Disusun oleh :
Dosen Pengampu :
FAUZIAH AIDA FITRI
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nyalah, makalah ini dapat diselesaikan dengan baik, tepat pada
waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Standar Etika dan Profesi pada semester VII, tahun ajaran 2021, dengan judul ”
Permasalahan Etika dan Profesionalisme Kasus Enron Corp Dan Kap Andersen” dengan
membuat tugas ini saya diharapkan mampu untuk memahami lebih dalam tentang metode
dalam menilai kelayakan suatu bisnis sehingga bermanfaat untuk kami pribadi dan pihak lain
yang membutuhkan informas ini.
1. Ibu Fauziah Aida Fitri yang telah memberikan arahan dan bimbingan;
2. Orang tua dan keluarga kami tercinta yang banyak memberikan motivasi, dorongan
dan bantuan, baik secara moral maupun spiritual.
3. Narasumber/sumber bacaan dan data yang menjadi sumber informasi dalam makalah
ini.
Sebagai Mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini
masih ada hal yang harus di perbaiki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat positif
dan membangun sangat diharapkan, dengan harapan penulisan makalah yang lebih baik
lagi di masa yang akan datang.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip kode etik profesi dan profesionalitas itu;
2. Untuk mengetahui timeline kejadian pelanggaran dalam kasus Enron;
3. Untuk mengetahui penyebab pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh kasus Enron;
4. Untuk mengetahui macam-macam fraud dan pelanggaran dalam kasus Enron;
5. Untuk mengetahui dampak kasus Enron terhadap kepercayaan profesional profesi
akuntan;
6. Untuk mengetahui penjelasan berbagai kode etik yang dilanggar dalam kasus Enron.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik- The big six- yang melakukan
Audit terhadap laporan keuangan Enron Corp. tidak hanya melakukan manipulasi
laporan keuangan Enron, KAP Andersen telah melakuklan tindakan yang tidak etis
dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus
Enron. Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron
mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan.
Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi
kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen
hancur. Disini Andersen telah ingkar dari sikap profesionallisme sebagai akuntan
independen dengan melakukan tindakan knowingly and recklessly yaitu menerbitkan
laporan audit yang salah dan meyesatkan (deception of information).
Ada pula beberapa kecurangan lain terkait dengan praktik bisnis dan akuntansi oleh
Enron Corp.
1. Akuntansi untuk investasi pada anak perusahaan dan entitas bertujuan
khusus Enron mensponsori ratusan (jika bukan ribuan) SPE yang
digunakannya bisnis. Banyak dari ini digunakan untuk melindungi pendapatan yang
berasal dari luar negeri dari AS pajak. Namun, beberapa SPE yang sangat besar
disponsori untuk menjalankan bisnis dengan Enron di dalam negeri. Di bawah
aturan GAAP yang berlaku pada saat itu, Enron adalah tidak diharuskan untuk
mengkonsolidasikan SPE ini dengan laporan keuangannya jika pihak ketiga yang
independen memiliki kepentingan ekuitas yang mengendalikan dan "substansial"
dalam SPE, di mana "substansial" didefinisikan sebagai setidaknya 3% dari aset
SPE.
JEDI and Chewco
LJM1 and LJM2
Raptors (LJM2)
Timberwolf and Bobcat
Tindakan selanjutnya dan perubahan akuntansi karena harga saham
Enron menurun
2. Penjualan investasi pedagang ke SPE yang tidak terkonsolidasi seolah-olah ini
adalah transaksi yang wajar
3. Mencatat sebagai biaya pendapatan saat ini untuk layanan yang diberikan di periode
mendatang
4. Penyajian kembali nilai wajar investasi pedagang yang tidak didasarkan pada angka
yang dapat dipercaya (reliable)
5. Akuntansi untuk saham Enron yang diterbitkan dan dipegang oleh SPE
6. Pengungkapan konflik kepentingan dan biayanya kepada pemegang saham.
2.7 Sanksi Bagi Akuntan Publik dalam Hal Pelanggaran Kode Etik
1. Mendapat Peringatan
Pada tahap ini, si pelaku akan mendapatkan peringatan halus, misal jika seseorang
menyebutkan suatu instansi terkait (namun belum parah tingkatannya) bisa saja ia akan
menerima email yang berisi peringatan, jika tidak diklarifikasi kemungkinan untuk berlanjut
ke tingkat selanjutnya, seperti peringatan keras ataupun lainnya
2. Hukum Pidana/Perdata
“Setiap penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, atau masyarakat yang dirugikan
karena penggunaan Nama Domain secara tanpa hak oleh Orang lain, berhak mengajukan
gugatan pembatalan Nama Domain dimaksud” (Pasal 23 ayat 3)
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan tindakan
apa pun yang berakibat terganggunya Sistem Elektronik dan/atau mengakibatkan Sistem
Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya” (Pasal 33)
“Gugatan perdata dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan”
(Pasal 39) Adalah sebagian dari UUD RI No.11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi
elektronik (UU ITE) yang terdiri dari 54 pasal. Berkaitan dengan kasus Enron dan KAP
Andersen, keduanya dinyatakan bersalah oleh pengadilan AS. Enron dinyatakan bangkrut dan
KAP Arthur Andersen dibubarkan karena telah melanggar kode etik profesi akuntan publik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut etika bisnis dan profesi akuntan publik, manajemen Enron dan KAP Andersen
terlibat dalam praktik penipuan seperti diskriminasi informasi/diskriminasi yang tidak adil
melalui maraknya insiden perdagangan, informasi penipuan mengenai akuntansi dan praktik
bisnis yang tidak sehat, serta praktik pemaksaan dan penyuapan. KAP Andersen juga telah
merusak catatan keuangan dan menghapus dokumen penting yang terkait dengan masalah ini.
Akibatnya, KAP Andersen terbukti melanggar Kode Etik Akuntan Publik dalam hal
kejujuran, objektivitas, perilaku profesional, kompetensi, dan kebenaran.
Sebagai akibat dari perlakuan ini, profesi akuntan publik mendapat sorotan tajam dan
kritik keras dari komunitas internasional; kredibilitas akuntan publik terkikis; akuntan publik
tidak lagi dianggap sebagai profesi yang unik, melainkan sebagai industri dengan
kepentingan bisnis yang sempit; dan berbagai upaya telah dilakukan untuk mengembalikan
kepercayaan publik terhadap akuntan publik hingga saat ini. Gugatan ini mengakibatkan
kebangkrutan Enron dan nasib yang menyedihkan, sementara KAP Andersen terpaksa ditutup
selain harus bertanggung jawab secara hukum atas kegiatannya. Kasus ini mengakibatkan
kebangkrutan Enron dan perjalanan yang mengerikan, sementara KAP Andersen terpaksa
menutup pintunya selain harus bertanggung jawab secara hukum atas perbuatannya. Anggota
KAP Andersen di Indonesia mengaku tidak terpengaruh dengan situasi tersebut, namun
Country Managing Partner Arthur Andersen Indonesia mengikuti perkembangan merger
tersebut. Sarbanes-Oxley Act diberlakukan untuk memperkuat pengendalian internal bagi
perusahaan, dan pelajaran yang dapat diambil dari kasus ini adalah pembaruan tatanan dunia
praktik bisnis dengan dikeluarkannya Sarbanes-Oxley Act.
3.2 Saran
Enron dan KAP Arthur Andersen tidak boleh melanggar kode etik yang seharusnya
menjadi pedoman bagi mereka dalam menjalankan tanggung jawabnya.
1. Sebagai KAP yang masuk dalam kategori lima besar, KAP Andersen tidak boleh
melanggar konsep integritas, yaitu melindungi dan memajukan kepentingan umum.
2. Prinsip perilaku profesional, pada dasarnya perilaku profesional dalam mengaudit
rekening keuangan, harus diikuti oleh KAP Andersen.
3. KAP Andersen harus berpegang pada konsep standar teknis, yang mengharuskan
perusahaan untuk menjalankan usahanya sesuai dengan standar teknis dan profesional
yang berlaku.
Seorang akuntan publik, baik yang sudah berpengalaman atau baru dalam industri,
harus mempersiapkan dan memahami semua topik yang berkaitan dengan etika dan aturan
profesional. Untuk menghindari terjadinya sesuatu yang tidak menyenangkan, hal ini harus
dilakukan oleh akuntan publik. Selanjutnya, sebagai manusia yang bermartabat, profesi
akuntan publik harus beroperasi sejalan dengan norma-norma etika dan sosial yang
berkembang.
REFERENSI
Benston, G. J., & Hartgraves, A. L. (2002). Enron: what happened and what we can learn
from it. Journal of Accounting and Public Policy, 21(2002), 105-127.
Institut Akuntan Publik Indonesia (2008). Standar Profesional Akuntan Publik-Kode Etik
Profesi Profesi Akuntan Publik
Kusmayadi, D. (30, Juni 2014). Kasus Enron dan KAP Arthur Andersen. Dipetik Oktober 19,
2021, dari uwiiii.wordpress.com: uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-
kap-arthur-andersen/
McLean, B. (2001). Why Enron Went Bust. Fortune, 9 Desember 2001.
Putra, Y. H. (2010). Praktik Kecurangan Akuntansi Dalam Perusahaan. EL MUHASABA:
Jurnal Akuntansi (e-Journal)., 1(1), 1-12.
Schwartz, N.D. (2001). Enron Fallout: Wide But Not Deep. Fortune, 9 December 2001
wordpress.
com/2009/11/14/kasus-
enron-dan-kap-arthur-
andersen/30 Maret (2014).
Putra YH. Praktik
Kecurangan Akuntansi
Dalam Perusahaan. El
Muhasaba: Jurnal
Akuntansi.
2012 Apr 25;1(1).
Institut Akuntan Publik
Indonesia (2008). Standar
Profesional Akuntan
Publik-Kode Etik
Profesi Akuntan Publik.
McLean, B. (2001). Why
Enron Went Bust. Fortune,
9 Desember 2001.
Schwartz, N.D. (2001).
Enron Fallout: Wide But
Not Deep. Fortune, 9
December 2001