Anda di halaman 1dari 26

RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

No. Ijin : 2049/503/PM.II.50.A8/04/2018


JL. KH. Ahmad Dahlan No. 17 Selong Lombok Timur

Telp. (0376) 21004, Fax (0376) 22693

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA
NOMOR : 322 /PER/DIR/RSI-N/I/2020

TENTANG
PANDUAN MANAJEMEN KONTRAK

Bismillahirrahmanirrahiim
Direktur Rumah Sakit Islam Namira dengan senantiasa memohon bimbingan, lindungan dan
ridho Allah SWT :

MENIMBANG a. bahwa manajemen kontrak adalah kegiatan untuk mengelola


suatu kontrak agar kontrak tersebut dapat digunakan sebagai
pedoman dan sebagai alat pengendalian pelaksanaan
pekerjaan;
bahwa manajemen kontrak berfungsi membantu manajemen
investasi, agar proyek dapat terlaksana dengan baik baik sesuai
kriteria;
bahwa manajemen kontrak bertujuan mendukung pengadaan
dengan negosiasi syarat dan ketentuan; dokumen perjanjian
kontraktual; memonitor kinerja kontraktual agar sesuai dengan
kontrak;
bahwa untuk maksud sebagaimana tersebut pada huruf (c) maka
perlu ditetapkan Panduan Manajemen Kontrak Rumah Sakit Islam
Namira yang ditetapkan dengan keputusan direktur;
MENGINGAT
1. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
2. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 40 Tahun 2018
tentang Pedoman Pelaksanaan Kerjasama;
4. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor
107/DSN- MUI/IX/2016Tentang Pedoman Penyelenggaraan Rumah
Sakit Berdasarkan Prinsip Syariah;
Surat Keputusan Ketua Pembina Yayasan Rumah Sakit Namira
Pancor Nomor : 005/SK/YRSNP/VI/2017 tentang Pengangkatan
Direktur RS Islam Namira.
MEMUTUSKAN

MENETAPKAN PERATURAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA


TENTANG PANDUAN MANEJEMEN KONTRAK
Pasal 1

Panduan Manajemen Kontrak Rumah Sakit Islam Namira menjadi acuan dalam
pengelolaan kontrak yang ada di Rumah Sakit Islam Namira.

Pasal 2
Panduan Manajemen Kontrak Rumah Sakit Islam Namira sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri
atas:
Bab I Definisi
Bab II Ruang Lingkup
Bab III Tata Laksana
Bab IV Dokumentasi
Pasal 3
Panduan Manajemen Kontrak Rumah Sakit Islam Namira sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Direktur Utama Rumah Sakit Islam Namira ini.

Pasal 4

Pada saat Peraturan Direktur Utama ini mulai berlaku, Peraturan Direktur Utama Rumah Sakit
Islam Namira Nomor 2282/PER/RSI-SAP/ 2018 tentang Panduan Manajemen Kontrak di Rumah Sakit
Islam Namira dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 5

Peraturan Direktur Utama Rumah Sakit Islam Namira ini berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Lombok Timur

Tanggal : 07 Jumadil Awal 1441 H


02 Januari 2020 M
Rumah Sakit Islam Namira

Lombok Timur

(dr. Utun Supria, M.Kes)


Direktur

LAMPIRAN:
KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA
NOMOR : 322 /PER/DIR/RSI-N/I/2020
TENTANG PANDUAN MANAJEMEN KONTRAK

BAB I
DEFINISI
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan dan gawat darurat. Rumah sakit wajib menyediakan pelayanan klinis dan manajemen
secara langsung atau bisa melalui kontrak maupun perjanjian lainnya. Kontrak pelayanan
klinis disebut kontrak klinis dan untuk kontrak pelayanan manajemen disebut kontrak
manajemen.

Melalui adanya regulasi kerjasama telah dibuka kesempatan bagi rumah sakit untuk
melakukan kerja sama dengan Pihak Ketiga yaitu lembaga yang berbadan hukum, baik
yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri. Seluruh bentuk kerja sama ini
memerlukan berbagai kebijakan dan pengaturan prosedur pelaksanaan guna mencapai
kesinambungan pelayanan yang lebih baik.
Panduan manajemen kontrak ini mengacu pada regulasi yang ada serta kaidah-kaidah
syariah, di mana di dalamnya, mengatur perjanjian-perjanian atau perikatan-perikatan yang
sengaja dibuat secara tertulis oleh pihak-pihak yang berkepentingan khususnya dalam hal
muamalah sebagai bukti bagi para pihak yang berkepentingan. Sementara itu, kaidah-
kaidah syariah yang dimaksud dalam panduan ini adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum
yang mengatur hubungan hukum di bidang muamalah, khususnya perilaku dalam
menjalankan hubungan ekonomi antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat
untuk menimbulkan akibat hukum secara tertulis berdasarkan hukum Islam.
Uraian mengenai Manajemen Kontrak dalam panduan ini, mencoba membantu pihak-pihak
yang berkepentingan untuk mendapatkan pemahaman mengenai keterkaitan fungsional
antara hak serta kewajiban pihak-pihak dengan pelaksanaan proyek, melalui fungsi-fungsi
manajemen.
Manajemen kontrak merupakan proses pengelolaan segala aspek yang berhubungan
dengan kesepakatan yang dibuat antar para pihak.
Beberapa istilah yang ada di dalam Panduan Manajemen Kontrak ini antara lain:

1. Adendum
Jika saat kontrak berlangsung ternyata terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam
kontrak tersebut, dapat dilakukan musyawarah untuk suatu mufakat akan hal yang belum
diatur tersebut.
2. Akad
Akad adalah pertalian antara ijab dan qabul yang dibenarkan oleh syara’ yang
menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya.
3. Arrangement
Arrangement digunakan untuk perjanjian-perjanjian internasional yang ditinjau dari segi
isinya lebih bersifat teknis dan administratif.
4. Etika
Etika di dalam panduan ini adalah etika profesi yang merupakan sikap hidup untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian
sebagai pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap
para anggota masyarakat yang membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama.
5. Keadaan darurat (Force Majeure)
Keadaan darurat adalah keadaan dimana pada saat kontrak berlangsung ditemukan
kejadian yang termasuk dalam keadaan golongan memaksa.
6. Kontrak-kontrak
Kontrak-kontrak merupakan perjanjian dalam bentuk tertulis.
7. Kontrak Kerja
Kontrak kerja adalah suatu perjanjian yang dibuat secara lisan dan/tulisan antara pekerja
dan pemberi maupun waktu tidak tertentu, di mana di dalam kontrak tersebut berisi
syarat-syarat kerja serta hak dan kewajiban setiap pihak. kerja, baik dalam waktu
tertentu.
8. Kontrak Klinis
Kontrak klinis adalah perjanjian kerjasama antara:

a. Rumah Sakit dengan individu staf medis berupa pakta integritas staf medis untuk
mematuhi peraturan perundang- undangan dan regulasi Rumah Sakit.
b. Rumah Sakit dengan badan hukum berupa kerjasama pelayanan klinis yang
disediakan Rumah Sakit dengan mematuhi peraturan perundang – undangan dan
regulasi Rumah Sakit.
9. Kontrak Manajemen
Kontrak Manajemen adalah perjanjian kerjasama antar Rumah Sakit dengan badan
hukum dalam penyediaan alat kesehatan (KSO alat) dan pelayanan non klinis.
10. Manajemen Kontrak
Manajemen kontrak adalah proses pengelolaan segala aspek yang berhubungan dengan
kesepakatan yang dibuat antara para pihak. Manajemen kontrak mengandung makna
pengendalian atau pengelolaan kontrak.
11. Nota kesepahaman/Memorandum of Understading (MoU)
Nota kesepahaman/Memorandum of Understading (MoU) merupakan perjanjian
pendahuluan, yang nanti akan dijabarkan dan diuraikan dengan perjanjian lainnya yang
memuat aturan dan persyaratan secara lebih detail.
12. Perjanjian/ Agreement
Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan nama satu orang atau lebih mengikat dirinya
kepada satu orang lainnya atau lebih. Dalam hal ini maka perjanjian di lingkungan Rumah
Sakit di lakukan oleh Rumah Sakit dengan subyek hukum lainnya.
Adapun tujuan dari disusunnya Panduan Manajemen Kontrak ini, adalah:

1. Memastikan proses kontrak dan penyelesaian pekerjaan berjalan sesuai prinsip syariah

2. Memastikan penyelesaian pekerjaan berjalan secara efisien


3. Memastikan pengertian yang sama atas kesepakatan

4. Menghindari dan menyelesaikan perselisihan

5. Penilaian kinerja yang adil dan transparan

6. Mengantisipasi risiko-risiko pada para pihak

BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelaksanaan manajemen kontrak di RS Islam Namira yang disajikan di


dalam panduan ini meliputi:
2.1. Kontrak Klinis
2.2. Kontrak Manajemen
2.3. Akad

Secara lebih luas, kedua cakupan kontrak di atas, dapat dijelaskan sebagaimana deskripsi
berikut ini
2.1. Kontrak Klinis
Kerja sama kontrak klinis dan kontrak pelayanan klinis RS Islam Namira ini memuat
seluruh kontrak kerja samaantara rumah sakit dengan pihak lain, yang disusun
berdasarkan kebutuhanpelayanan pasien dalam upaya meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien.
2.1.1.Jenis Kerja sama
1. Kontrak kerja sama pemenuhan kebutuhan SDI (Sumber Daya insani)
Kontrak kerja sama pemenuhan kebutuhan SDI yang berhubungan dengan staf
profesional kesehatan seperti dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain.
2. Kontrak pemenuhan laboratorium
Kontrak pemenuhan kebutuhan laboratorium ini melibatkan bagian hukum dan
laboratorium sebagai user. Kerja sama pelayanan klinis dengan PMI, dan
laboratorium lain di luar RS Islam Namira
3. Kontrak pemenuhan kebutuhan farmasi
Kontrak pemenuhan pelayanan klinis sesuai dengan peraturan perundang-
undangandankerja sama dengan pihak lain baik itu apotik Rumah Sakit maupun
apotik mandiri.
4. Kontrak pemenuhan kebutuhan radiologi
Kerja sama pemenuhan pelayanan radiologi dan pencitraan diagnostic dengan
Rumah Sakit lain dan kerja sama dengan pihak luar untuk evaluasi OSLD (opticall
Stimulated Luminescence Dosimetri) dan uji fungsi dosimetri film serta ijin
produksi dengan BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir) untuk alat-alat
radiologi.
5. Kontrak rujukan pelayanan kesehatan
Kontrak rujukan pelayanan kesehatan merupakan kontrak kerja sama dengan
rumah sakit lain guna memenuhi kebutuhan pasien dimana RS Islam Namira tidak
bisa melayani kebutuhan pasien baik itu mengenai fasilitas ataupun tenaga ahli.
2.1. Kontrak Manajemen
Kerja sama kontrak manajemen RS Islam Namira ini memuat seluruh kontrak
kerja sama antara rumah sakit dengan pihak lain, yang disusun berdasarkan
kebutuhan pelayanan pasien dalam upaya meningkatkan mutu dan keselamatan
pasien.
2.1.1.Jenis Kerja sama
Jenis kerja sama pada lingkup manajemen meliputi:
1. Kontrak Pemenuhan kebutuhan SDI (Sumber Daya Insani)
a. Kontrak kerja sama pemenuhan kebutuhan SDI (Sumber Daya insani)
Kontrak kerja sama pemenuhan kebutuhan SDI meliputi SDI tenaga di
bidang keuangan, tehnik, alih kelola keamanan.
b. Kontrak kerja sama pengembangan SDI
Kontrak kerja sama ini berupa kontrak perizinan belajar/ melanjutkan
sekolah antara pegawai dengan Rumah Sakit dan kontrak pelatihan yang
di ikuti oleh pegawai.
2. Kontrak pemenuhan kebutuhan sanitasi
Kontrak alih kelola pengendali hama, kebutuhan jasa kebersihan,
pengelolaan limbah B3 infeksius maupun non infeksius serta pengelolaan
sampah non medis.
3. Kontrak kerja pemenuhan kebutuhan rekam medik
Kontrak kerja sama kebutuhan rekam medik meliputi kontrak kerja sama alih
kelola dengan pihak lain untuk pemusnahan rekam medik dari proses
transportasi sampai proses pembuburan rekam medis.
4. Kontrak pemenuhan kebutuhan laboratorium
Kontrak pemenuhan kebutuhan laboratorium ini melibatkan bagian hukum
dan laboratorium sebagai user. Kebutuhan laboratorium ini meliputi kontrak
operasi (KSO)alat .
2.1. AKAD
Perbedaan praktik muamalah secara konvensional, dengan praktik secara
syariah adalah terletak pada akad. Sebagai wujud tanggung jawab secara
syariat, manusia dalam melakukan interaksi sosialnya, dibatasi oleh upaya
memenuhi hak dan kewajiban sehingga. Tidak jarang mereka harus menarik
kesepakatan bersama, yang lazim disebut dengan akad.
Al Quran sendiri secara tegas memerintahkan umatnya untuk melaksanakan
akad secara baik, sebagaimana ayat berikut:

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu


binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu)
dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki- Nya.
(QS. Al-Maidah: 1)

Aturan baku diperlukan dan harus disepakati bersama dalam rangka menarik
kesepakatan para pihak mengingat sifat manusia antara satu dengan yang
lainnya berbeda. Hal ini bertujuan untukmenetapkan agar hak dan kewajiban para
pihak dalamaturan ini terjaga, selain untuk menghindari penjajahan atas hak
orang lain, serta penipuan. Ketetapan aturan ini juga menjamin para pihak apabila
terjadi perselisihan atau konflik.
Jenis akad yang digunakan dalam lingkup manajemen kontrak Rumah Sakit
meliputi:
1. Akad Ijaroh. Yaitu sewa-menyewa antara pemilik ma’jur (obyek sewa) dan
musta’jir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang
disewakannya. Penerapannya dalam akad di rumah sakit adalah pemenuhan
kebutuhan barang atau peralatan (Umum, Gizi, Laundry, Sanitasi, IPSRS,
Personalia, laboratorium, farmasi, rekam medik ,Promosi) dilakukan melalui
sewa kepada supplier atau provider. Akad ini berlaku juga misalnya rumah
sakit menyewakan barang, peralatan, lahan, tempat berjualan, dan booth
kepada pihak luar.Pemenuhan SDI Rumah Sakit sebagai pengguna jasa
(Musta 'jir), dan Tenaga Kesehatan maupun non kesehatan sebagai pemberi
jasa (Ajir).
2. Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT) yaitu sewa yang diakhiri dengan pemindahan
kepemilikan barang; sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau
lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si
penyewa. Perpindahan kepemilikan dapat melalui cara:
a. Hibah
b. Penjualan sebelum akad berakhir sebesar sisa cicilan sewa atau harga yang
disepakati
c. Penjualan pada akhir masa Ijarah dengan harga tertentu sebagai referensi
yang disepakati dalam akad

Penerapannya dalam akad di rumah sakit adalah pemenuhan kebutuhan barang


atau peralatan (Laboratorium, Farmasi, Radiologi, Rekam Medik) dilakukan
melalui perjanjian sewa beli (KSO) kepada supplier atau provider

BAB III
TATA LAKSANA

3.1. Penunjukkan Penanggung Jawab Untuk Kontrak Manajemen Dan Kontrak Klinis
Penunjukan penanggung jawab untuk kontrak manajemen dan kontrak klinis melibatkan
jajaran pimpinan di semua unit yang ada di lingkungan Rumah Sakit.Berbagai bentuk
tanggung jawab dan partisipasi dalam kontrak manajemen dan kontrak klinis di RS
Islam Namira, antara lain:
1. Direktur Rumah Sakit menjabarkan secara tertulis jenis dan ruang lingkup pelayanan
yang disediakan melalui perjanjian kontrak, sifat dan cakupan pelayanan
2. Direktur Rumah Sakit membuat keputusan terkait pengadaan dan penggunaan
sumber daya dengan mempertimbangkan mutu dan keselamatan yang disediakan
melalui perjanjian kontrak.
3. Dalam semua hal, Direktur Rumah Sakit bertanggung jawab terhadap kontrak atau
pengaturan lain untuk memastikan bahwa pelayanan dapat memenuhi kebutuhan
pasien dan merupakan pemenuhan kebutuhan dari kegiatan manajemen serta
peningkatan mutu rumah sakit.
4. Kepala Divisi pelayanan klinis dan kepala unit/instalasi terkait berpartisipasi dalam
seleksi kontrak klinis dan bertanggung jawab untuk kontrak klinis dan kontrak
manajemen (dalam hal ini dilibatkan sebagai Tim Kontrak Kerja sama)
5. Kepala bidang/divisi manajemen dan Kepala unit kerja berpartisasi dan bertanggung
jawab terhadap peninjauan, pemilihan, dan pemantauan kontrak manajemen dan
kontrak klinis.
6. Kepala bidang/divisi pelayanan klinis dapat merekomendasikan kontrak atau
mengatur pelayanan dari staf profesional pemberi asuhan (PPA), bila mana
dilakukan di rumah sakit. dengan syarat:
a. Jika terdapat beberapa kasus khusus yang memerlukan dokter praktik mandiri
yang mana berada di luar rumah sakit atau bahkan dari luar negeri
b. Apabila dari pelayanan praktisi tersebut, pasien membutuhkan perawatan atau
alur perawatan maka praktisi tersebut harus melalui proses kredensial dan
pengurusan izin praktik di rumah sakit

3.2. Seleksi Kontrak


3.2.1.Tahapan Pelaksanaan Seleksi Kontrak
1. Pembentukan Tim
a. Adanya Tim Kontrak Kerja sama di lingkungan rumah sakit yang telah
diatur dengan susunan: Ketua; Sekretaris; Penanggung Jawab; Anggota.
b.Dengan Fungsi masing masing yang mana merupakan Kepala
bidang/divisi dan Kepala unit kerja sehingga mampu berpartisasi dan
bertanggung jawab terhadap peninjauan, pemilihan, dan pemantauan
kontrak manajemen dan kontrak klinis.
2. Identifikasi
a. Pada tahap ini perlu dilakukan indentifikasi dan inventarisasi jenis
potensi pelayanan yang akan dikerja samakan baik dalam kerja sama
klinis maupun manajerial.
b. Dari hasil indentifikasi tersebut ditentukan skala prioritas bidang yang
akan dikerja samakan dan disusun suatu analisa yang secara umum
dapat menggambarkan antara lain: aspek kelayakan teknis, evaluasi,
pemeliharaan, prakiraan biaya operasional dan pendapatan yang
dihasilkan serta analisa ekonomi.
3. Pemilihan
a. Melakukan kerja sama Rumah sakit dengan Pihak Ketiga merupakan
salah satu dari pilihan yang dihadapi Rumah sakit. Untuk itu dalam
menentukan pilihan bidang pelayanan yang akan dikerjasamakan
dibutuhkan pertimbangan-pertimbangan yang matang.
b. Cara yang efektif untuk menentukan pilihan tersebut adalah dengan
mempelajari hakekat bidang yang akan dikerjasamakan atau kebutuhan
yang diperlukan akan dapat memberikan dampak positif dan nilai
tambah terhadap pelayanan, berdaya guna bagi pasien dan atau
meningkatkan perkonomian Rumah sakit yang bersangkutan.
c. Bentuk kerjasama yang dipilih Rumah sakit harus menguntungkan dan
dapat diukur dan ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
4. Penawaran Kerja sama
Untuk mendapatkan partner kerja sama (Pihak Ketiga) yang bonafide dan
untuk menjaga transparansi dalam pelaksanaan kerjasama maka rumah
sakit perlu melakukan penawaran secara terbuka untuk memilih sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dari berbagai penawaran
kerjasama yang berminat dan mengajukan penawaran dapat dipilih calon
yang memenuhi persyaratan dan mampu secara finansial maupun teknis
dan seusai kriteria indikator mutu yang telah ditetapkan guna
menyelesaikan suatu pekerjaan/kerjasama yang ditawarkan.
5. Penilaian Penawaran
Setiap penawaran kerja sama yang mengajukan penawaran untuk
melakukan kerja sama agar dilampiri usulan rencana kerja sama/proposal
yang isinya antara lain mencakup:
a. Latar belakang.
b. Maksud dan tujuan.
c. Objek (jenis usaha) kerja sama yang diusulkan.
d. Bentuk dan mekanisme kerja sama yang diusulkan.
e. Rencana Biaya dan atau pola bagi hasil yang diusulkan.
f. Profil Penawaran
g. Pakta integritas

Proposal yang diajukan harus dilampiri:

a. Akte Pendirian
b. Kedudukan / alamat perusahaan / LSM / Yayasan
c. Copy anggaran dasar (AD) perusahaan / LSM / Yayasan
d. Referensi Bank
e. Laporan rugi-laba 3 (tiga) tahun terakhir (bila perusahaan)
f. Susunan pimpinan (Direksi, Komisaris, dsb)
g. Pengalaman kerja/rekomendasi
h. Copy NPWP
i. Informasi lainnya: Surat Izin Usaha Perusahaan (SIUP);NPWP;Izin Pedagang Besar
Farmasi–Penyalur Alat Kesehatan (PBF–PAK);Perjanjian Kerja Sama antara distributor
dan prinsipal serta rumah sakit;nama dan Surat izin Kerja Apoteker untuk apoteker
penanggung jawab PBF;alamat dan denah kantor PBF;surat garansi jaminan keaslian
produk yang didistribusikan (dari prinsipal).
3.2.1.Penetapan Kontrak Dan Dokumen Kontrak
Kontrak manajemendan kontrak klinis disusun berdasarkan kebutuhan manajemen
dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Dalam penetapan
manajemen kontrak harus melibatkan direktur rumah sakit, kepala bidang/pemenuhan
kebutuhan serta kepala instalasi/ penaggung jawab pada unit terkait.
Sebelum menetapkan/memilih kontrak manajemen dan kontrak klinis terlebih dulu
adanya permintaan kebutuhan dari unit kerja. Setelah itu perlu membuat konsep
terkait dengan kontrak manajemen dan kontrak klinis yang dibutuhkan, antara lain:

1. Identifikasi kebutuhan kerja


2. Pembuatan lingkup kerja
3. Evaluasi risiko
4. Pembuatan rencana pengelolaan kontrak
5. Pemilihan dan penunjukan kontraktor

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan model kontrak:

1. Detil dan akurasi dari lingkungan kerja


2. Jangka waktu dari kebutuhan barang/jasa
3. Ada tidaknya risiko kenaikan harga yang tidak diperkirakan
4. Kepastian jumlah anggaran
5. Mutu/kwalitas pelayanan.
3.2.1.Alur Kontrak Manajemen Dan Kontrak Klinis

Gambar di sebelah kanan, PROSES PELAKSANAAN


memperlihatkan alur dari proses Kesepakatan Draft
penyusunan dokumen perjanjian kerja MoUkedua belah pihak
sama yang dilaksanakan di RSI
Namira. Proses dimulai setelah
adanya permohonan dari unit hingga
DPS &
terpilihnya vendor yang melalui satu DIREKTUR
Pelaksanaan
Kerja sama
tahapan terpisah. Tdk

Secara naratif, proses tersebut Ya


digambarkan/ dije- laskan pada paraf Direktur Umum dan
alinea berikut- nya. Keuangan

Penandatangan oleh Para


Proses kontrak manajemen dan kontrak klinis:
Pihak, RS diwakili Direktur
1. Bagian Hukum bersama unit pengaju menyusun draf kerja sama untuk
mendapatkan persetujuan dari para pihak.
2. Draf ini kemudian akan disampaikan kepada Dewan Pengawas Syarian (DPS) RS
Islam Namira dan Direktur untuk mendapat paraf persetujuan;
a. Apabila ada koreksi, akan dilakukan perbaikan (revisi).
b. Apabila disetujui, atau setelah dilakukan revisi akan diparaf oleh DPS dan
Direktur Umum dan Keuangan.
3. Selanjutnya ditandatangani oleh Para Pemimpin yang bersepakat atas nama para
pihak. Rumah sakit diwakili oleh Direktur.
4. Berdasarkan kontrak tersebut, kerjasama dilaksanakan.

Setelah penetapan kontrak manajemen dan kontrak klinis seleksi disetujui dapat
diberikan suatu Kesepakatan Bersama (MoU) dalam rangka memudahkan untuk
menindaklanjuti komitmennya dengan pihak ketiga lainnya.
Dalam penyusunan MoU agar memuat aspek-aspek sebagai berikut:

a. Identitas masing-masing pihak


b. Maksud dan tujuan kerja sama
c. Subyek dan obyek kerja sama
d. Ruang lingkup kerja sama
e. Cara pelaksanaan kerja sama
f. Jangka waktu
g. Penyelesaian perselisihan
h. Rencana Pembiayaan dan sumber dananya
i. Kesepakatan bersama yang telah ditanda tangani oleh Direktur rumah sakit dan
atau disetujui Pemilik
Untuk menjamin kepastian dan kekuatan hukum, pengaturan Pelaksanaan Kerja
sama Rumah Sakit dengan Pihak Ketiga harus dituangkan dalam perjanjian kerja
sama yang ditanda tangani oleh pimpinan Rumah Sakit dan Pihak Ketiga, yang
isinya antara lain:
a. Identitas para pihak
b. Rumusan pekerjaan meliputi, obyek/subyek pekerjaan, lingkup pekerjaan, nilai
pekerjaan dan batas waktu pelaksanaan.
c. Masa pertanggungjawaban atau pemeliharaan, jangka waktu
pertanggungan/pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab masing-masing
pihak.
d. Tenaga ahli yang memuat jumlah, klasifikasi dan kualifikasi
untuk melaksanakan pekerjaan kerja sama.
e. Hak dan kewajiban masing-masing pihak yang melaksanakan kerja sama
f. Cara pembayaran
g. Cidera janji yang memuat ketentuan tentang tanggungjawab di mana salah
satu pihak tidak melaksanakan kewajiban dalam perjanjian.
h. Penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang tatacara
penyelesaian perselisihan akibat ketidak pastian.
i. Pemutusan perjanjian kerja sama / kontrak yang memuat tentang pemutusan
perjanjian kerja sama / kontrak yang timbul akibat tidak dapat dipenuhi
kewajiban salah satu pihak.
j. Keadaan memaksa, yang memuat ketentuan tentang kewajiban masing-
masing penyedia jasa dan atau pengguna jasa atas kegagalan penyelesaian
pekerjaan.
k. Kegagalan penyelesaian pekerjaan, yang memuat ketentuan tentang
kewajiban penyedia jasa dan atau pengguna jasa atas kegagalan penyelesaian
pekerjaan.
l. Perlindungan pekerjaan, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak
dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial.
m. Aspek lingkungan, yang memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan
ketentuan tentang lingkungan.
n. Ketentuan-ketentuan lain yang disepakati.

3.1. Pengalihan Tanggung Jawab Pada Pihak Kedua


Sebagaimana amanah Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, maka setiap kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian di lingkungan
RSI Namira, bagi pihak penjual (ba’i) ataupenyedia jasa (ajir), tidak diperkenankan
untuk membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau
perjanjian, yaitu dalam hal:
1. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pihak penjual (ba’i) atau penyedia jasa
(ajir)
2. Menyatakan bahwa pihak penjual (ba’i) atau penyedia jasa (ajir)berhak menolak
penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen
3. Menyatakan bahwa pihak penjual (ba’i) atau penyedia jasa (ajir)berhak menolak
penyerahan kembali uang yang dibayarkan atau jasa yang dibeli oleh konsumen
4. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pihak penjual (ba’i) atau
penyedia jasa (ajir)baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan
segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen
secara angsuran
5. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan
jasa yang dibeli oleh konsumen.
Pelaksanaan Kerja sama antara Rumah sakit dengan Pihak Ketiga dapat diprioritaskan
untuk dilaksanakan apabila memenuhi beberapa persyaratan kelayakan suatu kerja sama,
baik secara hukum, ekonomi dan sosial .
Untuk kerja sama Rumah sakit dengan Pihak Ketiga Dalam Negeri antara lain mencakup
persyaratan:
1. Kegiatan yang akan dikerja samakan harus mendukung penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
2. Memperhatikan prinsip persamaan kedudukan, memberikan manfaat bagi pihak-
pihak yang melakukan kerja sama.
3. pelaksanaan kerja sama perlu mendapat persetujuan dan atau diketahui Pemilik
4. Pihak yang akan kerja sama mempunyai kepastian hukum.
5. Dalam menyusun perjanjian yang mengikat Rumah sakit agar berpedoman kepada
peraturan perundangan yang berlaku.
6. Kerja sama yang akan dilaksanakan tidak bersifat politis dan tidak bernuansa KKN
7. Apabila kerja sama yang akan dilakukan berupa pembangunan fisik maka perlu
memperhatikan persyaratan lain seperti:
a. Memenuhi Rencana Tata Ruang.
b. Gambar/Bestek dan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB) disahkan
oleh Pemilik atas usul Tim Kerja sama .
c. Rencana Kegiatan Kerja dan jadwal disahkan oleh Pemilik atau
pejabat yang ditunjuk atas usul Tim Kerja sama.
d. Menyusun study Analisa Lingkungan .
e. Perizinan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Untuk Kerja sama Rumah sakit dengan Pihak Ketiga Luar Negeri harus memperhatikan
ketentuan sebagai berikut:
1. Kerja sama tersebut harus merupakan pelengkap dalam pelaksanaan
pembangunan nasional dan daerah.
2. Kerja sama tersebut harus sesuai dengan kewenangan Rumah sakit
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Kerja sama tersebut harus sesuai dengan kebijakan dan rencana pembangunan
daerah, dan sejalan dengan program pembangunan nasional
4. Aman ditinjau dari berbagai segi, terutama secara klinis, keamanan lingkungan,
juridis dan tekhnis.
5. Memperhatikan prinsip persamaan kedudukan dan tidak saling memaksakan
kehendak, memberikan manfaat dan saling menguntungkan bagi Rumah sakit
dan masyarakat.
6. Dirancang dalam bentuk program, proyek atau kegiatan berdasarkan kebutuhan
nyata yang memiliki skala prioritas tinggi.
7. Mempunyai rencana yang jelas bagi pemeliharaan dan kelanjutan sesudah
program, proyek atau kegiatan selesai dilaksanakan

3.3. Prinsip Kerja Sama


3.4.1. Secara Umum
a. Transparansi
 Dalam proses perumusan kebijakan oleh rumah sakit maka keterbukaan pada
masyarakat menjadi suatu kontrol atas kerja sama yang dilakukan rumah sakit
dengan pihak ketiga.
 Membuka kesempatan untuk semua pihak mendapat informasi/kesempatan
yang sama tentang ada nya suatu tender kerja sama.
b. Akuntabilitas
Kewajiban rumah sakit suntuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan,
melaporkan dan mengungkap segala aktivitas dan kegiatan terkait penerimaan dan
penggunaan anggaran pada pihak yang memiliki wewenang dan kapasitas terkait
hal tersebut.
c. Partisipatif
Kegiatan mengikutsertakan secara langsung / tidak langsung pihak yang
berkehendak dalam menjalin kerja sama dengan prinsip (konsultasi, dialog,
negosiasi dalam mencapai kesepakatan bersama)
d. Efisiensi
kerja sama antara rumah sakit dengan pihak ketiga mempertimbangkan nilai
efektifitas yaitu mengukur keberhasilan dengen membandingkan target dan tujuan
terhadap hasil yang diperoleh dalam kerja sama.
e. Konsensus
Pelaksanaan kerja sama rumah sakit dengan pihak ketiga harus memiliki titik temu
sehingga mencapai keputusan yang disepakati deangan kata lain tidak terdapat
keputusan sepihak yang tidak dapat diterima dalam kerja sama tersebut.
f. Saling Menguntungkan dan Memajukan
Dalam pelaksanaan kerja sama antara rumah sakit dengan pihak ketiga harus
didasarkan pada pemahaman bahwa kedua belah pihak (atau lebih) akan
mendapatkan keuntungan dalam yang memberikan dampak kemajuan pada
organisasi dan kemanfaatan pada masyarakat luas
3.4.1.Secara Khusus
Selain enam prinsip utama di atas, beberapa prinsip yang perlu dipergunakan
sebagai acuan rumah sakit dalam melaksanakan kerja sama dengan pihak ketiga
adalah:
a. Kerja sama dibangun untuk kepentingan para pihak yang bersepakat
b. Mengedepankan etika professional dan prinsip-prinsip muamalah syariah
c. Keterkaitan yang dijalin atas dasar saling membutuhkan.
d. Keberadaan kerja sama saling memperkuat pihak-pihak yang terlibat.
e. Adanya kepastian hukum.
f. Tertib penyelenggaraan
g. Kerja sama dilakukan bukan karena suatu upaya keuntungan perseorangan akan
tetapi suatu pertimbangan untuk mencapai suatu tujuan yang saling mendorong,
saling mengormati dan menguntungkan kedua belah pihak.

Dalam hal ini prinsip khusus juga mengatur antara lain:

a. Penunjukan penanggungjawab atas kerja sama


b. Adanya penanggung jawab untuk kontrak manajemen
c. Pelaksanaan seleksi terhadap kontrak kerja sama perlu didasarkan atas
kepatuhan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d. Adanya penetapan kontrak dan dokumen kontrak yang disepakati kedua belah
pihak dengan memuat prinsip umum di atas
e. Di dalam dokumen terdapat bentuk bentuk proses pengalihan tanggung jawab
pada pihak kedua
f. Seluruh kontrak kerja sama akan diawasi (monitoring) dalam rangka menjaga
mutu dan keselamatan pasien
g. Seluruh kontrak kerjsama akan dilakukan evaluasi (oleh kedua belah pihak) untuk
menganalisis kecocokan manfaat atas hasil kerja sama yang disepakati, yang
mana apabila terjadi ketidaksesuaian maka:
 Dapat diberikan teguran
 Dapat terjadi penghentian / pembatalan / pemutusan dan pengalihan kontrak
bila mutu pelayanan yang disediakan melalui kontrak tidak sesuai dengan
kontrak;
 Dalam mekanisme perpanjangan kontrak, maka kerjasama akan ditinjau ulang
(review) guna melihat efektifitas dan kecocokan manfaat atas kerja sama yang
terjalin selama ini.
3.1. Keterlibatan
Dalam pelaksanaan kontrak manajemen melibatkan unit kerja terkait, antara lain:
1. Direksi perusahaan lain (vendor)
2. Direktur RS Islam Namira
3. Kepala bidang terkait
4. Kepala pemenuhan kebutuhan terkait
5. Kepala instalasi
3.2. Mutu Kontrak dan Monitoring
Rumah sakit sebagai pemberi layanan kepada pasien perlu melakukan evaluasi
mutu pelayanan dan keselamatan pasien pada semua pelayanan di rumah sakit,
sehingga menjamin bahwa pelayanan terhadap pasien yang dilakukan melalui
kontrak kerja sama mampu memenuhi indikator mutu dan keselamatan pasien.
Terkait hal tersebut, maka untuk mencapai pelayanan yang menjamin mutu dan
keselamatan pasien perlu dilakukan upaya kerja sama dengan Panitia Mutu dan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, meliputi:
1. Analisis informasi mutu dari pelayanan yang disediakan berdasar atas kontrak
atau perjanjian lainnya,
2. Rencana tindak lanjut berdasar atas data dan informasi tersebut.
3. Seluruh pelayanan yang disediakan berdasar atas kontrak dan perjanjian
mencantumkan indikator mutu yang dapat dipergunakan untuk mengukur mutu
pelayanan yangdisediakan berdasar atas kontrak tersebut dan ditetapkan oleh
Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
4. Data indikator mutu dikumpulkan dan dilaporkan ke PMKP dan dianalisis,
dilaporkan serta diteruskan dan ditindaklanjuti sesuai mekanisme pelaporan
PMKP
5. Frekuensi pengumpulan data, dan format pengumpulan data dilakukan sesuai
regulasi Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien
6. Dilakukan monitoring mutu pelayanan yang disediakan berdasar atas kontrak
atau perjanjian lainnya.
7. Kerja sama berbagai pihak dalam mutu kontrak kerjasaama, meliputi:
a. Kepala bidang/kepala divisi klinis dan manajemen ikut berpartisipasi dalam
program peningkatan mutu dengan menindaklanjuti hasil analisis informasi
mutu pelayanan yang yang dilaksanakan melalui kontrak/pihak ketiga.
b. Kepala bidang/kepala divisi klinis dan manajemen ikut berpartisipasi dalam
c. Rumah sakit perlu melakukan evaluasi mutu pelayanan dan keselamatan
pasien pada semua pelayanan di rumah sakit, baik yang secara langsung
disediakan sendiri oleh rumah sakit maupun yang disediakan berdasar atas
kontrak atau perjanjian lainnya.
d. Semua pihak ikut terlibat melakukan pelaporan mutu sesuai regulasi terkait
frekuensi pelaporan mutu tersebut di lingkungan rumah sakit
Adapun mutu yang diukur dari masing-masing jenis kontrak adalah sebagai berikut:

N AREA Judul Indikator Mutu UNIT


o
1 IAM Ketepatan Waktu Pengangkutan limbah Sanitasi (Kontrak)
B3 Infeksius
2 IAM Waktu tunggu kedatangan petugas Sarpras Non Medis
perbaikan AC ≤ 30 menit (Kontrak)
3 IAM Ketepatan Waktu Maintenance Alat Laboratorium PK (kontrak)
Hematologi
4 IAM Angka Keterlambatan Pengambilan Laboratorium PK (kontrak)
Sampel Pemeriksaan Laboratorium
Rujukan Prodia
5 IAM Angka Keterlambatan penyerahan sampel Laboratorium PK (kontrak)
pemeriksaan laboratorium rujukan prodia.
6 IAM Ketepatan Penyelesaian Kerusakan Hemodialisa (Kontrak)
mesin hemodialisa

3.1. Teguran dan Pemutusan Kontrak Manajemen dan Kontrak Klinis


Teguran dan pemutusan kontrak baik kontrak manajemen maupun kontrak klinis
dilakukan setelah di lakukan evaluasi terhadap kontrak kerjasama tersebut. Kontrak
manajemen dan kontrak klinis yang telah ditetapkan, dilakukan evaluasi setiap
tahun oleh kepala instalasi/kepala ruang, kepala seksi, kepala sub bagian pada
penempatan manajemen kontrak tersebut. Kepala bidang/ kepala bagian/kepala
instalasi membuat laporan hasil monitoring sebagai bahan evaluasi pelaksanaan
manajemen kontrak tersebut.
1. Kontrak Manajemen akan berakhir apabila:
a. Penghentian Kontrak dapat dilakukan karena pekerjaan sudah selesai atau
terjadi Keadaan Kahar.
b. Pemutusan Kontrak dapat dilakukan oleh pihak penyedia.
c. Menyimpang dari Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, pemutusan Kontrak melalui pemberitahuan tertulis dapat dilakukan
apabila:
 Penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak
memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;
 Penyedia berada dalam keadaan pailit;
 Penyedia terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam
proses Pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang;
2. Kontrak Klinis akan berakhir apabila:
a. Berakhirnya jangka waktu kontrak,
b. Apabila PIHAK KEDUA melakukan perbuatan-perbuatan:
1) Pada saat kesepakatan kerja memberikan keterangan palsu dan atau
dipalsukan, atau
2) Mabuk, madat, memakai obat bius atau narkotika, berjudi, atau;
3) Mencuri atau menggelapkan, menipu atau melakukan kejahatan lainnya,
atau;
4) Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pimpinan, atasan,
teman sekerja beserta
5) Melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum, norma agama dan
atau kesusilaan, atau;
6) Dengan sengaja atau karena kecerobohannya merusak atau membiarkan
dalam keadaan bahaya Rumah Sakit atau barang-barang milik Rumah
Sakit, atau;
7) Dengan sengaja walaupun sudah diperingatkan, membiarkan
dirinya atau teman sekerja atau orang lain dalam keadaan bahaya, atau;
8) Membuka dan atau menyebarluaskan rahasia Rumah Sakit yang
seharusnya dirahasiakan, atau;
9) Mencemarkan nama baik Rumah Sakit, atau;
10) Meninggalkan tugas pekerjaan selama 3 (tiga) hari berturut-turut
tanpa ijin yang sah, atau;
11) Melanggar ketentuan yang telah ditetapkan dalam kesepakatan kerja,
sedangkan kepadanya telah diberikan surat peringatan terakhir yang masih
berlaku, atau;
12) Lalai melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sehingga
menyebabkan sedikitnya salah satu dari keadaan sebagai berikut :
- Kekacauan administrasi
- Kerugian financial
- Rusaknya barang inventaris Rumah Sakit.
- Membahayakan keselamatan jasmani/jiwa dan atau menyebabkan
cacatnya pasien.
- Menyebabkan pasien meninggal dunia
3. Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana di maksud diatas, maka PIHAK PERTAMA
akan memberitahukan hal tersebut kepada PIHAK KEDUA secara tertulis.
4. PIHAK KEDUA berhak mengakhiri perjanjian ini apabila PIHAK PERTAMA terbukti
secara sah dan menyakinkan melakukan perbuatan-perbuatan:
a. Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam PIHAK KEDUA, keluarga
atau anggota keluarga PIHAK KEDUA
b. Membujuk keluarga PIHAK KEDUA atau teman serumah PIHAK KEDUA
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum,kesusilaan atau norma
agama,atau
c. 2 (dua) kali tidak membayar upah PIHAK KEDUA pada waktunya.
d. Tidak memenuhi syarat-syarat/tidak melakukan kewajiban yang ditetapkan dalam
kesepakatan kerja atau,
e. Memperintahkan PIHAK KEDUA untuk mengerjakan pekerjaan yang tidak layak
dan tidak ada hubungannya dengan kesepakatan kerja.
5. Kontrak klinis berakhir dengan sendirinya apabila:
a. Dalam hal diluar kemampuan PIHAK PERTAMA tidak dapat lagi mengusahakan
pengoperasian Rumah Sakit PIHAK PERTAMA
b. PIHAK KEDUA meninggal dunia,atau
c. PIHAK KEDUA mengundurkan diri sukarela dan melakukan perbuatan yang dapat
dikategorikan/dianggap mengundurkan diri.
d. Surat pengajuan permohonan pengunduran diri selambat-lambatnya dikirim 2(dua)
bulan sebelum waktu pelaksanaan pengunduran diri.
e. Bersedia membayar ganti rugi (ta’wid) karena mengakhiri perjanjian sebelum
masa berakhir
3.2. Review Kontrak Manajemen Dan Kontrak Klinis Untuk Perpanjangan
Pada kontrak manajemen dengan situasi/kondisi tertentu kontrak dapat diperpanjang
lagi dengan perbaharuan surat perjanjian baru.
Perpanjangan dapat terjadi pada beberapa kondisi berikut ini;

a. Pihak pemasok / supplier / penyedia jasa tidak dapat menyelesaikan pekerjaan


pada saat jatuh tempo yang telah ditetapkan karena suatu sebab yang dapat
ditolerir oleh pihak pemberi pekerjaan / penerima jasa, sehingga memerlukan
tambahan waktu lebih lama.
b. Pihak pemberi pekerjaan / penerima jasa menghendaki tambahan produk / jasa
yang sama atau berbeda dari pemasok / supplier / penyedia jasa yang sama.

Pada kondisi 1
Maka kedua belah pihak sepakat menyusun addendum yang berisi hal-hal baru yang
diatur kedua belah pihak, akan tetapi segala persyaratan umum masih mengacu pada
perjanjian yang lama. Dengan demikian, addendum tersebut merupakan kesepakatan
baru yang tidak dapat terpisahkan dan melekat pada kesepakatan lama.

Pada kondisi 2,
Kedua belah pihak akan meninjau ulang isi perjanjian apakah masih relevan terhadap
pekerjaan / permintaan produk/ jasa baru yang diminta.

1. Jika produk/jasa yang diminta sama atau tidak sama dengan produk/jasa yang
tertuang dalam kesepakatan lama, akan tetapi memiliki esensi persyaratan umum,
kewajiban dan hak para pihak yang sama, maka akan disusun suatu addendum
yang mengikat kedua belah pihak, dan tidak dapat terpisahkan yang merupakan
bagian dari kesepakatan yang lama.
2. Apabila produk / jasa yang diminta sama atau tidak sama dengan produk/jasa yang
tertuang dalam kesepakatan lama, akan tetapi memiliki esensi persyaratan umum,
kewajiban dan hak para pihak yang berbeda, makaakan dibuat kesepakatan baru
yang sama sekali berbeda dengan kesepakatan lama.

BAB IV
DOKUMENTASI
Format perjanjian kerja sama di bawah ini memperlihatkan standar konten dari dokumen
kerja sama di RS Islam Namira. Penjelasan secara terperinci dari konten yang dimaksud,
disampaikan pada paragraph berikutnya.
RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA
No. Ijin : 2049/503/PM.II.50.A8/04/2018
Jln. KH. Ahmad Dahlan No. 17 Pancor Lombok Timur
Telp. (0376) 21004, Fax (0376) 22693

Bismillahirrahmaanirrahiim
PERJANJIAN KERJASAMA (AKAD IJARAH)
ANTARA

RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

DENGAN

xxxxxxxxxxxxxxxx

No: /PKS/RSI-N/VI/2020

Pada hari Senin, tanggal sembilan bulan Syawal tahun seribu empat ratus empat
puluh satu hijriyah (09-10-1441 H) bertepatan dengan tanggal satu bulan Juni tahun
dua ribu dua puluh (01-06-2020 M), bertempat di Rumah Sakit Islam Namira, kami yang
bertanda tangan di bawah ini :

I. XXXXXXXXX, sebagai Direktur Rumah sakit Islam Namira, berkedudukan di Jalan


KH. Ahmad Dahlan No.17 Selong Lombok Timur. Dalam hal ini sesuai dengan
kewenangannya bertindak untuk dan atas nama Rumah Sakit Islam Namira sebagai
MUSTA’JIR (Pengguna Jasa), selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

II. XXXXXXXXXXX berkedudukan di Desa xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx. Dalam hal ini


bertindak untuk dan atas nama diri sendiri sebagai AJIR (Pemberi Jasa), selanjutnya
disebut sebagai PIHAK KEDUA.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA selanjutnya secara bersama-sama disebut


KEDUA BELAH PIHAK, setuju dan sepakat untuk mengikat diri dalam suatu Perjanjian
Kerja berdasarkan akad ijarah, selanjutnya disebut Perjanjian Kerja, dengan ketentuan
dan syarat-syarat sebagaimana tercantum dalam pasal-pasal di bawah ini:

Pasal 1
PENGERTIAN UMUM

1. Ijarah adalah pemindahan hak guna (manfaat) atas jasa dalam waktu tertentu dengan
pembayaran imbalan jasa/ gaji
2. AJIR adalah pemberi jasa
3. MUSTA’JIR adalah pengguna jasa
4. Pegawai Kontrak adalah orang yang dipekerjakan karena keahliannya dan dibutuhkan
Rumah Sakit, yang telah melewati masa perjanjian sebagai Pegawai Tidak tetap, yang
hak dan kewajibannya diatur dalam surat perjanjian bersama.
5. Rumah Sakit Islam Namira (RSIN) adalah Rumah Sakit swasta milik Yayasan
Rumah Sakit Namira Pancor yang beralamat di Jalan KH. Ahmad Dahlan No.17
Selong Lombok Timur yang selanjutnya dalam Perjanjian Kerja ini disebut RS Islam
Namira.
6. Pinalti adalah denda kerja yang diberlakukan apabila Pihak yang mengakhiri
hubungan kerja di wajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah
pekerja sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.

Pasal 2
LINGKUP PELAKSANAAN

1. PIHAK PERTAMA dengan ini bermaksud mempekerjakan PIHAK KEDUA, dan dengan
ini menerangkan bahwa PIHAK KEDUA setuju untuk bekerja pada PIHAK PERTAMA
dengan status sebagai Pegawai Kontrak.
2. Tujuan PIHAK PERTAMA mempekerjakan PIHAK KEDUA untuk melaksanakan
pekerjaan pada Bidang Keperawatan sesuai dengan uraian tugas pekerjaan.

Pasal 3
PROSEDUR PELAKSANAAN

1. PIHAK PERTAMA berkewajiban untuk:


a. Memberikan tugas atau perintah kerja sesuai dengan bidang PIHAK KEDUA
b. Membayar imbalan jasa/ gaji + tunjangan sebesar Rp. XXXXXXXX (XXXXXX) setiap
bulannya.
c. Memberikan Jasa pelayanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. PIHAK KEDUA berkewajiban untuk:
I. Melaksanakan semua perintah kerja dan petunjuk atau instruksi yang diberikan, baik
secara lisan maupun tertulis, dalam hal urusan kedinasan dengan penuh tanggung
jawab.
II. Mematuhi dan atau menjalankan peraturan dan tata tertib yang ditetapkan oleh
PIHAK PERTAMA.
III.Melaksanakan kerja sesuai peraturan yang ditentukan oleh PIHAK PERTAMA.
3. PIHAK KEDUA selama menjadi Pegawai di Rumah Sakit Islam Namira wajib mengikuti
kegiatan yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit sebagai berikut:
1) Mandatory training tentang fiqih pasien
2) Taklim Jum’at pagi
3) Halaqoh

Pasal 4

PENJAMINAN MUTU

Dalam rangka menjamin mutu pelayanan, maka PIHAK KEDUA wajib:


1. Melakukan pekerjaan sesuai Standar Prosedur Operasional Pelayanan.
2. Memberikan pelayanan sesuai kompetensi.
3. Selalu meningkatkan ilmu kompetensi sesuai dengan bidang kerja.
Pasal 5

TANGGUNG JAWAB

1. Apabila PIHAK KEDUA tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana ditentukan dalam


perjanjian kerjasama ini, maka akan diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit.
2. Apabila PIHAK KEDUA tidak masuk kerja selama 5 (lima) hari berturut-turut tanpa
memberikan keterangan, maka dianggap mengundurkan diri.
3. Keterlambatan kedatangan atau kehadiran masuk kerja dikenakan pengurangan jasa
pelayanan sebagai berikut:

No Terlambat Denda
1 1 s/d 10 menit Rp 10.000

2 > 10 s/d 20 menit Rp 20.000

3 > 20 s/d 30 menit Rp 30.000

4 > 30 s/d 60 menit Rp. 40.000

5 >60 menit Dianggap mangkir dari tugas (Rp 50.000)

Keterangan : Bagi karyawan yang terlambat karena ada Uzur / kepentingan yang Syar’i
dapat memberitahukan atasan langsung melalui telepon.

 Tidak masuk kerja tanpa keterangan dikenakan denda sebesar Rp. 70.000 (tujuh puluh
ribu rupiah).
 Tidak melakukan absen saat masuk dan atau pulang kerja dikenakan denda sebesar
Rp50.000 (lima puluh ribu rupiah).
 Tidak berada di tempat kerja tanpa ijin atasan dikenakan denda sebesar Rp. 50.000
(lima puluh ribu rupiah).
 Pegawai yang ditemukan menggunakan HP/laptop/komputer (streaming, games,
menonton) pada saat jam kerja sehingga mengganggu/melalaikan pekerjaan, maka
karyawan tersebut dikenai denda sebesar Rp. 25.000 (dua puluh lima ribu rupiah) bagi
pegawai yang ditemukan melakukan pelanggaran tersebut, di samping dikenai denda
HP akan disita oleh Divisi.
 Melanggar tata tertib Rumah Sakit (atribut tidak lengkap, memakai sandal saat jam kerja,
tidak memakai seragam sesuai ketentuan) dikenakan denda sebesar Rp 25.000 (dua
puluh lima ribu rupiah).
 Keterlambatan >30 menit dan atau tidak mengisi absen minimal 5 kali sebulan diberi SP
(surat peringatan)
 Pelanggaran disiplin dan sikap perilaku lainnya di kenakan sanksi sesuai dengan yang
tercantum dalam Peraturan Kepegawaian RS Islam Namira.
 Divisi yang menemukan pelanggaran-pelanggaran oleh karyawan seperti di atas
memberikan surat teguran sebagai bukti melakukan pelanggaran dan sudah ditegur.
 Akumulasi dana denda terhadap pegawai dalam setiap bulannya dipotong dari JP (jasa
pelayanan) masing-masing pegawai. Jika JP pada bulan tersebut tidak ada (karena
pasien sedikit) maka potongan diambil dari JP bulan berikutnya. Pemotongan dana JP
dilakukan oleh kepala Divisi/Instalasi/Unit dan uangnya dikumpulkan di UPZ (Unit
pengumpul Zakat).

Pasal 6
CARA PEMBAYARAN UPAH

1. PIHAK PERTAMA memberikan imbalan jasa/ gaji setiap bulannya dan dibayarkan pada
tanggal 1.
2. PIHAK PERTAMA memberikan jasa pelayanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Jika pada tanggal 1 bertepatan dengan hari Ahad atau libur resmi, maka pembayaran
imbalan jasa/ gaji diupayakan dibayarkan pada tanggal sebelumnya.

Pasal 7

MASA BERLAKU DAN PENGAKHIRAN


PERJANJIAN KERJASAMA (AKAD IJARAH)

1. Perjanjian kerjasama (akad ijarah) ini berlaku sejak tanggal 01 Juni 2020 sampai dengan
31 Mei 2021.
2. Perjanjian kerjasama (akad ijarah) ini dapat diperpanjang atau diputus atas kesepakatan
KEDUA BELAH PIHAK.
3. Perpanjangan atau pemutusan perjanjian kerjasama (akad ijarah) ini akan diberitahukan
oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA sekurang-kurangnya 14 (empat belas)
hari sebelum perjanjian kerjasama (akad ijarah) ini berakhir.
4. Apabila PIHAK KEDUA mendaftar/ mengikuti seleksi penerimaan pegawai di instansi
lain, maka dianggap mengundurkan diri serta diwajibkan mengganti biaya rekrutmen,
pendidikan dan pelatihan yang telah dikeluarkan oleh PIHAK PERTAMA atau pihak
ketiga atas rekomendasi PIHAK PERTAMA.
5. PIHAK PERTAMA dapat mengakhiri perjanjian kerjasama (akad ijarah) secara sepihak
bila PIHAK KEDUA melakukan pelanggaran terhadap perjanjian kerjasama ini.
6. Apabila perjanjian kerjasama (akad ijarah) ini berakhir dan atau diputus hubungan
kerjasamanya, maka PIHAK KEDUA diwajibkan mengembalikan fasilitas yang diberikan
oleh PIHAK PERTAMA dalam keadaan baik.

Pasal 8
MASA PINALTI

1. Masa pinalti adalah masa pengenaan pinalti atas pengunduran diri PIHAK KEDUA dari
Rumah Sakit Islam Namira yang dihitung sejak tanggal PIHAK KEDUA menandatangani
perjanjian kerjasama (akad ijarah) sampai dengan tanggal yang sama pada tahun
berikutnya..
2. Apabila PIHAK KEDUA mengundurkan diri dalam masa pinalti, maka PIHAK KEDUA
diwajibkan membayar ganti rugi kepada PIHAK PERTAMA sebesar upah yang diberikan
oleh PIHAK PERTAMA .
Pasal 9
PERUBAHAN-PERUBAHAN

Tiap-tiap perubahan atau penambahan terhadap surat perjanjian kerjasama (akad ijarah) ini
dianggap sah/ berlaku apabila dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh KEDUA
BELAH PIHAK dan akan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perjanjian
kerjasama (akad ijarah) ini serta mempunyai kekuatan hukum yang sama.

Pasal 10
PENYELESAIAN MASALAH

1. Apabila terjadi perselisihan dalam perjanjian kerjasama (akad ijarah) ini, maka akan
diselesaikan secara musyawarah untuk maslahat.
2. Apabila penyelesaian secara musyawarah tidak tercapai maslahat maka KEDUA
BELAH PIHAK setuju untuk menyelesaikan melalui Yayasan Rumah sakit Namira
Pancor.
Pasal 11
PENUTUP

Surat perjanjian kerjasama (akad ijarah) ini telah dibaca, dimengerti dan dipahami oleh
KEDUA BELAH PIHAK, dibuat 2 (dua) rangkap masing-masing dibubuhi materai yang
cukup, mempunyai kekuatan hukum yang sama, dan ditandatangani oleh KEDUA BELAH
PIHAK.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA


RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

XXXXXXXXXXXX. XXXXXXXXXXXXX
Direktur

SAKSI – SAKSI

....................................... ...................................

Format perjanjian dibagi dalam 3 (tiga) batang tubuh, yaitu;

1. Pembuka, yang terdiri dari:


a. Judul perjanjian (nama naskah, para pihak, objek perjanjian)
b. Penomoran yang berurutan dalam satu tahun takwin
c. Memuat identitas pihak yang mengadakan dan menandatangani perjanjian.
2. Isi, terdiri dari pasal-pasal yang memuat materi perjanjian. Ruang lingkup perjanjian, cara
pelaksanaan, pembiayaan yang timbul akibat kerja sama, mutu, berakhirnya hubungan kerja, dan
penyelesaian perselisihan, serta hal-hal Iain yang penting dibahas dalam perjanjian.
3. Penutup, berisi kalimat penutup dan tanda tangan persetujuan para pihak, termasuk saksi

Ditetapkan di : Lombok Timur


Tanggal : 07 Jumadil Awal 1441 H
02 Januari 2020 M
Rumah Sakit Islam Namira
Lombok Timur

(dr. Utun Supria, M.Kes)


Direktur

Anda mungkin juga menyukai