Eddy Rahmawan
Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan, faktor-faktor mempengaruhi dalam optimaliasi pemungutan, dan memberikan solusi
atas faktor-faktor yang berpengaruh dalam optimalisasi pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di
Kecamatan Limpasu Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Metode dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara, dokumentasi/kepustakaan. Lokasi penelitian di Kecamatan
Limpasu Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kontribusi penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunana di Kecamatan Limpasu Kabupaten Hulu Sungai dalam peningkatan pendapatan
daerah belum mencapai dari target yang diharapkan, Ini disebabkan karena kurang efektifnya
pelaksanaan pemungutan dan pengawasan yang masih sangat kurang dilakukan, hal ini dapat
dilihat dari kurang efisiennya pelaksanaan sistem dan prosedur yang ada. Dalam pelaksanaan
pemungutan pajak tersebut para aparat atau fiskus menemui faktor yang mempengaruhi
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan baik itu yang datang dari wajib pajak ataupun dari
petugas pajaknya serta kejelasan dan kepastian hukum.
Disarankan kepada Kecamatan Limpasu agar memaksimalkan sosialisasi/penyuluhan
mengenai informasi tentang perpajakan terbaru, terutama mengenai pemahaman wajib pajak
tentang hak dan kewajibannya, peningkatan kualitas dan kuantitas petugas pemungut pajak,
Transparansi mengenai proses pelaksanaan tugas dan penggunaan penerimaan pajak dan
pelaksanaan penegakkan hukum dan penerapan kebijakan terkait upaya optimalisasi pemungutan
PBB melalui persyaratan administratif yang mewajibkan pencatuman lunas PBB dalam setiap
pelayanan.
mengurus rumah tangganya sendiri Potensi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
disamping penerimaan yang berasal dari sektor perdesaan dan perkotaan di
pemerintah berupa subsidi/bantuan. Sumber Kabupaten Kapuas Hulu yang antara lain
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tersebut menyebutkan bahwa keadaan perekonomian
diharapkan menjadi sumber pembiayaan masyarakat yang semakin membaik
penyelenggaraan pemerintahan, dan mempunyai hubungan positif dengan
pembangunan daerah untuk meningkatakan kemampuan membayar Pajak Bumi dan
pemerataan kesejahteraan rakyat. Bangunan (PBB). Demikian pula penelitian
Namun dalam kenyataanya selama yang dilakukan di Kota Banjarmasin oleh
ini kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Nurlina (2001), tentang Kinerja Pemungutan
(PBB) yang ada tidak pernah mampu Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
mencapai target yang ditetapkan. Salah satu Oleh karena itu penelitian ini
faktor yang dianggap memberi pengaruh berbeda dengan penelitian-penelitian
terhadap kondisi demikian adalah belum sebelumnya yaitu: pertama obyek dan
optimalnya pelaksanaan pemungutan Pajak wilayah penelitian; kedua adalah alat
Bumi dan Bangunan (PBB) yang ada dan analisisnya, oleh karena itu bahwa penelitian
bisa dikembangkan sesuai dengan keadaan ini belum pernah dilakukan.
dan kondisi yang terdapat di Kabupaten 2.2 Optimalisasi Pemungutan Pajak
Hulu Sungai Tengah. Serta masih lemah dan Bumi dan Bangunan (PBB)
kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh Dalam beberapa literatur
aparatur petugas pajak di Kabupaten Hulu manajemen, tidak dijelaskan secara tegas
Sungai Tengah. pengertian optimalisasi, namun dalam
Sehubungan dengan hal tersebut Kamus Bahasa Indonesia, W.J.S.
maka Pemerintah Daerah Kabupaten Hulu Poerwadarminta (1997:753) dikemukakan
Sungai Tengah secara khusus Kecamatan EDKZD ´2SWLPDOLVDVL DGDODK KDVLO \DQJ
Limpasu perlu memikirkan secara serius dicapai sesuai dengan keinginan, jadi
masalah-masalah yang erat hubungannya optimalisasi merupakan pencapaian hasil
dengan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) VHVXDL KDUDSDQ VHFDUD HIHNWLI GDQ HILVLHQµ
khususnya sektor Perkotaan dan Perdesaan, Dari uraian tersebut diketahui
kemudian berusaha melakukan upaya demi bahwa optimalisasi hanya dapat diwujudkan
mengoptimalkan peningkatan penerimaan apabila dalam pewujudannya secara efektif
sehingga dapat memberi kontribusi yang dan efisien. Dalam penyelenggaraan
besar dalam meningkatkan Pendapatan organisasi, senantiasa tujuan diarahkan untuk
Daerah. mencapai hasil secara efektif dan efisien agar
1.2 Rumusan Masalah optimal. Dengan kata lain pencapaian tujuan
1. Bagaimana proses pemungutan Pajak diharapkan mampu berhasilguna dan
Bumi dan Bangunan (PBB) di Kecamatan berdayaguna. Untuk itu dalam pembahasan
Limpasu? ini, akan dikemukakan pengertian efektifitas
2. Faktor-faktor apa saja yang dan efisiensi terlebih dahulu. Dalam kamus
mempengaruhi optimalisasi pemungutan istilah manajemen, Koemaruddin (1994:83),
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di GLNHPXNDNDQ EDKZD ´(IHNWLYLWDV DGDODK
Kecamatan Limpasu? Pencapaian sasaran menurut perhitungan
terbaik mengenai suasana dagang dan
TINJAUAN PUSTAKA kemungkinan dari pada lDEDµ
2.1 Penelitian Terdahulu Jadi efektivitas dilihat dari hasil
Penelitian tentang Pajak Bumi dan pekerjaan yang dilakukan dengan manfaat
Bangunan (PBB) telah banyak dilakukan yang diberikan bagi organisasi. Efektivitas itu
sebelumnya oleh para peneliti antara lain sendiri dapat dilihat dari efek dan akibat
Suryani (1996) meneliti masalah penerimaan yang dikehendaki untuk menjadi suatu
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) melalui kenyataan, yang tentu saja dilakukan dengan
penyesuaian nilai jual objek pajak. kemampuan maksimal yang dimiliki oleh
Selanjutnya penelitian yang seseorang yang merupakan komponen
dilakukan oleh Yoseph (1996), tentang penting dalam organisasi.
25 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012
yang dipentingkan adalah obyeknya dan oleh tetapi juga penyewa atau siapa saja yang
karena itu keadaan status orang atau badan memanfaatkan tanah dan atau bangunan
yang dijadikan subyek tidak penting dan misalnya penghuni rumah dinas suatu
WLGDN PHPSHQJDUXKL EHVDUQ\D SDMDNµ instansi (Marihot P. Siahaan, 2004: 154).
(Rochmat Soemitro, 2001: 45). 4. Obyek Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut Mardiasmo, memberikan (PBB)
pengertian di bawah ini : Obyek Pajak Bumi dan Bangunan
´Pengertian Pajak Bumi dan (PBB) diatur dalam pasal 2 dan pasal 3
Bangunan (PBB) adalah Pajak Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994
Bumi dan Bangunan (PBB) terdiri Tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
atas pajak terhadap bumi dan Pasal 2
bangunan. Bumi adalah permukaan 1. Yang menjadi obyek pajak adalah bumi
bumi dan tubuh bumi yang ada di dan atau bangunan.
bawahnya, meliputi tanah dan 2. Klasifikasi obyek pajak sebagaimana
perairan, serta laut wilayah dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh
Republik Indonesia. Bangunan Menteri Keuangan.
adalah konstruksi teknik yang Pasal 3
ditanam atau dilekatkan secara 1. Objek pajak yang tidak dikenakan Pajak
tetap pada tanah dan atau perairan Bumi dan Bangunan (PBB) adalah objek
untuk tempat tinggal, tempat usaha pajak yang :
dan tempat yang diusahakanµ a) Digunakan semata-mata untuk
(Mardiasmo, 1997: 91). melayani kepentingan umum di
Dari pengertian tentang Pajak Bumi bidang ibadah, sosial, kesehatan,
dan Bangunan (PBB) diatas maka dapat pendidikan dan kebudayaan nasional,
disimpulkan bahwa Pajak Bumi dan yang tidak dimaksudkan untuk
Bangunan (PBB) adalah penerimaan negara memperoleh keuntungan;
yang berasal dari rakyat atas kebendaan b) Digunakan untuk kuburan,
objek atau bumi, tanah dan atau bangunan peninggalan purbakala, atau yang
yang sebagian besar hasilnya diserahkan sejenis dengan itu;
kepada daerah masing-masing untuk c) Merupakan hutan lindung, hutan
meningkatkan pendapatan daerah tersebut. suaka alam, hutan wisata, taman
3. Subyek Pajak Bumi dan Bangunan nasional, taman penggembalaan yang
(PBB) dikuasai oleh desa, dan tanah negara
Subyek Pajak Bumi dan Bangunan yang belum dibebani suatu hak;
(PBB) menurut Pasal 4 Ayat (1) Undang- d) Digunakan oleh perwakilan
Undang Nomor 12 Tahun 1985 diplomatik, konsulat berdasarkan
sebagaimana telah diubah dengan Undang- asas perlakuan timbal balik;
Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang e) Digunakan oleh badan atau
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah perwakilan organisasi internasional
orang pribadi atau badan yang secara nyata: yang ditentukan oleh Menteri
1. Mempunyai suatu hak atas bumi, dan Keuangan.
atau; 2. Obyek pajak yang digunakan oleh negara
2. Memperoleh manfaat atas bumi, dan untuk penyelenggaraan pemerintahan,
atau; penentuan pengenaan pajaknya diatur
3. Memiliki bangunan, dan atau; lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
4. Menguasai bangunan, dan atau; 3. Besarnya nilai jual obyek pajak tidak kena
5. Memperoleh manfaat atas bangunan. pajak ditetapkan setinggi-tingginya
Menurut ketentuan undang- sebesar Rp 12.000.000,00 untuk setiap
undang, Wajib Pajak adalah Subyek Pajak wajib pajak.
yang dikenakan kewajiban membayar pajak. 4. Penyesuaian besarnya nilai jual obyek
Dengan demikian maka yang wajib pajak tidak kena pajak sebagaimana
membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh
bukan saja pemilik tanah dan/atau bangunan menteri keuangan.
28 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012
5. Dasar pemungutan Pajak Bumi dan 40% dan apabila NJOP nya < Rp
Bangunan (PBB) 1.000.000.000,- adalah 20%.
Menurut Suharno (2003:3), 7. System Pemungutan Pajak Bumi dan
kaitannya dengan Pajak Bumi dan Bangunan Bangunan (PBB)
(PBB) ada empat asas utama yang harus Dalam pemungutan Pajak Bumi
diperhatikan, yaitu: dan Bangunan (PBB) di gunakan sistem
1. Sederhana, dengan pengertian mudah Official assessment system, yakni dalam hal
dimengerti dan dapat dilaksanakan. pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
2. Adil, dalam arti keadilan vertikal dan juga diterapkan dalam penentuan
maupun horizontal dalam pengenaan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dimana Kantor Pelayanan Pajak (KPP) akan
disesuaikan dengan kemampuan wajib mengeluarkan surat ketetapan pajak
pajak. mengenai besarnya Pajak Bumi dan
3. Mempunyai kepastian hukum, dengan Bangunan (PBB) yang terhutang setiap
pengertian bahwa pengenaan Pajak tahun. Jadi wajib pajak tidak perlu
Bumi dan Bangunan (PBB) diatur menghitung sendiri, Tetapi cukup membayar
dengan Undang-Undang dan peraturan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
atau ketentuan pemerintah sehingga berdasarkan Surat Pembayaran Pajak
mempunyai kekuatan dan hukum. Terutang (SPPT) yang dikeluarkan oleh KPP
4. Gotong-royong, dimana semua dimana tempat objek pajak tersebut
masyarakat baik berkemampuan rendah terdaftar.
maupun tinggi ikut berpartisipasi dan 8. Prosedur Pemungutan Pajak Bumi
bertanggung-jawab mendukung dan Bangunan (PBB)
pelaksanaan Undang-Undang tentang 1) Penentuan Obyek Pajak
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Penentuan Obyek Pajak diatur
ketentuan Peraturan Perundang- dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun
undangan. 1985 sebagaimana telah diubah dengan
6. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994
(PBB) Pasal 9 dan 10, adalah sebagai berikut :
Besarnya tarif Pajak Bumi dan Pasal 9 :
Bangunan (PBB) adalah 0,5% dari Nilai Jual a) Dalam rangka pendataan, subyek pajak
Kena Pajak (NJKP) sebagaimana telah wajib mendaftarkan obyek pajaknya
ditentukan di dalam Pasal 5 Undang-Undang dengan mengisi Surat Pemberitahuan
Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi Obyek Pajak.
dan Bangunan (PBB). Tarif (setengah b) Surat Pemberitahuan Obyek Pajak
persen) 0.5% merupakan tarif pajak tunggal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
yang berlaku sama untuk semua jenis obyek harus diisi dengan jelas, benar dan
pajak (persawahan, perkantoran, lengkap serta ditandatangani dan
perkebunan, industri, dan sebagainya) disampaikan kepada Direktorat Jenderal
diseluruh Indonesia. Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
Dimana Persentase Nilai Jual Kena letak obyek pajak, selambat-lambatnya
Pajak (NJKP) besarnya presentasenya 30 hari setelah tanggal diterimanya Surat
sebagaimana pada pasal 1 Peraturan Pemberitahuan Obyek Pajak oleh
Pemerintah Nomor 25 Tahun 2002 Tentang subyek pajak.
penetapan besarnya NJKP untuk c) Pelaksanaan dan tata cara pendaftaran
penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan obyek pajak sebagaimana dimaksud
(PBB) adalah sebagai berikut : dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih
1. Objek pajak perkebunan adalah 40% lanjut oleh menteri keuangan.
2. Objek pajak kehutanan adalah 40% Pasal 10 :
3. Objek pajak pertambangan adalah 40% a) Berdasarkan Surat Pemberitahuan
4. Objek pajak lainnya (pedesaan dan Obyek Pajak sebagaimana dimaksud
perkotaan) dengan ketentuan apabila dalam Pasal 9 Ayat (1) Direktur
NJOP nya > Rp 1.000.000.000,- adalah Jenderal Pajak menerbitkan Surat
29 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012
Yaitu melakukan wawancara secara dan akan berkembang setelah penulis berada
langsung dengan narasumber dan melakukan di lapangan.
pencatatan terhadap hasil dari wawancara
tersebut. Penulis mengadakan wawancara IV. HASIL PENELITIAN DAN
atau tanya jawab dengan wajib pajak yang PEMBAHASAN
ada di Kecamatan Limpasu dan pegawai 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kantor Dinas Pendapatan Kab. HST dan
pegawai Kantor Kecamatan Limpasu. Kecamatan Limpasu merupakan
2. Data Sekunder salah satu dari 11 Kecamatan yang berada di
Data sekunder yaitu dimana pada Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Ibukota
bagian ini penulis akan berusaha mempelajari Kecamatan adalah Limpasu. Secara
berbagai teori melalui buku-buku, peraturan administratif Kecamatan Limpasu
perundang-undangan, majalah-majalah, surat mempunyai batas-batas wilayah sebagai
kabar, bulletin maupun makalah yang ada berikut :
hubungannya dengan pokok permasalahan 1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa
dalam tulisan ini. Tariwin Kecamatan Batu Mandi
3.6 Teknik Pengumpulan Data Kabupaten Balangan.
Dalam mengumpulkan data Peneliti 2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa
menggunakan teknik berupa: Nateh Kecamatan Batang Alai Timur.
a. Wawancara (interview) 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa
Wawancara akan dilakukan dengan Rangas Kecamatan Batang Alai Selatan.
aparat di Dinas Pendapatan Daerah dan 4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa
Kecamatan serta tokoh-tokoh masyarakat Labunganak Kecamatan Batang Alai
Kecamatan Limpasu di beberapa Desa yaitu Utara.
Desa Limpasu, Desa Kabang, Desa Abung 4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan
Surapati, Desa Hawang. 4.2.1 Proses Pemungutan Pajak Bumi
b. Telaah Dokumen dan Bangunan (PBB)
Cara mengumpulkan data melalui Pemungutan Pajak Bumi dan
peninggalan tertulis, seperti arsip, termasuk Bangunan (PBB) di Kecamatan Limpasu
juga buku tentang teori, pendapat, dalil atau menggunakan system official assessment, dalam
hukum disebut telaah dokumen. Dalam arti bahwa wewenang untuk menentukan
penelitian teknik ini merupakan alat besarnya pajak yang terhutang terletak pada
pengumpulan data yang utama karena aparatur pajak. Hal ini dikarenakan bahwa
pembuktian hipotesisnya yang diajukan peranan fiskus adalah sangat besar dalam
secara logis dan rasional melalui pendapat, proses pemungutan Pajak Bumi dan
teori, atau hukum-hukum yang diterima, baik Bangunan (PBB) yang dilaksanakan di
mendukung maupun yang menolong wilayah Kecamtan Limpasu.
hipotesis tersebut. Hal ini ditegaskan dalam
3.7 Teknik Analisis Data wawancara dengan Kasi Penagihan Pajak
Teknik pengolahan data Bumi dan Bangunan (PBB) Dinas
memerlukan adanya analisis terhadap semua Pendapatan Daerah sebagai berikut :
data yang telah dikumpulkan dalam kegiatan ´VLVWHP SHPXQJXWDQ \DQJ GLSDNDL
penelitian. analisis dikembangkan model adalah Official Assesment System atau
interaktif dari Miles dan Huberman menyerahkan/mempercayakan
(1992:20) melalui reduksi data, penyajian kewenangan untuk menentukan
data dan menarik kesimpulan/verifikasi. besarnya utang pajak kepada Fiskus
Dengan demikian data yang atau pemerintah yang berwenang
disimpulkan dalam penelitian mungkin akan melakukan pemungutan pajak,
menjawab rumusan masalah yang dalam hal ini dilakukan oleh aparat
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga dari Dinas Pendapatan Daerah
tidak, karena masalah dan rumusan masalah (Dispenda) bekerjasama dengan
dalam penelitian masih bersifat sementara Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
Untuk menentukan besarnya pajak
34 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012
target realiasasi pendapatan Pajak Bumi dan berpengaruh terhadap produktivitas petugas
Bangunan (PBB) tiap Desa di Kecamatan pajak. Jarak ke lokasi yang agak jauh tentu
Limpasu tidak terpenuhi sesuai target yang saja membutuhkan kendaraan operasional
diharapkan sebagaimana tergambar dalam agar tidak datang terlambat ke lokasi
Tabel 4.3 diatas. pemungutan., agar pelaksanaan dapat
Aspek yang perlu dikaji dalam hal berjalan dengan baik, utamanya dalam hal
ini menyangkut pemungutan pajak, ketepatan waktu petugas pemungutan pajak
kemampuan dan motivasi petugas pajak datang kelokasi maka sebaiknya sarana yang
dalam hal melakukan kegiatan pemungutan dibutuhkan tersedia dengan baik bagi
Pajak, berdasarkan sistem dan prosedur yang petugas.
ditetapkan di Kecamatan Limpasu. Disini Sarana dan prasarana kerja yang
sangat diperlukan pengawasan dan sanksi baik dan tersedia tentunya akan memberikan
yang tegas atas tunggakan pajak terutang. pengaruh yang berarti bagi pelaksanaan
Selain itu dalam pengembangan indikator ini pemungutan dan kegiatan lain yang terkait.
perlu ditingkatkan motivasi serta
pengetahuan dan kemampuan petugas 4.2.1.4 Pengawasan Pemungutan Pajak
pemungut pajak agar tugas yang dibebankan Bumi dan Bangunan (PBB)
mampu dilaksanakan dengan baik dan Pengawasan langsung masih kurang
berhasil. dilakukan, bahkan belum ada pengawasan
4.2.1.3 Sarana dan Prasarana yang dilakukan dalam pemungutan pajak.
Pemungutan Pajak Bumi dan Petugas pajak melakukan tugasnya saja tanpa
Bangunan (PBB) ada pengawasan langsung. Ini tentu saja
Faktor yang mendukung dalam dapat menimbulkan penyimpangan dalam
optimalisasi penerimaan pajak yaitu sarana pemungutan. Kurangnya pengawasan ini
dan prasarana. Agar mendapatkan hasil yang memungkinkan akan terjadi penyalagunaan
optimal diperlukan sarana dan prasara yang tugas atau pun dari pihak wajib pajak sendiri.
cukup dalam pemungutan pajak. Untuk itu Namun belum terselenggaranya
sangat penting memperhatikan sarana dan pengawasan langsung secara optimal
prasarana yang diperlukan, agar petugas terhadap kegiatan pemungutan Pajak Bumi
pajak dapat melakukan tugasnya dengan dan Bangunan (PBB) di Kecamatan Limpasu
baik. disinyalir oleh kesibukan dan kompleksnya
Secara umum sarana penunjang di tugas-tugas yang menjadi tanggungjawab
Kecamatan Limpasu dikemukakan oleh Kasi Kasi Perekonomian dan Pembangunan
Perekonomian dan Pembangunan Kecamatan Limpasu hingga Kasi Penagihan
Kecamatan Limpasu : Dinas Pendapatan Kabupaten Hulu Sungai
´Sarana dan prasarana yang ada Tengah.
dianggap sudah memadai. Namun Pengawasan tidak langsung dalam
dalam pemungutan petugas kaitannya dengan pelaksanaan pemungutan
pemungut pajak menggunakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di
kendaraan pribadi dan terkadang Kecamatan Limpasu adalah berupa kegiatan
dalam oprasionalnya menggunakan pemeriksaan atau pengecekan kegiatan
dana pribadi. Sehingga motivasi pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan
untuk memungut pajak tidak (PBB) yang dilakukan oleh petugas
maksimal hal ini pula yang pemungutan pajak melalui laporan tertulis
mengakibatkan target pemungutan atau lisan.
pajak Pajak Bumi dan Bangunan Pengawasan ini diadakan atau
(PBB) tidak dapat optimalµ.(Hasil dilakukan dengan mempelajari atau melalui
wawancara : 4 Juni 2012) laporan-laporan yang diterima dari
Dari penjelasan diatas pelaksana/bawahan baik berbentuk laporan
menyimpulkan bahwa sarana pendukung lisan maupun tertulis. Kelemahan
seperti kendaraan dan akomodasi oprasional pengawasan ini bahwa sering para bawahan
lainnya dalam melakukan pemungutan hanya melaporkan hal-hal yang positf saja.
tersedia dan memadai. Hal ini dapat saja Dengan maksud untuk menyenangkan
36 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012
pajak tidak akan tercapai. Hal ini diketahui penerimaan dalam mendukung otonomi
dari laporan yang diserahkan oleh Bank yang daerah menjadi terhambat.
di tunjuk kepada seksi Penerimaan Kantor Oleh karena itu, untuk
Pelayanan Pajak Pratama. Semakin tinggi mengoptimalkan pemungutan Pajak Bumi
tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bangunan (PBB) di Kabupaten Hulu
maka semakin rendah tingkat Realisasi Sungai Tengah khususnya di Kecamatan
Penerimaan dari Pajak Bumi dan Bangunan Limpasu Penulis mencoba merumuskan
(PBB). solusi-solusi dari beberapa kendala yang
dihadapi selama ini sebagaimana dua alat
4.2.3 Optimasisai Pajak Bumi dan utama (measures) yang dimiliki oleh
Bangunan (PBB) Dalam Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Peningkatan Pendapatan Daerah Solusi-solusi ini akan Penulis diharapkan
Dari uraian tersebut diketahui dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
bahwa optimalisasi hanya dapat diwujudkan mengoptimalkan penerimaan pendapatan
apabila dalam pewujudannya secara efektif daerah dari sektor Pajak Bumi dan Bangunan
dan efisien. Dalam penyelenggaraan (PBB). Adapun solusi-solusi tersebut antara
organisasi, senantiasa tujuan diarahkan untuk lain :
mencapai hasil secara efektif dan efisien agar a. Melakukan penyuluhan-penyuluhan dan
optimal. Dengan kata lain pencapaian tujuan sosialisasi;
diharapkan mampu berhasilguna dan b. Dalam melakukan
berdayaguna. Untuk itu dalam pembahasan sosialisasi/penyuluhan Pajak Bumi dan
ini, akan dikemukakan pengertian dan Bangunan (PBB), hendaknya petugas
efisiensi terlebih dahulu. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dapat
Untuk mengoptimalkan potensi menyesuaikan waktu yang tepat kepada
Pendapatan Daerah dari sektor Pajak Bumi masyarakat dengan tidak menggangu
dan Bangunan (PBB), Pemerintah Daerah aktivitas masyarakat;
memiliki dua alat utama (measures), yaitu c. Petugas Pajak Bumi dan Bangunan
penerapan kebijakan (policy measures) dan (PBB) hendaknya memberitahukan
langkah-langkah administratif (administrative kepada masyarakat mengenai sanksi
measures). Policy Measures mengandalkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);
kebijakan yang berwujud penerbitan d. Untuk menumbuhkan kesadaran
ketentuan-ketentuan Pemerintah daerah masyarakat, apabila membayar setelah
yang menyangkut masalah pokok. jatuh tempo hendaknya petugas
Alat (measures) lain yang perlu memberikan sanksi langsung kepada
dilaksanakan langkah-langkah administratif. masyarakat yang mengalami
Langkah ini berkaitan dengan kapasitas keterlambatan;
administratif pemerintah daerah, terutama di e. Melakukan pendaftaran serta pendataan
bidang yang berkaitan dengan pendapatan ulang secara cermat, teliti dan jeli
daerah seperti organisasi, sistem dan terhadap Wajib Pajak beserta objek
prosedur, sistem informasi, sumberdaya pajaknya, jangan sampai ada objek pajak
manusia. baru yang terlewatkan (tidak terdata)
Berdasarkan penjelasan atau ada objek pajak lama yang sudah
sebelumnya, dapat diketahui bahwa ada tidak ada tetapi masih terdata yang
beberapa kendala yang dihadapi oleh menyebabkan data menjadi tidak akurat.
Kecamatan Limpasu dalam melakukan f. Memperkuat proses pemungutan,
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan g. Meningkatkan pengawasan,
(PBB) di wilayah kerjanya. Kendala-kendala Meningkatkan kapasitas penerimaan
tersebut menyebabkan kurang optimalnya melalui perencanaan yang lebih baik, hal
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan ini dapat dilakukan dengan
(PBB) sebagai sumber Pendapatan Daerah
meningkatkan koordinasi dengan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Kurang instansi terkait di daerah.
optimalnya pemungutan Pajak Bumi dan
h. Hendaknya diberikan reward bagi
Bangunan (PBB) menyebabkan peningkatan
pembayar pajak yang membayar paling
38 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012
cepat. Juga kepada para Petugas 2. Perlu adanya reward dan punisment yang
pemungut yang bekerja dengan baik, jelas.
guna memotivasi agar pencapaian target 3. Perlunya penerapan kebijakan upaya
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan optimalisasi pemungutan Pajak Bumi
(PBB) dapat optimal di realisasikan. dan Bangunan (PBB).