Anda di halaman 1dari 147

BAB I – IFTITAH

Salah satu alasan berdirinya Rumah Sakit Islam Namira adalah untuk mencapai dan
mewujudkan kesejahteraan umat secara luas dunia dan akhirat. Hal ini terbaca dari motto
Rumah Sakit Islam Namira; “Mencintai Allah, Menyayangi Sesama”. Dengan mengacu pada
tujuan ini tentunya maqashid asy- syariah menjadi sandaran utama dalam setiap
pengembangan operasional dan produk-produk layanan yang ada di Rumah Sakit Islam
Namira. Oleh karena itu pula, maka semua pihak yang bekerja ‘di belakang’ maupun ‘di
depan layar’ harus bisa memahami betul apa itu dan bagaimana praktik dari prinsip
maqashid syariah.

Maqashid asy- syariah(menuju syariah) dapat dicapai dengan terpenuhinya lima kebutuhan
dasar manusia. Terdapat tiga tingkatan kebutuhan pada manusia, yaitu: dharruriyyat
(primer), hajjiyat (sekunder), dan tahsiniyyat (tersier). Kewajiban utama manusia adalah
untuk dapat memenuhi dengan baik kebutuhan dasar atau yang disebut dengan kebutuhan
dharruriyyat. Yaitu bahwa dalam pemenuhan kebutuhan dharruriyyat harus diusahakan
dengan cara-cara yang baik, benar, dan halal. Sehingga dapat disebut telah mencapai
maqashid asy- syariahyang dimaksud.

Adapun Kebutuhan dasar manusia yang dimaksud terbagi dalam lima hal, yaitu:

Terjaga agamanya (ad-din)

Terjaga jiwanya (an-nafs)

Terjaga akal pikirannya (al-aql)

Terjaga hartanya (al-maal)

Terjaga keturunannya (an-nashl)

Konsep keuangan berbasis syariah Islam (Islamic finance) dewasa ini tumbuh dengan pesat,
diterima secara universal dan diadopsi tidak hanya oleh negara-negara Islam di kawasan
Timur Tengah saja, melainkan juga oleh berbagai negara di kawasan Asia, Eropa, dan
Amerika. Hal tersebut ditandai dengan didirikannya berbagai lembaga keuangan syariah dan
diterbitkannya berbagai instrumen keuangan berbasis syariah. Selain itu, telah dibentuk pula
lembaga internasional untuk merumuskan infrastruktur sistem keuangan Islam dan standar
instrumen keuangan Islam, bahkan telah berdiri pula lembaga rating Islam. Beberapa prinsip
pokok dalam transaksi keuangan sesuai syariah antara lain berupa

Page 1
penekanan pada perjanjian yang adil, anjuran atas sistem bagi hasil atau profit sharing,
serta larangan terhadap riba, gharar, dan maysir.

Berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia yang telah disebutkan di atas, maka
pengelolaan keuangan di Rumah Sakit Islam Namira pun diharapkan mampu memenuhi 5
(lima) kriteria dasar kebutuhan tersebut, dengan mengedepankan syariat Islam dalam
pelaksanaan pengelolaannya, sehingga maqashid asy- syariah dapat dicapai.

Di dalam teori manajemen, dikenal 7 (tujuh) prinsip dari manajemen keuangan yang harus
diperhatikan dalam pengelolaan keuangan di Rumah Sakit Islam Namira, antara lain;

1.1. Konsistensi (Consistency/ISTIQOMAH)

Sistem dan kebijakan keuangan dari organisasi harus konsisten dari waktu ke waktu.
Ini tidak berarti bahwa sistem keuangan tidak boleh disesuaikan apabila terjadi
perubahan di organisasi. Pendekatan yang tidak konsisten terhadap manajemen
keuangan merupakan suatu tanda bahwa terdapat manipulasi di pengelolaan
keuangan. Hal ini sejalan dengan Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Faathir (35)
ayat 29 :

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat
dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka
dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang
tidak akan merugi” [QS Faathir/35:29]

1.2. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas adalah kewajiban moral atau hukum, yang melekat pada individu,
kelompok atau organisasi untuk menjelaskan bagaimana dana, peralatan atau
kewenangan yang diberikan pihak ketiga telah digunakan. Rumah Sakit Islam
Namira mempunyai kewajiban secara operasional, moral dan hukum untuk
menjelaskan semua keputusan dan tindakan yang telah diambil. Rumah Sakit Islam
Namira harus dapat menjelaskan bagaimana dia menggunakan sumberdayanya dan
apa yang telah dia capai sebagai pertanggungjawaban kepada pemangku
kepentingan dan penerima

Page 2
manfaat. Semua pemangku kepentingan berhak untuk mengetahui bagaimana dana
dan kewenangan digunakan.

Dalam Al-quran QS. 35: 39 dijelaskan;

“Dialah yang menjadikanmu khalifah-kahlifah dibumi “. Ayat ini mempunyai makna si


penerima amanah (khalifah) harus melakukan tugasnya di bumi secara
bertanggungjawab. Dan dalam menjalankan amanah tersebut harus bersifat adil dan
menjadikannya sebagai rahmat (bermanfaat bagi orang lain) seperti dalam Alquran
surat 21:107 “dan tidaklah kami mengutus kamu, melainkan (menjadi) rahmat bagi
semesta alam”

Pada dasarnya, setiap tindakan untuk mengembangkan harta kekayaan itu


diperbolehkan, tidak diharamkan, seperti diperbolehkannya perniagaan asalkan
saling rela. Prinsip kerelaan disini menunjukkan bahwa antara dua belah pihak yang
bertransaksi telah terjadi kesepahaman dan kesepakatan. Jika akad perniagaan
tersebut ditangguhkan (tidak cash), maka hendaklah hutang dan harga barang itu
ditulis, untuk menghindari percekcokan kelak di kemudian hari. Jika mereka tidak
dapat menuliskannya lantaran ditengah perjalanan, maka hendaklah ada barang
tanggungan untuk menghindarkan diabaikannya suatu hak. Sebagaimana ditegaskan
Allah dalam Qur’an surat Al-Baqarah ayat 23 ;
Jika kamu dalam

perjalanan (dan
bermu´amalah tidak secara
tunai) sedang kamu tidak

memperoleh seorang
penulis, maka hendaklah
ada barang tanggungan

yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para
saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka

Page 3
sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan [QS. Al-Baqarah /2:23]

1.3. Transparansi (Transparency)


Organisasi harus terbuka berkenaan dengan pekerjaannya, menyediakan informasi
berkaitan dengan rencana dan aktivitasnya kepada para pemangku kepentingan.
Termasuk didalamnya, menyiapkan laporan keuangan yang akurat, lengkap dan
tepat waktu serta dapat dengan mudah diakses oleh pemangku kepentingan dan
penerima manfaat. Apabila organisasi tidak transparan, hal ini mengindikasikan ada
sesuatu hal yang disembunyikan.

Dijelaskan dalam petikan surat Al-Baqarah ayat 282, yang artinya “Hai orang-orang
yang beriman, apabila kamu bermu´amalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis,
dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu),
dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun daripada hutangnya…”.

Di sini Allah telah dengan jelas memerintahkan untuk melakukan penulisan secara benar
atas segala transaksi yang pernah terjadi selama melakukan muamalah. Dengan
demikian kepercayaan stakeholder diharapkan meningkat jika manajemen secara
konsisten dapat memberikan informasi akuntabilitas keuangan yang transparan dan
terpercaya yang pada akhirnya memperkuat dukungan mereka terhadap manajemen.

1.4. Kelangsungan Hidup (Viability)

Agar keuangan terjaga, pengeluaran organisasi di tingkat stratejik maupun


operasional harus sejalan/disesuaikan dengan dana yang diterima. Kelangsungan
hidup (viability) merupakan suatu ukuran tingkat keamanan dan keberlanjutan
keuangan organisasi. Manager organisasi harus menyiapkan sebuah rencana

Page 4
keuangan yang menunjukan bagaimana organisasi dapat melaksanakan rencana
stratejiknya dan memenuhi kebutuhan keuangannya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :


Dan jikalau Allah
melapangkan rizki
kepada hamba-hamba-

Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan
apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Mahamengetahui
(keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Mahamelihat.[asy-Syûra/42:27].

Dari dalil tersebut, Allah SWT telah mengisyaratkan kepada manusia bahwa semua
yang dilakukan harus diperhitungkan yang sebaik-baiknya, agar tidak mengabaikan
masa depan.

1.5. Integritas (Integrity)

Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, semua individu yang berada di RSI


Sultan Agung dan terlibat dalam kegiatan muamalah, harus memiliki integritas yang
baik. Karena akhlak akan membimbing aktivitas ekonomi manusia senantiasa
mengedepankan moralitas dan etika untuk mencapai tujuan. Akhlak yang terpancar
dari iman akan meciptakan integritas yang membentuk good corporate governance
dan market diciplin yang baik. Selain itu, laporan dan catatan keuangan juga harus
dijaga integritasnya melalui kelengkapan dan keakuratan pencatatan keuangan.

Sebagaimana dalam QS Al Nisa ayat 29, Allah SWT berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah


kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan

suka sama-suka di antara kamu dan janganlah kamu membunuh dirimu,


Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Page 5
Ayat di atas menegaskan bahwa dalam melaksanakan kegiatan muamalah, setiap
individu maupun organisasi dilarang untuk saling merugikan, berbuat curang, dan
melakukan tindakan penipuan. Penegasan ini merupakan landasan kuat
penyelenggaran ekonomi syariah yang sejatinya mengaktualisasikan nilai-nilai
kejujuran, integritas, dan prinsip saling menguntungkan.

1.6. Pengelolaan (Stewardship)

Organisasi harus dapat mengelola dengan baik dana yang telah diperoleh dan
menjamin bahwa dana tersebut digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Secara praktek, organisasi dapat melakukan pengelolaan keuangan
dengan baik melalui : berhati-hati dalam perencanaan stratejik, identifikasi risiko-
risiko keuangan dan membuat system pengendalian dan sistem keuangan yang
sesuai dengan organisasi.

Diakui atau tidak, setiap muamalah selalu mengandung risiko. Hal ini sunatullah yang
tidak dapat ditolak. Hanya saja kita sebagai manusia juga diperintahkan untuk
membuat perencanaan untuk menghadapi masa depan. Allah berfirman dalam surat
Al Hasyr: 18

“Hai orang-orang yang


beriman bertaqwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap

diri memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok (masa depan) dan
bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesunguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
engkau kerjakan”.

Jelas sekali dalam ayat ini kita diperintahkan untuk membuat perencanaan untuk
masa depan, yang tentu saja akan memperhitungkan pula kemungkinan risiko yang
mungkin terjadi. Ayat lain yang memperjelas keharusan kita untuk membuat
perencanaan ada dalam Al Qur’an, surat Yusuf: 43-49, Allah juga telah
menggambarkan contoh usaha manusia membentuk sistem proteksi menghadapi
kemungkinan yang buruk di masa depan. Secara ringkas, ayat ini bercerita tentang
pertanyaan raja mesir tetang mimpinya kepada Nabi Yusuf. Di mana raja Mesir
bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi

Page 6
yang kurus, dan dia juga melihat tujuh tangkai gandum yang hijau berbuah serta
tujuh tangkai yang merah mengering tidak berbuah.

Nabi Yusuf dalam hal ini menjawab supaya Raja bertanam selama tujuh tahun dan
dari hasilnya hendaklah disimpan sebagian. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh
tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang telah disimpan tesebut.

1.7. Standar Akuntansi (Accounting Standards)

Islam mengatur bahwa keridhoan Allah SWT-lah yang menjadi tujuan utama dari
seluruh proses akuntansi. Yakni dengan menjalankan segala perintah Allah dalam Al
Qur’an dan dalam Hadits Rasulullah saw dengan pada saat yang sama tidak
melanggar prinsip-prinsip syariah dalam bermuamalah. Kemudian, tujuan terpenting
yang selanjutnya ialah mengutamakan kepentingan kemaslahatan masyarakat
umum dengan menjaga hak-hak mereka agar tidak terzhalimi. Kemudian Islam pun
dalam hal ini tetap tidak menafikan kepentingan pribadi dalam mengejar keridhoan
Allah SWT dan menjaga keadilan bagi masyarakat banyak.

Jika kita cermati surat Al-Baqarah ayat 282, Allah memerintahkan untuk melakukan
pencatatan secara benar terhadap semua transaksi yang pernah terjadi selama
melakukan muamalah. Dari hasil pecatatan tersebut akan didapat manfaat berbagai
informasi yang bisa digunakan untuk menentukan langkah yang akan dilakukan oleh
manajemen. Pencatatan inilah yang kemudian dalam perkembangannya menjadi
sesuatu yang disebut ‘akuntansi’.

Sistem akuntansi dan keuangan yang digunakan organisasi harus sesuai dengan
prinsip dan standar akuntansi yang berlaku umum. Hal ini berarti bahwa setiap
akuntan di seluruh dunia dapat mengerti sistem yang digunakan oleh organisasi.

Littleton mendefinisikan, tujuan utama dari akuntansi adalah untuk melaksanakan


perhitungan periodik antara biaya (usaha) dari hasil (prestasi). Konsep ini merupakan
inti dari teori akuntansi dan merupakan ukuran yang dijadikan sebagai rujukan
dalam mempelajari akuntansi.

Page 7
APB (Accounting Principle Board) Statement No. 4 mendefinisikan bahwa “Akuntansi
adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif,
umumnya dalam ukuran uang mengenai suatu badan ekonomi yang dimagsud untuk
digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memilih
di antara beberapa alternatif”

AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) mendefinisikan sebagai


berikut: “Akuntansi adalah seri pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran
dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian umumnya
bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasilnya.

Mengenai Akuntansi Syari’ah secara etimologi, kata akuntansi berasal dari bahasa
inggris; accounting, dalam bahasa Arabnya disebut “Muhasabah” yang berasal dari
kata hasaba, hasiba, muhasabah atau wazan yang lain adalah hasaba, hasban,
hisabah, artinya menimbang, memperhitungkan mengkalkulasikan, mendata, atau
menghisab, yakni menghitung dengan seksama atau teliti yang harus dicatat dalam
pembukuan tertentu. Dari sinilah lahir pemahaman bahwa RSI Sultan Agung sebagai
sebuah institusi yang berlandaskan hukum Islam, sudah seharusnya menerapkan
Akuntansi berbasih syariah.

Manajemen (idaarah) dalam konteks Islam memiliki unsur-unsur yang tidak jauh
berbeda dengan konsep manajemen secara umum. Hal ini telah tertuang dalam Al-
Qur’an dan Al-Hadits sebagai falsafah hidup umat Islam. Unsur-unsur tersebut di
antaranya;
Perencanaan (Planning)
Pengorganisasian (Organizing)
Pelaksanaan (Actuating)
Pengawasan(Controlling)

Secara detail, implementasi fungsi – fungsi manajemen pada Bidang Keuangan dan
Akuntansi di RSI Sultan Agung akan diuraikan dalam bab – bab selanjutnya.

Page 8
BAB II – PERENCANAAN (PLANNING)

Planning adalah penentuan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan. Penentuan ini juga
mencanangkan tindakan secara efektivitas, efesiensi, dan mempersiapkan input serta
output. Perencanaan adalah untuk mengelola usaha, menyediakan segala sesuatunya yang
berguna untuk jalannya bahan baku, alat-alat, modal, dan tenaga. Dalam bentuk suatu
kelompok atau organisasi, yang hendak dicapai adalah keberhasilan, tentu di dalamnya
terdapat apa yang disebut dengan perencanaan atau planning. Hal ini diterangkan dalam

QS. Al-Hasyr ayat 18. ”Hai orang-orang


yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan

apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Beberapa bagian dari perencanaan antara lain;


Penganggaran
Pentarifan
Pendanaan
Pedoman Aktiva
Pedoman Kewajiban
Pedoman Aset Neto
Pedoman Akad
Pedoman Pendapatan
Pedoman Beban
Pedoman Aset Bersih tidak Terikat
Pedoman Transaksi dalam Mata Uang Asing
Pedoman Kontinjensi dan peristiwa Setelah Tanggal Laporan Posisi Keuangan
Pedoman Transaksi Luar Biasa
Pedoman Zakat
Pedoman Perpajakan
Pedoman Akuntansi Pertanggungjawaban

Page 9
Berikut di bawah ini adalah gambaran secara lengkap masing-masing kegiatan bagian dari
perencanaan yang disajikan sebagai pedoman.

2.1. PENGANGGARAN

Penganggaran adalah suatu proses, yang merupakan komitmen resmi manajemen


berkaitan dengan harapan manajemen tentang pendapatan, dan biaya serta
berbagai transaksi keuangan untuk jangka waktu yang telah ditetapkan (biasanya 12
bulan) pada masa yang akan datang. Penganggaran ini adalah proses di mana
pendapatan dan biaya dialokasikan pada bagian tertentu. Penganggaran terkait erat
dengan pelaksanaan fungsi-fungsi anggaran yaitu fungsi pedoman kerja, alat
pengkoordinasian dan pengawasan kerja.

2.1.1. Dasar Syariah

Prinsip Tauhid (Unity/Ilahiyah/Ketuhanan) adalah prinsip umum dalam


Islam, sehingga hukum ekonomi Islampun menganut prinsip tersebut.
Prinsip ini menegaskan bahwa semua manusia ada di bawah satu
ketetapan yang sama, yaitu ketetapan tauhid yang dinyatakan dalam
kalimat La’ilaha Illa Allah (Tidak ada tuhan selain Allah). Prinsip ini ditarik
dari firman Allah QS. Ali Imran ayat 64. Berdasarkan atas prinsip tauhid
tersebut, maka pelaksanaan hukum ekonomi Islam merupakan ibadah.
Dengan demikian, bagi seorang muslim yang bekerja menyusun anggaran,
maka tidak lain karena sedang beribadah dan memenuhi perintah atau
ketetapan Allah, sehingga anggaran yang disusun akan transparan,
akuntabel, disiplin dan dapat dipertanggungjawabkan.

Prinsip Keadilan (Equilibrium/ Keseimbangan), adalah prinsip yang


menuntut terwujudnya keseimbangan individu dan masyarakat, prinsip
tersebut menghendaki jalan lurus dengan menciptakan tatanan sosial
yang menghindari perilaku merugikan. Dalam penyusunan anggaran
harus dialokasikan secara adil untuk kepentingan seluruh kelompok
masyarakat. Prinsip keadilan ini diambil dari QS. Al An’am ayat 152 dan
surat dalam Al-Qur’an lainnya.

Page 10
Prinsip Amar Makruf Nahi Munkar, adalah prinsip yang memposisikan
anggaran sebagai pedoman kerja, sehingga bagi yang melakukan
penyimpangan (kemungkaran) dapat diberi sanksi, dan yang berprestasi
diberi reward. Prinsip amar makruf nahi munkar tersebut ditegaskan
dalam QS. Al-Imran : 104, 110, 114.

Prinsip Pertanggungjawaban (Responsibility), adalah prinsip yang


menuntut komitmen mutlak terhadap upaya peningkatan kesejahteraan
sesama manusia, sehingga penyusunan anggaran harus
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Prinsip pertanggungjawaban
tersebut ditegaskan dalam QS. Al-Isra ayat 36 dan surat Al-Ahzab ayat 15.

2.1.2. Ketentuan Pagu


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pagu diartikan sebagai batas tertinggi.
Dengan mengambil pemaknaan yang sama, maka pagu anggaran dapat
diartikan sebagai batas tertinggi dari alokasi anggaran yang ditetapkan untuk
mendanai belanja /pembiayaan program atau kegiatan yang ditetapkan.

Penetapan pagu ini selaras sengan firman Allah dalam QS.Al Maidah ayat 77;

Katakanlah: “Hai Ahli


Kitab, janganlah kamu
berlebih-lebihan
(melampaui batas)
dengan cara tidak
benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-
orang yang telah sesat dahulu (sebelum kedatangan Muhammad) dan
mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari
jalan yang lurus”. [al-Mâ`idah/5:77]

Pagu Anggaran pembiayaan atau belanja di RSI Sultan Agung ditetapkan


sebagai berikut :
a. Pegawai 40%
b. Alat Bahan 50%
c. Modal/Investasi 9%
d. Sosial / Dakwah 1%

Page 11
Pagu tersebut di atas, dihitung dari jumlah dana sumber yang telah dikurangi
dengan jumlah yang ditargetkan sebagai nilai tambah tahun anggaran, dan
memungkinkan diubah sesuai kebijakan Direksi atau regulasi di atasnya.

2.1.3. Komponen Input

Komponen input (masukan) terdiri dari sumber daya insani yang bertugas
menyusun anggaran, informasi / data-data kegiatan dan keuangan, tata
organisasi dan tatalaksananya, regulasi, kebijakan, pedoman-pedoman, surat
keputusan Direktur, serta peralatan dan dana.
Komponen input penganggaran di Rumah Sakit Islam Sultan Agung, berupa:
a. Sumber Daya Insani (SDI); ditetapkan dengan menerbitkan surat

keputusan direktur, yang berlaku sejak ditetapkan hingga terbitnya surat


keputusan berikutnya. SDI yang ditunjuk berasal dari semua bidang yang
ada di RSI SULTAN AGUNG, yang diwakili oleh Manajer Bidang, Kepala
Instalasi, dan Ketua Komite. Susunan Tim terdiri dari; Ketua, Wakil Ketua,
Sekretaris, dan Anggota. Tidak menutup kemungkinan penambahan SDI
apabila diperlukan dalam hal pengolahan dan penyediaan data.

Informasi/data, diperoleh dari kegiatan pelayanan dan keuangan pada


tahun berjalan, sebagai dasar untuk penyusunan anggaran tahun
berikutnya. Jika terjadi cut off data dasar sebelum akhir tahun hingga
paling banyak 3 (tiga) bulan terakhir, maka data hingga akhir tahun
berjalan akan dilakukan estimasi atau forcasting agar lengkap menjadi
data satu tahun berjalan.

Organisasi dan tatalaksana; Struktur organisasi yang masih berlaku


digunakan untuk menentukan target dan sasaran masing-masing
direktorat, bidang, bagian, dan unit-unit di bawahnya. Menentukan skala
prioritas program dari masing-masing unit dalam rangka mencapai target
yang ditetapkan.

Kebijakan, pedoman-pedoman, dan surat keputusan Direktur; diperlukan


untuk menentukan standar, sekaligus sebagai legalitas bagi program yang
akan diajukan.

Page 12
e. Peralatan; dalam pelaksanaan penganggaran, tim menggunakan alat
bantu Personal Computer, Laptop, LCD Projector, dan software yang ada.
Alat bantu lain menyesuaikan kebutuhan.

Dana; Semua pengeluaran penunjang kegiatan pengganggaran adalah


menjadi tanggungan RSI SULTAN AGUNG, yang sebelumnya telah
dianggarkan.

2.1.4. Komponen proses

Komponen proses menggambarkan tahapan penyusunan rencana kerja dan


anggaran setiap tahun sebagaimana berikut ini;
Revieuw visi misi

Melihat kembali isi visi dan misi, untuk menentukan arah program dan
kegiatan di tahun anggaran.
Analisis lingkungan

Menilai lingkungan organisasi baik internal maupun eksternal untuk


menetapkan posisi organisasi pada tahun anggaran dimaksud. Alat
analisis yang dipakai adalah SWOT.
Menetapkan strategi
Strategi ditetapkan setalah didapat posisi organisasi dari grafik SWOT
Menetapkan issue strategis

Issue strategis yang dianggap mampu mempengaruhi kinerja organisasi


selama 1 (satu) tahun ke depan akan ditetapkan setelah melihat posisi
kuadran RSI Sultan Agung. Hal ini diambil agar strategi yang ditetapkan
akan menjadi lebih tepat.
Menetapkan tujuan dan sasaran
Sosialisasi ke unit kerja
Penyusunan program kerja, kegiatan, indikator, dan target unit
Dokumen pengajuan
Proses pengolahan usulan program
Reviu dan identifikasi usulan (tingkat tim),
Pembahasan tingkat direksi (rapat direksi)
Kertas kerja anggaran

Page 13
Pleno persetujuan draft RKA
Penetapan RKA tingkat Pengelola, sosialisasi dan distribusi
Proses persetujuan tingkat YBWSA

2.1.5. Komponen Out put

Tahap konsultasi dengan pihak owner adalah tahap terakhir proses


penyusunan Program Kerja dan Rancana Anggaran Pendapatan dan Belanja
tahunan. Selanjutnya akan dilakukan perbaikan terhadap masukan dan
koreksi yang diberikan pada saat presentasi, dan penggandaan buku. Buku
cetakan asli dikirim ke YBWSA sebelum dijilid sebanyak 1 (satu) eksemplar
untuk dilengkapi dengan Surat Keputusan (SK) Pemberlakuan Program Kerja
dan Anggaran.
Detail Penganggaran di RSI Sultan Agung disajikan dalam panduan.

2.2. PENTARIFAN

Setiap orang berhak menjual atau tidak menjual apa yang dimilikinya. Demikian pula
setiap orang berhak membeli atau tidak membeli apa yang diinginkannya. Hal ini
ditegaskan dalam Quran:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu”. (an-Nisa’:29). Hal ini juga
ditegaskan dalam Hadis: “sesungguhnya jual beli hanya bisa dilakukan atas dasar
suka sama suka” (Ibnu Majah:2176). Rasulullah juga melarang jual beli yang
dilakukan dalam keadaan terpaksa seperti diceritakan Ali bin Abi Thalib. (Abu
Daud:2935).

Kebebasan yang dimiliki para pelaku pasar mencakup kebebasan menentukan harga
tanpa campur tangan penguasa. Selama harga yang ditetapkan tersebut kemudian
disepakati oleh kedua pihak (suka sama suka) dalam muamalah, maka bukan
menjadi suatu dosa.

Pentarifan yang dilakukan adalah menentukan harga jual produk yang akan dijual
kepada masyarakat. Harga yang ditetapkan tersebut hanya berlaku secara internal di
RSI Sultan Agung sehingga bukan merupakan bentuk kezaliman. Dan berikut di

Page 14
bawah ini disampaikan Pedoman pentarifan dan alur proses dari pentarifan di RSI
Sultan Agung.

2.2.1. Dasar Syariah

Tarif pelayanan di RSI Sultan Agung dihitung dan ditetapkan oleh Direktur
dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut :
Asas keadilan (QS:Al-Maidah | Ayat: 8), (QS:Al-Israa' | Ayat: 35)

Keadilan dalam sosial menuntut setiap individu dalam suatu kumpulan


untuk hidup secara terhormat tanpa ada tekanan dan halangan serta
mampu memanfaatkan kemampuan sesuai dengan apa yang berfaedah
bagi diri dan orang lain sehingga boleh berkembang secara kolektif.
Kepatutan (QS:Al-Furqaan | Ayat: 67)

Kepatutan lebih berbicara mengenai norma yang berlaku tentang


kepantasan penetapan harga terhadap produk tertentu. RSI Sultan Agung
mengambil nilai tambah dari suatu produk layanan pada kisaran 10% -
30% dari unit cost produk tersebut.
Kompetisi yang sehat (QS:Al-Baqarah | Ayat: 148)
RSI Sultan Agung dalam melakukan penetapan tarif pelayanan
mempertimbangkan tarif rumah sakit sekitar yang setara dan
kemampuan daya beli masyarakat serta ketentuan - ketentuan yang
diatur oleh Pemerintah.

2.2.2. Komponen Tarif


Tarif RSI Sultan Agungterdiri dari :
o Tarif akomodasi; adalah tarif untuk sewa ruang rawat inap.
Komponen tarif akomodasi dihitung berdasarkan unit cost kamar
perawatan, distribusi biaya pendukung layanan, dan jasa rumah sakit.
o Tarif pemeriksaan dihitung berdasarkan unit cost pemeriksaan
meliputi; porsi aktiva, tenaga kerja, bahan medis habis pakai dan

semua biaya yang melekat pada pelayanan pemeriksaan dimaksud,


dibandingkan dengan jumlah unit pemeriksaan selama periode
tertentu

Page 15
Tarif Tindakan; dalam hal penghitungan tarif tindakan, maka tim UC
rumah sakit bersama jajaran manajemen, dokter, dan paramedis telah
sepakat menggunakan tiga faktor pembeda antara tindakan, yaitu
waktu (menit) tindakan, profesionalisme yang melakukan /
bertanggungjawab atas tindakan, serta tingkat kesulitan. Faktor ini

digunakan untuk menghitung bobot masing-masing faktor


berdasarkan pendekatan ekonomis.

Tarif Sewa alat adalah tarif sewa alat dikenakan untuk alat-alat medik
canggih yang dimanfaatkan dalam menunjang pelayanan, terutama
tindakan pembedahan.
Tarif Obat merupakan tarif yang dikenakan untuk setiap penjualan
semua obat yang tersedia di Instalasi Farmasi RSI Sultan Agung

Tarif administrasi dan umum adalah tarif yang dikenakan untuk setiap
penggunaan pelayanan administrasi yang diperkenankan dalam
pelayanan.

2.2.3. Penyusunan tarif

Penyusunan tarif dilakukan oleh Bagian Akuntansi atau apabila dianggap


perlu akan dibentuk sebuah Tim Tarif oleh Direktur yang bertugas
menghimpun data biaya satuan, mengolahnya, dan mengusulkan kepada
Direktur dalam bentuk Buku Tarif

Penyusunan diawali dengan menghitung unit cost atau biaya yang


dibebankan untuk setiap unit yang melakukan kegiatan pelayanan.
Menambahkannya dengan beban jasa medis dan marjin yang diharapkan
oleh rumah sakit selaku penyelenggara kesehatan.

Dalam penyusunan tarif ini bagian akuntansi dapat memperoleh data


langsung dari setiap unit, atau mengambilnya dari data base yang
tersedia, mana yang dianggap lebih mudah dan validasinya dapat
dipertanggungjawabkan.

Untuk tarif yang diusulkan karena belum pernah ada sebelumnya, atau
merupakan pelayanan baru, unit yang mengusulkannya harus
memberikan informasi selengkap-lengkapnya mengenai bahan dan alat

Page 16
yang dipakai, sumber daya insani yang terlibat, dan informasi lain yang
terkait dengan pelaksanaan pemeriksaan dan tidakan serta tarif
pembanding jika ada.

Untuk tarif baru, karena pertimbangan pelayanan harus segera


ditetapkan, maka akan sesegera mungkin ditetapkan sebagai addendum
dari surat keputusan sebelumnya, dan menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari buku tarif yang berlaku.

Untuk tarif yang sudah pernah ada dan diperlukan revisi maka harus
disampaikan surat usulan dari unit beserta alasan, dan besaran
perubahan tarif yang diperlukan. Penetapan pemberlakuan perubahan
tarif adalah sebagai addendum, yang tidak terpisahkan dari buku tarif
yang berlaku.

2.2.4. Pengaturan (setting) tarif

Pengaturan tarif (setting) adalah melakukan input data tarif ke


program billing system yang telah terpasang pada personal computer
unit pelayanan.

Pengaturan tarif dilakukan setelah tarif ditetapkan dan disetujui oleh


direktur untuk dipakai sebagai dasar pemungutan harga kepada
masyarakat yang membeli produk barang dan atau jasa pelayanan
kesehatan di rumah sakit.

Pengaturan tarif menjadi tanggung jawab bagian akuntansi RSI


SULTAN AGUNG, bekerjasama dengan Instalasi IT RSI SULTAN AGUNG

2.2.5. Sosialisasi dan Implementasi Tarif

Sosialisasi tarif, baik berupa tarif baru maupun tarif penyesuaian / perubahan
dari hasil peninjauan tarif dilakukan oleh Bagian Akuntansi / Tim Tarif,
melalui bantuan Bagian Sekretariat untuk sosialisasi internal, dan bantuan
Bagian Pemasaran untuk sosialisasi Eksternal.

2.2.6. Pengenaan Tarif


2.2.6.1. Tarif kepada penerima layanan terdiri dari ;
1. Tarif layanan Berdasarkan Kelas

Page 17
Tarif Layanan tidak berdasarkan kelas
Tarif Layanan Farmasi

2.2.6.2. Tarif layanan berdasarkan kelas sebagaimana dimaksud pada


2.2.6.1. butir 1 terdiri dari ;

Tarif akomodasi rawat inap; diberlakukan tarif kamar


perawatan kelas III, II, I, VIP, dan VVIP yang dibedakan
berdasarkan fasilitas yang diberikan. Tarif dihitung
berdasarkan unit cost masing-masing ruang rawat inap,
dengan ketentuan tariff sebagai berikut;

Tarif Kelas III, dikenakan kepada pasien masyarakat


umum paling tinggi sebesar 90% (sembilan puluh persen)
dari tarif Kelas II.

Tarif Kelas I, dikenakan kepada pasien masyarakat umum


paling rendah sebesar 110% (seratus sepuluh persen)
dari tarif Kelas II

Tarif Kelas VIP, dikenakan kepada pasien masyarakat


umum paling rendah sebesar 120% (seratus dua puluh
persen) dari tarif Kelas II

Tarif Kelas VVIP, dikenakan kepada pasien masyarakat


umum paling rendah sebesar 130% (seratus tiga puluh
persen) dari tarif Kelas II

Tarif akomodasi dihitung per 24 jam pemakaian kamar


sesuai kelas yang ditempati dengan minimal perhitungan
6 (enam) jam. (lihat ketentuan 4.1.12. mengenai Tata
Administrasi Pasien atau Penata Rekening )

Tarif visite dan konsultasi, diberlakukan mengikuti tarif kamar


yang ditempati.

2.2.6.3. Tarif layanan tidak berdasarkan kelas sebagaimana dimaksud pada


2.2.6.1. butir 2 terdiri dari ;

Page 18
Tarif Instalasi Gawat Darurat
Tarif Poliklinik Rawat Jalan
Tarif Tindakan Penunjang
Tarif Tindakan Operasi
Tarif tindakan Persalinan
Tarif administrasi dan pelayanan non medik lain

2.2.6.4. Tarif layanan farmasi sebagaimana dimaksud pada 2.2.6.1. butir 3


diatur sebagai berikut;

%‫ ן‬Tarif Farmasi kepada pasien masyarakat umum berupa obat


generik, obat non generik, obat bebas, obat kosmetik khusus,
obat kanker, dan alat kesehatan habis pakai.

%‫ ן‬Tarif farmasi tersebut ditetapkan sebesar Harga Netto Apotek


(HNA) ditambah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ditambah
profit margin 10% - 30% (tiga puluh persen) dari HNA+PPN.

2.2.6.5. Tarif-tarif layanan baik berdasarkan kelas, tidak berdasarkan kelas,


dan tarif layanan farmasi di atas, dikenakan kepada pasien
masyarakat umum. Pengenaan tarif pelayanan kepada Karyawan
dan keluarganya, serta pihak-pihak khusus lainnya ditetapkan oleh
Direktur pada suatu kebijakan di luar pedoman ini.

2.2.7. Pemeliharaan Tarif

Pemeliharaan tarif dilakukan secara berkala 3 (tiga) bulan sekali


terhitung sejak tanggal diberlakukannya buku tarif. Pemeliharaan tarif
dimaksudkan agar tarif yang berlaku tetap sesuai dengan pasar, dan
perkembangan lain yang terjadi.

Pemeliharaan tarif dilakukan dengan melihat kembali keadaan alat


yang digunakan, harga bahan dan alat habis pakai, harga reagent, atau
kenaikan biaya lainnya yang berpengaruh pada biaya satuan tarif.
Pada kegiatan ini, Bagian Akuntansi akan mengajukan usulan

Page 19
peninjauan kembali terhadap tarif yang dimaksud berdasarkan hasil
analisis, dan masukan dari unit yang melakukan pelayanan.

Sebelum masa peninjauan, tarif yang diberlakukan adalah tarif


sebelumnya, sesuai buku tarif atau addendum tarif yang telah
disetujui oleh Direktur.

2.3. PENDANAAN
Dalam PSAK nomor 2 mengenai Laporan Arus Kas, disebutkan bahwa aktivitas
pendanaan merupakan aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta
komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas. Kebijakan pendanaan adalah
kebijakan yang menyangkut perolehan sumber dana untuk kegiatan operasi
perusahaan. Kebijakan ini akan berpengaruh terhadap struktur modal dan faktor
leverage perusahaan, baik leverage operasi maupun leverage keuangan.

2.3.1. Dasar Syariah


Sebagaimana amanah untuk mencapai maqasyidul as syariah, maka seluruh
penyelenggaraan kegiatan di RSI Sultan Agung diupayakan bersumber,
berproses dan berakhir dengan produk yang halal, thoyib dan jauh dari riba.
Rujukan yang diambil RSI Sultan Agung dalam menentukan aktivitas
pendanaan adalah ;
QS Al Baqarah ayat 275;

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri


melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya”.

Ar Rum ayat 39;


“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada

Page 20
sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat
demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”.

2.3.2. Ketentuan Pendanaan


Perpijak dari pengertian dan dasar hukum syariah di atas, maka disusun
pedoman pendanaan di RSI Sultan Agung sebagai berikut;
Pendanaan dilaksanakan dengan mengacu kepada Visi, misi, dan tujuan RSI Sultan
Agung, rencana strategis RSI Sultan Agung, dan rancana pengembangan yang
terdapat di dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan RSI Sultan Agung.

Pendanaan diprioritaskan berasal dari kemampuan internal, yaitu dengan


memanfaatkan saldo nilai tambah tahun sebelumnya yang belum dialokasikan.
Saldo nilai tambah ini berasal dari sumber daya yang tersedia dan sumber
yang digali melalui kemampuan operasional RSI Sultan Agung dalam
menyelenggarakan pelayanan, antara lain:

Jasa Pelayanan Kesehatan; rawat inap, rawat jalan dan layanan


penunjang medik
Jasa Pelayanan non Kesehatan; diklat, sewa sarana
Apabila nilai pendanaan tersebut besarannya melebihi jumlah asset neto yang
tersedia, maka pemenuhannya dimungkinkan dari penarikan modal kepada
pihak ketiga, berupa pinjaman kepada pihak ketiga seperti lembaga perbankan
atau lembaga pembiayaan syariah lainnya.

pendanaan dari pihak lembaga perbankan bisa diterima secara loan syndication
(pinjaman dari satu kreditur) , syndicated loan (pinjaman dari beberapa kreditur
sindikasi), atau pinjaman konsorsium (gabungan dari beberapa bank dengan
satu bank sebagai induk)

Pinjaman dari beberapa kreditur sindikasi (syndicated loan) dimungkinkan apabila


jumlah modal yang diperlukan tidak bisa dibiayai hanya oleh satu

kreditur karena kendala peraturan perbankan seperti Batas Maksimal


Penyaluran Kredit oleh Bank Indonesia, dan alasan-alasan lain yang
mengakibatkan pihak ketiga kesulitan memberikan pinjaman.

Dalam hal pendanaan yang bersumber dari eksternal ini kewenangan RSI Sultan
Agung sebatas pada pengajuan usulan kepada YBWSA dengan ketentuan yang
diatur dalam panduan.
Mekanisme pengajuan pendanaan eksternal diatur dalam panduan tersendiri.

Page 21
2.4. PEDOMAN AKTIVA

Harta dalam Islam pada hakikatnya adalah amanah (titipan) dari Allah SWT.
Sedangkan, pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini,
termasuk harta benda, adalah Allah SWT. Kepemilikan oleh manusia hanya bersifat
relatif, sebatas untuk melaksanakan amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai
dengan ketentuan-Nya. Karena alasan itulah, manusia diharuskan dapat mengelola
dengan baik titipan Allah tersebut.

Pedoman Aktiva di RSI Sultan Agung dimaksudkan untuk memastikan bahwa harta
yang dimiliki berada dalam pengelolaan yang baik, selamat (berkah) dan menjamin
kehidupan lembaga di masa mendatang. Sebagaimana firman Allah dalam QS: Al
Hasyr:18 :

“Wahai orang-orang yang


beriman, bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap diri

memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”

2.4.1. Dasar Syariah

Harta dalam Islam pada hakikatnya adalah amanah (titipan) dari Allah SWT.
Sedangkan, pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi
ini, termasuk harta benda, adalah Allah SWT. Kepemilikan oleh manusia
hanya bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan amanah mengelola dan
memanfaatkan sesuai dengan ketentuan-Nya. Manajemen aktiva di RSI
Sultan Agung didasarkan pada prinsip-prinsip berikut :
Tidak melalaikan kewajiban terhadap Allah SWT (QS: Al-Munaafiqun

|Ayat:9, QS.An-Nuur |Ayat:37, QS. Al Jumuah |Ayat :10)


Halal dan Thayib (QS:Al-Baqarah | Ayat: 168) QS. Al-Baqarah | Ayat: 188,
(QS. An-Nisa | Ayat: 29)

Dalam hal ini, RSI Sultan Agung mengupayakan semua produk


pelayanannya tidak mengandung unsur haram, baik dari sisi materi

Page 22
(fisik), waktu mendapatkannya, tempat serta proses mendapatkan dan
penggunaannya.
Dengan Usaha Sendiri / Tidak Berpangku Tangan (QS: Ar-Ra’d |
Ayat:11)

Dari Rifa’ah bin Rafi’ r.a ( berkata ) : Sesungguhnya nabi Muhammad


SAW, pernah ditanyai, manakah usaha yang paling baik? Beliau
menjawab: ialah amal usaha dari seseorang dengan tangannya sendiri
dan semua jual beli yang diberkati ( bersih ). (HR Bazzar, dan dinilai
shahih oleh Hakim )

2.4.2. Aktiva Lancar


1.2.2.1. Pengertian

Aktiva lancar adalah aktiva yang dapat direalisasikan dalam


satu periode akuntansi dan yang tidak dibatasi penggunaan
atau penarikannya.

Kas Adalah uang tunai dan yang dapat dipersamakan


dengannya serta saldo akun giro yang tidak dibatasi
penggunaannya untuk membiayai kegiatan perusahaan.

Deposito adalah investasi yang bersifat sementara untuk


pemanfaatan dana yang belum dipergunakan dengan jangka
waktu paling lama satu tahun dikelompokkan dalam deposito
jangka pendek, sedangkan investasi yang lebih dari satu tahun
dikelompokkan daam deposito jangka panjang.

Piutang usaha adalah tagihan kepada pihak ke lain yang


dihasilkan dari kegiatan atau usaha :
Penjualan jasa rawat inap, rawat jalan dan penunjang
Penjualan jasa pendidikan
Penjualan jasa jaminan kesehatan masyarakat.

Penyisihan Piutang Usaha adalah alokasi penyisihan piutang tak


tertagih dalam periode tahun berjalan.

Piutang Kontraktor adalah penjualan jasa (rawat inap, rawat


jalan, penunjang, dan jaminan kesehatan masyarakat) kepada

Page 23
pihak lain (instansi) yang ditetapkan dalam surat perjanjian
kerjasama kedua belah pihak.

Piutang Umum adalah penjualan jasa (rawat inap, rawat jalan,


penunjang, jaminan kesehatan masyarakat, dan pendidikan)
kepada pihak lain (orang pribadi) yang dinyatakan dalam surat
perjanjian atau pernyataan kedua belah pihak.

Piutang non usaha adalah piutang yang tidak termasuk dalam


piutang usaha jasa pelayanan rumah sakit, jasa jaminan
kesehatan masyarakat serta jasa pendidikan.

Akun Rekening Antar kantor adalah piutang yang terjadi antara


rumah sakit dengan YBWSA baik itu operasional maupun non
operasional.

Persediaan adalah semua barang milik rumah sakit yang


disimpan di gudang atau tempat penyimpanan lain yang
ditetapkan, yang dimaksudkan untuk menunjang operasional.
Barang yang dimaksudkan adalah barang yang bersifat rutin
atau tidak termasuk barang inventaris besar maupun kecil.
Pedoman mengenai inventory dibahas dalam bab tersendiri.

Pendapatan yang masih harus diterima adalah bagian


pendapatan periode berjalan yang belum diterima sampai akhir
periode yang bersangkutan.

Uang Muka (urbun) pembelian aktiva, adalah pembayaran


kepada pihak lain yang sifatnya sementara dan akan
diperhitungkan kemudian apabila aktiva telah diterima. Uang
muka (urbun) diberikan kepada pihak yang melakukan
kerjasama melalui kontrak. Apabila tidak ada kontrak
kerjasama, maka uang muka yangdiberikan berupa qord yang
hanya dilakukan oleh pihak internal (lihat penjelasan qord pada
4.1.6. )

Pajak dibayar di muka adalah pajak yang telah disetor ke kas


Negara dan akan diperhitungkan dalam pelaporan SPT
tahunan, yang meliputi Pajak Penghasilan badan (PPh 25).

Page 24
Biaya dibayar di muka adalah biaya yang pembayarannya telah

dilakukan pada periode berjalan tetapi manfaat ekonomisnya


dinikmati pada periode mendatang yang jangka waktunya
dapat diketahui secara pasti.

Kas
Bank
Deposito
Piutang
Penyisihan Penghapusan Piutang
Akun Rekening antar Kantor
Persediaan
Pendapatan yang masih harus diterima
Uang muka (urbun) pembelian Aktiva
10. Pajak dibayar di muka
11. Biaya dibayar di muka
1.2.2.3. Pengakuan dan Pengukuran :

Kas diakui sebesar nilai nominal uang tunai atau yang dapat
dipersamakan dengannya.

Bank diakui sebesar saldo akun di bank syariah dan bank


konvensional (yang diperkenankan) yang tidak dibatasi
penggunaannya oleh bank atau dalam arti tidak sedang
dijaminkan.

Deposito diakui pada saat penanaman dana deposito sebesar


nilai nominal

Piutang usaha (umum dan kontraktor) diakui sebesar saldo


terakhir pada saat purna pelayanan jasa.

Piutang non usaha diakui pada saat timbulnya hak tagihan


kepada pihak lain sebesar jumlah yang menjadi hak RSI
SULTAN AGUNG.

Page 25
f. Penyisihan Penghapusan Piutang diakui dalam Laporan Posisi
Keuangan dengan metode tidak langsung. Besarnya penyisihan
penghapusan piutang ditentukan dari saldo piutang umum
tahun lalu yang memungkinkan sudah tidak dapat ditagih.
Umumnya piutang tersebut sudah melalui proses
pengelompokan pasien tidak mampu.

Akun Rekening Antar Kantor bersifat operasional diakui pada


saat purna pelayanan jasa dan yang bersifat non operasional
diakui pada saat terjadinya transaksi.

Persediaan diakui pada saat barang diterima sebesar harga


yang tercantum dalam faktur.

Pendapatan yang masih harus diterima diakui pada saat


diterima informasi mengenai jumlah pendapatan yang masih
harus diterima sebesar hak pendapatan yang menjadi hak
periode berjalan.

Uang muka (urbun) pembelian aktiva diakui pada saat


dilakukan pembayaran sejumlah yang dibayarkan.

Pajak dibayar di muka diakui pada saat dilakukan penyetoran


ke kas negara sebesar jumlah yang disetor.

Biaya dibayar di muka di akui pada saat dilakukan pembayaran


sebesar jumlah yang dibayarkan dan dilakukan penyesuaian
pada akhir periode.

1.2.2.4. Penyajian dan Pengungkapan


Penyajian

Aktiva lancar disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan


sesuai dengan pengelompokan dan likuiditasnya,
dimulai dari yang paling likuid.

Kas disajikan pada Laporan Posisi Keuangan dalam akun


kas

Saldo akun giro dan saldo tabungan harian pada bank


disajikan dalam perkiraan bank dan penggunaannya

Page 26
tidak dibatasi sesuai dengan peraturan saldo minimum
bank.

Investasi yang kurang dari atau sama dengan 1 (satu)


tahun disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan sebagai
deposito jangka pendek, sedangkan investasi yang lebih
dari 1 (satu) tahun disajikan dalam Laporan Posisi
Keuangan sebagai deposito jangka panjang dan perlu
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Piutang usaha (kontraktor dan umum) atau non usaha


disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan sebesar jumlah
yang diharapkan dapat tertagih (net realizable value)
secara keseluruhan.

Akun rekening antar kantor disajikan dalam Laporan


Posisi Keuangan sesuai dengan jenis perkiraan.

Perhitungan harga pokok persediaan dengan


menggunakan metode First In First Out (FIFO).

Pendapatan yang masih harus diterima disajikan


sebesar jumlah pendapatan yang harus diterima pada
periode tersebut.

Uang muka (urbun) pembelian aktiva disajikan dalam


Laporan Posisi Keuangan pada saat dilakukan
pembayaran sebesar jumlah yang dibayarkan.

Pajak dibayar di muka disajikan dalam Laporan Posisi


Keuangan pada saat dilakukan pembayaran sebesar
jumlah yang dibayarkan

Biaya dibayar di muka disajikan dalam Laporan Posisi


Keuangan sebesar nilai yang dibayarkan.

Pengungkapan

Hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan


keuangan antara lain :

Page 27
Kas terdiri dari kas di tangan, setara kas atau bon kas, dan
kas kecil.

Bank diungkapkan sesuai dengan penempatan di masing-


masing bank RSI SULTAN AGUNG sesuai dengan rekening
koran setelah direkonsiliasi.

Deposito diungkapkan sesuai dengan sertifikat,


penempatan di masing-masing bank.
Piutang terdiri dari :
Piutang Usaha :

Piutang Kontraktor (rawat inap, rawat jalan, penunjang,


dan premi)

Piutang Umum (tanggungan karyawan, pihak lain atau


pribadi)
Piutang Non Usaha :

Pinjaman Karyawan (pendidikan, surat ijin praktek,


asuransi, dan pinjaman lain yang diijinkan)

Pinjaman lain-lain (koperasi, PPNI, dan lainnya yang


diijinkan)
Akun Rekening antar Kantor :

Dana talangan sementara dari YBWSA untuk


kepentingan operasional RSI SULTAN AGUNG.
Persediaan terdiri dari :
Obat-obatan
Alat dan Bahan Habis Pakai
Alat Tulis Kantor
Cetakan
Alat Rumah Tangga
Bahan Makanan
Bahan Teknik
Bahan Pembersih
Bahan Tenun (bahan jadi / dalam proses)
Bahan Bakar (bensin, solar, minyak tanah, LPG)

Page 28
Gas Medik (N2O, O2)
Pendapatan yang masih harus diterima terdiri dari :
Bunga Deposito
Bagi Hasil Tabungan dan Rekening Koran

Uang muka (urbun) pembelian aktiva merupakan pembayaran


aktiva yang secara fisik belum diterima.
Pajak dibayar di muka adalah pembayaran PPh pasal 25.

Biaya dibayar di muka merupakan pembayaran yang


manfaatnya belum dinikmati.

2.4.3. Rekening Antar Kantor (RAK)


2.4.3.1. Pengertian

Menurut PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 140 /


PMK.010/ 2009 Rekening Antar Kantor adalah tagihan yang timbul
dari transaksi antar kantor yang belum diselesaikan dalam jangka
waktu tertentu.

Di dalam transaksi real antara Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung


dengan RSI Sultan Agung, atau sebaliknya, transaksi RAK banyak
terkait dengan perubahan aset, biaya investasi dan
pemeliharaannya, dan penggunaan kas.

2.4.3.2. Penyajian RAK dalam Laporan Keuangan

RAK di RSI Sultan Agung disajikan pada kelompok akun Laporan


Posisi Keuangan (Neraca) di kelompok Hutang Jangka Pendek

2.4.3.3. Kelompok Transaksi yang mempengaruhi RAK


A. Droping dari Yayasan

Droping dari Yayasan adalah transaksi dipindahkannya


sejumlah dana dari rekening YBWSA melalui transfer bank.
Transaksi ini dimaksudkan sebagai pinjaman Yayasan kepada

Page 29
RSI Sultan Agung untuk keperluan operasional, yang didahului
dengan permohonan oleh RSI Sultan Agung sebelumnya.

Jurnal yang disajikan oleh bagian akuntansi RSI Sultan Agung


terkait dengan transaksi ini adalah sebagai berikut :

Kas Bank ..... Xxx


Rekening Antar Kantor xxx
(untuk mencatat transaksi saat pendebetan rekening kas di
bank RSISA oleh yayasan)

Rekening Antar Kantor Xxx


Kas Bank ..... xxx
(untuk mencatat transaksi saat pengkreditan rekening kas di
bank RSISA oleh yayasan, sebagai angsuran atau pelunasan
transaksi dropping)

Penarikan saldo kas bank oleh Yayasan

Penarikan saldo kas bank RSI Sultan Agung oleh yayasan


adalah proses legal penarikan sebagian dana di bank RSI Sultan
Agung oleh yayasan untuk beberapa alasan, antara lain
sebagai berikut;
Pemeliharaan yang dikerjakan oleh Yayasan;

Menurut Lindley R. Higgis dan R. Keith Mobley,


(Maintenance Enginering Handbook, Sixth Edition,
McGraw-Hill, 2002) pemeliharaan adalah suatu kegiatan
yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan
agar peralatan selalu memiliki kondisi yang sama dengan
keadaan awalnya. Maintenance atau pemeliharaan juga
dilakukan untuk menjaga agar peralatan tetap berada
dalam kondisi yang dapat diterima oleh penggunannya.

Pemeliharaan oleh Yayasan tehadap sarana dan


prasarana di RSI Sultan Agung dilakukan secara rutin, di
mana pembiayaan yang dikeluarkan karenanya menjadi
beban bagi RSI Sultan Agung, sehingga kemudian

Page 30
Yayasan menarik dana sebesar yang dikeluarkannya ke
rekening bank RSISA.

Pembukuan untuk transaksi ini dilakukan oleh bagian


akuntansi RSI sultan Agung dengan mendebet rekening
Biaya / beban Pemeliharaan dan mengkreditkan rekening
kas bank RSI Sultan Agung. Jurnal yang disajikan
berkaitan dengan transaksi tersebut adalah :

Rekening Antar Kantor Xxx


Kas Bank ..... xxx
(untuk mencatat transaksi saat pengkreditan rekening kas di
bank oleh yayasan)

Biaya Pemeliharaan Xxx


Rekening Antar Kantor xxx
(untuk mencatat transaksi pembebanan biaya pemeliharaan
rutin)

Pembangunan dan atau penambahan gedung yang


dikerjakan oleh Yayasan yang selesai lebih dari 1 bulan.
Pekerjaan pembangunan oleh yayasan di sini berupa
pendirian baru atau perbaikan / renovasi sarana
prasarana yang memerlukan pendanaan yang cukup
material dan waktu pengerjaan yang lama.

Apabila hasil dari pekerjaan ini, secara akuntansi


dianggap bisa menambah umur ekonomis dari sarana
dan atau prasarana yang direnovasi, maka pembukuan
transaksi akan mempengaruhi nilai aset pada Laporan
Posisi Keuangan.

Pembukuan untuk transaksi ini dilakukan oleh bagian


akuntansi RSI sultan Agung dengan menyajikan jurnal
transaksi pembangunan tersebut sebagai berikut :

Page 31
Rekening Antar Kantor Xxx
Kas Bank ..... xxx
(untuk mencatat transaksi perbaikan / renovasi saat
pengkreditan rekening kas di bank oleh yayasan)

Aset dalam proses Xxx


Rekening Antar Kantor xxx
(untuk mencatat transaksi renovasi Aset yang menambah umur
ekonomis, dilakukan tiap termyn pengeluaran / setiap bulan)

Saat perbaikan / renovasi telah dinyatakan selesai, maka


akan disajikan jurnal sebagai berikut ;

Aset Tetap Xxx


Aset dalam proses xxx
(untuk mencatat transaksi renovasi yang telah
dinyatakan selesai)

Selanjutnya beban yang disajikan dalam laporan aktivitas


adalah sebesar biaya penyusutan dari aset yang
mengalami renovasi. Besarnya nilai penyusutan dihitung
berdasarkan nilai buku terakhir dari aset tersebut,
ditambah dengan nilai renovasi dibagi dengan perkiraan
umur ekonomis setelah perbaikan. Jurnal transaksi
pembebanan tersebut adalah sebagai berikut :

Beban penyusutan Aset YYY Xxx


Akumulasi Penyusutan Aset YYY xxx
(untuk mencatat transaksi penyusutan periodik)

Apabila pekerjaan merupakan pembangunan baru,


atau berupa penambahan bangunan baru, maka
jurnal yang disajikan adalah sebagai berikut;

Bangunan (baru) Xxx


Rekening Antar Kantor xxx
(untuk mencatat transaksi pembangunan baru ke dalam
kelompok aset, dilakukan tiap termyn pengeluaran / setiap
bulan)

Page 32
Pembelian Aset Tetap oleh Yayasan

Proses pengadaan aset tetap untuk RSI Sultan Agung


yang dilakukan oleh Yayasan, karena kewenangannya.
Nilai aset yang dibeli, dikreditkan langsung ke rekening
Kas Bank RSI Sultan Agung. Untuk jurnal yang disajikan,
pada prinsipnya sama dengan jurnal lain yang berkaitan
dengan perubahan aset di RSI Sultan Agung akibat
pembangunan dan pemeliharaan.

Pembelian Aset Tetap oleh Yayasan yang


pembayarannya ditalangi dulu oleh Yayasan.

Proses pengadaan aset tetap untuk RSI Sultan Agung


yang dilakukan oleh Yayasan. Karena nilainya yang besar
(material), sehingga dari sisi keuangan RSI Sultan Agung
tidak memungkinkan untuk mengkreditkan rekening Kas
Bank, maka dalam hal pembelian aset tetap ini, Yayasan
memberikan talangan. Sebagaimana transaksi perubahan
aset yang lain, transaksi pembelian aset dengan talangan
oleh Yayasan ini juga disajikan di Laporan Posisi
Keuangan pada sisi Aktiva. Sementara, berkaitan dengan
Rekening Antar Kantor, RSI Sultan Agung membukukan
jurnal sebagai berikut:

Aset YYY Xxx


Rekening Antar Kantor xxx
(untuk mencatat transaksi pembelian Aset YYY ke dalam
kelompok Aset, dilakukan setelah ada serah terima aset
dimaksud dari Yayasan ke RSISA)

Saat pengembalian / pembayaran angsuran, jurnal


disajikan sebagaimana berikut ini ;
Rekening Antar Kantor Xxx
Kas Bank ..... xxx
(untuk mencatat transaksi saat pengkreditan rekening kas di
bank RSISA oleh yayasan, sebagai angsuran atau pelunasan
transaksi pembelian aset)

Page 33
Saat pembebanan periodik;
Beban penyusutan Aset YYY Xxx
Akumulasi Penyusutan Aset YYY xxx
(untuk mencatat transaksi penyusutan periodik)

2.4.3.4. Standar Prosedur Operasional

A. Standar prosedur operasional penerimaan dropping dari


Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung

Bagian keuangan RSI Sultan Agung mengajukan estimasi


kebutuhan operasional yang disetujui oleh direksi kepada
Yayasan;

Apabila pengajuan disetujui, maka bagian keuangan


Yayasan akan mentransfer sejumlah dana ke rekening bank
RS kemudian mengirimkan copy transfer beserta jawaban
persetujuan atas permintaan dropping dana ke bagian
keungan RSI Sultan Agung;

Bagian Keuangan RSI Sultan Agung akan mencatat


penerimaan dropping dalam rekap penerimaan dropping
dan daily cash/bank dan mengirimkan rekap daily cash
beserta data pendukungnya ke bagian Akuntansi RSI Sultan
Agung;

Bagian akuntansi RSI Sultan Agung melakukan transaksi


seperti halnya SPO Pencatatan pengeluaran kas dan bank;

Bagian akuntansi RSI Sultan Agung Menyimpan data yang


telah ditransaksikan.

Standar prosedur operasional penarikan saldo kas bank RSISA


oleh Yayasan

Yayasan mengirimkan surat pemberitahuan prihal


penarikan dan atau pemindah bukuan kas bank RS beserta
copy transaksi kepada bagian keuangan RSISA;

Page 34
Bagian Keuangan akan mencatat pendebetan rekening
RSISA oleh Yayasan ke daily cash/bank dan mengirimkan
rekap daily cash beserta data pendukungnya ke bagian
Akuntansi RSI Sultan Agung;

Bagian akuntansi RSI Sultan Agung melakukan transaksi


sepertihalnya SPO Pencatatan pengeluaran kas dan bank;

Akuntansi RSI Sultan Agung Menyimpan data yang telah


ditransaksikan.

Standar prosedur operasional pencatatan pemeliharaan di


RSISA yang dikerjakan oleh Yayasan

Bagian administrasi pelaksanaan pembangunan Yayasan


mengirimkan rekap pengeluaran pemeliharaan yang
dikelompokkan per jenis pemeliharaan minimal setiap
akhir bulan kepada bagian Akuntansi RSISA yang dilampiri :

Copy penarikan kas bank pembangunan sebagai wujud


realisasi penggunaan RAK;

Disposisi pengajuan pemeliharaan yang disetujui


direksi RSISA bila ada;

Tanda bukti pelaksanaan pemeliharaan yang


ditandatangani oleh unit yang terkait di RSISA;

Faktur dan atau bukti pembayaran biaya pelaksanaan


pemeliharaan kepada pihak ke tiga

Bagian akuntansi RSI Sultan Agung melakukan verifikasi


rekap pengeluaran pemeliharaan terhadap data
pendukung yang dilampirkan;

Melakukan konfirmasi kepada bagian administrasi


pelaksanaan pembangunan Yayasan apabila ditemukan
ketidaksesuaian data yang diverifikasi;

Melakukan konfirmasi kepada bagian umum dan atau


IPSRS RSI Sultan Agung;

Melakukan transaksi pencatatan biaya pemeliharaan pada


RAK ke SIMRS;

Page 35
Menyimpan data realisasi pelaksanaan pemeliharaan yang
telah ditransaksikan.

Standar prosedur operasional Pembangunan dan atau


penambahan gedung yang dikerjakan oleh Yayasan dengan
waktu penyelesaian lebih dari 1 bulan

Bagian administrasi pelaksanaan pembangunan Yayasan


mengirimkan rekap pengeluaran pembangunan gedung
yang dikelompokkan perjenis pembangunan minimal
setiap akhir bulan kepada bagian Akuntansi RSISA yang
dilampiri dengan :

Copy penarikan kas bank pembangunan sebagai wujud


realisasi penggunaan RAK;
SPK dan atau diposisi yang disetujui oleh direksi RSISA;

Faktur dan atau bukti pembayaran biaya pelaksanaan


pembangaunan kepada pihak ke tiga;

Tanda bukti serah terima hasil pelaksanaan


pembangunan yang di tandatangani oleh unit yang
terkait di RSISA apabila proses pembangunan
dinyatakan selesai;

Bagian Akuntansi RSI Sultan Agung melakukan verifikasi


rekap pengeluaran pembangunan terhadap data
pendukung yang disertakan;

Melakukan konfirmasi kepada bagian administrasi


pelaksanaan pembangunan Yayasan bila ditemukan
ketidak sesuaian data yang diverifikasi;

Melakukan konfirmasi kepada bagian / unit RSISA yang


terkait;
Melakukan transaksi pencatatan aset tetap pada RAK ke
SIMRS;

Menyimpan data realisasi pelaksanaan pemeliharaan yang


telah ditransaksikan.

Page 36
E. Standar prosedur operasional pembelian aset tetap oleh
Yayasan

Bagian administrasi pelaksanaan pembangunan Yayasan


mengirimkan faktur / bukti pengeluaran pembelian Aset
Tetap minimal pada akhir bulan kepada bagian Akuntansi
RSISA yang disertai :

Copy penarikan kas bank pembangunan sebagai wujud


realisasi penggunaan RAK;

SPK dan atau disposisi pengajuan permintaan


pengadaan aset tetap yang disetujui oleh Direksi RSISA;

Tanda bukti uji layak pakai khususnya untuk aset medik


yang di tandatangani oleh unit yang terkait di RSISA;

Tanda bukti penerimaan aset tetap yang


ditandatangani oleh bagian / unit RS yang terkait;

Bagian Akuntansi RSI Sultan Agung melakukan verifikasi


faktur / bukti pengeluaran pembelian aset tetap beserta
data pendukung yang disertakan;

Melakukan konfirmasi kepada bagian administrasi


pelaksanaan pembangunan Yayasan apabila ditemukan
ketidaksesuaian data yang diverifikasi;

Melakukan konfirmasi kepada bagian yang terkait


penerimaan aset tetap;

Melakukan transaksi pencatatan Aset Tetap pada Hutang


RAK ke SIMRS;

Menyimpan data realisasi pengadaan aset tetap yang telah


ditransaksikan.

Standar prosedur operasional pembelian aset tetap dengan


dana talangan dari Yayasan

Bagian administrasi pelaksanaan pembangunan Yayasan


mengirimkan SPK pembelian Aset Tetap minimal pada

Page 37
akhir bulan kepada bagian Akuntansi RSISA yang dilampiri
dengan ;

Tanda bukti uji layak pakai khususnya untuk aset medik


yang di tandatangani oleh unit yang terkait di RSISA;

Tanda bukti penerimaan aset tetap yang


ditandatangani oleh bagian / unit RS yang terkait;

Bagian Akuntansi RSI Sultan Agung melakukan verifikasi


faktur / bukti pengeluaran pembelian aset tetap beserta
data pendukung yang disertakan;

Melakukan konfirmasi kepada bagian administrasi


pelaksanaan pembangunan Yayasan bila ditemukan
ketidak sesuaian data yang diverifikasi;

Melakukan konfirmasi kepada bagian yang terkait


penerimaan aset tetap;

Melakukan transaksi pencatatan Aset Tetap pada Hutang


RAK ke SIMRS

Menyimpan data realisasi pelaksanaan pemeliharaan yang


telah ditransaksikan ke SIMRS.

2.4.4. Aktiva tidak Lancar


2.4.4.1. Pengertian

Aktiva tidak lancar adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam


bentuk siap pakai atau dibangun lebih dulu, yang digunakan dalam
operasional unit dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahaan, serta mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun.
2.4.4.2. Pengelompokan
Tanah
Gedung
(-) Akumulasi Penyusutan Gedung
Peralatan Medik
(-) Akumulasi Penyusutan Peralatan Medik

Page 38
Peralatan Umum
(-) Akumulasi Penyusutan Peralatan Umum
Peralatan Berat
(-) Akumulasi Penyusutan Peralatan Berat
Instalasi
(-) Akumulasi Penyusutan Instalasi
Kendaraan
(-) Akumulasi Penyusutan Peralatan Medik
Aktiva pajak tangguhan

2.4.4.3. Pengakuan dan Pengukuran


Harga Perolehan

Khusus aktiva tidak lancar tanah, harga perolehan dinilai


berdasarkan harga tanah dan jasa serta seluruh biaya yang
terjadi sampai aktiva tidak lancar siap digunakan (biaya
pembebasan, biaya pematangan, biaya sertifikasi dan
biaya pengurusan pertama kali)

Aktiva tidak lancar yang diperoleh dari pembelian diakui


pada saat aktiva tidak lancar yang bersangkutan
dinyatakan diterima sebesar harga perolehannya, sampai
barang siap digunakan.

Aktiva tidak lancar yang diperoleh dengan cara dibangun


sendiri (swakelola) maupun yang dikerjakan oleh pihak
ketiga (turnkey project), diakui dan dinilai sebesar
akumulasi biaya sampai saat aktiva tidak lancar
bersangkutan siap digunakan atau dioperasikan.

Aktiva tidak lancar yang diperoleh dari hibah, bonus atau


sumbangan diakui saat aktiva lancar yang bersangkutan
dinyatakan diterima sebesar harga pasarnya atau harga
taksiran apabila harga pasarnya tidak diketahui.

Aktiva lancar yang diperoleh melalui cara pembayaran


angsuran diakui saat aktiva tidak lancar dinyatakan

Page 39
diterima sebesar nilai tunai seluruh pengeluaran yang
harus dilakukan.

Aktiva tidak lancar yang diperoleh dari mutasi (pengiriman


dari kantor lain) diakui pada saat aktiva tidak lancar
dinyatakan diterima sebesar nilai bukunya dengan
mencatat harga perolehan, akumulasi penyusutan dan
umur ekonomisnya. Apabila aktiva tidak lancar tersebut
masih memiliki sisa umur ekonomis maka beban
pengiriman, beban instalasi dan beban lainnya
ditambahkan sebagai harga perolehan dan dilakukan
penetapan ulang umur ekonomis yang baru. Apabila aktiva
lancar tersebut sudah habis umur ekonomisnya, maka
beban pengirima, instalasi dan beban lainnua diperlakukan
sebagai beban pada saat timbulnya.

Aktiva tidak lancar yang diperoleh dari pertukaran dengan


aktiva tidak lancar lain yang sejenis diakui pada saat
terjadinya pertukaran sebesar nilai buku aktiva tidak lancar
yang dilepas, ditembah dengan jumlah kas yang
dikeluarkan.

Aktiva tidak lancar yang diperoleh dari pertukaran dengan


aktiva lain yang tidak sejenis diakui saat terjadinua
pertukaran sebesar harga pasar aktiva tidak lancar yang
dilepas atau aktiva tidak lancar yang diterima, mana yang
lebih andal. Selisih antara harga pasar tersebut dengan
nilai buku aktiva tidak lancar yang dilepas diakui sebagai
kenaikan aktiva bersih tidak terikat atau penurunan aktiva
bersih tidak terikat periode berjalan.
Penambahan Harga Perolehan

Pengeluaran beban aktiva tidak lancar setelah perolehan


dapat menambah harga perolehan aktiva tidak lancar
apabila pengeluaran tersebut menambah kapasitas dalam
pelayanan.

Page 40
Dalam hal kapitalisasi beban dilakukan terhadap aktiva
tidak lancar yang telah habis umur ekonomisnya maka
harus diikuti dengan penetapan kembali umur ekonomis
dan beban penyusutan periode selanjutnya.
Pengurangan

Pengurangan harga perolehan suatu aktiva tidak lancar dapat


terjadi apabila bagian suatu aktiva tidak lancar dimutasikan.
Jumlah pengurangan harga perolehannya ditetapkan secara
proporsional dari harga perolehan aktiva tidak lancar yang
bersangkutan.
Penyusutan

Penyusutan dilakukan selama taksiran umur ekonomis


(masa manfaat) aktiva tidak lancar dengan menggunakan
metode garis lurus (straight line method)
Masa manfaat (umur ekonomis) aktiva tidak lancar
ditetapkan sebagai berikut :
a. Gedung :
↙ Permanen : 20 tahun
↙ Non Permanen : 10 tahun
b. Peralatan Medik
↙ < 1 milyar rupiah : 5 tahun
↙ > 1 milyar rupiah : 8 tahun
c. Peralatan Berat : 5 tahun
d. Instalasi : 4 tahun
e. Kendaraan
↙ Mobil : 5 tahun
↙ Motor : 3 tahun
f. Peralatan Umum
↙ Multimedia : 5 tahun
↙ Mebel : 4 tahun
↙ Komputer : 2 tahun

Page 41
Penghapusbukuan

Penghapusbukuan aktiva tidak lancar yang hilang, musnah,


rusak karena sebab luar biasa, hanya dapat dilakukan setelah
mendapt ijin dari pejawat yang memiliki kewenangan.
Kenaikan aktiva bersih tidak terikat atau penurunan aktiva
bersih tidak terikat yang diperoleh atau diderita akan
dibukukan pada masa tahun berjalan sebagai akun non
operasional.
Penilaian Kembali (revaluasi)

Penilaian kembali aktiva tidak lancar hanya dimungkinkan


apabila sudah diperoleh dasar otoritatif. Selisih yang timbul
sebagai akibat adanya penilaian kembali dibukukan sebagai

“selisih penilaian kembali aktiva tidak lancar” yang merupakan


bagian dari aset neto.
Aktiva Pajak Tangguhan

Diakui sebagai penghasilan pada Laporan Aktivitas Keuangan


periode berjalan. Aktiva pajak tangguhan diukur dengan
menggunakan tarif pajak yang akan berlaku pada saat aktiva

dipulihkan, yaitu dengan tarif pajak (peraturan pajak) yang


telah berlaku atau yang telah secara substantive berlaku pada
tanggal Laporan Posisi Keuangan.
2.4.4.4. Penyajian dan Pengungkapan

Aktiva tidak lancar disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan


sesuai pengelompokannya.

Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan


keuangan meliputi :

Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan harga


perolehan.

Masa manfaat serta metode dan tarif penyusutan aktifa


tidak lancar.

Perubahan jumlah harga perolehan yang memperlihatkan


penyebabnya antara lain :

Page 42
Penambahan dan pelepasan aktiva tidak
lancar Penilaian kembali (revaluasi) yang
dilakukan Reklasifikasi aktiva tidak lancar
Kapitalisasi beban

2.4.5. Aktiva tak Berwujud


2.4.5.1. Pengertian

Aktiva Tidak Berwujud (ATB) adalah aktiva tidak lancar dan tidak
berbentuk yang memberikan hak keekonomian dan hukum kepada
perusahaan dan dalam laporan keiangan tidak sicakup secara
terpisah dalam klasifikasi aktiva yang lain. Salah satu karakteristik
ATB yang paling penting adalah tingkat ketidakpastian mengenai
nilai manfaatnya si kemudian hari. ATB antara lain dapat
berbentuk: Amdal, Goodwill.
2.4.5.2. Pengelompokan
Amdal
(-) Akumulasi Amortisasi Amdal
Goodwill
(-) akumulasi Amortisasi Goodwill

Aktiva Tidak Berwujud (ATB) dikelompokkan berdasar cara


perolehannya, yaitu :
Aktiva Tak Berwujud (ATB) yang diperoleh dari pihak lain.

Aktiva Tak Berwujud (ATB) yang dikembangkan sendiri.


2.4.5.3. Pengakuan dan Pengukuran

ATB yang diperoleh dengan cara membeli dari pihak luar, diakui
pada saat terjadi pengalihan hak kepemilikan sebasar harga
beli ditambah biaya-biaya lain yang terjadi sampai ATB yang
bersangkutan siap dimanfaatkan.

ATB yang diperoleh dengan cara dikembangkan sendiri diakui


pada saat ATByang bersangkutan siap dimanfaatkan yang

Page 43
dibuktikan sengan adanya sertifikasi sebesar biaya-biaya yang
terjadi untuk pengembangannya.
2.4.5.4. Amortisasi

ATB diamortisasi selama masa manfaat dengan menggunakan


metode garis lurus (straight line method).
Masa manfaat ATB ditetapkan sebagai berikut :

ATB yang dapat diidentifikasi masa manfaatnya diamortisasi


selama masa manfaat ATB yang bersangkutan maksimal 10
(sepuluh) tahun.

ATB yang tidak dapat diidentifikasi sasa manfaatnya


diamortisasi selama 8 (delapan) tahun.

2.4.5.5. Penghapusbukuan
Dalam hal ATB tidak lagi memberikan manfaat keekonomian bagi
RSI Sultan Agung, maka ATB yang bersangkutan dihapusbukukan.
Nilai bukunya diakui sebagai beban periode berjalan.
2.4.5.6. Penyajian dan Pengungkapan
Penyajian

ATB disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan sesuai dengan


pengelompokannya
Pengungkapan

Pedoman penentuan masa manfaat dan metode


amortisasi
Jumlah penghapusbukuan ATB dalam periode berjalan.

2.4.6. Aktiva dalam Konstruksi


2.4.6.1. Pengertian

Adalah aktiva dalam konstruksi yang sedang dalam proses


pembangunan menjadi aktiva tetap.
2.4.6.2. Pengakuan dan Pengukuran

Pada prinsipnya aktiva dalam konstruksi dinilai sebesar biaya


pembangunannya yaitu harga barang dan harga jasa lainnya, serta

Page 44
biaya tidak langsung proyek, kecuali pajak-pajak yang dapat
dikreditkan.
2.4.6.3. Penyajian dan Pengungkapan

Aktiva dalam konstruksi disajikan dalam Laporan Posisi


Keuangan dalam kelompok aktiva lancar.

Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan


keuangan meliputi :
Pedoman penilaian aktiva dan konstruksi
Rincian aktiva dalam konstruksi perkelompok.

Penambahan jumlah aktiva dalam konstruksi dan


pengalihan ke aktiva tidak lancar yang dilakukan pada
periode berjalan.

Jumlah bunga yang dikapitalisasi menjadi aktiva dalam


konstruksi.

2.5. PEDOMAN KEWAJIBAN (HUTANG)

Dalam Islam hutang dikenal dengan qardh yang secara etimologi berasal dari kata al
qath’u yang berarti memotong (Zuhaili, 2011). Qardh juga di definisikan sebagai
harta yang diberikan pemberi pinjaman kepada penerima dengan syarat penerima
pinjaman harus pengembalikan besarnya nilai pinjaman pada saat mampu
mengembalikannya(Sabiq, 1987).

Menurut Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah Bank Indonesia, qardh atau
pinjaman adalah suatu akad pinjam meminjam dengan ketentuan pihak yang
menerima pinjaman wajib mengembalikan dana sebesar yang diterima.

Merujuk pada pengertian dan uraian di atas, maka menjadi suatu kewajiban bagi
pemilik hutang untuk memenuhi kewajibannya tersebut dalam jumlah dan kurun
waktu yang telah disepakati. Oleh karena itu, di bawah ini RSI Sultan Agung
menguraikan Pedomannya terkait dengan pengelolaan kewajibannya.

Page 45
2.5.1. Dasar Syariah
Dalam pengelolaan hutang, manajemen RSI Sultan Agung merujuk pada
beberapa hal sebagai berikut;
Hutang Wajib dibayar;
“Barangsiapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas
dari tiga hal: [1] sombong, [2] ghulul (khianat), dan [3] hutang,
maka dia akan masuk surga.” (HR. Ibnu Majah no. 2412. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih).

Allah akan bersama (memberi pertolongan pada) orang yang


berhutang (yang ingin melunasi hutangnya) sampai dia melunasi
hutang tersebut selama hutang tersebut bukanlah sesuatu yang
dilarang oleh Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 2400. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shohih)

Akad; adanya kesepakatan atau kerelaan antara RSI Sultan Agung dengan
pemakai jasa pelayanan kesehatan, baik ditinjau dari tujuan karakter dan
konsekuensi hukumnya.

QS. Al-Maidah ayat 1 : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah


aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang
akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang
dikehendaki-Nya”

“Tidaklah halal harta seorang muslim kecuali atas kerelaan


darinya.” (HR. Ahmad 5/113)
Tanpa Riba
QS. al-Baqarah | 2: 275, QS. al-Baqarah | 2: 278,
Tanpa gharar
(Qs. al- Baqarah : 188 )
(Qs. an-Nisa : 29)
(Qs. al- Maidah: 90)
Tanpa maysir
Qs. al-Ma’idah ayat 90 : “Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)

Page 46
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan”.
Barangsiapa yang menyatakan kepada saudaranya, ‘Mari, aku
bertaruh denganmu.’ maka hendaklah dia bersedekah.” (Hr.
Bukhari dan Muslim)

2.5.2. Kewajiban Lancar


2.5.2.1. Pengertian

Kewajiban Lancar adalah hutang sesuai akad yang diharapkan akan


dilunasi dalam waktu kurang dari 1 tahun.

Hutang obat, adalah hutang yang timbul karena pembelian


obat-obatan

Hutang alat medik adalah hutang yang timbul karena


pembelian alat medik

Hutang Jasa Dokter, adalah titipan atas jasa dokter yang


diterima dari pasien yang belum dibayarkan kepada dokter
yang bersangkutan.

Hutang pajak, adalah titipan pemotongan PPh pasal 21 atas


karyawan dan PPh pasal 23 atas jasa konstruksi yang belum
disetor ke kas Negara.

Wadiah adalah titipan uang pasien yang masih dirawat dan


akan diperhitungkan pada saat pasien pulang.

Hutang Bank adalah pinjaman kepada bank yang jatuh


temponya kurang dari 1 (satu) tahun.

Hutang lain-lain adalah hutang yang tidak termasuk ke dalam


kewajiban jangka pendek tersebut di atas. Sebagai contoh
hutang untuk belanja bahan makanan, belanja seragam
karyawan, belanja peralatan listrik dan sebagainya

Biaya yang masih harus dibayar adalah beban periode berjalan


yang belum di lakukan pembayaran.

Page 47
2.5.2.2. Pengelompokan
Kewajiban lancar dikelompokkan sebagai berikut :
Hutang obat
Hutang alat medik
Hutang Jasa dokter
Hutang pajak
Hutang peralatan
Hutang bank
Hutang lain-lain
Biaya yang masih harus dibayar

2.5.2.3. Pengakuan dan Pengukuran

Hutang obat diakui pada saat faktur diterima sebesar nilai yang
tertera dalam faktur (netto)

Hutang alat medik diakui pada saat faktur diterima sebesar nilai
yang tertera dalam faktur

Hutang Jasa dokter diakui pada saat pasien membayar jasa


dokter

Hutang Pajak diakui pada saat pemotongan PPh pasal 21 dan


PPh pasal 23

Hutang Bank diakui pada saat terjadi transaksi pencairan


pinjaman

Hutang lain-lain diakui pada saat terjadinya titipan, barang


diterima, untuk pembelian di luar obat dan alat medik, sebesar
harga barang dan jasa yang belum dibayarkan.

Biaya yang masih harus dibayar diakui pada saat terjadinya


beban periode berjalan, di mana pembayarannya belum
dilakukan atau dicadangkan.
2.5.2.4. Penyajian dan Pengungkapan

Kewajiban lancar disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan


sesuai dengan pengelompokannya.

Page 48
Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan meliputi: semua perubahan dan keadaan yang tidak
biasa terjadi dalam periode berjalan.

2.5.3. Kewajiban Tidak Lancar


2.5.3.1. Pengertian

Kewajiban tidak lancar adalah hutang kepada kreditur yang


jangka waktu penyelesaiannya lebih dari 1 (satu) tahun.

Kewajiban pajak tangguhan (deferred tax liabilities) adalah


jumlah pajak penghasilan terhutang (payable) untuk periode
mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena
pajak.

2.5.3.2. Pengelompokan
Kewajiban tidak lancar dikelompokkan menjadi :
Hutang bank
Hutang kepada pihak lain
Kewajiban pajak tangguhan

2.5.3.3. Pengakuan dan pengukuran

Hutang bank dan hutang kepada pihak lain diakui pada saat
terjadinya transaksi pencairan pinjaman

Kewajiban pajak tangguhan diakui sebesar jumlah pajak


terhutang (restitusi pajak) yang dihitung dengan menggunakan
tarif pajak yang berlaku atau yang telah secara substansif
berlaku pada tanggal Laporan Posisi Keuangan.

Hutang pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif


pajak yang akan berlaku pada saat aktiva dipulihkan, yaitu
dengan tarif pajak (peraturan pajak) yang telah berlaku atau
yang telah secara substantive berlaku pada tanggal Laporan
Posisi Keuangan.
Catatan : Pelunasan kewajiban tidak lancar

Page 49
Sebelum pelunasan atau pembayaran maka bagian dari
kewajiban tidak lancar yang akan jatuh tempo dalam waktu
1 tahun setelah tanggal Laporan Posisi Keuangan dialihkan
menjadi kewajiban lancar, kecuali jika pelunasannya
dengan menimbulkan kewajiban jangka panjang lainnya.
2.5.3.4. Penyajian dan pengungkapan

a. Kewajiban tidak lancar disajikan dalam Laporan Posisi


Keuangan setelah kewajiban lancar, sesuai dengan
pengelompokannya.

Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan


keuangan meliputi : Jumlah kewajiban jangka panjang yang
akan jatuh tempo yang akan dilunasi dengan kewajiban jangka
panjang lainnya.

2.5.4. Maqashid asy- syariah

Bentuk dari Maqashid asy- syariah yang diterapkan dalam pengelolaan


hutang di RSI Sultan Agung antara lain;

Ada akad (persetujuan) kedua belah pihak antara manajemen RSI Sultan
Agung dengan pihak kedua (pemasok) dalam bentuk Perjanjian Kerja
Sama (PKS) pada awal kerjasama untuk semua jenis pengadaan barang.

Ada akad (persetujuan) kedua belah pihak antara manajemen RSI Sultan
Agung dengan pihak perbankan (pemberi pinjaman) untuk transaksi;
Titipan / simpanan baik wadi’ah maupun mudharabah
Bagi hasil, baik al-musyarakah maupun mudharabah
Jual beli, baik Bai' Al-Murabahah, Bai' As-Salam, Bai' Al-Istishna'
Sewa, baik Al-Ijarah maupun Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik
Jasa, baik Al-Wakalah, Al-Hawalah, Ar-Rahn, maupun Al-Qardh

Ada akad (persetujuan) kedua belah pihak antara manajemen RSI Sultan
Agung dengan pihak professional penerima jasa (dokter dan profesi lain)
mengenai cara tangguh penyampaian jasa profesi.
Pembahasan Akad secara khusus disajikan pada sub bab 2.7

Page 50
2.6. PEDOMAN ASET NETO

Aset neto adalah hak residual RSI SULTAN AGUNG atas aset setelah dikurangi seluruh
kewajiban yang dimiliki. Aset neto RSI SULTAN AGUNG terdiri dari aset neto terikat
temporer, dan aset neto terikat permanen.
2.6.1. Dasar Syariah
Keseimbangan (Wasathan) (QS. 2: 143)
hak kebebasan harus selalu diimbangi kewajiban
keseimbangan antara kehidupan dunia dan ukhrawi
keseimbangan akal dan moral.
Al Muhith (QS. 4:126)

sifat keseimbangan alam semesta dalam bingkai sifat Allah. Artinya,


keseimbangan kekayaan haruslah selalu berdimensi material-batin-
spritual dan mengarah pada kepemilikan proporsional diri-sosial dan
lingkungan dalam lingkup kekuasaan Allah. Al Muhith adalah realitas
segala sesuatu untuk menuju kesatuan ketundukan (abd’ Allah) dan
kreativitas (Khalifatullah fil ardh) tak terpisahkan.

2.6.2. Aset neto Tidak Terikat

Aset neto tidak terikat dalah aset neto berupa sumber daya yang
penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu 2.6.2.1. Pengelompokan

Aset neto Awal

Merupakan hak residual awal RSI SULTAN AGUNG yang


merupakan selisih aset dan kewajiban pada saat pertama kali
RSI SULTAN AGUNG ditetapkan, kecuali sumber daya ekonomi
yang diperoleh untuk tujuan tertentu.
Surplus dan Defisit Tahun Lalu

Surplus dan defisit tahun lalu merupakan akumulasi surplus


dan deficit pada periode-periode sebelumnya.
Surplus dan Defisit Tahun Berjalan

Page 51
Surplus dan defisit tahun berjalan berasal dari seluruh
pendapatan setelah dikurangi seluruh biaya pada tahun
berjalan.
Aset neto Donasi

Aset neto donasi merupakan sumber daya yang diperoleh dari


pihak lain berupa sumbangan atau hibah yang sifatnya tidak
mengikat.

2.6.2.2. Pengakuan dan Pengukuran


Pengakuan
Aset neto tidak terikat ditetapkan pada saat;
Ditetapkan nilai kekayaan RSI SULTAN AGUNG

Diterimanya dana sumbangan / bantuan yang tidak


mengikat

Diterimanya aset tetap dari sumbangan / bantuan yang


tidak mengikat

Pengalihan aset neto terikat temporer menjasi aset neto


tidak terikat.
Pengukuran
Aset neto tidak terikat dinilai sebesar ;

Nilai buku aset neto tidak terikat pada saat penetapan RSI
SULTAN AGUNG
Nominal dana sumbangan / bantuan yang tidak mengikat.

Nilai perolehan atau nilai wajar aset sumbangan / bantuan


yang tidak mengikat mana yang lebih andal.

Jumlah dana/nilai wajar aset yang dialihkan dari aset neto


terikat temporer menjadi aset neto tidak terikat.
2.6.2.3. Penyajian dan pengungkapan

Aset neto tidak terikat disajikan dalam kelompok aset neto


pada Laporan Posisi Keuangan sebesar saldonya.

Hal-hal yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan


antara lain sebagai berikut :

Page 52
Rincian jumlah aset neto tidak terikat berdasarkan
jenisnya;
Informasi mengenai sifat aset neto tidak terikat.

2.6.3. Aset neto Terikat Temporer

Aset neto terikat temporer adalah aset neto berupa sumber daya ekonomi
yang penggunaannya dan / atau waktunya dibatasi untuk tujuan tertentu dan

atau jangka waktu tertentu oleh pemerintah atau donatur. Pembatasan


tersebut dapat berupa pembatasan waktu dan / atau pembatasan
penggunaan aset neto tersebut oleh RSI SULTAN AGUNG.
2.6.3.1. Pengelompokan
Sumbangan untuk aktivitas tertentu;
Investasi untuk jangka waktu tertentu

Dana yang penggunaannya ditentukan pada periode tertentu di


masa depan
Dana untuk memperoleh aset tetap
2.6.3.2. Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan

Pengakuan Ditetapkannya nilai kekayaan RSI SULTAN


AGUNG

Diterimanya dana sumbangan / bantuan yang mengikat


secara temporer

Diterimanya aset sumbangan / bantuan yang mengikat


secara temporer
Pengukuran
Aset neto terikat temporer dinilai sebesar :
Nilai buku aset neto terikat temporer pada saat penetapan
RSI SULTAN AGUNG.

Nominal dana sumbangan/bantuan yang sifatnya mengikat


temporer.

Nilai perolehan atau nilai wajar aset sumbangan /bantuan


yang tidak mengikat mana yang lebih andal

Page 53
2.6.3.3. Penyajian dan Pengungkapan

Aset netoi terikat temporer disajikan dalam kelompok Aset


neto pada Laporan Posisi Keuangan sebesar saldonya.

Hal-hal yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan


antara lain sebagai berikut :

Rincian jumlah aset neto terikat temporer bersasarkan


jenisnya;

Informasi mengenai sifat dan pembatasan aset neto terikat


temporer.

2.6.4. Aset neto Terikat Permanen

Aset neto terikat permanen adalah aset neto berupa sumber daya yang
penggunaannya dibatasi secara permanen untuk tujuan tertentu oleh
pemerintah / donatur.
2.6.4.1. Pengelompokan
Aset neto terikat permanen meliputi ;

Tanah atau gedung/bangunan yang disumbangkan untuk


tujuan tertentu dan tidak untuk dijual.

Aset yang digunakan untuk investasi yang mendatangkan


pendapatan secara [ermanen
Donasi pemerintah atau pihak lain yang mengikat secara
permanen.
2.6.4.2. Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan
Aset neto terikat permanen diakui pada saat ;

Ditetapkan nilai kekayaan entitas pada saat ditetapkan


untuk menerapkan pengelolaan keuangan RSI SULTAN
AGUNG.

Diterimanya dana dan/atau aset sumbangan/bantuan yang


mengikat secara permanen.

Digunakan aset untuk investasi yang mendatangkan


pendapatan secara permanen.

Page 54
Pengukuran
Aset neto terikat permanen dinilai sebesar;
Nilai buku aset neto terikat permanen pada saat penetapan

Nominal dana sumbangan/bantuan yang sifatnya mengikat


permanen.

Nilai perolehan atau nilai wajar aset sumbangan/bantuan


yang terikat permanen mana yang lebih andal.
Nilai tercatat aset yang digunakan untuk investasi.
2.6.4.3. Penyajian dan Pengungkapan

Aset neto terikat permanen disajikan dalam keompok Aset neto


pada Laporan Posisi Keuangan sebesar saldonya.

Hal-hal yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan


antara lain sebagai berikut :

Rincian jumlah aset neto terikat permanen berdasarkan


jenisnya,

Informasi mengenai sifat dan pembatasan aset neto terikat


permanen

2.7. PEDOMAN AKAD


2.7.1. Dasar Syariah
ْ ُ َ َُ َ
َ َ ‫ب اوفوأ اونمآ‬
َ ‫نيَْ ذِال اهَُْ يأ‬
‫اي‬ ِ ‫دو ِْقُعال‬
َ
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. [al-Mâidah/5:1]

“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 26)
“Dan jika ia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, berilah tangguh
sampai ia berkelapangan...” (QS. al-Baqarah [2]: 280
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata ‘wahai ayahku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling
baik untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya.” (QS. Al-Qasas: 26)
Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah bersabda: “berikanlah upah pekerja
sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah)

Page 55
“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya” (HR.
‘Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri)
Fatwa DSN MUI Nomor : 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang PEMBIAYAAN
IJARAH
Fatwa DSN nomor 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang JUAL BELI ISTISHNA’
Fatwa DSN nomor: 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang JUAL BELI SALAM
Fatwa DSN MUI nomor : 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang AL-QARDH

2.7.2. Pengertian

Akad, secara umum digunakan para Ulama ahli fikih ketika menjelaskan
hukum-hukum umum yang melekat pada suatu akad. Sedangkan akad
dalam maknanya yang khusus, didefinisikan oleh para Ulama dengan
beragam definisi yang hampir sama. Semua definisi itu tercakup dalam
pengertian berikut, yaitu :
َْ
َ ‫قم َمُْ وُْ قَي‬
َْ ‫ام َوْ أ‬ َ ََْ‫عو ُرش َم َه ج َو ىَل َع ا َم ُهما‬
ُْ
ِ ‫لَوُْ بَق‬
‫ب َب ِا َجيإِ َط ب َر‬
(akad adalah) transaksi yang ditandai dengan îjâb dan qabûl atau yang
mewakili keduanya yang dilaksanakan sesuai dengan syari’at.

Definisi akad dalam makna khusus inilah yang langsung difahami sebagai
definisi akad dalam fikih muamalat maliyah.
2.7.3. Pengelompokan
Akad, di RSI Sultan Agung dikelompokkan dalan 2 (dua) jenis, yaitu:
Akad Pelayanan

Pada Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di RSI Sultan Agung,


akad di tetapkan sebagai berikut;

Akad yang digunakan untuk pelayanan kepada pasien dengan JKN-


BPJS baik yang sesuai hak, naik kelas max kls 1, naik sampai VIP/VVIP
adalah AKAD IJARAH

Akad yang digunakan untuk pelayanan kepada pasien dengan


Asuransi lain/Perusahaan, COB sesuai kelas (AJII,KAI,Yakkes Telkom,
Pertamina, Perhutani), maupun COB naik kelas adalah AKAD IJARAH
Akad yang digunakan untuk pelayanan kepada pasien umum, adalah
AKAD IJARAH
Akad yang digunakan untuk pelayanan Penjualan Obat Tunai adalah

Page 56
Dilihat dari sisi pembayarannya dinamakan Bai’ Al Mu’ajjal / Bai’
Naqdan
Dilihat dari sisi jenis barang dinamakan Bai’ Muthlaq

Akad yang digunakan untuk pelayanan Penjualan Obat Tunda


(dilakukan secara angsuran / barang diterima kemudian) adalah akad
Bai’ Muajjal
Akad yang digunakan untuk Pelayanan Langsung adalah IJARAH

Akad yang digunakan untuk pelayanan Bon Sementara (Titipan Uang


kegiatan), akad yang digunakan adalah akad Qard

Akad Kerjasama dengan Vendor


Akad kerjasama dengan Vendor ini dibagi dalam 2 (dua) katagori :
Pengadaan alat medik dan penunjang
Pengadaan umum

Ketentuan akad kerjasama tersebut dengan ketentuan :

Sewa/KSO, misal pada KSO beberapa Alat Penunjang Laborat, HD,


Radiologi, di mana alat kesehatan dimaksud dititipkan beserta bahan
(reagen) menjadi produk layanan. Alat diambil kembali sesuai
kesepakatan.

Akad yang digunakan pada kerjasama ini adalah AKAD Wakalah bil
Ujrah.

Pembelian secara tempo, misal pada pembelian alat medis atau non
medis, obat-obatan, bahan logistik, bahan gizi
Jika langsung lunas termasuk Bai’ Muajjal
Jika angsuran berbatas waktu termasuk Bai’ Taqsith

Pembelian dibayar di muka misalnya pada Kasus pembelian mata


untuk transplantasi mata.
Akad yang digunakan pada transaksi ini adalah AKAD SALAM.

Pembelian dengan pesanan khusus, misalnya pada transaksi Pesanan


counter, desain interior, seragam dsb
Akad yang digunakan pada transaksi ini adalah AKAD Istishna’

Page 57
Akad Kerjasama Pembiayaan dengan Lembaga Keuangan & Asuransi

Untuk jenis kerjasama pembiayaan dengan Lembaga Keuangan untuk


pembiayaan investasi rumah sakit adalah Murobahah dan
Mudharobah

Untuk jenis kerjasama dengan Asuransi adalah menggunakan akad


Ijarah

2.7.4. Penyajian dan pengungkapan

Akad tidak disajikan pada laporan keuangan, akan tetapi di awal


terjadinya transaksi, baik transaksi pelayanan, maupun saat terjadi
kesepakatan kerjasama pengadaan.

Pada transaksi kerjasama pengadaan, maka akad dicantumkan pada


salah satu pasal pada perjanjian kerjasama (jika bukti perjanjian
dibuat oleh RSI Sultan Agung) atau dibuat pada lembar tersendiri yang
menjadi bagian tidak terpisahkan dari surat perjanjian (apabila bukti
perjanjian dibuat oleh pihak lain, dan belum mencantumkan pasal
mengenai akad)

Pengungkapan jenis akad yang digunakan untuk pelayanan disajikan


pada billing pasien.

Pengungkapan jenis akad pada semua jenis pembayaran disajikan


pada lembar Surat Perintah Mengeluarkan Uang (SPMU)

2.8. PEDOMAN PENDAPATAN


2.8.1. Dasar Syariah

memenuhi prinsip halal ; pendapatan yang diterima oleh perorangan atau


lembaga pun harus memenuhi prinsip halal. Beberapa dalil yang
mendasari pendapatan halal adalah QS: An NISA: 29
tidak mengandung unsur riba (al Rum: 39, )

tidak mengandung unsur gharar


o (Qs. al- Baqarah : 188 )
o (Qs. an-Nisa : 29)

Page 58
(Qs. al- Maidah: 90)
tidak mengandung unsur maysir
(Qs. al-Ma’idah: 90)

o Barangsiapa yang menyatakan kepada saudaranya, ‘Mari, aku


bertaruh denganmu.’ maka hendaklah dia bersedekah.” (Hr. Bukhari
dan Muslim)
2.8.2. Pengertian

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas RSI SULTAN AGUNG selama satu periode yang
mengakibatkan penambahan aset neto bersih.

Pendapatan operasional adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan


penyelenggaraan jasa. Pendapatan dari kegiatan penyelenggaraan jasa
meliputi jasa utama (primary core) yaitu jasa rawat inap (hari rawat),
pelayanan medik, penunjang medik, serta jasa lainnya

Pendapatan Jasa Lainnya adalah pendapatan yang diterima dalam rangka


pelayanan operasional yang tidak dapat dikelompokkan dalam
pendapatan jasa utama.

Pendapatan Non Operasional adalah pendapatan yang tidak ada kaitan


secara langsung dengan kegiatan utama unit operasional.

2.8.3. Pengelompokan
Pendapatan dapat diklasifikasikan ke dalam :
2.8.3.1. Pendapatan Usaha dari Jasa Pelayanan

Merupakan Pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas


barang atau jasa yang diserahkan kepada masyarakat.
Sebagaimana dalil yang telah disampaikan, maka pendapatan
usaha dari jasa layanan di RSI Sultan Agung harus harus memenuhi
prinsip halal (bukan produk haram).

Dalam pandangan Islam, haram dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu


haram lidzatihi (karena dzatnya) dan haram lighairihi (karena
sebab lain).

Page 59
A. Haram lidzatihi (karena dzatnya) adalah sesuatu yang
diharamkan karena adanya madharat pada dzatnya, seperti
makan bangkai, minum khamr, zina, dan sebagainya yang
menyangkut kepada maqashid al-syariah, yaitu: memelihara
agama, memelihara diri, memelihara akal, memelihara
keturunan, dan memelihara harta. Berangkat dari hal tersebut,
beberapa yang penting dilakukan di RSI Sultan Agung adalah;
Tidak menjual produk yang secara fisik diharamkan.

Perlu koordinasi secara intensif dengan unit-unit pemasok


produk jualan untuk melihat kembali semua produk
jualannya seperti;

Instalasi Farmasi; apakah ada obat-obatan, atau bahan


medik yang mengandung unsur haram.

Instalasi Gizi; apakah ada bahan makanan yang tebuat


dari bahan-bahan yang diharamkan, atau mengandung
bahan-bahan yang diharamkan.

Tidak bekerja sama dengan pemasok yang memproduksi,


atau menjual barang-barang atau obat-obatan yang
mengandung unsur haram, meskipun menawarkan harga
murah.
Mengutamakan pemakaian produk dengan sertifikasi halal.

Haram lighairihi (karena sebab lain) yaitu sesuatu yang asalnya


tidak haram tetapi menjadi haram dengan sebab lain seperti
cara mendapatkannya yang tidak sesuai dengan ajaran
syariah. Oleh karena itu, secara tegas RSI Sultan Agung hanya
akan menjual barang-barang yang baik melalui;

1) Transaksi jual beli yang sah menuruh hukum Negara dan


hukum agama.

Page 60
Melarang pencurian dan menjual hasil curian di mana
hukum perbuatan tersebut adalah haram karena hal itu
mengandung unsur menzalimi orang lain, membiarkan
kemungkaran, dan menyebabkan pembeli hasil curian itu
bersekutu dalam dosa dengan pelaku pencurian.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


melanggar syi´ar-syi´ar Allah, dan jangan melanggar
kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-
id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan
keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum
karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada
mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya”.(Qs. Al-Maidah:2)

Menerapkan harga jual atas dasar keridhaan pembeli,


sebagaimana firman Allah;

“Hai orang-
orang yang
beriman,
janganlah kailan
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan saling ridha di antara kalian.” (An-Nisa`: 29)

Tidak menjual barang yang tidak dimiliki;

Page 61
RSI Sultan Agung menjamin tidak akan terjadi transaksi
sebelum produk barang/jasa secara fisik tersedia.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi
berikut ini;

Hakim bin Hazam Radhiyallahu 'anhu berkata kepada


Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salalm : “Wahai,
Rasulullah. Seseorang datang kepadaku. Dia ingin membeli
sesuatu dariku, sementara barang yang dicari tidak ada
padaku. Kemudian aku pergi ke pasar dan membelikan
barang itu”. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda : ”Jangan menjual sesuatu yang tidak ada
padamu”.

Pengecualian

Sebagaimana kita ketahui bersama, ada sebagian obat yang


tidak terlepas dari unsur-unsur haram dan belum ditemukan
unsur penggantinya. Jika hal ini terjadi, maka manajemen RSI
Sultan Agung sepakat untuk membuat pengecualian
karenanya. Sejalan dengan fiman Allah SWT dalam QS: al-
An'am ayat 119 yang artinya;

“Allah telah menerangkan kepadamu apa-apa yang Ia telah


haramkan atas kamu, kecuali kamu dalam keadaan terpaksa”.
Dalam ayat lain Allah juga berfirman; “Barangsiapa terpaksa
dengan tidak sengaja dan tidak melewati batas, maka tidak
ada dosa atasnya, karena sesungguhnya Allah Maha
Pengampun dan Maha Belas-kasih." (al-Baqarah: 173)

Darurat yang sudah disepakati oleh semua ulama, adalah


darurat dalam masalah makanan, karena ditahan oleh
kelaparan. Sementara ulama memberikan batas darurat itu
berjalan sehari-semalam, sedang dia tidak mendapatkan
makanan kecuali barang-barang yang diharamkan itu. Waktu
itu dia boleh makan sekedarnya sesuai dengan dorongan
darurat itu dan guna menjaga dari bahaya. Sementara itu,
daruratnya berobat, adalah ketergantungan kesembuhan
suatu penyakit pada memakan sesuatu dari barang-barang
yang diharamkan itu. Dalam hal perbedaan pendapat para

Page 62
ulama fiqih, maka manajemen RSI Sultan Agung membolehkan
makan haram karena kebutuhan pengobatan dan sangat
terpaksa. Namun demikian Manajemen RSI Sultan Agung
menetapkan pula perkenan (rukhsah) dalam menggunakan
obat yang haram itu harus dipenuhinya syarat-syarat sebagai
berikut:

Terdapat bahaya yang mengancam kehidupan manusia jika


tidak berobat.

Tidak ada obat lain yang halal sebagai ganti Obat yang
haram itu.

Adanya suatu pernyataan dari seorang dokter muslim yang


dapat dipercaya, baik pemeriksaannya maupun agamanya
(i'tikad baiknya)

Ada persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah atau


Komite Syariah

2.8.3.2. Hibah

Merupakan pendapatan yang diterima dari masyarakat atau


badan lain tanpa adanya kewajiban bagi RSI SULTAN AGUNG untuk
menyerahkan barang/jasa. Hibah diklasifikasikan menjadi;

Hibah Terikat, adalah hibah yang peruntukannya ditentukan


oleh oleh pemberi hibah.

Hibah Tidak Terikat, adalah hibah yang peruntukannya tidak


ditentukan oleh pemberi hibah.

2.8.3.3. Pendapatan Usaha Lain

Merupakan pendapatan yang berasal dari hasil kerja sama dengan


pihak lain seperti sewa, jasa lembaga keuangan, dan lain-lain
pendapatan yang tidak berhubungan secara langsung dengan
tugas dan fungsi RSI SULTAN AGUNG.

Page 63
2.8.4. Pengakuan dan Pengukuran

Pada prinsipnya pendapatan diakui pada saat kemungkinan besar manfaat


ekonomi akan diterima san dapat diukur secara handal sebesar yang menjadi
hak unit.
Pendapatan operasional yang dilaksanakan sendiri diatur sebagai berikut :
2.8.4.1. Pendapatan Perawatan

Pendapatan Perawatan diperoleh dari sewa ruang perawatan dan


pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien yang menginap
yang diperhitungkan menurut jumlah hari rawat dan atau jenis
produk pelayanan asuhan keperawatan yang diakui pada saat
pasien pulang; tidak termasuk di dalamnya biaya dokter, obat serta
jasa penunjang medik lainnya. Pendapatan perawatan ini
selanjutnya diperinci sesuai dengan pengelompokan jenis penyakit
bagian yang ada pada tiap unit.
2.8.4.2. Pendapatan Pelayanan Medik

Pendapatan Pelayanan Medik diperoleh dari pendapatan poliklinik


atas jasa pelayanan pasien, diakui setelah pelayanan diberikan dan
tidak termasuk biaya jasa medik. Tindakan/obat/alat medik yang
digunakan oleh pasien poliklinik diakui sebagai pendapatan
poliklinik yang bersangkutan.
2.8.4.3. Pendapatan Penunjang Medik

Pendapatan Penunjang Medik diperoleh dari pasien rawat inap dan


rawat jalan, tidak termasuk biaya jasa medik. Pendapatan
penunjang medik diakui sebesar tarif tindakan, obat atau alat yang
digunakan oleh pasien

2.8.5. Penyajian dan pengungkapan

2.8.5.1. Pendapatan disajikan secara terpisah pada laporan keuangan, yaitu


pada Laporan Aset Bersih tidak Terikat untuk setiap jenis
pendapatan atau sesuai dengan pengelompokannya.

2.8.5.2. Rincian jenis pendapatan sesuai dengan kelompok pendapatan,


metode mestimasi pendapatan, serta pendapatan discount obat

Page 64
dan alat medis yang diperoleh di luar faktur diungkapkan pada
Catatan Atas Laporan Keuangan.

2.9. PEDOMAN BEBAN


2.9.1. Dasar Syariah

Tidak membelanjakan harta pada perkara-perkara yang terlarang [al-


Anfal|8:36].

Dibelanjakan secara bersahaja, tengah-tengah, dan tidak boros dalam


pengeluaran
o Al-A'râf|7:31
o Al-An'am | 6:141
o Al-Furqân |25:67

o Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah menegaskan


dalam sabdanya, yang artinya: "Makanlah, bersedekahlah, dan
pakailah dalam keadaan tanpa menghamburkan uang dan
kesombongan".

2.9.2. Pengertian

Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode


akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva, atau
terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan aset neto yang
tidak menyangkut kepada penanaman aktiva bersih.

Berdasarkan manfaatnya, pengorbanan yang terjadi pada suatu periode


dapat diklasifikasikan sebagai revenue expenditure atau capital
expenditure.

Revenue Expenditure merupakan pengorbanan yang memberikan


manfaat dalam menghasilkan pendapatan untuk periode berjalan.

Capital Expenditure merupakan pengorbanan yang akan memberikan


manfaat dalam menghasilkan pendapatan untuk beberapa periode.

Beban operasional adalah beban yang terjadi dalam rangka


penyelenggaraan jasa kegiatan unit operasional dan penunjang lainnya.

Page 65
Beban pemeliharaan adalah beban yang yang terjadi dalam rangka
pengoperasian dan pemeliharaan aktiva tidak lancar yang memiliki atau
digunakan oleh unit operasional.
Beban Penyusutan, Amortisasi dan Penyisihan :

Beban Penyusutan adalah beban usaha yang terjadi dari alokasi harga
perolehan aktiva tidak lancar selama masa manfaat ekonomis.

Beban amortisasi adalah beban usaha yang terjadi dari alokasi harga
perolehan aktiva tidak berwujud dan beban yang ditangguhkan
selama manfaat ekonomisnya.

Baban Penyisihan adalah beban usaha yang timbul karena penurunan


manfaat nilai ekonomi persediaan atau kemungkinan tidak tertagih
piutang.

Beban pemasaran adalah beban usaha yang terjadi dalam rangka


memasarkan jasa unit operasional.

Beban umum dan administrasi adalan beban usaha yang terjadi karena
kegiatan yang bersifat umum dan manajerial dan tidak dapat diidentifikasi
sebagai beban pemeliharaan, beban pemasaran atau beban penyusutan,
amortisasi dan penyisihan.

Pengelompokan beban di RSI SULTAN AGUNG sebagaimana tercantum dalam


lembar lampiran
2.9.4. Pengakuan dan Pengukuran

Beban diakui pada saat terjadinya pengeluaran kas atau sebesar harga
perolehan barang dan atau jasa.
Beban Penyusutan, Amortisasi dan Penyisihan penghapusan diakui secara

periodic sebesar alokasi harga perolehan atau penurunan nilai manfaat


ekonomis atau kemungkinantidak tertagihnya piutang pada periode
berjalan.

Beban yang memberikan manfaat dalam menghasilkan pendapatan untuk


beberapa periode dan memenuhi syarat kapitalisasi, harus
dikapitalisasikan. Kapitalisasi dilakukan dengan cara menambahkan

Page 66
jumlah beban ke dalam harga perolehan aktiva dan diikuti dengan
penyesuaian beban penyusutan sesuai dengan umur ekonomisnya.
Syarat kapitalisasi beban adalah sebagai berikut :

Syarat kualitatif yaitu beban tidak bersifat rutin :


Memberikan manfaat lebih dari satu
tahun Menambah kapitalisasi pelayanan.

Syarat kuantitatif yaitu tingkat besaran pengeluaran sesuai dengan


batasan materialisasi yang ditetapkan

Kapitalisasi beban dilakukan apabila memenuhi syarat kualitatif dan


kuantitatif.

2.9.6. Penyajian dan Pengungkapan

Beban disajikan dalam laporan Aset Bersih tidak Terikat atau Nilai Tambah
sesuai dengan pengelompokannya.

Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan


meliputi :
Metode pengkuan beban
Pedoman kapitalisasi beban

2.10. PEDOMAN NILAI TAMBAH

Dengan prinsip dan tujuan bisnis yang telah ditetapkan dalam kaidah muamalah,
nilai tambah dalam Islam tidak hanya berpatokan pada bagaimana memaksimalkan
nilai kuantitas nilai tambah tersebut, akan tetapi juga menyelaraskannya dengan nilai
kualitas yang diharapkan secara fitrah kemanusiaan dan Islam. Nilai tambah yang
merupakan hasil dari proses bisnis atau transaksi jual beli harus dinilai bukan hanya
sekedar kuantitasnya tetapi juga dari kualitasnya. Teori ini dapat diterima dalam
konsep fiqh muamalah yang memiliki kaidah baku dan bersifat fleksibel. Baku dalam
artian bersifat dogmatis (mengandung perintah dan larangan), fleksibel dalam artian
sesuatu dapat dilaksanakan selama tidak ada bukti larangan dari Alquran maupun
sunnah. Artinya, segala bentuk ajaran ilmu ekonomi yang sudah ada bukan berarti
tidak sesuai dengan Islam, dan sebaliknya, bukan pula berarti semuanya telah sesuai
dengan ketentuan Islam.

Page 67
Demikian pula halnya dengan permasalahan keuntungan yang dihasilkan dalam
sebuah transaksi muamalah yang dalam entitas nirlaba disebut kenaikan aset bersih
tidak terikat atau Nilai Tambah. Aset bersih tidak terikat atau Nilai Tambah yang
menjadi tujuan utama muamalah tidak hanya memiliki terminologi ekonomi sebagai
selisih antara penjualan secara total dengan total biaya yang dikeluarkannya, akan
tetapi lebih komprehensif dari itu, Aset Bersih tidak Terikat atau Nilai Tambah dapat
berarti hasil dari bersabar, mensucikan diri, beriman, berdakwah, ber-ittiba’,
berinfaq, dan merupakan hidayah dari Allah. Hal ini berdasar pada firman Allah
dalam Al- Qur’an :

QS al Lail: 5-7; “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan
bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka
Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”.

QS Ays Syams: 9; “sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa


itu”
QS Ali Imran: 200; “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan

kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan


negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”.
QS Al Baqarah : 5; “Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan
mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”.

QS Al A’raf: 157 ; “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi
yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di
sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma´ruf dan melarang
mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka
segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan
membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya
(Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung”.

Semua itu terakumulasikan dalam jannah dan kebahagian kekal di akhirat. Inilah
makna muamalah serta manfaat yang menjadi orientasi dasar konsep Nilai Tambah
dalam ekonomi Islam. Sehingga dengan demikian diharapkan, transaksi yang
dilakukan di RSI Sultan Agung selama periode tertentu, tidak hanya menghasilkan
manfaat Nilai Tambah secara ekonomi duniawi, tetapi juga manfaat (beruntung)
secara ukhrawiyah.

Page 68
2.10.1. Dasar Syariah

Tidak Merugikan Orang Lain dalam hal tidak mengurangi takaran dan
timbangan (QS. Huud : 84)
Takaran dicukupkan menurut ukuran yang normal ( QS. Huud : 85)

Mengambil keuntungan setelah takaran dan timbangan dicukupkan dan


digenapkan (QS. Huud : 86)

Kelayakan dalam Penetapan Kenaikan aktiva bersih tidak terikat; Ali bin
Thalib r. a. berkata, “ Wahai para saudagar ! Ambillah ( laba) yang pantas
maka kamu akan selamat ( berhasil) dan jangan kamu menolak laba yang
kecil karena itu akan menghalangi kamu dari mendapatkan ( laba) yang
banyak .”

Laba adalah hidāyah dari Allah, yang semua akan bermuara dalam jannah
dan kebahagian kekal di akhirat.
o QS. al Laīl: 5-7
o QS. asy Syams: 9
o QS. ali Imrān: 200
o QS. al Baqarah : 5
o QS. al ‘Arāf: 157

2.10.2. Pengertian
Nilai Tambah adalah :

Laporan atau ikhtisar yang menyajikan pendapatan dan beban entitas


akuntansi dalam periode tertentu.

Selisih pendapatan atas beban yang dikeluarkan dalam proses


menghasilkan pendapatan disebut surplus atau kenaikan aktiva bersih
tidak terikat. Selisih beban atas pendapatan disebut minus atau
penurunan aktiva bersih tidak terikat.
Kenaikan aktiva bersih tidak terikat bersih adalah kenaikan aktiva bersih
tidak terikat setelah dikurangi pajak.
2.10.3. Pengelompokan
Nilai Tambah tahun lalu
Nilai Tambah tahun berjalan

Page 69
2.10.4. Pengakuan dan Pengukuran

Nilai Tambah diakui dalam satu periode tertentu secara akumulasi setelah
dilakukan perbandingan antara pendapatan selama periode tertentu
dengan aktiva yang dikonsumsikan dalam bentuk beban untuk
menghasilkan pendapatan guna menentukan surplus atau kenaikan aktiva
bersih tidak terikat dan minus atau penurunan aktiva bersih tidak terikat.

Nilai Tambah periode tahun lalu diakui setelah dilakukan pemeriksaan


oleh akuntan public atas laporan keuangan.

2.10.5. Penyajian dan Pengungkapan


Nilai Tambah disajikan sesuai dengan pengelompokannya

Nilai Tambah tahun lalu yang sudah diaudit, disajikan pada laporan
perubahan aktiva bersih unit untuk menambah aktiva bersih ataupun
mengurangi aktiva bersih.

2.11. PEDOMAN TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING

Menurut prinsip muamalah syari’ah, jual beli mata uang yang disetarakan dengan
emas (dinar) dan perak (dirham) haruslah dilakukan dengan tunai/kontan (naqdan)
agar terhindar dari transaksi ribawi (riba fadhl), sebagaimana dijelaskan hadits
mengenai jual beli enam macam barang yang dikategorikan berpotensi ribawi.

Mengacu pada hal tersebut, maka manajemen RSI Sultan Agung menetapkan
Pedoman transaksi dalam mata uang asing, yang dalam hal ini hanya berlaku untuk
hubungan muamalah dengan pihak lain yang menjual produknya kepada RSI Sultan
Agung dengan mengenakan kurs mata uang asing.

2.11.1. Dasar Syariah

“Emas hendaklah dibayar dengan emas, perak dengan perak, bur dengan
bur, sya’ir dengan sya’ir (jenis gandum), kurma dengan kurma, dan garam
dengan garam, dalam hal sejenis dan sama haruslah secara kontan (yadan
biyadin/naqdan). Maka apabila berbeda jenisnya, juallah sekehendak
kalian dengan syarat secara kontan.” (HR. Muslim).

Page 70
“janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama-sama
bilangannya dan janganlah kamu lebihkan sebagian atas sebagian lainnya,
janganlah kamu menjual uang kertas dengan uang kertas kecuali sama-
sama bilangannya dan janganlah kamu lebihkan sebagian dengan
sebagian lainnya dan janganlah kamu menjual barang yang tidak ada di

tempat dengan yang sudah ada ditempat.”(HR Bukhari dan Muslim dari
Abi Said)

Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) NO: 28/DSN-MUI/III/2002 tentang


Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf)

2.11.2. Pengertian
Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang rupiah.

Transaksi dalam mata uang asing adalah transaksi yang membutuhkan


penyelesaian dalam satuan mata uang asing.

2.11.3. Jenis Transaksi


Jenis transaksi dalam mata uang asing antara lain :
Mambeli atau menjual barang atau jasa
Meminjam (hutang) atau meminjamkan (piutang) dana.

Menjasi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam mata uang asing yang
belum terlaksana.

Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi


kewajiban

Pertukaran dua mata uang asing melalui pembelian tunai dengan


penjualan kembali secara berjangka atau sebaliknya.
Transaksi hedging

2.11.4. Pengakuan dan Pengukuran

A. Pengakuan awal terhadap transaksi dalam mata uang asing dicatat


dengan menggunakan kurs spot (spot rate), yaitu kurs pada saat
terjadinya transaksi. Transaksi perolehan dicatat dengan menggunakan
kurs jual dan transaksi pelepasan dengan menggunakan kurs beli.

Page 71
B. Untuk keparluan perhitungan kewajiban perpajakan yang berkaitan
dengan transaksi mata uang asing, digunakan kurs yang ditetapkan
pemerintah dalam bidang perpajakan.

Selisih kurs yang timbul dalam transaksi mata uang asing diakui sebagai
kenaikan aktiva bersih tidak terikat atau penurunan aktiva bersih tidak
terikat periode berjalan.

Selisih kurs dapat diperlakukan sebagai penambah nilai aktiva jika


memenuhi persyaratan kumulatif sebagai berikut:
Terjadi devaluasi ato depresiasi yang luar biasa

Tidak tersedia fasilitas hedging kewajiban dalam mata uang asing yang
timbul dari perolehan aktiva tersebut.

Nilai tercatat aktiva setelah penyesuaian tidak melebihi jumlah


terendah antara biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah yang
dapat diperoleh kembali (amount recoverable) dari penjualan atau
penggunaan aktiva tersebut.

Selisih kurs tunai (spot rate) dan kurs masa depan (forward rate) yang
terjadi dalam transaksi valuta berjangka diakui sebagai diskonto atau
premi pada saat terjadi transaksi sebesar selisih antara kurs saat transaksi
dengan kurs yang ditetapkan untuk masa depan.

2.11.5. Penyajian dan Pengungkapan


Penyajian

Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disajikan
dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal Laporan
Posisi Keuangan yaitu kurs beli untuk pos aktiva dan kurs jual untuk
pos kewajiban. Selisih kurs yang terjadi diakui sebagai kenaikan aktiva
bersih tidak terikat atau penurunan aktiva bersih tidak terikat periode
berjalan.

Pos non moneter disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan dengan


menggunakan kurs tanggal transaksi.

Diskonto atau premi yang terjadi karena transaksi valuta berjangka


silakukan amortisasi.

Page 72
Pengungkapan

Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan


meliputi :

Jumlah beda kurs yang diperhitungkan dalam kenaikan aktiva bersih


tidak terikat netto atau kerugian untuk periode tersebut.

Beda kurs neto yang diklasifikasikan dalam kelompok aset neto


sebagai suatu unsur terpisah, dan rekonsiliasi beda kurs tersebut pada
awal dan akhir periode.

Jumlah beda kurs yang timbul selama periode, yang termasuk dalam
nilai tercatat suatu aktiva sesuai dengan perlakuan alternatif yang
diijinkan.

Pemilihan alternatif pembebanan beda kurs terhadap nilai tercatat


aktiva karena devaluasi.
Pedoman manajemen resiko mata uang asing.

2.12. PEDOMAN KONTINJENSI DAN PERISTIWA SETELAH TANGGAL LAPORAN POSISI


KEUANGAN
2.12.1. Dasar Syariah
Bersabar dan bersiap siaga (merencanakan)
Surah Ali ‘Imran : 200
Surah Al An’aam ayat 131
2.12.2. Pengertian

Kontinjensi adalah kemungkinan akan terjadinya suatu peristiwa di masa


yang akan datang yang dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian
bagi unit.

Peristiwa setelah tanggal Laporan Posisi Keuangan dimaksudkan sebagai


peristiwa yang terjadi antara tanggal Laporan Posisi Keuangan dan tanggal
penerbitan laporan keuangan yang menimbulkan keuntungan atau
kerugian bagi unit.

Peristiwa setelah tanggal Laporan Posisi Keuangan dapat dibedakan


dalam 2 (dua) tipe :

Page 73
Peristiwa yang memberikan bukti lanjutan dari kondisi yang telah ada
pada tanggal Laporan Posisi Keuangan.

Peristiwa yang merupakan kondisi yang terjadi setelah tanggal


Laporan Posisi Keuangan.

2.12.3. Pengakuan dan Pengukuran

Kontinjensi yang kemungkinan besar akan mengakibatkan kerugian bagi


unit, diakui pada saat penyusunan laporan keuangan tahunan sebesar
kerugian yang diestimasikan berdasar informasi yang tersedia.

Kerugian kontinjensi yang diestimasi harus memperhitungkan


kemungkinan adanya tuntutan balik yang dapat menguntungkan unit.

Kenaikan aktiva bersih tidak terikat kontinjensi yang kemungkinan besar


terjadi tidak diakui sebagai bagian dari kenaikan aktiva bersih tidak terikat
tetapi hanya dilakukan pengungkapan dalam catatan atas laporan
keuangan.

Penyesuaian (adjustment) terhadap aktiva dan kewajiban dilakukan


apabila diperoleh bukti lanjutan dari kondisi yang telah ada pada tanggal
Laporan Posisi Keuangan.

2.12.4. Penyajian dan Pengungkapan

Kontinjensi disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan sebagai bagian dari


kewajiban lainnya.

Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan,


meliputi :

Jenis kontinjensi, faktor yang mempengaruhi ketidakpastiannya, dan


estimasi dampak keuangannya.

Jenis peristiwa yang menunjukkan kondisi yang terjadi setelah tanggal


Laporan Posisi Keuangan dan estimasi dampak keuangannya.

2.13. PEDOMAN TRANSAKSI LUAR BIASA


2.13.1. Dasar Syariah
1. Bersabar dan bersiap siaga (merencanakan)

Page 74
Surah Ali ‘Imran : 200
Surah Al An’aam ayat 131
sabar dan ikhlas,
An Nisa ayat 19
Bersyukur
Q.S. Ibrahim ayat 7
2.13.2. Pengertian

Transaksi luar biasa adalah transaksi yang kejadiannya tidak dapat diduga
sebelumnya dan tidak terjadi secara berulang, dan bukan merupakan
kegiatan normal unit yang menyebabkan keuntungan atau kerugian.
2.13.3. Pengakuan dan Pengukuran

Keuntungan luar biasa diakui pada saat diterimanya informasi mengenai


kepastian keuntungan luar biasa sebesar jumlah keuntungan yang
diperoleh.

Kerugian luar biasa diakui pada saat diperolehnya informasi mengenai


kepastian kerugian luar biasa sebesar jumlah kerugian yang terjadi.
Apabila jumlah kerugian tidak dapat diketahui secara pasti, maka
ditentukan dengan taksiran.
2.13.4. Penyajian dan Pengungkapan

Keuntungan dan kerugian luar biasa disajikan dalam laporan Aset Bersih
tidak Terikat secara terpisah setelah penyajian pendapatan dan beban
usaha atau non usaha.

Keuntungan dan kerugian luar biasa harus diungkapkan dalam catatan


atas laporan keuangan baik mengenai jumlah maupun jenis transaksinya.

2.14. PEDOMAN ZAKAT

Dalam Pedoman ini hanya diatur mengenai kewajiban zakat bagi lembaga,
sedangkan Pedoman zakat pribadi masing-masing karyawan diatur oleh bidang lain
yang relevan.
2.14.1. Dasar Syariah
Q.S. Al-Baqarah ayat 267 : “Wahai orang-orang yang beriman, infaqkanlah
(zakatkanlah) sebagian dari hasil usaha-usahamu yang baik-baik”.

Page 75
Dalam hadist nabi yang diriwayatkan Samra (Qardhawi, 1999); ”Rasulullah
memerintahakan kami agar mengeluarkan zakat dari segala yang kita
peruntukkan untuk diperjualbelikan”

2.14.2. Pengertian
Menurut Undang-undang RI nomor 38 tahun 1999, Zakat adalah harta yang wajib
disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai
dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Dalam
undang-undang yang sama, pada pasal 2 ditegaskan bahwa; Setiap warga negara
Indonesia yang beragama Islam dan mampu atau badan yang dimiliki oleh orang
muslim berkewajiban menunaikan zakat. Sedangkan pada Bab IV, pasal 11 dijelaskan
bahwa pajak terdiri atas (1) Zakat Fitrah, dan (2) Zakat Mal. Zakat Fitrah menjadi
kewajiban bagi setiap orang Islam, sedangkan Zakat Mal dibebankan untuk jenis
harta di bawah ini, yang telah mencapai nishab, kadar dan waktu yang telah
ditetapkan oleh agama, antara lain;
emas, perak dan uang;
perdagangan dan perusahaan;
Hasil pertanian, perkebunan dan perikanan;
Hasil pertambangan;
Hasil peternakan;
Hasil pendapatan dan jasa;
Tikaz

Yang dimaksud dengan nishab adalah jumlah minimal harta kekayaan yang wajib
dikeluarkan zakatnya. Sedangkan kadar zakat adalah besarnya perhitungan atau
presentase zakat yang harus dikeluarkan. Waktu zakat dapat terdiri atas haul atau
masa pemilikan harta kekayaan selama dua belas bulan Qomariah, tahun Qomariah,
panen atau pada saat menemukan tikaz.

Para ulama menganalogikan zakat perusahaan kepada zakat perdagangan, karena


dipandang dari aspek legal dan ekonomi, kegiatan sebuah perusahaan intinya adalah
kegiatan trading atau perdagangan.

Page 76
Berbicara tentang zakat perusahaan, maka hal yang menjadi titik perhatian dari
seluruh akun perusahaan adalah akun aktiva-kewajiban, yang dalam hal ini
terepresentasi dalam neraca untuk menjelaskan hak-hak si pemilik perusahaan dan
hak-hak orang lain, nisab zakat, dan juga untuk dijadikan patokan dalam
pengambilan keputusan-keputusan.

Zakat Mal

Menurut bahasa, kata “mâl” berarti kecenderungan, atau segala sesuatu yang
diinginkan sekali oleh manusia untuk dimiliki dan disimpannya. Sedangkan menurut
syarat, mâl adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki atau dikuasai dan dapat
digunakan (dimanfaatkan) sebagaimana lazimnya. Dengan demikian, sesuatu dapat
disebut mâl apabila memenuhi dua syarat berikut: a. Dapat dimiliki, disimpan,
dihimpun, dikuasai.
b. Dapat diambil manfaatnya sebagaimana lazimnya.

Contohnya: rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dan lain
sebagainya. Sedangkan sesuatu yang tidak dapat dimiliki tetapi manfaatnya dapat
diambil, seperti udara dan sinar matahari tidaklah disebut mâl.

Syarat Harta yang Wajib Dizakati


Kepemilikan sempurna

Harta yang dimiliki secara sempurna, maksudnya pemilik harta tersebut


memungkinkan untuk mempergunakan dan mengambil manfaatnya secara utuh.
Sehingga, harta tersebut berada di bawah kontrol dan kekuasaannya. Harta yang
didapatkan melalui proses kepemilikan yang dibenarkan oleh syarat, seperti hasil
usaha perdagangan yang baik dan halal, harta warisan, pemberian negara atau
orang lain wajib dikeluarkan zakatnya apabila sudah memenuhi syarat-
syaratnya. Sedangkan harta yang diperoleh dengan cara yang haram, seperti
hasil merampok, mencuri, dan korupsi tidaklah wajib dikeluarkan zakatnya,
bahkan harta tersebut harus dikembalikan kepada pemiliknya yang sah atau ahli
warisnya.
Berkembang (produktif atau berpotensi produktif)

Yang dimaksud harta yang berkembang di sini adalah harta tersebut dapat
bertambah atau berkembang bila dijadikan modal usaha atau mempunyai
potensi untuk berkembang, misalnya hasil pertanian, perdagangan, ternak,

Page 77
emas, perak, dan uang. Pengertian berkembang menurut istilah yang lebih
familiar adalah sifat harta tersebut dapat memberikan keuntungan atau
pendapatan lain.
Mencapai nisab

Yang dimaksud dengan nisab adalah syarat jumlah minimum harta yang dapat
dikategorikan sebagai harta wajib zakat.
Melebihi kebutuhan pokok

Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan untuk kelestarian


hidup. Artinya, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi, yang
bersangkutan tidak dapat hidup dengan baik (layak), seperti belanja sehari-hari,
pakaian, rumah, perabot rumah tangga, kesehatan, pendidikan, dan
transportasi. Singkatnya, kebutuhan pokok adalah segala sesuatu yang termasuk
kebutuhan primer atau kebutuhan hidup minimum (KHM). Pengertian tersebut
bersandar pada pendapat Imam Hanafi.

Prinsip Penghitungan

Zakat hanya dibebankan kepada orang muslim dan tidak dibebankan kepada
non muslim

Zakat perusahaan pada dasarnya menzakati harta orang-orang yang menamkan


modal diperusahaan serta keuntungannya.

Adapun cara menghitung zakat perusahaan yang bergerak di bidang :


perdagangan, keuangan, investasi dan jasa (menurut sebagian ulama) : (seluruh
uang perusahaan yang ada, baik uang cash maupun di bank + nilai barang yang
diperjual belikan ) x 2,5 persen = nilai zakat yang harus dikeluarkan.

Penghitungan zakat perusahaan boleh dilakukan saat tutup buku atau genap
satu tahun. Dengan demikian, penghitungan zakat perusahaan tidak
berdasarkan pada fluktuasi keuangan yang berlangsung perbulan atau perhari.
Penghitungan di lakukan pertahun.

Hutang bisa menjadi pengurang bila: nilai hutang itu melebihi nilai aset tidak
bergerak perusahaan.
Cara menghitung hutang perusahaan dan pengaruhnya terhadap zakat: langkah

pertama: semua aset tidak bergerak dikonfersi ke rupiah. Langkah kedua:


membandingkan antara beban hutang yang harus dibayar dan nilai aset
perusahaan yang berupa harta tidak terkena zakat. Apabila hasilnya ternyata

Page 78
nilai aset itu lebih besar dari beban hutang maka hutang tidak menjadi
pengurang zakat. Namun bila nilai hutang lebih besar maka selisihnya (selisih
antara nilai aset tidak terkena zakat dan nilai beban hutang) itu yang menjadi
pengurang. Kesimpulannya : tidak semua hutang menjadi pengurang.
Nilai zakat perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan dan keuangan : 2,5
persen. Sedangkan nishabnya adalah: 85 gram emas.

2.14.3. Pengakuan dan Pengukuran


Dasar penghitungan Zakat Institusi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung adalah
sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Yayasan Badan Wakaf Sultan
Agung.

Selama ketentuan dari Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung belum ada, maka RSI
Sultan Agung menerapkan perhitungan sebagai berikut ;

Z tahunan = SHU tahunan x 2,5%

Z bulanan = ¹/12 x SHU bulanan x 2,5% Z = nilai zakat yang harus dikeluarkan
SHU = Aset Bersih tidak Terikat

Zakat diakui pada saat terjadinya pengeluaran kas atau sebesar hasil
perhitungan yang telah ditetapkan.

Zakat Mal akan dihitung dan dibayarkan setiap bulan dan akan dilakukan
penghitungan ulang pada setiap tutup buku akhir tahun.

Apabila terdapat selisih kurang bayar, maka menjadi kewajiban bagi RSI Sultan
Agung untuk segera membayarkannya. Akan tetapi jika ada kelebihan
pembayaran maka selisih akan dianggap sebagai infak.

2.14.4. Penyajian dan Pengungkapan

Zakat disajikan dalam laporan Aset Bersih tidak Terikat sesuai dengan
pengelompokannya.

Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan


meliputi :
Metode pengakuan zakat

Pedoman pengakuan infak atas kelebihan pembayaran zakat selama satu


tahun

Page 79
2.15. PEDOMAN PERPAJAKAN

Pajak (tax, dhara`ib) dalam istilah umum (Barat) : “Pajak adalah harta yang diwajibkan
penguasa atas rakyat untuk melayani rakyat dan mengatur berbagai urusan rakyat.”
(Thalaal al-Hijazi, Adh-Dhara`ib fil Islam)

“Pajak adalah harta yang diwajibkan Allah atas kaum muslimin untuk membiayai
hajat dan kepentingan yang diwajibkan atas mereka dalam kondisi tiadanya dana
dalam Baitul Mal (Kas Negara).” (Abdul Qadim Zallum, Al-Amwal fi Daulah Al-
Khilafah, hal. 135). Berikut di bawah ini adalah kewajiban pajak yang harus
ditunaikan oleh manajemen RSI Sultan Agung.
2.15.1. Dasar Syariah

Pemberian harta yang dicintai kepada kerabat, anak-anak yatim, orang


miskin, musafir, orang yang meminta-minta dan memerdekakan hamba
sahaya, dengan (b) Iman kepada Allah, hari kemudian, malaikat, kitab-
kitab, nabi-nabi, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan menepati
janji, dan lain-lainnya. (QS: Al-Baqarah ayat 177)
Jihad dengan harta
QS : At Taubah ayat 41
QS : Al Hujuraat ayat 51
QS : Ash Shaff ayat 11

2.15.2. Pajak Penghasilan (PPh) Badan

PPh Badan adalah pajak yang dikenakan terhadap setiap tambahan


kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh unit, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dipakai untuk
konsumsi atau menambah kekayaan unit.

Pada prinsipnya penghitungan hutang PPh Badan didasarkan pada


penghitungan hasil usaha unit sesuai dengan ketentuan perpajakan.

Untuk keperluan penghitungan beban penyusunan dan amortisasi dalam


rangka menghitung hutang PPh Badan, sesuai dengan peraturan
perpajakan yang berlaku, aktiva digolongkan menurut umur ekonomisnya
sebagai berikut :
a. Golongan I adalah aktiva yang mempunyai umur ekonomis 4 tahun

Page 80
Golongan II adalah aktiva yang mempunyai umur ekonomis 8 tahun
Golongan III adalah aktiva yang mempunyai umur ekonomis 16 tahun

Golongan Bangunan adalah aktiva yang mempunyau umur ekonomis


20 tahun

Penghitungan PPh Badan dalam laporan Aset Bersih tidak Terikat


berdasarka kenaikan aktiva bersih tidak terikat akuntansi.

Selisih antara jumlah PPh Badan menurut kenaikan aktiva bersih tidak
terikat akuntansi dengan hutang PPh Badan menurut fiscal yang
disebabkan oleh perbedaan waktu (timing defferences), dicatat dengan
metode pajak yang ditangguhkan (differed taxes method) dan
diperlakukan sebagai PPh badan yang ditangguhkan (differed Income
taxes).

Bagian PPh Badan yang dipungut oleh pihak lain (PPh pasal 22, 23, dan 24)
dan yang disetor sendiri secara bulanan (PPh pasal 25), diakui pada saat
dipungut atau disetor, dan diperlakukan sebagai pajak dibayar di muka.

Bagian PPh Badan yang belum disetor disajikan dalam kelompok


kewajiban pajak.

Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan


meliputi :
Rincian PPh Badan yang ditangguhkan (deferred income taxes)

Rekonsiliasi taksiran PPh Badan dan PPh Badan actual (hutang PPh
Badan)

2.15.3. Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 ; Karyawan

PPh pasal 21 karyawan adalah pajak yang dikenakan terhadap setiap


penambahan kemampuan ekonomis (yang menjadi obyek Pph) yang
diperoleh wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan eajib pajak yang
bersangkutan.

Page 81
Pungutan PPh atas penghasilan karyawan atau pihak lain oleh perusahaan
diakui pada saat dan sebesar kas yang diterima dan diperlakukan sebagai
bagian dari kewajiban pajak.

PPh yang dipungut dari keryawan atau pihak lain disajikan dalam
kelompok kewajiban pajak.

2.15.4. Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Bumi dan bangunan (PBB) adalah pajak yang dikenakan terhadap
tanah dan bangunan.

PBB diperlakukan sebagai beban pajak pada saat periode berjalan sebesar
jumlah yang ditetapkan oleh fiskus pada saat diterima surat
pemberitahuan pajak terutang.

Pajak Bumi dan Bangunan menjadi wilayah tanggung jawab Yayasan


Badan Wakaf Sultan Agung.

2.15.5. Bea Materai

Bea materai adalah pajak tidak langsung yang dipungut dengan


menggunakan meterai tempel, kertas bermaterai yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia.

Bea Meterai yang disetor untuk keperluan operasi unit diakui sebagai
beban bea meterai pada saat dilakukan pembelian.

2.15.6. Retribusi

Retribusi adalah jenis pungutan yang dikenakan oleh pemerintah


terhadap suatu obyek yang dapat ditunjuk langsung kontra prestasinya.

Retribusi diakui pada saat dilakukan pembayaran dan diperlakukan


sebagai beban periode berjalan.

2.16. PEDOMAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN

Prinsip pertanggungjawaban merupakan konsep yang tidak asing lagi di kalangan


masyarakat muslim. Pertanggungjawaban berkaitan langsung dengan konsep
amanah. Implikasi dari surat Al Mudatstsir ayat 38 tersebut adalah bahwa individu

Page 82
yang terlibat dalam kegiatan apapun termasuk praktik bisnis harus selalu melakukan
pertanggungjawaban apa yang telah diamanatkan dan diperbuat kepada pihak-pihak
yang terkait. Pertanggungjawabannya diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan.
2.16.1. Dasar Syariah
Prinsip pertangungjawaban
QS : Al Mudatstsir ayat 38
2.16.2. Tujuan Akuntansi Pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban diperlukan untuk meletakkan dasar-dasar


pembentukan system yang dapat menghasilkan informasi bagi manajemen,
yang diperlukan untuk berbagai tujuan antara lain :

Mengoptimalkan aspek perencanaan, dalam kaitan dengan penentuan


harga pokok produk per jenis jasa dan pengendalian biaya
Menilai kinerja unit-unit operasional RSI SULTAN AGUNG

Menghasilkan informasi dalam berbagai alternatif untuk pengambilan


keputusan.

2.16.3. Identifikasi dan Penempatan

Untuk tujuan dimaksud diperlukan pengidentifikasian dan penempatan unit


operasional sebagai suatu pusat pertanggungjawaban tertentu sesuai dengan
sifat dan sasaran kegiatan yang dilakukannya, yaitu sebagai pusat beban
(expence atau cost center), pusat pendapatan (revenue center), pusat laba
(profit center) atau pusat investasi (investment center)..

a. Pusat beban, yaitu yang bertanggung jawab terhadap efisiensi dan


efektifitas beban yang dikeluarkan dalam pelaksanaan kegiatan atau
fungsinya.

b. Pusat pendapatan, yaitu unit operasional yang bertanggungjawab


terhadap pencapaian pendapatan yang dihasilkan dari pelaksanaan
kegiatan atau fungsinya.

Pusat laba, yaitu unit operasional yang bertanggungjawab terhadap


efisiensi dan efektifitas beban yang dikeluarkan, dan tingkat pencapaian
pendapatan yang dihasilkan dari pelaksanaan kegiatannya.

Page 83
d. Pusat investasi, adalah unit operasional yang bertanggung jawab
terhadap kenaikan aktiva bersih tidak terikat yang dihasilkan dan
dihubungkan dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan
kenaikan aktiva bersih tidak terikat dimaksud.

2.16.4. Pusat Pertanggungjawaban Unit

Pusat pertanggungjawaban dalam suatu unit ditetapkan mulai dari pimpinan


unit operasional sampai dengan dua level di bawahnya. Penetapan setiap
unit kerja ke dalam salah satu jenis pusat pertanggung jawaban ditetapkan
dengan keputusan direksi.

2.16.5. Pengukuran Kinerja

Kinerja suatu pusat pertanggungjawaban diukur secara kuantitatif


berdasarkan indikator yang sesuai dengan tanggungjawabnya yaitu :

Pusat beban, diukur dan dinilai berdasarkan efisiensi dan efektifitas


realisasi anggaran beban serta dengan membandingkan tingkat efisiensi
dan efektifitas antar periode dan antar unit untuk jenis kegiatan yang
sama.

Pusat pendapatan, diukur dan dinilai berdasarkan realisasi anggaran


pendapatan serta dengan membandingkan pendapatan serta dengan
membandingkan pendapatan antar periode dan antar unit

Pusat laba, diukur dan dinilai berdasarkan realisasi anggaran kenaikan


aktiva bersih tidak terikat dan dengan mengukur antara beban yang
dikeluarkan dengan pendapatan yang diperoleh (operating ratio).

Pusat investasi, diukur dan dinilai dari dari pencapaian tingkat kembalian
investasi (Return On Investment), yaitu perbandingan antara tingkat
kenaikan aktiva bersih tidak terikat yang dicapai dengan nilai investasi
yang ditanam.

2.16.6. Parameter Lain

Kinerja pusat pertanggungjawaban selain diukur dengan parameter


keuangan, juga diukur dari parameter non keuangan, antara lain dari sisi

Page 84
pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Masing-masing pusat pertanggungjawaban memiliki target atas program
kerja yang telah ditetapkan di masing-masing unit. Target inilah yang menjadi
tolok ukur dari penilaian kinerja mereka.

Page 85
BAB III – PENGORGANISASIAN (ORGANIZING)

Organizing secara istilah berarti “Pengelompokan dan pengaturan orang untuk dapat
digerakkan sebagai satu kesatuan sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan, menuju
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Bagian dari unsur organizing adalah “division of
work” pembagian tugas, tentu tugas ini disesuaikan dengan bidangnya pada masing-masing.
Al-Qur’an memberi petunjuk sebagaimana yang disebutkan dalam QS Al-Baqarah ayat 286
yang artinya; Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (Mereka berdoa): Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau
kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami;
ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap
kaum yang kafir"

Pengorganisasian atau organizing secara alamiah merupakan fase kedua (setelah planning)
dari setiap sistem organisasi besar atau sekecil apapun. Dikatakan secara alamiah sebab
fakta organizing tersebut secara logical ataupun factual berlaku di manapun dan kapanpun
meski dalam bentuk yang sederhana. Semua ini merupakan sistem penciptaan Allah Swt
yang bersifat intangible (ada fakta sekalipun tidak bisa diraba). Jika seandainya terdapat
organisasi yang tidak menjalankan fungsi organizing (sekalipun terdapat planning yang
komprehensif) maka tidak akan pernah berjalan atau berhasil secara optimal melainkan
hanya unsur kebetulan.

Bidang Keuangan dan Akuntansi di RSI Sultan Agung, membawahi 3 (tiga) bagian yang
masing-masing memiliki tugas dan fungsi yang berbeda dalam menjalankan perannya
sebagai bagian yang membantu manajemen untuk mengelola keuangan lembaga.
Pembagian tersebut meliputi;
Bagian Keuangan
Bagian Akuntansi
Bagian Mobilisasi Dana

Page 86
Dalam Bab ini akan diuraikan detai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing bagian
yang berasa di bawah Bidang Keuangan dan Akuntansi.

3.1. PENGORGANISASIAN UNIT KEUANGAN


3.1.1. Entitas Keuangan

a. Entitas Keuangan ditetapkan sebagai unit yang secara operasional


berfungsi mengelola dana Rumah Sakit Islam Sultan Agung baik
pendapatan maupun pengeluaran yang bersifat rutin maupun non rutin,
agar tercapai keadaan keuangan yang sehat dan aman.

Entitas keuangan yang ditunjuk oleh Rumah Sakit Islam Sultan Agung
adalah Bagian Keuangan.
3.1.2. Pengertian-pengertian

Pedoman adalah arah / tindakan yang diambil oleh manajemen untuk


mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Pedoman Penyelenggaraan Keuangan dimaksudkan sebagai acuan bagi


pengkajian bidang keuangan yang diterapkan dengan prinsip kehati-hatian
yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi karakteristik dan
kemampuan organisasi, yang dalam hal ini adalah Rumah Sakit Islam
Sultan Agung. Sebagaimana telah difirmankan oleh Allah SWT, dalam QS:
Al –Maidah – 49
“Dan hendaklah kamu
memutuskan perkara di
antara mereka menurut apa
yang diturunkan Allah, dan
janganlah kamu mengikuti

hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka
tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah),
maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan
mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan
sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik”. (QS: Al –
Maidah – 49)

Page 87
3.1.3. Pedoman Umum Keuangan

Pedoman umum Keuangan disusun untuk memberikan rambu atau batasan


kepada staf di bagian keuangan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya
dalam kerangka mencapai tujuan RSI Sultan Agung.

Dalam hal pendapatan, Bagian Keuangan RSI Sultan Agung bertindak


sebagai penerima dan pengelola.

Pendapatan yang dikelola oleh Bagian Keuangan RSI Sultan Agung adalah
sebagaimana tercantum pada Bab II sub bab 2.7. Pedoman ini.

Dalam hal pengelolaan pendapatan, imlak thd tarif dan pelayanan yg


diberikan dilakukan yang dibuktikan dengan menggunakan CHECK LIST
pemberian pelayanan yang ditandatangani petugas pelayanan dan pihak
pasien.

Dalam keadaan pasien tidak mampu secara fisik melakukan kegiatan


administrasi, maka Imlak kepada yang bersangkutan bisa diwakilkan
kepada keluarga pasien.

Dalam hal Beban, Bagian Keuangan RSI Sultan Agung bertindak sebagai
pembayar dan pengelola

Beban yang dikelola oleh Bagian Keuangan RSI Sultan Agung adalah
sebagaimana tercantum pada Bab II sub bab 2.7. Pedoman ini.

Dalam hal pengelolaan keuangan berlaku prinsip-prinsip sebagaimana


tercantum pada bagian Iftitah Pedoman ini

Lembaga Keuangan yang digunakan dalam kegiatan operasional


keuangan RSISA adalah Lembaga Keuangan Syariah yang telah disetujui
oleh YBWSA.

Lembaga Keuangan konvensional yang diperkenankan hanyalah Lembaga


Keuangan milik Pemerintah Indonesia dan atau swasta yang disetujui oleh
YBWSA yang sifatnya hanya menampung atau sebagai alat pembayaran,
yang daripadanya RSI Sultan Agung tidak mengambil manfaat bunga
untuk kepentingan operasional pelayanan.

Pada jumlah saldo tertentu, dana dari lembaga keuangan konvensional


akan dipindahkan ke rekening Lembaga Keuangan atas nama RSI Sultan
Agung atau YBWSA atas perintah Direktur.

Page 88
Besarnya dana yang ditarik adalah sebesar yang diperintahkan oleh
Direktur, diluar bunga yang diberikan oleh Lembaga Keuangan
Konvensional.

3.2. PENGORGANISASIAN UNIT AKUNTANSI


3.2.1. Entitas Akuntansi

Penetapan suatu unit organisasi sebagai entitas akuntansi dimaksudkan


agar terdapat ketegasan fungsi masing-masing unit di rumah sakit baik
dari segi penyelenggaraan penyusunan laporan keuangan sebagai alat
pertanggungjawaban maupun dalam hubungan dengan pencapaian
tujuan rumah sakit secara keseluruhan.

Entitas akuntansi yang ditetapkan oleh Rumah Sakit Islam Sultan Agung
adalah Bagian Akuntansi Rumah sakit Islam Sultan Agung.

Sejalan dengan prinsip sentralisasi pengelolaan yang ditetapkan oleh


Yayasan Badan wakaf Sultan Agung kepada rumah sakit, maka entitas
akuntansi menyelenggarakan kegiatan akuntansi yang lengkap sejak
penyelenggaraaan buku harian, buku besar, dan buku pembantu untuk
mencatat semua transaksi. Transaksi yang dimaksud adalah transaksi
menyebabkan perubahan pada ; aktiva, kewajiban, aktiva bersih (modal),
pendapatan, beban, perubahan lain dan sisa dana yang pengelolaannya
menjadi tanggung jawab Rumah Sakit Islam Sultan Agung atas
sepengetahuan atau ijin dari pihak YBWSA.

3.2.2. Pengertian-pengertian

Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian


mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas
pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya
keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah.

Akuntansi di RSI Sultan Agung mengelola informasi keuangan untuk


manajemen, Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung, serta pihak-pihak lain
yang membutuhkan

Page 89
3.2.3. Pedoman Umum Akuntansi

Periode Akuntansi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung dimulai setiap


tanggal 1 bulan 1 (satu Januari) dan berakhir pada setiap 31 bulan 12 (31
Desember).

Penyelenggaraan Laporan keuangan menjadi tugas tanggung jawab


bagian Akuntansi. Penyelenggaraan Laporan Keuangan secara khusus
dibahas pada bab lain pada buku ini.

Laporan Keuangan dibuat dengan dasar harga perolehan, dengan


menggunakan konsep akrual.

RSI Sultan Agung melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang


mempunyai hubungan istimewa sebagaimana didefinisikan dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 7 mengenai
Pengungkapan Pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa. Pihak-
pihak sebagaimana dimaksud di atas antara lain :
RSI Sultan Agung
Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA)
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)
Koperasi Karyawan RSI Sultan Agung “RISA”
Badan Usaha lain di bawah YBWSA

Untuk mendukung kegiatan usaha, YBWSA menjalin hubungan dengan


pihak ke tiga yaitu ( perbankan ) untuk memenuhi kebutuhan pendanaan
dan investasi. Bank-bank yang ditunjuk oleh YBWSA untuk melaksanakan
transaksi tersebut diutamakan Bank Syariah.

Dibentuk satu akun (chart of account) REKENING ANTAR KANTOR (RAK)


untuk menjembatani transaksi yang terjadi antara YBWSA dengan pihak
ke tiga melalui rekening bank RSI SULTAN AGUNG, atau transaksi lain oleh
YBWSA kepada pihak ke tiga yang bukan secara langsung berhubungan
dengan operasional rumah sakit.

Dalam penyelenggaraan catatan akuntansinya, RSI SULTAN AGUNG


menggunakan satuan mata uang RUPIAH. Penggunaan mata uang asing
dalam transaksi diatur dalam bab tersendiri di dalam buku ini.

Page 90
h. Piutang dalam laporan keuangan disajikan pada nilai estimasi
kolektibilitas saldo piutang setelah dikurangi dengan penyisihan untuk
saldo piutang tidak tertagih berdasarkan telaah dari manajemen terhadap
status masing-masing saldo piutang pada akhir tahun. Piutang dihapuskan
pada periode di mana piutang tersebut ditentukan tidak akan bisa ditagih.

Pengakuan persediaan meliputi obat, dan bahan serta alat habis pakai,
adalah sebesar harga perolehan yang ditentukan berdasat metode FIFO
(first in first out. Penyisihan terhadap barang persediaan yang usang dan
bergerak lambat ditentukan berdasarkan estimasi penggunaan atau
penjualan masing-masing jenis persediaan pada masa mendatang.

3.3. PENGORGANISASIAN UNIT MOBILISASI DANA

Berangkat dari pengertian Hutang adalah kewajiban manusia yang harus dibayarkan,
Allah SWT tidak akan mengampuni dosa seseorang yang masih punya tanggungan
utang atau hak adami. Bahkan, ruhnya masih tergantung antara langit ketika
meninggal dunia kalau utangnya belum dibayar atau belum diikhlaskan oleh yang
memberikan utang, sebagaimana sabda Rasulullah saw. Berangkat dari pengertian
Hutang adalah kewajiban manusia yang harus dibayarkan, Allah SWT tidak akan
mengampuni dosa seseorang yang masih punya tanggungan utang atau hak adami.
Bahkan, ruhnya masih tergantung antara langit ketika meninggal dunia kalau
utangnya belum dibayar atau belum diikhlaskan oleh yang memberikan utang,
sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Ruh seorang mukmin yang meninggal dunia
akan terus menggantung selama hutangnya belum dilunasi” (HR. Turmudzi).

Dalam bermuamalah, hutang piutang didasarkan pada itikad baik dari masing masing
pihak. Bagi pihak yang berhutang berkewajiban untuk membayar sejumlah uang
yang sebelumnya telah diakadkan sebagai tanggungan /hutang. Dan bagi pihak yang
member hutang, berhak untuk mengingatkan, menagih atas hutang tersebut, namun
harus sesuai dengan ajaran dan tuntunan Rasulullah.

“Jika yang punya hutang mempunyai iktikad baik, maka hendaknya menagih dengan
sikap yang lembut penuh maaf. Boleh menyuruh orang lain untuk menagih utang,

Page 91
tetapi terlebih dulu diberi nasihat agar bersikap baik, lembut dan penuh pemaaf
kepada orang yang akan ditagih” (HR. Bukhari, Muslim, Turmudzi, Hakim).

3.3.1. Entitas Mobilisasi Dana


a. Penetapan entitas Mobilisasi Dana dimaksudkan agar fungsi

pengelolaan aset yang masih berupa piutang dapat ditangani dengan


baik, sehingga stabilitas keuangan Rumah Sakit Islam Sultan Agung dapat
terjaga dengan baik dan aman.
Entitas Mobilisasi Dana yang ditetapkan oleh Rumah Sakit Islam Sultan
Agung adalah Bagian Mobilisasi Dana Rumah Sakit Islam Sultan Agung.
3.3.2. Pengertian-pengertian

Mobilisasi dana rumah sakit adalah usaha untuk menghimpun kembali dana
rumah sakit yang telah dikeluarkan sebelumnya guna membiayai pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada pasien melalui tanggungan pihak ketiga
(perusahaan, asuransi, dll) atau bukan melalui tanggungan (umum)
3.3.3. Pedoman Umum Mobilisasi Dana

Berkas penagihan berasal dari Rawat Jalan, Rawat Inap dan Penunjang
Medik yang berada dalam cakupan pelayanan Rumah Sakit Islam Sultan
Agung.

Berkas penagihan dari masing-masing unit sudah harus dilengkapi


dengan persyaratan klaim ketika masuk ke bagian Mobilisasi Dana.

Persyaratan yang dimaksud pada 4.2.b disesuaikan dengan ketentuan


persyaratan klaim masing-masing penanggung pembiayaan.

Penanggung pembiayaan pelayanan kesehatan sudah harus terdaftar


kerjasama dengan RSI Sultan Agung, yang ditunjukkan dengan Surat
Perjanjian Kerja Sama

Bagian Mobilisasi Dana mendapatkan informasi kerjasama dari Bagian


Pemasaran RSI Sultan Agung, baik untuk kerjasama baru, perpanjangan
kerjasama, maupun kerjasama yang berakhir / tidak diperpanjang.

Jangka waktu pengiriman dan berkas kelengkapan klaim sesuai dengan


akad / kesepakatan yang tertera dalam perjanjian kerjasama.

Page 92
Klaim yang ditolak relasi, akan dilakukan proses verifikasi ulang oleh
bagian mobilisasi dana

Apabila dari hasil verifikasi tersebut ditemukan kesalahan dari pihak


relasi, berkas akan dikirim ulang. Tetapi apabila ditemukan kesalahan
dari pihak rumah sakit, akan dilakukan mekanisme penanganan kerugian
sebagai berikut :
Petugas verifikasi melakukan analisis penyebab kesalahan.

Hasil Identifikasi penyebab kesalahan seperti pada 4.1.26. sub bab


Penanganan Kesalahan Billing, pada angka 1. Kesalahan yang bisa
terjadi.

Mekanisme penanganan kesalahan dari butir nomor 2 adalah


seperti pada sub bab 4.1.26, angka 3. Penanganan Kesalahan.

Page 93
BAB IV – PENYELENGGARAAN (ACTUATING)

Actuating adalah suatu fungsi pembimbing dan pemberian arahan pimpinan serta
penggerakan orang agar kelompok itu suka dan mau bekerja. Jadi yang terpenting adalah
adanya sebuah tindakan membimbing, mengarahkan, menggerakkan para karyawan agar
bekerja secara baik, tenang, dan tekun. Hal ini diterangkan QS Al-Kahfi ayat 2;
“sebagai bimbingan yang lurus, untuk
memperingatkan siksaan yang sangat pedih
dari sisi Allah dan memberi berita gembira

kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat
pembalasan yang baik”
Proses actuating adalah memberikan perintah, petunjuk, pedoman dan nasehat serta
keterampila dalam berkomunikasi. Actuating merupakan inti daripada management yaitu
menggerakkan untuk mencapai hasil, sedang inti dari actuating adalah leading, harus
menentukan prinsip-prinsip efesiensi, komunikasi yang baik dan prinsip menjawab
pertanyaan : Who (siapa), Why (mengapa), How (bagaimana), When (bilamana atau kapan),
Where (dimana).

4.1. PENYELENGGARAAN KEGIATAN BAGIAN KEUANGAN


4.1.1. Dasar Syariah
Azas – azas syari’ah yang digunakan dalam kegiatan pelayanan yang bersifat
informatif di Bagian Keuangan adalah :

Al-Hurriyah (Kebebasan) ; QS. Az- Zalzalah ayat 7-8 : “Barang siapa yang
mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat
(balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat
zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula”.
Al-Musawah (persamaan-kesetaraan) : QS. Al-Hujarat ayat 13: “Hai
manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seeorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang-orang yang
bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal”
Tabadulul Manafi’/ Musyarakah (bermanfaat) :

Page 94
QS. Al-Humazah ayat 1-3; “Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat
lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung,
dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya”
Dari Abu Hurairah, Rasulullah berkata : “Sesungguhnya Allah Azza
Wa Jalla berfirman: ‘Aku pihak ketiga dari dua orang yang
bersyarikat selama salah satunya tidak mengkhianati lainnya.”
(H.R. Abu Dawud – no. 2936, dalam kitab Al Buyu, dan Hakim)
An-Taradin (Suka sama suka) :
QS. An-Nisa’ ayat 29; “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama
suka di antara kamu”.
Nabi Saw yang menyatakan; “Bahwasannya jual-beli hendaknya
dilakukan dengan suka sama suka.”
Al-Ridho (Kerelaan):
Q.S. an-Nisa ayat 29 ; “Wahai orang-orang yang beriman janganlah
kamu memakan harta kamu di antara kamu dengan jalan yang
batil.Tetapi (hendaklah) dengan perniagaan yang berdasarkan kerelaan
di antara kamu.Dan janganlah kamu membunuh diri kamu;
sesungguhnya Allah terhadap kamu Maha Penyayang.”

Adapun pelaksanaan kegiatan di Bagian Keuangan RSI Sultan Agung adalah sebagai
berikut;
4.1.2. Penerimaan kas oleh bendahara

Penerimaan Kas berasal dari Staf unit kerja Kasir dan Penata Rekening
yang bertugas.

Penerimaan Kas diterima berupa uang tunai, cheque dan atau bilyet giro
atau setara kas yang lain, beserta catatan rekapitulasi dan bukti
pendukungnya.

Penerimaan ini selanjutnya dikelola oleh unit Perbendaharaan dan


Pelaksana Anggaran; disetor ke rekening Bank Syariah atas nama
Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung, atau menjadi sumber dana untuk
pengeluaran kas di bawah Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Jika dana di kas bendahara lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah) maka kelebihan dana tersebut harus disetorkan segera ke Bank
Syariah yang ditunjuk.

Page 95
Semua Penerimaan Kas harus menggunakan bukti kuitansi bernomor
urut.

Segala bentuk bukti pembayaran / kwitansi yang dicetak melalui Billing


System baik untuk pengakuan pendapatan yang diterima tunai maupun
diakui sebagai piutang, mencantumkan 1 (satu) kolom nama kasir
sebagai penerima, dan 1 (satu) kolom tanda tangan pasien dan atau
keluarganya.

4.1.3. Penerimaan Bank

Penerimaan Bank berasal dari transaksi pembayaran pelayanan yang


telah diberikan kepada pasien atau pelanggan lain yang telah
menggunakan fasilitas berbayar dari RSI SULTAN AGUNG yang diterima
melalui transaksi perbankan

Penerimaan Bank juga berasal dari rekanan yang melakukan perjanjian


kerjasama, jasa bagi hasil, bank interest, dan atau nota kredit.

Penerimaan melalui Bank atau setoran tunai ke Bank Syariah


menggunakan nomor rekening bank atas nama Yayasan Badan Wakaf
Sultan Agung.

Untuk penggunaan rekening selain bank Syariah, RSI Sultan Agung hanya
berhubungan atau hanya menggunakan Bank Pemerintah atau Bank
Swasta yang disetujui oleh YBWSA untuk bertransaksi karena tujuan
yang mengikat, seperti karena diwajibkan oleh pemerintah selaku
pemberi dana. Dalam kasus semacam ini maka RSI Sultan Agung hanya
akan mengambil manfaat dari haknya (pokok dana) saja, dan
mengabaikan segala unsur bunga yang berasal dari bank ini. Bunga yang
didapat dari jasa perbankan non syariah akan dibukukan pada rekening
DANA KEBAJIKAN yang pemanfaatannya untuk fasilitas umum atau
sesuai dengan Pedoman Direktur.

Setelah kucuran dana atau pembayaran kewajiban pemerintah kepada


RSI Sultan Agung melalui Bank Pemerintah yang ditunjuk, maka RSI
Sultan Agung akan sesegera mungkin memindahkannya ke Rekening

Page 96
Bank Syariah yang ditunjuk. Pengambilan adalah sebesar hak RSI Sultan
Agung.

4.1.4. Pengeluaran Kas

a. Pengeluaran Kas melalui Kas unit Perbendaharaan dan Pelaksana


Anggaran

b. Kas Kecil dibentuk pada unit-unit tertentu yang berkepentingan terhadap


pemasok atau instansi penyedia layanan di luar RSI SULTAN AGUNG,
seperti unit Logistik, unit Kendaraan, instalasi Gizi, Instalasi Laboratorium
dan Instalasi Farmasi.

c. Cash opname secara berkala dilaksanakan oleh Bagian Akuntansi,


sebagai bagian dari prinsip kehati-hatian.

Pengelolaan Kas Kecil di masing-masing unit menggunakan sistem


imperest dan besarannya ditentukan menurut analisis kebutuhan setiap
unit.

Pengeluaran Kas didukung dengan bukti pengeluaran berupa kuitansi,


nota, atau faktur, dan apabila bukti pengeluaran lebih dari 1 (satu)
lembar maka penanggungjawab kegiatan atau unit membuat
rekapitulasi.

Pengeluaran disertai dengan anggaran yang telah disetujui direksi, atau


bukti lain yang menyatakan persetujuan dari direksi, seperti lembar
disposisi, SP, TOR, berita acara pengeluaran, atau memo direksi.

4.1.5. Pengeluaran Bank


Pengeluaran kas Bank atas otorisasi dari direktur.

Bank yang digunakan untuk transaksi pengeluaran adalah bank syariah


atas nama RSI SULTAN AGUNG
Setiap transaksi pengeluaran lewat bank dicatat dalam buku bank.
Secara berkala, dilakukan rekonsiliasi buku bank.

Seperti halnya pengeluaran kas, pengeluaran bank juga harus didukung


dengan bukti pengeluaran yang sah dan Surat Perintah Mengeluarkan
Uang (SPMU).

Page 97
4.1.6. Titipan Uang Kegiatan

Uang muka Kegiatan (qord) dikeluarkan apabila realisasi pengeluaran


membutuhkan waktu, seperti; kepanitiaan suatu event, pengadaan
barang inventaris, atau barang yang harus dipesan, dan pengeluaran lain
yang sejenis.

Permintaan Uang Muka Kegiatan (qord)disertai anggaran yang telah


disetujui direksi, atau bentuk persetujuan lain seperti lembar disposisi
atau memo direksi.

Permintaan Uang Muka Kegiatan (qord) dipertanggungjawabkan


selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah transaksi pembelian atau
berakhirnya suatu kegiatan.

Apabila dalam tempo 10 hari setelah pembelian dan atau kegiatan


berakhir belum ada pertanggungjawaban, maka penanggungjawab Uang
Muka Kegiatan (qord) tidak diperkenankan untuk meminta uang muka
kegiatan untuk kegiatan yang lain sampai dipertanggungjawabkan
pembelian dan atau kegiatan sebelumnya.

4.1.7. Pertanggungjawaban atau pengembalian Uang Muka Kegiatan (qord).

Pengembalian Uang Muka Kegiatan (qord) berupa kas sebesar jumlah


yang dipinjam.

Pertanggungjawaban Uang Muka Kegiatan (qord) dalam bentuk bukti


transaksi, diserahkan bersama rekapitulasi transaksi (jika realisasi
pengeluaran lebih dari satu transaksi), yang dibandingkan dengan
anggaran yang telah disetujui.
Bendel bukti transaksi bersama rekapitulasinya diverifikasi.

Hasil verifikasi selanjutnya ditukar dengan bukti Uang Muka Kegiatan


(qord) lama sebagai wujud pertanggungjawaban.

Terhadap Uang Muka Kegiatan (qord) yang sudah kadaluwarsa, harus


segera dimintakan kepada penanggungjawab untuk mempertanggung-
jawabkannya, baik berupa tunai, nota pembayaran, atau pembaharuan
permintaan uang muka kegiatan apabila kegiatan masih dalam proses.

Page 98
4.1.8. Laporan Saldo Kas dan Bank
Saldo akhir atas kas dan bank dilaporkan secara berkala.

Dilakukan opname terhadap saldo kas di tangan dan kas kecil secara
berkala.

Dilakukan rekonsiliasi berkala terhadap saldo buku bank RSI Sultan


Agung berdasarkan rekening Koran masing-masing bank.

4.1.9. Laporan Uang Muka Kegiatan

Saldo akhir atas Uang Muka Kegiatan (qord) dilaporkan secara berkala
bersama laporan keuangan

Dilakukan pemeriksaan secara berkala Uang Muka Kegiatan (qord) yang


tercatat dengan formulir Uang Muka Kegiatan (qord) yang belum
dipertanggungjawabkan.

Dilakukan konfirmasi secara berkala terhadap penanggung jawab


masing-masing Uang Muka Kegiatan (qord) setiap tanggal jatuh tempo
Uang Muka Kegiatan.

Laporan Saldo Uang Muka (qord) Kegiatan menjadi bagian dari Catatan
Atas Laporan Keuangan.

4.1.10. Pendapatan Kas Harian

Pendapatan kas harian diperoleh dari transaksi harian yang berasal dari
pelayanan yang telah diberikan kepada pasien atau pelanggan lain yang
telah menggunakan fasilitas berbayar dari Rumah Sakit Islam Sultan
Agung.

Pendapatan kas dilaksanakan oleh kasir pusat, kasir bantu, atau petugas
bank.

Kasir bantu dibuka pada beberapa unit pelayanan yang karena


pertimbangan tertentu dirasa perlu diberikan pelayanan kasir bantu.

Pendapatan yang diterima berupa uang tunai, atau dengan alat


pembayaran lain berupa kartu kredit dan kartu debit. Tidak
diperkenankan pembayaran dengan menggunakan Cheque maupun
Bilyet Giro atas nama perorangan. Pembayaran dengan Cheque maupun

Page 99
Bilyet Giro atas nama Perusahaan dianggap lunas apabila sudah dapat
dicairkan.

Kasir bantu dibuka untuk pelayanan : Poliklinik lantai II gedung D, IGD,


SEC, dan Instalasi Farmasi, MCEB dan tempat-tempat lain yang
memerlukan dibukanya pelayanan kas bantu.
Pendapatan secara khusus diulas dalam bab lain di dalam buku ini.

4.1.11. Penerimaan dari Tagihan yang Dibayar

a. Penerimaan tagihan, diperoleh dari transaksi pembayaran atau


pelunasan piutang dari pelanggan baik perorangan maupun atas
tanggungan pihak lain.

Transaksi pembayaran atau pelunasan piutang dilakukan oleh pelanggan


melalui petugas Mobilisasi Dana, atau transfer melalui bank syariah yang
ditunjuk.

Pembayaran atau pelunasan diakui setelah uang diterima tunai oleh


kasir, atau bank.

Pembayaran yang diterima berupa uang tunai, atau dengan alat


pembayaran lain berupa kartu kredit dan kartu debit. Tidak
diperkenankan pembayaran dengan menggunakan Cheque maupun
Bilyet Giro atas nama perorangan. Pembayaran dengan Cheque maupun
Bilyet Giro atas nama Perusahaan dianggap lunas apabila sudah dapat
dicairkan.

Proses selanjutnya, petugas mobilisasi dana akan melakukan penyetoran


data beserta uang tunai atau bukti transfer, atau print out bank transfer
kepada kasir untuk proses pelunasan atau angsuran piutang.

4.1.12. Tata Administrasi Pasien atau Penata Rekening

Pasien rawat jalan yang datang sebagai pasien umum, setelah melakukan
pendaftaran akan mendapatkan hak pelayanan kesehatannya terlebih
dulu, dan akan melaksanakan kewajiban pembayarannya di kasir setelah
semua hak pelayanan kesehatannya diterima.

Page 100
Pasien rawat jalan yang datang menggunakan fasilitas asuransi atau atas
tanggungan perusahaan, setelah melakukan pendaftaran akan
mendapatkan hak pelayanan kesehatannya terlebih dulu, dan akan
melaksanakan kewajiban pembayaran selisih pertanggungan di kasir
setelah semua hak pelayanan kesehatannya diterima.

Proses pendaftaran dimaksud pada butir a dan b, akan dibahas dalam SPO
tersendiri.

Perhitungan pembiayaan kamar untuk pasien rawat inap dihitung sejak


pasien menempati ruang rawat inap tersebut. Pedoman perhitungan
penggunaan ruang rawat inap adalah sebagai berikut :

Penggunaan fasilitas ruang perawatan kurang dari enam jam (< 6 jam)
masuk kategori observasi, dan dikenakan tarif observasi sesuai
ketentuan RSISA.
1 (satu) hari dihitung 24 (dua puluh empat) jam

Untuk kelebihan waktu kurang atau sampai dengan 6 jam (≤ 6 jam)


setelah 1 (satu) hari, RSISA tidak akan membebankan tarif untuk
kelebihan jam tersebut. Tetapi untuk kelebihan waktu lebih dari 6 jam
( > 6 jam) setelah 1 (satu) hari, pasien akan dibebani tarif 1 (satu) hari
untuk kelebihan jam tersebut.

Untuk pasien yang pindah kelas; jika proses pindah kurang atau sama
dengan 6 jam setelah hari perawatan lama, maka pada hari pindah,
pasien dibebani tarif kamar baru. Tetapi jika proses pindah dilakukan
pada lebih dari jam ke 6 setelah 1 (satu) hari, maka pasien akan
dibebani tarif kamar lama.

Biaya Administrasi dibebankan kepada pasien rawat inap pada akhir masa
perawatannya. Biaya Administrasi meliputi beban meterai, beban ATK
dan Cetakan, serta pemeliharaan Sistem. Besarnya biaya Administrasi
yang dibebankan kepada pasien rawat inap ditetapkan dalam Surat
Keputusan Direktur mengenai Tarif Rumah Sakit Islam Sultan Agung.
Ketentuan mengenai bea meterai diulas dalam bab lain di dalam buku ini.

Page 101
4.1.13. Penerimaan Titipan / Deposit

Penerimaan Titipan / deposit, diperoleh dari transaksi pembayaran


untuk pelayanan rawat inap pasien perseorangan atau atas tanggungan
pihak lain. Transaksi ini menggunakan Akad Wadi’ah (titipan)

Titipan / deposit bisa diterima secara tunai melalui kasir atau melalui
transfer bank syariah yang ditunjuk.

Pembayaran yang diterima berupa uang tunai, atau dengan alat


pembayaran lain berupa kartu kredit dan kartu debit.

Tidak diperkenankan pembayaran dengan menggunakan Cheque


maupun Bilyet Giro atas nama perorangan. Pembayaran dengan Cheque
maupun Bilyet Giro atas nama Perusahaan dianggap lunas apabila sudah
dapat dicairkan.

Titipan tidak masuk ke akun pendapatan, karena pada akhir proses


perawatan akan diperhitungkan dengan total biaya perawatan.

4.1.14. Penerimaan Transaksi rawat jalan

Yang dimaksud dengan rawat jalan adalah pelayanan pemeriksaan dan


pengobatan kepada pasien yang tidak memerlukan fasilitas menginap.

Penerimaan transaksi rawat jalan, diperoleh dari transaksi pelayanan


rawat jalan baik pasien perorangan maupun pasien atas tanggungan
pihak lain.

Termasuk di dalam kelompok transaksi ini adalah pemeriksaan dokter,


konsultasi, tindakan dokter dan atau perawat, pemeriksaan penunjang,
medikal check up, dan pembelian obat

Penerimaan transaksi rawat jalan bisa diterima secara tunai, melalui


kasir. Pembayaran juga dilayani dengan menggunakan alat bayar kartu
kredit dan kartu debit.

4.1.15. Cetak Kuitansi rawat Inap

Kuitansi rawat inap adalah bukti pembayaran kas atas pelayanan rawat
inap yang sudah diberikan kepada pasien.

Page 102
Kuitansi rawat inap dicetak dengan nomor urut secara secara sistem dan
hanya bisa dicetak 1 (satu) kali, pada kertas khusus berkop Rumah Sakit
Islam Sultan Agung 3 (tiga) rangkap. Untuk keperluan klaim ke lebih dari
1 (satu) penanggung, RSI Sultan Agung hanya bisa memberikan kopi
dokumen dengan stempel legalisir dan tandatangan pengesahan dari
staf akuntansi.

Distribusi lembar kuitansi : Lembar 1 warna putih untuk pembayar,


Lembar 2 warna merah jambu untuk akuntansi, Lembar 3 warna kuning
untuk pertinggal.

Kuitansi rawat inap yang diberikan kepada pembayar dilampiri bukti rinci
apabila diperlukan.

4.1.16. Penghitungan Tanggungan Asuransi

Penghitungan tanggungan asuransi dilakukan untuk memisahkan jumlah


biaya pengobatan yang menjadi beban pihak ke tiga (dalam hal ini
asuransi) dengan biaya yang harus ditanggung oleh peserta (pasien).

Penghitungan tanggungan asuransi dilakukan setelah dilakukan cek


persyaratan asuransi yang berlaku. Kelengkapan asuransi dimaksud
sudah harus dipenuhi dalam waktu 2 x 24 jam

Penghitungan tanggungan asuransi dilakukan saat tutup transaksi atau


saat pasien dinyatakan sembuh secara medik dan diperbolehkan pulang,
atau meninggal, atau atas permintaan sendiri, pasien menghendaki
untuk mengakhiri proses perawatan.

4.1.17. Perhitungan Potongan Biaya

Penghitungan potongan biaya dilakukan untuk menghitung besarnya


tanggungan pasien atas pelayanan yang diberikan. Besarnya potongan
adalah menurut instruksi dari atasan, yang dibuktikan dengan
tandatangan Direktur / pejabat yang berwenang (pemberi potongan)
sebagai legalisasi.

Penghitungan potongan Biaya kepada pasien dilakukan saat tutup


transaksi atau saat pasien dinyatakan sembuh dan diperbolehkan

Page 103
pulang, atau ketika pasien atas permintaan sendiri mengakhiri proses
perawatan.

Pemberian potongan oleh rumah sakit, tidak mempengaruhi hak dokter


atas jasa mediknya. Demikian juga berlaku untuk kerugian karena
penolakan klaim, pembebasan piutang, atau kejadian pengurangan
pendapatan lain yang terkait dengan jasa medik.

Pemberian potongan oleh dokter yang dihitung dari hak jasa mediknya,
tidak mempengaruhi hak rumah sakit terhadap jasa medik tersebut.
Prosedur pemberian potongan diatur secara khusus / tersendiri.

4.1.18. Penerimaan Transaksi Rawat Inap

Yang dimaksud dengan rawat inap adalah pelayanan pemeriksaan dan


pengobatan kepada pasien yang memerlukan fasilitas menginap.

Penerimaan transaksi rawat inap, diperoleh dari transaksi pelayanan


rawat inap baik pasien perorangan maupun pasien atas tanggungan
pihak lain.

Termasuk di dalam kelompok transaksi ini adalah pemeriksaan dokter,


konsultasi, tindakan dokter berupa tindakan operatif maupun non
operatif dan tindakan perawat, pemeriksaan penunjang, pembelian
obat, serta pelayanan lainnya yang menunjang upaya penyembuhan
pasien.

Penerimaan transaksi rawat inap bisa diterima secara tunai, melalui


kasir. Pembayaran juga dilayani dengan menggunakan alat bayar kartu
kredit, kartu debit, atau transfer melalui bank.

4.1.19. Penerimaan Transaksi Lain

Penerimaan transaksi lain pada dasarnya berlaku aturan yang sama


dengan aturan seperti halnya pada penerimaan transaksi yang telah
disebutkan di awal.

Untuk penerimaan yang berasal dari pembayaran uang muka, nilai


penjaminan, piutang perorangan, maupun klaim asuransi, alokasi utama
atau prioritas adalah untuk pembayaran jasa medik.

Page 104
4.1.20. Penggajian dan Pengupahan

Sistem Penggajian dan pengupahan merupakan suatu jaringan prosedur


yang dibuat secara terpadu untuk menghasilkan informasi mengenai gaji
dan upah pegawai secara akurat dan memadai sehingga informasi tersebut
dapat berguna bagi piha-pihak yang memerlukan. Di RSI Sultan Agung,
penggajian dan pengupahan dibedakan menurut jenisnya antara lain;

Gaji : adalah imbalan yang diberikan kepada karyawan yang karena


sifat pekerjaannya dihargai secara tetap dan kontinyu, diberikan
setiap tanggal 25 bulan berjalan.

Jasa Medik : imbalan yang diberikan kepada pekerja profesional yang


memberikan pelayanan kesehatan berdasarkan tarif pelayanan yang
telah ditetapkan.

Insentif Kehadiran : imbalan yang diberikan kepada karyawan


berdasarkan jumlah kehadiran periodic.

Jasa Pelayanan : imbalan yang diberikan kepada karyawan yang


dihitung dengan formulasi khusus berdasarkan jumlah pelayanan
yang telah diberikan pada periode tertentu.
Honor : imbalan yang diberikan kepada karyawan tidak tetap

Lembur : imbalan yang diberikan kepada karyawan disebabkan


adanya kelebihan jam kerja karena penugasan oleh atasan.

Penggajian dan pengupahan di RSI Sultan Agung, dari sisi keuangan termasuk
dalam kelompok biaya operasional, yang diatur sebagai berikut :

Gaji, didistribusikan melalui Bank BNI Syariah atas nama masing-


masing karyawan.

Jasa Medik didistribusikan kepada dokter melalui rekening atas nama


pribadi pada bank BNI Syariah atau Bank Jateng Syariah. Untuk dokter
yang belum memiliki rekenig pribadi pada bank-bank yang ditunjuk,
maka jasa medik disampaikan secara tunai oleh petugas keuangan.
Insentif Kehadiran, didistribusikan melalui Bank Jateng Syariah
Jasa Pelayanan, didistribusikan melalui Bank Jateng Syariah
Honor, Lembur; didistribusikan secara tunai

Page 105
4.1.21. Penghitungan Potongan Karyawan

Potongan Karyawan adalah jumlah yang harus dipotongkan terhadap


penghasilan karyawan karena kewajibannya, meliputi hutang kepada
pihak ketiga, tanggungan pemeriksaan, perawatan dan pengobatan atas
dirinya sendiri atau keluarga inti, hutang kepada rumah sakit, hutang
kepada koperasi, Kewajiban PPh pasal 21, Zakat/Infaq/ shodaqoh, dan
sebagainya yang menjadi kewajiban baginya untuk mengangsur
melunasi.

Potongan Karyawan dihitung sebelum karyawan yang bersangkutan


menerima haknya berupa gaji, atau tunjangan lain yang telah disepakati
pada awal untuk dapat dbebani kewajiban-kewajiban tersebut.

4.1.22. Penghitungan Potongan Dokter

Potongan jasa dokter adalah jumlah yang harus dipotongkan terhadap


hak/penghasilan dokter karena kewajiban-kewajibannya, meliputi
hutang kepada pihak ketiga (bank atau asuransi), tanggungan
pemeriksaan, perawatan dan pengobatan atas dirinya sendiri atau
keluarga inti, hutang kepada rumah sakit, Kewajiban PPh pasal 21,
Zakat/Infaq/ shodaqoh, dan sebagainya yang menjadi kewajiban baginya
untuk mengangsur atau melunasi.

Potongan Dokter dihitung sebelum Dokter yang bersangkutan menerima


haknya berupa Jasa, atau tunjangan lain yang telah disepakati pada awal
untuk dapat dbebani kewajiban-kewajiban tersebut.

4.1.23. Penghitungan Alokasi Jasa Check Up

Yang dimaksud dengan check up dalam hal ini adalah pemeriksaan


kesehatan yang dilakukan kepada pasien, secara berkelompok, yang
menjadi tanggung jawab dari sebuah instansi yang menggunakan jasa
pelayanan di RSI SULTAN AGUNG.

Alokasi Jasa check up adalah perhitungan hak (fee) anggota tim


pelaksanan check up yang ketentuan mengenai tim dan besarannya telah
ditentukan melalui Surat Keputusan Direktur.

Page 106
4.1.24. Penghitungan Alokasi Jasa lain

Yang dimaksud dengan jasa lain dalam hal ini adalah fee/jasa yang
diberikan kepada karyawan baik perseorangan maupun tim karena
melakukan suatu tugas (bukan rutin) yang dibebankan oleh RSI SULTAN
AGUNG.

Tugas dalam hal ini adalah penugasan non rutin yang diberikan RSI
SULTAN AGUNG kepada perorangan atau Tim dalam hal manajemen,
operasional dan pemasaran.

Ketentuan mengenai besaran fee / jasa yang diberikan tertuang dalam


surat keputusan direktur.

4.1.25. Penghitungan PPN

PPN adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari
barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen / pedagang kepada
konsumen.

PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut


disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau
dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak
menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung.
Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan adalah :

Faktur Pajak dan SSP merupakan bukti pemungutan dan


penyetoran PPN dan/atau PPnBM

Pemungutan PPN/PPn BM dilakukan pada saat dilakukannya


pembayaran atas BKP/JKP oleh pemungut PPN, dengan cara
memotong langsung dari tagihan PKP Rekanan.

Pada saat PKP rekanan menyampaikan tagihan (faktur/invoice),


PKP Rekanan wajib membuat :
Faktur Pajak atas PPN dan PPnBM yang terutang

SSP (dengan identitas dan NPWP PKP Rekanan) yang


ditandatangani oleh Pemungut.
Faktur Pajak dibuat rangkap 3 :
Lembar 1 : untuk Pemungut PPN

Page 107
Lembar 2 : untuk arsip PKP Rekanan
Lembar 3 : untuk KPP melalui Pemungut PPN

Pada setiap lembar Faktur Pajak wajib dibubuhi cap "DISETOR


TANGGAL :..........." dan ditandatangani oleh Pemungut PPN
yang bersangkutan.

Khusus untuk KPKN, setiap lembar Faktur Pajak Standar wajib


dicantumkan nomor dan tanggal advis SPM

Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar


10 persen. Dasar hukum utama yang digunakan untuk penerapan
PPN di Indonesia adalah Undang-Undang No. 8/1983 berikut
revisinya, yaitu Undang-Undang No. 11/1994 dan Undang-Undang
No. 18/2000.

4.1.26. Penghitungan PPh pasal 23, 25, 29

Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong


atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri
dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan
Pasal 21, yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau
subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap
atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

PPh Pasal 25 mengatur tentang penghitungan besarnya angsuran pajak


dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
untuk setiap bulan.

PPh Pasal 29 adalah Pajak Penghasilan yang harus dilunasi oleh Wajib
Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan sebagai akibat PPh Terutang
dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan lebih besar
dari pada kredit pajak yang telah dipotong atau dipungut oleh pihak lain
dan yang telah disetor sendiri.

Penghitungan PPh pasal 23, 25 dan 29 disesuaikan dengan ketentuan


perpajakan yang berlaku di Indonesia.
Perhitungan PPh pasal 23, 25, dan 29 dilaksanakan secara berkala.

Page 108
Pedoman mengenai perpajakan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung akan
di bahas pada bab lain dalam lampiran Pedoman ini.

4.1.27. Penanganan Kesalahan Billing

Dalam hal menentukan besarnya biaya pelayanan kesehatan kepada pasien,


maka manajemen RSI Sultan Agung menyediakan sistem billing yang
terintegrasi dengan keseluruhan sistem yang ada pada unit pelayanan.
Namun demikian, adakalanya terjadi kesalahan dalam menghitungan billing,
sehingga harus dilakukan antisipasi dan penanganan, agar prinsip syariah
dalam bermuamalat dapat tercapai.

Berikut ini adalah hal-hal terkait dengan penanganan kesalahan pada


penghitungan billing pelayanan kesehatan.
Kesalahan yang bisa terjadi :

Salah Perhitungan (misal karena penghitungan pemecahan jaminan


secara manual)
Kesalahan memasukkan tarif
Salah identitas Dokter
Salah Identitas Pasien
Salah pembacaan diagnosa
Adanya data yang terlambat
Dan kesalahan lain yang disebabkan human error
Antisipasi Kesalahan

Sebagai antisipasi terjadinya kesalahan pada penghitungan billing


pelayanan kesehatan, maka Kepala Bagian Keuangan
bertanggungjawab untuk memastikan prosedur pelayanan billing
telah dilaksanakan sebaik-baiknya.
Lakukan prosedur verifikasi data penunjang rawat inap
Lakukan prosedur penghitungan biaya rawat inap
Lakukan prosedur Penerbitan Kuitansi Rawat Inap

Page 109
Penanganan Kesalahan

Apabila karena sesuatu hal terjadi kesalahan pada billing pelayanan


kesehatan, maka setelah dilakukan identifikasi masalah, maka hal-hal
berikut ini bisa ditempuh sebagai solusi:
Untuk penanganan kesalahan Kurang Bayar Pasien
Melakukan prosedur Koreksi Kuitansi

Menemui pasien / keluarganya untuk memohon maaf dan


menjelaskan perihal kesalahan yang terjadi, serta memotivasi
pasien atau keluarganya untuk bersedia membayar selisih
(kekurangan) biaya pelayanan kesehatan dimaksud.

Mengganti sebesar nominal oleh unit atau personal sebagai


bentuk punishment, apabila upaya pada butir a. tidak
mendatangkan hasil.
Diserahkan kepada Pedoman Manajemen (sebagai solusi terakhir)
Untuk penanganan kesalahan Kelebihan Bayar Pasien
Melakukan prosedur Koreksi Kuitansi

Menemui pasien / keluarganya untuk memohon maaf dan


menjelaskan perihal kesalahan yang terjadi, serta mengembalikan
jumlah selisih pembayaran.
Teknis pengembalian diatur dalam Standar Oprating Prosedur

4.2. PENYELENGGARAAN KEGIATAN BAGIAN AKUNTANSI


4.2.1. Dasar Syariah
QS. Al Baqarah ayat 282;

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu´amalah tidak secara


tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah
mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan
dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang

Page 110
lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi
yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik
kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu,
lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu´amalahmu itu),
kecuali jika mu´amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara
kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan
persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi
saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka
sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah
kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu”

4.2.2. Verifikasi Data Pengeluaran


Verifikasi bertujuan untuk ;

Mencegah terjadinya penyimpangan yang dapat merugikan rumah


sakit sebelum dilakukan pembayaran.

Untuk mengetahui apakah peraturan dan Pedoman yang berlaku telah


ditaati oleh satker atau masih diperlukan tindakan koreksi atau
perbaikan.
Pelaksanaan Verifikasi :

Melakukan cek terhadap dokumen, meliputi perhitungan jumlah


barang, harga, perkalian / pembagian dan rumus matematika lain
yang umum dipakai.
Cek terhadap kelengkapan dokumen, meliputi:

Surat Pesanan, untuk pembelian barang baik rutin maupun non


rutin

tanda terima, untuk pembelian barang baik rutin maupun non


rutin
faktur pajak, untuk pembelian barang baik rutin maupun non rutin
Proposal Kegitan/TOR, untuk kegiatan kepanitiaan

Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Kegiatan yang


ditandatangani oleh Ketua Panitia / Ketua Tim dan Bendahara
serta diketahui oleh Direktur, untuk kegiatan kepanitiaan

Page 111
Surat Perintah Perjalanan Dinas dari Direktur, untuk duta/wakil
menghadiri acara di luar RSI SULTAN AGUNG

SPPD ditandatangani dan distempel panitia penyelenggara sebagai


bukti yang bersangkutan benar menghadiri acara tersebut.
Bukti pengeluaran uang yang ditandatangani direktur.

4.2.3. Penerbitan Surat perintah Mengeluarkan Uang (SPMU)

a. SPMU (Surat Perintah Mengeluarkan Uang) adalah formulir berisi


rekapitulasi pembiayaan atau belanja yang dipergunakan oleh Bagian
Keuangan sebagai legalitas mengeluarkan sejumlah uang.

b. SPMU berlaku setelah ditandatangani oleh; verifikator, Direktur


Keuangan dan Umum, serta Direktur Utama.

SPMU dibuat berdasarkan faktur/nota/kwitansi tagihan pihak ke dua


atas barang dan atau jasa yang telah dibeli.

4.2.4. Kolekting Data Pendapatan dan Pengeluaran

Data Pendapatan diperoleh dari bagian keuangan berupa bukti-bukti


penerimaan uang seperti kwitansi rawat jalan, rawat inap, penunjang,
maupun bukti penerimaan kas lainnya.

Data pengeluaran diperoleh dari bagian keuangan berupa bukti-bukti


pengeluaran uang.

4.2.5. Proses Tutup Buku

Konsep dasar tutup buku adalah memindahkan nilai saldo akhir setiap akun
yang ada di Laporan Posisi Keuangan menjadi saldo awal pada bulan atau
tahun berikutnya, dan nilai saldo akhir setiap akun pada Laporan Nilai
Tambah selalu ditutup dan dipindahkan ke akun Kenaikan Aset tidak Terikat
Tahun Berjalan (Current Year Earnings) setiap bulannya dan Kenaikan Aset
tidak Terikat Tahun Berjalan akan ditutup dan dipindahkan ke Kenaikan Aset
tidak Terikat Ditahan (Retained Earnings) pada akhir tahun setelah tutup
buku akhir tahun.

Page 112
Bagian Akuntansi, sebagai penanggungjawab penyajian laporan keuangan,
berkewajiban untuk melakukan proses tutup buku yang dimulai dengan
melakukan proses-proses sebagai berikut;
Validasi Proses transaksi pelayanan kasir
Validasi Penerimaan piutang dan Pembayaran hutang.
Validasi Semua transaksi biaya.
Rekonsiliasi bank
Cash opname terhadap kas ditangan bendahara.
Stock Opname atas persediaan farmasi dan non farmasi.

4.2.6. Penyelenggaraan Laporan Keuangan


4.2.6.1. Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan


informasi yang relevan dalam memenuhi kepentingan manajemen,
pemilik, dan pihak lain yang berkompeten terhadap laporan
keuangan ini.
4.2.6.2. Penyajian Laporan Keuangan
Laporan keuangan terdiri dari :
Laporan Posisi Keuangan berbasis Maal
Laporan Nilai Tambah berbasis Rezki
Laporan Arus Kas berbasis Ma’isyah
Laporan Perubahan Aset berbasis Barakah
Catatan atas Laporan Keuangan

4.2.7. Laporan keuangan Interim

Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan


sebelum suatu tahun buku berakhir yang disusun secara triwulan oleh
rumah sakit sebagai bagian integral dari laporan keuangan tahunan.

Laporan keuangan interim disusun menggunakan Pedoman akuntansi


yang sama dengan penyusunan laporan keuangan tahunan. Perubahan
Pedoman akuntansi pada periode interim yang bersangkutan maupun
periode interim sebelumnya serta pengeruhnya terhadap periode interim

Page 113
berikutnya harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
interim

Pos luar biasa yang berpengaruh cukup material terhadap hasil usaha
harus dilaporkan dan diungkapkan secara terpisah dalam laporan Aset
Bersih tidak Terikat (SHU) interim.

4.2.8. Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan

Penyusunan laporan Keuangan dilakukan dengan otomatisasi mesin


yaitu melalui proses sistem komputer yang terintegrasi sejak dari awal
transaksi keuangan.

Staf akuntansi bertugas melakukan cek secara rutin terhadap transaksi


yang masuk dan dioleh oleh sistem.

Staf akuntansi melakukan rekonsiliasi secara rutin terhadap transaksi


yang memerlukan penyesuaian / adjustment.

Penyajian laporan keuangan bulanan dilakukan setiap bulan, selambat-


lambatnya setiap tanggal 10 bulan berikutnya.

Penyajian laporan keuangan yang disajikan terdiri dari ; Laporan Posisi


Keuangan, Laporan Aktivitas Keuangan, dan Laporan Arus Kas.

Laporan keuangan untuk setiap jenis laporan disajikan dalam


perbandingan antara realisasi bulan berjalan, anggaran bulan berjalan
dan realisasi pada bulan yang sama di tahun sebelumnya.

Untuk Laporan keuangan kepada yayasan, dilengkapi dengan catatan


atas laporan keuangan.
Bentuk dan konten dari laporan keuangan disajikan pada bab tersendiri.

4.2.9. Penyusunan, Pengaturan dan Pemeliharaan Tarif

Tarif adalah satuan harga yang dipungut dari barang atau jasa yang diberikan.
Tarif di rumah sakit mencakup semua barang dan jasa serta fasilitas yang
dipergunakan pasien dan keluarganya, yang diberikan dalam upaya
penyembuhan penyakit dan atau pemeliharaan kesehatan. Tarif yang
dimaksud di sini di luar tarif obat. Tarif obat menjadi wilayah kewenangan
instalasi Farmasi. Penyelenggaraan Penyusunan, pengaturan dan

Page 114
pemeliharaan tarif, secara terperinci dibahas pada bab tersendiri di dalam
buku ini.
4.2.10. Input data pendapatan dan Pengeluaran pada program accounting.

Bagian Akuntansi melakukan cek /otorisasi terhadap jurnal yang diinput


oleh bagian keuangan

Apabila system bermasalah, maka Input data pendapatan dan


pengeluaran pada program accounting dilakukan secara manual pada
program bantu general ledger.

Input data dilakukan setelah dapat dipastikan keabsahan dokumen


tersebut.

4.2.11. Filling data berdasarkan tanggal dan Jenis transaksi

Filling data dilakukan setelah dipastikan data tersebut sudah diinput/


sudah diotorisasi validasi.

Filling dilakukan urut tanggal, dengan memisahkan antara transaksi


penerimaan dan pengeluaran.

4.2.12. Buku Bantu Hutang Rekanan

Dibuat buku bantu hutang rekanan untuk memudahkan pengecekan


saldo hutang kepada masing-masing rekanan.
Masing-masing rekanan memiliki 1 (satu) buku bantu

4.2.13. Penerbitan Surat Konfirmasi kepada Rekanan

Surat konfirmasi dibuat pada akhir periode akuntansi. Periode Akuntansi


di Rumah Sakit Islam Sultan Agung sebagaimana pada 3.2.3. butir a

Surat konfirmasi digunakan untuk memastikan jumlah saldo hutang RSI


SULTAN AGUNG kepada Rekanan.
Surat konfirmasi juga digunakan dalam rangka Audit.

4.2.14. Mempersiapkan General Audit oleh Internal Auditor dan Eksternal Auditor
Bagian Akuntansi sebagai penanggungjawab laporan keuangan berkewajiban
memberikan pelayanan kepada Auditor baik auditor dari internal maupun

Page 115
eksternal, dengan mempersiapkan data dan informasi keuangan yang
dibutuhkan bagi proses audit.

4.2.15. Kegiatan COSTING


Dibentuknya fungsi Costing antara lain untuk mengontrol biaya agar tidak
terjadi over-cost. Kontrol ini dilakukan dengan melakukan perbandingan
antara realisasi biaya dengan standar yang telah ditetapkan. Fungsi costing
bermanfaat untuk melakukan pengendalian biaya, memberikan masukan
kepada manajemen terkait dengan pelaksanaan anggaran, dan selisih
pembayaran pemerintah serta identifikasi cost unit.
Kegiatan-kegiatan pada fungsi costing antara lain;
Memastikan klaim kepada asuransi tepat waktu
Mengumpulkan informasi mengenai biaya
Memastikan keakuratan data biaya
Melakukan analisis biaya

Melakukan klasifikasi masing-masing pengeluaran kepada masing-masing


cost center
Melakukan dokumentasi data costing

Membuat laporan kinerja bulanan dan disampaikan kepada Ketua Tim


sebelum tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya

4.3. PENYELENGGARAAN KEGIATAN BAGIAN MOBILISASI DANA


4.3.1. Dasar Syariah
QS Al Baqarah ayat 282 : “Hai orang-orang yang beriman, bila
kamu berutang piutang dengan janji yang ditetapkan waktunya,
hendaklah kamu menuliskannya“

QS Al Maidah ayat 2 : “ …Dan tolong menolonglah kamu dalam


kebaikan dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat
dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksanya”

4.3.2. Verifikasi Data


Merupakan serangkaian prosedur yang dimaksudkan untuk memastikan
keakuratan data klaim yang berasal dari unit pelayanan untuk selanjutnya

Page 116
diteruskan ke petugas penyusunan klaim. Tujuan utama dari proses ini adalah
sebagai berikut

Tepat Data Dasar Pasien (Nama Pasien, Tanggal Pasien, Kelompok Pasien
dll)
Tepat input tindakan yang didapatkan.
Tepat penjaminan beserta persyaratannya
Total tarif yang dikenakan.

Hasil dari verifikasi data klaim yang telah sesuai menjadi dasar untuk proses
penyusunan klaim.

Apabila ditemukan ketidaksesuaian yang berakibat pada penolakan dan


kerugian klaim, harus ada berita acara yang ditandatangani penanggung
jawab unit terkait. Hal ini diperlukan sebagai bahan koreksi sehingga setiap
kesalahan yang terjadi, tidak terulang lagi.

4.3.3. Konfirmasi dan klarifikasi data unit terkait

Apabila saat verifikasi ditemukan data-data yang menyimpang, berkenaan


dengan: tarif pelayanan, kelengkapan persyaratan atau hal-hal lain yang
bisa menghambat proses klaim, akan dilakukan konfirmasi dan klarifikasi
ke unit pelayanan.

Konfirmasi dan klarifikasi dapat dilakukan secara langsung atau melalui


telepon.
4.3.4. Penyusunan klaim berdasar Penggolongan Piutang
Ketentuan Umum Penyusunan Klaim:

Tujuan penyusunan klaim adalah memberikan keterangan kepada


pihak yang berhutang mengenai kewajiban yang timbul atas
hutang yang dimiliki.

Tagihan/klaim disajikan dalam format yang telah ditentukan, berisi


informasi mengenai Nama Pasien, tanggal transaksi, total biaya,
total terhutang termasuk tenggang waktu yang diberikan dan
disertai dengan surat pengantar klaim.

Page 117
Klasifikasi Klaim
Piutang Asuransi Umum dan Perusahaan

Pada dasarnya terjadi karena prinsip suka sama suka, saling memberi
manfaat, dan tidak ada yang merasa dirugikan, dimana pada
pelaksanaannya telah diatur dalan Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang
telah disepakati bersama.

Hak dan kewajiban masing-masing pihak terkait Piutang Asuransi


Umum dan Perusahaan, antara lain;
Pihak RSI (yang memberi hutang)

Wajib memberikan pelayanan yang baik dan sesuai dengan


kesepakatan, serta melakukan proses penagihan / klaim tepat
waktu sesuai yang di syaratkan. Di samping itu pihak RSI berhak
untuk mendapatkan pembayaran atas klaim yang telah dikirimkan
dengan tepat waktu.
Pihak Relasi (yang berhutang)

Wajib melakukan pembayaran tepat waktu, dan berhak


mendapatkan pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah
disepakati di PKS.

Piutang Pasien Gagal Bayar (non relasi)

Piutang Pasien Gagal Bayar (non relasi) adalah piutang yang terjadi
karena pasien perorangan pada akhir perawatan menyatakan tidak
mampu memenuhi kewajiban pelunasan atas biaya yang harus
dibayarkan. Hal hal yang harus diperhatikan dalam piutang non relasi :

Sebelum pasien dapat meninggalkan RSI, Pasien membuat


pernyataan yang merupakan akad Hutang Piutang, berisi
pernyataan bahwa pasien benar-benar tidak mampu serta
pernyataan kesediaan untuk melakukan pembayaran dalam waktu
tempo tertentu.

Dalam hal ini, tidak dibenarkan untuk pihak RSI menahan pasien

untuk dapat pulang (discharge) disebabkan oleh ketidak


mampuannya dalam melunasi kewajibannya. Karena setelah

Page 118
dibuatnya akad tersebut, maka RSI wajib memberikan keringanan
/ kelonggaran. Dasarnya adalah firman Allah.

“Dan jika
(orang yang
berhutang
itu) dalam
kesukaran,
maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan
menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui.” (qs. Al baqarah: 280)

Segera setelah berkas pasien non relasi diverifikasi, selanjutnya


petugas menyusun surat klaim ke pasien yang bersangkutan dan
di follow up dengan remending by phone.

Apabila ada pembayaran dari keluarga pasien petugas klaim


menemui, menerima, menghitung uang pembayaran dan
membuatkan kuintansi rangkap 2 (dua). Lembar pertama di
serahkan kepada keluarga pasien dan lembar kedua di serahkan
kepada kasir beserta uangnya. Kemudian petugas klaim mencatat
ke sistem dan melaporkannya kepada petugas pencatatan
laporan.

Ketika Pasien/keluarga pasien menyatakan belum dapat


melakukan pembayaran maka dapat dilakukan re-schedule
penagihan ulang.

Apabila piutang tidak terbayarkan : hal ini biasanya terjadi pada


pasien meninggal dunia, tidak mampu, melarikan diri dan surat
kembali karena tidak jelas. Setelah di verifikasi kemudian
dilaporkan kepada kabag mobdan dan manager keuangan dan
akuntansi untuk di lakukan penghapusan piutang atau menerima
alokasi zakat maal rumah sakit.

Piutang Asuransi Pemerintah


Secara umum diklasifikasikan menjadi
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Page 119
Pelaksanaan layanan beserta prosedur klaim diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang berlaku.
Jaminan Kesehatan Masyarakat Kota (Jamkesmaskot)

Pelaksanaan layanan beserta prosedur klaim diatur dalam


Perjanjian Kerja Sama antara pihak RSI dengan Pemerintah Kota.
Piutang Karyawan

Setelah berkas diterima dari bagian verifikator petugas klaim


membuat daftar potongan gaji karyawan sesuai ketentuan dari
personalia kemudian mengajukannya kepada bagian personalia.

Setelah tanggal pembayaran gaji petugas klaim menerima feed


back dari personalia dan mencatatnya kesistem kemudian
menyerahkan copy kuintansi serta melaporkannya kepada bagian
keuangan dan pencatatan laporan.

4.3.5. Pengolahan Data

Pengolahan data dimaksudkan sebagai kegiatan administratif meng-input


data ke dalam program bantu piutang.

Pengolahan data dilakukan sesuai dengan kelompok pasien, dalam


rekapitulasi bulanan.
Pengolahan data dilakukan masing-masing oleh petugas yang ditunjuk.

4.3.6. Konfirmasi Piutang

Surat konfirmasi dibuat pada akhir periode akuntansi. Periode Akuntansi


di Rumah Sakit Islam Sultan Agung sebagaimana pada 3.2.3. butir a.

Surat konfirmasi digunakan untuk memastikan jumlah saldo piutang RSI


SULTAN AGUNG atas Rekanan.
Surat konfirmasi juga digunakan dalam rangka Audit.

4.3.7. Surat Penagihan


Surat penagihan dibuat sebagai pengantar untuk melakukan klaim.

Surat penagihan dilampiri kwitansi rawat inap dan atau rawat jalan serta
data-data persyaratan/kelengkapan klaim.

Page 120
Semua Surat penagihan akan masuk dan menggunakan penomoran
sekretariat RSI SULTAN AGUNG dan ditandatangani oleh Direktur.

4.3.8. Filling Data

Filling data dilakukan setelah dipastikan data tersebut sudah diinput atau
sudah diotorisasi validasi.

Filling dilakukan urut tanggal, dan disesuaikan dengan jenis piutang


sebagaimana 5.3.1.

Filling data bersifat sementara sampai piutang tersebut dinyatakan


selesai dan atau dilunasi oleh puhak ketiga.

4.3.9. Jadwal Penagihan

Dibuat Jadwal penagihan sebagai pengingat waktu menagih piutang


kepada penanggung pembiayaan pasien.

Jadwal dibuat dengan melihat kembali tanggal jatuh tempo yang


tercantum di dalam perjanjian kerja sama dengan pihak penanggung.

Jadwal penagihan memuat juga appointment pihak penanggung tentang


saat pencairan klaim.

4.3.10. Pengiriman klaim

a. Pengiriman Klaim dilakukan secara langsung maupun secara tidak


langsung.

Pengiriman secara langsung dilakukan kepada pihak ketiga dalam lingkup


dalam kota dan daerah sekitar yang masih terjangkau oleh petugas
khusus yang ditunjuk oleh Rumah Sakit

Pengiriman secara tidak langsung dilakukan kepada pihak ketiga yang


tidak terjangkau oleh petugas yang diunjuk oleh Rumah Sakit melalui jasa
kurir atau ekspedisi.

Pengiriman klaim secara langsung harus dibuktikan dengan tanda terima


berkas dari pihak ketiga, atau dengan buku ekspedisi yang ditandatangani
oleh penerima berkas dan menyebutkan saat pencairan/pembayaran
klaim, serta rencana cara pembayarannya.

Page 121
Pengiriman melalui jasa kurir atau ekspedisi dibuktikan dengan resi dari
agen kurir/ekspedisi yang dimaksud.

Berdasarkan resi tersebut dalam5.3.9. (huruf e) akan ditindaklanjuti


dengan melakukan cek melalui telepon, atau alat komunikasi lain, untuk
memastikan bahwa berkas klaim telah sampai dan diterima dengan baik.

Tindak lanjut berikutnya adalah memantau pembayaran / pencairan


klaim dengan menghubungi penanggungjawab (pic) pihak ketiga.

4.3.11. Pembayaran klaim secara Tunai

Klaim yang sudah jatuh tempo (dilihat dari appointment yang tercantum
dalam ekspedisi) akan ditindaklanjuti dengan memastikan kembali bahwa
pihak ketiga sudah siap dengan pembayaran/ pencairan klaim.

Petugas penagih akan datang kepada pihak ketiga dengan membawa


tanda terima atau buku ekspedisi yang mencantumkan kesanggupan
pihak ketiga.

Petugas penagih akan menerima uang tunai atau uang giral sebagai
pembayaran.

Sebagai bentuk pengendalian, pihak ketiga akan menuliskan jumlah


nominal klaim yang bisa cair/dibayarkan, dan menandatangani kolom
penyerahan klaim dalam buku ekspedisi, serta membubuhkan stempel
perusahaan.

4.3.12. Pembayaran klaim melalui Bank

Pembayaran klaim melalui bank diketahui setelah ada konfirmasi dari


pihak penanggung mengenai pembayaran tersebut dengan
pemberitahuan melalui telepon atau alat komunikasi lain dan atau
mengirimkan copy bukti transfer bank.

Bagian mobilisasi dana akan melakukan cek terhadap pembayaran


tersebut ke bank RSI SULTAN AGUNG untuk memastikan klaim terbayar.

Page 122
4.3.13. Proses Administrasi Pelunasan Klaim

Jika pembayaran klaim baik secara tunai maupun melalui bank sudah
dapat dipastikan, maka akan dilakukan proses pembukuan, yaitu dengan
mengirimkan bukti pembayaran beserta berkas-berkas pendukung klaim
ke bagian keuangan.

Pengiriman berkas klaim terbayar disertai dengan ekspedisi, yang harus


ditandatangani oleh staf Bagian Keuangan sebagai bukti penerimaan
berkas.
4.3.14. Proses mencatat semua transaksi hutang piutang secara detail dan
transparan
Proses ini wajib dilakukan, mengingat beratnya kebutuhan untuk
mencatatnya. Karena jika tanpa dicatat, rentan terjadi kesalahan, lupa, yang
dapat mengakibatkan sengketa dan pertikaian dikemudian hari. Sesuai
dengan Tafsir as-Sa’di, hlm. 118.
Fungsi Pencatatan Adminstrasi Klaim:
Pencatatan Klaim

Mencatat semua transaksi pengajuan/pengiriman klaim yang ada selama


periode tertentu.
Pencatatan Pembayaran

Melakukan pencatatan atas semua pembayaran hutang dari rekanan dan


pasien kemudian dibandingkan dengan pengajuan sehingga didapatkan
laporan saldo per Relasi maupun per pasien.
Konfirmasi Klaim

Sehubungan dengan piutang outstanding, perlu tindakan proaktif petugas


administrasi klaim untuk secara berkala menghubungi pihak yang
berhutang dalam rangka mengingatkan atas kewajiban hutang yang
belum terlunasi.
Fungsi pelaporan ke Manajemen

Petugas Administrasi klaim wajib menyajikan laporan posisi piutang


kepada pihak manajemen, sebagai bahan evaluasi dan pengambilan
keputusan

Page 123
BAB V – PELAPORAN

Secara implisit, ayat 282 dari Qur’an surat Al Baqarah mengandung isyarat tentang
beberapa ketentuan dalam melakukan transaksi (terutama transaksi non tunai), yaitu:
pertama, Dalam membuat akad perjanjian, antara penulis dengan penghutang harus
dilandasi dengan kejujuran dan disertai saksi (minimal 2 Orang). Kedua, hendaknya kedua
belah pihak memeriksa dengan teliti terhadap seluruh isi perjanjian agar tidak menimbulkan
masalah dibelakang hari. Ketiga, Akad perjanjian dan saksi merupakan alat bukti apabila
terjadi sengketa. Keempat, Apabila diantara keduabelah pihak ada yang menyulitkan dalam
perjanjian tersebut, maka yang bersangkutan tergolong orang Fasik (telah mencederai
ajaran agamanya).

Penyajian Laporan Keuangan di RSI Sultan Agung berpedoman pada Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) 45 mengenai Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba, PSAK 101
tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah dan Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP).

Pelaporan, sebagai bentuk dari pertanggungjawaban di RSI Sultan Agung disajikan ke dalam
2 (dua) kelompok :
Laporan Akuntansi Keuangan
Laporan Akuntansi Manajemen

5.1. LAPORAN AKUNTANSI KEUANGAN

Akuntansi keuangan merupakan serangkaian proses yang berujung pada penyusunan


laporan keuangan yang berkaitan dengan perusahaan secara keseluruhan untuk
digunanakan oleh pengguna laporan keuangan baik internal maupun eksternal
perusahaan berfokus pada penyiapan laporan keuangan suatu perusahaan yang
dilakukan secara berkala. Laporan ini sekaligus sebagai bentuk pertanggungjawaban
manajemen kepada pemilik.

Page 124
Fungsi utama dari laporan akuntansi keuangan di RSI Sultan Agung adalah untuk
memberikan informasi terkait keuangan organisasi. Informasi ini akan digunakan
untuk melihat keadaan keuangan dan apa saja yang telah terjadi didalamnya. Selain
itu bagi pihak manajemen informasi ini sangat berguna untuk pengambilan
keputusan yang tepat.

5.1.1. Ruang Lingkup


5.1.1.1. Laporan Posisi Keuangan berbasis Maal

Merupakan gambaran kekayaan RSI Sultan Agung berbentuk asset,


kewajiban dan aset neto yang bernilai seimbang. Seimbang tidak
hanya dari sisi material, tetapi secara syariah juga harus selalu
tersucikan (tazkiyah) yaitu berasal dari sumber yang halal, thoyib
dan bebas riba.

Penyajian Laporan Posisi Keuangan berbasis Maal ini adalah


sebagai berikut :

Disajikan secara komparatip untuk dua periode akuntansi


terakhir. Dapat juga dilakukan secara periodik lazimnya bila
dipandang perlu dan disajikan triwulan secara kompatatip dua
periode akuntansi terakhir.

Laporan Posisi Keuangan disusun untuk mencerminkan posisi


keuangan pada tanggal tertentu, terdiri dari aktiva, kewajiban
dan aset neto.

Aktiva (aset) adalah sumber daya yang dikuasai oleh rumah


sakit sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari masa
manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh
rumah sakit.

Kewajiban (liabilities) merupakan hutang rumah sakit masa


berjalan yang timbul dari peristiwa masa lalu dan
penyelesaiannya mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
rumah sakit. Dalam Laporan Posisi Keuangan disajikan
berdasarkan pengelompokan jangka waktu pelunasannya.

Page 125
Aktiva bersih (ekuities) adalah hak residual atas aktiva rumah

sakit setelah dikurangi semua kewajiban jangka pendek dan


jangka panjang.
5.1.1.2. Laporan Nilai Tambah berbasis Rezki

Adalah laporan yang memberikan gambaran nilai tambah yang


didapatkan (baik financial, sosial dan lingkungan) dan telah
disucikan (tazkiyah) secara halal, thoyib dan bebas riba mulai sejak
pembentukan, hasil hingga distribusinya yang bernilai berkah serta
bertujuan maslahah.

Laporan nilai tambah berbasis maal menyajikan Pendapatan,


Beban, Perubahan Lain dan Sisa Dana dengan memisahkan
penghasilan dan beban operasional maupun non operasional yang
diperoleh dari kegiatan unit serta pos penghasilan di luar
penyelenggaraan operasional lainnya dan sisa dana yang timbul
dari transaksi-transaksi yang bersifat luar biasa (extra ordinary).

Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama


periode akuntansi dalam bentuk penambahan aktiva atau
penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan aset neto
yang tidak berkaitan dengan kontribusi penanaman aktiva bersih.

Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama


periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya
aktiva dengan terjadinya kewajiban yang mengakibatkan
penurunan aset neto yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam aktiva bersih.
5.1.1.3. Laporan Arus Kas (Cash Flow) Berbasis Ma’isyah

Merupakan gambaran hasil kinerja kas yang bersumber dari


ma’isyah yaitu keluar dan masuknya kas untuk transaksi
operasional, pendanaan, investasi, dan transaksi barakah yang
disusun dengan maksud untuk mengetahui arus masuk kas dan

Page 126
arus kas yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai
kemampuan rumah sakit dalam menghasilkan kas atau setara kas
dan menilai penggunaan arus kas tersebut.

Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan akun giro.
Perubahan diantara pos dalam unsur kas atau setara kas tidak
diperhitungkan sebagai arus kas.

Laporan arus kas disusun menurut sumber dan penggunaan kas


dari aktivitas operasional, aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan.

Arus kas dari aktivitas operasional adalah aliran penerimaan


dan pengeluaran kas yang berhubungan dengan aktivitas
operasional rumah sakit yang mempunyai pengaruh pada
penetapan kenaikan aktiva bersih tidak terikat atau penurunan
aktiva bersih tidak terikat terutama dari penjualan jasa rumah
sakit yang disusun dengan metode langsung.

Arus kas dari aktivitas investasi adalah aliran penerimaan dan


pengeluaran kas yang berhubungan dengan aktivitas investasi
rumah sakit dan bertujuan untuk menghasilkan pendapatan
dan arus kas masa depan.

Arus kas dari aktivitas pendanaan adalah penerimaan dan


pengeluaran kas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah

serta komposisi aset neto atau aktiva bersih dan pinjaman


rumah sakit.
5.1.1.4. Laporan Perubahan Aset berbasis Barakah

Laporan Perubahan Aset berbasis Barakah adalah gambaran


perubahan yang terjadi pada aset yang dimiliki RSI Sultan Agung
pada satu periode tertentu yang menyajikan sekurang-kurangnya
pos-pos aset awal atau aset tahun sebelumnya, Surplus/defisit-LO
pada periode bersangkutan dan koreksi-koreksi yang langsung
menambah/mengurangi aset neto, yang antara lain berasal dari
dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan
akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya:

Page 127
Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada
periode-periode sebelumnya;
Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.

Di samping itu, suatu entitas pelaporan juga perlu menyajikan


rincian lebih lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam Laporan
Perubahan Aset neto yang dijelaskan pada Catatan atas Laporan
Keuangan

5.1.1.5. Laporan Dana Zakat

Laporan Dana Zakat menyajikan sumber dan seberapa besar


pendapatan zakat yang diterima oleh RSI Sultan Agung dalam satu
periode serta distribusinya.

5.1.1.6. Catatan atas Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk


mengungkan informasi atau hal-hal yang berkaitan dengan :

Pedoman akuntansi yang penting yang digunakan sebagai


dasar penyusunan laporan keuangan.
Rincian dan penjelasan masing-masing pos laporan keuangan

Informasi tambahan lainnya yang diperlukan untuk


memberikan penjelasan lebih lanjut atas pos laporan
keuangan tertentu.
Semua bentuk laporan di atas secara detil disajikan dalam lampiran

5.1.1. Periodisasi Laporan

Laporan Akuntansi Keuangan disajikan secara periodik 1 (satu) bulanan, 3


(tiga) bulanan, dan 1 (satu) tahunan.

5.1.2. Penanggungjawab Laporan

Laporan Akuntansi Keuangan RSI Sultan Agung secara umum menjadi


tanggungjawab Manajer Keuangan dan Akuntansi, dan dilaksanakan
pengolahan data hingga penyajiannya oleh Kepala Bagian Akuntansi.

Page 128
5.2. LAPORAN AKUNTANSI MANAJEMEN

Akuntansi manajemen merupakan sebuah proses identifikasi, penyiapan,


pengukuran, akumulasi, analisis dan penafsiran serta komunikasi mengenai informasi
yang dapat membantu eksekutif dalam memenuhi tujuan perusahaan, Charles T.
Homgren (1993: 4)
5.2.1. Ruang Lingkup
Laporan Akuntansi Manajemen meliputi;

Laporan Pelaksanaan Akad ; gambaran pelaksanaan akad baik pada


pelayanan, maupun pada kerjasama pengadaan. Hasil berupa
persentase penghitungan dari membandingkan total transaksi
(kejadian) pelayanan atau kerjasama pengadaan dengan total akad yang
dilakukan.

Laporan Dana Kebajikan; gambaran jumlah dana kebajikan baik yang


bersumber dari dana halal maupun non halal, serta laporan
pemanfaatannya selama 1 (satu) periode, baik bulanan, tiga bulanan
maupun tahunan.

Laporan Sistem Informasi; Gambaran system informasi yang digunakan


pada periode berjalan mengenai keunggulan atau kekurangan dan
pengembangan yang akan dilakukan. Sistem Informasi yang dimaksud
antara lain ;

Sistem Informasi Manajemen, menyangkut kebijakan,


pedoman, panduan dan SPO

Sistem Informasi Komputerisasi, menyangkut pengembangan


program bantu komputerisasi.

Analisis Kinerja Keuangan; gambaran penilaian kinerja keuangan yang


dihasilkan dari hasil analisis banding laporan akuntansi keuangan
periode berjalan dengan periode sebelumnya dan proyeksinya.

Analisis Rasio Keuangan; gambaran kekuatan RSI Sultan Agung dilihat


dari berbagai sudut pandang, baik rasio-rasio keuangan secara khusus
maupun penilaian kesehatan keuangan secara general.

Laporan akuntansi manajemen sesuai dengan format baku yang ada


pada panduan.

Page 129
5.2.2. Periodisasi Laporan

Sama halnya dengan Laporan Akuntansi Keuangan, maka Laporan Akuntansi


Manajemen disajikan secara periodik 1 (satu) bulanan, 3 (tiga) bulanan, dan 1
(satu) tahunan. Karena periodisasi yang sama, maka Laporan Akuntansi
Keuangan dan Laporan Akuntansi Manajemen berada dalam satu format
laporan sebagaimana terlihat pada gambar 6 pada lampiran.

5.2.3. Penanggungjawab Laporan


Laporan Akuntansi Keuangan RSI Sultan Agung menjadi tanggungjawab
Manajer Keuangan dan Akuntansi, yang disusun dan disajikan berdasarkan
Laporan Akuntansi Keuangan, dan laporan-laporan lain yang mendukung.

Page 130
BAB VI – PENGAWASAN (Controlling)

Pengendalian adalah mengukur dan mengoreksi pelaksanaan kegiatan untuk memastikan


bahwa kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana. Tanpa menerapkan sistem kontrol,
manajemen tidak akan memiliki pengetahuan tentang apakah Organisasi berjalan dengan
baik dan berkinerja baik. Dalam praktek pengendalian ini, setiap penyimpangan atau
kekurangan dicegah dari terjadi. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meneliti dan memeriksa
apakah pelaksanaan tugas-tugas yang sudah direncanakan betul-betul dikerjakan. Hal ini
juga untuk mengetahui apakah terjadi suatu penyimpangan atau adanya kekeliruan dalam
melaksanakan pedoman yang telah dibuat.

Ar-Riqobah ialah mengetahui kejadian-kejadian yang sebenarnya dengan ketentuan dan


ketetapan peraturan, serta menunjuk secara tepat terhadap dasar-dasar yang telah
ditetapkan dalam perencanaan semula. Untuk mencegah penyelewengan, penyalahgunaan
wewenang dan semua bentuk kebocoran

6.1. Dasar Syariah


QS. Al Hasyr ayat 18 : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah

dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

“Periksalah dirimu sebelum memeriksa orang lain. Lihatlah terlebih dahulu atas
kerjamu sebelum melihat kerja orang lain.” (HR. Tirmidzi: 2383).
6.2. Ruang lingkup prosedur pengawasan ini mencakup:
Prosedur transaksi, baik penerimaan maupun pengeluaran

Memastikan bahwa semua transaksi yang terjadi, dilakukan sesuai dengan


prosedur yang berlaku.
Struktur organisasi dan supervisi

Memastikan bahwa supervisi melakukan tugas pengamatan proses dan


melakukan verifikasi transaksi. Memastikan pula bahwa otorisasi transaksi
berjalan sebagaimana mestinya.

Page 131
Pengendalian Akses

Memastikan bahwa telah dilakukan kontrol Akses ke Aset Fisik Seperti Kas
dan Persediaan (Akses Langsung)

Memastikan bahwa telah dilakukan pembatasan Akses ke dokumen-


dokumen yang mengontrol Aset Fisik (Akses tidak Langsung)

Memastikan bahwa Pengendalian Akses Ke Dokumen Sumber dan Catatan


Dalam System Transaksi telah dilakukan
Verifikasi

Memastikan bahwa dokumen permintaan barang, surat pesanan, laporan


penerimaan dan faktur pemasok telah direkonsiliasi
Pemisahan Tugas

Memastikan bahwa supervisi dapat menyediakan pengendalian pada system


yang terpisah.

Menganalisis laporan keuangan dan membuat kesimpulan.

6.3. Periode Pengawasan dan Penanggungjawab Pengawasan

Pengawasan dilakukan dalam periode ; harian, mingguan, bulanan, dan triwulan,


dengan penanggungjawab pengawasan pada setiap level, antara lain; staf, kepala
bagian, manajer bidang, dan direktur bidang.

Secara terperinci, gambaran periode dan penanggungjawab pengawasan dapat


dilihat pada tabel berikut ini.Periode Pengawasan dan penanggungjawab
pengawasan di RSI Sultan Agung adalah sebagai berikut :
PENANGGUNG-
HARIAN MINGGUAN BULANAN TIGA BULANAN
JAWAB
STAF a. Melakukan Membuat -- --
validasi dan rekapitulasi hasil
rekonsiliasi kinerja pengawasan
transaksi setiap pekan dan
pendapatan. menyampaikannya
b. Melakukan kepada Kabag.
verifikasi
terhadap
transaksi
pengeluaran,
mengenai
prosedur dan

Page 132
kelengkapan
syarat
transaksi
c. Membuat
laporan
insidental ke
Kabag apabila
terjadi
masalah
KABAG Sidak, insidental a. Merangkum, Membuat laporan --
dan menganali- kinerja
sis laporan pengawasan
penga bulanan unit
wasan Staf atas berdasar analisis
transaksi laporan staf, dan
penerimaan,
dan transaksi
pengeluaran.
b. Menindaklanjuti
laporan
insidental dari
staf dengan
melibatkan
Manajer Bidang
bila diperlukan
c. laporan-laporan
incidental
MANAJER Sidak, insidental Sidak, insidental a. Menerima a. Merangkum
Laporan laporan
kinerja bulanan,
pengawasan dan
bulanan dari membuat
Kabag kesimpulan
b. Membuat b. Melaporkan
analisis, hasil analisis
membuat pengawasan
bahasan dan pada rapat
solusi dari kerja
masalah yang tribulanan
tidak dan
terpecahkan menyampai
di tingkat kan secara
Bagian tertulis
c. Membuat kepada
laporan direktur
Akuntansi c. Menyusun
Manajemen Laporan
d. Membuat Akuntansi
konsep Manajemen
pengawasan periode
3(tiga)

Page 133
bulanan
DIREKTUR Sidak, insidental Sidak, insidental a. Menerima
BIDANG Laporan
kinerja
pengawasan
bulanan dari
Manajer
Bidang
b. Melakukan
telaah dan
analisis untuk
Pedoman
strategis

Page 134
BAB VII – PENUTUP

Pedoman Keuangan dan Akuntansi Berbasis Syari’ah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu masih memungkinkan untuk dilakukan koreksi dan perubahan menyesuaikan
dengan keadaan di lapangan atau regulasi pemerintah terkini. Hal lain yang sepatutnya kami
sampaikan adalah permohonan kami terhadap koreksi dan saran dari para pemangku
kepentingan terhadap Pedoman ini, untuk lebih menyempurnakan konten dan agar lebih
aplikatif.

Page 135
LAMPIRAN
Gambar 1
LAPORAN POSISI KEUANGAN BERBASIS MAL
RSI SULTAN AGUNG SEMARANG
PER 31 JANUARI 2016 dan 31 JANUARI 2015
(Dalam Jutaan Rupiah)
BULAN JANUARI
KETERANGAN Catatan
REALISASI 2016 REALISASI 2015 PROYEKSI 2016
ASET
Aset Lancar
Kas dan setara kas 2a, 3 16,235 17,448 15,629
Piutang bersih 2c, 4 38,480 20,627 33,089
Persediaan 2d, 5 4,852 5,006 4,857
Uang muka kegiatan 6 2,144 2,997 2,326
Jumlah aset lancar 61,711 46,078 55,901
Aset Tidak Lancar
Aset tetap bersih 7 180,252 189,510 180,901
Aset tidak berwujud 8 542 902 542
Aset lain-lain 9 345 2,008 10,951
JUMLAH ASET 242,850 238,498 248,295
KEWAJIBAN
Kewajiban lancar
Hutang usaha 10 17,222 16,172 15,420
Hutang non-usaha 11 2,381 2,108 2,363
Hutang Jangka Pnjg Telah Jatuh Tempo 12 1,997 5,050 13,622
Rekening Antar Kantor 13 92,256 106,780 52,301
Dana Kebajikan 14 14 - 12
Jumlah kewajiban lancar 113,870 130,110 83,718
Kewajiban tidak lancar - kredit investasi 15 1,452 3,727 42,671
JUMLAH KEWAJIBAN 115,322 133,837 126,389
WAKAF TUNAI
ASET BERSIH
Aset Bersih Tidak Terikat 16 64,106 41,529 58,484
Aset Bersih Terikat Temporeri - - -
Aset Bersih Terikat 16 63,422 63,132 63,422
Jumlah ekuitas 127,528 104,661 121,906
JUMLAH KEWAJIBAN, WAKAF TUNAI & EKUITAS 242,850 238,498 248,295

Gambar 2
LAPORAN NILAI TAMBAH BERBASIS REZKI
RSI SULTAN AGUNG SEMARANG
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 JANUARI 2016 DAN 31 JANUARI 2015
(Dalam Jutaan Rupiah)
BULAN JANUARI SAMPAI DENGAN JANUARI
KETERANGAN Catatan REALISASI REALISASI PROYEKSI REALISASI REALISASI PROYEKSI
2016 2015 2016 2016 2015 2016
PENDAPATAN
Pendapatan Operasional Pelayanan Pasien 2g, 17 20,864 17,048 20,724 20,864 17,048 20,724
Pendapatan Operasional Lainnya 2g, 17 140 82 144 140 82 144
Pendapatan lain lain 2g, 17 239 41 217 239 41 217
Jumlah pendapatan 21,243 17,171 21,085 21,243 17,171 21,085
BIAYA OPERASIONAL
Harga Pokok Pelayanan Pasien 18 10,309 8,496 10,607 10,309 8,496 10,607
Beban Operasional 19 5,124 4,818 5,989 5,124 4,818 5,989
Beban Lain lain 57 292 101 57 292 101
Jml by. operasi sebelum penyusutan 15,490 13,606 16,697 15,490 13,606 16,697
SURPLUS SEBELUM PENYUSUTAN & MARGIN PINJAMAN 5,753 3,565 4,388 5,753 3,565 4,388
Biaya penyusutan & Amortisasi 2f, 20 1,706 1,634 1,774 1,706 1,634 1,774
SURPLUS SEBELUM MARGIN PINJAMAN 4,047 1,931 2,614 4,047 1,931 2,614
Margin dan administrasi pinjaman 20 35 201 428 35 201 428
SURPLUS (DEFISIT) OPERASIONAL 4,012 1,730 2,186 4,012 1,730 2,186

Page 136
Gambar 3
LAPORAN ARUS KAS BERBASIS MA'ISYAH
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
PER 31 JANUARI 2016 dan 31 JANUARI 2015
(Dalam Jutaan Rupiah)
JANUARI
TRANSAKSI
REALISASI 2016 REALISASI 2015 PROYEKSI 2016
(a) (b) (c ) (d)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASIONAL
Perubahan dalam aset bersih 4,010 1,728 2,184
Penyesuaian untuk merekonsiliasi laba bersih
Kas yang dihasilkan dari aktivitas usaha
Penyusutan aset tetap 1,677 1,605 1,745
(Kenaikan) penurunan investasi jangka pendek - - -
(Kenaikan) Penurunan piutang usaha (2,114) 81 3,277
(Kenaikan) penurunan persediaan 60 304 55
(Kenaikan) penurunan uang muka kegiatan 183 (567) -
(Kenaikan) penurunan aset tidak berwujud 30 30 30
(Kenaikan) penurunan aset lain-lain 35 201 (10,571)
Kenaikan (penurunan) hutang usaha 1,641 1,506 (163)
Kenaikan (penurunan) hutang non usaha (107) (100) (124)
Kenaikan (penurunan) Dana Kebajikan 2 - -
Kas bersih diterima (digunakan) untuk aktivitas operasional 5,416 4,788 (3,568)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI


(Kenaikan) penurunan aset tetap (283) (721) (1,000)
Kas bersih diterima (digunakan) untuk aktivitas investasi (283) (721) (1,000)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN


Kenaikan (penurunan) bagian kewajiban jatuh tempo satu tahun (182) (613) 11,444
Kenaikan (penurunan) pinjaman bank jangka panjang - - 41,219
Kenaikan (penurunan) RAK Kredit (1,602) (1,128) (41,556)
Penyesuaian aset bersih tidak terikat (0) (66) (3,796)
Kas bersih diterima (digunakan) untuk aktivitas pendanaan (1,783) (1,807) 7,311

Kenaikan (penurunan) bersih Kas dan Setara Kas 3,350 2,260 2,743

Saldo Awal Kas dan Setara Kas 12,886 15,189 12,886

Saldo Akhir Kas dan Setara Kas 16,235 17,448 15,629

Rekonsiliasi perubahan dalam aset neto menjadi kas neto yang


digunakan untuk aktivitas operasi :

Perubahan dalam Aset Neto 4,010 1,728 (1,612)

Gambar 4

LAPORAN PERUBAHAN ASET BERSIH BERBASIS BARAKAH


RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 JANUARI 2016 DAN 31 JANUARI 2015
(Dalam Jutaan Rupiah)
REALISASI 2016 REALISASI 2015 PROYEKSI 2016
Aset Aset Aset Aset Aset
KETERANGAN Aset Tidak Terikat Aset Terikat Aset Tidak Terikat Terikat Aset Tidak Terikat Terikat
Terikat Temporer Permanen Terikat Temporer Permanen Terikat Temporer Permanen

Saldo Awal Nilai Aset Per 1 Januari 60,096 - 63,422 39,800 - 63,132 60,096 - 63,422
Kenaikan (Penurunan) Nilai Aset 4,012 - - 1,730 - - 2,186 - -
Penarikan (saving) Pemilik (YBWSA) - - - - - - (3,796) - -
Saldo Akhir Nilai Aset Per 31 Januari 64,106 - 63,422 41,529 - 63,132 58,484 - 63,422

Page 137
Gambar 5
LAPORAN DANA ZAKAT
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 JANUARI 2016 DAN 31 JANUARI 2015

(Dalam Jutaan Rupiah)


KETERANGAN REALISASI PROYEKSI
Sumber Dana Zakat
Zakat dari dalam Rumah Sakit 17 15
Zakat dari karyawan Rumah Sakit 3 3
Zakat dari pihak luar Rumah Sakit 2 1
Jumlah Sumber Dana Zakat 22 19

Penggunaan Dana Zakat


Disalurkan melalui UPZ RSISA 13 12

Kenaikan (Penurunan) Dana Zakat 9 7


Saldo Awal Dana Zakat 3 2
Saldo Akhir Dana Zakat 12 9

GAMBAR 6
FORMAT LAPORAN KEPADA MANAJEMEN
(PERIODIK)

LAPORAN BIDANG KEUANGAN DAN AKUNTANSI


UNTUK PERIODE 20XX

PENDAHULUAN

LAPORAN INTERNAL BIDANG


KEUANGAN 2.1. Ketenagaan
2.2. Sarana & Prasaran
2.3. Laporan Mutu Utama & Unit
2.4. Sistem Informasi Manajemen
LAPORAN KEUANGAN
3.1. Laporan Posisi Keuangan berbasis Maal
3.2. Laporan Nilai Tambah berbasis Rezki
3.3. Laporan Arus Kas (Cash Flow) Berbasis Ma’isyah
3.4. Laporan Perubahan Aset berbasis Barakah
3.5. Laporan Dana Zakat
LAPORAN MANAJEMEN

PROYEKSI KINERJA PERIODE BERIKUTNYA DAN FORCAST


PENUTUP

Page 138
DAFTAR ISI
REKOMENDASI KOMITE SYARIAH .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii

BAB I – IFTITAH ............................................................................................................................ 1

1.1. Konsistensi (Consistency/ISTIQOMAH) ................................................................................. 2

1.2. Akuntabilitas (Accountability) ............................................................................................. 2

1.3. Transparansi (Transparency) ............................................................................................... 4

1.4. Kelangsungan Hidup (Viability) ............................................................................................ 4

1.5. Integritas (Integrity) ............................................................................................................ 5

1.6. Pengelolaan (Stewardship) .................................................................................................. 6

1.7. Standar Akuntansi (Accounting Standards) .......................................................................... 7

BAB II – PERENCANAAN (PLANNING) ............................................................................................ 9

2.1. PENGANGGARAN .............................................................................................................. 10

2.1.1. Dasar Syariah ........................................................................................................ 10

2.1.2. Ketentuan Pagu .................................................................................................... 11

2.1.3. Komponen Input ................................................................................................... 12

2.1.4. Komponen proses ................................................................................................. 13

2.1.5. Komponen Out put ............................................................................................... 14

2.2. PENTARIFAN ..................................................................................................................... 14

2.2.1. Dasar Syariah ........................................................................................................ 15

2.2.2. Penyusunan tarif ................................................................................................... 15

2.2.3. Pengaturan (setting) tarif ...................................................................................... 17

2.2.4. Sosialisasi dan Implementasi Tarif ......................................................................... 17

2.2.5. Pengenaan Tarif .................................................................................................... 17

2.2.6. Pemeliharaan Tarif ................................................................................................ 19

2.3. PENDANAAN ..................................................................................................................... 20

2.3.1. Dasar Syariah ........................................................................................................ 20

2.3.2. Ketentuan Pendanaan ........................................................................................... 21

Page ii
2.4. PEDOMAN AKTIVA ............................................................................................................ 22

2.4.1. Dasar Syariah ........................................................................................................ 22

2.4.2. Aktiva Lancar ........................................................................................................ 23

2.4.3. Rekening Antar Kantor (RAK) ................................................................................ 29

2.4.4. Aktiva tidak Lancar ............................................................................................... 38

2.4.5. Aktiva tak Berwujud .............................................................................................. 43

2.4.6. Aktiva dalam Konstruksi ........................................................................................ 44

2.5. PEDOMAN KEWAJIBAN (HUTANG) .................................................................................... 45

2.5.1. Dasar Syariah ........................................................................................................ 46

2.5.2. Kewajiban Lancar .................................................................................................. 47

2.5.3. Kewajiban Tidak Lancar ......................................................................................... 49

2.5.4. Maqashid asy- syariah .......................................................................................... 50

2.6. PEDOMAN ASET NETO ...................................................................................................... 51

2.6.1. Dasar Syariah ........................................................................................................ 51

2.6.2. Aset neto Tidak Terikat ......................................................................................... 51

2.6.3. Aset neto Terikat Temporer .................................................................................. 53

2.6.4. Aset neto Terikat Permanen .................................................................................. 54

2.7. PEDOMAN AKAD ............................................................................................................... 55

2.7.1. Dasar Syariah ........................................................................................................ 55

2.7.2. Pengertian ............................................................................................................ 56

2.7.3. Pengelompokan .................................................................................................... 56

2.7.4. Penyajian dan pengungkapan ................................................................................ 58

2.8. PEDOMAN PENDAPATAN .................................................................................................. 58

2.8.1. Dasar Syariah ........................................................................................................ 58

2.8.2. Pengertian ............................................................................................................ 59

2.8.3. Pengelompokan .................................................................................................... 59

2.8.4. Pengakuan dan Pengukuran .................................................................................. 64

2.8.5. Penyajian dan pengungkapan ................................................................................ 64

2.9. PEDOMAN BEBAN ............................................................................................................. 65

Page iii
2.9.1. Dasar Syariah ........................................................................................................ 65

2.9.2. Pengertian ............................................................................................................ 65

2.9.3. Pengelompokan .................................................................................................... 66

2.9.4. Pengakuan dan Pengukuran .................................................................................. 66

2.9.5. Kapitalisasi Beban ................................................................................................. 66

2.9.6. Penyajian dan Pengungkapan ................................................................................ 67

2.10. PEDOMAN NILAI TAMBAH .................................................................................................67

2.10.1. Dasar Syariah......................................................................................................... 69

2.10.2. Pengertian ............................................................................................................. 69

2.10.3. Pengelompokan ..................................................................................................... 69

2.10.4. Pengakuan dan Pengukuran ................................................................................... 70

2.10.5. Penyajian dan Pengungkapan................................................................................. 70

2.11. PEDOMAN TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING ...........................................................70

2.11.1. Dasar Syariah......................................................................................................... 70

2.11.2. Pengertian ............................................................................................................. 71

2.11.3. Jenis Transaksi ....................................................................................................... 71

2.11.4. Pengakuan dan Pengukuran ................................................................................... 71

2.11.5. Penyajian dan Pengungkapan................................................................................. 72

2.12. PEDOMAN KONTINJENSI & PERISTIWA SETELAH TANGGAL LAPORAN POSISI KEUANGAN ....73

2.12.1. Dasar Syariah......................................................................................................... 73

2.12.2. Pengertian ............................................................................................................. 73

2.12.3. Pengakuan dan Pengukuran ................................................................................... 74

2.12.4. Penyajian dan Pengungkapan................................................................................. 74

2.13. PEDOMAN TRANSAKSI LUAR BIASA ....................................................................................74

2.13.1. Dasar Syariah......................................................................................................... 74

2.13.2. Pengertian ............................................................................................................. 75

2.13.3. Pengakuan dan Pengukuran ................................................................................... 75

2.13.4. Penyajian dan Pengungkapan................................................................................. 75

2.14. PEDOMAN ZAKAT ..............................................................................................................75

Page iv
2.14.1. Dasar Syariah ........................................................................................................ 75

2.14.2. Pengertian ............................................................................................................ 76

2.14.3. Pengakuan dan Pengukuran .................................................................................. 79

2.14.4. Penyajian dan Pengungkapan ................................................................................ 79

2.15. PEDOMAN PERPAJAKAN ................................................................................................... 80

2.15.1. Dasar Syariah ........................................................................................................ 80

2.15.2. Pajak Penghasilan (PPh) Badan .............................................................................. 80

2.15.3. Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 ; Karyawan ......................................................... 81

2.15.4. Pajak Bumi dan Bangunan ..................................................................................... 82

2.15.5. Bea Materai .......................................................................................................... 82

2.15.6. Retribusi ............................................................................................................... 82

2.16. PEDOMAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN ............................................................. 82

2.16.1. Dasar Syariah ........................................................................................................ 83

2.16.2. Tujuan Akuntansi Pertanggungjawaban ................................................................. 83

2.16.3. Identifikasi dan Penempatan ................................................................................. 83

2.16.4. Pusat Pertanggungjawaban Unit............................................................................ 84

2.16.5. Pengukuran Kinerja ............................................................................................... 84

2.16.6. Parameter Lain ..................................................................................................... 84

BAB III – PENGORGANISASIAN (ORGANIZING) ............................................................................. 86

3.1. PENGORGANISASIAN UNIT KEUANGAN ............................................................................. 87

3.1.1. Entitas Keuangan .................................................................................................. 87

3.1.2. Pengertian-pengertian .......................................................................................... 87

3.1.3. Pedoman Umum Keuangan ................................................................................... 88

3.2. PENGORGANISASIAN UNIT AKUNTANSI ............................................................................. 89

3.2.1. Entitas Akuntansi .................................................................................................. 89

3.2.2. Pengertian-pengertian .......................................................................................... 89

3.2.3. Pedoman Umum Akuntansi ................................................................................... 90

3.3. PENGORGANISASIAN UNIT MOBILISASI DANA ................................................................... 91

3.3.1. Entitas Mobilisasi Dana ......................................................................................... 92

Page v
3.3.2. Pengertian-pengertian .......................................................................................... 92

3.3.3. Pedoman Umum Mobilisasi Dana .......................................................................... 92

BAB IV – PENYELENGGARAAN (ACTUATING) ...............................................................................94

4.1. PENYELENGGARAAN KEGIATAN BAGIAN KEUANGAN .........................................................94

4.1.1. Dasar Syariah ........................................................................................................ 94

4.1.2. Penerimaan kas oleh bendahara ............................................................................ 95

4.1.3. Penerimaan Bank .................................................................................................. 96

4.1.4. Pengeluaran Kas .................................................................................................... 97

4.1.5. Pengeluaran Bank ................................................................................................. 97

4.1.6. Titipan Uang Kegiatan ........................................................................................... 98

4.1.7. Pertanggungjawaban atau pengembalian Uang Muka Kegiatan (qord).................... 98

4.1.8. Laporan Saldo Kas dan Bank .................................................................................. 99

4.1.9. Laporan Uang Muka Kegiatan ................................................................................ 99

4.1.10. Pendapatan Kas Harian .......................................................................................... 99

4.1.11. Penerimaan dari Tagihan yang Dibayar................................................................. 100

4.1.12. Tata Administrasi Pasien atau Penata Rekening .................................................... 100

4.1.13. Penerimaan Titipan / Deposit............................................................................... 102

4.1.14. Penerimaan Transaksi rawat jalan ........................................................................ 102

4.1.15. Cetak Kuitansi rawat Inap .................................................................................... 102

4.1.16. Penghitungan Tanggungan Asuransi ..................................................................... 103

4.1.17. Perhitungan Potongan Biaya ................................................................................ 103

4.1.18. Penerimaan Transaksi Rawat Inap ........................................................................ 104

4.1.19. Penerimaan Transaksi Lain ................................................................................... 104

4.1.20. Penggajian dan Pengupahan ................................................................................ 105

4.1.21. Penghitungan Potongan Karyawan ....................................................................... 106

4.1.22. Penghitungan Potongan Dokter ........................................................................... 106

4.1.23. Penghitungan Alokasi Jasa Check Up .................................................................... 106

4.1.24. Penghitungan Alokasi Jasa lain ............................................................................. 107

4.1.25. Penghitungan PPN ............................................................................................... 107

Page vi
4.1.26. Penghitungan PPh pasal 23, 25, 29 ....................................................................... 108

4.1.27. Penanganan Kesalahan Billing .............................................................................. 109

4.2. PENYELENGGARAAN KEGIATAN BAGIAN AKUNTANSI .......................................................110

4.2.1. Dasar Syariah ...................................................................................................... 110

4.2.2. Verifikasi Data Pengeluaran ................................................................................. 111

4.2.3. Penerbitan Surat perintah Mengeluarkan Uang (SPMU) ....................................... 112

4.2.4. Kolekting Data Pendapatan dan Pengeluaran ....................................................... 112

4.2.5. Proses Tutup Buku .............................................................................................. 112

4.2.6. Penyelenggaraan Laporan Keuangan ................................................................... 113

4.2.7. Laporan keuangan Interim ................................................................................... 113

4.2.8. Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan ..................................................... 114

4.2.9. Penyusunan, Pengaturan dan Pemeliharaan Tarif ................................................ 114

4.2.10. Input data pendapatan dan Pengeluaran pada program accounting. ..................... 115

4.2.11. Filling data berdasarkan tanggal dan Jenis transaksi ............................................. 115

4.2.12. Buku Bantu Hutang Rekanan ................................................................................ 115

4.2.13. Penerbitan Surat Konfirmasi kepada Rekanan ...................................................... 115

4.2.14. Mempersiapkan General Audit oleh Internal Auditor dan Eksternal Auditor .......... 115

4.2.15. Kegiatan COSTING ............................................................................................... 116

4.3. PENYELENGGARAAN KEGIATAN BAGIAN MOBILISASI DANA .............................................116

4.3.1. Dasar Syariah ...................................................................................................... 116

4.3.2. Verifikasi Data..................................................................................................... 116

4.3.3. Konfirmasi dan klarifikasi data unit terkait ........................................................... 117

4.3.4. Penyusunan klaim berdasar Penggolongan Piutang .............................................. 117

4.3.5. Pengolahan Data ................................................................................................. 120

4.3.6. Konfirmasi Piutang .............................................................................................. 120

4.3.7. Surat Penagihan .................................................................................................. 120

4.3.8. Filling Data .......................................................................................................... 121

4.3.9. Jadwal Penagihan................................................................................................ 121

4.3.10. Pengiriman klaim ................................................................................................. 121

Page vii
4.3.11. Pembayaran klaim secara Tunai .......................................................................... 122

4.3.12. Pembayaran klaim melalui Bank .......................................................................... 122

4.3.13. Proses Administrasi Pelunasan Klaim ................................................................... 123

4.3.14. Proses mencatat semua transaksi hutang piutang secara detail dan transparan.... 123

BAB V – PELAPORAN ................................................................................................................ 124

5.1. LAPORAN AKUNTANSI KEUANGAN .................................................................................. 124

5.1.1. Ruang Lingkup .................................................................................................... 125

5.1.1. Periodisasi Laporan ............................................................................................. 128

5.1.2. Penanggungjawab Laporan ................................................................................. 128

5.2. LAPORAN AKUNTANSI MANAJEMEN ............................................................................... 129

5.2.1. Ruang Lingkup .................................................................................................... 129

5.2.2. Periodisasi Laporan ............................................................................................. 130

5.2.3. Penanggungjawab Laporan ................................................................................. 130

BAB VI – PENGAWASAN (Controlling) ...................................................................................... 131

6.1. Dasar Syariah .................................................................................................................. 131

6.2. Ruang lingkup prosedur pengawasan ini mencakup: ........................................................ 131

6.3. Periode Pengawasan dan Penanggungjawab Pengawasan................................................ 132

BAB VII – PENUTUP .................................................................................................................. 135

LAMPIRAN ............................................................................................................................... 136

Page viii

Anda mungkin juga menyukai