Anda di halaman 1dari 24

PERMASALAHAN ETIKA DAN PROFESIONALISME

KASUS ENRON CORP DAN KAP ANDERSEN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Standar Etika dan Profesi

Disusun oleh :

NAUPAL ALFARISYI (1801103010040)


FEBY NAMIRA DEVELLA (18011030100
FELILA SAFITRI (
INDHIRA AR-RIFAT (
SAFIRA IZZATUL AFIFAH (

Dosen Pengampu :
FAUZIAH AIDA FITRI

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nyalah, makalah ini dapat diselesaikan dengan baik, tepat pada
waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Standar Etika dan Profesi pada semester VII, tahun ajaran 2021, dengan judul ”
Permasalahan Etika dan Profesionalisme Kasus Enron Corp Dan Kap Andersen” dengan
membuat tugas ini saya diharapkan mampu untuk memahami lebih dalam tentang metode
dalam menilai kelayakan suatu bisnis sehingga bermanfaat untuk kami pribadi dan pihak lain
yang membutuhkan informas ini.

Dalam penyelesaian karya makalah ini,kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Fauziah Aida Fitri yang telah memberikan arahan dan bimbingan;
2. Orang tua dan keluarga kami tercinta yang banyak memberikan motivasi, dorongan
dan bantuan, baik secara moral maupun spiritual.
3. Narasumber/sumber bacaan dan data yang menjadi sumber informasi dalam makalah
ini.

Sebagai Mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini
masih ada hal yang harus di perbaiki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat positif
dan membangun sangat diharapkan, dengan harapan penulisan makalah yang lebih baik
lagi di masa yang akan datang.

Banda Aceh, 19 Oktober 2021


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

2 Setiap profesi memiliki


etika yang berbeda-beda.
Namun, setiap etika
harus dipatuhi
3 karena etika berkaitan
dengan nilai-nilai, tata
cara dan aturan dalam
menjalankan setiap
4 pekerjaannya. Dalam
bidang akuntansi juga
memiliki etika yang
harus dipatuhi oleh setiap
5 anggotanya, salah satu
profesi yang ada pada
bidang akuntansi adalah
Akuntan Publik. Kode
6 Etik Profesi Akuntan
Publik (sebelumnya
disebut Aturan Etika
Kompartemen Akuntan
7 Publik) adalah aturan
etika yang harus
diterapkan oleh anggota
Institut Akuntan Publik
8 Indonesia atau IAPI
(sebelumnya Ikatan
Akuntan Indonesia –
Kompartemen Akuntan
Publik
9 atau IAI-KAP) dan staf
profesional (baik yang
anggota IAPI maupun
yang bukan anggota
10 IAPI) yang bekerja
pada satu Kantor
Akuntan Publik (KAP).
Kode Etik Ikatan
Akuntan
11 Indonesia
dimaksudkan sebagai
panduan dan aturan bagi
seluruh anggota, baik
yang
12 berpraktik sebagai
akuntan publik, bekerja
di lingkungan dunia
usaha, pada instansi
13 pemerintah, maupun
di lingkungan dunia
pendidikan dalam
pemenuhan tanggung-
jawab
14 profesionalnya.
15 Setiap profesi
memiliki etika yang
berbeda-beda. Namun,
setiap etika harus
dipatuhi
16 karena etika berkaitan
dengan nilai-nilai, tata
cara dan aturan dalam
menjalankan setiap
17 pekerjaannya. Dalam
bidang akuntansi juga
memiliki etika yang
harus dipatuhi oleh setiap
18 anggotanya, salah satu
profesi yang ada pada
bidang akuntansi adalah
Akuntan Publik. Kode
19 Etik Profesi Akuntan
Publik (sebelumnya
disebut Aturan Etika
Kompartemen Akuntan
20 Publik) adalah aturan
etika yang harus
diterapkan oleh anggota
Institut Akuntan Publik
21 Indonesia atau IAPI
(sebelumnya Ikatan
Akuntan Indonesia –
Kompartemen Akuntan
Publik
22 atau IAI-KAP) dan
staf profesional (baik
yang anggota IAPI
maupun yang bukan
anggota
23 IAPI) yang bekerja
pada satu Kantor
Akuntan Publik (KAP).
Kode Etik Ikatan
Akuntan
24 Indonesia
dimaksudkan sebagai
panduan dan aturan bagi
seluruh anggota, baik
yang
25 berpraktik sebagai
akuntan publik, bekerja
di lingkungan dunia
usaha, pada instansi
26 pemerintah, maupun
di lingkungan dunia
pendidikan dalam
pemenuhan tanggung-
jawab
27 profesionalnya.
28 Setiap profesi
memiliki etika yang
berbeda-beda. Namun,
setiap etika harus
dipatuhi
29 karena etika berkaitan
dengan nilai-nilai, tata
cara dan aturan dalam
menjalankan setiap
30 pekerjaannya.
Setiap profesi memiliki standar etikanya sendiri. Etika, di sisi lain, harus dipatuhi
karena terkait dengan nilai, proses, dan peraturan dalam pelaksanaan setiap tugas. Salah satu
profesi dalam industri akuntansi adalah akuntan publik, yang memiliki etika tersendiri yang
harus dipatuhi oleh seluruh anggotanya. Kode Etik Profesi Akuntan Publik (dahulu dikenal
dengan Kode Etik Kompartemen Akuntan Publik) adalah kode etik anggota Ikatan Akuntan
Publik Indonesia atau IAPI (dahulu bernama Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen
Akuntan Publik Indonesia). Akuntan Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional harus
mengikuti. atau bukan anggota IAPI) yang dipekerjakan oleh satu Kantor Akuntan Publik
(KAP).
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dirancang untuk menjadi pedoman dan standar
bagi semua anggota, baik yang bekerja sebagai akuntan publik, dalam bisnis, di instansi
pemerintah, maupun dalam pendidikan, dalam menjalankan kewajiban profesionalnya.
Tujuan profesi akuntansi adalah untuk memenuhi kewajibannya dengan standar profesional
tertinggi, mencapai tingkat kinerja terbesar, dan melakukannya sambil tetap memperhatikan
kepentingan publik. Namun dalam praktiknya, pelanggaran kode etik profesi akuntan tetap
saja terjadi.
Pada makalah ini, kami membahas masalah pelanggaran Kode Etik Akuntansi Enron
Corp., yang terungkap pada bulan Desember 2001, khususnya contoh perilaku moral hazard
seperti manipulasi laporan keuangan dengan mencatat laba 600 juta dolar AS meskipun
kerugian perusahaan. Contoh memalukan ini diyakini telah melibatkan pejabat di Gedung
Putih, termasuk wakil presiden Amerika Serikat. Manipulasi laba karena tujuan perusahaan
untuk mempertahankan saham menarik bagi investor.
Kebangkrutan Enron sangat menarik bagi akuntan, karena auditor jangka panjangnya,
Arthur Andersen, LLP (Andersen), adalah (atau pernah) salah satu dari 5 perusahaan BPA
Besar. Itu telah didakwa dengan kelalaian tugas dan bahkan penipuan oleh pers dan anggota
Kongres AS (antara lain), dan dituntut dalam berbagai tuntutan hukum untuk kerusakan yang
sangat besar. 4 Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC), Harvey Pitt, telah menyerukan
pembentukan badan pengatur baru untuk mengatur dan mendisiplinkan CPA. SEC, Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (FASB), dan American Institute of CPA (AICPA) telah dikritik
karena tidak mengklarifikasi GAAP. Bangkrutnya Enron Corp. karena berbagai kecurangan
dan kesalahan yang dilakukan memberikan bukti bahwa gagalnya pelaksanaan kode etik
profesi dan bisnis baik dari Enron sebagai pelaku bisnis serta KAP Andersen yang melanggar
profesionalitasnya. Dari permasalahan tersebut kami akan membahas mengenai kode etik dan
bagaimana hubungannya dengan kasus Enron Corp.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, rumusan masalah yang dapat dipaparkan
adalah sebagai berikut
1. Bagaimana prinsip-prinsip kode etik profesi dan profesionalitas itu?
2. Bagaimana timeline kejadian pelanggaran dalam kasus Enron?
3. Bagaimanakah penyebab pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh kasus Enron?
4. Bagaimanakah macam-macam fraud dan pelanggaran dalam kasus Enron?
5. Bagaimanakah dampak kasus Enron terhadap kepercayaan profesional profesi
akuntan?
6. Bagaimanakah penjelasan berbagai kode etik yang dilanggar dalam kasus Enron?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip kode etik profesi dan profesionalitas itu;
2. Untuk mengetahui timeline kejadian pelanggaran dalam kasus Enron;
3. Untuk mengetahui penyebab pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh kasus Enron;
4. Untuk mengetahui macam-macam fraud dan pelanggaran dalam kasus Enron;
5. Untuk mengetahui dampak kasus Enron terhadap kepercayaan profesional profesi
akuntan;
6. Untuk mengetahui penjelasan berbagai kode etik yang dilanggar dalam kasus Enron.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kode Etik dan Profesionalitas

2.2 Timeline Kasus Enron


 Pada Awal Tahun 2001 Patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap
kemungkinan mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan.
 Pada Pertengahan 2001 Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah
mempertanyakan praktek akunting perusahaan yang dinilai tidak sehat dan
mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan hal tersebut kepada CEO dan partner
KAP Andersen.
 Pada Tanggal 16 Oktober 2001 Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393
juta, naik $100 juta dibandingkan periode sebelumnya.
 Pada Tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke
pengadilan dan memecat 5000 pegawai.
 Pada 2 Desember 2001 KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh
Enron telah berakhir pada saat Enron mengajukan proses kebangkrutan.
 Pada Tanggal 2 Januari 2002 CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri akan
tetapi masih dipertahankan posisinya di dewan direktur perusahaan. Pada tanggal 4
Pebruari Mr. Lay mengundurkan diri dari dewan direktur perusahaan.
 Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US dollar
untuk menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.
 Tanggal 14 Maret 2002 Departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen
bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah
menghancurkan dokumen-dokumen yang sedang di selidiki.
 Tanggal 22 Maret 2002 Mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut
untuk melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP
Andersen mengusulkan agar manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan
membentuk suatu komite yang diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun manajemen
baru.
 Tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen Joseph Berandino mengundurkan diri dari
jabatannya.
 Tanggal 8 April 2002 Seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak
sebagai penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan
hambatan proses peradilan dan setuju untuk menjadi saksi kunci dipengadilan bagi
kasus KAP Andersen dan Enron.
 Tanggal 9 April 2002 Jeffrey McMahon mengumumkan pengunduran diri sebagai
presiden dan Chief Opereting Officer Enron yang berlaku efektif 1 Juni 2002.
 Tanggal 15 Juni 2002 Juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen bersalah
telah melakukan hambatan terhadap proses peradilan.

2.3 Penyebab Pelanggaran Kode Etik dalam Kasus Enron


Enron Corp., perusahaan terbesar ke tujuh di AS yang bergerak di bidang industri
energi, para manajernya memanipulasi angka yang menjadi dasar untuk memperoleh
kompensasi moneter yang besar. Praktik kecurangan yang dilakukan antara lain yaitu di
Divisi Pelayanan Energi, para eksekutif melebih-lebihkan nilai kontrak yang dihasilkan dari
estimasi internal. Pada proyek perdagangan luar negerinya misal di India dan Brazil, para
eksekutif membukukan laba yang mencurigakan. Strategi yang salah, investasi yang buruk
dan pengendalian keuangan yang lemah menimbulkan ketimpangan neraca yang sangat besar
dan harga saham yang dilebih-lebihkan. Akibatnya ribuan orang kehilangan pekerjaan dan
kerugian pasar milyaran dollar pada nilai pasar (Schwartz, 2001; Mclean, 2001).
Kasus ini diperparah dengan adanya praktik akuntansi yang meragukan dan tidak
independennya audit yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen
terhadap Enron. Arthur Anderson, yang sebelumnya merupakan salah satu “The big six” tidak
hanya melakukan manipulasi laporan keuangan, tetapi juga telah melakukan tindakan yang
tidak etis dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus
Enron. Independensi sebagai auditor terpengaruh dengan banyaknya mantan pejabat dan
senior KAP Arthur Andersen yang bekerja dalam departemen akuntansi Enron Corp. Baik
Enron maupun Anderson, dua raksasa industri di bidangnya, sama-sama kolaps dan
menorehkan sejarah kelam dalam praktik akuntansi.
2.4 Pelanggaran dan Fraud yang Dilakukan dalam Kasus Enron
Enron (baik manajemen Enron maupun KAP Andersen) telah melakukan mal praktik
jika dilihat dari etika bisnis dan profesi akuntan antara lain :
1. Adanya praktik discrimination of information/unfair discrimination, melalui suburnya
praktik insider trading, di mana hal ini sangat diketahui oleh Board of Director Enron,
dengan demikian dalam praktik bisnis di Enron sarat dengan collusion. Kondisi ini
diperkuat oleh Bussines Round Table (BRT), pada tanggal 16 Februari 2002
menyatakan bahwa :
a. Tindakan dan perilaku yang tidak sehat dari manajemen Enron berperan besar
dari kebangkrutan perusahaan;
b. Telah terjadi pelanggaran terhadap norma etika corporate governance dan
corporate responsibility oleh manajemen perusahaan;
c. Perilaku manajemen Enron merupakan pelanggaran besar-besaran terhadap
kepercayaan yang diberikan kepada perusahaan.

2. Adanya Deception Information, yang dilakukan pihak manajemen Enron maupun


KAP Arthur Andersen, mereka mengetahui tentang praktik akuntansi dan bisnis yang
tidak sehat. Tetapi demi trust dari investor dan publik kedua belah pihak merekayasa
laporan keuangan mulai dari tahun 1985 sampai dengan Enron menjadi hancur
berantakan. Bahkan CEO Enron saat menjelang kebangkrutannya masih tetap
melakukan Deception dengan menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan
memberikan prospek yang sangat baik. KAP Andersen tidak mau mengungkapkan
apa sebenarnya terjadi dengan Enron, bahkan awal tahun 2001 berdasarkan hasil
evaluasi Enron tetap dipertahankan, hal ini dimungkinkan adanya coercion atau
bribery, karena pihak Gedung Putih termasuk Wakil Presiden Amerika Serikat juga di
indikasikan terlibat dalam kasus Enron ini .

3. Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik- The big six- yang melakukan
Audit terhadap laporan keuangan Enron Corp. tidak hanya melakukan manipulasi
laporan keuangan Enron, KAP Andersen telah melakuklan tindakan yang tidak etis
dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus
Enron. Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron
mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan.
Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi
kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen
hancur. Disini Andersen telah ingkar dari sikap profesionallisme sebagai akuntan
independen dengan melakukan tindakan knowingly and recklessly yaitu menerbitkan
laporan audit yang salah dan meyesatkan (deception of information).

Ada pula beberapa kecurangan lain terkait dengan praktik bisnis dan akuntansi oleh
Enron Corp.
1. Akuntansi untuk investasi pada anak perusahaan dan entitas bertujuan
khusus Enron mensponsori ratusan (jika bukan ribuan) SPE yang
digunakannya bisnis. Banyak dari ini digunakan untuk melindungi pendapatan yang
berasal dari luar negeri dari AS pajak. Namun, beberapa SPE yang sangat besar
disponsori untuk menjalankan bisnis dengan Enron di dalam negeri. Di bawah
aturan GAAP yang berlaku pada saat itu, Enron adalah tidak diharuskan untuk
mengkonsolidasikan SPE ini dengan laporan keuangannya jika pihak ketiga yang
independen memiliki kepentingan ekuitas yang mengendalikan dan "substansial"
dalam SPE, di mana "substansial" didefinisikan sebagai setidaknya 3% dari aset
SPE.
 JEDI and Chewco
 LJM1 and LJM2
 Raptors (LJM2)
 Timberwolf and Bobcat
 Tindakan selanjutnya dan perubahan akuntansi karena harga saham
Enron menurun
2. Penjualan investasi pedagang ke SPE yang tidak terkonsolidasi seolah-olah ini
adalah transaksi yang wajar
3. Mencatat sebagai biaya pendapatan saat ini untuk layanan yang diberikan di periode
mendatang
4. Penyajian kembali nilai wajar investasi pedagang yang tidak didasarkan pada angka
yang dapat dipercaya (reliable)
5. Akuntansi untuk saham Enron yang diterbitkan dan dipegang oleh SPE
6. Pengungkapan konflik kepentingan dan biayanya kepada pemegang saham.

2.5 Dampak Kasus Enron Terhadap Kepercayaan Profesional Profesi Akuntan


1. Profesi akuntan publik saat ini sedang mendapatkan sorotan tajam bahkan sinis dari
masyarakat umum akibat terjadinya skandal-skandal besar di negara maju seperti AS
yaitu kasus Enron dan WorldCom.
2. Akibat kasus-kasus tersebut kini kredibilitas akuntan publik menjadi jatuh terutama
disebabkan oleh keterlibatan Arthur Andersen salah satu KAP terbesar di dunia di
dalam skandal tersebut.
3. Akuntan Publik tidak lagi dipandang sebagai profesi yang unik melainkan sebagai
industri yang tidak lepas dari kepentingan bisnis yang sempit.
4. Fenomena ini telah mendorong berbagai upaya untuk memulihkan kepercayaan
masyarakat terhadap profesi akuntan publik.
Contoh yang paling nyata adalah inisiatif Sarbanes-Oxley yang merekomendasikan
pembentukan badan pengawas akuntan publik di pasar modal. Indonesia sendiri tidak
terlepas dari pengaruh skandal tersebut sehingga berbagai pihak seperti IAI dan
BAPEPAM kini tengah membahas pengawasan kompetensi dari Akuntan publik
terutama yang terlibat di pasar modal Indonesia. Bagi perusahaan di Indonesia sendiri,
pelajaran dari AS tersebut harus menjadi acuan agar tidak sampai terulang di
Indonesia. Untuk itu di dalam menunjuk auditor eksternalnya perusahaan harus
memiliki kriteria yang mampu meminimalkan resiko manipulasi audit.

2.6 Kode Etik yang Dilanggar Dalam Kasus Enron


Menurut Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntansi Indonesia yang dilanggar oleh Enron
dan KAP Arthur Andersen, sebagai berikut :
1. Prinsip Integritas: Setiap Praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan
profesional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya. Integritas adalah
suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional dan yang
menjadi dasar kepercayaan publik KAP Andersen dianggap menlanggar prinsip
integritas dikarenakan tidak dapat memelihara dan meningkatkan kepentingan publik
sebagai KAP yang termasuk kategori The Big Five seperti yang terungkap pada kasus
Enron bahwa KAP Andersen telah memanipulasi laporan keuangan dan penghancuran
dokumenatas kebangkrutan Enron.
2. Prinsip Objektivitas: Setiap Praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan
kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari pihak-pihak lain
memengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya. Didalam kasus
ini, KAP Arthur Andersen diniliai telah tidak objektif, karena justru cenderung
berpihak pada Enron dengan melakukan manipulasi laporan keuangannya, dan
menghambat proses penyelidikan dengan memusnahkan dokumendokumen terkait
3. Prinsip Perilaku Profesional: Setiap Praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan
yang berlaku dan harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi. KAP Andersen dikatakan tidak bererilaku profesional serta konsisten dengan
reputasi profesi dalam mengaudit laporan keuangan dengan melakukanpenyamaran
data, karena kerugian perusahaan sebesar $644juta yang disebabkan hutang
perusahaan yang tidak dilaporkan.
4. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional
(professional competence and due care): Setiap Praktisi wajib memelihara
pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan
secara berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi kerja dapat menerima jasa
profesional yang diberikan secara kompeten berdasarkan perkembangan terkini dalam
praktik, perundang-undangan, dan metode pelaksanaan pekerjaan. Setiap Praktisi
harus bertindak secara profesional dan sesuai dengan standar profesi dan kode etik
profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya. Dalam hal ini, KAP
Andersen juga melanggar prinsip standar teknis karena tidak melanksanakan juga
profesionlanya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.

2.7 Sanksi Bagi Akuntan Publik dalam Hal Pelanggaran Kode Etik
1. Mendapat Peringatan
Pada tahap ini, si pelaku akan mendapatkan peringatan halus, misal jika seseorang
menyebutkan suatu instansi terkait (namun belum parah tingkatannya) bisa saja ia akan
menerima email yang berisi peringatan, jika tidak diklarifikasi kemungkinan untuk berlanjut
ke tingkat selanjutnya, seperti peringatan keras ataupun lainnya
2. Hukum Pidana/Perdata
“Setiap penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, atau masyarakat yang dirugikan
karena penggunaan Nama Domain secara tanpa hak oleh Orang lain, berhak mengajukan
gugatan pembatalan Nama Domain dimaksud” (Pasal 23 ayat 3)
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan tindakan
apa pun yang berakibat terganggunya Sistem Elektronik dan/atau mengakibatkan Sistem
Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya” (Pasal 33)
“Gugatan perdata dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan”
(Pasal 39) Adalah sebagian dari UUD RI No.11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi
elektronik (UU ITE) yang terdiri dari 54 pasal. Berkaitan dengan kasus Enron dan KAP
Andersen, keduanya dinyatakan bersalah oleh pengadilan AS. Enron dinyatakan bangkrut dan
KAP Arthur Andersen dibubarkan karena telah melanggar kode etik profesi akuntan publik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut etika bisnis dan profesi akuntan publik, manajemen Enron dan KAP Andersen
terlibat dalam praktik penipuan seperti diskriminasi informasi/diskriminasi yang tidak adil
melalui maraknya insiden perdagangan, informasi penipuan mengenai akuntansi dan praktik
bisnis yang tidak sehat, serta praktik pemaksaan dan penyuapan. KAP Andersen juga telah
merusak catatan keuangan dan menghapus dokumen penting yang terkait dengan masalah ini.
Akibatnya, KAP Andersen terbukti melanggar Kode Etik Akuntan Publik dalam hal
kejujuran, objektivitas, perilaku profesional, kompetensi, dan kebenaran.
Sebagai akibat dari perlakuan ini, profesi akuntan publik mendapat sorotan tajam dan
kritik keras dari komunitas internasional; kredibilitas akuntan publik terkikis; akuntan publik
tidak lagi dianggap sebagai profesi yang unik, melainkan sebagai industri dengan
kepentingan bisnis yang sempit; dan berbagai upaya telah dilakukan untuk mengembalikan
kepercayaan publik terhadap akuntan publik hingga saat ini. Gugatan ini mengakibatkan
kebangkrutan Enron dan nasib yang menyedihkan, sementara KAP Andersen terpaksa ditutup
selain harus bertanggung jawab secara hukum atas kegiatannya. Kasus ini mengakibatkan
kebangkrutan Enron dan perjalanan yang mengerikan, sementara KAP Andersen terpaksa
menutup pintunya selain harus bertanggung jawab secara hukum atas perbuatannya. Anggota
KAP Andersen di Indonesia mengaku tidak terpengaruh dengan situasi tersebut, namun
Country Managing Partner Arthur Andersen Indonesia mengikuti perkembangan merger
tersebut. Sarbanes-Oxley Act diberlakukan untuk memperkuat pengendalian internal bagi
perusahaan, dan pelajaran yang dapat diambil dari kasus ini adalah pembaruan tatanan dunia
praktik bisnis dengan dikeluarkannya Sarbanes-Oxley Act.

3.2 Saran
Enron dan KAP Arthur Andersen tidak boleh melanggar kode etik yang seharusnya
menjadi pedoman bagi mereka dalam menjalankan tanggung jawabnya.
1. Sebagai KAP yang masuk dalam kategori lima besar, KAP Andersen tidak boleh
melanggar konsep integritas, yaitu melindungi dan memajukan kepentingan umum.
2. Prinsip perilaku profesional, pada dasarnya perilaku profesional dalam mengaudit
rekening keuangan, harus diikuti oleh KAP Andersen.
3. KAP Andersen harus berpegang pada konsep standar teknis, yang mengharuskan
perusahaan untuk menjalankan usahanya sesuai dengan standar teknis dan profesional
yang berlaku.
Seorang akuntan publik, baik yang sudah berpengalaman atau baru dalam industri,
harus mempersiapkan dan memahami semua topik yang berkaitan dengan etika dan aturan
profesional. Untuk menghindari terjadinya sesuatu yang tidak menyenangkan, hal ini harus
dilakukan oleh akuntan publik. Selanjutnya, sebagai manusia yang bermartabat, profesi
akuntan publik harus beroperasi sejalan dengan norma-norma etika dan sosial yang
berkembang.
REFERENSI

Benston, G. J., & Hartgraves, A. L. (2002). Enron: what happened and what we can learn
from it. Journal of Accounting and Public Policy, 21(2002), 105-127.
Institut Akuntan Publik Indonesia (2008). Standar Profesional Akuntan Publik-Kode Etik
Profesi Profesi Akuntan Publik
Kusmayadi, D. (30, Juni 2014). Kasus Enron dan KAP Arthur Andersen. Dipetik Oktober 19,
2021, dari uwiiii.wordpress.com: uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-
kap-arthur-andersen/
McLean, B. (2001). Why Enron Went Bust. Fortune, 9 Desember 2001.
Putra, Y. H. (2010). Praktik Kecurangan Akuntansi Dalam Perusahaan. EL MUHASABA:
Jurnal Akuntansi (e-Journal)., 1(1), 1-12.
Schwartz, N.D. (2001). Enron Fallout: Wide But Not Deep. Fortune, 9 December 2001

wordpress.
com/2009/11/14/kasus-
enron-dan-kap-arthur-
andersen/30 Maret (2014).
Putra YH. Praktik
Kecurangan Akuntansi
Dalam Perusahaan. El
Muhasaba: Jurnal
Akuntansi.
2012 Apr 25;1(1).
Institut Akuntan Publik
Indonesia (2008). Standar
Profesional Akuntan
Publik-Kode Etik
Profesi Akuntan Publik.
McLean, B. (2001). Why
Enron Went Bust. Fortune,
9 Desember 2001.
Schwartz, N.D. (2001).
Enron Fallout: Wide But
Not Deep. Fortune, 9
December 2001

Anda mungkin juga menyukai