 Sarana dan Prasarana yang dilakukan dalam pemungutan pajak.
Pemungutan Pajak Bumi dan Petugas pajak melakukan tugasnya saja tanpa
Bangunan (PBB) ada pengawasan langsung. Ini tentu saja
Faktor yang mendukung dalam dapat menimbulkan penyimpangan dalam
optimalisasi penerimaan pajak yaitu sarana pemungutan. Kurangnya pengawasan ini
dan prasarana. Agar mendapatkan hasil yang memungkinkan akan terjadi penyalagunaan
optimal diperlukan sarana dan prasara yang tugas atau pun dari pihak wajib pajak sendiri.
cukup dalam pemungutan pajak. Untuk itu Namun belum terselenggaranya
sangat penting memperhatikan sarana dan pengawasan langsung secara optimal
prasarana yang diperlukan, agar petugas terhadap kegiatan pemungutan Pajak Bumi
pajak dapat melakukan tugasnya dengan dan Bangunan (PBB) di Kecamatan Limpasu
baik. disinyalir oleh kesibukan dan kompleksnya
Secara umum sarana penunjang di tugas-tugas yang menjadi tanggungjawab
Kecamatan Limpasu dikemukakan oleh Kasi Kasi Perekonomian dan Pembangunan
Perekonomian dan Pembangunan Kecamatan Limpasu hingga Kasi Penagihan
Kecamatan Limpasu : Dinas Pendapatan Kabupaten Hulu Sungai
´Sarana dan prasarana yang ada Tengah.
dianggap sudah memadai. Namun Pengawasan tidak langsung dalam
dalam pemungutan petugas kaitannya dengan pelaksanaan pemungutan
pemungut pajak menggunakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di
kendaraan pribadi dan terkadang Kecamatan Limpasu adalah berupa kegiatan
dalam oprasionalnya menggunakan pemeriksaan atau pengecekan kegiatan
dana pribadi. Sehingga motivasi pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan
untuk memungut pajak tidak (PBB) yang dilakukan oleh petugas
maksimal hal ini pula yang pemungutan pajak melalui laporan tertulis
mengakibatkan target pemungutan atau lisan.
pajak Pajak Bumi dan Bangunan Pengawasan ini diadakan atau
(PBB) tidak dapat optimalµ.(Hasil dilakukan dengan mempelajari atau melalui
wawancara : 4 Juni 2012) laporan-laporan yang diterima dari
Dari penjelasan diatas pelaksana/bawahan baik berbentuk laporan
menyimpulkan bahwa sarana pendukung lisan maupun tertulis. Kelemahan
seperti kendaraan dan akomodasi oprasional pengawasan ini bahwa sering para bawahan
lainnya dalam melakukan pemungutan hanya melaporkan hal-hal yang positf saja.
tersedia dan memadai. Hal ini dapat saja Dengan maksud untuk menyenangkan
36 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

pimpinan, sehingga pimpinan tidak Bangunan (PBB). Adapun faktor yang


mengetahui keadaan yang sesungguhnya. mempengaruhi pemmungutan antara lain :
Akibatnya ia akan mengambil kesimpulan 1. Dalam hal penyampaian SPPT yaitu
yang salah. sulitnya untuk menemui wajib pajak
Kesimpulan ialah bahwa secara langsung.
pengawasan tidak akan dapat berjalan 2. Tingkat kepatuhan atau kesadaran Wajib
dengan baik apabila hanya tergantung pada Pajak yang masih rendah dalam
laporan saja. Oleh karena itu pengawasan membayar pajak.
langsung dan tidak langsung harus 3. Apabila letak obyek pajak berlainan
digabungkan dengan atau dalam melakukan tempat tinggal wajib pajak dimana
fungsi pengawasan. domilisi wajib pajak tersebut tidak
Berdasarkan hasil wawancara diketahui.
tersebut penulis menyimpulkan bahwa dalam 4. Wajib Pajak kurang terbuka dalam
proses pemungutan Pajak Bumi dan memberikan data-data perpajakan yang
Bangunan (PBB) sudah ada pengawasan diperlukan oleh petugas pada saat
yang dilakukan walaupun belum maksimal. pendaftaran dan pendataan.
Karena telah diturunkan staf-staf khusus
untuk melakukan pengawasan terhadap
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) di Kecamatan Limpasu. 4.2.2.3 Faktor Kepastian Hukum
Pemungutan Pajak Bumi dan
4.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Bangunan (PBB)
Optimalisasi Pemungutan Pajak Dari informasi yang penulis
Bumi dan Bangunan (PBB) dapatkan di kecamatan Limpasu bila Wajib
4.2.2.1 Faktor Petugas Pemungutan Pajak tetap tidak mau memenuhi
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) kewajibannya dalam membayar Pajak, tidak
Dalam pelaksanaannya petugas diberikan sanksi terhadapnya.. Pemeriksaan
pemungut pajak tidak langsung menyerahkan dan penyidikan serta pemberian sanksi pajak
STTS yang diterimanya langsung setelah terhadap wajib pajak sangat perlu dilakukan
melakukan pembayaran kepada wajib pajak. demi menambah penerimaan bagi
Petugas pemungut yang di tunjuk dari desa pendapatan daerah. Hal tersebut
biasanya menunggu hingga tahun pajak sebagaimana wawancara penulis dengan
berikutnya untuk menyampaikan STTS Pembakal Abung Bapak Salmin bahwa :
tersebut disertai dengan penyampaian SPPT ´SHPXQgutan yang selama ini
yang baru. berjalan apabila wajib pajak enggan
Untuk mengatasi permasalahan membayar pajak tidak pernah
tersebut maka Camat melalui Kasi diberikan sanksi. Hal ini
Perekomonian dan Pembangunan menyebabkan terjadinya tunggakan
melakukan tindakan penertiban dan pajak dan menjadi beban untuk
melakukan himbauan kepada para petugas pelunasan Pajak Bumi dan
pemungut pajak untuk segera menyampaikan Bangunan (PBB) tahun
STTS yang diterimanya dari Dinas berLNXWQ\Dµ
Pendapatan Daerah kepada wajib pajak (Hasil wawancara : 9 Juni 2012)
secara langsung. Hal ini berkaitan apabila Hal senada juga dsampaikan oleh Sekdes
wajib pajak hendak menyampaikan Abung Surapati Julianor :
keberatan ataupun pengurangan Pajak Bumi ´6HEDJLDQ :DMLE SDMDN yang
dan Bangunan (PBB). pembayaran Pajak Bumi dan
4.2.2.2 Faktor Wajib Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)nya jatuh tempo
Bangunan (PBB) hanya dilakukan imbauan-imbauan
Kepatuhan Wajib Pajak juga sangat VDMD WDQSD DGD SHQHUDSDQ VDQNVLµ
menentukan di dalam optimalisasi (Hasil wawancara : 9 Juni 2012)
pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi dan Dengan adanya hambatan tersebut
maka target penerimaan pada satu tahun
37 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

pajak tidak akan tercapai. Hal ini diketahui penerimaan dalam mendukung otonomi
dari laporan yang diserahkan oleh Bank yang daerah menjadi terhambat.
di tunjuk kepada seksi Penerimaan Kantor Oleh karena itu, untuk
Pelayanan Pajak Pratama. Semakin tinggi mengoptimalkan pemungutan Pajak Bumi
tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bangunan (PBB) di Kabupaten Hulu
maka semakin rendah tingkat Realisasi Sungai Tengah khususnya di Kecamatan
Penerimaan dari Pajak Bumi dan Bangunan Limpasu Penulis mencoba merumuskan
(PBB). solusi-solusi dari beberapa kendala yang
dihadapi selama ini sebagaimana dua alat
4.2.3 Optimasisai Pajak Bumi dan utama (measures) yang dimiliki oleh
Bangunan (PBB) Dalam Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Peningkatan Pendapatan Daerah Solusi-solusi ini akan Penulis diharapkan
Dari uraian tersebut diketahui dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
bahwa optimalisasi hanya dapat diwujudkan mengoptimalkan penerimaan pendapatan
apabila dalam pewujudannya secara efektif daerah dari sektor Pajak Bumi dan Bangunan
dan efisien. Dalam penyelenggaraan (PBB). Adapun solusi-solusi tersebut antara
organisasi, senantiasa tujuan diarahkan untuk lain :
mencapai hasil secara efektif dan efisien agar a. Melakukan penyuluhan-penyuluhan dan
optimal. Dengan kata lain pencapaian tujuan sosialisasi;
diharapkan mampu berhasilguna dan b. Dalam melakukan
berdayaguna. Untuk itu dalam pembahasan sosialisasi/penyuluhan Pajak Bumi dan
ini, akan dikemukakan pengertian dan Bangunan (PBB), hendaknya petugas
efisiensi terlebih dahulu. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dapat
Untuk mengoptimalkan potensi menyesuaikan waktu yang tepat kepada
Pendapatan Daerah dari sektor Pajak Bumi masyarakat dengan tidak menggangu
dan Bangunan (PBB), Pemerintah Daerah aktivitas masyarakat;
memiliki dua alat utama (measures), yaitu c. Petugas Pajak Bumi dan Bangunan
penerapan kebijakan (policy measures) dan (PBB) hendaknya memberitahukan
langkah-langkah administratif (administrative kepada masyarakat mengenai sanksi
measures). Policy Measures mengandalkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);
kebijakan yang berwujud penerbitan d. Untuk menumbuhkan kesadaran
ketentuan-ketentuan Pemerintah daerah masyarakat, apabila membayar setelah
yang menyangkut masalah pokok. jatuh tempo hendaknya petugas
Alat (measures) lain yang perlu memberikan sanksi langsung kepada
dilaksanakan langkah-langkah administratif. masyarakat yang mengalami
Langkah ini berkaitan dengan kapasitas keterlambatan;
administratif pemerintah daerah, terutama di e. Melakukan pendaftaran serta pendataan
bidang yang berkaitan dengan pendapatan ulang secara cermat, teliti dan jeli
daerah seperti organisasi, sistem dan terhadap Wajib Pajak beserta objek
prosedur, sistem informasi, sumberdaya pajaknya, jangan sampai ada objek pajak
manusia. baru yang terlewatkan (tidak terdata)
Berdasarkan penjelasan atau ada objek pajak lama yang sudah
sebelumnya, dapat diketahui bahwa ada tidak ada tetapi masih terdata yang
beberapa kendala yang dihadapi oleh menyebabkan data menjadi tidak akurat.
Kecamatan Limpasu dalam melakukan f. Memperkuat proses pemungutan,
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan g. Meningkatkan pengawasan,
(PBB) di wilayah kerjanya. Kendala-kendala Meningkatkan kapasitas penerimaan
tersebut menyebabkan kurang optimalnya melalui perencanaan yang lebih baik, hal
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan ini dapat dilakukan dengan
(PBB) sebagai sumber Pendapatan Daerah
meningkatkan koordinasi dengan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Kurang instansi terkait di daerah.
optimalnya pemungutan Pajak Bumi dan
h. Hendaknya diberikan reward bagi
Bangunan (PBB) menyebabkan peningkatan
pembayar pajak yang membayar paling
38 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

cepat. Juga kepada para Petugas 2. Perlu adanya reward dan punisment yang
pemungut yang bekerja dengan baik, jelas.
guna memotivasi agar pencapaian target 3. Perlunya penerapan kebijakan upaya
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan optimalisasi pemungutan Pajak Bumi
(PBB) dapat optimal di realisasikan. dan Bangunan (PBB).

V. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA


5.1 Kesimpulan Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian
Dari uraian hasil penelitian tentang Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.
Optimalisasi Pemungutan Pajak Bumi dan Jakarta.
Bangunan (PBB) sektor Perkotaan dan
Perdesaan di Kecamatan Limpasu Bagir Manan. 2002. Menyongsong Fajar
Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat Otonomi Daerah. Penerbit Pusat Studi
ditarik beberapa kesimpulan : Kontribusi Hukum (PSH) Fakultas Hukum UII.
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Yogyakarta.
(PBB) di Kecamatan Limpasu Kabupaten
Hulu Sungai dalam peningkatan pendapatan Brotodihardjo, Santoso. 2003. Pengantar Ilmu
daerah belum optimal mencapai dari target Hukum Pajak Edisi Keempat. Refika
yang diharapkan. Ini disebabkan karena Aditama. Bandung.
kurang efektif dan efisennya pelaksanaan
pemungutan dan pengawasan yang masih Hasibuan, S.P. 2000. Manajemen Sumber Daya
sangat kurang dilakukan, hal ini dapat dilihat Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.
dari pelaksanaan sistem dan prosedur yang
ada. Selain itu jumlah petugas pemungut HAW. Widjaja, 2004. Penyelenggaraan otonomi
pajak. Di Indortesia (Dalam Rangka Sosialisasi
Kurangnya kontribusi ini juga UU No. 32 Tahun 2004 Tentang
disebabkan oleh kurangnya kesadaran para Pemerintahan Daerah. PT Raja Grafindo
wajib pajak untuk melakukan kewajibanya Persada. Jakarta.
dalam membayar pajak. Hal ini disebabkan
kareana kurangnya penyuluhan tentang Koemaruddin. 1993. Ensiklopedia Manajemen.
pentingnya membayar pajak. Sealin faktor Bumi Aksara. Jakarta
tersebut kurangnya pengetahuan masyarakat
menegenai peraturan Pajak Bumi dan Lembaga Administrasi Negara Republik
Bangunan (PBB), belum adanya pemberian Indonesia (LAN RF). 1994. Sistem
reward dan penegakan saknsi yang tidak Administrasi Negara Republik Indonesia
tegas atas wajib pajak yang menunggak Jilid II. Masagung. Jakarta
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) sehingga partisapsi wajib pajak dalam Lembaga Administrasi Negara dan Badan
memenihi kewajibannya berpengaruh Pengawasan Keuangan dan
tergadap realiasi yang diterima kurang dari Pembangunan RI 2000, Akuntabilitas
pada target yang ingin dicapai. dan Good Governance, Modul 1-5, Modul
5.2 Saran Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja
Agar dapat berguna bagi pihak- Instansi Pemerintah (AKIP).LAN BPKP
pihak yang berkepentingan maka penulis RI. Jakarta.
memberikan saran sebagai berikut :
1. Agar penerimaan Pajak Bumi dan Mardiasmo.1997. Otonomi dan Manajemen
Bangunan (PBB) sektor Perkotaan dan Keuangan Daerah. Andi Yogyakarta.
Perdesaan dapat dioptimalkan maka
perlu adanya penyempurnaan proses Mardalis. 1999. Metode Penelitian Suatu
pemungutanya melalui : penyuluhan, Pendekatan Proposal. Bumi Aksara.
perlunya kuantitas sarana dan prasaran, Jakarta.
peningkatan kualitas petugas pemungut.
39 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

Moenir, HAS. 2006. Manajemen Pelayanan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009


Umum di Indonesia Cetakan Ketujuh. tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Bumi Aksara. Jakarta Daerah.

Poerwadarminta, W.J.S. 1997. Kamus Umum www.pajak.go.id/belajar-pajak


Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta
www.detikfinance.com/seputar-sistem-
Riwu Kaho, Josef. 2005. Prospek Otonomi pemungutan-pajak-indonesia
Daerah di Negara Indonesia. Rajawali
Pers. Jakarta.

Soemitro, Rochmat. 2001. Pajak Bumi dan


Bangunan (Edisi Revisi). Refika Aditama.

Silalahi, Ulber. 2006. Metode Penelitian Sosial.


Unpar Press. Bandung.
Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian
Kualitatif. Alfabeta. Bandung.

Suharno. 2003. Potret Perjalanan Pajak Bumi


dan Bangunan. Perpustakaan Nasional.
Jakarta.

Syamsi, Ibnu. 1994. Pokok-pokok Organisasi


dan Manajemen; Edisi Revisi. Rineka
Cipta. Jakarta.

Tjiptono, Fandy. 2001. Manajemen Jasa; edisi


Kedua. Andi. Yogyakarta.

Winardi. 1996. Kamus Ekonomi Inggris-


Indonesia. Mandar Maju. Bandung

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994


tentang perubahan undang-undang
Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004


tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004


tentang Perimbangan Keuangan antara
Pusat dan Daerah.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007


Tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan

Anda mungkin juga menyukai