Anda di halaman 1dari 38

SURAT KEPUTUSAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT SIAGA AL MUNAWWARAH SAMARINDA


Nomor : 001/SK/Pers/RSSRS/II/2013

TENTANG

PERATURAN PERUSAHAAN
RUMAH SAKIT SIAGA AL MUNAWWARAH SAMARINDA

Direktur Rumah Sakit Siaga Al Munawwarah Samarinda,

Menimbang : a. Bahwa untuk mengatur tentang syarat kerja, hak dan kewajiban, larangan
dan sanksi yang mengikat seluruh karyawan Rumah Sakit Siaga Al
Munawwarah Samarinda perlu dibuat Peraturan Perusahaan.
b. Bahwa Peraturan Perusahaan tersebut dirangkum dalam satu buku
Peraturan Perusahaan Rumah Sakit Siaga Al Munawwarah Samarinda.
c. Bahwa buku Peraturan Perusahaan tersebut harus ditetapkan melalui Surat
Keputusan Direktur Rumah Sakit Siaga Al Munawwarah Samarinda.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan.
2. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan pengesahan peraturan perusahaan
serta pembuatan dan pendaftaran perjanjian kerja bersama.
3. Akta Notaris Hj. Indera Dewi, S.H., M.K. Nomor AHU-33.AH.02.01.-T.2009
tanggal 12 Januari 2009 tentang Pendirian PT Ramania Emas.
4. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Samarinda Nomor : 440/RS-
003/100.02/V/2018 tanggal 07 Mei 2018 tentang Pemberian izin
operasional & klasifikasi Rumah Sakit
5. Surat Keputusan PT Ramania Emas Nomor --------- tentang Struktur
Organisasi Rumah Sakit Siaga Al Munawwarah Samarinda.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Peraturan Perusahaan Rumah Sakit Siaga Al Munawwarah Samarinda.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Pengertian
Dalam peraturan perusahaan ini yang dimaksud dengan :
a. Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh Rumah Sakit Siaga Al
Munawwarah Samarinda yang memuat ketentuan-ketentuan mengenai syarat-syarat kerja
dan tata tertib kerja di Rumah Sakit Siaga Al Munawwarah Samarinda sesuai dengan
peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan dan peraturan pelaksanaan yang berlaku.
b. Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Siaga Al Munawwarah Samarinda yang merupakan unit
usaha dari PT Ramania Emas yang berkedudukan di Jalan Ramania Nomor 03 RT 45
Kelurahan Sidodadi Kecamatan Samarinda Ulu Kota Samarinda (untuk selanjutnya dalam
peraturan perusahaan ini disebut dengan Rumah Sakit).
c. Lingkungan Rumah Sakit adalah keseluruhan tempat yang berada di bawah perusahaan
Rumah Sakit Siaga Al Munawwarah Samarinda yang dipergunakan untuk menunjang
kegiatan operasional Rumah Sakit.
d. Pimpinan Rumah Sakit adalah Direktur Rumah Sakit Siaga Al Munawwarah Samarinda.
e. Karyawan adalah tenaga kerja yang mempunyai hubungan kerja dengan Rumah Sakit dan
menerima upah atas hasil kerjanya.
f. Keluarga Karyawan adalah istri/suami sah karyawan dan 3 orang anak sah karyawan.
g. Isteri Karyawan adalah seorang wanita/perempuan yang dinikahi secara sah menurut
Undang-Undang Perkawinan yang berlaku dan telah didaftarkan pada departemen/bagian
SDM Rumah Sakit.
h. Suami Karyawan adalah seorang pria/laki-laki yang dinikahi secara sah menurut Undang-
Undang Perkawinan yang berlaku dan telah didaftarkan pada departemen/bagian SDM
Rumah Sakit.
i. Anak Karyawan adalah anak pertama, anak kedua, dan anak ketiga karyawan dari istri sah,
belum bekerja, belum menikah, berusia di bawah 21 (dua puluh satu) tahun dan sepenuhnya
masih menjadi tanggungan karyawan, serta telah didaftarkan pada departemen/bagian SDM
Rumah Sakit.
j. Atasan Langsung adalah karyawan yang karena jabatannya mempunyai tanggung jawab
pembinaan dan pengawasan secara langsung terhadap karyawan di bagiannya.
k. Hubungan Kerja adalah hubungan antara Rumah Sakit dengan karyawan berdasarkan
perjanjian kerja, mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.
l. Pekerjaan adalah pekerjaan yang dijalankan oleh karyawan untuk Rumah Sakit dalam suatu
hubungan kerja tertentu yang telah disepakati bersama dalam suatu perjanjian kerja.
m. Jam Kerja adalah jam-jam dimana karyawan diwajibkan masuk kerja dan/atau melakukan
pekerjaan.
n. Upah adalah hak karyawan yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan dari Rumah Sakit dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau

Lembar 2 dari 38
peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi karyawan dan keluarganya atas
suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
o. Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu
yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara Rumah Sakit dan karyawan.

BAB II
TENTANG PERATURAN PERUSAHAAN

Pasal 2
Maksud dan Tujuan

1) Peraturan Perusahaan ini dibuat sebagai pedoman bagi Rumah Sakit dan karyawan guna
mewujudkan hubungan kerja yang baik dan harmonis antara Rumah Sakit dengan karyawan
dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat.
2) Peraturan perusahaan ini memuat ketentuan mengenai peraturan hak dan kewajiban secara
timbal balik antara Rumah Sakit dan karyawan yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh
kedua belah pihak sehingga terwujud produktivitas kerja yang maksimal bagi kedua belah
pihak.

Pasal 3
Ruang Lingkup

Peraturan Perusahaan ini berlaku bagi :


a. Pemilik Perusahaan;
b. Karyawan Tetap;
c. Karyawan Kontrak;
d. Karyawan Dalam Masa Percobaan.

BAB III
PERJANJIAN KERJA DAN HUBUNGAN KERJA

Pasal 4
Perjanjian Kerja

1) Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pihak Rumah Sakit dan
karyawan.
2) Perjanjian kerja dibuat secara tertulis dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3) Perjanjian kerja dibagi atas :
a. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu;
b. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu.

Pasal 5

Lembar 3 dari 38
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

1) Perjanjian Kerja Waktu Tertentu atau PKWT didasarkan atas jangka waktu atau selesainya
suatu pekerjaan tertentu.
2) PKWT dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja.
3) PKWT dapat diadakan untuk pekerja yang bersifat tetap.
4) PKWT dapat diperpanjang dan diperbarui.
5) PKWT dapat diadakan untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh
diperpanjang 1 (Satu) kali untuk jangka waktu 1 (Satu) tahun.
6) Penilaian selama masa perjanjian untuk waktu tertentu merupakan hak dari Rumah Sakit
yang akan diberlakukan secara objektif.
7) Apabila jangka waktu perjanjian kerja telah dilalui dan berdasarkan hasil evaluasi, karyawan
yang bersangkutan memenuhi standar kerja Rumah Sakit, maka Rumah Sakit dapat
mengangkat karyawan bersangkutan sebagai karyawan tetap Rumah Sakit menurut status
penggolongannya berdasarkan surat pengangkatan tanpa harus melalui masa percobaan.
8) Apabila jangka waktu perjanjian telah dilalui dan berdasarkan hasil evaluasi, karyawan yang
bersangkutan tidak memenuhi standar kerja Rumah Sakit, maka hubungan kerja dapat
diakhiri saat itu juga tanpa kewajiban pemberian pesangon, tunjangan dan ganti rugi dari
Rumah Sakit kepada karyawan yang bersangkutan.
Pasal 6
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu

1) Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu atau PKWTT merupakan perjanjian kerja yang tidak
berdasar pada jangka waktu tertentu atau selesainya suatu pekerjaan tertentu.
2) PKWTT dapat mensyaratkan masa percobaan kerja paling lama 3 (tiga) bulan.

Pasal 7
Penerimaan Karyawan

1) Menerima karyawan adalah merupakan hak dan kewenangan Rumah Sakit berdasarkan
kebutuhan dan kemampuan Rumah Sakit.
2) Penerimaan karyawan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan mekanisme rekrutmen
karyawan yang ditetapkan Rumah Sakit.
3) Calon karyawan yang diterima adalah yang memenuhi persyaratan usia, pendidikan, keahlian,
sesuai dengan persyaratan jabatan yang ditetapkan.
4) Persyaratan umum yang dipergunakan dalam penerimaan karyawan adalah sebagai berikut :
a. Pada saat penerimaan telag berusia minimum 18 tahun;
b. Sehat jasmani dan rohani;

Lembar 4 dari 38
c. Memenuhi persyaratan atau kualifikasi jabatan yang dibutuhkan ;
d. Memperlihatkan kartu identitas asli serta ijazah asli dan menyerahkan Salinan resmi
yang telah dilegalisir;
e. Bersedia mentaati seluruh tat tertip seluruh kerja Rumah Sakit;
f. Bukan merupakan anggotadan/atau terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi
terlarang.
g. Bukan merupakan anggota dana tau/atau terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi
terlarang
h. Sedang tidak terikat dalam hubungan kerja formal dengan pihak atau sumber hukum
lainnya;
i. Bersedia untuk dimutasi atau dirotasikan baik dalam satu perusahaan yang sama, atau
perusahaan lain dalam satu grub.
5) Bagi karyawan yang pernah mengundurkan diri, apabila diterima kembali sebagai karyawan,
maka akan dianggap sebagai karyawan baru.
6) Persyaratan khusus lainnya mengenai penerimaan karyawan diatur lebih lanjut dengan
peraturan tersendiri.

Pasal 8
Masa Percobaan

1) Setiap calon karyawan tetap yang akan diterima dapat menjalani masa percobaan kerja
paling lama 3 (tiga) bulan.
2) Syarat masa percobaan kerja wajib dicantumkan dalam perjanjian kerja.
3) Selama masa percobaan, masing-masing pihak dapat mengakhiri hubungan kerja sewaktu-
waktu dengan pernyataan tertulis satu bulan sebelumnya.
4) Dalam hubungan kerja diakhiri sebagaiman dimaksud pada ayat (3), maka Rumah Sakit tidak
berkewajiban membayar tunjangan pemberhentian dan/atau ganti rugi kepada karyawan
yang dimaksud.
5) Penilaian selama masa percobaan merupakan hak dari Rumah Sakit yang akan dilakukan
secara objektif.
6) Setelah selesai masa percobaan dan berdasarkan evaluasi, apabila karyawan yang
bersangkutan dinyatakan memenuhi standar kerja Rumah Sakit, maka kedua belah pihak
dapat berhubungan kerja dan status karyawan percobaan akan berubah menjadi karyawan
tetap, menurut status penggolongannya berdasarkan pengankatan dan mas kerja dihitung
sejak mulai bekerja.
7) Setelah masa percobaan berakhir dan berdasarkan masa evaluasi, apabila karyawan yang
bersangkutan dinyatakan tidak memenuhi standar kerja Rumah Sakit, maka hubungan kerja
dapat diakhiri saat itu juga tanda kewajiban pemberian pesangon, tunjangan, dang anti rugi
dari Rumah Sakit kepada karyawan yang bersangkutan.

Lembar 5 dari 38
Pasal 9
Karyawan Tetap

1) Sesuai dengan kebutuhan, Rumah Sakit dapat mengangkat karyawan yang telah melewati
masa percobaan sebagai karyawan tetap.
2) Pengangkatan dilakukan oleh Direktur Rumah Sakit dengan surat keputusan pengangkatan
karyawan.
3) Karyawan yang telah diangkat menjadi karyawan tetap harus memikul tanggung jawab serta
melaksanakan semua tugas dan kewajiban sebagai karyawan Rumah Sakit.

Pasal 10
Karyawan Dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

1) Sesuai dengan kebutuhan, Rumah Sakit dapat melakukan penerimaan karyawan kontrak
dengan perjanjian kerja untuk waktu tertentu.
2) Penerimaan dilakukan oleh Direktur Rumah Sakit dengan surat perjanjian kerja waktu
tertentu yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
3) Karyawan yang diterima bekerja dengan menjalani kerja untuk waktu tertentu akan berlaku
ketentuan mengenai perjanjian kerja waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 5
peraturan perusahaan ini.
4) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat secara tertulis, rangkap 2 (dua), bermaterai,
diperuntukkan bagi masing-masing pihak, dan keduanya memiliki kekuatan hukum yang
sama.
5) Karyawan yang telah diangkat menjadi karyawan kontrak harus memikul tanggung jawab
serta melaksanakan semua tugas dan kewajiban sebagai karyawan Rumah Sakit.

Pasal 11
Status Karyawan

1) Berdasarkan sifat dan jangka waktu perjanjian kerja, karyawan terbagi atas status
pekerjaannnya, yaitu karyawan tetap dan karyawan untuk waktu tertentu (karyawan kontrak).
2) Karyawan tetap adalah karyawan yang telah menyelesaikan masa percobaan selama 3 (tiga)
bulan terhitung sejak tanggal mulai bekerja dan dinyatakan memenuhi syarat untuk menjadi
karyawan tetap dalam kurun waktu yang tidak tertentu berdasarkan surat pengangkatan.
3) Karyawan untuk waktu tertentu (karyawan kontrak) adalah karyawan yang bekerja
berdasarkan perjanjian kerja untuk waktu tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
4) Karyawan kontrak dapat diangkat sebagai karyawan tetap apabila tersedia promosi dan
memenuhi kualifikasi yang diperlukan.

Lembar 6 dari 38
Pasal 12
Penilaian Prestasi

1) Penilaian kinerja dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :


a. Penilaian kinerja karyawan diselenggarakan sesuai dengan jenis karyawan dan
dilakukan oleh atasan langsung dan atasan dari atasan langsung.
b. Untuk karyawan masa percobaan, dilakukan evaluasi kinerja setiap dua minggu dalam
satu bulan pertama. Dan dilakukan satu bulan sekali untuk bulan kedua dan ketiga.
c. Untuk karyawan kontrak tahun pertama, dilakukan evaluasi tiap enam bulan sekali.
d. Untuk karyawan kontrak tahun kedua, dilakukan evaluasi sekali setiap tahun.
2) Hal-hal yang dinilai sebagai berikut :
a. Hasil kerja;
b. Cara kerja KAP (knowledge, attitude, psikomotor);
c. Sikap perilaku dalam bekerja.
3) Lembar evaluasi penilaian kerja ditandatangani oleh atasan yang menilai dan oleh karyawan
yang bersangkutan, dan karyawan akan menerima tembusan/Salinan lembar evaluasi yang
dimaksud.
4) Hasil/skor penilaian kinerja penilaian prestasi yang diberikan adalah:
a. Sangat kurang;
b. Kurang;
c. Cukup;
d. Baik;
e. Sangat baik;
Rincian penilaian secara kuantitatif diatur dalam petunjuk teknis
a. Sangat kurang;
b. Kurang;
c. Cukup;
d. Baik;
e. Sangat baik;
5) Hasil penilaian kinerja prestasi kerja merupakan bagian untuk menentukan antara lain :
a. Pengangkatan/kenaikan jabatan;
b. Kenaikan gaji;
c. Promosi,mutase,rotasi, dan demosi;
d. Pelatihan;
e. Berakhirnya hubungan kerja.
6) Hasil penilaian kerja dibicarakan dan disampaikan kepada karyawan.

Pasal 13
Mutasi dan Rotasi

Lembar 7 dari 38
1) Rumah Sakit memiliki hak dan wewenang mutlak untuk memutasi dan/atau merotasikan
karyawan dengan tidak mengurangi hak-hak yang diterimakan kepadanya.
2) Karyawan tidak berwenang untuk menolak mutasi/rotasi yang dikenakan kepadanya.
3) Apanila karyawan hendak menolak untuk dimutasi/dirotasikan, maka Rumah Sakit dapat
mengenakan surat peringatan kepadanya.
4) Mutasi dan rotasi karyawan untuk suatu pekerjaan/jabatan di Rumah Sakit dapat dilakukan
dalam hal-hal sebagai berikut :
a. Bertambahnya pekerjaan di suatu tempat/bagian sehingga memerlukan penambahan
karyawan;
b. Memberikan kesempatan bagi karyawan agar dapat mengembangkan kariranya pada
bagian atau tugas yang baru;
c. Merupakan rekomendasi dari dokter yang ditunjuk oleh Rumah Sakit yang
menerangkan bahwa kondisi kesehatan karyawan ternyata tidak memungkinkan untuk
bekerja pada bagian semula tetapi masih dimungkinkan untuk bekerja di bagian lain.
5) Rumah Sakit terlebih dahulu memberitahukan secara tertulis kepada karyawan yang
bersangkutan sekurang-kurangnya 2 (dua) minggu sebelum karyawan tersebuat dimutasikan
atau dirotasikan ke bagian/tempat lain.
6) Mutasi antar bagian/departemen merupakan hasil persetujuan bilateral bagian/departemen
yang bersangkutan melalui tim kredensial Rumah Sakit dengan sepengetahuan karyawan
dimaksud.
7) Secara administrative karyawan yang telah dimutasikan kemudian menjadi karyawan pada
bagian/departemen yang ditempati tersebut.

Pasal 14
Promosi

1) Sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit, karyawan yang dinilai berprestasi akan dipromosikan
ke jenjang jabatan yang lebih tinggi.
2) Pengangkatan jabatan atau promosi didasarkan atas pertimbangan antara lain:
a. Evaluasi yang dilakukan oleh kepala Departemen meliputi kemampuan, kepemimpinan,
dan loyalitas;
b. Kebutuhan struktural organisasi :
i. Mengisi kekosongan pemegang jabatan;
ii. Perubahan struktur Rumah Sakit;
3) Sebelum promosi dilaksankan secara efektif, maka karyawan yang bersangkutan akan
diberitahukan tentang status jabatan, deskripsi jabatan, wewenang, tugas dan tanggung
jawab pada jenjang jabatan yang lebih tinggi.
4) Karyawan yang mendapat promosi telah melalui tahapan evaluasi uji coba jabatan yang baru
selama minimal 3 bulan dan dapat dilanjutkan sampai dengan maksimal satu tahun. Apabila

Lembar 8 dari 38
hasil evaluasi dalam masa iji coba tidak memenuhi standar yang dipersyaratkan maka
promosi dinyatakan gugur.
5) Hasil evaluasi dalam masa uji coba akan dibahas oleh tim kredensial Rumah Sakit.
6) Apabila karyawan mendapat promosi lulus dalam tahap evaluasi uji coba, maka karyawan
tersebut dapat menduduki jabatan baru yang lebih tinggi dan ditetapkan dengan Surat
Keputusan Direktur.

Pasal 15
Demosi

1) Pimpinan Rumah Sakit berwenang mengambil tindakan berupa penurunan jabatan untuk
hal-hal sebagai berikut :
a. Karyawan tidak mampu melaksanakan dengan baik dan benar seluruh tugas dan
tanggung jawab sesuai jabatannya berdasarkan penilaian atasan langsung dan telah
diteliti oleh kepala Departemen SDM dan Sekretariat.
b. Karyawan melanggar peraturan tata tertib kerja yang dapat dikenakan surat peringatan
pertama.
c. Karyawan mendapat nilai K (kurang) selama 2 periode penilaian berturut-turut.
2) Rumah Sakit terlebih dahulu memberitahukan secara tertulis mengenai sebab dilakukan
penurunan jabatan kepada karyawan yang bersangkutan sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan
sebelum penurunan jabatan dilakukan.
3) Selama jangka waktu 2 (dua) bulan sebahai mana yang dimaksud dalam ayat (2) karyawan
diberi kesempatan memperbaiki kinerja.
4) Penurutan jabatan yang dimaksudkan dalam ayat (1) pasal ini membatalkan Surat Keputusan
Direktur tentang pengangkatan Jabatan bagi karyawan yang bersangkutan.

BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 16
Kewajiban Rumah Sakit

Rumah Sakit mempunyai kewajiban sebagai berikut :


a. Mengupayakan kenyamanan dan keamanan lingkungan kerja bagi karyawan.
b. Senantiasa memberikan kesejahteraan bagi karyawan dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan batasan-batasan kemampuannya.
c. Memenuhi kewajiban pembayaran upah kepada karyawan sesuai dengan ketentuan
pengupahan di dalam peraturan kepegawaian.
d. Menfasilitasi pengembangan potensi karyawan dalam rangka peningkatan prestasi kerja.
e. Memberikan penjelasan dan pengertian peraturan kepegawaian kepada karyawan.

Pasal 17

Lembar 9 dari 38
Hak Rumah Sakit

Rumah Sakit mempunya hak sebagai berikut :


a. Mengelola dalam arti seluas-luasnya unit-unit kerja yang ada di lingkungan Rumah Sakit.
b. Membuat peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan di lingkungan Rumah Sakit demi
kelancaran kegiatan operasional Rumah Sakit.
c. Mengatur tugas kerja dan penempatan kerja bagi karyawan berdasarkan pertimbangan dan
kriteria tertentu.
d. Meminta daya kerja dan prestasi kerja dari karyawan.
e. Pengangkatan atau promosi khusus diluar tata cara yang berlaku atas dasar pertimbangan
khusus.

Pasal 18
Kewajiban Karyawan

1) Kewajiban karyawan terhadap Rumah Sakit:


setiap karyawan wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab:
a. Menjaga nama baik Rumah Sakit, Pimpinan Rumah Sakit, dan atasan karyawan di
Rumah Sakit;
b. Menjaga kelancaran kegiatan operasional Rumah Sakit;
c. Menjaga ketentraman dan keamanan di lingkungan Rumah Sakit;
d. Membantu menciptakan iklim kerja yang kondusif di lingkungan Rumah Sakit;
e. Bertindak efisien, dan penuh rasa tanggung jawab harta benda dan kekayaan Rumah
Sakit barupa uang maupun barang, baik secara langsung maupun tidak langsung
dipergunakan atau dipercayakan penggunaan dan pengelolahan kepadanya;
f. Berkata, berlaku, dan bertindak jujur dan tidak melakukan perbuatan apapun yang
dapat merugikan Rumah Sakit.
2) Kewajiban karyawan terhadap rekan kerja:
setiap karyawan wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab:
a. Menghormati dan memelihara hubungan baik dengan sesame rekan kerja;
b. Meningkatkan kerjasama dengan rekan kerja demi kelancaran kegiatan operasional
Rumah Sakit;
c. Menjaga nama baik sesame rekan kerja.
d. Tidak melakukan perundungan (bullying) terhadap rekan kerja;
3) Kewajiban karyawan terhadap tugas dan pekerjaan:
setiap karyawan wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab:
a. Melaksanakan tugas kerja sesuai dengan standart prosedur operasional yang berlaku;
b. Mematuhi instruksi dan/atau ketetapan sesuai dengan tugas dan penempatannya;
c. Menepati jadwal jam masuk dan pulang kerja sesuai shift;
d. Melakukan check clock pada jam masuk dan jam pulang;
e. Menjaga kerahasiaan seluruh informasi, dokumen, dan data mengenai Rumah Sakit,
khususnya yang dapat merugikan Rumah Sakit dan customer Rumah Sakit;

Lembar 10 dari 38
f. Tidak menerima tips, komisi, dan hadiah-hadiah lain dari costumer Rumah Sakit dalam
bentuk apapun, yang berkaitan dengan tugas dan jabatannya di Rumah Sakit sehingga
dapat mempengaruhi keputusannya;
g. Senantiasa mengupayakan peningkatan produktifitas dan efisiensi dalam bekerja;
h. Meminta izin atasan langsung apabila akan meninggalkan tempat/tugas dalam waktu
kerja dan kembali tepat waktu sesuai yang dijanjikan atau yang diizinkan oleh atasan
langsung;
i. Memenuhi prosedur perizinan apabila tidak masuk kerja sesuai dengan peraturan
kepegawaian.
4) Kewajiban karyawan terhadap alat kerja dan tempat kerja:
setiap karyawan wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab:
a. Menjaga dan merawat fasilitas dan alat kerja;
b. Tidak menggunakan alat/perlengkapan kerja untuk kepentingan pribadi;
c. Mengerti, memahami, dan menggunakan fasilitas dan alat kerja sesuai dengan
peruntukannya secara efektif dan efisien;
d. Meminta izin secara tertulis kepada atasan langsung apabila hendak meminjam atau
menggunakan fasilitas dan alat kerja diliuar lingkungan Rumah Sakitdan
mengembalikan dalam keadaan baik dan tepat waktu;
e. Menjaga ketertipan, kerapian, dan kebersihan tempat kerja.
5) Kewajiban karyawan terhadap keselamatan dan keamanan kerja:
setiap karyawan wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab:
a. Menggunakan alat-alat keselamatan kerja sesuai dengan standar penggunaan di
tempat kerja;
b. Memperhatikan dan menjelaskan dengan baik peraturan-peraturan tentang
keselamatan kerja yang telah ditentukan oleh Rumah Sakit.

Pasal 19
Hak Karyawan

1) Hak karyawan menyangkut ketidakhadiran kerja:


setiap kerja berhak atas:
a. Cuti;
b. Istirahat mingguan;
c. Izin;
d. Dispensasi.
2) Hak karyawan menyakut kehadiran dan keaktifan kerja:
a. Setiap karyawan berhak atas:
- gaji;
- tunjangan;
- pendidikan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan peningkatan prestasi kerja;
- penghargaan atas prestasi kerja.

Lembar 11 dari 38
b. Setiap karyawan berhak mengajukan usul, saran, kritik, aduan, dan keluh kesah kepada
Rumah Sakit terkait dengan kondusifitas lingkungan kerja sesuai dengan tat cara yang
berlaku.
3) Hak karyawan menyakut jaminan sosial dan kesejahteraan:
setiap karyawan berhak atas:
a. Bantuan sosial : bantuan biaya fasilitas melahirkan, bantuan uang duka dan kesusahan;
b. Jaminan sosial tenaga kerja melalui BPJS ketenagakerjaan (bagi karyawan tetap);
c. Dukungan bagi pengembangan koperasi karyawan.
4) Hak karyawan menyangkut fasilitas di tempat kerja:
setiap karyawan berhak atas:
a. Pakaian dan perlengkapan kerja sesuai ketetapan perusahaan ;
b. Fasilitas kerja;
c. Jaminan kesehatan berupa kepesertaan BPJS Kesehatan.
5) Hak karyawan menyangkut harkat dan martabat:
setiap karyawan berhak memperoleh perlindungan atas:
a. Moral dan kesusilaan;
b. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

BAB V
TATA TERTIB DAN DISIPLIN KERJA

Pasal 20
Tata Tertib Kerja

1) Setiap karyawan wajib melaksanakan tugas yang diberikan oleh Rumah Sakit dengan sebaik-
baiknya dan mematuhi instruksi yang diberikan oleh semua atasannya.
2) Apabila dalam waktu 1x24 (satu kali dua puluh empat) jam tugas atau instruksi tersebut
belum dijalankan tanpa alasan yang dapat diterima, maka hal tersebut telah dianggap
sebagai pembangkangan dan akan diberikan peringatan.
3) Setiap karyawan wajib untuk berpakaian bersih, rapi, dan sopan sesuai dengan ketentuan
seragam yang telah disepakati selama bekerja agar dapat memberikan kesan yang baik
terhadap Rumah Sakit dan mitra kerja yang berkunjung ke tempat kerja.
4) Setiap karyawan wajib memelihara sebaik-baiknya peralatan kerja dan fasilitas yang
disediakan oleh Rumah Sakit, serta semua harta benda milik Rumah Sakit.
5) Setiap karyawan harus segera melapor dengan segera apabila terdapat kehilangan atau
kerusakan harta benda milik Rumah Sakit kepada pihak Rumah Sakit.
6) Setiap karyawan harus menggunakan harta benda milik Rumah Sakit semata-mata untuk
kepentingan Rumah Sakit.

Lembar 12 dari 38
7) Setiap karyawan diharuskan untuk memberikan informasi kepada Rumah Sakit setiap terjadi
perubahan yang mempengaruhi sebagai berikut:
- Alamat, tempat tinggal, atau domisili serta keadaan dan susunan keluarga ( status
perkawinan, kelahiran, kematian, pengangkatan anak/adopsi, dan tanggungannya yang
sah);
- Anggota keluarga yang terdekat.
8) Setiap karyawan wajib merahasiakan segala macam usaha dan transaksi Rumah Sakit dengan
kliennya, baik yang diketahui oleh karyawan maupun yang diketahui karena hubungan
kerjanya dengan Rumah Sakit.
9) Setiap karyawan wajib hadir di tempat kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku kecuali
karyawan yang bersangkutan mendapat izin dari Rumah Sakit untuk meninggalkan Rumah
Sakit sewaktu-waktu.
10) Apabila seorang karyawan tidak dapat hadir di tempat kerja oleh karena suatu keperluan
yang penting dan mendesak, maka karyawan yang bersangkutan wajib memberitahukann hal
tersebut terlebih dahulu ke Rumah Sakit, kecuali sarana komunikasi tidak memungkinkan.
11) Apabila karyawan yang bersangkutan tidak melakukan pemberitahuan sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (12), maka karyawan yang bersangkutan akan dianggap tidak masuk
kerja dengan tanpa izin.
12) Setiap karyawan wajib masuk dan pulang kerja sesuai dengan jam kerja yang telah
ditentukan dengan menggunakan sarana absensi yang tersedia.
13) Apabila ketentuan tata tertib di atas tidak dipatuhi atau diperlihatkan oleh karyawan, Rumah
Sakit akan melakukan tindakan disiplin terhadapnya.
14) Setiap karyawan wajib hadir pada setiap pertemuan yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit.

Pasal 21
Larangan Bagi Karyawan

1) Setiap karywan dilarang meninggalkan tempat kerja tanpa izin dari pihak atasan langsung.
2) Setiap karyawan tidak diperkenankan mengganti seragam secara sepihak tanpa konfirmasi
dan negosiasi serta izin dari atasan langsung.
3) Setiap karyawan dilarang untuk bekerja pada Rumah Sakit, perorangan, badan hukum, atau
badan usaha lainnya maupun terikat dalam dan/atau menjalankan pekerjaan lain dengan
menggunkan fasilitas-fasilitas Rumah Sakit, baik atas tanggung jawab sendiri ataupun bekerja
sama dengan orang atau pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari Rumah Sakit.
4) Setiap karyawan dilarang menggunakan segala fasilitas yang disediakan oleh pihak Rumah
Sakit untuk kepentingan pribadi.

Lembar 13 dari 38
5) Setiap karyawan dilarang menyalahgunakan wewenang yang dimiliki, menjual, menyalah-
gunakan atau meminjam uang, barang, surat-surat berharga, dan dokumen-dokumen rahasia
memiliki Rumah Sakit.
6) Setiap karyawan dilarang untuk membawa keluar atau menyuruh membawa keluar dokumen
Rumah Sakit tanpa persetujuan dari petugas yang berwenang di Rumah Sakit.
7) Setiap karyawan dilarang memindahkan harta benda dan harga kekayaan milik Rumah Sakit
dari tempatnya atau dari halaman Rumah Sakit kecuali terdapat izin tertulis dari petugas
yang berwenang di Rumah Sakit.
8) Setiap karyawan dilarang membawa senjata api dan/atau senjata tajam ke dalam lingkungan
Rumah Sakit, kecuali berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab serta dengan izin
pimpinan Rumah Sakit.
9) Setiap karyawan dilarang melakukan tindakan asusila di dalam dan di sekitar lingkungan
Rumah Sakit yaitu merokok, minum minuman keras, mabuk di tempat kerja, membawa,
menyimpan, menyalahgunakan obat-obatan terlarang/narkotika/psikotropika dan sejenisnya,
berjudi, berkelahi sesama karyawan, dan pencabulan.
10) Setiapa karyawan dilarang menerima hadiah bersifat tendensi.
11) Setiap karyawan dilarang mengadakan pungutan apapun, selain yang disepakati atau yang
telah ditetapkan oleh Rumah Sakit.
12) Setiap karyawan dilarang melakukan perbuatan-perbuatan lain yang dapat menimbulkan
kerugian bagi Rumah Sakit.

Pasal 22
Rahasia Jabatan

Setiap karyawan dalam menjalankan tugasnya wajib merahasiakan semua hal yang berhubungan
dengan Rumah Sakit, klien, mitra kerja, dan pasien Rumah Sakit.

BAB VI
WAKTU DAN JAM KERJA

Pasal 23
Hari Kerja dan Waktu Kerja

1) Hari kerja adalah hari senin sampai dengan hari minggu.


2) Jumlah jam kerja adalah 7 jam sehari dan 40 jam seminggu, kecuali bagi karyawan shift yang
jam kerjanya diatur menurut jadwal tersendiri sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit.
3) Waktu kerja karyawan shift secara umum diatur sebagai berikut :
Divisi administrasi terdiri dari 3 (tiga) shift :
a. Pukul 07.00 s/d 14.00 WIB

Lembar 14 dari 38
b. Pukul 14.00 s/d 21.00 WIB
c. Pukul 21.00 s/d 07.00 WIB
Divisi Farmasi terdiri dari 3 (tiga) shift :
a. Pukul 07.00 s/d 14.00 WIB
b. Pukul 14.00 s/d 21.00 WIB
c. Pukul 21.00 s/d 07.00 WIB
Divisi medis terdiri dari 3 (tiga) shift :
a. Pukul 07.00 s/d 14.00 WIB
b. Pukul 14.00 s/d 21.00 WIB
c. Pukul 21.00 s/d 07.00 WIB
Divisi rumah tangga terdiri dari 3 (tiga) shift:
a. Pukul 06.00 s/d 13.00 WIB
b. Pukul 07.00 s/d 14.00 WIB
c. Pukul 13.00 s/d 20.00 WIB
4) Untuk waktu kerja bagi karyawan shift pada divisi tertentu akan ditetapkan lebih lanjut sesuai
dengan kebutuhan Rumah Sakit.
5) Ketentuan hari dan jam kerja ini dapat berubah-ubah sewaktu-waktu sesuai dengan
kebutuhan Rumah Sakit. Setiap perubahan mengenai waktu kerja akan dikonfirmasikan
kepada karyawan dan bersifat mengikat.
6) Hari dan jam kerja bagi tingkatan koordinator, manajer dan direktur RS akan diatur sendiri.

Pasal 24
Hari Lembur

1) Karyawan yang telah bekerja selama 6 (enam) hari atau 40 (emat puluh) jam berturut-turut
mendapatkan libur mingguan selama 1 (satu) hari.
2) Tidak diperkenankan untuk menggabung hari libur tanpa persetujuan tertulis dari atasan
langsung yang diketahui oleh SDM.
3) Hari libur ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit dan mengacu pada keputusan resmi
Pemerintah tentang hari libur nasional.

Pasal 25
Kerja Lembur

1) Apabila Rumah Sakit memerlukan, maka karyawan dapat melakukan kerja lembur sesuai
dengan kebutuhan dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
2) Karyawan yang melakukan jam kerja lembur harus disertai dengan surat perintah atau atas
persetujuan tertulis dari atasan langsung atau supervisor masing-masing.

Lembar 15 dari 38
3) Bila operasional kegiatan RS membutuhkan karyawan untuk kerja lembur secara mendadak,
persetujuan tertulis dari atasan langsung diserahkan ke SDM dalam jangka waktu 2 x 24 jam
setelah kerja lembur tersebut.perhitungan upah lembur akan diatur dan ditetapkan di dalam
Surat Keputusan Direksi. Dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

BAB VII
CUTI DAN IZIN MENINGGALKAN PEKERJAAN

Pasal 26
Cuti Tahunan

1) Setiap karyawan yang telah bekerja terus menerus selama 12 (dua belas) bulan tanpa
terputus berhak atas cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja dengan kondisi upah
pokok akan tetap dibayar penuh.
2) Penetapan timbulnya hak cuti tahunan karyawan adalah 12 (dua belas) bulan dihitung dari
tanggal mulai bekerja.
3) Karyawan diwajibkan menyerahkan rencana cuti tahunan yang telah disetujui atasan
langsung kepada Divisi SDM pada setiap bulan Januari atau bulan Juli.
4) Pemanfaatan hak cuti tahunan maksimal 6 (enam) hari kerja secara berturut-turut sedangkan
sisa hari cuti dimanfaatkan di waktu yang lain.
5) Apabila karyawan akan menggambil hak cuti tahunannya, maka terlebih dahulu harus
mengajukan dormulir cuti melalui kepala bagiannya guna mendapat persetujuan 2 (dua)
minggu sebelumnya kecuali dalam keadaan mendesak.
6) Hari-hari libur yang jatuh dalam periode cuti tahunan karyawan, ditambahkan secara
langsung pada cuti karyawan.
7) Dikarenakan alasan-alasan yang penting/mendesak dari pihak Rumah Sakit maupun
karyawan sendiri, maka cuti tahunan tersebut dapat ditunda hingga 3 (tiga) bulan dengan
persetujuan Rumah Sakit.
8) Penundaan cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) di atas tidak akan
mempengaruhi hak cuti karyawan atas tahunan berikutnya.
9) Cuti tahunan yang tidak diambil dalam tahunan kalender itu juga dengan sendirinya tidak
berlaku lagi, kecuali apabila terdapat persetujuan antara Rumah Sakit dengan karyawan yang
bersangkutan.
10) Dalam hal karyawan tidak masuk kerja karena izin sakit dengan surat keterangan dokter
diluar masa cuti tahunan, maka tidak akan mengurangi jumlah cuti tahunan tersebut.

Pasal 27
Cuti Melahirkan atau Keguguran Kandungan

Lembar 16 dari 38
1) Karyawan perempuan berhak mendapat cuti melahirkan sebanyak-banyaknya selama 1,5
(satu setengah) bulan sebelum melahirkan dan 1,5 bulan (satu setengah) bulan sesudah
melahirkan.
2) Karyawan perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak mendapatkan cuti
sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan sebanyak-banyaknya selama
1,5 (Satu setengah bulan)
3) Permohonan cuti hamil harus dengan permohonan tertulis dengan melampirkan surat
keterangan dokter atau bidan yang menangani persalinan dan diserahkan kepada Divisi SDM
selambat-lambatnya 15 hari sebelum tanggal cuti yang diajukan.
4) Permohonan cuti keguguran harus dengan permohonan tertulis dengan melampirkan surat
keterangan dokter atau bidan yang merawat dan diserahkan kepada Divisi SDM secepatnya
setelahnya kejadian keguguran.

Pasal 28
Cuti Khusus

1) Rumah Sakit memberikan izin kepada karyawan untuk meninggalkan pekerjaan dengan upah
penuh untuk keperluan-keperluan tertentu sebagai berikut:
a. Karyawan menikah: diberikan cuti 3 (tiga) hari;
b. Menikahkan anak sah: diberikan cuti 2 (dua) hari;
c. Mengkhitankan/membaptiskan anak sah: diberikan cuti selama 2 (dua) hari;
d. Isteri sah melahirkan/keguguran kandungan: diberikan cuti 2 (dua) hari;
e. Isteri/suami, orang tua/mertua, atau anak/menantu meninggal dunia: diberikan cuti
selama 2 (dua) hari;
f. Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia: diberikan cuti selama 1 (satu)
hari;
g. Menjalankan ibadah haji: pemberian izin cuti disesuaikan dengan jadwal resmi
keberangkatan dan kepulangan ibadah haji, atau paling lama 40 (empat puluh) hari.
h. Melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya: pemberian izin cuti disesuaikan
dengan jumlah hari yang dibutuhkan.
i. Menjalankan tugas negara: pemberian izin cuti disesuaikan dengan jumlah hari yang
dibutuhkan.
2) Dalam hal karyawan hendak mengambil cuti untuk keperluan sebagaiman dimaksud pada
ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c, permohonan cuti harus diajukan selambat-lambatnya 1
(satu) minggu sebelum cuti tersebut diambil.
3) Dalam hal karyawan hendak mengambil cuti untuk keperluan sebagaiman dimaksud pada
ayat (1) hurug d, huruf e, dan huruf f, sedapat mungkin karyawan memberitahukan pihak
Rumah Sakit pada hari kejadian dan/atau dalam hal yang sangat mendesak, karyawan dapat
memberitahukan sesudahnya.

Lembar 17 dari 38
4) Dalam hal karyawan hendak mengambil cuti untuk keperluan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf g, huruf h dan huruf i, permohonan cuti harus diajukan selambat-lambatnya 1
(satu) minggu sebelum cuti tersebut diambil.
5) Cuti untuk keperluan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g dan huruf h, hanya
diperuntukkan bagi karyawan yang memiliki masa kerja minimal 3 (tiga) tahun.

Pasal 29
Cuti di luar tanggungan Rumah Sakit

1) Cuti di luar tanggungan Rumah Sakit adalah cuti yang diberikan Rumah Sakit bila tidak
memenuhi kriteria cuti sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 26 sampai dengan Pasal 28.
2) Karyawan dapat mengajukan cuti di luar tanggungan Rumah Sakit karena sebab dan/atau
alasan yang mendesak setelah mendapatkan persetujuan Rumah Sakit.
3) Selama masa cuti tersebut, Rumah Sakit tidak berkewajiban memberikan upah kepada
karyawan yang bersangkutan.
4) Ketentuan lebih lanjut tentang cuti di luar tanggungan Rumah Sakit diatur dalam Surat
Keputusan Direktur.

Pasal 30
Izin Sakit

1) Sakit Tanpa Surat Keterangan Dokter (S)


a. Permohonan izin sementara dilakukan paling lambat pada hari bersangkutan tidak
hadir kerja dengan cara : telephone, faksimili, atau titip (mengirim) surat kepada
karyawan lain untuk diberikan kepada Rumah Sakit (Divisi SDM).
b. Untuk selanjutnya oleh atasan langsungnya akan dibuatkan izin sementara dan
dilaporkan ke divisi SDM.
c. Pada saat yang bersangkutan masuk kerja kembali, yang bersangkutan wajib mengisi
form cuti dengan keterangan sakit tanpa keterangan dokter.
d. Izin tersebut maksimal diberikan 1 (satu) hari.
e. Izin tersebut diberikan maksimal 3 (tiga) kali dalam setahun.
2) Sakit Dengan Surat Keterangan Dokter (SD)
a. Permohonan izin sementara dilakukan paling lambat pada hari yang bersangkutan
tidak amsuk kerja dengan cara: telephone, faksimili, atau titip (mengirim) surat kepada
karyawan lain untuk diberikan kepada Rumah Sakit (Divisi SDM).
b. Untuk selanjutnya oleh atasan langsung akan dibuatkan izin sementara dan dilaporkan
ke Divisi SDM.
c. Pada saat hari pertama yang bersangkutan hadir kerja setelah izin tersebut, yang
bersangkutan melakukan perizinan dengan cara menyerahkan Surat Keterangan Sakit
dari Dokter (Surat Keterangan dari Dokter tidak dapat berlaku surut).

Lembar 18 dari 38
d. Apabila yang bersangkutan sakit lebih dari 1 (satu) hari, maka Surat Keterangan Sakit
dari Dokter diserahkan kepada Rumah Sakit (Divisi SDM) melalui keluarga atau
karyawan lain atau orang yang ditunjuk oleh karyawan yang bersangkutan.

Pasal 31
Izin Meninggalkan Rumah Sakit

1) Izin Datang Terlambat


a. Permohonan izin dilakukan 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan dengan cara memberi
tahukan kepada atasan langsungnya dan untuk selanjutnya atasan langsungnya
menyamaikan keada Divisi SDM
b. Untuk hal-hal yang bersifat mendadak ( emergency) pemohonan izin dapat dilakukan
dengan cara pemberitahuan langsung melalui telehon ke atsan langsung pada hari
karyawan tersebut datang terlambat dan dilaporkan ke Divisi SDM
c. Bila kehadiran karyawan di temat kerja kurang dari 80% dikarenakan kepentingan izin
tersebut, maka izin pada hari itu dianggap cuti.
2) Izin Pulang Awal
a. Permohonan izin dilakukan 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan dengan cara mengisi
form Izin Meninggalkan Rumah Sakit.
b. Izin dapat diberikan setelah mendapat persetujuan atasan langsung dan untuk
selanjutnya atasan langsung menyampaikan kepada Divisi SDM.
c. Untuk hal-hal mendadak (emergency) permohonan izin dapat dilakukan dengan cara
pemberitahuan langsung melalui telepon ke atasan langsung pada hari karyawan
tersebut pulang awal dan dilaporkan ke Divisi SDM.
d. Bila kehadiran karyawan di tempat kerja kurang dari 80% dikarenakan kepentingan izin
tersebut, maka izin pada hari itu dianggap cuti.
3) Izin Meninggalkan Rumah Sakit Sementara
a. Permohonan izin dilakukan 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan dengan cara mengisi
form Izin Meninggalkan Rumah Sakit.
b. Izin dapat diberikan setelah mendapat persetujuan atasan langsung dan untuk
selanjutnya atasan langsung menyampaikan kepada Divisi SDM.
c. Untuk hal-hal mendadak (emergency) permohonan izin dapat dilakukan dengan cara
pemberitahuan langsung melalui telepon ke atasan langsung pada hari karyawan
tersebut pulang awal dan dilaporkan ke Divisi SDM.

Pasal 32
Mangkir

1) Apabila karyawan tidak masuk kerja tanpa memberi alasan yang dapat diterima oleh Rumah
Sakit, atau tidak kembali ke tempat kerjanya pada hari yang sudah ditentukan/disetujui
dalam jangka waktu paling lama 2 x 24 jam, dianggap sebagai mangkir.

Lembar 19 dari 38
2) Setiap 1 (Satu) hari mangkir, Rumah Sakit akan memotong sebesar 1/24 (Satu per dua puluh
empat) dari upah pokok karyawan dalam (1) satu bulan.
3) Apabila karyawan mangkir selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut atau lebih dan telah
dipanggil oleh Rumah Sakit 2 (dua) kali secara patut dan tertulis namun karyawan tidak dapat
memberikan keterangan yang dapat diterima oleh pihak Rumah Sakit, maka karyawan
dianggap mengundurkan diri secara tidak baik sebagai karyawan Rumah Sakit.

BAB VIII
PENGUPAHAN

Pasal 33
Sistem dan Struktur Upah

1) Rumah Sakit menyusun sistem dan struktur pengupahan dengan memperhatikan jabatan,
masa kerja, pendidikan, dan kompetensi.
2) Rumah Sakit melakukan peninjauan upah secara berkala dengan mempertimbangkan
kemampuan dan produktivitas Rumah Sakit.
3) Rumah Sakit membayar upah kerja kepada karyawan setiap akhir bulan dalam bulan berjalan,
sebagai upah bulanan yang bersangkutan.
4) Apabila tanggal yang dimaksud pada Pasal (3) di atas jatuh pada hari Sabtu/Minggu atau hari
libur, maka pembayaran upah karyawan dimajukan ke hari kerja terdekat.
5) Rumah Sakit berwenang untuk menetapkan kenaikan upah pokok karyawan berdasarkan
penilaian kinerja (prestasi) dan kondite karyawan.

Pasal 34
Upah Selama Sakit

1) Apabila karyawan sakit dan dapat dibuktikan dengan surat keterangan dokter yang sah, maka
upah karyawan yang bersangkutan tetap akan dibayarkan.
2) Apabila karyawan sakit dalam jangka waktu yang lama dan dapat dibuktikan dengan surat
keterangan dokter yang sah serta sepengetahuan Rumah Sakit, maka Rumah Sakit tetap
membayar upah karyawan yang bersangkutan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Selama 4 (empat) bulan pertama dibayar 100% (seratus persen) dari upah;
b. Selama 4 (empat) bulan kedua dibayar 75% ( tujuh puluh lima persen) dari upah;
c. Selama 4 (empat )bulan ketiga dibayar 50% (lima puluh persen) dari upah;
d. Untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima persen) dari upah sebelum
pemutusan hubungan kerja dilakukan.
3) Apabila setelah lewat 12 (dua belas) bulan terus menerus ternyata karyawan yang
bersangkutan belum mampu bekerja kembali, maka Rumah Sakit dapat memutuskan
hubungan kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Lembar 20 dari 38
BAB IX
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Pasal 35
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1) Untuk melindungi keselamatan karyawan guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal,
maka Rumah Sakit menyelenggarakan upaya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
2) Perlindungan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundnag-undangan yang berlaku.

BAB X
PROGRAM JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN TENAGA KERJA

Pasal 36
Tunjangan Hari Raya (THR)

1) Rumah Sakit akan memberikan THR keagamaan sebesar 1 (satu) bulan upah pokok kepada
setiap karyawan, yang pada saat pembayaran masih bekerja di Rumah Sakit dan telah
mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun.
2) Bagi karyawan yang mempunyai masa kerja kurang dari 1 (Satu) tahun, pemberian THR
keagamaan akan diperhitungkan secara proporsional sebagaimana berikut :

bulanmasa kerja
×1 ( satu ) bulan upah pokok
12

3) THR keagamaan dibayarkan 15 (lima belas) hari sebelum hari raya.

Pasal 37
Tunjangan Transport

Rumah Sakit memberikan tunjangan transport kepada karyawan tetap yang besarnya diatur
tersendiri di dalam Surat Keputusan Direksi dan memperhatikan kemampuan produktifitas Rumah
Sakit.

Pasal 38
Bantuan Pemeliharaan Kesehatan

1) Karyawan tetap mendapatkan bantuan pemeliharaan kesehatan sesuai dengan golongan


karyawan.
2) Rumah Sakit membantu pemeliharaan kesehatan bagi karyawan tetap sesuai dengan
ketentuan yang diatur tersendiri di dalam Surat Keputusan Direksi.

Lembar 21 dari 38
Pasal 39
Bantuan Fasilitas Melahirkan

1) Rumah Sakit membantu fasilitas melahirkan kepada setiap karyawan/isteri karyawan yang
melahirkan.
2) Ketentuan mengenai bantuan fasilitas melahirkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur lebih lanjut di dalam Surat Keputusan Direksi.

Pasal 40
Bantuan Duka dan Kesusahan

Rumah Sakit memberikan bantuan uang duka dan kesusahan kepada karyawan tetap dan/atau ahli
warisnya yang sah dalam hal-hal berikut :
a. Apabila seorang karyawan tetap masih aktif bekerja pada Rumah Sakit meninggal dunia,
maka Rumah Sakit akan memberikan bantuan uang duka kepada ahli warisnya yang sah
sebesar Rp 2.000.000 (dua juta rupiah).
b. Apabila istri/suami/anak/tanggungan yang sah dari karyawan tetap meninggal dunia, maka
Rumah Sakit memberikan bantuan uang duka dan kesusahan termasuk biaya pemakaman
kepada karyawan tetap yang bersangkutan sebesar Rp 1.000.000 (satu juta rupiah).

Pasal 41
Kepersertaan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, setiap karyawan tetap diikutsertakan
dalam Program BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) baik kesehatan maupun ketenaga-
kerjaan yaitu :
a. Jaminan kecelakaan kerja;
b. Jaminan kematian;
c. Jaminan hari tua;
d. Jaminan pensiun;
e. Jaminan kesehatan.

Pasal 42
Pendidikan dan Pelatihan

1) Rumah Sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan baik yang
diselenggarakan di dalam maupun di luar lingkungan Rumah Sakit yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan dan keahlian karyawan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan karyawan.
2) Biaya pendidikan dan pelatihan tersebut merupakan tanggungan Rumah Sakit.
3) Selama mengikuti pendidikan dan pelatihan, upah karyawan akan tetap dibayar secara
penuh.

Lembar 22 dari 38
4) Setiap karyawan yang ditunjuk atau diperintakan mengikuti pendidikan dan pelatihan wajib
hadir pada pendidikan dan pelatihan tersebut.
5) Pada jenis pendidikan dan pelatihan tertentu, diperlukan tanda tangan pengabdian sesuai
masa bakti. Yang akan diatur tersendiri dalam SK Direktur Rumah Sakit.
6) Setiap karyawan yang ditunjuk atau diperintahkan mengikuti pendidikan dan pelatihan hanya
diperkenankan izin atau tidak hadir pada pendidikan dan pelatihan apabila ada alasan yang
mendesak dan dapat dipertanggung jawabkan.
7) Ketidakhadiran karyawan selama 15% (lima belas persen) dari jumlah pertemuan pada
pelatihan yang diselenggarakan Rumah Sakit, merupakan bentuk pelanggaran terhadap
atasan dan akan dikenakan sanksi tertentu yang akan diatur dalam Surat Keputusan Direksi.
8) Prestasi serta hasil pelatihan akan diumumkan pada acara pertemuan karyawan dan akan
mendapatkan reward tertentu dari Rumah Sakit.

BAB XI
TINDAKAN DISIPLIN DAN PELANGGARAN

Pasal 43
Umum

1) Setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan karyawan yang melanggar ketentuan dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau kebijakan tertulis lain di Rumah Sakit dikenakan sanksi
tindakan disiplin.
2) Apabila pelanggaran tersebut mengakibatkan kerugian bagi Rumah Sakit, maka selain
dikenakan sanksi, karyawan yang bersangkutan wajib mengganti kerugian Rumah Sakit.
3) Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme ganti rugi diatur dalam Surat Keputusan Direktur
Rumah Sakit.

Pasal 44
Tindak Disiplin

1) Tindakan disiplin bersifat memperbaiki dan mendidik, agar karyawan bersangkutan


memperoleh kesempatan untuk memperbaiki sikap dan perilakunya.
2) Tindakan disiplin yang dikenakan kepada seorang karyawan dilakukan oleh Rumah Sakit
didasarkan kepada derajat, besar, atau seringnya pelanggaran dilakukan oleh karyawan yang
bersangkutan.
3) Tindakan disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari antara lain :
a. Peringatan lisan;
b. Peringatan tertulis;
c. Pemutusan hubungan kerja.

Lembar 23 dari 38
4) Peringatan lisan diberikan kepada karyawan yang melakukan pelanggaran ringan dan masih
dalam batas toleransi Rumah Sakit.
5) Peringatan lisan disampaikan oleh atasan langsung dari karyawan yang bersangkutan
bersama dengan pemberian petunjuk, nasihat, serta penyuluhan/konseling.
6) Semua peringatan lisan wajib dicatat dan dilaporkan kepada Pimpinan Rumah Sakit.
7) Peringatan tertulis merupakan peringatan resmi, ditujukan kepada seorang karyawan yang
melakukan pelanggaran dalam kategori ringan, sedang, dan berat.
8) Dalam hal Rumah Sakit menggambil tindakan disiplin dengan surat peringatan tertulis, maka
Rumah Sakit memberitahukan mengenai hal ini kepada yang bersangkutan langsung
tembusan surat kepada atasannya.

Pasal 45
Pemberian Surat Peringatan

1) Surat peringatan pertama, kedua dan ketiga tidak selalu diterbitkan urut-urutannya, tapi
dinilai dari berat ringannya pelanggaran yang dilakukan.
2) Bagi karyawan yang melakukan pelanggaran terhadap setiap ketentuan dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan dan/atau peraturan-peraturan lainnyayang ditentukan oleh
perusahaan yang termasuk kategori pelanggaran ringan, sedang dan berat akan diberikan
surat peringatan secara tertulis, yaitu:
a. Surat Peringatan I untuk kategori pelanggaran ringan;
b. Surat Peringatan II untuk kategori pelanggaran sedang;
c. Surat Peringatan III untuk kategori pelanggaran berat diluar ketentuan Pasal 46 ayat (3)
peraturan perusahaan ini.
3) Pelanggaran ringan yang dilakukan oleh karyawan selama 3 (tiga) kali berturut-turut dalam
jangka waktu kurang dari 6 (enam) bulan termasuk pelanggaran sedang.
4) Pelanggaran sedang yang dilakukan karyawan selama 3 (tiga) kali berturut-turut dalam
jangka waktu kurang dari 6 (enam) bulan termasuk pelanggaran berat.
5) Surat peringatan berlaku untuk jangka 6 (enam) bulan.
6) Tenggang waktu 6 (enam) bulan dimaksudkan sebagai upaya mendidik karyawan agar dapat
memperbaiki kesalahannya dan di sisi lain waktu 6 (enam) bulan ini merupakan waktu yang
cukup bagi perusahaan untuk melakukan penilaian terhadap kinerja karyawan yang
bersangkutan.
7) Apabila setelah peringatan ketiga ternyata karyawan yang bersangkutan tidak juga
menunjukkan perubahan sikap atau perilakunya dengan melakukan pelanggaran kembali
maka Rumah Sakit dapat melakukan pemutusan hubungan kerja berdasarkan peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku.

Pasal 46

Lembar 24 dari 38
Kategori Pelanggaran

1) Kategori pelanggaran yang bersifat ringan, sedang maupun berat dan terhadapnya dapat
dikenakan tindakan disiplin ditentukan sebagai berikut:
a. Pelanggaran Ringan : pelanggaran yang tidak mengakibatkan kerugian baik inmateriil
maupun materiil bagi Rumah Sakit, costumer, dan pihak ketiga lainnya.
b. Pelanggaran Sedang : pelanggaran yang mengakibatkan kerugian secara inmateriil bagi
Rumah Sakit, tetapi tidak merugikan customer atau pihak ketiga lainnya baik secara
inmateriil maupun materiil.
c. Pelanggaran Berat : pelanggaran yang mengakibatkan kerugian baik secara inmateriil
maupun materiil bagi Rumah Sakit, costumer, dan pihak ketiga lainnya.
2) Keputusan untuk menilai kategori pelanggaran dilakukan oleh karyawan merupakan
kewenangan dari Direktur Rumah Sakit.
3) Pelanggaran yang bersifat berat dan dapat mengakibatkan PHK tanpa surat peringatan
adalah sebagai berikut:
a. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik Rumah
Sakit;
b. Memberikan keterangan palsu atau dipalsukan sehingga merugikan Rumah Sakit;
c. Mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai atau mengedarkan
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja;
d. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan Rumah Sakit;
e. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau Rumah
Sakit di lingkungan kerja;
f. Membujuk teman sekerja atau Rumah Sakit melakukan perbuatan bertentangan denga
peraturan perundang-undangan;
g. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya
barang milik Rumah Sakit yang menimbukan kerugian bagi Rumah Sakit;
h. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau Rumah Sakit dalam
keadaan bahaya di tempat kerja;
i. Membongkar atau membocorkan rahasia Rumah Sakit dan/atau rahasia jabatan kecuali
untuk kepentingan negara;
j. Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan Rumah Sakit yang diancam dengan pidana
penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

Pasal 47
Pemberian Sanksi Tambahan

1) Rumah Sakit berwenang memberikan sanksi tambahan bagi karyawan yang mendapat SP I
dan SP II berupa :
a. Pencabutan barang-barang fasilitas yang diperoleh dari Rumah Sakit;
b. Penundaan kenaikan upah dan/atau jabatan;
c. Penurunan upah dan/atau jabatan.

Lembar 25 dari 38
2) Jenis sanksi tambahan berupa penurunan jabatan hanya dapat diberikan kepada karyawan
yang mendapat peringatan tertulis ketiga.

Pasal 48
Skorsing

1) Skorsing dapat dikenakan kepada setiap karyawan yang melakukan :


a. Pelanggaran terhadap tata tertip kerja;
b. Pelanggaran terhadap kewajiban karyawan;
c. Perbuatan yang merugikan Rumah Sakit.
2) Selain alasan skorsing sebagaimana dimaksud ayat (1), Rumah Sakit dapat melakukan
tindakan skorsing kepada karyawan yang sedang dalam proses pemutusan hubungan kerja.
3) Skorsing yang bersifat pembinaan berlaku paling lama 1 (satu) bulan, sedangkan skorsing
dalam proses pemutusan hubungan kerja berlaku sampai keluarnya keputusan pemutusan
hubungan kerja oleh lembaga penyelesaian perselisishan hubungan industrial.
4) Pemberian upah selama masa skorsing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan
sampai dengan adanya keputusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

BAB XII
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

Pasal 49
Umum

1) Hubungan kerja antara karyawan dan Rumah Sakit dapat terputus karena Pelanggaran berat
berdasarkan kebijakan Rumah Sakit, yaitu:
a. Melakukan penipuan, pencirian, dan tau penggelapan barang dan/atau uang milik
Rumah Sakit;
b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan Rumah Sakit;
c. Mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan/atau
mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja;
d. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan Rumah Sakit;
e. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau Rumah
Sakit di lingkungan kerja;
f. Membujuk teman sekerja atau Rumah Sakit melakukan perbuatan bertentangan denga
peraturan perundang-undangan;
g. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya
barang milik Rumah Sakit yang menimbukan kerugian bagi Rumah Sakit;
h. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau Rumah Sakit dalam
keadaan bahaya di tempat kerja;
i. Membongkar atau membocorkan rahasia Rumah Sakit dan/atau rahasia jabatan kecuali
untuk kepentingan negara;

Lembar 26 dari 38
j. Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan Rumah Sakit yang diancam dengan pidana
penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
2) Hubungan kerja antara karyawan dan Rumah Sakit dapat terputus karena melakukan
pelanggaran lain yang diatur dalam Peraturan Kerja, yaitu :
a. Tidak masuk kerja selama 3 (tiga) hari kerja berturut-turut dalam sebulan tanpa
keterangan tertulis dengan bukti-bukti sah dan dapat diterima Rumah Sakit.
b. Melanggar batas wewenang yang diberikan Rumah Sakit, menyalahgunakan
wewenang/penyalahgunaan jabatan yang dapat merugikan Rumah Sakit.
c. Menerima gratifikasi atau komisi dari customer/ pasien/ pemasok untuk kepentingan
pribadi.
d. Berkelahi atau membuat keonaran dan mengeluarkan kata-kata kotor kepada
karyawan/ costomer lain/juga pihak ketiga lainnya.
e. Tidak cakap melakukan pekerjaan walaupun telah diberi kesempatan dan telah
menerima surat peringatan ketiga.
f. Melakukan tindakan pemalsuan surat atau pengadaan bukti-bukti atau kuitansi dan
merubah atau memalsukan data/ program yang sah.
g. Melakukan kesalahan yang bobotnya sama atau lainnya setelah mendapat peringatan
ketiga yang masih berlaku.
3) Hubungan kerja antara karyawan dan Rumah Sakit dapat terputus karena Kondisi karyawan :
a. Masa percobaan tidak memenuhi persyaratan
b. Karyawan mengundurkan diri
c. Karyawan mencapai usia pensiun (56 tahun)
d. Karyawan sakit berkepanjangan
e. Meninggal dunia
f. Karyawan setelah melewatu jangka waktu 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan
pekerjaan sebagai mana mestinya karena dalam proses perkara pidanan (lihat pasal 66)
g. Karyawan mangkir
4) Hubungan kerja antara karyawan dan Rumah Sakit dapat terputus karena Kondisi Rumah
Sakit :
a. Pengurangan karyawan karena efesiensi
b. Rumah Sakit tutup
c. Perubahan status kepemilikan
d. Rumah Sakit menyalahi aturan (lihat pasal 70)
5) Hubungan kerja antara karyawan dan Rumah Sakit dapat terputus karena hal-hal lain yang
dapat menyebabkan terputusnya hubungan kerja:
a. Selesainya perjaian kerja waktu tertentu
b. Terjadinya pernikahan antar karyawan di Rumah Sakit. Dalam hal seorang karyawan
tetap akan melakukan pernikahan dengan karyawan tetap yang lain, maka kepada salah
satu karyawan akan diputus hubungan kerjanya sesuai dengan keputusan direksi dan
kepadanya akan diberikan hak-hak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Lembar 27 dari 38
Pasal 50
PHK Karena Pelanggaran Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja

1) Rumah Sakit dapat melakukan PHK apabila karyawan melakukan kembali pelanggaran
setelah mendapatkan surat peringatan ketiga.
2) Rumah Sakit dapat melakukan PHK tanpa surat peringatan apabila karyawan melakukan
pelanggaran berat berdasarkan ketentuan pasal 46 ayat (3) peraturan perusahaan ini.

Pasal 51
PHK Karena Karyawan Mengundurkan Diri

1) Karyawan yang ingin memutuskan hubungan kerja dengan Rumah Sakit wajib mengajukan
surat permohonan mengundurkan diri secara tertulis sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan
sebelum yang bersangkutan meninggalakn Rumah Sakit dengan maksud ada pengaturan
tenaga mengingat Rumah Sakit merupakan industri jasa pelayanan.
2) Permohonan tersebut diajukan kepada atasan langsung yang bersangkut dengan tembusan
kepada atasan yang lebih tinggi dan/atau Direksi dan bagian/Divisi SDM.
3) Sebelum berhenti, karyawan tersebut harus memenuhi syarat:
a. Menyerahkan kembali semua barang-barang milik Rumah Sakit (meliputi barang
inventaris, data, dokumen-dokumen, surat-surat, naskah-naskah, dan lain sebagainya,
baik dalam bentuk asli maupun rekaman) yang berada dalam penguasaannya dan/atau
di bawah tanggung jawabnya;
b. Melakukan serah terima dengan atasannya atau dengan karyawan lain yang ditunjuk
oleh atasannya tersebut;
c. Menyelesaikan segala persoalan, melunasi hutang-hutang dan kewajiban-kewajiban
keuangan lainnya dengan Rumah Sakit;
d. Tidak terikat dalam ikatan dinas;
e. Tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mengundurkan diri.

Pasal 52
PHK karena Mencapai Usia Pensiun

1) Seorang karyawan yang telah mencapai usia 56 (lima puluh enam) tahun, akan diputuskan
hubungan kerjanya dengan hormat oleh Rumah Sakit.
2) Maksud Rumah Sakit untuk memutuskan hubungan kerja tersebut akan disampaikan secara
tertulis oleh Divisi SDM kepada karyawan yang bersangkutan sekurang-kurangnya 1 (satu)
tahun sebelumnya dan diulangi 11 (Sebelas) bulan kemudian.
3) Pemutusan hubungan kerja dilakukan pada akhir bulan.
4) Atas pertimbangan tertentu Rumah Sakit dapat meminta karyawan untuk tetap bekerja
dengan persetujuan yang bersangkutan, dengan status pegawai kontrak dengan ketentuan
hak-hak pensiunnya telah diberikan kepada karyawan yang bersangkutan.

Lembar 28 dari 38
Pasal 53
PHK Karena Karyawan Sakit Berkepanjangan

Rumah Sakit dapat melakukan PHK setelah melampaui batas 12 (dua belas) bulan kepada karyawan
sebagai berikut:
a. Mengalami sakit berkepanjangan dan menurut keterangan dokter tidak sehat jasmani
dan/atau rohani untuk melanjutkan pekerjaan; atau
b. Mengalami cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya.

Pasal 55
PHK Karena Karyawan Ditahan Pihak Berwajib

1) Dalam hal karyawan ditahan ileh pihak berjawab karena diduga melakukan tindakan pidana,
baik atas pengaduan pihak Rumah Sakit ataupun pihak lain, Rumah Sakit tidak wajib
membayar upah karyawan dimaksud, tetapi Rumah Sakit wajib memberikan bantuan kepada
keluarga karyawan yang bersangkutan menjadi tanggungan karyawan, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Untuk 1 (satu) orang tanggungan : 25% (dua puluh lima persen) dari upah;
b. Untuk 2 (dua) orang tanggungan : 35% (tiga puluh lima persen) dari upah;
c. Untuk 3 (tiga) orang tanggungan : 45% (empat puluh lima persen) dari upah;
d. Untuk 4 (empat) orang tanggungan : 50% (lima puluh persen) dari upah.
2) Bantuan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan terhitung sejah hari pertama karyawan ditahan oleh pihak yang berwajib.
3) Rumah Sakit dapat melakukan PHK terhadap karyawan yang setelah 6 (enam) bulan tidak
dapat melakukan pekerjaan sebagimana mestinya karena proses perkara pidana.
4) Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan berakhir
dan karyawan dinyatakan bersalah, maka Rumah Sakit wajib mempekerjakan karyawan
kembali.
5) Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan berakhir
dan karyawan dinyatakan bersalah, maka Rumah Sakit dapat melakukan pemutusan
hubungan kerja kepada karyawan yang bersangkutan.

Pasal 56
PHK Karena Rumah Sakit Melakukan Efisiensi

Rumah Sakit dapat melakukan PHK terhadap karyawan karena Rumah Sakit melakukan efisiensi.

Pasal 57
PHK Karena Rumah Sakit Tutup/Pailit

Lembar 29 dari 38
Rumah Sakit dapat melakukan PHK terhadap karyawan dikarenakan Rumah Sakit tutup/pailit yang
disebabkan Rumah Sakit mengalami kerugian secara terus menerus selama 2 (dua) tahun, atau
dalam hal keadaan memaksa (force majeur).

Pasal 58
PHK karena Rumah Sakit Mengalami Perubahan Status

PHK dapat terjadi apabila terdapat perubahan status, penggabungan, peleburan, atau perubahan
kepemilikan Rumah Sakit dan karyawan tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja atau Rumah
Sakit tidak bersedia menerima karyawan di Rumah Sakit.

Pasal 59
PHK Karena Rumah Sakit Menyalahi Aturan

Karyawan dapat mengajukan permohonan pemutusan hubungan kerja, dalam hal Rumah Sakit
melakukan perbuatan sebagai berikut:
a. Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam bawahan;
b. Membujuk dan/atau menyuruh karyawan untuk melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Tidak membayar upah tepat pada waktunya sesuai dengan ketentuan selama 3 (tiga) bulan
berturut-turut.

Pasal 60
PHK Karena Mangkir

Karyawan tidak masuk kerja selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut0turut tanpa izin resmi
sebelumnya dan karyawan tidak dapat memberikan keterangan dengan bukti sah yang dapat
diterima oleh Rumah Sakit, serta telah mendapatkan panggilan Rumah Sakit sebanyak 2 (dua) kali
secara patut dan tertulis, diputus hubungan kerjanya dengan kategori PHK karena mengundurkan
diri secara tidak baik.

Pasal 61
Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja,
Uang Penggantian Hak, dan Uang Pisah

1) Uang pesangon adalah uang yang diberikan kepada karyawan, karena yang bersangkutan
putus hubungan kerja karena purna tugas (pensiun), atau karena hal-hal lain berdasarkan
kebijakan Rumah Sakit, yang tata laksananya ditetapkan berdasarkan kebijakan Rumah Sakit
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Uang penghargaan masa kerja adalah uang yang diberikan kepada karyawan atas jasa-
jasanya kepada Rumah Sakit dan diserahkan pada waktu karyawan memasuki purna tugas,
yang tata laksananya ditetapkan berdasarkan kebijakan Rumah Sakit dan peraturan
perundangan yang berlaku.

Lembar 30 dari 38
a. Bagi pemangku jabatan struktural (koordinator, manajer dan direktur) uang
penghargaan masa kerja dikalikan dengan koefisien jabatan.
- Koordinator : dikalikan 1.2
- Manajer : dikalikan 1.5
- Direktur : dikalikan 2
b. Nilai koefisien jabatan diberlakukan untuk jabatan saat mengundurkan diri, bukan
untuk jabatan sebelumnya.
3) Uang penggantian hak adalah uang yang seharusnya diterima bilamana karyawan dilakukan
pemutusan hubungan kerja yang meliputi:
a. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur
b. Penggantian pengobatan dan perawatan yang ditetapkan 15% (lima belas persen) dari
uang pesangon dan/atau uang penghargaan mas kerja bagi yang memenuhi syarat.
4) Uang pisah adalah uang yang diberikan atas dasar nilai kebijakan Rumah Sakit yang telah
disepakati karena pemungutan hubungan kerja atas permohonan pengunduran diri secara
baik-baik, yang besarnya ditentukan, sebagai berikut:
a. Masa kerja 3-5 tahun : 1 kali upah satu bulan
b. Masa kerja 6-9 tahun : 2 kali upah satu bulan
c. Masa kerja 10-12 tahun : 3 kali upah satu bulan
d. Masa kerja 13-15 tahun : 4 kali upah satu bulan
e. Masa kerja 16-18 tahun : 5 kali upah satu bulan
f. Masa kerja 18-20 tahun : 6 kali upah satu bulan
g. Masa kerja 21-23 tahun : 7 kali upah satu bulan
h. Masa kerja > 24 tahun : 8 kali upah satu bulan
5) Komponen upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan pesangon, uang penghargaan
masa kerja dan uang pengganti hak, terdiri atas upah pokok dan segala macam bentuk
tunjangan yang bersifat tetap.

Pasal 62
Kesempatan Membela Diri

1) Sebelum tindakan penjatuhan sanksi dilaksanakan maka Rumah Sakit akan memberitahukan
kepada karyawan tentang tindakan yang akan diambil terhadapnya dan ia akan diberi
kesempatan memberikan penjelasan secara tertulis tentang tindakan/kesalahan kepada
pejabat Rumah Sakit yang berwenang.
2) Dalam hal sesudah karyawan memberikan penjelasan/pembelaan diri dan Rumah Sakit tetap
mengambil sikap untuk menjatuhkan sanksi maka keputusan akan diberitahuan secara
tertulis kepada karyawan.

Pasal 63
Rehabilitasi

Lembar 31 dari 38
1) Karyawan dihukum menurut undang-undang Indonesia untuk suatu tindakan kriminal,
hubungan kerjanya akan diputuskan dan dilaksanakan sesuai Kep.150/Men/2000 dan
Undang-Undang No. 13 tahun 2003.
2) Karyawan yang dihukum melalui undnag-undang Indonesia untuk suatu tindakan kriminal
yaitu untuk perkara ringan (pidana<1 bulan)n dan tidak mempengaruhi atau mengakibatkan
segala sesuatu yang menyangkut perkaranya tersebut yaitu dengan menerima karyawan
tersebut (rehabilitasi) dan ditempatkan kepada kedudukan semula dan pembayaran upah
selama berada dalam tahanan akan dibayarkan.

Pasal 64
Penyelesaian Masalah

1) apabila terjadi kekurangpuasan karyawan atas keadaan tertentu maka segera mungkin
dilakukan musyawarah dengan prosedur yang tertib dan menyampaikan atau membicarakan
melalui atasannya secara langsung apabila belum dapat terselesaikan maka dpat diteruskan
pada pimpinan yang lebuh tinggi untuk mendapatkan jawaban atau keputusan.
2) Apabila hal tersebut tetap tidak dapat terselesaikan, maka diselesaikan dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 65
Peralihan

Semua perjanjian kerja yang berlaku sebelum disahkannya peraturan perusahaan ini, dinyatakan
tetap berlaku sampai batas waktu berakhirnya perjanjian kerja.

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 66
Penutup

1) Peraturan perusahaan ini berlaku selama 2 (dua) tahun dan mengikat bagi Rumah Sakit dan
karyawan sejak disahkan oleh dinas tenagakerja kota Samarinda.
2) Peraturan perusahaan ini dibagikan kepada karyawan dalam bentuk buku serta disimpan
sebagai arsip Rumah Sakit.
3) Rumah Sakit dapat melakukan perubahan, penambahan, maupun pengurangan terhadap
peraturan perusahaan ini dengan memperhatikan aspirasi yang ada di lingkungan karyawan,
kondisi Rumah Sakit, serta ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Lembar 32 dari 38
4) Pelaksanaan teknis dan hal-hal lain yang belum diatur dalam peraturan perusahaan ini akan
diatur tersendiri dengan keputusan Direksi.
5) Hal-hal yang bersifat khusus dan hal-hal yang bersifat pengaturan lebih lanjut, diatur dalam
peraturan lain sesuai dengan kebutuhan.
6) Sepanjang suatu hal tidak diatur dalam peraturan Rumah Sakit ini atau dalam peraturan lain
yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit, berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan.

Ditetapkan di : Samarinda
Pada Tanggal : 17 Juni 2019

Rumah Sakit Siaga


Al Munawwarah Samarinda

dr. Gazali Said, Sp.OT(K)., MARS


Direktur

Mengetahui perwakilan karyawan Tanda Tangan / Nama Jelas

1. _____________________
2. _____________________
3. _____________________
4. _____________________
5. _____________________
6. _____________________
7. _____________________

Lembar 33 dari 38
Sumber Referensi :

1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;


2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja;
3. Kemenker Nomor: Kep-150/Men/2000 tentang penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan
Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Keja dan Ganti Kerugian di Perusahaan;
4. Kemenaker Nomor 102/Men/VI/2004 tantang Waktu Kerja Lembur dan Uang Kerja Lembur;
5. Permenaker Nomor 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan
Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama;
6. Referensi yang diolah dari berbagai sumber.

Lembar 34 dari 38
LAMPIRAN 1 Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan
Uang Penggantian Hak (Tabel 1.1)

Uang Peng- Uang


Uang
hargaan Masa Penggantian
No. Masa Kerja Pesangon (Psl
Kerja (Psl 156 Hak (Psl 156
156 ayat 2)
ayat 3) ayat 4)
1 2 3 4 5
1 Kurang dari 1 tahun 1 Bulan upah ---- a. Cuti
2 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 2 Bulan upah ---- tahunan
tahun yang
3 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 3 Bulan upah ---- belum
tahun diambil
4 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 4 Bulan upah 2 bulan upah dan belum
tahun gugur
5 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 5 Bulan upah 2 bulan upah
tahun
6 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 6 Bulan upah 2 bulan upah
tahun
7 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 7 Bulan upah 3 bulan upah
tahun
8 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 8 Bulan upah 3 bulan upah
tahun
9 8 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 9 Bulan upah 3 bulan upah
tahun
10 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 Bulan upah 4 bulan upah
12 tahun
11 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 Bulan upah 5 bulan upah
15 tahun
12 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 Bulan upah 6 bulan upah
15 tahun
13 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 Bulan upah 7 bulan upah
15 tahun
14 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 Bulan upah 8 bulan upah
15 tahun
15 24 tahun atau lebih 9 Bulan upah 10 bulan upah

Lembar 35 dari 38
LAMPIRAN 2 Kompensasi Pemutusan Hubungan Kerja Berdasarkan Undang-Undang
No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Table 2.1)

Kompensasi Terdiri Dari

Uang Uang Peng- Uang


No. Sebab PHK
Pesangon hargaan Masa Penggantian Uang
(Psl 156 Kerja (Psl 156 Hak (Psl 156 Pisah
ayat 2) ayat 3) ayat 4)

1 Kesalahan Berat Tidak 1 (satu) kali Sesuai ya


Ketentuan
2 1. Setelah 6 bulan tidak Tidak 1 (satu) kali Sesuai Tidak
dapat melakukan Ketentuan
pekerjaan
sebagaimana proses
perkara pidana bukan
pengaduan
perusahaan (pasal 160
ayat 3)
2. Sebelum 6 bulan Tidak 1 (satu) kali Sesuai Tidak
pengadilan Ketentuan
memutuskan perkara
pidana bukan
pengaduan
perusahaan,
pekerja/buruh
dinyatakan bersalah
(pasal 160 ayat 5)
3 Melakukan pelanggaran 1 (satu) kali 2 (satu) kali Sesuai Tidak
ketentuan yang diatur Ketentuan
dalam PK, PP atau PKB
setelah pekerja/burut
diberikan Surat
Peringatan (Pasal 161)

Lembar 36 dari 38
4 1. Perubahan Status, 1 (satu) kali 1 (satu) kali Sesuai Tidak
penggabungan, Ketentuan
peleburan atau
perubahan
kepemilikan
perusahaan dan
pekerja/burut tidak
bersedia melanjutkan
hubungan kerja (pasal
163 ayat 1)
2. Perubahan status, 2 (dua) kali 1 (satu) kali Sesuai Tidak
penggabungan, Ketentuan
peleburan atau
perubahan
kepemilikan
perusahaan dan
pengusaha tidak
bersedia menerima
pekerja (Pasal 163
ayat 2)
5 Perusahaan tutup, karena 1 (satu) kali 1 (satu) kali Sesuai Tidak
rugi terus menerus Ketentuan
selama 2 tahun atau
keadaan memaksa/force
majuer (pasal 164 ayat 1)
6 Perusahaan tutup bukan 2 (satu) kali 1 (satu) kali Sesuai Tidak
karena mengalami Ketentuan
kerugian selama 2 tahun
berturut-turut atau
karena keadaan
memaksa, tetapi
perusahaan melakukan
efisiensi (pasl 164 ayat 2)
7 Perusahaan Pailit (Pasal 1 (satu) kali 1 (satu) kali Sesuai Tidak
165) Ketentuan
8 Mengundurkan diri atas Tidak Tidak Sesuai Tidak
kemauan sendiri (Pasal Ketentuan
162)

Lembar 37 dari 38
9 Meninggal dunia (Pasal 2 (satu) kali 1 (satu) kali Sesuai Tidak
166) Ketentuan
10 Mencapai usia pensiun 2 (satu) kali 1 (satu) kali Sesuai Tidak
dan perusahaan tidak Ketentuan
mengikuti program
pensiun (Pasal 167 ayat 5)
11 Mangkir selama 5 hari Tidak Tidak Sesuai ya
kerja atau lebih berturut- Ketentuan
turut (Pasal 168)
12 Terbukti pengusaha 2 (satu) kali 1 (satu) kali Sesuai Tidak
melakukan kesalahan Ketentuan
berat ( Pasal 168 ayat 3)
13 Buruh/Pekerja mengalami 2 (satu) kali 2 (satu) kali Sesuai Tidak
sakit berkepanjangan, Ketentuan
mengalami cacat akibat
kecelakaan kerja dan
tidak dapat melakukan
pekerjaannya setelah
melampaui batas 12
bulan (Pasal 172)

Samarinda, 17 Juni 2019


Hormat kami,
Rumah Sakit Siaga
Al Munawwarah Samarinda

dr. Gazali Said, Sp.OT(K)., MARS


Direktur

Lembar 38 dari 38

Anda mungkin juga menyukai