Anda di halaman 1dari 18

BAB TEORI

Iii AKUNTANSI ISLAM

A. Beberapa Dimensi Akuntansi Menurut Alquran, Ilahiyah, Sejarah Islam


1. Akuntansi menurut Al-Qur’an
Akuntansi di dalam Islam didasarkan pada firman Alloh SWT dalam Al Qur’an,
yaitu bahwasanya pengelolaan sistem jagad raya dan manajemen alam ini
menggunakan sistem yang mirip dengan apa yang sekarang kita kenal dengan
akuntansi. Alloh tidak membiarkan kita bebas, melakukan semua hal semau kita,
tanpa monitoring dan pencatatan dari Alloh. Alloh memiliki malaikat Raqib dan
Atid yang tugasnya mirip dengan tugas akuntan di dunia bisnis, yaitu mencatat
setiap kegiatan maupun ”transaksi” yang dilakukan oleh setiap manusia.
Pencatatan tersebut, kemudian ”diposting” dan dibuatlah laporannya, oleh kedua
malaikat tadi, dalam buku yang disebut Sijjin (Laporan Amal Baik) dan Illyin
(Laporan Amal Buruk), yang nantinya akan dilaporkan kepada Alloh di akhirat
nanti sebagai dasar untuk meminta pertanggungjawaban semua amalan kita.
Hal ini disampaikan dengan jelas pada kitab suci Al Qur’an dalam surat Al-
Infithaar ayat 10-12 yang berbunyi : ”Padahal sesungguhnya pada kamu ada
malaikat yang memonitor pekerjaanmu. Yang mulia di sisi Alloh dan yang
mencatat pekerjaanmu itu.Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Laporan
ini didukung bukti, dimana tidak ada satupun transaksi yang dilakukan oleh
manusia yang luput dari pengawasan Alloh, seperti yang
terlihat pada surat Al-Zalzalah ayat 7-8 yang berbunyi : ”Barang siapa yang
mengerjakan kebaikan sebesar zarrah ( biji sawi ) -pun niscaya dia akan
menerima balasannya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebesar zarrah
dia-pun akan menerima balasannya”.
Al Quran sebagai kitab suci umat Islam menganggap masalah pencatatan
sebagai suatu masalah serius dengan diturunkannya ayat terpanjang , yakni
surah Al-Baqarah ayat 282 yang menjelaskan fungsi-fungsi pencatatan transaksi,
dasar-dasarnya, dan manfaat-manfaatnya, seperti yang diterangkan oleh kaidah-
kaidah hukum yang harus dipedomani dalam hal tersebut. Sebagaimana pada
awal ayat tersebut menyatakan “Hai, orang-orang yang beriman apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya
dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah
telah mengajarkannya………”.
Dari paparan di atas, dapat kita tarik kesimpulan, bahwa kaidah Akuntansi
dalam konsep Syariah Islam dapat didefinisikan sebagai kumpulan dasar-dasar
hukum yang baku dan permanen, yang disimpulkan dari sumber-sumber Syariah
Islam dan dipergunakan sebagai aturan oleh seorang Akuntan dalam
pekerjaannya, baik dalam pembukuan, analisis, pengukuran, pemaparan, maupun
penjelasan, dan menjadi pijakan dalam menjelaskan suatu kejadian atau
peristiwa.
Dengan demikian, dapat diketahui, bahwa perbedaan antara sistem Akuntansi
Syariah Islam dengan Akuntansi Konvensional adalah menyentuh soal-soal inti
dan pokok, sedangkan segi persamaannya hanya bersifat aksiomatis. Menurut,
Toshikabu Hayashi dalam tesisnya yang berjudul “On Islamic Accounting”,
Akuntansi Barat (Konvensional) memiliki sifat yang dibuat sendiri oleh kaum
kapital dengan berpedoman pada filsafat kapitalisme, sedangkan dalam
Akuntansi Islam ada “meta rule” yang berasal diluar konsep akuntansi yang harus
dipatuhi, yaitu hukum Syariah yang berasal dari Tuhan yang bukan ciptaan
manusia, dan Akuntansi Islam sesuai dengan kecenderungan manusia yaitu
“hanief” yang menuntut agar perusahaan juga memiliki etika dan tanggung jawab
sosial, bahkan ada pertanggungjawaban di akhirat, dimana setiap orang akan
mempertanggungjawab kan tindakannya di hadapan Tuhan yang memiliki
Akuntan sendiri (Rakib dan Atid) yang mencatat semua tindakan manusia bukan
saja pada bidang ekonomi, tetapi juga masalah sosial dan pelaksanaan hukum
Syariah lainnya
2. Dimensi akuntansi menurut ilahiyah
Berdasarkan penuturan Allah dalam Alquran ternyata pengelolaan sistem jagad
dan manajemen alam ini ternyata peran atau fungsi akuntansi sangat besar. Allah
tidak membiarkan kita bebas tanpa monitoring dan objek pencatatan Allah Allah
memiliki akuntan malaikat (akuntansi ilahiyah) yang sangat canggih yaitu Rakib
dan Atib, malaikat yang menuliskan / menjurnal transaksi yang dilakukan
manusia, yang menghasilkan buku / neraca yang disebut Illiyin (Laporan Amal
Baik) dan Sijjin (Laporan Amal Buruk) yang nanti akan dilaporkan kepada kita
(aktor, pelaku) di akhirat. Sehingga dalam proses pertanggung jawaban kita
dihadapan Allah SWT kita sudah menerima laporan amal (activity reports) kita
sebagai dasar menentukan apa yang kita terima reward atau punishment
(penghargaan) sebagai balasan dari prestasi (performance) yang kita capai pada
masa kita didunia. Keberadaan ini dijelaskan dalam Alquran dalam berbagai ayat.
Coba kita baca beberapa ayat Alquran sebagai berikut Surat Al Zalzalah ayat 7-8:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula”.
Pembuktian cukup sah dan adil. Tidak ada pengacara yang bersilat lidah, mulut
kita tidak akan berbicara lagi, yang menjadi saksi adalah anggota badan kita
sebagai pelaku perbuatan yang dilakukan. Dalam Alquran disebutkan bahwa
manusia nanti akan tercengang mengapa bisa semua kelakuan kita dapat
direkam dan ditunjukkan kepada kita tanpa meninggalkan satu sub episode
sekalipun. Dalam Alquran surat Al Isra 13-14 disebutkan “dan tiap-tiap manusia
itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada
lehernya. dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang
dijumpainya terbuka."Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini
sebagai penghisab terhadapmu".
Bagaimana dengan Akuntansi?. Neraca maupun Laporan Laba Rugi hanya
mampu mencatat transaksi yang melibatkan uang dan belum mampu mencatat
berbagai nikmat yang bersifat intangible seperti kemampuan intelektual, kualitas
spiritual, moral, tingkat ketaqwaan. Bahkan nikmat nikmat yang tidak dijual yang
disediakan Allah SWT secara cuma cuma tidak pernah masuk dalam buku jurnal
maupun laporan keuangan akuntansi kapitalis. Padahal tanpa itu semua kita tidak
bisa hidup Sayangnya, nikmat Allah yang seharusnya diperuntukkan sebesar
besarnya untuk kemakmuran masyarakat yang bernilai trilyunan rupiah hanya
dinikmati oleh sebahagian kecil masyarakat yaitu koruptor dan pejabat yang
memberikan dan membantu. Sebahagian besar rakyat kita hanya menahan lapar
dan air liur menyaksikan kemewahan di sana sini, dilayar televisi, dan didepan
matanya tanpa ada daya upaya untuk mencegahnya. Karena banyaknya nikmat
Tuhan itu adalah wajar sekali jika kita sama sama memanjatkan syukur
Alhamdulillah kehadirat Allah, kepada sang Pencipta, Maha Penyayang, yang
telah dan akan memberikan kita nikmat dengan Cuma cuma itu. Pada saat yang
sama kita selalu ingat bahwa semua rahmat yang kita nikmati itu harus dan mau
tidak mau akan kita pertanggung jawabkan nantinya dihadapan Allah SWT tanpa
kecuali, dihadapan mahkamah yang maha adil bukan mahkamah yang bisa dibeli
dengan uang dan bentuk sogokan lainnya seperti yang meraja lela di sekeliling
kita.Semua nikmat yang kita nikmat sudah masuk dalam rekaman Nya. Dia
adalah sang Maha Akuntan yang selalu mencatat semua nikmat dan semua
tingkah laku kita baik ditempat sunyi, terang dan dimana saja. Tidak seperti jurnal
dan laporan keuangan, Tuhan dalam mencatat semua kejadian tidak satupun
luput dari jangkauannya
3. Akuntansi dalam sejarah islam
Perlu diketahui bahwa ketika eropa mengalami masa kegelapan dan masih
memiliki kemajuan peradaban seperti sekarang, peradaban islam berkembang
dengan pesat dan telah menjadi peradaban yang paling maju di dunia pada
masanya. Begitu juga sistem akuntansi sudah diterapkan pada masa itu yang
langsung merujuk pada firman Allah Ta’ala: Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al Qashash :77).
Akuntansi telah digunakan oleh orang-orang arab untuk mengukur jumlah
kekayaan mereka, untuk menghitung harta perniagaan dll. Tidak dapat dikatakan
bahwa peradaban seperti sistem perekonomian, sistem pemerintahan, sistem
pendidikan, sosial budaya yang ditemukan di Arab bukanlah peradaban orang
Arab sendiri. Tetapi sistem itu merupakan islami yang telah menjadikan
peradaban arab maju, dikarenakan kemajuan milik kaum muslimin dan
pembangun peradaban adalah kaum muslimin adalah peradaban Islam yang
belum pernah ada bandingannya di dunia ini, sebelum dan sesudahnya.
Ada beberapa faktor yang menuntutlahirnya double entry pada abad ke-13.
faktor tersebut adalah karena penyajian pada periode sebelumnya tidak
selengkap dengan yang terjadi pada masa itu. Litleton mengakui bahwa double
entry munculkepermukaan karena waktu itu dapatdpenuhi persyaratanya , yaitu:
persyaratan yang berkaitan dengan masalah “materi” dan “bahasa”.Demikian
pula, banyak orang-orang Eropa yang mengunjungi dunia Islam terpengaruh
dengan apa yang mereka rasakan di negeri Islam. Banyak di antara mereka yang
masuk Islam ketika mereka merasakan kekuatan pendorong yang merubah
orang-orang badui yang memeluk Islam menjadi ulama’ dan pemimpin. Sebagian
peneliti telah merasakan pengaruh peradaban Islam dan kaum muslimin terhadap
dunia, yakni salah seorang dari mereka mengatakan bahwa para pedagang Itali
telah menggunakan huruf-huruf Arab (Have, 1976, hal. 33), di samping angka-
angka Arab juga. Di samping itu, sebagian penulis memandang bahwa sistem
pencatatan sisi-sisi transaksi yang dikenal dengan sistem pembukuan ganda
(double entry) telah dikenal oleh penduduk dahulu, dan sistem ini tersebar di Itali
melalui perdagangan. Demikian pula bahwa di sana terdapat beberapa peristiwa
yang menunjukkan bahwa orang-orang terdahulu telah mencatat pemasukan dan
pengeluaran tunai pada lembaran-lembaran yang berhadapan dengan sistem
debet dan kredit.Dalam sejarah membuktikan bahwa ternyata Islam lebih dahulu
mengenal system akuntansi, karena Al Quran telah diturunkan pada tahun 610 M,
yakni 800 tahun lebih dahulu dari Lucas Pacioli yang menerbitkan bukunya pada
tahun 1494.
B. Prinsip-Prinsip Akuntansi Islam
Tiga prinsip Akuntansi Islam yang terdapat dalam surat Al-Baqarah: 282,Yaitu:
1. Prinsip Pertanggungjawaban
Prinsip pertanggungjawaban merupakan konsep yang tidak asing lagi di
kalangan masyarakat muslim. Pertanggungjawaban berkaitan langsung dengan
konsep amanah. Dimana implikasinya dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa
individu yang terlibat dalam praktik bisnis harus selalu melakukan
pertanggungjawaban apa yang telah diamanatkan dan diperbuat kepada pihak-
pihak yang terkait. Pertanggungjawabannya diwujudkan dalam bentuk laporan
keuangan.
2. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan ini tidak saja merupakan nilai yang sangat penting dalam etika
kehidupan sosial dan bisnis, tetapi juga merupakan nilai yang secara inheren
melekat dalam fitrah manusia. Dalam konteks akuntansi keadilan mengandung
pengertian yang bersifat fundamental dan tetap berpijak pada nilai-nilai
etika/syariah dan moral, secara sederhana adil dalam akuntansi adalah
pencatatan dengan benar setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan.
3. Prinsip Kebenaran
Prinsip kebenaran ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan prinsip
keadilan . Kebenaran ini akan dapat menciptakan keadilan dalam mengakui,
mengukur, dan melaporkan transaksi-transaksi ekonomi
C. Akuntansi sosial ekonomi dan akuntansi islam

Akuntansi Sosial Ekonomi

Akuntansi Sosial Ekonomi (ASE) menurut Belkaoui (1984) lahir dari anggapan
bahwa akuntansi sebagai alat manusia dalam kehidupannya harus juga sejalan
dengan tujuan social hidup manusia. ASE berfungsi untuk memberikan informasi
“social report” tentang sejauh mana unit organisasi, Negara dan dunia memberikan
kontribusi yang positive dan negative terhadap kualitas hidup manusia. ASE sebagai
suatu penerapan akuntansi di bidang ilmu social termasuk bidang sosiologi, politik
ekonomi. Ada juga yang memberikan istilah lain dari ASE yaitu Akuntansi Sosial
yang terdiri dari Akuntansi Mikro Sosial dan Akuntansi Makro Sosial. Faktor
penyebab munculnya akuntansi social ekonomi adalahKesadaran masyarakat
akan perlunya dijaga kelestarian lingkungan untuk kelangsunagn hidup manusia dan
penekanan pada kelestarian hidup dan kesejahteraan social semakin tinggi menjadi
pendorong munculnya akuntansi social ekonomi.
Faktor pendorong munculnya ASE adalah:
1. Adanya kesadaran dan komitmen terhadap kesejahteraan social tidak hanya
mengejar pertumbuhan ekonomi.
2. Adanya paradigma kesadaran lingkungan tidak seperti selama ini lingkungan
diabdikan untuk perusahaan, untuk mengejar keuntungannya.
3. Munculnya perspektif ecosystem, dimana system global tidak bisa berjalan sendiri
sendiri tanpa memperhatikan system lain. Sistem ekonomi harus berjalan.
4. Munculnya perhatian terhadap perlindungan kepentingan social. Dengan
gencarnya pertumbuhan ekonomi maka sering melupakan kepentingan social
yang merugikan masyarakat, namun lama kelamaan muncul kesadaran akan
pentinganya diperhatikan kepentingan social tidak hanya kepentingan ekonomi.

Perkembangan Akutansi Sosial Ekonomi


Pemikiran ASE dapat dirujuk ke Pasca Perang Dunia ke II dimana semakin
dituntut kualitas hidup tidak saja pertumbuhan ekonomi. Tahun 1960an sudah
muncul beberapa pengembangan indikator social, akutansi sosial, pengukuran
kualitas hidup, monitoring perubahan social, dan pelaporan social. Pelaporan ASE
ini sudah mulai diikuti dan menjadi lazim bagi beberapa perusahaan besar
khususnya di Negara- Negara maju baik karena kebijakan untuk mengambil hati
Publik atau secara sukarela maupun karena rekomendasi atau saran-saran atau
kewajiban dari regulator (SEC, BAPEPAM). Di Indonesia menunjukkan bahwa masih
sangat rendah dalam melakukan pengungkapan aspek social.
Bentuk Laporan ASE
Pelaporan dalam ASE berarti memuat informasi yang menyangkut dampak positif
atau negative yang ditimbulkan oleh perusahaan. Pelaksanaan ASE masih banyak
kendala dan keterbatasan terutama dalam hal pengukuran dan pelaporan. Dimata
Islam pengungkpan aspek social melalui laporan keuangan bukan hanya berdimensi
dunia, investor saja tetapi juga berdimensi akhirat bahkan harus memperhatikan
tanggung-jawabnya kepada komunitas, social, makhluk alam lainnya serta Allah
SWT.
Akuntansi Islam
Akutansi Islam atau Akutansi Syariah pada hakekatnya adalah penggunaan
akutansi dalam menjalankan syariah Islam. Shahata (Harahap, 1997:272) misalnya
mendefinisikan Akutansi Islam sebagai berikut: “ Postulat, standar, penjelasan dan
prinsip akutansi yang menggambarkan semua hal…sehingga akutansi Islam secara
teoritis memiliki konsep, prinsip, dan tujuan Islam juga. Semua ini secara serentak
berjalan bersama bidang ekonomi, social, politik, idiologi, etika, kehidupan, keadilan
dan hukum Islam. Akutansi dan bidang lain itu adalah satu paket dan tidak bisa
dipisahkan satu sama lain,.”.
Sesuai dengan penjelasan Hayashi (1989) Akutansi dalam bahasa Arab disebut
Muhasabah terdapat 48 kali disebut dalam Alquran. Kata Muhasabah memiliki 8
pengertian Hayashi (1989):
1. Yahsaba yang berarti menghitung, to compute, atau mengukur atau to mensure.
2. Juga berarti pencatatan dan perhitungan perbuatan seseorang secara terus
menerus.
3. Hasaba adalah selesaikan tanggung jawab.
4. Agar supaya bersifat netral.
5. Tahasaba berarti menjaga.
6. Mencoba mendapatkan.
7. Mengharapkan pahala diakhirat
8. Menjadikan perhatian atau mempertanggungjawabkan
Dalam merumuskan kerangka sosial reporting dalam perspektif Islam Haniffa
(2002) mengemukakan 3 dimensi: (1) mencari ridho Ilahi (2) memberikan
keuntungan kepada masyarakat, (3) mencari kekayaan untuk memenuhi kebutuhan.
Ketiga dimensi ini dalam Islam dianggap juga subagai bagiab dari ibadah.Akuntansi
Islam dalam konteks kekinian diartikan sebagai akuntansi dalam perspektif Islam
yang mampu menjawab bagaimana seharusnya profil akuntansi Islam dalam situasi
saat ini dimana system ekonomi, politik, ideology, hukum dan etika masih didominasi
system lain yaitu system kapitalis yang dasar filosofinya berbeda bahkan bertolak
belakang dengan system nilai Islam.
D. Menuju Perumusan Kerangka Teori Akuntansi Islam
Metodologi yang biasa digunakan untuk perumusan suatu teori akuntansi, pada
dasarnya adalah metodologi deskriptif. Dengan kata lain menurut pandangan ini,
teori akuntansi merupakan suatu usaha coba-coba untuk membenarkan apa yang
tersusun melalui praktik akuntansi. Suatu teori seperti ini dinamakan Akuntansi
Deskriptif atau suatu Teori Akuntansi Deskriptif. Pendekatan teori akuntansi
deskriptif telah dikecam oleh para pendukung metodologi normative yang melahirkan
teori akuntansi normative. Teori akuntansi normatif berusaha membenarkan apa
yang seharusnya benar, daripada membenarkan apa yang benar.
Perbedaan antara dua orientasi tersebut, yakni : Kesatu, disebut Akuntansi
Operasionil. Akuntansi Operaisonal diarahkan pada penyajian informasi yang
berguna bagi keputusan manajemen dan investor, khususnya keputusan yang
menyangkut alokasi sumberdaya. Kedua, disebut Akuntansi Hak Pemilikan,
diarahkan pada penyesuaian hak milik para pemegang saham dan pihak lain yang
berpekentingan baik yang berada di dalam ataupun di luar suatu organisasi agar
dapat mencapai suatu keadilan dalam bagian hasial atau keuntungan operasi.
Diantara teori akuntansi yang termasuk dalam kelompok pendekatan normative
ada beberapa studi yang dilakukan di antaranya dilakukan oleh Moonitz, Sprouse
dan Moonitz, The American Accounting Association’s A Statement of Basic
Accounting Theory, teori karya Edwards dan Bell, serta The Study by Chambers.
Suatu review yang baik mengenai metodologi deskriptif dan normative serta teori-
teori yang dihasilkan, ditemukan oleh Mc Donald dan The AAA’s Statement on
Accounting Theory and Theory Acceptancen. Sekalipun tidak ada suatu teor
akuntansi yang komprehensip, namun ada berbagai teori akuntansi dalam kategori
cukup baik. Hal ini diakibatkan karena pemakaian pendekatan yang berbeda.
Beberapa pendekatan tradisionil ini telah dapat diterima lebih tinggi dibanding
pendekatan baru. Beberapa pendekatan tradisionil adalah:
1. Pendekatan Non-teoritis, praktis atau pragmatis (tak formil)Teoritis
Pendekatan non-teoritis adalah suatu pendekatan pragmatis (atau praktis) atau
suatu pendekatan otoriter. Pendekatan pragmatis adalah pembentukan suatu
teori yang berciri khas sesuai dengan praktik senyatanya, dan pembentukan teori
tersebut mempunyai kegunaan ditinjau dari segi cara penyelesaiannya yang
praktis sebagaimana yang diusulkan. Pendekatan otoriter adalah perumusan
suatu teori akuntansi, yang umumnya digunakan oleh organisasi professional,
dengan menerbitkan pernyataan sebagai peraturan praktik akuntansi.

Pemakian kegunaan atau faedah sebagai suatu kriteria pemilihan prinsip


akuntansi menghubungkan pembentukan teori akuntansi pada praktik akuntansi,
yang dapat menjelaskan kekuranggairahan yang disebabkan oleh pendekatan
pragmatis. Kita boleh juga memikirkan pendekatan pragmatis sambil memasukan
suatu teori rekening. Pendekatan ini, yang bertumpu pada suatu rasionalisasi tata
buku berpasangan, dimuat dalam Fra Luca Paciolo’s Summa de Aritmetica
Gemoetical Proportioni et Proportinalita, diterbitkan di Venice pada tahun 1494.
Walaupun the Summa merupakan suatu review buku teknologi matematis yang
berlaku waktu itu, namun memasukkan 36 bab pendek mengenai tata buku, yang
disebut De Computis et Scripturis (of Reckonings and Writing).

Teori pendekatan rekening merasionalkan pemilihan teknik akuntansi atas


dasar persamaan akuntansi, yakni persamaan neraca dan persamaan
keuntungan akuntansi.

Persamaan neraca biasanya dinyatakan sebagai:

Aktiva = Utang + Modal Pemilik

Persamaan keuntungan akuntansi biasanya dinyatakan sebagai:

Keuntungan akuntansi = Penghasilan – Biaya

Dua persamaan menurut teori pendekatan rekening ini mengarahkan pada


pengembangan dua posisi yakni satu posisi yang berorientasi pada neraca dan
satu posisi yang berorientasi pada keuntungan. Bagaimanapun juga, teori
pendekatan rekening seperti pendekatan pragmatis dan otoriter.

2. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah pendekatan yang digunakan dalam membentuk
teori yang dimulai dari dalil-dalil dasar dan tindakan-tindakan dasar untuk
mendapatkan kesimpulan logis tentang pokok persoalan yang sedang
dipertimbangkan. Pendekatan ini berjalan dari umum (dalil dasar tentang
lingkungan akuntansi) kekhusus (pertama ke prinsip akuntansi, dan kedua pada
teknik akuntansi). Apabila pada saat ini kita beranggapan, bahwa dalil dasar
tentang lingkungan akuntansi terdiri dari tujuan dan pernyataan, maka langkah
yang digunakan bagi pendekatan deduktif akan meliputi sebagai berikut:
a. Menetapkan “tujuan” laporan keuangan
b. Memilih “aksioma” akuntansi
c. Memperoleh “prinsip” akutansi
d. Mengembangkan “teknik” akuntansi
Oleh karena itu, menurut teori akuntansi yang diperoleh secara deduktif, teknik
ini berkaitan dengan prinsip dan aksioma serta tujuan menurut suatu cara yang
sedemikian rupa sehingga apabila prinsip dan oksioma serta tujuannya benar,
maka tekniknya pun harus menjadi benar. Struktur teoritis akuntansi ditetapkan
menurut rangkaian tujuan, aksioma, prinsip, teknik yang bertumpu pada suatu
perumusan tepat terhadap suatu teori yang dihasilkan. Menurut Popper,
pengujian teori deduktif dapat dilaksanakan sepanjang empat hal: Pertama ada
perbandingan logis diantara kesimpulan itu sendiri, sehingga konsistensi intern
sistem teruji. Kedua, ada pemeriksaan bentuk logis teori dengan maksud
menentukan apakah teori tersebut berkarakter sebagai suatu teori empiris
ataukah teori ilmiah, dan ataukah merupakan suatu teori yang bersifat
mengulang-ulang saja tanpa memberi penjelasan tambahan. Ketiga, ada
perbandingan dengan teori lain, terutama dengan maksud menentukan apakah
teori akan membuat suatu kemajuan ilmu pengetahuan yang berarti akan
mempertahankan dan meneruskan berbagai pengujian kita, dan akhirnya, ada
pengujian teori melalui penerapan empiris beberapa kesimpulan yang dapat
diperolehnya darinya. Langkah terakhir diperlukan untuk menentukan bagaimana
teori memenuhi tuntutan praktik.
3. PendekatanInduktif
Pendekatan induktif terhadap pembentukan suatu teori dimulai dari
pengamatan dan pengukuran dan menuju kearah kesimpulan yang digeneralisir.
Apabila diterapkan pada akuntansi, maka pendekatan induktif dimulai dari
pengamatan informasi keuangan perusahaan, dan hasilnya untuk disimpulkan,
atas dasar hubungan kejadian, kesimpulan dan prinsip akuntansi. Penjelasan-
penjelasan deduktif dikatakan berjalan dari khusus kearah umum. Pendekatan
induktif pada suatu teori melibatkan empat tahap:
a. Pengamatan, dan pencatatan seluruh pengamatan.
b. Analisis dan pengklasifikasian pengamatan tersebut untuk mencari hubungan
yang berulangkali yakni hubungan yang sama dan serupa.
c. Pengambilan generalisasi dan prinsip akuntansi induktif dari pengamatan
tersebut yang menggambarkan hubungan yang berulang kali terjadi.
d. Pengujian generalisasi.
Tidak seperti halnya dengan masalah pengambilan secara deduksi, kebenaran
atau kepalsuan dalil tidak tergantung pada dalil lain tetapi harus dibuktikan secara
empiris. Demikian pula, dapat dikatakan bahwa dalil akuntansi hasil penarikan
kesimpulan secara induktif menunjukkan teknik akuntansi khusus yang memiliki
probabilitas hampir tinggi.
4. PendekatanEtis
Inti dasar pendekatan etis adalah terdiri atas konsep-konsep keadilan,
kejujuran, dan kebenaran serta kewajaran. Para akuntan menganggap konsep
tersebut mempunyai arti yang sama. Sebaliknya, hanya merasakan bahwa justive
dan fairness sebagai norma etis, dan memandang truth sebagai suatu pernyataan
nilai. Konsep “fairness” (kewajaran). Kewajaran sebagai suatu norma dasar yang
dipergunakan untuk penilaian norma lain, karena merupakan satu-satunya yang
menunjukkan “pertimbangan etis”.
Spavek satu langkah lebih maju dalam rangka menegaskan keunggulan
konsep kewajaran: Suatu pembahasan tentang aktiva, utang, penghasilan, dan
biaya belumlah saatnya dan tidak gunanya sebelum menentukan prinsip dasar
yang akan menghasilkan suatu penyajian data yang wajar dalam bentuk
akuntansi keuangan dan laporan keuangan. Kewajaran akuntansi dan laporan ini
harus ada dan untuk masyarakat, dan masyarakat tersebut mewakili berbagai
golongan masyarakat kita.
Apapun pengertian yang dikandungnya, kewajaran telah menjadi salah satu
dari tujuan dasar akuntansi. The Committeee on Auditing Procedures menunjuk
kriteria “kewajaran penyajian” sebagai (1) kesesuaiannya dengan prinsip
akuntansi yang diterima umum, (2) keterungkapan, (3) konsisten, (4) dapat
dipertimbangkan. Dalam sebuah laporan pemeriksaan tanpa kualifikasi, auditor
tidak hanya menyatakan bahwa telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang
diterima umum dan norma pemeriksaan yang telah diterima umum akan tetapi
juga menyatakan suatu pendapat dengan kata “menyajikan secara wajar”.
Kewajaran merupakan suatu tujuan yang diperlukan sekali dalam pembentukan
suatu teori akuntansi apabila apa pun yang dipaksakan pada dasarnya dapat
dibuktikan secara logis atau secara empiris dan apabila dioperasionalkan melalui
suatu definisi yang memadai dan melalui pengenalan sifat-sifatnya
5. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologis perumusan suatu teori akuntansi menekankan
pengaruh sosial terhadap teknik akuntansi. Pendekatan ini merupakan suatu
pendekata etis yang memusatkan pada suatu konsep kewajaran yang lebih luas,
yakni kesejahteraan sosial. Menurut pendekatan sosiologis suatu prinsip atau
teknik akuntansi tertentu akan dinilai akseptasinya atas dasar pengaruh
pelaporannya terhadap seluruh golongan masyarakat.
Penerapan pendekatan sosiologis yang tepat terhadap pembentukan teori
akuntansi kemungkinan sulit diketemukan. Oleh karena adanya kesulitan-
kesulitan dan penentuan informasi yang diperlukan rakyat tersebut yang membuat
pertimbangan kesejahteraan. Pendekatan sosiologis dalam perumusan teori
akuntansi telah membantu evolusi suatu cabang akuntansi baru, yang disebut
Akuntansi Sosioekonomi. Tujuan utama sosioekonomi adalah mendorong badan
usaha berfungsi dalam suatu sistem pasar bebas untuk
mempertangggungjawabkan aktivitas produksinya sendiri terhadap lingkungan
sosial melalui pengukuran, internalisasi dan pengungkapan dalam laporan
keuangan.
6. Pendekatan Ekonomis
Pendekatan ekonomi terhadap suatu teori akuntansi menitikberatkan
pengendalian perilaku indikator makro ekonomi yang diakibatkan oleh pemakaian
berbagai teknik akuntansi. Sementara pendekatan etis memfokuskan pada suatu
konsep “kewajaran” dan pendekatan sosiologis memfokuskan pada suatu konsep
“kesejahteraan sosial”, pendekatan ekonomi memfokuskan pada suatu konsep
“kesejahteraan ekonomi umum”. Kriteria umum yang digunakan oleh pendekatan
makro ekonomi adalah (1) kebijaksanaan dan teknik akuntansi harus
mencerminkan “realitas ekonomi”, dan (2) pemilihan teknik akuntansi harus
tergantung kepada “konsekuensi ekonomi”. “Realitas ekonomi” dan “konsekuensi
ekonomi” merupakan istilah yang telah sekali untuk digunakan di dalam
menunjukkan keuntungan pendekatan makro ekonomi.
Pemerintah memperjuangkan pemakaian metode penanggulangan atas dasar
alasan bahwa metode tersebut memperlemah pengaruh insenti suatu alat
kebijaksanaan fiskal. Oleh karena itu, dalam rangka penentuan norma akuntansi,
pertimbangan-pertumbangan yang dinyatakan oleh pendekatan ekonomi lebih
bersifat ekonomis daripada operasional

E. Perbedaan Akuntansi Islam dan Akuntansi Konvensional


Arti muhasabah (akuntansi) dalam Islam lebih umum dan lebih luas
jangkauannya, yang meliputi perhitungan dari segi moral dan juga perhitungan
akhirat. Dalam prakteknya setiap aktivitas mu’amalah adanya unsur
pertanggungjawaban (responsibility) dari hubungan vertikal (hubungan antara
manusia dengan Allah SWT/ hablun-minallah) dan hubungan horizontal (hubungan
sesama manusia/ hablun-minannas).

Diantara tujuan-tujuan terpenting dari akuntansi  keuangan dalam Islam adalah


menjaga harta yang merupakan hujjah atau bukti ketika terjadi perselisihan,
membantu mengarahkan kebijaksanaan, merinci hasil-hasil usaha untuk
penghitungan zakat, penentuan hak-hak mitra bisnis, dan juga untuk membantu
dalam menetapkan imbalan dan hukuman serta penilaian evaluasi kerja dan
motivasi. Sementara tujuan akuntansi keuangan  konvensional diantaranya untuk
menjelaskan utang dan piutang, untung dan rugi, sentral moneter, dan membantu
dalam mengambil ketetapan-ketetapan manajemen.
Jelaslah bahwa ada beberapa segi persamaan dalam beberapa tujuannya. Ini
menunjukkan keutamaan Islam yang lebih dulu meletakkan dasar-dasar pokok
akuntansi. Hanya saja, akuntansi syariah lebih difokuskan untuk membantu individu-
individu dalam mengaudit transaksi-transaksinya, dan juga untuk membantu
kelompok masyarakat untuk melakukan muhasabah yang ditangani oleh seorang
hakim. Bahkan lebih dari itu, akuntansi juga bisa membantu dalam lapangan dakwah
kepada kebaikan, seperti amar ma’ruf nahi mungkar. Semua itu tidak terdapat dalam
akuntansi konvensional.
Perbedaan dari Karakteristik
Akuntansi dalam Islam berdasarkan pada nilai-nilai akidah dan akhlak. Maka,
sudah menjadi tugas seorang akuntan untuk memberikan data-data dalam
membantu orang-orang yang bersangkutan tentang sejauh mana hubungan
kesatuan ekonomi dengan kaidah-kaidah dan hukum-hukum syariat Islam dalam
bidang muamalah. Seorang akuntan muslim selalu sadar bahwa ia
bertanggungjawab dihadapan Allah tentang pekerjaannya, dan ia tidak boleh
menuruti keinginan pemilik modal (pemilik proyek) kalau ada langkah-langkah
penyelewengan dari hukum Allah serta memutarbalikkan fakta (data yang akurat).
Aspek-aspek ini tidak kita dapati dalam konsep akuntansi konvensional.

Berdasarkan  ini kita ketahui bahwa akuntansi syariah didasarkan pada kaidah-
kaidah yang permanen, yang diambil dari sumber-sumber  hukum Islam yaitu Al
Qur’an dan Al Hadits. Adapun konsep akuntansi konvensional didasarkan pada
ordonansi atau peraturan-peraturan dan teori-teori yang dibuat oleh manusia yang
memiliki sifat khilaf, lupa, keterbatasan ilmu dan wawasan. Maka, konsepnya itu labil
dan tidak permanen serta memiliki kecenderungan berubah-ubah dari waktu ke
waktu mengikuti perubahan system ekonomi, perubahan peraturan, perubahan jenis
perusahaan dan perubahan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh manusia. Aliran
utama akuntansi barat ini telah dikritik sepertinya tidak cukup digunakan untuk
mencapai tujuan ekonomi Islam (Hameed, 2000; Adnan dan Gaffikin, 1997; Iwan
Triyuwono, 2000).

Adapun perbedaannyaantara akuntansi konvensional dengan akuntansi syariah,


sebagai berikut:

1. Akuntansi konvensional menganut sistem penilaian aktiva dan modal dengan


prinsip historical cost, sedangkan akuntansi syari’ah lebih menghendaki konsep
penilaian berdasarkan nilai tukar yang berlaku (current value), hal ini didasari oleh
keinginan melindungi modal pokok yang hakiki dari kemampuan produksi di masa
akan datang dalam ruang lingkup perusahaan dan kontinuitas.
2. Akuntansi konvensional membagi modal (aktiva) dalam dua golongan yakni,
aktiva lancar (modal yang beredar) dan aktiva tetap (modal tetap). akuntansi
syari’ah membedakan modal yang terdiri dari harta berupa uang tunai (cash), dan
harta berupa barang, harta dalam bentuk barang ini kemudian dibagi lagi menjadi
barang milik dan barang dagangan.
3. Konsep akuntansi syari’ah menilai mata uang seperti emas, perak, dan barang-
barang lain yang sama kedudukannya, bukanlah merupakan tujuan, melainkan
hanya sebagai alat tukar, perantara untuk pengukuran dan penentuan nilai.
4. Konsep akuntansi konvensioanal mempraktikkan teori pencadangan dan ketelitian
dari menanggung semua kerugian (conservatisme), dan mengabaikan laba-laba
yang belum direalisasi. Perbedaannya akuntansi syari’ah sangat memperhatikan
hal-hal cara menentukan harga dengan berdasarkan pada nilai tukar yang berlaku
serta membentuk cadangan untuk kemungkinan-kemungkinan bahaya dan risiko.
5. Akuntansi konvensional menerapkan laba secara menyeluruh, yang terdiri dari
laba usaha, laba dari modal pokok, dan lain sebagainya. Konsep akuntansi
syari’ah membedakan antara laba dari aktivitas pokok dan laba yang berasal dari
modal. Juga wajib memberikan penjelasan pendapatan-pendatan yang diperoleh
yang tidak sesuai dengan syari’ah laba dari aktivitas ini tidak boleh dibagikan
kepada mudharib dan musyarik (stakeholder) atau dicampurkan pada modal
pokok.
6. Konsep akuntansi konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada
ketika adanya jual-beli (aktivitas usaha berjalan), sedangkan konsep akuntansi
syari’ah mengakui laba apabila nilai barang mengalami perkembangan atau
pertambahan, baik hal itu terjadi karena adanya proses jual-beli maupun tidak.
Akan tetapi, jual-beli adalah suatu keharusan untuk menyatakan laba dan laba itu
tidak boleh dibagi kecuali setelah nyata laba itu diperoleh.

TUGAS
1. Jelaskan perbedaan antara akuntansi sosial ekonomi dengan akuntansi islam?

2. Jelaskan perbedaan antara akuntansi konvensional dengan akuntansi islam?

Lembar Jawaban

.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai