Anda di halaman 1dari 20

Akuntansi dalam Bahasa arab biasa disebut 

muhasabah karta ini berasal dari kata


kerjahasabah dan bias juga diucapkan dengan hisab, hasabah, muhasabah. Kata kerja
yang menunjukkan interaksi seseorang dengan orang lain. Pengertiannya dalam kalimat
“ Menghitung semua amalnya untuk dia balas sesuai dengan amalnya tersebut”. Seperti
dalam firman Allah

“Dan berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah tuhan mereka
dan rasul-rasul-Nya. Maka kami hisab penduduk itu dengan hisab yang keras dan kami
azab mereka dengan azab yang mengerikan”. (ath-Thalaaq:8).

Ilmu hisab adalah cikal bakal ilmu matematika, dan kadang  juga dengan ilmu bilangan.
Yaitu ilmu yang membahas tentang cara menghitungkan plus atau minusnya suatu
bilangan. Ilmu ini juga untuk mengetahui bilangan majhul yang tidak diketahui.

Oleh karena itu, dapat juga mengatakan hasaba, hasban, hisabatan, dan hisaban


seperti pada firman Allah.

Artinya; ”dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan
tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari
Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. dan
segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas. .” (al-Israa:12).

II.          Landasan Syar’i

Beberapa dalil-dalil  syar’i menjadi dasar  akuntansi syariah dan sekaligus


membedakannya dengan akuntansi konvensionalnya. Dapat dilihat dalam beberapa
firman Allah, hadits Nabi, kaidah fiqih, dan pendapat para ulama sebagai berikut.

1.    Firman Allah dalam Al-Qur’an

Yang terdapat dalam surat (Al-Baqarah:282), surat (an-Nissa:135), surat (asy-


Syuraa:182-183).

2.    Sabda Rasulullah

Yang pertama dihisab dihari kiamat nanti ialah shalat. Jika shalat itu dikerjakan dengan
benar, benarkah  semua perbuatannya. Tetapi jika shalat itu  rusak, rusaklah semua
amal perbuatannya. (HR Ibnu Maajar, Ahmad, dan Malik).
3.    Kaidah Fiqih

Pada dasarnya dalam bentuk muamalat boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.

4.    Pendapat Para Sahabat dan Ulama

Umar Ibnu Khaththab r.a berkata. “Hisablah dirimu sendiri sebelum kamu dihisab,
timbanglah amalanmu sebelum kamu ditimbang, dan bersiaplah untuk menghadapi hari
dimasa semua amal perbuatan diberikan.”

III.          Tujuan Akuntansi Keuangan Syariah

Akuntansi keuangan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu seiring dengan


tingkat kebutuhan perusahaan untuk menetapkan hak dan kewajiban keuangan, hasil
operasi dan untuk memberikan imformasi mengenai posisi keuangan pada waktu
tertentu.

Suatu transaksi dikatakan sesuai dengan prinsip syariah apabila telah memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:

1.     Transaksin tidak mengandung unsur kezaliman

2.    Transaksi tidak mengandung unsur riba

3.    Transaksi tidak mengandung unsur judi

4.    Transaksi tidak mengandung unsur penipuan

5.    Transaksi tidak mengandung material yang diharamkan

6.    Transaksi tkidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain

Adapun tujuan dari Akuntansi Keuangan Syariah baik pada asuransi syariah maupun
pada lembaga keuangan syariah lainnya adalah sebagai berikut:
1.     Menentukan hak dan kewajiban pihak terkait termasuk hak dengan kewajiban yang
berasal dari transaksi yang belum selesai dan atau kegiatan ekonomi lain, sesuai
dengan prinsip syariah yang berdasarkan pada konsep  kejujuran, keadilan,  kebajikan
dan kepatuhan terhadap nilai-nilai bisnis Islam.

2.    Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi pemakai laporan untuk
mengambil keputusan.

3.    Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan
kegiatan usaha.

IV.          Prinsip – Prinsip Dasar Akuntansi Syari’ah

Prinsip yang paling dasar dan utama yang menjadi pegangan dalan sistem Akuntansi
yang Islam adalah prinsip adil, transparan dan jujur (amanah). Sistem akuntansi
merupakan internal perusahaan dan jika tidak dilandasi oleh kejujuran dan transparansi
disana akan terjadi rekayasa dan kecurangan. Allah berfirman yang artinya:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
pemusuhan. Dia member pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.” (an-Nahl:90).

Dr. Husein Syahatah, pakar akuntansi dari mesir, menjelaskan beberapa prinsip yang
harus menjadi pegangan bagi seorang akuntan, terutama dalam menyusun neraca
keuangan adalah:

1.     Amanah

Orang yang menyiapkan laporan hitungan akhir dan neraca keuangan harus bersifat
amanah dalam semua  informasi dan keterangan yang dipaparkannya. Ketika putri Nabi
Syu’aib mengusulkan untuk mempekerjakan Nabi Musa, fokus usulan waktu itu ialah
faktor kekuatan sifat amanah, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an.

“Ya bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita) karena sesunguhnya
orang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja ialah orang yang kuat dan dapat
dipercaya.” (al-Qashash:26)
2.    Mishaqiah (Sesuai Realitas)

Didalam akuntansi yang dimaksud dengan mishaqiah secara umum ialah menyiapkan
hitungan-hitungan akhir serta neraca-neraca keuangan.

3.    Diqqah

Yang dimaksud dengan diqqah ialah berbuat sebaik-baiknya dan menyempurnakan


pekerjaan seperti yang digambarkan Al-Qur’an.

“Sesunguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah kami tidak menyia-
nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalannya dengan baik. (al-Kahfi:30)

Diantara syarat-syarat diqqah ‘ketelitian dan kesempurnaan’ dalam menyiapkan


hitungan-hitungan neraca keuangan adalah harus mematuhi atau komitmen terhadap
kaidah-kaidah resmi akuntansi, peraturan-peraturan atau petunjuk-petunjuk yang telah
ditetapkan secara syar’i.

4.    Tauqit (Penjadwalan yang Tepat)

Yang dimaksud dengan tauqit adalah hasil-hasil hitungan dan neraca-neraca keuangan
dapat diselesaikan dalam batas-batas waktu yang telah ditetapkan tampa mengulur-
gulur waktu sehingga tidak mengurangi manfaat dan efisiensi kerja. Juga harus
mencantumkan penanggalan dalam laporan itu. Hal ini ditegaskan Allah dalam Al-
Qur’an.

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” (al-Baqarah: 282).

5.    Adil dan Netral

Sifat amanah dan jujur akan menimbulkan sikap komitmen seseorang akuntan. Yaitu,
yang akan menyiapkan laporan hitungan akhir dan neraca keuangan dengan tetap
berpegang pada nilai-nilai kebenaran, sikap netral tanpa basa-basi atau sungkan dan
segan, sebab kebenaran lebih utama untuk diikuti. Dan telah menunjukkan hal itu
didalam ayat utang-piutang berikut ini.
“Dan, hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskan dengan benar. Dan
janganlah engkau menuliskannya sebagai mana Allah telah mengajarkannya.” (al-
Baqarah 282).

B.       Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional

I.          Pengertian Asuransi

a.    Asuransi Syari’ah

Asuransi dalam bahasa arab disebut At’ta’min yang berasal dati kata amanah  yang
berarti memberikan ketenangan, perlindungan,rasa aman serta bebas dari rasa takut.
Istilah menta’minkan sesuatu berarti seseorang memberikan uang cicilan agar ia atau
orang yang ditunjuk menjadi ahli warisnya mendapatkan ganti rugi atas harta yang
hilang.

Menurut fatwa Dewan Asuransi Syari’ah Nasional Majelis ulama Indonesia(DSN-MUI)


Fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman Umum Asuransi Syariah bagian
pertama menyebutkan pengeertian asuransi syariah (Ta’min, takaful atau thadamun)
adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah oorang atau
pihak melalui investasi dalam bentuk set dan atau tabarru yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad atau perikatan yang
sesuai dengan syariah.

b.   Asuransi Konvensional

Asuransi konvensional adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan  menerima premi asuransi
untuk memberikan pergantian kepada tertanggung.

II.          Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional

a.        Konsep

Prinsip dasar dalam asuransi syariah adalah saling tolong menolong (ta’awuni) dan
saling menanggung (takafuli) antara sesama peserta asuransi.[1][2]
 Dalam asuransi konvensional, asuransi merupakan transfer of risk yaitu pemindahan
risiko dari peserta/tertanggung ke perusahaan/penanggung sehingga terjadi pulatransfer
of fund yaitu pemindahan dana dari tertanggung kepada penanggung. sebagai
konsekwensi maka kepemilikan dana pun berpindah, dana peserta menjadi milik
perusahaan ausransi.

b.   Sumber Hukum

asuransi konvensional bersumber dari pemikiran manusia dan kebudayaan.


Berdasarkan hukum positiif, hukum alamiah dan contoh sebelumnya. Sedangkan
asuransi syariah bersumber dari wahyu ilahi.

c.     Akad

akad pada asuransi konvensional didasarkan pada akad tadabuli atau perjanjian jual


beli. perjanjian yang diterapkan dalam asuransi konvensional hanya memenuhi
persyaratan adanya penjual, pembeli dan barang yang diperjual-belikan. sedangkan
untuk harga tidak dapat dijelaskan secara kuantitas, berapa besar premi yang harus
dibayarkan oleh peserta asuransi utnuk mendapatkan sejumlah uang pertanggungan.
Sedangkan pada asuransi syariah mengggunakan akad tabbaru’ dan tijaroh.

d.    Maisir, Gharar dan Riba

Dalam praktik asuransi konvensional yang sarat dengna maisir, gharar dan riba yang
merupakan hal yang diharamkan dalam bermuamalah.

e.    Tabarru dan Tabungan

Untuk produk asuransi jiwa syariah yang mengandung unsur saving maka dana yang
dititipkan oleh peserta (premi) selain terdiri dari unsur dana tabarru terdapat pula unsur
dana tabungan yang digunakan sebagai dana investasi oleh perusahaan. sementara
investasi pada asuransi kerugian syariah menggunakan dana tabarru karena tidak ada
unsur saving. hasil dari investasi akan dibagikan kepada peserta sesuai
dengan akadawal. jika peserta mengundurkan diri maka dana tabungan beserta
hasilnya akan dikembalikan kepada peserta secara penuh.

f.     Dewan Pengawas Syariah 


Pada asuransi syariah seluruh aktivitas kegiatannya diawasi oleh dewan pengawas
syariah (dps) yang merupakan bagian dari dewan syariah nasional (dsn), baik dari segi
operational perusahaan, investasi maupun sdm. kedudukan dps dalam struktur
oraganisasi perusahaan setara dengan dewan komisaris.

C.  Perbedaan  Sistem  Akuntansi  Asuransi Syariah dan Akuntansi Asuransi


Konvensional

Konsep akuntansi Islam dan akuntansi konvensional memiliki sifat dan karakteristik yang
berbeda. Sebab dasar-dasar akuntansi Islam adalah syariat Islam yang
diimplementasikan dikalangan masyarakat muslim, yang prosesnya ditangani oleh para
akuntan yang mengombinasikan kemampuan dan kecakapan dengan kejujuran kerja.

Berdasarkan pengertian, landasan syar’I dan prinsip-prinsip akuntansi syariah serta


keterangan-keterangan diatas, dapat kita simpulkan sifat-sifat spesifik akuntansi syariah
diantaranya sebagai berikut.

1.       Kaidah-kaidah dasar akuntansi Islam bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah
nabawiyah serta fiqih para ulama. Oleh karena itu kaidah-kaidah ini memiliki
keistimewaannya yaitu permanen dan objektif.

2.      Akuntansi Islam dilandasi oleh kaidah yang kuat, iman, serta pengakuan bahwa
Allah itu adalah Tuhan, Islam adalah agama, Muhammad adalah Rasul, dan juga
percaya pada hari akhir. Berdasarkan hal ini, wajiblah bagi setiap akuntan yang
menjalankan proses akuntansi un tuk percaya bahwa harta yang dia hitung itu adalah
harta Allah, dan Allah telah menyuruhnya mencatat perputaran harta itu, seperti
pemasukan dan pengeluaran berdasarkan kaidah-kaidah hokum.

3.      Akuntansi Islam berlandaskan pada akhlak yang baik. Karenanya, seorang
akuntansi yang melaksanakan proses akuntansi harus mampu mempunyai sifat
amanah, jujur, netral, adil, dan professional, supaya setiap kliennya neraca tentang
terhadap harta dan terhadap orang yang ia berinteraksi dengannya.

4.      Dalam Islam, seorang akuntan dianggap bertanggung jawab di depan masyarakat
dan umat Islam tentang berapa jauh kesatuan ekonomi yang dipengaruhi oleh hokum
syariat Islam, terutama yang berkaitan dengan muamalah. Keputusan-keputusan yang
diambilnya yang akan diajukan kekantor-kantor resmi maupun organisasi-organisasi
social, hendaklah mengandung informasi-imfomasi tentang bentuk-bentuk pelanggaran
hokum dan sebab-sebabnya serta bentuk-bentuk yang kontradiktif antara syariat dan
implementasi praktis.

5.      Berdasarkan keistimewaan-keistimewaan yang bersifat kaidah dan akhlak,


akuntansi dalam Islam juga berkaitan dengan proses-proses keuangan yang sah.
Karenanya, setiap proses yang tidak sah tidak memiliki tempat dalam Islam.

6.      Akuntansi dalam Islam sangat memperhatikan aspek-aspek tingkah laku sebagai
unsur dan juga berperan dalam kesatuan ekonomi. Artinya dalam akuntansi Islam,
ketika merumuskan undang-undang akuntansi dan penentuan petunjuk-petunjuk
evaluasi kerja, juga perlu diperhatikan motivasi-motivasi yang manusiawi, baik material
maupun moril.

Dalam system akuntansi syariah memiliki beberapa perbedaan system akuntansi


dengan akuntansi konvensional. Mohamed Arif bin Abdul Rashid, CEO PT. Syarikat
Takaful Indonesia, dalam Eccounting Concept In Takaful Busines menjelaskan
beberapa perbedaan tersebut sebagai berikut:

1.Cash Bases

Dalam praktik akuntansi konvensional, premi asuransi diakui sebagai pendapatan,


walaupun premi asuransi belum dibayarkan.

Sedangkan dalam praktik akuntansi takaful atau asuransi syariah, angsuran atau premi
dan laba dari investasi benar-benar diakui sebagai pendapatan jika perusahaan telah
menerimanya secara tunai. Praktik akuntansi ini memiliki arti yang penting yang
berkaitan dengan system bisnis yang berperinsip pada mudharabah dimana akad
mengikat antara peserta dengan perusahaan dalam kesepakatan bagi hasil.

2.Technical Reserve

Cadangan teknis merupakan bagian dari premi asuransi yang belum dihasilkan atau
dikenal sebagai cadangan premi yang belum dihasilkan. Dalam system akuntansi
takaful, cadangan teknik dihitung dengan menggunakan metode 1/365. Premi akan
diakui sebagai pendapatan serta ditentukan menurut jumlah hari yang sebenarnya
selama periode akuntansi dan masa perjanjian/kontrak Tafakul.

Beban Retakaful

Dalam praktik asuransi konvensional beban reasuransi selama masa perjanjian, diakui
sebagai asuransi awal yang dikover. Praktik akutansi ini sesuai dengan standar yang
diterima, yaitu perbandingan pendapatan dengan beban yang terjadi pada periode
berjalan.

Dalam system akuntansi Takaful, beban retakaful selama masa perjanjian diakui
sebagai utang sampai angsuran atau premi Takaful dibayar oleh peserta. Akan tetapi,
beban retakaful ini akan diakui sebagai pendapatan juika seluruh premi dibayar lebih
awal oleh peserta.

3.Surplus (Pada Asuransi Jiwa)

Dalam asuransi konvensional, surplus dari investasi ditrasfer ke pemegang saham


sebagai pendapatan. Tetapi, di Takaful keluarga (jiwa), perusahaan tidak berhak
mengakui surplus ini sebagai pendapatan.

Pada Takaful keluarga hanya laba dari dana investasi dibagikan antara peserta dan
perusahaan sesuai yang diperjanjikan (misalnya 70:30 atau 60:40). Setelah dikurangi
bagian keuntungan bagi perusahaan, sisa dari keuntungan ini merupakan pendapatan
bagi peserta Takaful yang dikreditan kerening peserta.

4.Surplus (Pada Asuransi Kerugian)

Laba dari Takaful Umum (kerugian) dibagikan berdasarkan rasio pembagian


keuntungan yang telah disepakati antara perusahaan dan peserta Takaful. Keuntungan
dibayarkan jika peserta tafakul masih terikat perjanjian atau kontrak.
Keuntungan lain yang bersifat jangka panjang bahwa adanya nilai kebersamaan, tolong-
menolong, dan saling menaggung jika di antara peserta terjadi klaim kerugian. Inilah sisi
kemungkinan yang didapatkan dari asuransi Takaful.

Secara ringkas perbedaan antara akuntansi asuransi konvensial dengan akuntansi


asuransi syariah dapat dilihat pada tabel berikut.

No Akuntansi Asuransi Akuntansi Asuransi Syariah


Konvensial

1 Premi Asuransi diakui sebagai Premi Asuransi benar-benar diakui


pendapatan meskipun premi sebagai pendapatan jika diterima secara
asuransi belum dibayarkan. tunai.

2 Beban retakul selama Beban retakaful diakui sebagai utang


perjanjian diakui sebagai sampai angsuran atau premi takaful
asuransi awal yang dikover. dibayarkan. Dan beban retakaful diakui
sebagai pendapatan jika dibayar lebih
awal.

3 Dana asuransi yang terhimpun Dana asuransi tafakul yang terhimpun


dikelola untuk kepentingan dikelola dengan konsep mudharabah
bisnis perusahaan dengan
keuntungan yang dinikmati  
oleh perusahaan dan pemegang
saham.

4 Laba atau surplus investasi Laba investasi dari dana Takaful keluarga
ditrasfer ke pemegang saham. yang terhimpun dibagikan kepada peserta
takaful keluarga dan perusahaan tidak
berhak mengakui surplus ini sebagai
pendapatan.
5 Keuntungan yang didapatkan Ada pembagian keuntungan/berdasarkan
oleh perusahaan asuransi rasio yang disepakati dalam perjanjian
merupakan laba perusahaan

Konsep Akuntansi Asuransi Syariah yang diuraikan di atas adalah konsep akuntansi
yang menggunakan akad mudharabah sebagaimana yang diterapkan di Syarikat
Takaful Berhad Malaysia dan juga diterapkan di PT Asuransi Takaful keluarga
Indonesia.

Selain ini ada juga model akuntansi asuransi syariah yang menggunakan akad wakalah
dan konsep ini diakui berdasarkan Standar Accounting and Auditing Organizing for
Islamic Financial Institutions (AAOIFI).

Kedua konsep ini menurut saya, menganut kebenaran yang pertama menggunakan
akad mudharabah mewakili ‘mazhab Malaysia’ (Cash Bases), sedangkan yang kedua
akad wakalah mewakili ‘Mazhab Bahrian’ (Accrual Bases).

D.  IMPLEMENTASI AKUNTANSI ISLAM PADA ASURANSI SYARIAH

Sebagai bahan kajian pada bagian ini, saya sajikan satu system akuntansi syariah yang
telah diterapkan pada salah satu asuransi syariah yang sudah cukup mapan dan
terbesar di dunia saat ini, yaitu syarikat Takaful Malaysia Berhad, sebagaimana
diungkapkan Mohamed Arif bin Abdul Rashid dalam tulisannya.

1.    Konsep Akuntansi Asuransi Takaful

a.    Takaful hampir sama dengan asuransi konvensional yang memiliki prosedur secara
spesifik dan aturan bisnis sendiri yang telah diatur dalam takaful Act 1984 demikian pula
asuransi konvensional yang telah diatur dalam insurance 1963.

b.    Karena asuransi takaful juga dikembangkan dengan konsep bisnis, maka untuk
memenuhi konsep bisnis yang telah diatur dalam syariah Islam, asuransi takaful
dikembangkan sesuai dengan system akuntansi yang berbeda dengan akuntansi
asuransi konvensional.
2.    Kesamaan Prinsip Akuntansi Asuransi Konvensional dan Takaful

Prinsip akuntansi asuransi konvensional sesuai dengan prinsip dan konsep asuransi
takaful sebagai berikut:

a.    Premi asuransi yang diterima sebelum tanggal pristiwa diakui dalam laporan
keuangan periode berikutnya.

b.    Technical Reserve. Dana cadangan merupakan jumlah yang dihitung dari premi
penutupan asuransi yang tidak digunakan selama periode berjalan.

c.    Membayar klaim. Kecukupan dana cadangan untuk membayar klaim dibentuk
sebelum laba bersih perusahaan selama periode berjalan dibagikan.

d.    Retakaful. Seperti perusahaan asuransi konvensional, takaful juga menghadapi


beberapa kendala didalam memenuhin klaim yang diajukan peserta. Takaful yang
memiliki resiko tinggi, maka perusahaan asuransi tafakul melakukan pemecahan resiko,
sehingga mengurangi beban kerugian keuangan pada takaful.

e.    Perkiraan pendapatan dari Takaful keluarga, kelebihan angsuran pada dana takaful
keluarga atau life insurance dihitung tiap bulannya dan diakui sebagai dana takaful pada
akhir tahun.

3.    Konsep Dasar Akuntansi

            Konsep dasar akuntansi yang digunakan dalam akuntansi syariah adalah
sebagai berikut:

a.    Portulat Akuntansi

1.         Going Concern

2.         Konsistensi

3.         Akrual
b.    Prinsip Akuntansi

1.         Prudence

2.         Substance over form

3.         Materialis

c.    Pengakuan Pendapatan dan Beban

1.    Pengakuan pendapatan dan beban merujuk pada standar akuntansi yang telah
disesuaikan dengan prinsip syariah.

2.    Pendapatan diakui dengan cash bases. Pendapatan yang belum terealisasi
ditangguhkan dan diterima pada periode yang akan datang.

3.    Beban diakui berdasarkan pada standar akuntansi yang berlaku umum.

4.    Kebijakan Penting Akuntansi

a.    Konsep dasar akuntansi. Perkiraan-perkiraan akuntansi diakui dengan konsep


historical cost yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah
dan tidak bertentangan dengan standar akuntansi umum.

b.    Dana takaful keluarga (asuransi jiwa). Dana takaful keluarga ditetapkan dalam
Takaful (amandemen) Act, 1985 dan termasuk keuntungan yang akan diperoleh
asuransi takaful keluarga.

c.    Surplus Taskaful Umum (asuransi kerugian). Surplus Takaful Umum ditentukan
setelah dikurangi retakaful, cadangan yang tidak dibagikan dan klaim yang belum
dibayar.

d.    Klaim. Provisi merupakan total jumlah taksiran klaim yang berkaitan untuk klaim
yang diajukan, tetapi belum dibayar pada tanggal neraca.

e.    Aktiva tetap dan penyusutan. Aktiva tetap diakui sejumlah nilai perolehan yang
dikurangi akumulasi penyusutan.
f.     Pengakuan pendapatan. Pendapatan diakui berdasarkan pada cash bases.
Pendapatan yang tidak terealisasi yang ditangguhkan dan diterima pada periode
berikutnya diakui sebagai utang neraca.

g.    Investasi. Investasi pada sertifikat pemerintahan Malaysia dinyatakan sebagai harga
perolehan.

h.    Zakat. Zakat merupakan kewajiban yang harus dibayarkan oleh perusahaan
(memenuhi prinsip syariah) atas persetujuan Dewan Pengawas Syariah.

5.    Metode Akuntansi Takaful

Operasional takaful dikenal dalam bentuk bisnis asuransi ada dua dan dikelola dalam
tiga jenis pengelolaannya.

1.    Akuntansi dana takaful keluarga.

2.    Akuntansi dana takaful umum

3.    Akuntansi dana pemegang saham

Laporan keuangan dari masing-masing jenis takaful tersebut disajikan setiap laporan
bulan atau laporan tahunan.

1.    Akuntansi Dana Takaful Keluarga (Asuransi Jiwa)

Dana takaful keluarga merupakan rekening tersendiri. Yang berkaitan dengan rekening
Dana Takaful keluarga adalah sebagai berikut:

–  Buku kas

–  Tagihan harian

–  Pos peserta

–  Laporan retakaful

–  Daftar investasi
–  Daftar aktiva tetap

–  Rekonsiliasi bank

a.  Pendapatan

terdapat dua jenis pendapatan yang diperoleh dari asuransi takaful keluarga.

–       Takaful Installment/angsuran takaful. Pendapatan diakui berdasarkan “cash


bases”, sehingga installment diakui sebagai pendapatan pada saat diterima dan pada
saat “effective date”.

–       Pendapatan dari investasi. Pendapatan dari investasi diakui sebagai “cash bases”.

b.  Beban

beban dalam takaful keluarga terdiri dari:

–       Refund contribution (pengembalian premi)

–       Retakaful

–       Penyusutan

–       Dan lain-lain

c.  Laporan Keuangan

laporan keuangan untuk takaful keluarga disajikan pada laporan keuangan.

–       Neraca

–       Laba rugi untuk family Takaful Plans

–       Arus dana

–       Laba rugi untuk “Group Family”


–       Pos penghasilan

2.    Asuransi Takaful Umum (Asuransi kerugian)

Yang berkaitan dengan akuntansi takaful umum adalah sebagai berikut :

–       Buku Kas

–       Tagihan harian

–       Daftar Retakaful

–       Daftar investasi

–       Daftar aktiva tetap

–       Rekonsiliasi Bank

a.    Pendapatan

Terdapat dua jenis pendapatan dalam general Takaful Bussiness

–       Premi takaful.

–       Pendapatan dari investasi

b.    Beban

Beban general takaful :

–       Refund contribution

–       Retakaful outwads

–       Klaim yang disetujui dan dibayar

–       Pajak/retribusi
 

c.    Laba

laba dari general takaful fund diperoleh dari underwriting surplus dan keuntungan
investasi dari dana takaful.

d.    Laporan keuangan

Laporan keuangan untuk general takaful fund disajikan pada :

–       Neraca

–       Laba rugi 

–       Pos penghasilan

3.    Akuntansi Dana Pemilik Saham

Perkiraan akuntansi dana pemilik sham ini terpisah dari dana takaful. Perkiraaan dana
pemilik saham terdiri dari :

–       Buku kas

–       Daftar dana pemegang saham

–       Daftar aktiva tetap

–       Skedul investasi

–       Skedul pembiayaan

–       Laporan rekonsiliasi bank.

a.    Pendapatan shareholder’s fund diperoleh dari sumber berikut :

–       Keuntungan investasi, yaitu keuntungan dari dana takaful keluarga.


–       Bagi hasil dari dana takaful.

b.    Beban.

–       Biaya pegawai

–       Biaya pendirian

–       Biaya administrasi

c.    Laporan untuk pemilik modal disajikan pada laporan keuangan.

–       Neraca

–       Laba rugi

6.    Akuntansi syariah dengan akad mudharabah Dan dengan akad wakalah

a.    Akuntansi syariah dengan akad mudharabah

Dalam akad ini terdapat pemisahan pengelolaan dana antara dana pemegang
saham(DPS) dengan dana peserta asuransi (DPA). Perusahaan bertindak sebagai
pemegang amanah untuk mengelola kontribusi yang diterima dari peserta yang
digunakan apabila di antara para peserta terjadi musibah. Di lain pihak ,peserta
menyetujui Bahwa dana ynag disetor akan dikelola secara professional oleh operator.
Jika pada akhir periode, peserta yang tidak mendapatkan musibah akan memperoleh
bagi hasil. Dengan demikian, dalam akad ini dana yang disetorkan partisipan
merupakan milik peserta, dan tidak dapat dipergunakan untuk kepentingan pemegang
saham. Konsikuensinya, system akuntansi yang diterapkan harus dipisahkan antara
akuntansi Dana Pemegang Saham (DPS) dengan akuntansi Dana Peserta Asuransi
(DPA)

b.    Akuntansi syariah dengan akad wakalah.


Dalam akad ini tidak terdapat pemisahan penegelolaan dana antara pemegang saham
dengan dana peserta asuransi. Perusahaan menerima dana tabarru’ dari peserta dan
berhak digunakan untuk seluruh kegiatan perysahaan. Dana yang berasal dari
pemegang saham dengan dana peserta dicampurkan. Sehingga, konsekuensinya,
akuntansi tidak harus dipisahkan antara akuntansi dana pemegang saham dengan
akuntansi dana peserta asuransi.

7.    CASH BASES DAN ACCRUAL BASES

Persoalan kontroversi yang dalam system akuntansi syariah yang sampai saat ini masih
belum selesai adalah persoalan pengakuan pendapatan, penganut cash basis dan
akrual basis.

Yang dimaksud dengan cash basis di sisni adalah pendapatan premi diakui saat polis
ibayar tunai, dan biaya tetap dicatat secara accrual. Sedangkan ,accrual bases adalah
pendapatan premi sudah diakui pada saat penerbitan polis, dan biaya tetap dicatat
secara accrual.

Penganut cash basis berpendapat, sebagai konsekuensi aplikasi akad mudharabah,


maka secara syar’I pengakuan pendapatan harus dilakukan secara cash bases, artinya
pendapatan premi diakui saat polis telah dilakukan pembayaran tunai kepada
perusahaan. Dan ini sangat relevan dengan penerapan bagi hasil, karena perhitungan
bagi hasil diberikan dengan mengacu kepada perhitungan mulai sejak polis asuransi
dibayarkan.

Di lain pihak, penganut accrual basis tetap berpendapat bahwa prinsip yang dianut tidak
melanggar aturan syar’I, baik cash maupun accrual memenuhi ketentuan syariah.
Berdasarkan system akuntansi konvensional, premi asuransi diakui sebagai pendapatan
sebagaimana tanggal penerbitan polis .

Dalam asuransi, perbedaan yang paling mendasar antara akuntansi asuransi syariah
dengan akuntansi asuransi konvensional adalah penggunaan cash basis atau accrual
basis. Pada akuntansi asuransi syariah lebih cendrung menggunakan cash basis
daripada acrual basis,dengan pertimbangan-pertimbangan syar’i. system accrual bases
dianggap bertentangan dengan syariah karena telah mengakui adanya pendapatan,
harta, beban, tau utang yang akan terjadi di masa yangbkana datang. Padahal yang
akan terjadi tersebut, belum benar-benar terjadi, bisa terjadi dan bisa tidak terjadi. Apa
yang akan terjadi dimasa yang akan datang hanya Allah yang mengetahui.

Mohammad Arif Abdul Rasyid mengatakan bahwa berdasarkan praktik akunting takaful,
semua angsuran takaful juga keuntungan atas investasi dan pendapatan dianggap
sebagai pendapatan hanya setelah kas actual sudah diterima perusahaan.

Sebagai contoh,premi asuransi benar-benar diakui sebagai pendapatan jika uangnya


sudah diterima secara tunai. Sedangkan,pada asuransi konvensional premi asuransi
diakui sebagai pendapatan meskipun premi asuransi belum dibayarkan. Pada sisi llain
dalam pengakuan sebagai pendapatan, surplus dari dana investasi hanya dapat diakui
sebagai pendapatan setelah terjadi bagi hasil antara peserta dan perusahaan. Hal ini
tentu berbeda dengan asuransi konvensional di mana surplus dari investasi dapat
langsung ditransfer ke rekening pemegang saham sebagai pendapatan.

Konsep akuntansi yang diterapkan pada asuransi konvensional adalah accrual bases
yaitu suatu proses akuntansi untuk mengakui terjadinya peristiwa atau keadaan non kas.
Accrual basis mengakui pendapatan dan adanya peningkatan yang terkait dengan asset
dan beban serta adanya peningkatan yang terkait dengan utang dalam jumlah tertentu
yang kan diterima atau dibayar dalam bentuk kas di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai